Persyaratan Negara Asal Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH) - Bimtek Auditor Ditkeswan, Bogor, 14 April 2021
1. Persyaratan Negara Asal
Pemasukan Bahan Pakan
Asal Hewan (BPAH)
Drh TRI SATYA PUTRI NAIPOSPOS MPhil PhD
Bimbingan Teknis Auditor Kesehatan Hewan
Bogor, 14-16 April 2021
2. Jalur masuk penyakit eksotik
ke suatu negara
2
▪ Importasi hewan hidup
▪ Importasi produk hewan
(daging, susu, telur)
▪ Importasi produk sampingan
(kulit, rambut, bulu, madu,
meat and bone meal, feather
meal dlsb).
▪ Migrasi burung
4. Poultry and by-product meal
4
▪ Poultry and by-product meal (PBM): bagian-
bagian dari karkas yang dipotong, seperti leher,
kepala, kaki, telur yang tidak berkembang, ampela
dan usus (isi sudah dihilangkan), tidak termasuk
bulu (kecuali dalam jumlah sangat kecil yang terjadi
tanpa dapat dihindari dalam praktik pemrosesan
yang baik).
▪ PBM adalah sumber protein hewani yang penting
yang digunakan untuk pakan hewan domestik,
bersamaan dengan ‘meat and bone meal’, ‘blood
meal’, ‘feather meal’ dan ‘fish meal’.
Sumber: Feedipedia
5. Feather meal
5
▪ Nama: Feather meal, hydrolyzed feather meal
▪ Feather meal dihasilkan dari pemrosesan bulu yang
diperoleh dari pemotongan unggas.
▪ Feather meal digunakan sebagai sumber protein
untuk ternak dan sebagai fertilizer.
▪ Bulu adalah hasil sampingan (byproduct) dari
operasi pemrosesan ayam potong, kalkun dan
lainnya.
▪ Bulu merepresentasikan 3-7% berat unggas hidup,
oleh karena itu menghasilkan massa protein yang
cukup besar.
Sumber: Feedipedia
6. Distribusi global wabah avian influenza
6
Sumber: Chatziprodromidou et al. Systematic Reviews (2018) 7:17
7. BPAH asal unggas yang berisiko
avian influenza
7
1) Poultry meal
2) Poultry by-products meal
3) Feather meal
4) Blood meal
5) Plasma powder
6) Egg powder
7) Poultry fats/oils
to have risk from avian influenza: 1) Poultry meal 5)
Plasma powder 2) Poultry by-products
Sumber: Chaengprachak (2020). Animal Feed Control in Thailand.
8. Persyaratan Poultry meal dan Feather
meal (OIE Code Artikel 10.4.24.)
▪ Terlepas dari status avian influenza (AI) negara asal,
Otoritas Veteriner harus mempersyaratkan sertfikat
veteriner internasional yang membuktikan bahwa:
1. komoditi ini telah diproses di negara, zona atau
kompartemen bebas AI dari unggas yang
dipelihara di negara, zona atau kompartemen
bebas AI:
▫ dari saat menetas sampai saat pemotongan;
atau
▫ setidaknya 21 hari sebelum pemotongan,
ATAU
SLIDE BERIKUT
9. Persyaratan Poultry meal dan Feather
meal (OIE Code Artikel 10.4.24.)
9
2. Komoditi ini telah diproses baik:
▫ dengan cairan panas pada minimum temperatur
118ºC untuk minimum 40 menit; ATAU
▫ dengan proses hidrolisis berkelanjutan dengan
tekanan setidaknya 3,79 bar dengan penguapan pada
minimum temperatur 122ºC selama minimum
15 menit; ATAU
▫ dengan alternatif proses ‘rendering’ yang memastikan
bahwa temperatur internal di keseluruhan produk
mencapai setidaknya 74ºC; DAN
3. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
menghindari kontak antara komoditi dengan
sumber virus AI.
11. Meat and bone meal
11
▪ Meat and bone meal (MBM) adalah produk dari
industri ‘rendering’.
▪ Biasanya mengandung sekitar 48-52% protein, 33-
35% abu, 8-12% lemak, dan 4-7% air.
▪ Utamanya digunakan sebagai formulasi pakan ternak
untuk memperbaiki profil asam amino dari pakan.
▪ Pemberian MBM kepada sapi dianggap yang
bertanggung jawab terhadap penyebaran BSE
(penyakit sapi gila); oleh karenanya di sebagian besar
dunia, MBM tidak lagi diperbolehkan sebagai pakan
ruminansia. Namun demikian, masih tetap digunakan
untuk pakan hewan monogastrik.
Sumber: Wikipedia
12. Blood meal
12
▪ Blood meal adalah tepung kering dan lembab yang
terbuat dari darah, digunakan sebagai fertilizer
organik yang tinggi kadar nitrogennya dan sebagai
pakan ternak yang proteinnya tinggi.
▪ N = 13.25%, P = 1.0%, K = 0.6%.
▪ Blood meal adalah salah satu sumber nitrogen non-
sintetis paling tinggi.
▪ Biasanya berasal dari sapi atau babi sebagai produk
sampingan rumah potong.
Sumber: Wikipedia
14. Persyaratan meat-and-bone-meal
(MBM) terkait PMK (Artikel 8.8.26.)
Rekomendasi importasi dari negara tertular PMK
▪ Untuk blood meal dan meat meal dari hewan yang
peka PMK
▫ Otoritas Veteriner harus meminta sertifikat
veteriner internasional yang membuktikan bahwa
metoda manufaktur untuk produk ini termasuk
pemanasan dengan minimum temperatur inti
70°C selama setidaknya 30 menit.
16. BPAH asal ruminansia yang
berisiko BSE
16
1) Meat Meal
2) Degreasing Meat Meal
3) Meat and Bone Meal (MBM)
4) Bone Meal
5) Greaves
6) Gelatin dari tulang
7) Dicalcium Phosphate
8) Blood Meal
9) Blood By-Products Meal
10) Plasma Powder
Sumber: Chaengprachak (2020). Animal Feed Control in Thailand.
17. Distribusi global BSE
17
▪ Area hijau gelap adalah negara-negara yang telah mengkonfirmasi
kasus vCJD pada manusia. Area hijau muda adalah negara-negara
yang memiliki kasus BSE.
18. BSE Klasik
18
▪ BSE klasik (Classical BSE) terjadi melalui konsumsi
pakan yang terkontaminasi.
▪ Sementara BSE klasik diidentifikasi sebagai ancaman
signifikan pada tahun 90-an, kejadiannya telah menurun
secara nyata selama beberapa tahun terakhir, sebagai
akibat dari keberhasilan implementasi tindakan-tindakan
pengendalian yang efektif dan saat ini diestimasikan
sangat rendah (mendekati 0 kasus).
19. BSE Atipikal
19
▪ BSE atipikal (Atypical BSE) mengacu pada bentuk yang
terjadi secara alamiah dan sporadic (Tipe H dan L), yang
diyakini terjadi pada semua populasi sapi pada tingkat
yang sangat rendah, dan hanya dapat diidentifikasi pada
sapi yang lebih tua ketika dilakukan surveilans intensif.
▪ Pada awal 2000, prion atipikal yang menyebabkan BSE
atipikal diidentifikasi sebagai hasil dari peningkatan
surveilans TSE.
▪ Sampai saat ini tidak ada bukti BSE atipikal adalah
menular, namun daur ulang agen BSE atipikal belum dapat
dikesampingkan, oleh karena itu tindakan-tindakan untuk
mengelola risiko paparan dalam rantai pakan harus terus
direkomendasikan sebagai tindakan pencegahan.
20. Kategorisasi status BSE
20
▪ Kategorisasi status risiko BSE hanya diterapkan pada
BSE klasik (classical BSE).
▪ Bentuk ‘BSE atipikal’ (atypical BSE) dikeluarkan dari
kategorisasi, karena dipercaya terjadi secara spontan
pada semua populasi sapi pada tingkat yang sangat
rendah.
21. Insidensi C-BSE, L-BSE dan H-BSE
21
▪ Sebagai hasil dari
tindakan-tindakan
yang diterapkan,
insidensi C‐BSE di
Uni Eropa telah
menurun drastis.
▪ Jumlah total kasus C‐BSE menurun dari 2174 kasus
pada 2001 menjadi satu kasus pada 2016.
Sumber: EFSA Journal, Volume: 16, Issue: 7, First published: 17 July 2018
22. Pendekatan kategori BSE berbasis
risiko, bukan berbasis prevalensi
22
▪ Berbasis risiko, bukan berbasis prevalensi
▪ Berdasarkan penilaian faktor risiko dan apakah
tindakan-tindakan yang tepat telah diambil untuk
mengatasinya.
▪ Temuan satu kasus tidak perlu selalu mengubah
tindakan-tindakan perdagangan.
▪ Memungkinkan Negara Anggota OIE untuk
konsentrasi pada tindakan-tindakan mitigasi risiko
komoditas spesifik.
▪ Mempertimbangkan upaya kesadaran peternak dan
efektivitas pelarangan pakan.
Sumber: Vallat OIE (2005)
23. Sistim OIE untuk klasifikasi risiko
23
• Risk assessment: mendemonstrasikan pengelolaan semua
risiko yang teridentifikasi
• Tidak ada kasus BSE / hanya kasus impor / kasus
indigenous yang lahir setidaknya lebih 11 tahun yang lalu
• Program edukasi dan pelaporan setidaknya selama 7 tahun
• Atau MBM tidak diberikan ke ruminansia selama 8 tahun
• Surveilans tipe B
• Risk assessment: tidak mendemonstrasikan pengelolaan
semua risiko yang teridentifikasi atau tidak cukup waktu
• Tidak ada kasus BSE, tetapi tidak pasti bahwa MBM telah
diberikan kepada ruminansia selama 8 tahun
• Program edukasi dan pelaporan setidaknya selama 7 tahun
• Atau BSE indigenous & tidak dapat dibuktikan MBM tidak
diberikan ke ruminansia selama 8 tahun
• Surveilans tipe A
Controlled
BSE risk
Negligible
BSE risk
24. Undetermined BSE risk
(Artikel 11.4.5.)
Populasi sapi di suatu negara, zona atau kompartemen
menimbulkan suatu risiko BSE yang tidak bisa ditentukan
(undetermined), apabila negara/zona/kompartemen tersebut
tidak bisa mendemonstrasikan telah memenuhi persyaratan
dari kategori yang lain (negligible/controlled).
25. Faktor penilaian status BSE
(Artikel 11.4.2. OIE Code)
1) Hasil risk assessment:
▫ Entry dan exposure assessment
2) Program peningkatan kesadaran:
▫ untuk dokter hewan, peternak, dan pekerja yang
terlibat dalam pengangkutan, pemasaran dan
pemotongan sapi
▫ untuk melaporkan semua kasus yang
menunjukkan gejala klinis konsisten dengan BSE
pada target subpopulasi.
3) Pelaporan wajib: surveilans pasif
4) Pemeriksaan otak atau jaringan lainnya yang
dikumpulkan melalui surveilans
26. Penilaian status risiko negara/zona:
Risk Assessment (Artikel 11.4.2.)
26
▪ Entry assessment: kemungkinan kasus BSE telah diintroduksi
atau sudah ada:
▫ prevalensi BSE
▫ importasi MBM atau greaves
▫ importasi hewan hidup berpotensi terinfeksi BSE
▫ importasi produk hewan berpotensi terinfeksi BSE
▫ konsumsi MBM atau greaves ruminansia
▫ asal limbah hewan, parameter proses ‘rendering’ dan metoda
produksi pakan ternak
▪ Exposure assessment: asumsi adanya risiko:
▫ daur ulang dan amplifikasi agen BSE: MBM ruminansia
▫ penggunaan karkas ruminansia (termasuk dari fallen stock),
produk sampingan (by-products) dan limbah RPH
▫ pemberian atau tidak ke ruminansia dengan MBM ruminansia
▫ tingkat surveilans BSE
27. Persyaratan negara asal terkait BSE
Tidak ada kasus BSE Ada kasus BSE
Semua kasus impor
telah dimusnahkan
Peningkatan kesadaran, pelaporan
wajib dan surveilans aktif telah
dijalankan setidaknya 7 tahun
Kasus impor Kasus ‘indigenous’
Pelarangan pakan telah diberlakukan
selama 8 tahun
SLIDE BERIKUT
28. Persyaratan negara asal terkait BSE
(lanjutan)
Kasus ‘indigenous’
semua kasus lahir >11 tahun
Harus diidentifikasi permanen, dikendalikan lalu lintasnya dan jika
dipotong atau mati harus dimusnahkan:
Semua sapi yang dipelihara dalam
tahun pertama dan mengonsumsi
pakan yang sama di kelompok
dimana ditemukan kasus BSE
Apabila hasil investigasi tidak bisa
disimpulkan, semua sapi yang lahir di
kelompok yang sama dan lahir jarak
12 bulan dari sapi terinfeksi BSE
ATAU
Peningkatan kesadaran, pelaporan wajib dan surveilans
aktif telah dijalankan setidaknya 7 tahun
Pelarangan pakan telah diberlakukan selama 8 tahun
FEED COHORT BIRTH COHORT
29. Distribusi negara dengan
kasus BSE asli/impor
29
Negara-negara yang melaporkan BSE pada hewan asli (indigenous)
Negara-negara yang melaporkan BSE pada hewan impor saja
30. Specified risk materials
(Artikel 11.4.1.)
▪ Specified risk materials (SRM) adalah bagian-bagian
dari sapi yang berpotensi mengandung agen BSE pada
hewan yang terinfeksi.
Distal
ileum
Sumsum
tulang
belakang
Kolum
vertebral Tengkorak
Otak
Mata
Tonsil
31. Perbandingan ‘Negligible BSE risk’
dan ‘Controlled BSE risk’
Kriteria Negligble BSE risk Controlled BSE risk
Risk assessment Semua faktor risiko Sebagian faktor risiko
Surveilans Tipe B Type A
Ada kasus impor Ada/Tidak ada Ada/Tidak ada
Ada kasus ‘indigenous’ Ada/Tidak ada Ada
Lama kasus ‘indigenous’ Lahir 11 tahun lalu Tidak ditentukan
Program Peningkatan
Kesadaran
Sudah berjalan 7 tahun Sudah berjalan 7 tahun
Notifikasi wajib Sudah berjalan 7 tahun Sudah berjalan 7 tahun
Pemeriksaan otak Sudah berjalan 7 tahun Sudah berjalan 7 tahun
Pelarangan MBM
ruminansia ke ruminansia
Sudah berjalan 8 tahun Tidak dapat dibuktikan
berjalan 8 tahun
Surveilans BSE Tipe B Tipe A
32. Perbandingan ‘Negligible BSE risk’
dan ‘Controlled BSE risk’ (lanjutan)
Kriteria Negligble BSE risk Controlled BSE risk
Kasus ‘indigenous’
harus:
• diidentifikasi secara
permanen:
• pergerakannya
dikendalikan, dan
• pada saat dipotong
atau mati telah
dimusnahkan
seluruhnya.
1) Semua sapi yang
dipelihara bersama
dengan sapi BSE dan
mengonsumsi pakan
terkontaminasi yang
sama
2) Semua sapi yang
lahir dalam kelompok
yang sama dan
dalam 12 bulan sejak
kelahiran sapi BSE
1) Semua sapi yang
dipelihara Bersama
dengan sapi BSE dan
mengonsumsi pakan
terkontaminasi yang
sama
2) Semua sapi yang lahir
dalam kelompok yang
sama dan dalam 12
bulan sejak kelahiran
sapi BSE
33. Komoditi yang tidak boleh
diperdagangkan – Artikel 11.4.13.
KOMODITI
Negligible BSE
Risk
(Artikel 11.4.3.)
Controlled dan
Undetermined
BSE Risk
(Artikel 11.4.4. &
11.4.5.)
MBMR atau bahan sisa lemak
(greaves) atau komoditi lain
yang mengandung produk tsb
TIDAK BOLEH * TIDAK BOLEH
* Apabila produk tersebut berasal dari kasus domestik (indigenous
case) yang lahir sebelum pelarangan pakan (feed ban) diterapkan
secara efektif.
34. Komoditi yang tidak boleh
diperdagangkan – Artikel 11.4.14.
KOMODITI
Controlled BSE
risk (Artikel
11.4.4.)
Undetermined
BSE risk
(Artikel 11.4.5.)
Tonsil dan ileum distal dari sapi
semua umur*
TIDAK BOLEH TIDAK BOLEH
Otak, mata, syaraf tulang belakang,
tengkorak dan kolum vertebral dari
sapi berumur >30 bulan*
TIDAK BOLEH
Otak, mata, syaraf tulang belakang,
tengkorak dan kolum vertebratal
dari sapi berumur >12 bulan*
TIDAK BOLEH
* Komoditi tidak boleh digunakan untuk makanan, pakan, fertilizer, kosmetik,
farmasetikal termasuk bahan biologik atau peralatan medis. Begitu juga
produk protein, makanan, pakan, fertiliser, kosmetik, farmasetikal atau
peralatan medis yang dipersiapkan dengan menggunakan komoditi ini.
35. Prosedur pengurangan infektivitas
pada MBM (Artikel 11.4.19)
▪ Prosedur yang harus digunakan selama produksi
MBM yang mengandung protein ruminansia:
1. Bahan baku harus dikurangi sampai ukuran
partikel maksimum 50 mm sebelum pemanasan.
2. Bahan baku harus dipanaskan di bawah kondisi
uap jenuh sampai mencapai temperatur tidak
kurang dari 133°C selama minimal 20 menit pada
tekanan mutlak 3 bar.
36. Tujuan surveilans BSE
(Artikel 11.4.20. ayat 1)
36
Bergantung pada kategori risiko dari negara, zona atau
kompartemen, surveilans BSE harus mempunyai satu
atau lebih tujuan:
a. deteksi BSE, desain prevalensi yang telah ditentukan
sebelumnya, di negara, zona atau kompartemen;
b. monitoring evolusi BSE di suatu negara, zona atau
kompartemen;
c. monitoring efektivitas pelarangan pakan dan/atau
tindakan-tindakan mitigasi risiko lainnya, dalam
hubungannya dengan audit;
d. mendukung status BSE yang diklaim;
e. mendapatkan atau mendapatkan kembali status BSE
yang lebih tinggi.
37. Kriteria surveilans BSE (Artikel 11.4.20.)
1. Sapi berumur >30 bulan yang menunjukkan perilaku
atau gejala-gejala klinis konsisten dengan BSE (terduga
klinis);
2. Sapi berumur >30 bulan yang tidak mampu berdiri,
berbaring saja, tidak mampu berdiri atau berjalan tanpa
bantuan; sapi berumur >30 tahun yang dikirimkan untuk
pemotongan darurat atau ditolak pada saat pemeriksaan
ante-mortem (korban atau pemotongan darurat, atau
downer cattle)
3. Sapi berumur >30 bulan yang ditemukan mati atau
dimusnahkan di peternakan, selama pengangkutan atau
pada saat di RPH (fallen stock);
4. Sapi berumur >36 bulan pada pemotongan rutin.
38. Perbedaan surveilans tipe A
dan B
38
▪ Jumlah populasi sapi berdasarkan umur:
• Umur >1 tahun dan <2 tahun (muda)
• Umur >2 tahun dan <4 tahun (dewasa muda)
• Umur >4 tahun dan <7 tahun (dewasa menengah
• Umur >7 tahun dan <9 tahun (dewasa tua)
• Umur >9 tahun
▪ Jumlah sapi yang diuji BSE berdasarkan umur dan subpopulasi.
Kriteria Surveilans tipe A Surveilans tipe B
Deteksi BSE di sekitar
desain prevalensi satu
kasus per X populasi sapi
dewasa di negara, zona
atau kompartemen, pada
tingkat kepercayaan 95%.
Setidaknya satu
kasus per 100.000
Setidaknya satu
kasus per 50.000
39. Nilai poin surveilans berdasarkan
subpopulasi dan kategori umur
39
▪ Total poin yang dikumpulkan dapat diakumulasi selama periode maksimum 7
tahun berturut-turut untuk mencapai jumlah target poin yang ditentukan.
▪ Poin surveilans tetap berlaku selama 7 tahun (persentil ke-95 masa inkubasi).
Surveilans subpopulsi
Pemotongan
rutin.
Fallen
stock2.
Pemotongan
darurat.
Terduga
klinis.
Umur >1 tahun dan <2 tahun
0,01 0,2 0,4 N/A
Umur >2 tahun dan <4 tahun (dewasa muda)
0,1 0,2 0,4 260
Umur >4 tahun dan <7 tahun (dewasa menengah)
0,2 0,9 1,6 750
Umur >7 tahun dan <9 tahun (dewasa tua)
0,1 0,4 0,7 220
Age>9 years
0,0 0,1 0,2 45
40. Bukti tidak ada kontaminasi silang
(Artikel 11.4.28.)
40
▪ Dokumentasi mengenai pengumpulan dan disposal ‘fallen
stock’ dan material yang ditolak sebagai tidak layak untuk
dikonsumsi manusia.
▪ Dokumentasi mengenai definisi dan disposal SRM, jika ada.
▪ Dokumentasi mengenai proses ‘rendering’ dan parameter
yang digunakan untuk menghasilkan MBM dan greaves.
▪ Dokumentasi mengenai metoda produksi pakan, termasuk:
▫ rincian bahan baku yang digunakan;
▫ penggunaan MBM dalam setiap pakan apapun; dan
▫ tindakan-tindakan mencegah ‘kontaminasi silang’ pakan
dengan material yang digunakan dalam pakan monogastrik.
▪ Dokumentasi mengenai monitoring dan penegakan hukum
(regulasi) dari hal-hal di atas.
41. Persyaratan negara asal terkait BSE
41
▪ Surveilans bertarget dari kejadian penyakit neurologis klinis;
▪ Transparansi dalam melaporkan temuan BSE;
▪ Pengamanan importasi spesies ruminansia dan produknya;
▪ Pembuangan ‘specified risk materials’ (SRM) selama
pemotongan dan pemrosesan karkas dan dari rantai pangan dan
pakan;
▪ Pelarangan masuknya SRM dalam pakan, sehingga
menghilangkan material yang berpotensi terkontaminasi dari rantai
pangan;
▪ Destruksi yang manusiawi semua hewan yang diduga terpapar
pakan yang terkontaminasi prion;
▪ Pelarangan penggunaan MBM dalam pakan ruminansia;
▪ Disposal karkas dan semua produk hewan secara tepat;
▪ Identifikasi ternak untuk memungkinkan surveilans yang efektif
dan penelusuran ternak terduga.
42. Audit negara asal terkait BSE
42
▪ Data impor:
▫ MBM dan greaves
▫ Sapi hidup berpotensi terinfeksi BSE
▫ Produk sapi berpotensi terinfeksi BSE
▪ Legislasi/regulasi:
▫ Pelarangan pakan (feed ban)
▫ Definisi dan pelepasan SRM
▫ Proses ‘rendering’ (termasuk prosedur pengurangan
infektivitas; pencegahan kontaminasi silang)
▪ Pemotongan sapi di atas umur 30 bulan
▪ Sistim pelaporan
▪ Surveilans
▪ Sistim identifikasi dan penelusuran ternak
▪ Pengepakan dan label