Virus influenza aviar tingkat patogenisitas tinggi (HPAI) dan rendah (LPAI) masih menyebar luas di Indonesia, terutama di sektor perunggasan skala kecil. Virus-virus baru seperti LPAI H9N2 pertama kali dideteksi pada 2017. Pasar unggas hidup (PUH) memainkan peran penting dalam penyebaran berulang virus melalui kontak erat antara unggas dari berbagai daerah. Dinamika evolusi virus H5N1 menunjukkan be
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Meeting - 21 September 2023
1. Update Situasi Epidemiologi
Avian Influenza di Indonesia
Drh Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
Epidemiolog Veteriner
Scientific Meeting Avian Influenza – PT CEVA Animal Health Indonesia
Hotel Mercure Serpong Alam Sutra, Tangerang Selatan, Banten
Jumat, 22 September 2023
2. Avian influenza (AI) adalah masalah utama yang menyebabkan kerugian
ekonomi yang signifikan di sektor perunggasan di seluruh dunia.
Sejak 2003, penyebaran HPAI subtipe H5N1 yang meluas pada populasi
unggas di Indonesia telah menyebabkan kematian yang tinggi dan
mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi sektor perunggasan.
HPAI H5N1 memiliki signifikansi zoonosis, menimbulkan risiko besar bagi
kesehatan masyarakat dan unggas.
Situasi Avian influenza
Sumber: Rahman S. et al, (2023). Avian influenza (H5N1) virus, epidemiology and its
effects on backyard poultry in Indonesia: a review. F1000Research 2023, 11:1321.
Akibat interaksi yang erat antara burung migran liar dan itik,
sektor perunggasan domestik di Indonesia terkena dampak
langsung oleh virus ini.
AI telah menyebar ke seluruh 33 provinsi di Indonesia, dan
endemik di Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi Selatan.
3. Virus Highly Pathogenic Avian Influenza (vHPAI) H5N1 pertama kali diumumkan di
Indonesia pada Januari 2004 (introduksi diperkirakan pada April – Juli 2003) dan
telah menjadi endemik pada unggas di beberapa wilayah sesudahnya.
Awalnya, semua virus H5N1 Indonesia telah diklasifikasi ke dalam clade 2.1,
dengan tiga sublineage atau clade yaitu: 2.1.1, 2.1.2 dan 2.1.3.
○ Clade 2.1.1 terutama terisolasi dari unggas yang terinfeksi HPAI selama wabah
antara 2003 dan 2005 (tidak terdeteksi lagi sejak 2007).
○ Clade 2.1.2 terdiri dari virus yang berasal dari unggas dan manusia, terisolasi
terutama dari Sumatera antara 2004 dan 2007 (tidak terdeteksi lagi sejak 2008).
○ Clade 2.1.3 terdiri dari berbagai virus yang terisolasi baik dari unggas atau dari
manusia sejak 2004 (sejak 2007-2008 mendominasi dan terus bersirkulasi di
Indonesia).
Kilas Balik Avian Influenza di Indonesia
Sumber: Wibawa H. et al. (2011). A molecular and antigenic survey of H5N1 highly pathogenic avian influenza virus
isolates from smallholder duck farms in Central Java, Indonesia during 2007-2008. Virology Journal, 2011 Sep 7; 8:425.
4. Jumlah kumulatif kasus AI H5N1 pada
manusia (2003-2023)
2003-2009 2010-2014 2015-2019 2020
Kasus Kematian Kasus Kematian Kasus Kematian Kasus Kematian
162 134 35 31 3 3 0 0
2021 2022 2023 Total
Kasus Kematian Kasus Kematian Kasus Kematian Kasus Kematian
0 0 0 0 0 0 200 168
• Total kasus pada manusia (2003-2023) = 868 (21 negara)
• Total kematian pada manusia (2003-2023) = 457 (16 negara)
• Persentase kasus pada manusia di Indonesia = 200/868 = 23% (tertinggi ke-2 setelah Mesir)
• Persentase kematian pada manusia di Indonesia = 168/457 = 37% (tertinggi)
Sumber: WHO/GIP, data in HQ as of 5 January 2023.
CFR = 84%
5. vHPAI H5N1 di Indonesia diklasifikasikan ke dalam berbagai clade, dimulai
dengan clade 2.1, yang kemudian bercabang menjadi clade 2.1.1, 2.1.2,
2.1.3.2, and 2.1.3.2a; kebanyakan clade ini dilaporkan menyerang unggas.
Pada 2012, suatu clade baru, 2.3.2.1c, diisolasi dari peternakan itik dan pasar
unggas hidup (PUH) di Jawa dengan kematian yang tinggi di antara itik.
Deteksi vHPAI clade baru ini dianggap sebagai hasil serangan baru dari
bagian lain di Asia Tenggara ke Indonesia, karena clade 2.3.2.1, 2.3.2.1a, dan
2.3.2.1b telah dilaporkan di China, Vietnam dan Bangladesh.
Clade 2.3.2.1c kemudian beredar pada unggas di Indonesia, sedangkan clade
2.1.3.2a hanya terdeteksi di Sumatera.
Dinamika vHPAI H5N1 di Indonesia
Sumber: Karo-karo D. et al. (2022). Phylodynamics of Highly Pathogenic Avian
Influenza A(H5N1) Virus Circulating in Indonesian Poultry, Viruses, 14, 2216.
6. Clade 2.1.1, 2.1.2, 2.1.3, 2.1.3.1, 2.1.3.3, 2.1.3.2, dan 2.1.3.2a berevolusi dari
nenek moyang yang sama pada 2002.
Beberapa clade 2.1.1 berbagi nenek moyang yang sama dengan 2.3.2.1c pada
2001.
Selanjutnya clade 2.1.1 pada 2003 menyimpang menjadi clade 2.3.2.1c, yang
terdeteksi sebagian besar pada 2015-2016.
Perbedaan yang signifikan juga diamati pada 2011 antara sub-kelompok
2.3.2.1c yaitu menjadi 2.3.2.1c (A) dan 2.3.2.1c (B).
Pada 2015-2016, clade 2.1.3.2a masih terdeteksi.
Sebaliknya, clade 2.1.2, 2.1.3, 2.1.3.1, 2.1.3.2, dan 2.1.3.3 tidak lagi terdeteksi
di Indonesia setelah 2012.
Evolusi virus vHPAI H5N1 di Indonesia
Sumber: Karo-karo D. et al. (2022). Phylodynamics of Highly Pathogenic Avian
Influenza A(H5N1) Virus Circulating in Indonesian Poultry, Viruses, 14, 2216.
7. Introduksi vHPAI H5N1 ke Indonesia jarang terjadi dan sebagian besar
perubahan virus yang diamati berasal dari dalam Indonesia.
Kurangnya deteksi clade 2.3.2.1b dan terbatasnya sekuens genom vHPAI H5N1
dalam database mengindikasikan ada ruang untuk perbaikan dalam surveilans
molekuler vHPAI di Indonesia.
Deteksi vHPAI H5N1 berdasarkan tahun
Tahun Sirkulasi virus
2005 – 2007 (2 tahun) Clade 2.1.1, 2.1.2, dan 2.1.3
2005 – 2012 (7 tahun) Clade 2.1.3.1
2005 – 2010 (5 tahun) Clades 2.1.3.2 dan 2.1.3.3
2008 – 2016 Clade 2.1.3.2a
2010 – 2016 Clade 2.3.2.1c
Sumber: Karo-karo D. et al. (2022)., Viruses, 14, 2216.
8. Distribusi H5N1 clade berbeda per provinsi
Sumber: Karo-karo D. et
al. (2022)., Viruses, 14,
2216.
• Kebanyakan virus
terdeteksi di Pulau
Jawa.
• Clade 2.1.3.2 dan
2.1.3.2a terdeteksi
di sebagian besar
wilayah Indonesia,
sementara
beberapa clade
hanya terdeteksi di
wilayah tertentu.
9. Dari sejumlah studi yang dilaksanakan di Indonesia berhasil
dibuktikan bahwa pasar unggas hidup (PUH) memiliki peran
penting dalam kemunculan berulang HPAI.
Studi yang dilakukan oleh Henning J. et al. (2019)
mengkombinasikan data surveilans yang dikumpulkan setiap
bulan dari PUH di Jakarta selama 5 tahun (2009-2014), dan
mempelajari faktor risiko terkait dengan struktur dan manajemen
PUH, perdagangan dan pemotongan di RPU, serta kondisi
lingkungan dan demografik di wilayah di mana PUH berlokasi.
Selama periode studi, 36,7% dari sampel (N = 1315) yang diuji
menunjukkan vHPAI H5 positif.
Peran PUH dalam infeksi berulang vHPAI H5N1
Sumber: Henning J. et al. (2019). Risk factors for H5 avian influenza virus prevalence on urban live bird markets
in Jakarta, Indonesia - Evaluation of long-term environmental surveillance data. PLoS ONE 14(5): e0216984.
10. Hasil pengujian sampel lingkungan di 83 PUH di Provinsi
Jakarta, Banten dan Jawa Barat yang diambil antara Oktober
2007-Maret 2008 menunjukkan 39 (47%) PUH ditemukan
adanya vHPAI H5N1 (Indriani R et al., 2010).
Surveilans virus H5N1 yang dilakukan terhadap 21 pasar
unggas hidup di Banten (2), Jakarta (3), Jawa Barat (2),
Jawa Tengah (10) dan Jawa Timur (4) dari tahun 2014-2019,
menunjukkan virus H5N1 terdeteksi pada hampir semua
PUH baik pada sampel kloaka dan sampel lingkungan,
dimana sekitar 35% dari semua sampel tersebut positif
influenza A dan selanjutnya, sekitar 52% dari sampel ini
positif untuk subtipe H5 (Dharmayanti NLPI et al., 2020).
Hasil sampel lingkungan di PUH
11. Introduksi dan penyebaran vHPAI H5N1 di Indonesia difasilitasi oleh
beberapa faktor:
1) Indonesia terletak di persimpangan perdagangan internasional
antara 2 benua (Asia dan Australia) dan 2 samudera (Samudera
Pasifik dan Hindia).
2) Indonesia dilewati oleh 2 jalur terbang migrasi burung liar ‘East
Asian-Australasian Flyway’ (EAAF) dan ‘West Pacific Flyway’ (WPF).
3) Tingkat kontak yang tinggi antara unggas dari lokasi yang berbeda
dan antara itik domestik dan burung liar karena biosekuriti yang
buruk terutama unggas belakang rumah dan itik bergerak atau
berkeliaran (scavenging ducks).
Faktor introduksi dan penyebaran vHPAI H5N1
Sumber: Karo-karo D. et al. (2022). Phylodynamics of Highly Pathogenic Avian
Influenza A(H5N1) Virus Circulating in Indonesian Poultry, Viruses, 14, 2216.
14. Virus Low pathogenic avian influenza (LPAI) H9N2 tidak
pernah dilaporkan sebelumnya di Indonesia. Pada akhir 2016
dan awal 2017, manajer peternakan ayam dari sektor 1, 2 dan
3 mengeluhkan peningkatan kematian dan penurunan
produksi telur.
Virus LPAI H9N2 pertama kali dideteksi di Indonesia pada
2017.
Menurut studi Jonas M, et al. (2018), virus LPAI H9N2
menyerang peternakan petelur (layer), perbibitan (breeder),
dan potong (broiler).
Data sekuens menunjukkan adanya 3 kluster yang berbeda
dan telah menyebar luas ke banyak provinsi di Indonesia.
Kemunculan virus LPAI H9N2 di Indonesia
Sumber: Jonas M. et al. (2018). Identification of avian influenza virus subtype H9N2
in chicken farms in Indonesia. Prev. Vet. Med., Vol. 159, 1 November 2018, 99-105.
15. Suatu studi oleh Rehman et al. (2022) yang dilaksanakan dari Maret 2021 - April
2022 di 5 PUH di 4 kota di Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan
Malang) bertujuan untuk mengetahui prevalensi virus H5N1 dan H9N2 dan
mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan infeksi AI.
Prevalensi keseluruhan virus AI subtipe H5N1 dan H9N2 yang bersirkulasi adalah
3,8%. Prevalensi lebih tinggi pada unggas belakang rumah (backyard) sebesar
5,99%, diikuti ayam potong (broiler) sebesar 2,23% dan ayam petelur (layer)
sebesar 1,68%.
Studi ini menyarankan bahwa keberadaan itik, kalkun, ayam hutan, burung merak,
dan ayam pegar (pheasant) di dalam kandang sangat terkait dengan peningkatan
risiko subtipe H5N1 dan H9N2 di PUH.
Deteksi virus H5N1 dan H9N2 di PUH
Sumber: Rehman S. et al. (2022). Prevalence and associated risk factors of avian influenza A virus subtypes H5N1
and H9N2 in LBMs of East Java province, Indonesia: a cross-sectional study PeerJ, DOI 10.7717/peerj.14095
16. Virus subtipe H9N2 telah menjadi mapan pada unggas domestik di Asia, Timur
Tengah, dan Afrika, menyebabkan kerugian ekonomi di sektor perunggasan
karena terjadi hambatan pertumbuhan dan fertilitas unggas serta penurunan
produksi.
Meskipun virus H9 di klasifikasikan LPAI, kematian di lapangan pernah di
laporkan > 50%.
Virus juga berpotensi zoonotik karena kasus infeksi H9N2 pada manusia pernah
dilaporkan di Hong Kong, China, Bangladesh dan Mesir, serta telah dibuktikan
bahwa virus ini berperan sebagai donor internal gen prekursor subtipe virus lain,
seperti H5N1 yang menyebabkan kasus AI pada manusia di Hong Kong pada
2007, H7N9 dan H10N8 di China pada 2013 dan 2015 (Peacock, et al., 2016).
Mengapa LPAI H9N2 penting secara global?
Sumber: Muflihanah et al. (2018). Kasus pertama Low Pathogenic Avian Influenza subtipe H9N2
pada peternakan ayam petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Indonesia. Prosiding Rapat
Teknis dan Pertemuan Ilmiah (RATEKPIL) dan Surveilans Kesehatan Hewan Tahun 2018.
17. Beberapa kasus AI dilaporkan pada peternakan itik skala kecil yang terletak di
sebelah rawa-rawa di di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan
Selatan pada April 2022.
Virus HPAI H5N1 clade 2.3.4.4b dideteksi dari kasus tersebut, dan secara
genetik sama dengan vHPAI H5N1 clade 2.3.4.4b yang baru-baru ini dideteksi di
Asia Timur pada 2021-2022.
Dari sekuens genom, 3 isolat virus menunjukkan kedekatan dengan H5N1 clade
2.3.4.4b dari China, Korea Selatan, dan Jepang yang mengindikasikan adanya
nenek moyang yang sama.
Keterbatasan data sekuens genom virus AI dan tidak adanya surveilans pada
burung liar menghambat upaya untuk menentukan peran pasti burung liar dalam
penyebaran clade 2.3.4.4b ke Indonesia.
Kemunculan clade 2.3.4.4b di Indonesia
Sumber: Wibawa H. et al. Highly pathogenic avian influenza A(H5N1) virus clade 2.3.4.4b
in domestic ducks, Indonesia, 2022. bioRxiv.org - the preprint server for Biology.
18. Clade 2.3.4.4b menjadi dominan di Asia, Afrika, Eropa, dan Timur Tengah pada
akhir tahun 2021.
Clade 2.3.4.4b adalah virus H5N1 baru yang beradaptasi dengan gen N1 NA pada
burung liar, dideteksi pada burung liar di Kanada dan AS pada akhir 2021.
Virus mulai menyebabkan wabah pada unggas komersial dan belakang rumah di
AS pada Februari 2022.
Infeksi manusia dengan virus H5N1 ini terdeteksi secara sporadik, tetapi jarang
terjadi, begitu juga terdeteksi infeksi sporadik pada hewan mamalia.
Sejak 2020, hanya 2 virus H5N1 clade 2.3.4.4b terdeteksi pada sampel dari orang
yang terpapar langsung dengan unggas sakit.
Dari 4 kasus manusia di Eropa dan Amerika Utara, secara individu tidak
menunjukkan gejala atau hanya gejala klinis ringan, namun 2 kasus dari Asia
menunjukkan dampak yang parah dan fatal.
Mengapa clade 2.3.4.4b penting secara global?
Sumber: WHO (21 December 2022). Rapid Risk Assessment Assessment
of risk associated with recent influenza A(H5N1) clade 2.3.4.4b viruses.
19. Alasan penting yang mendasari kegagalan program pengendalian
AI di Indonesia terletak pada struktur organisasi dan
kelembagaan sektor perunggasan.
Studi ‘rantai nilai’ (value chain) yang dilaksanakan di Jawa Barat
oleh Indrawan D. et al. (2018) menunjukkan ada 4 rantai nilai: (1)
rantai integrator; (2) rantai RPU semi-otomatis; (3) rantai titik
pemotongan terkontrol; dan (4) rantai titik pemotongan privat.
Studi ini menyimpulkan bahwa struktur pemeliharaan dan
penjualan unggas terdiri dari semua kegiatan dan interaksi dari
peternak ke konsumen, dan di Indonesia struktur itu kompleks
dengan banyaknya tautan dan interaksi.
Kompleksitas rantai nilai unggas di Indonesia
Sumber: Indrawan D. et al. (2018). Linking Supply Chain Governance and Biosecurity
in the Context of HPAI Control in Western Java: A Value Chain Perspective.
20. Ada 3 zona wilayah bebas AI
pada unggas yaitu Maluku
Utara, Maluku dan Papua.
Pengendalian melalui zonasi & kompartementalisasi
Papua (2017)
Maluku Utara (2015)
Maluku (2016)
Sampai saat ini, sekitar 125 unit usaha unggas telah
mendapatkan Sertifikat Kompartemen Bebas AI.
100 unit usaha unggas telah dideklarasi secara mandiri (self-
declaration) dan diterbitkan dalam website WOAH (Microsoft
Word - Declare AI_29 Januari 2021 rev 4 feb 2021.docx (woah.org)).
21. “Tujuan ‘pandemic preparedness
plan’ tentunya untuk meningkatkan
riset, mengkarakterisasi patogen,
meningkatkan surveilans untuk
identifikasi virus sebelum virus
mengancam kita. Kemudian
memperpendek garis waktu antara
kemunculan patogen atau onset
wabahnya dengan kandidat
diagnostik atau penanggulangan
medis seperti terapeutik atau vaksin
yang akan kita kembangkan.”
Sumber: Detikcom https://apps.detik.com/detik/
22. Beberapa hal yang menyebabkan kesulitan dalam mengimplementasikan program
pengendalian setelah penyakit AI ini ada di Indonesia selama 20 tahun, seperti:
○ Vaksinasi di tingkat peternak terutama di peternakan unggas petelur komersial
skala kecil (sektor 3) belum dilaksanakan secara efektif.
○ Kegiatan surveilans hanya memiliki keberhasilan yang terbatas (dulu dilakukan
melalui program “Participatory Disease Surveillance and Response”/PDSR).
○ Ada banyak kasus “kurangnya pelaporan” (under reporting) karena banyak faktor
terutama peternak khawatir terhadap pemusnahan tanpa kompensasi yang layak.
○ Upaya untuk menerapkan langkah-langkah biosekuriti baik di peternakan unggas
komersial skala kecil (sektor 3) dan belakang rumah (sektor 4) sebagian besar
tidak berhasil, hanya sebagian kecil menerapkan “biosekuriti 3 zona”.
○ Kedekatan dan interaksi timbal balik antara ke-2 jenis sistim unggas tersebut sering
memperkuat dinamika penyakit dan melanggengkan ‘siklus infeksi’ berulang.
Kesulitan dalam pengendalian AI
Sumber: Indrawan D. et al. (2018). Linking Supply Chain Governance and Biosecurity
in the Context of HPAI Control in Western Java: A Value Chain Perspective.
23. Virus influenza A subtipe H5N1 dan H9N2 merupakan penyakit zoonosis
menular yang beredar di Indonesia dan menimbulkan kekhawatiran akan potensi
dampaknya terhadap unggas dan kesehatan masyarakat.
Meskipun clade utama dari vHPAI H5N1 di Indonesia telah diketahui, namun
pemahaman masih terbatas tentang evolusi vHPAI H5N1 di Indonesia.
Penemuan clade yang berbeda hanya di beberapa daerah dan fakta bahwa
beberapa clade vHPAI H5N1 Indonesia tidak terdeteksi di negara lain
menunjukkan pentingnya tindakan pencegahan spesifik wilayah dan spesifik
negara untuk wabah HPAI.
Estimasi karakteristik temporal vHPAI H5N1 di seluruh Indonesia dalam
kaitannya dengan dinamika virus sangat penting untuk melakukan pencegahan
seperti karantina, pembatasan lalu lintas, alat diagnostik, sistim surveilans, dan
pengembangan vaksin untuk wabah di masa depan.
Potensi zoonosis di masa depan
24. Meskipun Indonesia tidak memiliki rencana pemberantasan AI ke depan, tetapi
vaksinasi telah diadopsi sebagai strategi pengendalian utama di Indonesia dan
diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang bagi industri perunggasan
Indonesia.
Surveilans berkelanjutan dari peternakan unggas di semua sektor, PUH dan
burung liar (wild bird) sangat penting untuk mengambil langkah-langkah yang
memadai dan mencegah evolusi virus lebih lanjut.
Peningkatan pengetahuan tentang evolusi vHPAI H5N1 dapat membantu untuk
fokus pada surveilans dan memperkuat langkah-langkah pengendalian yang
bertujuan untuk mengurangi ‘reassortment’ dan penularan vHPAI di masa depan di
antara unggas dan manusia.
Sebagai tambahan, kompartementalisasi, inspeksi, dan sertifikasi peternakan
unggas juga penting untuk dapat mengendalikan evolusi vHPAI H5N1 di Indonesia.
Penguatan strategi pengendalian AI di Indonesia