Dokumen tersebut membahas tentang tinjauan kesehatan hewan terhadap impor sapi dan daging dari Brazil. Brazil merupakan produsen dan eksportir daging sapi terbesar di dunia dengan populasi ternak sapi terbesar ke-2 setelah India. Namun demikian, Brazil masih menghadapi tantangan penyakit hewan seperti Penyakit Mulut dan Kuku meskipun telah berupaya mengendalikannya melalui program eradikasi dan vaksinasi.
Tinjauan Keswan Terhadap Impor Sapi dan Daging Dari Brazil - USM-ISPI - 25 Mei 2021
1. Tinjauan Kesehatan Hewan Terhadap
Impor Sapi dan Daging dari Brazil
Webinar Series #5 – PB ISPI dan Program S2 Peternakan Universitas
Sebelas Maret – 25 Mei 2021
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Tema: “Apakah impor sapi dari Brazil, dapat menjadi solusi
persoalan industri sapi potong di Indonesia”
2. Indonesia mulai impor daging
sapi Brazil (2021)
• Impor daging sapi dilakukan untuk:
menjaga stabilitas harga;
memenuhi ketersediaan pasokan
menjelang Idul Fitri;
meningkatkan ketahanan pangan
nasional; dan juga
upaya membuka kesempatan untuk
mengkaji sejauh mana kualitas
produk daging sapi Brasil.
Sumber: https://bisnis.tempo.co/read/1458749/420-ton-daging-sapi-impor-
dari-brasil-mulai-datang-di-indonesia-secara-bertahap/full&view=ok
3. Populasi ternak sapi di Brazil
• Populasi sapi Brazil terus tumbuh selama beberapa tahun terakhir dengan
tingkat pertumbuhan 3% per tahun.
• Peningkatan permintaan daging sapi di seluruh dunia telah menstimulasi
peningkatan produksi dan produktivitas ternak sapi di Brazil.
Sumber: https://www.ers.usda.gov/amber-waves/2019/july/brazil-once-again-becomes-the-world-s-largest-beef-exporter/
• Brazil memiliki populasi
ternak terbesar ke-2 di
dunia setelah India yaitu
252,7 juta ekor — dan
sebagian besar produksi
bergantung pada rumput.
4. Ekspor daging sapi dari Brazil
• Brazil (2020) mengekspor daging sapi ke China (28%), Timur Tengah (24%),
Hong Kong (18%), Uni Eropa (5%) dan lainnya (25%).
• China dan Hong Kong terus mendominasi dua tujuan teratas untuk ekspor
daging sapi Brazil, 46% dari total pengapalan daging sapi Brazil pada 2020.
• China mencabut pelarangan terkait Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)
terhadap daging sapi Brazil (2012) dan sejak itu menjadi importir terbesar.
• Brazil saat ini merupakan produsen daging halal terbesar dan berpotensi
membuat terobosan ke Timur Tengah dan pasar mayoritas Muslim lainnya.
• Brazil juga berupaya meningkatkan ekspor daging sapinya ke Afrika Selatan,
Iran, Irak, Myanmar, Malaysia, Singapura, dan Indonesia (negara dengan
populasi Muslim terbesar di dunia).
Sumber: https://www.ers.usda.gov/amber-waves/2019/july/brazil-once-again-becomes-the-world-s-largest-beef-exporter/
5. Ekspor sapi hidup dari Brazil
• Brazil saat ini mengekspor sapi hidup sebagian besar ke
Uni Eropa (EU) dan Amerika Serikat.
• Total ekspor sapi Brazil adalah 535.000 ekor (2019),
350.000 ekor (2020) dan diprediksi menjadi 370.000 ekor
(2021).
• Negara bagian Mato Grosso memiliki populasi ternak
terbesar (32 juta sapi = 13,9%), diikuti Minas Gerais
(10,8%), Goiás (10,5%) dan Mato Grosso do Sul (10%).
• Negara bagian yang mengekspor sapi hidup adalah
Pará, Rio Grande do Sul, Tocantins, São Paulo, Minas
Gerais and Maranhão.
Sumber: Pinheirode Sá M. Data on network of live cattle exports from Brazil. Data in Brief, Volume 19, August 2018, Pages 1963-1969
6. Hambatan teknis ekspor sapi dan daging Brazil
• Brazil masih mengalami masalah
hambatan teknis (technical barriers)
terhadap produksi dan perdagangan ternak
yaitu penyakit hewan menular seperti:
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
dengan kemajuan yang baik menuju
eradikasi menyeluruh; dan
Brucellosis dan Tuberkulosis (TB)
dengan eradikasi yang berjalan lambat.
7. Mengapa kita harus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian
dalam setiap importasi ternak dan produk ternak?
PMK adalah penyakit yang paling menular di
planit ini
1. Dosis virus rendah diperlukan untuk
infeksi
2. Virus PMK bertahan hidup di lingkungan
3. Ekskresi (shedding) virus tinggi
4. Jangkauan hospes luas (domestik & liar)
5. Penularan sebelum muncul gejala klinis
6. Infeksi subklinis (ruminansia kecil & hewan
yang divaksinasi)
7. Morbiditas tinggi tetapi mortalitas rendah
8. Penyakit mulut dan kuku (PMK)
• Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit virus yang sangat
menular yang menyerang hewan berkuku belah.
• Disebabkan oleh beberapa tipe dan subtipe antigenik virus yang
distribusinya tidak merata di wilayah dunia dimana PMK ada.
• Infeksi salah satu dari 7 serotipe tidak memberikan kekebalan terhadap
salah satu dari serotipe lainnya.
• Dari 7 serotipe, telah dilaporkan:
o 6 dari Afrika (A, C, O, SAT-1, 2 dan 3);
o 4 dari from Asia (A, C, O, Asia-1); dan
o hanya 3 dari Amerika Selatan (A, O, C).
• SAT-1 dan SAT-2 dilaporkan secara sporadis di Timur Tengah.
9. PMK di Brazil
• Wabah PMK pertama kali dilaporkan pada tahun 1895 di negara bagian
Minas Gerais.
• Wabah terakhir terjadi pada 2006 di negara bagian Mato Grosso do Sul dan
ini berarti tidak dilaporkan ada kasus PMK selama 15 tahun terakhir.
• Tiga strain virus PMK berhasil diisolasi dalam 20 tahun terakhir (O, A, dan C).
• Status PMK di Brazil yang diakui OIE (lihat slide berikut):
Negara bagian Santa Catarina di wilayah selatan sebagai zona bebas
PMK tanpa vaksinasi;
Negara bagian Rio Grande do Sul di wilayah selatan sebagai zona bebas
PMK dengan vaksinasi, dan
Seluruh negara bagian sisanya di wilayah utara sebagai zona bebas PMK
dengan vaksinasi (25 zona).
10. Status resmi PMK Menurut
OIE (2020)
Zona bebas PMK tanpa ada praktik vaksinasi,
terdiri dari Negara Bagian Santa Catarina
(Februari 2007)
Zona bebas PMK di mana ada praktik vaksinasi,
terdiri dari Negara Bagian Rio Grande do Sul
(September 1997)
Zona perluasan bebas PMK di mana ada praktik
vaksinasi, terdiri dari Negara Bagian Acre,
Alagoas, Amapá, Amazonas, Bahia, Ceará,
Espíritu Santo, Goiás, Mato Grosso, Mato Grosso
do Sul, Maranhão, Minas Gerais, Pará, Paraná,
Paraiba, Pernambuco, Piaui, Rio de Janiero, Rio
Grande do Norte, Rondõnia, Roraima, São Paulo,
Sergipe, Tocantins, dan Federal Districts (Agustus
2010, September 2017, September 2019)
11. Ketentuan OIE TAHC Chapter 8 digunakan dalam mengevaluasi
risiko PMK dari impor daging sapi Brazil
1) Daging sapi yang akan diimpor adalah daging sapi tanpa tulang (deboned
beef).
2) Daging sapi harus berasal dari ternak yang disertifikasi oleh dokter hewan
pemerintah yang menyatakan ternak tersebut lahir, dipelihara dan dipotong di
zona ekspor.
3) Daging sapi harus berasal dari ternak yang dipotong di RPH yang telah
diakreditasi dan telah melalui inspeksi ante- dan post-mortem terhadap PMK
dengan hasil memuaskan.
4) Daging tanpa tulang harus dilepaskan limpfoglandulanya (deboned and
deglanded meat) dan telah melalui proses maturasi pada temperatur >20C
selama minimum 24 jam dan diuji pHnya <6,0 di tengah-tengah otot
longissimus dorsi.
12. Persyaratan impor daging sapi dari negara/zona tertular
PMK yang menggunakan vaksinasi
• Persyaratan untuk maturasi dan
pelepasan tulang (deboning) daging sapi
dari negara yang menggunakan vaksinasi
untuk mengendalikan PMK, menyediakan
jaminan tambahan bahwa daging aman
untuk diperdagangkan, meskipun ada
infeksi sub-klinis pada ternak yang
divaksinasi pada saat akan dipotong.
13. Mengapa daging tanpa tulang aman diimpor? Proses
maturasi
• Probabilitas virus PMK selama proses
maturasi bertahan hidup pada pH < 6 dalam
otot rangka adalah ‘RENDAH”.
o Virus PMK terinaktivasi secara cepat
dalam otot jantung dan otot rangka selama
‘rigor mortis’ sebagai hasil dari
pembentukan asam laktat yang
mengakibatkan jatuhnya pH menjadi 5,5 -
6,0 (Pharo, 2002).
o Tingkat inaktivasi virus PMK adalah 90%
per menit pada pH 6 dan 90% per detik
pada pH 5 (Bachrach et al., 1975).
Proses pengukuran pH
14. Mengapa daging tanpa tulang aman diimpor? Pelepasan
tulang
• Proses pelepasan tulang (deboning) akan mengurangi
probabilitas virus bertahan hidup dalam karkas menjadi
‘RENDAH’.
o Partikel virus yang ada dalam limfoglandula,
gumpalan darah besar, volume darah besar, sumsum
tulang dan jeroan terproteksi dari perubahan pH dan
virus dapat bertahan hidup dalam jaringan ini untuk
periode lebih dari 4 bulan (Blackwell, 1984).
o Namun, jika pelepasan tulang dikombinasikan
dengan pelepasan limfoglandula utama dan jaringan
limfatik, probabilitas virus bertahan hidup dalam
potongan-potongan daging sapi dapat dikurangi
menjadi ‘DAPAT DIABAIKAN’.
‘deboning/cutting
’
15. Program Nasional Eradikasi PMK di Brazil
• Rencana Strategis Program Nasional Eradikasi
dan Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku
(PNEFA) didesain selama periode 10 tahun,
dimulai pada 2017 dan berakhir pada 2026.
• Rencana Strategis ini selaras dengan OIE Code
dan pedoman Hemispheric Program for
Eradication of Foot-and-Mouth Disease (PHEFA)
yang merupakan upaya untuk mengeradikasi
PMK di Amerika Selatan.
• PNEFA spenuhnya didukung oleh pembagian
tanggung jawab antara pemerintah dan swasta.
16. Legislasi terkait PMK di Brazil
• Normative Instruction 44 of 2007 - Pedoman Pemberantasan dan
Pencegahan PMK:
- Normative Instruction ini mengatur pergerakan ternak yang peka terhadap
PMK ke dalam dan di dalam Brazil.
- Tidak ada ternak yang peka terhadap PMK yang telah divaksinasi PMK
dapat masuk ke zona yang bebas tanpa vaksinasi (Santa Catarina).
• Normative Instruction 48 of 2020 – Pedoman umum surveilans PMK untuk
implementasi Program Surveilans Nasional PMK (PNEFA):
- Investigasi seluruh kasus terduga penyakit vesikuler (vesicular disease).
- Vaksinasi sistematis dan wajib terhadap PMK harus dilakukan pada sapi
dan kerbau di zona bebas PMK dengan vaksinasi.
17. Rencana Strategis Program Eradikasi dan Pencegahan
PMK 2017 – 2026
• Tindakan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis dikelompokkan
menjadi 16 operasi yang terdiri dari 4 komponen:
a) Perpanjangan kapasitas sistim kesehatan hewan (veterinary
services);
b) Penguatan sistim surveilans kesehatan hewan;
c) Interaksi antar pemangku kepentingan dalam program
pencegahan PMK (public-private partnership); dan
d) Penyelesaian transisi di seluruh wilayah Brazil dari status bebas
PMK di mana vaksinasi dipraktikkan menjadi vaksinasi tidak lagi
dipraktikkan.
Sumber: National Program for the Eradication and Prevention of Foot and Mouth Disease - PNEFA Strategic Plan 2017 – 2026
18. Program zonasi PMK di Brazil
• Ministry of Agriculture, Livestock and Supply (MAPA) Brazil mengikuti
pedoman Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) untuk membentuk dan
mempertahankan zona bebas PMK.
• Termasuk mengamati persyaratan teknis yang diperlukan, begitu juga
melakukan kewaspadaan epidemiologis berkelanjutan, yang mencakup
supervisi pergerakan ternak yang rentan PMK.
• Pengorganisasian geografis ke dalam 5 blok (lihat slide berikut) bertujuan
untuk mendukung proses transisi dari zona bebas PMK tanpa vaksinasi ke
zona bebas PMK dengan vaksinasi secara regional, dimulai 2019 dan
berakhir 2023, di mana seluruh negara akan memperoleh status bebas PMK
tanpa vaksinasi yang diakui OIE.
Sumber: National Program for the Eradication and Prevention of Foot and Mouth Disease - PNEFA Strategic Plan 2017 – 2026
19. Organisasi geografis ke dalam 5 blok
V
IV
III
II
I
BLOK WILAYAH
Blok I Acre, Rondônia, sebagian Amazonas
dan sebagian Mato Grosso
Blok II Amazonas, Amapá, Pará dan Roraima
Blok III Alagoas, Ceará, Maranhão, Paraíba,
Pernambuco, Piauí dan Rio Grande do
Norte
Blok IV Bahia, Distrito Federal, Espírito Santo,
Goiás, Mato Grosso, Mato Grosso do
Sul, Minas Gerais, Rio de Janeiro, São
Paulo, Sergipe dan Tocantins
Blok V Paraná, Rio Grande do Sul dan Santa
Catarina
20. Prediksi jadwal vaksinasi PMK di Brazil
• Vaksinasi masal sistematis perlu dipertahankan pada
tingkat saat ini karena persistensi infeksi di Brazil.
• Menurut Kalendar Vaksinasi Nasional 2020, sapi dan
kerbau hingga umur 2 tahun divaksinasi di sebagian
besar negara bagian di Brazil.
No. Blok atau Negara bagian Jadwal
1. Blok I November 2019
2. Blok II, III & IV Mei 2021
3. Paraná Mei 2019
4. Rio Grande do Sul Mei 2021
21. Strategi vaksinasi PMK di Brazil
• Vaksinasi hanya wajib (mandatory) untuk sapi dan kerbau:
o umur di bawah 24 bulan dilakukan dua kali setahun, termasuk direkomendasikan
vaksinasi segera setelah ternak lahir; dan
o umur di atas 24 bulan, dilakukan setahun sekali.
• Negara bagian bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan
kampanye vaksinasi di tingkat negara bagian. Bulan dimana tahapan vaksinasi
dilakukan bervariasi menurut negara bagian.
• Pada setiap tahap, pemilik ternak harus membuktikan telah membeli vaksin dalam
jumlah yang sesuai dengan kelompok ternaknya, dan mendeklarasikan bahwa
vaksinasi telah dilakukan dengan meregistrasikannya ke Unit Veteriner Lokal (LVU).
• Pemilik ternak yang gagal mematuhi akan dikenakan denda dan pelarangan
melalulintaskan dan menjual ternaknya.
Sumber: Guidelines for Inspecting the Sale of Foot and Mouth Disease Vaccine and for the
Control and Evaluation of Vaccination Stages. 2nd edition. MAPA 2019.
22. Kendala vaksinasi dalam program eradikasi PMK:
Kekebalan populasi (herd immunity)
• Pentingnya cakupan vaksinasi dalam program eradikasi PMK harus jelas,
ketika merancang dan menafsirkan survei serologis untuk menilai kekebalan
populasi (herd immunity), apakah tujuannya untuk mengambil sampel hanya
ternak yang divaksinasi atau seluruh populasi.
• Sebagai contoh (lihat gambar di slide berikut): Total populasi seluruhnya = 30
sapi. Populasi yang memenuhi syarat untuk vaksinasi adalah sekumpulan
populasi yang terdiri dari 24 sapi. Dari 24 sapi tersebut, 20 divaksinasi dan
14 memiliki antibodi yang cukup terhadap PMK (sapi yang dikelilingi oleh
batas hijau).
Sumber: Foot and mouth disease vaccination and post-vaccination monitoring Guidelines FAO and OIE, December 2016
23. • Cakupan vaksinasi adalah 20 dari
24 = 83%
• Kekebalan dari populasi yang
divaksinasi adalah 14 dari 20 =
70%
• Populasi yang divaksinasi adalah
20 dari 30 = 67%
• Kekebalan seluruh populasi
adalah 14 dari 30 = 47%
Ditambah potensi komplikasi
kekebalan dari infeksi.
Cakupan vaksinasi 83%, kekebalan populasi 47%
Sumber: Foot and mouth disease vaccination and post-
vaccination monitoring Guidelines FAO and OIE, December 2016
24. Mengapa sapi yang divaksinasi tidak aman?
Fase infeksi yang persisten dan subklinis
• Pengendalian dan pemberantasan PMK dipersulit dengan adanya fase infeksi
yang persisten dan subklinis pada ruminansia; hewan dengan status ini disebut
sebagai “carrier”, meskipun signifikansi epidemiologis dari virus PMK ‘carrier’
ini tidak pasti.
• Keberadaan ‘carrier’ virus PMK secara tradisionil didefinisikan sebagai deteksi
virus PMK infeksius dalam cairan nasofaring lebih dari 28 hari pasca infeksi, dan
ini dilaporkan terjadi pada 50% dari sapi yang terinfeksi.
• Penelitian baru-baru ini mendemonstrasikan bahwa ‘carrier’ dapat diidentifikasi
lebih dini lagi 15 hari pasca infeksi pada sapi yang divaksinasi dan 21 hari pasca
infeksi pada sapi yang tidak divaksinasi.
• Infeksi persisten virus PMK terjadi baik pada sapi yang divaksinasi dan naif,
terlepas dari kejadian klinis penyakit.
25. Perkembangan PMK pada sapi yang divaksinasi
• Baik sapi yang tidak
divaksinasi dan yang
divaksinasi akan melintasi
fase transisional, di mana
infeksi akan berhenti
(konvalesen/sembuh) atau
menjadi infeksi persisten
(‘carrier’ PMK).
• Tingkat ‘carrier’ pada sapi
bervariasi antara 15 - 50%.
26. Hambatan impor sapi:
Keberadaan ‘carrier’ dalam populasi
• Keadaan ‘carrier’ pada sapi biasanya bertahan
lebih dari 6 bulan, meskipun dalam proporsi kecil
mungkin berlangsung hingga 3 tahun.
• Kerbau, domba dan kambing domestik biasanya
tidak membawa virus PMK lebih dari beberapa
bulan; kerbau Afrika adalah hospes utama dari
serotipe SAT, dan dapat menyembunyikan virus
setidaknya 5 tahun.
• Bukti lapangan mengindikasikan bahwa pada
kesempatan yang jarang, ‘carrier’ dapat
menularkan infeksi ke hewan rentan melalui kontak
dekat; mekanisme yang terlibat tidak diketahui.
27. Membedakan antara hewan yang divaksinasi dari
hewan yang terinfeksi
• Untuk membedakan hewan yang divaksinasi dari hewan yang terinfeksi (baik
‘carrier’ atau tidak), dibutuhkan uji serologis yang disebut: DIVA (Differentiating
Infected from Vaccinated Animals) untuk mendeteksi non-structural proteins
(NSP) dari virus PMK; jika hewan positif NSP artinya terinfeksi virus PMK.
• Uji untuk mendeteksi NSP sangat spesifik dan bahkan mampu mendeteksi
infeksi diam (silent infections) dalam populasi sapi atau domba.
• Adanya antibodi mungkin
disebabkan hewan telah
divaksinasi atau hewan
terinfeksi.
28. Kemajuan program eradikasi PMK di Brazil
• Ada kemajuan signifikan dalam program eradikasi PMK di Brazil, di mana konsolidasi
strategi zona-zona bebas disesuaikan dengan karakterisasi wilayah produksi ternak.
• Peran yang sangat mendukung dari keberadaan Pan American Centre for Foot-and-
Mouth Disease (PANAFTOSA) di Rio de Janeiro, Brazil yang merupakan satu dari
Laboratorium Referensi OIE untuk FMD di Amerika Selatan.
• Dari beberapa studi ditunjukkan bahwa sapi adalah satu-satunya reservoir virus PMK
di Amerika Selatan. Tidak ada bukti penularan PMK terjadi antara ternak domestik dan
hewan liar, meskipun di wilayah tanpa vaksinasi.
• MAPA mengeluarkan Normative Instruction No. 52 pada Agustus 2020, yang
mengakui negara bagian Acre, Paraná, Rio Grande do Sul dan Rondônia sebagai
bebas PMK tanpa vaksinasi. Sebagian wilayah Amazona dan Mato Grosso juga diakui
memiliki status yang sama. Pemerintah Brazil mengharapkan pada Mei 2021,
perubahan ini dapat secara resmi diakui OIE. Sumber: https://www.pig333.com/latest_swine_news/brazil-
recognizes-six-states-as-fmd-free-without-vaccination_16534/
29. Kesimpulan dan rekomendasi (1)
• Hambatan kesehatan hewan menjadi masalah yang sangat signifikan dalam
perdagangan internasional hewan hidup dan produk hewan.
• Penyakit mulut dan kuku (PMK) menjadi hambatan teknis utama dalam
perdagangan ternak dan produk ternak regional maupun global.
• Negara yang bebas PMK seperti Indonesia akan terus terancam dengan
adanya PMK di wilayah manapun di dunia.
• Dari aspek kesehatan masyarakat veteriner, daging sapi dari Brazil telah
diberikan izin untuk diimpor ke Indonesia, hanya apabila dimasukkan dalam
bentuk daging sapi beku tanpa tulang dan tanpa limfoglandula (frozen
deboned and deglanded beef) yang telah memenuhi persyaratan OIE sebagai
‘komoditi aman’ (safe commodity).
30. Kesimpulan dan rekomendasi (2)
• Rekomendasi untuk mengimpor sapi dari Brazil harus memastikan bahwa:
– Ternak sapi berasal dari zona bebas PMK tanpa vaksinasi dengan sebelumnya
telah dilakukan analisis risiko dan persyaratan kesehatan hewan yang ketat.
– Mengingat potensi ternak hidup sebagai ‘carrier’ virus PMK, dan kompleksitas
pelaksanaan vaksinasi untuk mencapai ‘herd immunity’, maka tidak diizinkan
untuk mengimpor sapi dari zona bebas PMK dengan vaksinasi.
– Deteksi ‘carrier’ dengan uji NSP tidak terlalu sensitif, penetapan status infeksi
dari populasi/kelompok sapi yang divaksinasi hanya dapat didasarkan pada
kombinasi survei klinis dan survei serologis serta penyelidikan epidemiologi.
• Dari aspek kesehatan hewan, penambahan zona-zona bebas PMK tanpa
vaksinasi yang baru dan diakui oleh OIE (selain Santa Catarina), memberikan
peluang kepada Indonesia untuk melakukan impor sapi hidup dari Brazil.