Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Kajian Singkat Importasi Bahan Pakan Asal Hewan Dari Brazil ke Indonesia - Ditkeswan, 8, 15 dan 29 Mei 2020
1. Kajian singkat importasi
Bahan Pakan Asal Hewan (BPAH)
dari Brazil ke Indonesia
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan
Rapat Pembahasan “Zoom” – 8 Mei 2020, 15 Mei 2020 dan 29 Mei 2020
2.
3. Importasi BPAH (unggas dan bovine)
berkaitan dengan penyakit di Brazil
• Poultry and by-product meal (bulu, darah,
dan daging):
❑ Avian influenza
• Meat and bone meal, Blood meal:
❑ Penyakit mulut dan kuku (PMK)
❑ Bovine spongiform encephalopathy (BSE)
4. Bahan baku
• Poultry meal:
✓ Residu unggas yang tidak ditujukan untuk konsumsi
manusia (non-edible poultry residues)
• Feather meal:
✓ Bulu unggas
• Meat and bone meal:
✓ Karkas atau bagian-bagian dari karkas hewan, yang
tidak ditujukan untuk konsumsi manusia (non-edible
parts), tulang, darah dan jeroan (offal) yang dapat
digunakan, dan semua ini dikirimkan ke ‘rendering’
dalam tangki
• Blood meal:
✓ Darah hewan Sumber: SIF 2500, SIF 4617
5. Avian influenza (AI) di Brazil
• AI merupakan penyakit eksotik di Brazil, dan tidak pernah
dilaporkan pada unggas komersial (Martins, 2001;
Moraes et al., 2009).
• Dibuktikan dari beberapa studi di Brazil yang bertujuan
untuk mengisolasi (Couceiro, 1986; Kawamoto et al., 2005)
atau mengidentifikasi (Soares, 2002) virus-virus AI, atau
menginvestigasi produksi antibodi (Oliveira Junior et al.,
2001; Viegas, 2006) pada burung-burung liar atau burung-
burung hias dan unggas domestik.
• Suatu studi lain mengindikasikan bahwa virus-virus AI dari
subtipe H5, H7 dan H9 bersirkulasi di antara burung-burung
liar di Negara bagian São Paulo dalam bentuk infeksi
bersama-sama atau berurutan (Sousa E de. et al., 2013).
6. Persyaratan Poultry meal dan
Feather meal (Artikel 10.4.24.)
• Terlepas dari status avian influenza (AI) negara asal, Otoritas Veteriner harus
mempersyaratkan sertfikat veteriner internasional yang membuktikan bahwa:
– komoditi ini telah diproses di negara, zona atau kompartemen bebas AI dari
unggas yang dipelihara di negara, zona atau kompartemen bebas AI dari saat
menetas sampai saat pemotongan atau setidaknya 21 hari sebelum pemotongan,
ATAU
– Komoditi ini telah diproses baik:
• dengan cairan panas pada minimum temperatur 118ºC untuk minimun
40 menit; atau
• dengan proses hidrolisis berkelanjutan dengan tekanan setidaknya
3,79 bar dengan penguapan pada minimum temperatur 122ºC untuk
minimum 15 menit; atau
• dengan alternatif proses ‘rendering’ yang memastikan bahwa temperatur
internal di keseluruhan produk mencapai setidaknya 74ºC;
– DAN
• tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menghindari kontak antara
komoditi dengan sumber virus AI
7. Status PMK di brazil
• Status PMK Brazil menurut Resolusi OIE No. 22 dalam
OIE General Session of the World Assembly yang ke-
86 pada bulan Mei 2018 adalah negara yang memiliki
zona bebas PMK yaitu:
- Satu zona PMK tanpa vaksinasi yaitu negara bagian
Santa Catarina (SC) yang telah diakui secara resmi oleh
OIE pada tahun 2007
- Satu zona PMK dengan vaksinasi yaitu negara bagian
Rio Grande do Sul (RS) yang telah diakui secara resmi
oleh OIE pada tahun 1997
- Sisanya 23 zona PMK dengan vaksinasi
9. Legislasi terkait PMK di Brazil
• Normative Instruction 44 of 2007 - Pedoman
Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Mulut
dan Kuku)
- Normative Instruction ini mengatur pergerakan
ternak yang peka terhadap PMK ke dalam dan di
dalam Brazil
- Tidak ada ternak yang peka terhadap PMK yang
telah divaksinasi PMK dapat masuk ke zona yang
bebas tanpa vaksinasi (Santa Catarina)
10. Inspeksi post mortem terkait PMK
• Decree 9,013 of 2017 – artikel 125 hingga 133 mengatur
aspek umum dari inspeksi post mortem (PM) pada rumah potong
hewan. Inspeksi PM terhadap 100% karkas dilakukan oleh SIF.
• Standar letak/baris dimana inspeksi dilakukan adalah:
- Posisi A: Pemeriksaan kuku (pada RPH ekspor) dan bibir (PMK)
- Posisi B: Pemeriksaan kepala dan lidah
- Posisi C: Kronologi gigi (hanya untuk keperluan pasar)
- Posisi D: Pemeriksaan traktus gastrointestinal, limpa, pankreas,
kandung kemih dan uterus
- Baris E: Pemeriksaan hati, paru-paru, jantung dan ginjal
- Baris F: Pemeriksaan sisi eksternal dan internal bagian posterior
dari karkas dan limfonoda yang sesuai
- Baris G: Pemeriksaan sisi eksternal dan internal bagian anterior
dari karkas dan limfonoda pre-skapular
11. Persyaratan meat-and-bone-meal
(MBM) terkait PMK (Artikel 8.8.26.)
Rekomendasi importasi dari negara tertular PMK
• Untuk blood meal dan meat meal dari hewan yang
peka PMK
• Otoritas Veteriner harus meminta sertifikat veteriner
internasional yang membuktikan bahwa metoda
manufaktur untuk produk ini termasuk pemanasan
untuk minimum temperatur inti 70°C selama
setidaknya 30 menit.
13. Status BSE Brazil menurut OIE
• Brazil adalah negara yang memiliki status ‘negligible BSE risk’
sejak 2012 (80th General Session of World Assembly) dan masih
diakui sampai 2019 (87th General Session of World Assembly)
• Dalam lebih dari 20 tahun surveilans BSE (sejak 1997), Brazil
mencatat hanya ada 3 (tiga) kasus ‘BSE atipikal’ (atypical BSE)
dan tidak ada kasus ‘BSE klasik’ (classical BSE)
• Kasus dipertimbangkan sebagai “BSE atipikal” (H- atau L-BSE)
karena sapi tertular dengan protein BSE secara spontan, bukan
melalui pemberian pakan (feed supply)
• Kasus “BSE klasik” (C-BSE) disebabkan ketika sapi diberi
makan otak atau jaringan tulang belakang dari ternak ruminansia
lain, yang sekarang sudah dilarang di hampir semua negara
penghasil daging sapi termasuk Brazil.
14. Kasus BSE di Brazil
• Setiap deteksi kasus BSE atipikal dilakukan sebagai bagian dari
surveilans BSE dan semua kasus dilaporkan ke OIE.
• Pada kasus ke-3 tahun 2019, beberapa negara termasuk Korea
Selatan, China dan Mesir menghentikan sebagian atau seluruh
impor daging sapi dari Brazil, tapi perdagangan saat ini telah
dibuka kembali.
No Kasus Umur sapi Lokasi Waktu
1. BSE atipikal (tipe H) 13 tahun Parana Des 2012
2. BSE atipikal (tipe H) 12 tahun Mato Grosso Mei 2014
3. BSE atipikal (tipe H) 17 tahun Mato Grosso Mei 2019
Sumber: https://www.oie.int/animal-health-in-the-world/bse-situation-in-the-world-and-annual-
incidence-rate/10-16-number-of-reported-cases-worldwide-excluding-the-united-kingdom-copy-1/
15. Konfirmasi status ‘negligible BSE
risk’ Brazil (BSE atipikal pada Mei 2014)
• OIE melalui Scientific Commission
for Animal Diseases telah mengkaji
dua kali laporan investigasi
epidemiologi dari kasus BSE
atipikal yang terjadi pada Mei 2014
dan Mei 2019 di Brazil
• Kesimpulan:
– tidak ada alasan untuk mengubah
status risiko BSE dari Brazil; dan
– tetap mengakui secara resmi status
Brazil yang memiliki ‘negligible
BSE risk’
Sumber: https://www.oie.int/en/for-the-
media/press-releases/detail/
article/bovine-spongiform-encephalopathy
-bse-case-in-brazil-frequently-asked-
questions-and-answers/
16. Legislasi terkait BSE di Brazil (1)
• Administrative Decree No. 516, 9 December 1997 –
menetapkan BSE sebagai penyakit yang wajib dilaporkan
(notifiable disease) dan memberlakukan larangan
penggunaan protein ruminansia pada pakan ternak
ruminansia, dengan pengecualian protein berasal dari susu
• Normative Instruction No. 15, 29 October 2003 –
menetapkan persyaratan higiene dan sanitary untuk
konstruksi dan operasi, dan persyaratan Good
Manufacturing Practice (GMP) untuk ‘rendering plant’.
Residu hewan harus direduksi ukuran partikelnya tidak
melebihi 5 cm sebelum disterilisasi pada 133°C dan 3 bar
selama paling tidak 20 menit
17. Legislasi BSE di Brazil (lanjutan)
• Regulatory Instruction No 17 of 7 April 2008 –
menetapkan pelarangan manufaktur pakan ruminansia dan
non-ruminansia dalam satu ‘rendering plant’ yang sama
kecuali memenuhi persyaratan tertentu termasuk alur
produksi terpisah (separate production lines),
implementasi GMP, prosedur validasi untuk mencegah
kontaminasi silang (cross-contamination) pada semua
tahapan produksi, dan analisis laboratorium setidaknya
terhadap 10% ‘batch’ pakan ruminansia.
18. Legislasi BSE di Brazil (Lanjutan)
• Normative Instruction No. 15 of 29 October 2003 -
menentukan kondisi sanitary dan praktik GMP untuk
‘rendering plant’, prosedur inspeksi, dan monitoring kualitas
produk. Mencakup semua prosedur termasuk penerimaan
residu hewan yang tidak dapat dimakan (non-edible),
pemrosesan, kontrol kualitas, pengepakan, penyimpanan,
tujuan pengiriman, dan transportasi. Di antara banyak
ketentuan lainnya, mengamanatkan persyaratan sterilisasi
yang direkomendasikan oleh OIE untuk meminimalkan
infektivitas TSE, dan pelabelan produk untuk
mengindikasikan bahwa mereka tidak digunakan untuk
ruminansia. Persyaratan dokumentasi yang
dipersyaratkan, SOP dan Manual Prosedur. Termasuk
formulir spesimen, termasuk daftar ceklis inspeksi.
19. Mitigasi risiko BSE di Brazil
• Importasi MBM, atau pakan ternak yang mengandung protein
mamalia, dari negara-negara dengan BSE pertama kali
dilarang pada tahun 1991, kemudian dlakukan pembaruan dan
penyempurnaan terhadap larangan tersebut dalam undang-
undang berikutnya
• Pakan hewan kesayangan dan pakan jadi yang mengandung
protein hewani diterima untuk diimpor ke Brazil hanya jika
berasal dari begara-negara yang tidak memiliki sejarah BSE
• Importasi sapi hidup dari negara-negara dimana terjadi BSE
telah dilarang sejak 1990
• Importasi produk sapi sejak 2003 telah dibatasi pada
pankreas sapi dan ‘casing’, yang berasal secara eksklusif dari
negara-negara diklasifikasi OIE sebagai ‘negligible BSE risk’
20. Surveilans BSE di Brazil
• Brazil melakukan surveilans aktif sesuai dengan
pedoman yang tertuang dalam Artikel 11.5.20. -
11.5.22. OIE Terrestrial Animal Health Code.
• Praktik surveilans saat ini telah diberlakukan sejak
2002.
• Total poin Brazil untuk 7 tahun 2006-2012 inklusif jauh
melebihi target poin yang ditetapkan oleh OIE untuk
surveilans Tipe A.
21. Notifikasi dan diagnosis laboratorium
untuk BSE
• Brazil mengandalkan terutama pada sistim peternakan
sapi berbasis padang rumput yang ekstensif, dan 94%
dari ternak nasional tidak pernah diberi pakan olahan.
• Pelarangan pemberian pakan protein hewan kepada
ruminansia telah diberlakukan sejak 2001 dan harus
mengikuti penerapan aturan termasuk pengambilan
sampel pakan, baik di pabrik pakan dan di peternakan,
untuk bahan yang dilarang.
• Brazil memiliki program pengendalian untuk identifikasi
dan notifikasi terduga klinis BSE, dan diagnosis
laboratorium BSE. Terdapat jaringan yang terdiri dari 4
laboratorium untuk diagnosis BSE.
22. Legislasi terkait pemeriksaan
laboratorium terhadap BSE di Brazil
• Normative Instruction No. 15 of February 2002 –
persetujuan akreditasi dan aturan monitoring untuk
laboratorium diagnostik TSE, dan menentukan pemrosesan
sampel untuk histopatologi
• Normative Instruction No. 18 of 27 February 2004 –
persetujuan persyaratan kualitas untuk monitoring TSE
melalui immunohistokimia, dan menetapkan pemrosesan
sampel untuk immunohistokimia
• Normative Instruction No. 36 of 5 October 2007 –
menetapkan akreditasi laboratorium diagnostik TSE dalam
kaitannya dengan diagnosis immunohistokimia
23. Identifikasi dan penelusuran
• Identifikasi dan penelusuran (traceability) ternak adalah alat
untuk mengatasi kesehatan hewan (termasuk zoonosis) dan isu
keamanan pangan (food safety)
• Alat ini secara signifikan dapat meningkatkan efektivitas kegiatan
seperti:
• Manajemen wabah penyakit dan insiden keamanan pangan
• Program vaksinasi
• Budidaya kelompok/flok ternak
• Zona atau kompartementalisasi
• Surveilans
• Respon cepat dan sistim notifikasi
• Pengendalian lalu lintas ternak
• Inspeksi
• Sertifikasi
• Praktik yang adil dalam perdagangan dan penggunaan obat hewan,
pakan dan pestisida di tingkat peternakan
OIE Code Artikel 4.2.1.
24. Identifikasi ternak di Brazil
• Law No. 12.027 of November 24, 2009 – Mandat
tentang standar minimum penelusuran (traceability)
daging sapi dan kerbau. Ternak yang akan dipotong
harus disertai dengan Animal Transit Guide (GTA)
yang menunjukkan identifikasi.
• Pengendalian produksi ternak di Brazil didasarkan atas
properti desa dan suatu dokumen GTA yang disahkan
oleh dokter hewan pemerintah atau swasta yang
memenuhi syarat, bergantung pada spesies dan situasi
Sumber: SIF 576 (P), SIF 3338, SIF 4131
25. Animal Transit Guide (GTA)
• GTA berfungsi untuk dilakukannya penelusuran
(traceability) ternak, sehingga memungkinkan
dilakukan investigasi epidemiologik untuk tujuan
pengendalian dan penghentian wabah pada suatu
episode sanitary, sejauh dapat mencirikan perpindahan
spesimen antara lokasi geografis yang berbeda
• GTA memberikan beragam informasi mengenai ternak
yang ditransportasikan termasuk status sanitary dan
informasi mengenai vaksinasi
• Semua ternak harus disertai dengan dokumen
pendukung: GTA dan Supplier Guarantee Letter
26. Legislasi terkait identifikasi ternak
di Brazil
• Normative Instruction 51 of 2018 – menetapkan
sistim identifikasi individu Brazil untuk Sapi dan Kerbau
(SISBOV)
• Untuk suplai pasar ekspor yang memerlukan
penelusuran (traceability) individu ternak, RPH hanya
menerima sapi yang teregistrasi dalam SISBOV.
• SISBOV sifatnya sukarela, tetapi perlu untuk produsen
daging sapi yang ingin mensuplai pasar ekspor. Sistim
ini mencakup database online dan program inspeksi
yang komprehensif.
27. Skema GTA
Skema yang memperlihatkan inter-koneksi GTA. GTA
final yang diterima oleh tempat pengolahan daging
(meat processor) berisikan informasi dari seluruh
peternakan yang dilalui oleh ternak
Sumber: Socio-environmental monitoring of the cattle sector in Brazil. Proforest 09.
28. Persyaratan sapi di RPH
• Sapi dari peternakan teregistrasi tiba di RPH dalam
truk yang sudah dibersihkan dan didisinfeksi
• Sapi datang dari area bebas PMK dengan
vaksinasi dan juga dari area ‘negligible BSE risk’
• Peternakan tidak berada dalam pembatasan
karantina (veterinary quarantine) selama 12 bulan
terakhir
Sumber: SIF 4400
29. Penelusuran bahan baku dan
produk ternak di Brazil
• Declaration of Compliance of Animal Product (DCPOA)
– suatu dokumen sanitary (dicetak atau elektronik) yang
dikeluarkan oleh Otoritas Kompeten untuk membuktikan bahwa
material bahan baku dan produk ternak telah memenuhi
persyaratan kesehatan, teknis dan legal dari negara pengimpor
• Regulatory Instruction No. 34/2008 – menetapkan
pengaturan sanitary dan inspeksi teknologi ‘rendering plant’ yang
memproses residu hewan, dan persyaratan dokumen untuk
transportasi residu hewan. Aturan ini masih mempertahankan
persyaratan yang relevan dengan kontaminasi silang, dan
melarang penggunaan SRM untuk produksi MBM atau produk
yang berasal dari lemak hewan. Pengecualian diberikan untuk
blood meal, bone meal yang diperkaya kalsium dan tallow bebas
protein, dan juga bagi yang tidak memproses residu ruminansia.
30. Persyaratan BPAH (hanya relevan
untuk MBM sapi)
• Prosedur pengurangan infektivitas BSE pada
meat-and-bone meal (MBM):
1. Bahan baku harus dikurangi sampai ukuran partikel
maksimum 50 mm sebelum pemanasan.
2. Bahan baku harus dipanaskan di bawah kondisi
uap jenuh sampai mencapai temperatur tidak
kurang dari 133°C selama minimal 20 menit pada
tekanan mutlak 3 bar.
OIE Code Artikel 11.4.19.
31. Specific risk material (SRM)
• Semua tindakan yang ditentukan oleh OIE adalah wajib
dilakukan pada RPH ekspor dan diregulasi melalui
Memorandum-Circular No. 08/2017/CGI/DIPOA
• SRM dihilangkan, diidentifikasi, dipisahkan, ditimbang,
dibuang dan diinsinerasi oleh pekerja RPH yang telah
dilatih, dan prosedur ini dilakukan tidak hanya pada sapi
berumur lebih dari 30 bulan
• SRM adalah mata, tonsil, distal ileum, otak dan sumsum
tulang belakang
• Seluruh prosedur dimonitor dan dicatat secara harian oleh
tim Quality Assurance (QA) dan diverifikasi setiap tahun
oleh tim Federal Inspection (FI)
Sumber: SIF 431, SIF 2500, SIF 4400, SIF 4617
32. Manajemen SRM selama proses
pemotongan di Brazil (1)
• Setiap perusahaan harus mematuhi ‘Specified Risk
Material Program’ yang bertujuan untuk menetapkan
prosedur pengendalian SRM, termasuk identifikasi,
pemisahan, penimbangan, penempatan, dan insinerasi,
begitu juga identifikasi dan pembersihan peralatan besar
dan kecil dari material yang digunakan dalam operasi
pembuangan SRM
• Semua langkah penanganan, penimbangan, penyimpanan
atau pembuangan SRM diberi tanda “MER” (SRM dalam
Bahasa Portugis), atau stiker atau area yang dicat hijau
• SRM dibuang oleh pekerja khusus menggunakan seragam
dengan warna berbeda Sumber: SIF 4507
33. Manajemen SRM selama proses
pemotongan di Brazil (2)
• Pekerja dilatih dalam prosedur untuk mencegah kontaminasi
silang (cross-contamination) dan penempatan (disposition) yang
tidak tepat
• Semua SRM diletakkan ke dalam kantong-kantong yang
diidentifikasi dan khusus (warna hijau dengan tanda berupa
akronim dalam bahasa Portugis “MER”)
• Setelah ditimbang, semua kantong SRM diletakkan di dalam
container, diberi tanda jelas dan terproteksi dengan garis hijau
dan dikirimkan ke insenerator di dalam ketel uap (boiler)
• Operasi ini secara hati-hati dijalankan di bawah pengamatan dan
staf Quality Assurance (QA) perusahaan
• Semua langkah proses penanganan SRM diverifikasi oleh QA
yang memonitor dua kali per shift dan record disimpan
34. Persyaratan produk akhir
• Meat and bone meal:
• Salmonella spp : Tidak ada/25 gr
• Kelembaban : < 10%
• Protein : > 40%
• Lemak (fat) : < 10%
• Granulometry : T10 < 10%; T07 < 1%
• Blood meal:
• Salmonella spp : Tidak ada/25 gr
• Kelembaban : < 10%
• Protein : > 80%
• Lemak (fat) : < 10% Sumber: SIF 431, SIF 2500
35. Penelusuran produk akhir
• Penelusuran (traceability) produk akhir dilakukan
melalui lot yang berhubungan dengan tanggal
produksi dan identifikasi yang dibuat secara
individual, terdiri dari tanggal produksi, tanggal
kadulawarsa dan Federal Inspection Services,
sehingga dapat ditelusuri dan dikendalikan
Sumber: SIF 4400
36. Sistim pelabelan dan pengemasan
• Pengemasan dan pelabelan untuk mengidentifikasi MBM
dan blood meal yang digunakan untuk pakan ternak harus
mencantumkan informasi yang telah ditentukan dalam
legislasi.
• Dicantumkan tujuan dari produk sebagai berikut:
“EXCLUSIVE FOR MANUFACTURERS OF ANIMAL FEED
PRODUCTS”
• Pada kasus dimana meat meal mengandung protein asal
hewan selain protein susu, harus dicantumkan kalimat
berikut:
“WARNING – USE PROHIBITED IN RUMINANT FEEDING”
Sumber: SIF 431