Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Peningkatan permintaan produk hewan global hingga tahun 2100.
2. Peran Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dalam menetapkan standar kesehatan hewan internasional.
3. Analisis risiko impor yang berdasarkan ilmu pengetahuan untuk menentukan kebijakan karantina hewan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTAN, Bogor, 1 Agustus 2007
1.
2. O U T L I N E
Tren pertumbuhan sektor peternakan
global
Peranan OIE
Peranan karantina hewan
Analisa risiko
Kebijakan importasi
3. Tren permintaan produk hewan
Kenaikan konsumsi yang diharapkan per
kapita antara sekarang dan 2100
Daging : faktor 2,5; negara-negara berkembang
faktor 5
Telur: faktor 3; negara-negara berkembang
faktor 8
Susu: faktor 2; negara-negara berkembang
faktor 5
4. Skenario konsumsi total produk ternak
Susu
Telur
Daging ayam
Daging domba
dan kambing
Daging babi
Daging sapi
Komsumsi(juta/ton/tahun)
5. Tren pertumbuhan sektor
peternakan global
1. Peningkatan yang kuat dari populasi hewan
secara global
2. Perbedaan regional dalam peningkatan produksi
daging sapi, babi dan unggas berdasarkan
preferensi budaya, agama atau nutrisional
3. Perbedaan antara negara-negara berkembang
dan negara-negara maju
4. Peningkatan yang kuat sistim industri peternakan
6. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia
(World organisation for animal health)
12 rue de Prony
75017 Paris, France
Tel: 33 (0)1 44 15 18 88
Fax: 33 (0)1 42 67 09 87
Email: oie@oie.int
http://www.oie.int
7. Office International des Epizooties (OIE)
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia
Suatu organisasi antar pemerintah
(intergovernmental organisation)
• Didirikan tahun 1924 – sebelum berdirinya Badan
Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations)
• 167 negara anggota
• Kantor pusat di Paris
• 5 perwakilan regional
8. Tujuan Organisasi Kesehatan
Hewan Dunia (OIE)
Memastikan transparansi situasi kesehatan hewan global
Mengumpulkan, menganalisa dan menyebarkan informasi
veteriner
Dalam kaitan mandat WTO, pengamanan (safeguard)
perdagangan dunia melalui standar kesehatan untuk
hewan dan produk hewan
Menyediakan keahlian dan mendorong pendekatan
internasional terkoordinasi terhadap wabah penyakit
Memperkuat sistim kesehatan hewan (veterinary services)
Kesejahteraan hewan dan keamanan pangan hewani
9. Mengapa standar diperlukan?
‘International public good’
Harmonisasi aspek kesehatan perdagangan internasional
➢ Timbulnya wabah penyakit berkurang
Memperkuat harmonisasi legislasi nasional dan tindakan
pengendalian
➢ Hambatan yang tidak dapat dijustifikasi berkurang
Promosi perdagangan yang adil (fair)
➢ Keuntungan terutama bagi negara-negara berkembang
10. Pengaruh terhadap standar
dari negara pengekspor untuk mengurangi
hambatan
dari negara pengimpor untuk perlindungan
maksimum
dari produsen / konsumen / LSM
untuk tujuan ilmiah
12. OIE Terrestrial dan Aquatic Codes
Rekomendasi tindakan kesehatan yang digunakan
oleh kelembagaan veteriner yang berwenang
➢ membuat peraturan kesehatan untuk importasi
hewan dan produk hewan yang aman
➢ sekaligus juga mencegah hambatan perdagangan
yang tidak dapat dijustifikasi
Mempertahankan status penyakit dengan tindakan
terhadap komoditi yang berdasarkan pada risiko
(risk based measures)
13. Prinsip-prinsip dalam OIE Codes
Mematuhi kewajiban terhadap WTO
Dasar ilmiah untuk rekomendasi
Tindakan kesehatan tertentu perlu memperhitungkan
semua faktor yang relevan di negara pengekspor
– kebijakan impor
– sejarah perdagangan
– sistem surveilans penyakit dan sejarah pelaporan
– kualitas sistim kesehatan hewan (veterinary services)
– konsep zoning / kompartementalisasi
– etika sertifikasi veteriner – kredibilitas
14. Daftar penyakit OIE
Daftar A and B – berakhir tahun 2004
Satu daftar – Daftar Penyakit OIE (OIE Listed
Diseases):
– Penyakit multi spesies – 16
– Penyakit sapi – 18
– Penyakit domba & kambing – 13
– Penyakit kuda – 16
– Penyakit babi – 9
– Penyakit unggas – 15
– Penyakit logomorph – 3
15. Daftar penyakit OIE
• Satu daftar – OIE Listed Diseases: (bersambung…)
– Penyakit lebah – 5
– Penyakit ikan – 16
– Penyakit molluska – 11
– Penyakit crustacean – 8
– Lain-lain – 1
16. Kriteria untuk daftar suatu
penyakit tertentu
Penyebaran internasional
Penyebaran secara nyata di antara populasi
yang naif
Potensi zoonosis ATAU
Penyakit baru muncul (emerging diseases)
17. Notifikasi penyakit
Notifikasi 24 jam:
– Kasus pertama dari suatu penyakit atau infeksi dalam
daftar OIE
– Kejadian berulang dari suatu penyakit dalam daftar OIE
setelah wabah berakhir
– Strain baru dari suatu agen penyakit dalam daftar OIE
– Perubahan dalam morbiditas/mortalitas
– Perubahan dalam patogenisitas atau selang hospes
– Suatu penyakit baru muncul (emerging disease)
18. Notifikasi Penyakit
Mingguan:
– Laporan lanjutan setelah nofikasi darurat (kejadian
laporan 24 jam) sampaipenyakit berhenti atau
menjadi endemik
Laporan 6 bulan:
– Epidemiologi penyakit endemik dalam daftar OIE
Tahunan:
– Kuesioner dengan informasi yang signifikan untuk
negara lain
19. Konsekuensi negatif
ekonomi dan sosial yang
tinggi
Kehilangan sumber
kehidupan
Peningkatan kemiskinan
Penyakit hewan:
Konsekuensi ekonomi dan sosial
20. Meminimalkan ancaman Emerging
Animal Diseases
Sistem kewaspadaan dini (Early warning systems)
Deteksi dini (Early detection)
• Kesadaran masyarakat (public awareness)
• Kualitas yang tinggi dari Veterinary Services
Notifikasi yang cepat dan transparan
• Rantai komando nasional yang memadai (national
chain of command)
21. Peranan Karantina
Importasi hewan dan produknya dari negara lain
akan memberikan peluang bagi hama atau agen
penyakit terbawa ke suatu negara
Importasi tersebut dapat mempengaruhi kehidupan
dan kesehatan manusia dan hewan, dan pada
gilirannya kehidupan ekonomi di negara tersebut
Rejim karantina dari suatu negara memegang
peranan penting dalam mengelola dan mengurangi
risiko hama dan penyakit
22. Pendekatan Dasar Ilmiah
Rejim karantina harus mematuhi persyaratan Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) yang terbit setelah
berakhirnya Perjanjian Perdagangan Multilateral Putaran
Uruguay tahun 1995
Aspek mendasar dari persyaratan ini adalah perlunya
pendekatan dasar ilmiah (science-based approach) untuk
menetapkan tindakan-tindakan yang berpotensi
menghambat perdagangan hewan dan produknya
Pendekatan ini secara umum digambarkan sebagai
Analisa Risiko Impor (Import Risk Analysis)
23. Perjanjian SPS
Perjanjian WTO mengenai Aplikasi Tindakan Sanitary dan
Phytosanitary (Perjanjian SPS) mengakui legitimasi negara-
negara anggota dalam menggunakan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk melindungi dari risiko yang membahayakan
kehidupan dan kesehatan manusia dan hewan, juga untuk
melindungi produsen domestik dalam persaingan
perdagangan internasional
Perjanjian tersebut memberikan hak kepada negara-negara
anggota untuk mengambil suatu ‘tindakan SPS’
(SPS measure) dan menentukan
‘tingkat perlindungan yang
memadai’ (appropriate level of
protection) atau ‘tingkat risiko
yang masih dapat diterima (the
acceptable level of risk)
24. Tindakan karantina
Tindakan karantina yang berkaitan dengan risiko hama
dan penyakit meliputi pembandingan (tradeoffs) – antara
biaya dan keuntungan (costs and benefits) – antara
ekonomi dan masyarakat (termasuk produsen dan
konsumen)
Suatu pembandingan yang nyata dari suatu tindakan
penghentian impor (import ban) adalah antara keuntungan
yang diperoleh dari tindakan mengurangi risiko dari hama
atau penyakit tertentu – dimana dalam banyak kasus
sifatnya substansial – dengan
keuntungan dari mendapatkan
produk yang lebih murah atau
berbeda
25. Kebijakan dan rekomendasi
tindakan karantina
Pengembangan kebijakan dan rekomendasi tindakan
karantina harus berlandaskan kepada analisa risiko
yang berdasar ilmiah (scientifically-based risk analysis)
Karantina harus menggunakan proses tertentu yang
memastikan bahwa Analisa Risiko Impor (ARI) yang
sifatnya konsultatif (consultative), berdasar ilmiah
(scientifically-based), bebas dari ketergantungan politik
(politically independent), transparan, konsisten,
harmonis dan dapat dituntut (subject to appeal)
26. Konteks pengambilan keputusan
Tanggung jawab domestik
➢ peraturan biosekuriti / karantina
➢ kebijakan pemerintah
Tanggung jawab internasional
➢ perjanjian WTO SPS
➢ OIE Codes
Prinsip-prinsip
➢ tujuan ilmiah (scientific objectivity)
➢ transparansi
➢ konsistensi
➢ tidak ada ‘risiko nol’ (zero risk)
27. Identifikasi masalah
Komoditas
➢ Komoditas apa yang diperdagangkan?
➢ Metoda produksi / pengolahan komersial yang
biasanya digunakan?
Sumber (lebih dari satu)
➢ zona/kompartemen, satu negara atau banyak negara?
Penggunaan di negara pengimpor?
Volume perdagangan (apabila mungkin)
28. Komoditas
Komoditas ‘aman’ (safe commodities)
– apabila mengizinkan impor atau transit dari komoditas
ini, maka tidak diperlukan persyaratan tertentu dan juga
tidak tergantung kepada status penyakit di negara/zona
pengekspor
Komoditas ‘tidak aman’ (unsafe commodities)
– apabila mengizinkan impor atau transit dari komoditas
ini, maka diperlukan persyaratan yang tercantum dalam
OIE Code yang relevan dengan status penyakit di
negara/zona pengekspor
29. Komoditas aman
Komoditas ‘aman’ untuk PMK
• embryo sapi
Komoditas ‘aman’ untuk BSE
• semen sapi
• susu
• daging tanpa tulang otot skeletal
Komoditas ‘aman’ untuk AI
• ??
30. Perdagangan yang aman
Keamanan perdagangan (trade safety):
– Sertifikat veteriner internasional (International veterinary
certificates/IVC)
– IVC yang dapat dipercaya
deteksi dini penyakit hewan
rantai informasi dan komando yang dapat dipercaya
– dari peternakan sampai ke titik ekspor (from the farm to the
export point)
– “Without good VS, all ICVs are only paper”
Keuntungan nasional (national benefits):
– VS mengikuti standar OIE (implementasi standar internasional)
➔ perbaikan hewan domestik dan kesehatan masyarakat
➔ peningkatan pengamanan hewan dan produksi pangan
hewani
➔ penurunan malnutrisi dan kemiskinan
33. Zoning & kompartementalisasi
Fokus: mempertahankan kesehatan dari suatu
subpopulasi dalam batasan suatu negara
Zoning:
– Diberlakukan terhadap suatu subpopulasi yang
ditetapkan berdasarkan geografis
Kompartementalisasi:
– Diberlakukan terhadap suatu subpopulasi
berdasarkan sistim manajemen dan biosekuriti
34. Perubahan BSE Code
Sistim tiga kategori
– Risiko dapat diabaikan tanpa perlu mitigasi
– Risiko dapat diabaikan dengan mitigasi
– Risiko tidak dapat ditentukan
Daftar produk aman
– Tambahkan otot skeletal yang tanpa tulang
• (tetapi tidak MSM)
– Tambahkan darah dan produk darah
– Kulit (skins and hides) –
cabut semua hambatan
terhadap kulit dari kepala
35. Avian Influenza – Kepentingan
untuk kode yang akan direvisi
Code yang lalu – hanya HPAI
– Interupsi perdagangan international
Sasaran LPAI: H5 dan H7
– Risiko mutasi dari ‘low pathogenic’ virus H5/H7 ke
‘highly pathogenic’ virus H5/H7
– Risiko ‘re-assortment’ yang akan terus berlangsung
menjadi agen patogenik untuk manusia
36. Perubahan Avian Influenza Code
• Notifiable AI (NAI) pada unggas:
– Setiap HPAI (berdasarkan uji patogenisitas)
– HPNAI
– Semua non-patogenik H5 dan H7 – LPNAI
37. Perubahan Avian Influenza Code
Rekomendasi perdagangan komoditas
– Berdasarkan status negara/zona/kompartemen
– Mengizinkan perdagangan daging unggas dan telur
dari zona LPNAI
Tindakan perdagangan bergantung kepada:
– Status NAI dari negara/zona atau kompartemen
– Komoditas yang diperdagangkan
– Prosedur perlakuan atau mitigasi yang digunakan
38. Penetapan status AI
Status NAI dari negara/zona/kompartemen
– Risk assessment dari semua faktor timbulnya
kejadian NAI
NAI wajib dilaporkan di seluruh negara
– Kasus yang dicurigai disampaikan untuk uji
laboratorium
Surveilans NAI
– Dapat dilihat pada Appendix
39. Negara/zona/kompartemen bebas NAI
NAI tidak ada selama 12 bulan terakhir
– (vs. 3 tahun) atau;
Apabila sebelumnya bebas, 3 bulan setelah
pemusnahan unggas terinfeksi terakhir dan
desinfeksi seluruh bangunan peternakan yang
tertular
– (vs. 6 bulan)
Perbedaan respon antara HPNAI dan LPNAI
40. Negara/zona/kompartemen bebas HPNAI
HPNAI tidak ada selama 12 bulan terakhir
– (vs. 3 tahun) atau;
Apabila sebelumnya bebas, 3 bulan setelah
pemusnahan unggas terinfeksi terakhir dan
disinfeksi semua bangunan peternakan yang
tertular
– (vs. 6 bulan)
Tidak bergantung kepada keberadaan LPNAI