Webinar membahas Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang sapi di Indonesia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Provinsi Riau pada Februari 2022 dan sejak saat itu terus menyebar ke beberapa kabupaten di provinsi tersebut. LSD menyebabkan kerugian ekonomi besar akibat kematian ternak dan penurunan produktivitas. Upaya pemberantasan diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Risiko Masuk dan Menyebarnya ASF- Asosiasi Epidemiologi Veteriner (AEVI), Bog...Tata Naipospos
Topik dalam presentasi ini meliputi:
(1) Faktor Etiologi African Swine Fever
(2) Sejarah dan Peta Penyebaran African Swine Fever di Dunia
(3) Epidemiologi African Swine Fever
(4) African Swine Fever di China (Agustus 2018)
(5) Peta Sebaran Ternak Babi di Indonesia dan Importasi Babi dan Produknya (2017)
(6) Potensi masuknya African Swine Fever Lewat Media Pembawa
(7) Pencegahan masuknya African Swine Fever ke Indonesia
4. Kesiapsiagaan Indonesia menghadapi penyakit
lintas batas (transboundary diseases)
● Dalam 4 tahun terakhir, Indonesia telah mencoba
mengantisipasi kemungkinan serangan penyakit lintas
batas (transboundary diseases) seperti African horse
sickness (penyakit kuda), African swine fever (penyakit
babi) dan Lumpy skin disease (penyakit sapi) yang
menjangkiti negara-negara di wilayah Asia Tenggara.
● Pada kenyataannya, ke-2 penyakit terakhir masuk juga
ke Indonesia, African swine fever (ASF) pada September
2019 dan Lumpy skin disease (LSD) pada Februari 2022.
5. Lumpy skin disease
● Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit menular
pada sapi yang sangat merugikan secara ekonomi
yang terjadi di Afrika, Timur Tengah, Eropa Tenggara,
Kaukasus utara, Federasi Rusia, India, dan Asia
Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara.
• Lumpy skin disease disebabkan oleh virus Lumpy skin
disease (LSDV), yang termasuk keluarga Poxviridae,
genus Capripoxvirus.
• Satu-satunya metoda untuk pengendalian yang sukses
adalah diagnosis cepat dan vaksinasi yang efisien.
6. Teori penularan LSD
● LSD telah menyebar keluar dari jangkauan aslinya di benua Afrika
lewat mekanisme atau jalur penularan yang kurang dipahami.
● Penularan melibatkan lalu lintas hewan hidup secara alami, atau
“dibantu manusia”, ditambah dengan lewat vektor (vector-borne) atau
lewat kontak.
● Meskipun penularan lewat kontak tampaknya memiliki efikasi yang
rendah, tetapi arthropoda (lalat, nyamuk, kutu) dapat memainkan
peran signifikan dalam penularan mekanis.
● Meskipun ada upaya penelitian intensif, belum ada bukti konklusif
yang diperoleh mengenai modus penularan yang dominan.
Sumber: Sprygin et al. (2019). Virus Research Volume 269, August 2019, 197637.
7. Penularan LSD
● Vektor arthropoda, kontak langsung, pakan dan air
yang terkontaminasi dan cara iatrogenik (misalnya,
penggunaan jarum yang berulang untuk hewan
berbeda) semuanya dapat menyebarkan penyakit.
● Virus ada dalam konsentrasi tinggi di nodul kulit dan
keropeng pada hewan yang terinfeksi dan dapat
diisolasi dari darah, saliva, cairan okular, cairan hidung
dan semen.
● Virus LSD dapat ditemukan dalam darah hingga 21 hari
pasca infeksi (p.i.), tetapi ekskresi ke dalam semen
dapat berlanjut setidaknya 42 hari pasca infeksi (p.i.).
9. Sebaran kasus LSD di Provinsi Riau (s/d Maret 2022)
● 7 (tujuh) kabupaten dilaporkan
ada kasus hewan yang terinfeksi:
1) Siak
2) Bengkalis
3) Kampar
4) Dumai
5) Indragiri Hulu
6) Pelalawan
7) Indragiri Hilir
● Hasil penelusuran wabah
menunjukkan bahwa kasus LSD
ditandai sudah muncul sejak awal
Januari 2022.
11. Kejadian kasus LSD dari tanggal 12 Jan s/d 18 Feb 2022
3
1
2
3
1
1
1
3
1
1 1
2
1
4
1
1 1
2
4
2
1
1
1
1
1
2
5
1 1
4
2
2
1
1
1
2
1
12
0
2
4
6
8
10
12
14 12/01/2022
13/01/2022
14/01/2022
15/01/2022
16/01/2022
17/01/2022
18/01/2022
19/01/2022
20/01/2022
21/01/2022
22/01/2022
23/01/2022
24/01/2022
25/01/2022
26/01/2022
27/01/2022
28/01/2022
29/01/2022
30/01/2022
31/01/2022
01/02/2022
02/02/2022
03/02/2022
04/02/2022
05/02/2022
06/02/2022
07/02/2022
08/02/2022
09/02/2022
10/02/2022
11/02/2022
12/02/2022
13/02/2022
14/02/2022
15/02/2022
16/02/2022
17/02/2022
18/02/2022
Awal deteksi kasus di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau
Sumber data: Direktorat Kesehatan Hewan (Maret 2022)
Jumlah
kasus
Dalam waktu 4 minggu, total 59 kasus.
12. Kasus LSD per jenis sapi (12 Jan s/d 18 Feb 2022)
0
2
4
6
8
10
12
sapi sapi
angus
sapi bali sapi
kuantan
sapi PO sapi
PO_Bali
(blank)
LSD menyerang
semua umur,
jenis kelamin
dan ras sapi.
Sumber data: Direktorat Kesehatan Hewan (Maret 2022)
Jumlah
kasus
13. Kasus LSD di Provinsi Riau (s/d 12 Maret 2022)
Kab/Kota
Morbiditas Mortalitas
Sakit/populasi
kandang
%
Mati/populasi
kandang
%
Siak 64/145 44% 1/145 0,7%
Bengkalis 12/38 32% - -
Kampar 8/38 21% - -
Dumai 23/117 20% - -
Indragiri Hulu 117/891 13% 2/891 0,2%
Pelalawan 26/384 7%
Indragiri Hilir 14/260 5%
Total 264/1873 14% 3/1873 0,2%
Dari pengamatan
lapangan, sangat
mungkin kasus
yang dilaporkan
di bawah angka
yang sebenarnya
(under reporting).
15. Dugaan introduksi virus LSD ke Provinsi Riau
• Jarak yang terlalu jauh
untuk vektor, LSD
cenderung masuk
lewat hewan hidup
ATAU
• Penyakit mungkin
akan masuk ke
Indonesia melalui
Sumatera Utara dan
Selatan melalui vektor
yang terinfeksi.
Presentasi E. Tupparainen
(Agustus 2021)
?
?
?
17. Penyebaran geografis LSD di Asia
● LSD dilaporkan pertama kali di Asia Selatan
(India, Bangladesh) dan Asia Timur (China) pada
2019.
● Pada Juli 2020, dilaporkan di Taiwan dan Nepal.
● Wabah paling akhir dilaporkan di Bhutan
(Oktober 2020), Vietnam (Oktober 2020),
Hongkong dan Myanmar (November 2020),
Srilangka (Januari 2021), Thailand (April 2021),
Kamboja, Laos, Malaysia (Mei 2021), Indonesia
(Februari 2022), dan Singapura (Maret 2022).
18. Situasi LSD di Asia Tenggara
Negara
Identifikasi
pertama kali
Tahun Kasus
Dimusnahkan
/disposal
Dipotong Mati
Kamboja 18 Mei 2021
2021 1.638 0 0 27
2022 13 0 0 0
Laos 15 Mei 2021 2021 369 0 0 0
Malaysia 10 Mei 2021 2021 703 0 96 3
Myanmar 9 Nov 2020 2020 63 0 0 0
Thailand 5 April 2021
2021 71.977 20 0 4.947
2022 75 0 0 9
Vietnam 5 Okt 2020
2020 12.586 1.097 0 2
2021 134 0 0 60
Singapura Maret 2022 2022 13 0 0 0
Sumber data: OIE WAHIS
19. Morbiditas dan mortalitas LSD
● Tingkat morbiditas bervariasi antara 5 hingga 45% dan tingkat
mortalitas biasanya tetap di bawah 10%.
● Morbiditas dan keparahan klinis penyakit jauh lebih rendah pada
kerbau dari pada sapi.
● Ras sapi lokal kurang rentan dari pada ras sapi perah Eropa dan sapi
dengan produksi tinggi biasanya lebih parah terkena dampaknya.
● Musiman – lebih umum (tetapi tidak terbatas pada) musim panas dan
lembab di mana keberadaan arthropoda penghisap darah berlimpah.
● Kekebalan – dimediasi baik oleh humoral dan sel – semua hewan
yang divaksinasi mungkin tidak menunjukkan tingkat antibodi yang
terdeteksi, meskipun hewan sepenuhnya terproteksi.
20. Cakupan hospes LSD
● Cakupan hospes – sapi dan kerbau domestik dan satwa liar.
● Tidak ada ‘carrier’ tetapi sejumlah hewan dapat terinfeksi tanpa
menunjukkan gejala klinis.
● LSD menular ke satwa liar seperti di Afrika yang menginfeksi Jerapah,
Gazelle, Impala dan Kijang Antelope.
• Wabah LSD di Thailand dan
juga menyerang satwa liar,
seperti Dead Gaur (Bos
gaurus), Mainland serow
(Capricornissumtraensis),
Banteng (Bos javanicus) dan
Gaur (Seladang) di Malaysia.
21. Penularan LSD lewat vektor arthropoda
● Sampai saat ini vektor yang paling berperan
adalah arthropoda penghisap darah seperti;
○ lalat kandang (Stomoxys calcitrans),
○ nyamuk (Aedes aegypti), dan
○ kutu keras (Rhipicephalus dan
Amblyomma).
● Bukti baru menunjukkan bahwa lalat rumah
(Musca domestica) juga dapat berperan
dalam penularan virus LSD, tetapi ini belum
diuji dalam tataran klinis.
Sumber: Sprygin et al. (2019). Transmission of lumpy skin disease virus: A short review. Aug;269:197637.
22. Penyebaran LSD jarak jauh
● Dari pengalaman kejadian LSD di wilayah Timur Tengah, Balkan, Kaukasus
Selatan dan sebagian Rusia, sebelum kampanye vaksinasi menunjukkan
efek penuh, penyakit ini terus menyebar dari satu wilayah ke wilayah lain,
terutama mengikuti pola musim meskipun telah diimplementasikan
tindakan-tindakan pengendalian dan pemberantasan.
● Penyakit mampu muncul beberapa ratus kilometer jauhnya dari lokasi
wabah awal (fokal) dalam waktu singkat.
● Penyebaran virus LSD jarak jauh nampaknya terjadi melalui pergerakan
hewan yang terinfeksi, tetapi pola musim yang berbeda mengindikasikan
bahwa penularan lewat arthropoda sangat mungkin bertanggung jawab
atas penyebaran jarak pendek yang cepat dan agresif.
Sumber: Sprygin et al (2019). Transmission of lumpy skin disease virus: A short review. Aug;269:197637.
23. Pengendalian lalu
lintas ternak
• Provinsi-provinsi yang
memiliki hubungan
perdagangan ternak dengan
Provinsi Riau yaitu:
• Sumatera Barat
• Sumatera Utara
• Jambi
• Lampung.
• Dari informasi lapangan,
dinyatakan ternak sapi lebih
banyak yang masuk dari pada
yang keluar dari Provinsi Riau.
24. Pasar hewan sebagai tempat penyebaran LSD
● Pasar ternak adalah tempat paling umum untuk menjual hewan yang
terkena dampak LSD dan membeli pengganti, menunjukkan bahwa
tempat ini bertindak sebagai pusat untuk penyebaran infeksi.
• Untuk menghentikan penyebaran
LSD, pemerintah daerah Sindh di
Pakistan memberlakukan
penutupan pasar hewan, dan juga
menyarankan agar tidak
mengonsumsi daging dan susu dari
hewan yang terinfeksi.
Sumber: Sindh government shuts cattle markets amid LSD epidemic – Latest News – The Nation
26. Signifikansi ekonomi dari LSD
● Signifikansi ekonomi dari penyakit ini sangat
memprihatinkan, mengingat bahwa LSD dapat
mengancam perdagangan internasional dan
dapat digunakan sebagai agen bioterorisme
ekonomi.
● Dampak ekonomi potensial dari serangan
wabah LSD cukup besar karena terganggunya
perdagangan ternak dan produk ternak,
begitu juga biaya yang terkait dengan
pengendalian dan pemberantasan penyakit.
27. Bagaimana dampak ekonomi LSD?
● LSD adalah beban ekonomi yang substansial bagi peternak dan
daerah yang terkena dampak.
● Penyakit ini menyebabkan kehilangan hewan, pengurangan produksi
daging dan susu, dan kulit yang berasal dari hewan yang masih hidup
menampakkan bekas luka dan pengurangan nilai.
● Implementasi tindakan-tindakan pengendalian untuk mengurangi
penyebarannya sifatnya mahal, dan perdagangan regional dan
internasional sapi dan produk sapi dari negara tertular dapat diblok.
● LSD berdampak sangat hebat terhadap peternak, sementara di tingkat
regional dan negara dapat menghancurkan industri ternak.
28. Kerugian ekonomi
● LSD menjadi masalah kesehatan ternak yang utama, karena kerugian
ekonomi yang besar, seperti:
○ kasus klinis yang membuat ternak menjadi lemah berkepanjangan;
○ kerusakan kulit permanen;
○ kehilangan berat badan;
○ mastitis dan penurunan produksi susu baik temporer atau permanen;
○ infertilitas temporer atau permanen, bahkan sterilitas pada sapi
pejantan; dan
○ keguguran/abortus pada sapi betina bunting.
● Vaksinasi, biaya pengobatan, pembatasan pergerakan hewan, dan
praktik-praktik eradikasi juga menyebabkan kerugian finansial signifikan.
Sumber: Leliso et al. Hindawi Veterinary Medicine International Volume 2021, Article ID 8862180.
30. Dampak ekonomi LSD di Nigeria
● Studi yang dilaksanakan di Nigeria menunjukkan bahwa rata-rata insidensi
dan tingkat kematian berturut-turut adalah LSD (33 dan 0% pada sapi),
sheeppox (53 dan 34% pada domba); goatpox (50 dan 33%) pada kambing,
dengan stok ternak muda memiliki insidensi yang lebih tinggi pada ternak
dewasa.
● Hampir semua peternak (94%) mengobati hewan mereka dengan antibiotik,
menghabiskan rata-rata US$1,96 (Rp 27.440); min US$0,19 (Rp 2.660) –
maks US$27,5 (Rp 385.000) per kelompok per hari.
● Peternak menjual sapi hidupnya 47% kurang dari jika dijual dalam keadaan
sehat, sedangkan domba (58%) dan kambing (57%).
● Produksi susu turun 65% jika induk sapi terinfeksi secara klinis dan 35%
setelah sembuh.
Sumber: Limon et al. (2020). Epidemiological Characteristics and Economic Impact of LSD,
Sheeppox and Goatpox Among Subsistence Farmers in Northeast Nigeria. Front. Vet. Sci. 7:8
31. Dampak langsung dan jangka Panjang
● Studi di Nigeria mengkonfirmasi bahwa dampak
langsung dan jangka panjang dari penyakit-penyakit ini
bagi mata pencaharian peternak subsisten dan
mekanisme potensial untuk menargetkan pengendalian.
● Sapi kehilangan rata-rata 10% dari berat hidupnya dan
domba dan kambing kehilangan 15%.
● Kerugian ekonomi secara keseluruhan di tingkat
peternak berkisar antara US$9,6 (Rp 134.400) -
US$6.340 (Rp 88.706.000) tergantung pada spesies
yang terkena dan sistim produksi.
● Kebanyakan peternak (72%) tidak mengganti semua
hewan yang terjangkit pada saat studi dilakukan.
Sumber: Limon et al. (2020).
Epidemiological Characteristics
and Economic Impact of LSD,
Sheeppox and Goatpox Among
Subsistence Farmers in Northeast
Nigeria. Front. Vet. Sci. 7:8
33. Mengapa harus vaksinasi untuk LSD?
• Alat yang paling efektif untuk pengendalian LSD dan berpotensi untuk
pemberantasan.
• Lebih mudah diimplementasikan dan lebih efektif dari pada tindakan-
tindakan lainnya (misal pemusnahan/stamping out) dan, dalam banyak
kasus, lebih murah.
• Melindungi ternak dari terinfeksi LSD dan penularan virus LSD melalui
vektor lebih lanjut, sehingga mencegah kerugian ekonomi langsung dan
tidak langsung.
• Vaksinasi merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk mengurangi
penyebaran LSD.
• Tidak ada negara yang berhasil memberantas LSD tanpa vaksinasi
Sumber: Frequently Asked Questions (FAQ) on Lumpy skin disease (LSD) Vaccination (OIE)
34. Tipe vaksinasi LSD
• Ada 2 (dua) pilihan yang bisa dilakukan yaitu:
(1) Vaksinasi pencegahan (preventive vaccination) dan
(2) Vaksinasi darurat (emergency/reactive vaccination).
• Vaksinasi darurat dilakukan segera setelah wabah pertama terjadi dan
digunakan untuk mengurangi jumlah total ternak yang rentan dalam
populasi, sehingga mencegah masuknya virus LSD dan menghentikan
penyebaran penyakit.
● Vaksinasi pencegahan direkomendasikan oleh OIE untuk dilakukan di
negara/wilayah negara yang berisiko sebelum masuknya virus LSD.
● Provinsi-provinsi lain di Indonesia yang merasa terancam dan konsentrasi
ternaknya tinggi bisa melakukan vaksinasi preventif ini.
35. Strategi pengendalian di Asia Tenggara
No. Strategi pengendalian
NEGARA
VIE MYA THA LAO MAL KAM
1. Vaksinasi + - + + + +
2. Pemusnahan (culling) - - - - + -
3. Pengendalian vektor + + + + + +
4. Surveilans + + + + - -
5. Pengendalian lalulintas + + + + + +
6. Zonasi + + - - - -
7. Kessdaran masyarakat/KIE + + + + + +
8. Biosekuriti/disinfeksi + + + - - +
9. Patroli satwa liar - - + - - -
Pengendalian vektor – RENDAH
Biosekuriti – RENDAH
Pengendalian lalu lintas ternak – MODERAT
Pemusnahan ternak – RENDAH
Deteksi dini – TINGGI
Vaksinasi – PALING EFEKTIF
36. Persyaratan teknis vaksin LSD
● Vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated) dan homolog.
● Memberikan kekebalan yang baik untuk sapi terhadap LSD.
● Aman digunakan untuk semua ras sapi, semua umur dan hewan bunting.
● Bibit virus vaksin telah dikarakterisasi dengan baik.
● Mengandung titer virus lebih tinggi dari 103.5TCID50.
● Bebas dari patogen asing seperti virus, mycoplasma, bakteri dan
organisme jamur.
● Memiliki diskripsi tentang efek samping potensial.
● Suhu penyimpanan, umur simpan (shelf-life) dan rantai dingin (cold-chain)
untuk transportasi.
Sumber: Presentasi Tupparainen E., 21 Desember 2020.
37. Protokol vaksinasi LSD
Sapi dewasa – vaksinasi
tahunan
Anak sapi dari induk sapi yang
atau terinfeksi secara alami
divaksinasi pada 3-4 bulan
Kerbau domestik divaksinasi
dengan dosis dan protokol
yang sama dengan sapi
Anak sapi dari induk sapi
yang tidak divaksinasi
dapat divaksinasi pada
umur berapapun
Sapi yang tidak divaksinasi
akan dilalulintaskan,
vaksinasi 28 hari sebelum
ditransportasikan
Sapi baru dibeli, vaksinasi 28
hari sebelum diintroduksi ke
kelompok ternak
Sumber: Presentasi Tupparainen E., 21 Desember 2020.
38. PERINGATAN: Vaksinasi hanya hewan sehat
Sapi yang sudah menunjukkan gejala klinis
TIDAK boleh divaksinasi dengan vaksin hidup.
• Induk sapi bunting/sapi betina muda dapat
divaksinasi secara aman.
CATATAN: Hanya hewan sehat yang divaksinasi
dengan vaksin hidup. Vaksinasi terhadap hewan yang
telah terinfeksi akan mengarah pada penyakit yang
semakin parah dan rekombinasi potensial antara
strain vaksin dan strain lapangan.
Sumber: Presentasi Tupparainen E., 21 Desember 2020.
39. Efek samping dari vaksin ‘live attenuated’’
● Reaksi lokal kecil di lokasi vaksinasi masih dapat
diterima.
● Puncak demam pendek dan penurunan sementara
produksi susu.
● Reaksi kulit secara umum, yang dinamakan “penyakit
Neethling”* – Munculnya lesi kulit kecil yang umum
dalam waktu 2 minggu setelah vaksinasi.
● Efek samping hanya terjadi pada sapi yang divaksinasi
LSD untuk pertama kali. Ketika divaksinasi ulang, sapi
cenderung tidak menunjukkan reaksi yang merugikan.
* “penyakit Neethling” – nodul ukuran kecil (<0,5 cm) yang berkembang setelah
8–18 hari pasca vaksinasi dari 9% hewan yang divaksinasi (Katsouloset al 2018).
40. Dasar keberhasilan kampanye vaksinasi
● Vaksin yang memberikan proteksi yang baik terhadap LSD.
● Cakupan vaksinasi yang cukup (80-100%).
● Sistim Kesehatan Hewan memiliki kapasitas yang cukup – pendanaan,
tenaga, administrasi vaksinasi, transportasi dan penyimpanan vaksin
(rantai dingin), pembuangan sisa-sisa suntikan.
● Identifikasi sapi/protokol vaksinasi/catatan kesehatan/database lalu
lintas ternak atau sistim lainnya yang mendukung.
● Tindakan pengendalian/pemberantasan pendukung berjalan dengan
baik (kapasitas diagnostik, pengendalian lalu lintas ternak, ‘stamping
out’, surveilans).
41. Peluang pemberantasan
● Setelah 2-3 tahun, rencana ‘exit’ dari vaksinasi
(exit strategy) secara bertahap dapat
dilaksanakan (harus ditargetkan).
● Dari suatu model matematika yang
dikembangkan di Eropa untuk mengestimasi
berapa tahun vaksinasi perlu dilanjutkan sampai
LSD dapat diberantas dari suatu negara.
Berdasarkan perhitungan model, disimpulkan
bahwa pemberantasan penyakit membutuhkan
setidaknya 3 hingga 4 putaran vaksinasi tahunan
(EFSA 2018).
42. Persyaratan negara/zona bebas LSD
Article 11.9.3. OIE Code:
● Suatu negara/zona dapat dipertimbangkan bebas LSD jika infeksi virus
LSD wajib dilaporkan (notifiable) di seluruh wilayah negara, importasi sapi
dan kerbau serta komoditinya dilakukan sesuai dengan ketentuan OIE
Code (Chapter 11.9); dan salah satu persyaratan di bawah ini:
1. Negara/zona bebas historis selama 25 tahun (Artikel 1.4.6.); ATAU
2. Setidaknya selama 3 tahun, vaksinasi telah dilarang di negara/zona
dan program surveilans klinis (Artikel 11.9.15) menunjukkan tidak
ada infeksi virus LSD; ATAU
3. Setidaknya selama 2 tahun, vaksinasi telah dilarang di negara/zona
dan program surveilans klinis, virulogis dan serologis (Artikel
11.9.15) menunjukkan tidak ada infeksi virus LSD.
43. Komoditi aman (Artikel 11.9.2. OIE Code)
● Saat mengizinkan impor atau transit komoditi berikut, Otoritas
Veteriner tidak memerlukan persyaratan terkait LSD terlepas dari
status populasi hewan di negera pengekspor:
1) daging otot rangka;
2) casing;
3) gelatin dan kolagen;
4) Lemak (tallow);
5) Kuku dan tanduk.
• Begitu sapi terinfeksi, maka bagian daging otot
rangka masih dapat dimanfaatkan setelah
dilakukan pembuangan bagian-bagian yang
tidak diinginkan. Sedangkan kulit tidak mungkin
untuk digunakan.
• Dianjurkan untuk tidak membawa ternak sakit
ke rumah potong, karena saat demam akan
menyebabkan kualitas daging menurun dan
penolakan saat pemeriksaan klinis.
44. Tantangan pengendalian LSD
● Kasus yang dilaporkan sangat mungkin ‘under reporting’.
● Keterbatasan finansial, terutama untuk pelaksanaan ‘stamping out’,
disposal karkas dan kompensasi.
● Efektivitas pengendalian vektor.
● Kerja sama peternak rendah dalam pemusnahan hewan yang terinfeksi,
tidak menjual hewan yang terinfeksi (panic selling), kerja sama dalam
mendukung pelaksanaan vaksinasi.
● ‘Lifespan’ vaksin yang pendek (2-6 jam) – begitu botol dibuka.
● Kurangnya pengetahuan tentang dampak ekonomi LSD di antara para
peternak, penyuluh, pedagang, dokter hewan dan pengambil keputusan.
46. Penutup (1)
● Kejadian wabah LSD di Provinsi Riau menjadi peringatan bagi
Indonesia bahwa sektor peternakan kita tidak lepas dari ancaman
penyakit hewan menular yang sifatnya lintas batas (transboundary).
● Apabila penyebaran wabah LSD di Provinsi Riau tidak berhasil
dihentikan, maka tidak tertutup kemungkinan akan meluas ke daerah
lain di Indonesia.
● Situasi endemisitas seperti yang terjadi di negara-negara Afrika dan
Timur Tengah bisa menjadi situasi yang sama di negara-negara Asia
termasuk Indonesia, apabila penyebaran tidak berhasil diminimalisir.
47. Penutup (2)
● Virus LSD bertahan dengan baik di lingkungan, sehingga upaya-upaya
untuk meningkatkan biosekuriti, desinfeksi dan pengendalian vektor
cukup bermanfaat untuk mengurangi insidensi LSD.
● Pengendalian lalu lintas ternak untuk meminimalkan penyebaran LSD
menjadi tantangan semua pihak terutama bagi para pelaku usaha dan
pedagang yang terlibat dalam rantai pasar sapi (value chain).
● Vaksinasi LSD diharapkan dapat berlanjut setidaknya selama 2 hingga
3 tahun ke depan dan peluang pemberantasan dilakukan setelah
‘exit strategy’ vaksinasi dan pembuktian tidak ada infeksi selama 2-3
tahun untuk mencapai status bebas sesuai ketentuan OIE.