Presentasi kasus ini akan membahas seorang wanita penderita thalassemia beta intermedia dengan gagal jantung kanan. Kasus ini menarik untuk dibahas dalam hal etiologi gagal jantung kanan pada penderita thalassemia beta intermedia. Thalassemia beta secara fenotip dibagi atas dua bagian besar yaitu thalassemia beta mayor dan thalassemia beta intermedia. Thalassemia beta mayor biasanya ditemukan pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun dengan klinis anemia berat, oleh karenanya membutuhkan tranfusi darah rutin sejak usia kecil. Sedangkan thalassemia intermedia adalah penderita thalassemia yang dapat mempertahankan hemoglobin minimum 7 gr% atau lebih tinggi tanpa mendapatkan tranfusi. Penyulit jantung pada penderita thalassemia bermanifestasi dalam bentuk kardiomiopati. Patofisiologi kardiomiopati tersebut bersifat multifaktoral. Pada penderita thalassemia beta mayor gagal jantung terutama disebabkan oleh adanya penimbunan besi pada miokard sedangkan pada penderita thalassemia beta intermedia, hipertensi paru dipikirkan sebagai faktor utama penyebab timbulnya gagal jantung kanan.
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Thalassemia Kardiomiopati
1. PRESENTASI KASUS
Wanita usia 24 tahun dengan thalassemia dan
gagal jantung kanan
29 Oktober 2013
Ferdy Ferdian, dr.
Lazuardhi Dwipa, dr., SpPD.
Muh. Apandi, dr., SpPD-Kger., MARS.
2. Outline…
SLIDE 2
Pendahuluan
Pembahasan
Thalassemia
Thalassemia kardiomiopati
Permasalahan
Apa diagnosis anemia?
Apa kelainan jantung?
Thalassemia intermedia
Gagal jantung kanan
Hipertensi paru
Laporan kasus
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Penunjang
Diagnosis
Tatalaksana
3. Pendahuluan…
• Seorang wanita penderita thalassemia
intermedia dengan gagal jantung kanan
• Etiologi gagal jantung kanan pada penderita
thalassemia intermedia
• Penyulit jantung pada penderita thalassemia
bermanifestasi dalam bentuk kardiomiopati
• Patofisiologi kardiomiopati tersebut bersifat
multifaktoral
SLIDE 3
5. Anamnesis
Keluhan utama : Pembesaran perut
• Pembesaran perut (+)
– Sejak 13 bulan SMRS
– Pembesaran perut terjadi secara perlahan lahan
• Bengkak tungkai (+)
– Bengkak pada kedua tungkai sejak 1 bulan SMRS
– Meninggalkan bekas bila ditekan
– Tidak disertai nyeri atau lebih hangat
• Mata tampak kuning (+)
– 1Bln, BAK menjadi seperti air teh , Tidak disertai gatal kulit
SLIDE 5
6. Anamnesis
Keluhan utama : Pembesaran perut
• Perut terasa penuh (+)
–
–
–
–
Cepat menjadi kenyang
Tidak ada mual muntah, muntah hitam (-)
Tidak ada nyeri perut
Tidak ada kelainan BAB (Hitam/Dempul)
• Lemah badan (+)
– Letih, lesu, pandangan berkunang kunang
• Keringat malam (+) Penurunan berat badan (+)
SLIDE 6
7. Anamnesis
Keluhan utama : Pembesaran perut
• Tidak ada sesak napas, nyeri dada ataupun
berdebar, Nyaman tidur dengan satu bantal
• Tidak ada panas badan
• Tidak ada batuk , riwayat batuk lama
• Tidak ada keluhan BAK
– BAK terasa perih, tergesa gesa, sulit menahan BAK
– BAK menjadi lebih sering, BAK malam hari
SLIDE 7
8. Anamnesis
SLIDE 7
Keluhan utama : Pembesaran perut
• Tidak ada kontak penderita batuk lama
• Tidak ada riwayat pengobatan TB paru
• Tidak ada nyeri sendi, kemerahan kedua pipi,
kulit terbakar bila terkena matahari, bercak
kehitaman kulit
9. Anamnesis
SLIDE 8
Keluhan utama : Pembesaran perut
• Enam tahun SMRS
– Lemah badan, berobat ke dokter umum
– Periksa lab Hb 6 g/dL, dirujuk ke RS Sumedang
– Dirawat 5 hari, oleh SpPD dikatakan anemia hemolitik,
mendapatkan tranfusi darah
– Pulang perbaikan, obat pulangnya asam folat
– Rutin kontrol setiap sebulan / tiga bulan
– Kurang lebih setiap 4 bulan sekali tranfusi darah
10. Anamnesis
SLIDE 9
Keluhan utama : Pembesaran perut
• Empat bulan SMRS
– Perut membesar, berobat ke RS Cideres
– Dirawat 6 hari, oleh SpPD dikatakan thalassemia,
mendapatkan tranfusi darah 4 labu
– Pulang perbaikan
11. Anamnesis
SLIDE 10
Keluhan utama : Pembesaran perut
• Tidak ada darah tinggi, Tidak ada kencing manis
• Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama
• Tidak ada riwayat penggunaan narkoba suntik, tato atau
tindik, tidak pernah operasi
• Sudah menikah, Bekerja sebagai ibu rumah tangga
• Belum mempunyai anak, Tidak ada riwayat keguguran
• Tidak ada keluhan haid, menstruasi pertama 15 th
• Tumbuh kembang sebaya dengan teman seusianya
12. Anamnesis
SLIDE 11
Keluhan utama : Pembesaran perut
• Surat pengantar pulang dari RS Cideres
–
–
–
–
tanggal keluar perawatan 27 Mei 2013
Lama perawatan 6 hari
Dk/ susp thalasemia beta dan hepatosplenomegali
Pemeriksaan penunjang yang dicatat di surat pengantar
pulang tanggal 21 Mei 2013 Hb5.9 (PRC 4 kolf 9.5) Ht20
Leu5000 Tro145.000 GDS79 Ur25 Kr0.4 SGOT29 SGPT25 Bil
total4.05 Bil direk 2.0 HbA2 4.5 HbF7.3
13. Tanda vital
Pemeriksaan fisik
TD : 100 / 60 mmHg
RR : 20x / menit Normal
KU : Sakit sedang,
CM
N = HR : 120 x / menit R E IC
Suhu : 36o6oC
SLIDE 12
18. Timeline
SLIDE 17
Timeline
6 tahun
SMRS
13 bulan
SMRS
4 bulan
SMRS
MRS
1 bln 4/10/13
SMRS
Pucat
Perut
Mata kuning
Lemah
membesar Berobat
Bengkak
Lesu
RS Cideres tungkai
Berkunang
Thalassemia
RS Sumedang
Anemia hemolitik Berat badan menurun
Keringat malam
PULANG
11/10/13
Lama perawatan 8 hari
Diagnosis
awal
Diagnosis
perawatan
SLE dengan
Susp
keterlibatan
hematologis dan kardiomiopati
restriktif dc
serositis
kanan
Thalassemia
intermedia
Cholelitiasis
Tranfusion
related immune
hemolitic anemia
Pembesaran perut
dan bengkak tungkai
berkurang
Diagnosis akhir
Thalasemia kardiomiopati
(kardiomiopati restriktif) PH
dc kanan dengan hepar
bendungan
Thalassemia intermedia
Hemosiderosis
Cholelitiasis
Tranfusion Related Immune
Hemolitic Anemia
19. Penunjang
SLIDE 18
Parameter
4/10
5/10
10/10
15/2
Hb
4.2
5.8
6.0
5.4
Ht
15
19
20
18
Leukosit
5100
4100
4600
3000
Trombosit
126 rb
111rb
89 rb
84 rb
MCV
90.1
90.7
90.1
90.5
MCH
25.9
27.1
27.0
27.0
MCHC
38.8
29.9
30.0
29.8
Ureum
7
Kr
0.04
GDS
100
Na
138
138
139
K
3.3
2.7
3.6
Ferritin 1036
Serum Iron 120 (37-145)
TIBC 171 (260-445)
Cairan ascites
Jumlah sel 51 sel, PMN2% MN98%, Kuning agak keruh, LDH
216, Albumin 2040, Protein 3203, Glukosa 92, Gram (-)
SAAG>1.1
Albumin serum 3.3
Protein serum 5.1
SGOT 11 SGPT 6
Bil total 2.88
Bil direk 1.39
PT 17.1 INR 1.36 APTT 53 Fibrinogen 146 D Dimer 1.1
HBsAg (-) Anti HCV (-)
COOMBS direk +4 Indirek (-)
23. Penunjang
SLIDE 22
Hepar ukuran membesar,
sudut tumpul, permukaan
rata, tekstur parenkim
homogen halus, kapsul tidak
menebal, tidak tampak
bayangan nodul / massa.
Vena porta dan vena hepatika
melebar. Tampak koleksi
cairan di sekitarnya
24. Penunjang
SLIDE 23
Kantong empedu besar
normal dinding normal
tampak bayangan hiperekhoik
multipel dengan acoustic
shadow dengan ukuran
terbesar 11.7 mm.
25. Penunjang
SLIDE 24
Limpa ukuran membesar,
tekstur parenkim homogen
halus, tidak tampak nodul /
massa. Vena lienalis tidak
melebar. Pankreas tidak ada
kelainan. Tidak tampak
bayangan nodul hipoekhoik
pada paraaorta dan parailiaka
Kesimpulan :
Hepatosplenomegali, ascites,
cholelitiasis multipel,
Pankreas, ginjal, VU urinaria
Normal
27. Diagnosis
• Thalasemia kardiomiopati (kardiomiopati
restriktif) PH decompensatio kordis kanan
dengan hepar bendungan, hemosiderosis,
cholelitiasis, Tranfusion Related Immune
Hemolitic Anemia pada penderita
Thalassemia Beta Intermedia
SLIDE 26
28. Permasalahan…
• Apa diagnosis anemia pada pasien ini?
• Apa kelainan jantung pada pasien ini bila
dihubungkan dengan penyakit dasar?
SLIDE 27
29. Pembahasan kasus..
• Apa diagnosis anemia pada pasien ini?
• Apa kelainan jantung pada pasien ini bila
dihubungkan dengan penyakit dasar?
SLIDE 28
30. Pembahasan kasus..
SLIDE 29
ANEMIA definition
• A HGB <13.5 g/dL or a HCT <41.0 percent
represents anemia in men; a value <12.0 g/dL
or <36.0 percent, respectively, represents
anemia in women
• Differences may also exist between races, in
older adults, and in athletes
Schrier S, et al. 2013. Uptodate 2013
33. Pembahasan kasus..
SLIDE 31
ANEMIA
Klinis anemia (Ada)
Hb<12 (Ada)
Atrofi lidah, spoon nail (Tidak ada)
Hepatosplenomegali (Ada)
Dapat (Ada)
Biasanya jarang hepatosplenomegali
Hb<12ditemukan< 9 gr% (Tidak ada) (Ada)
Hipokrom mikrositer, sel target, fragmentosit, normoblas (Ada)
Kadar Fe plasma menurun (Tidak ada)
normal atau tinggi (Ada)
Kadar Fe plasma meningkat (Tidak ada)
Iron-binding capacity meningkat (Tidak ada)
normal (Ada)
Iron-binding capacity normal atau sedikit meningkat (Ada)
Serum Feritin menurun (Tidak ada) (Ada)
normal atau meningkat
Serum Feritin normal atau meningkat ada)
Abnormalitas elektroforesis Hb (Tidak (Ada)
Elektroforesis Hb ditemukan kelainan (Ada)
TIDAK COCOK Anemia defisiensikronis / inflamasi
sideroblastik
penyakit Fe
COCOK Thalassemia
Oehadian A. 2011. Pendekatan diagnosis anemia hipokrom mikrositer
Bakta I, et al. 2009.
Oehadian A. 2011. Pendekatan diagnosis anemia hipokrom mikrositer
34. Pembahasan kasus..
SLIDE 32
ANEMIA
• Thalassemia
– Thalassemia adalah kelompok anemia yang
disebabkan oleh defek pada pembentukan rantai
globin sehingga produksi hemoglobin menurun
yang diwariskan secara genetik
– Secara genotip thalassemia dibagi menjadi dua
yaitu thalassemia dan thalassemia
Setianingsih I, 2011
35. Pembahasan kasus..
SLIDE 33
ANEMIA
Elektroforesis Hb penderita dengan
HbA2 4.5 % (Normal 1.5-3%) (Meningkat)
HbF 7.3 % (Normal 0.5-1%) (Meningkat)
HbH (Beta-4) / HbBart (Gamma-4) (Tidak ada)
Pasien adalah seorang penderita
HB.A
HB.A2
HB.F
NORMAL DEWASA : 1.5-3% Hb total
NORMAL DEWASA 96-98% Hb total
: 0.5-1%
Thalassemia beta
Sumantri R,et al. 2009. Talasemia
Sumantri R, et al. 2009
Muncie H, et al. 2009
36. Pembahasan kasus..
SLIDE 34
ANEMIA
Klinis anemia sejak 6 tahun SMRS
Riwayat tranfusi sejak usia balita (Tidak ada)
Gangguan tumbuh kembang (Tidak ada)
Facies cooley (Tidak ada)
Short stature (Tidak ada)
Pasien adalah seorang penderita
Thalassemia beta intermedia
Sumantri R,et al.Sumantri R, et al. 2009
2009. Talasemia
37. Pembahasan kasus..
SLIDE 35
ANEMIA
Pada penderita didapatkan
COOMBS test direk +4
• COOMBS test
COOMBS test indirek (-) terhadap eritrosit
– Tes adanya antibodi
• Direct : Tes ini akan menditeksi antibodi yang ada di
Kesimpulan :
permukaan eritrosit
Ditemukan adanyaini akan menditeksi antibodi yang ada
• Indirect : Tes antibodi yang melekat pada
eritrosit pasien thalassemia
dalam aliran darah
Devkota B, 2013. Antiglobulin test
Devkota B, 2013. Antiglobulin test
38. Pembahasan kasus..
SLIDE 36
ANEMIA
• Pada kasus ini pasien adalah penderita thalassemia
beta intermedia, yang umumnya masih dapat
mempertahankan Hb>7 g/dL
• Pasien ini dengan Hb 4.2 g/dL
• Hal ini dimungkinkan karena pada penderita
terdapat faktor yang memperberat. Pada kasus ini
dipikirkan terjadi suatu Tranfusion Related Immune
Hemolitic Anemia
Sumantri R,et al. 2009. Talasemia
39. Pembahasan kasus..
SLIDE 37
ANEMIA
• Tranfusion related immune hemolitic anemia
• Hemolysis in a patient receiving, or having recently received,
a blood transfusion properly referred to as a hemolytic
transfusion reaction (HTR)
• Acute hemolytic transfusion reaction
– occurs during or immediately after transfusion
• Delayed hemolytic transfusion reaction
– occurs days to weeks following a transfusion
Silvergleid A,et al. 2013.
40. Pembahasan kasus..
Penelitian Iran, 2011, N=70
SLIDE 38
ANEMIA
10% penderita thalassemia memiliki aloantibodi
terhadap sel darah merah (anti red cell antibody)
Terutama jenis Rhessus dan Kell system
Hassan, et al. reported a 22.7% prevalence of alloantibodies in 75 multitransfused patients with thalassemia
Karimi, et al. blood sampling was performed for 711 β-thalassemia patients
in Dastgheib Hospital in Shiraz, and autoantibodies and alloantibod-ies
were observed among 1.7% and 5.3% of the patients, respectively
Singer, et al. (Asian) that 22% thalassemia patient became Silvergleid A,et al. 2013.
alloimmunized
41. Pembahasan kasus..
• Apa diagnosis anemia pada pasien ini?
• Apa kelainan jantung pada pasien ini bila
dihubungkan dengan penyakit dasar?
SLIDE 39
42. Pembahasan
SAAG>1.1
kasus..
SLIDE 40
SAAG lebih dari 1,1 g/dL menunjukkan adanya hipertensi portal dan
• Klinis dengan perut membesar sejak 13 bulan,
mengindikasikan bahwa asites terjadi akibat peningkatan tekanan di
dalam sinusoid hepar
membesar secara perlahan
• Perut cembung, Pekak samping dan pindah (+)
Penyebab yang mungkin, antara lain :
• Pungksi cairan ascites keluar 3 liter
Sirosis, kardiak sirosis, sindrom obstruksi sinusoidal, metastasis hepar
masif atau trombosis vena hepatica / Budd Chiari Syndrome (BCS).
• Analisa cairan ascites dengan SAAG>1.1 dan protein
cairan ascites >2.5 g/dL
Kadar protein asites > 2,5 g/dL menunjukkan sinusoid hepar yang
normal dan memungkinkan aliran protein ke cairan asites, seperti pada
• USG abdomen didapatkan pelebaran venaporta dan
asites kardiak
vena hepatika
Runyon BA. 2013
Runyon BA, et al. 2013. Diagnosis and evaluation of patient with ascites
44. Pembahasan kasus..
SLIDE 42
• Klinis dengan perut membesar
Pada penderita menunjang suatu congestive
• Pemeriksaan fisik ditemukan sklera subikterik, JVP
hepatopathy atau
meningkat, Hepatomegali, ascites, edema tungkai
• Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar
bilirubin (70% kasus) Peningkatan SGOT/SGPT (30% kasus)
Albumin serum menurun (30-50% kasus) Pemanjangan PT
dan INR
• USG abdomen didapatkan hepatomegali
hepar bendungan
Friedman LS, et al. 2013
45. Pembahasan kasus..
SLIDE 43
Thalassemia kardiomiopati
Kardiomiopati thalassemia dibagi menjadi :
Kardiomiopatirestriktif
Suatu kondisi medis dimana dinding otot jantung menjadi
1) Kardiomiopati dilatasi (gangguan kontraksi ventrikel kiri) terlalu
kaku sehingga terjadi gangguan pemompaan
2) Kardiomiopati restriktif (restriksi pengisian jantung kiri,
ventrikel
Belum pulmonal kriteria diagnosis yang
hipertensi memiliki dan gagal jantung kanan) seragam
Ukuran jantung biasanya normal (tidak berdilatasi / hipertrofi)
Ejeksi fraksi normal (preserved)
Kardiomiopati dilatasi
Gambaran anatomi klasik kardiomiopati restriktif adalah
Kriteria WHO, EF<45%, Left ventricular end diastolic
ventrikel yang normal dengan dilatasi atrium yang nyata
diameter (LVEDD)>117%arteri pulmonal akibat high filling
Terjadi peningkatan tekanan
pressure JM, et al. 2008, Braunwald’s Heart Disease, A textbook of Cardiovascular Medicine
Hare
Nihoyannopoulos P, et al. 2009. European Journal of Echocardiography 10, iii23 – iii33
Kremastinos D, et al. 2010
46. Pembahasan kasus..
SLIDE 44
Thalassemia kardiomiopati
Kardiomiopati restriktif
Ukuran jantung normal (Ada)
• Pada kasus ini
Ejeksi fraksi normal (Ada)
• Left Ventricular Ejection Fraction (LVEF) = 58% (53-77%)
Dilatasi atrium (Ada)
• Left Ventricular End Diastolic Diameter (LVEDD) = 47.6 mm
Peningkatan tekanan arteri pulmonalis (Ada)
(35-52 mm)
• Left atrium = 41.8 mm (15-40 mm)
• Mean PA pressure 31 (Normal PAP Journal of Echocardiography 10, iii23 – iii33
Nihoyannopoulos P, et al. 2009. European 25 mmHg)
Pada penderita menunjang suatu
kardiomiopati restriktif
Kremastinos D, et al. 2010
47. Pembahasan kasus..
SLIDE 45
Thalassemia kardiomiopati
Pada penderita thalassemia beta mayor
Kardiomiopati berhubungan dengan iron
overload
Lalu?
Bagaimana dengan
thalassemia beta intermedia
Kremastinos D, et al. 2010
49. .
Thalassemia beta
Hipoksia jaringan kronis
PATHWAY pada THALASSEMIA BETA DENGAN TRANFUSI DARAH RUTIN
Tranfusi rutin
Feedback peningkatan eritropoesis
Bagaimana dengan yang tidak ekstramedulertranfusi darah rutin seperti
menjalani Hepatosplenomegali
Eritropoesis
pada penderita thalasemia beta
Penimbunan besi Absorbsi besi dari usus
intermedia??? output
Peningkatan kardiac
Hemosiderosis
Kremastinos DT,
TIBC jenuh
NTBI meningkat
ROS meningkat
Miokard nekrosis
Viral infection
et al. 2010, Circ Heart Fail. 2010;3:451-458
Agen kelasi
Kardiomiopati restriktif
Kardiomiopati dilatasi
HEART FAILURE
50. Thalassemia beta intermedia
.
Hemolisis
Protein C menurun
Eritrosit arginase
Kombinasi peningkatan kardiak output, peningkatan resistensi
Anemia hemolitik
pulmonal sertakronis
arteri Nitric oxide Arginin menurun
Hipoksia jaringan trombosisHb bebaspulmonal
akan menyebabkan
NO scavanging
Eritropoesis ekstrameduler
HIPERTENSI PARU / PULMONARY HYPERTENSION (PHT)
Decreased NO
Create ROS
Hipercoagulable state
Disfungsi endotel
Aessopos A, et al. 2001.
Vasokonstriksi
PHT (TG>30 mmHg) was present in 59% patient with thalassemia
intermedia. 7% with severe PHT resistensi pulmonal CHF
Peningkatan CO
Peningkatan and 5.4% with Trombosis
Sebelum kita masuk pada laporan kasus dan pembahasannyaSaya akan menjelaskan outline yang akan saya bahasPertama : Pendahuluan, Cerita singkat laporan kasus Kedua : Laporan kasus mulai dari identitas, anamnesis sampai tatalaksanaKetiga : Permasalahan pada pasien yang akan diulasKeempat : Pembahasan, saya akan berusaha menjawab apa yang menjadi permasalahan pasien ini
Seorang wanita muda usia 24 tahun, sudah menikah dan belum memiliki anakTinggal di Sumedang, Nomor medrec terlampir, Status gakinda, Masuk rumah sakit 4 Oktober 2013 dan keluar rumah sakit 11 Oktober 2013. Lama perawatan selama 8 hari
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang, compos mentis dengan tekanan darah 100 per 60 mmHg dengan Nadi sama dengan heart rate 120x per menit regular equal isi cukup dan Respiration rate 20x per menit. Suhu afebris 36.6 derajat celcius. Keadaan gizi pasien cukup dengan Index massa tubuh 20 kg/m2
Pada pemeriksaan kepala didapatkan adanya konjungtiva anemis,sklera subikterik, Frenulum lingua tidak ikterik. Jugular venous pressure 5 plus 4 cm H20, Pada thorax batas paru hepar intercostalis space 4 peranjakan 2 cm. Batas kiri jantung intercostalis space 4, 1 cm lateral LMCS. Bunyi jantung normal. Tidak ada murmur. Abdomen cembung, lembut, terdapat venaektasi, hepar teraba membesar 10 sentimeter bawah arcus costarum dextra, dan 8 sentimeter bawah processus xyphoideus, tepi hepar tumpul, permukaan hepar rata, tidak ada nyeri tekan ataupun terdengar bruit. Limpa teraba shuffner III, Terdapat pekak pindah Tidak ada nyeri tekan pada semua regio abdomen. Pada ekstremitas didapatkan adanya edema pitting. Tidak ada facies cooley, spider nevi, liver nail ataupun palmar eritema
Wajah pucat, JVP meningkat
Perut cembung, venaektasi
Hepatosplenomegali, Pitting edema
Penderita dirawat dengan diagnosis awal SLE dengan keterlibatan Evans’s syndrome dan serositis yaitu ascites. Dikonsulkan ke subdivisi Rheumatologi dikatakan secara klinis bukan suatu SLE. Tidak dilakukan penelusuran lebih lanjut untuk penegakan SLE Untuk mencari etiologi pembesaran perutnya, penderita dikonsulkan ke subdivisi Gastroenteroogi. Dilakukan pungksi abdomen dan dilakukan analisa cairan ascites serta USG abdomen di ruang MIC. SAAG diatas 1.1 Protein cairan ascites lebih dari 2.5 g/L. Dilakukan USG abdomen di ruang MIC dengan kesimpulan liver bendungan dengan hipertensi portal, cholesistolitiasis multipel tanpa tanda cholangitis. Penebalan kantung empedu karena hipoalbumin dan ascites. Oleh subdivisi gastroenterohepatologi penderita dibuat diagnosis kerja susp kardiomiopati restriktif decompensatio cordis kiri dan kanan functional class III dengan cardiac ascites dan hemosiderosis, choleilitiasis, malnutrisi dan thalassemia intermedia. Penderita dikonsulkan ke bagian hematologi onkologi untuk penegakan diagnosis thalassemia (diagnosis tersebut tercantum dalam surat kontrol RS sebelumnya) dan ketika di emergensi penderita sempat diperiksakan COOMBS test direk dengan hasil yang positif. Dibuat diagnosis kerja peritonitis TB DD/ chronic liver disease pada penderita thalassemia, Tranfusion Related Immune Hemolitic Anemia. Penderita dikonsulkan ke bagian kardiovaskuler untuk penegakan diagnosis kardiomiopati restriktif. Dibuat diagnosis kerja restriktif kardiomiopati dekompensatio kordis kanan dengan hepar bendungan pada penderita thalassemia. Disarankan echocardiografi untuk penegakan kardiomiopati.Pada hari perawatan ke 6 dilakukan pemeriksaan USG abdomen dari bagian radiologi. Didapatkan kesan hepatosplenomegali, ascites, cholelitiasis multipel, tidak tampak pembesaran KGB paraaorta dan parailiaca. USG pankreas, ginjal, vesika urinaria saat ini tidak tampak kelainanPada hari perawatan ke 7 dilakukan echocardiografi dengan kesimpulan pulmonary hipertension dan dilatasi atrium kiri, Diastolic disfunction tidak dapat dinilai karena fusi. Lain lain normalSelama perawatan penderita mendapatkan tranfusi darah WRC 2 unit, pemberian metilprednisolon 40 mg -0-0, asam folat 1x5 mg, Furosemida 1x40 mg IV, Spironolakton 1x100 mg, KSR 1x1200 mg, Omeprazol 2x20 mg, vitamin K 3x1 ampul dan heparin profilaksis 2x5000 IUSelama perawatan dan pemberian furosemida penderita dimonitor untuk balans cairan tubuhnya. Didapatkan balans negatif antara 1500 cc sampai 2000 cc per 24 jam selama 4 hari. Kalium serum penderita sempat turun sampai 2.7 satuan, kemudian dilakukan koreksi dengan KCl 25 meq dalam RL 500 cc dihabiskan dalam 8 jam sebanyak 3 siklusPenderita dirawat selama 10 hari dan karena klinis perbaikan, penderita diputuskan untuk rawat jalan dan kontrol ke poliklinikDibuat diagnosis akhir Thalasemia kardiomiopati (kardiomiopati restriktif) PH decompensatio kordis kanan dengan hepar bendungan, hemosiderosis, cholelitiasis, Tranfusion Related Immune Hemolitic Anemia pada penderita thalassemia intermedia
SADT dengan didapatkan seri eritrosit anisopoikilositosis, hipokrom, mikrositer dan ditemukan normoblas. Dari seri leukosit jumlah normal dan tidak didapatkan sel muda. Dari trombosit jumlah menurun. Kesimpulan : thalassemia
Anemia didefinisikan sebagai kondisi klinis yang ditandai dengan Hemoglobin kurang dari 13.5 g/dL dan Hematokrit kurang dari 41% pada pria. Sedangkan wanita bila Hb kurang dari 12 dan Ht kurang dari 36%. Harga normal Hb sangat bervariasi secara fisiologis tergantung umur, jenis kelamin, adanya kehamilan dan tinggi tempat tinggal. Oleh karena itu perlu ditentukan titik pemilah (cut off point)
Secara perdefinisi masuk kategori anemia
Anemia sideroblastik adalah anemia yang disebabkan karena gangguan sintesa heme dan fungsi mitokondria.Pada anemia sideroblastik terjadi akumulasi Fe di mitokondria eritroblas yang disebabkan karena :Insufisiensi produksi protoporphyrin untuk menggunakan Fe yang dihantarkan ke eritroblas.8Kegagalan fungsi mitokondria yang mempengaruhi jalur Fe dan mengganggu masuknya Fe ke dalam protoporphyrin (Oehadian A. 2011. Pendekatan diagnosis anemia hipokrom mikrositer)
Coombs test direkPertama dilakukan pengambilan darah dari penderita, darah tersebut ditambahkan reagen coombs (antihuman antibodi). Bilamana terdapat antibodi yang melekat pada permukaan eritrosit maka reagen coombs akan mengikat dan menyebabkan aglutinasiCoombs test indirekPertama dilakukan pengambilan darah dari penderita, dilakukan setrifugasi, diambil serumnya saja. Ditambahkan darah donor. Bila dalam serum penderita terdapat antibodi, maka antibodi tersebut akan menempel pada sel darah donor. Kemudian ditambahkan reagen coombs dan terjadi aglutinasi