SlideShare a Scribd company logo
1 of 68
Download to read offline
Diagnosis dan Tatalaksana
TB Sensitif Obat
Ferdy Ferdian

Divisi Respirasi dan Kritis Respirasi

Departemen Ilmu Penyakit Dalam

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Universitas Padjajaran
Outline
Pendahuluan
Diagnosis
Gejala klinis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Alur diagnosis
Tatalaksana
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M.tb)
MTB dpt menginfeksi hampir semua organ, tersering paru-paru
TB Sensitif Obat (SO) adalah TB yang masih sensitif terhadap
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini pertama
MTB ditularkan melalui udara (airborne disease). Satu kasus TB
yang tidak diobati, dapat menularkan 10-15 dengan kontak
selama 1 tahun
Pendahuluan
Kuman MTB ditemukan oleh Robert Koch pada tahun
1882 dan mendapatkan Nobel Prize tahun 1902
Pendahuluan
Apakah MTB sudah ada sebelum era Robert Koch?
Diagnosis
Diagnosis harus mengikuti panduan atau guideline yang ada. Panduan
menuntun kita pada keseragaman pola pikir
Berdasarkan Permenkes no 67 tahun 2016, diagnosis TB ditetapkan
berdasarkan keluhan, hasil anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan
laboratorium dan penunjang lainnya
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan overdiagnosis
ataupun underdiagnosis
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Gejala klinis
Gejala klinis TB dibagi menjadi keluhan yang bersifat lokal
(organik) dan yang bersifat sistemik
Gejala klinis TB sering menyerupai penyakit infeksi lainnya
seperti demam tifoid. Seringkali diobati tipes tetapi tidak
kunjung mengalami perbaikan secara klinis
Mengingat prevalensi TB Indo sangat tinggi, maka setiap
orang yg datang ke fasyankes dengan gejala klinis TB
dianggap sebagai seorang terduga pasien TB
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Gejala klinis
Gejala utama TB paru adalah batuk
selama 2 minggu atau lebih disertai
dengan gejala sistemik yang khas
Pada populasi tertentu (HIV misalnya)
pasien bisa saja tidak batuk
10–25% of patients with bacteriologically-
confirmed tuberculosis do not report cough
(ISTC 3rd 2014)
KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Gejala klinis
Variasi dari batuk nonproduktif - produktif
(berdahak) - hemoptisis
The cough of TB may be mild initially & may be
non-productive or productive of only scant
sputum. Initially, it may be present only in the
morning, when accumulated secretions are
expectorated. As the disease progresses, cough
becomes more continuous and productive of
yellow / green sputum. Frank hemoptysis, due to
caseous sloughing or endobronchial erosion,
typically is present later in the disease rarelyKNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
Pulmonary tuberculosis. UptoDate. 
Gejala klinis
Demam dan
keringat malam
dapat terjadi pada
50% kasus TB
Fever and night
sweats or night sweats
alone were present in
approximately one-half
KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
Pulmonary tuberculosis. UptoDate. 
KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
Gejala klinis
1/3 kasus TB paru disertai nyeri dada dan
sesak. Nyeri dada atipikal (pleuritic chest pain).
Menandakan ada lesi parenkim subpleura atau
keterlibatan pleura
Chest pain and dyspnea each were reported in
approximately one-third of patients . Pleuritic chest
pain when present, signifies inflammation abutting or
invading the pleura, with or without an effusion
Pleuritic chest pain sometimes develops in patients
with subpleural parenchymal lesions or pleural disease
KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
Pulmonary tuberculosis. UptoDate. 
Kasper DL et al (2015). Harrison's principles of internal medicine 18th ed
Gejala klinis
Early in the course of
disease, symptoms and
signs are often
nonspecific and
insidious, consisting
mainly of diurnal fever
and night sweats due to
defervescence, weight
loss, anorexia, general
malaise, and weakness
KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
Kasper DL et al (2015). Harrison's principles of internal medicine 18th ed
KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
Gejala klinis
Setiap penderita yang dicurigai TB perlu ditanyakan
mengenai FAKTOR RESIKO seperti kontak erat dengan
pasien TB, tinggal di daerah padat penduduk, kumuh,
pengungsian dan orang yang bekerja dengan bahan kimia
yg beresiko menimbulkan infeksi paru
Perlu juga ditanyakan riwayat pengobatan TB sebelumnya
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan keadaan umum sakit
sedang dengan pemeriksaan fisik normal sampai berat.
Pemeriksaan fisik yang bisa ditemukan seperti hipotensi,
takikardia, takipneu, febris, penurunan IMT (status gizi kurang),
diaforesis, konjungtiva anemis, trakea deviasi, pembesaran
KBG leher, suara napas menghilang, suara napas tambahan
amforik, pleural friction rub dan lain sebagainya (sangat
beragam)
Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dahak dgn mikroskopis langsung
berfungsi untuk menegakan diagnosis & menilai
keberhasilan terapi
Kumpulkan 2 contoh uji dahak berupa dahak
Sewaktu-Sewaktu (SS) atau Sewaktu-Pagi (SP) atau
(PS). ATS/IDSA/CDC menganjurkan 3 sampel dahak
sementara Permenkes dan WHO cukup 2 sampel
dahak saja
WHO mengatakan cukup satu BTA sputum yang
positif, sudah dikatakan pemeriksaan bakteriologis
positif. sebelumnya masih membutuhkan 2+
Pemeriksaan dahak
ATS/IDSA/CDC menganjurkan 3 spesimen sementara
Permenkes no 67 th 2016 dan WHO cukup 2 spesimen saja
Testing of 3 specimens is considered the normative practice in the
United States and is strongly recommended by the CDC.
The sensitivity of the 1st specimen is 53.8%, which increases by a
mean of 11.1% by obtaining a 2nd specimen. Obtaining a 3rd
specimen increases the sensitivity by a mean of only 2%–5%
Clinical Infectious Diseases 2017;64(2):e1–e33
Pemeriksaan dahak
Guideline WHO edisi 4 mengatakan cukup satu pemeriksaan BTA
sputum yang positif, sudah dikatakan pemeriksaan bakteriologis
positif. sedangkan guide WHO edisi 3 masih membutuhkan 2(+)
Patient with one positive AFB smear is considered a definite case
(In the third edition, two positive smears were required before a
patient could be considered a definite case)
TB WHO Guideline 4th ed 2010
Pemeriksaan TCM
Suatu alat uji berdasarkan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT)
secara otomatis untuk menditeksi kasus TB dan resistensi rifampisin
Sensitivitas dan spesivisitas untuk TB sangat baik
Xpert mTb/rif achieved a pooled sensitivity of 88% and pooled specificity of 98%.
For detection of rifampicin resistance Xpert mTb/rIf achieved a pooled sensitivity
of 94% and pooled specificity of 98% (ISTC 3rd 2014)
Pemeriksaan TCM TIDAK untuk menilai keberhasilan terapi
Cepheid Xpert MTB/Rif test (Sunnyvale, California)
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
ISTC 2014. International Standards for Tuberculosis Care, Edition 3
Pemeriksaan TCM
Mekanisme dari Nucleic Acid Amplification Test
Pemeriksaan bakteriologis
Jenis Pemeriksaan
Kebutuhan
Koloni
Pooled
Sensitifity
Pooled
Specificity
Mikroskopis BTA
5.000 - 10.000
cfu / ml
70.8 % 94.9 %
Tes Cepat
Molekuler
(GeneXpert)
TCM TB untuk
diagnosis TB
Paru dewasa*
131 cfu / ml
88%
(84.92)
99%
(98.99)
TCM TB untuk
mendeteksi Rif
Resistan **
95%
(90.97)
98%
(97.99)
*		Berdasarkan 27	studies,	9558	partisipan
**	Berdasarkan 24	studies,	2414	spesimen,	555	rif res	spesimen
Tes	Cepat	Molekuler	(GenXpert)	
TCM	hanya	membutuhkan	131	koloni/ml	agar	positif
Diagnosis	TB	paru	dewasa	- Sensitivitas	88%	Spesifisitas	99%
Diagnosis	Resistensi	rifampisin	 - Sensitivitas	95%	Spesifisitas	98%
Pemeriksaan bakteriologis
Intepretasi :
DNA MTB terdeteksi
Mutasi gen rpoB terdeteksi, kemungkinan besar resistan terhadap rifampisin
Pemeriksaan TCM
Theron et al, 2016. Clinical Infectious Diseases 2016;62(8):995–1001
Pemeriksaan pencitraan
Permenkes no 67 tahun 2016 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru
Pemeriksaan rontgen toraks memiliki sensitivitas yang baik tapi
spesivisitas rendah, sehingga menegakan diagnosis hanya dari
rontgen dapat berakibat overdianosis ataupun under diagnosis
Diagnosis of TB cannot be established by radiography alone. Although the sensitivity
of chest radiography for the presence of tuberculosis is high, the specificity is low.
Reliance on the chest ro as the sole test for the diagnosis of tuberculosis will result
in both overdiagnosis of tuberculosis and missed diagnoses (ISTC 2014)
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Pemeriksaan pencitraan
ISTC 2014. International Standards for Tuberculosis Care, Edition 3
Pemeriksaan pencitraan
Lokasi reaktivasi TB tersering adalah lobus superior segmen
apiko posterior (80-90% kasus) lokasi lain bisa di lobus bawah
segmen superior atau lobus superior segmen anterior
Reactivation TB typically involves apical-posterior segments of the upper lobes (80 to 90
percent of patients), followed in frequency by the superior segment of the lower lobes and
the anterior segment of the upper lobes (Pulmonary tuberculosis. UptoDate)
Isolated anterior involvement, without other segmental disease, is very unusual in post-
primary tuberculosis (Curry F. Radiographic Manifestation of Tuberculosis)
The predilection for the upper lobes is thought to be due to decreased lymph flow in the
upper regions (Curry F. Radiographic Manifestation of Tuberculosis)
Pulmonary tuberculosis. UptoDate. 
Pemeriksaan pencitraan
Fishman
Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan CT scan toraks lebih sensitif dibandingkan
rontgen toraks untuk menditeksi keberadaan lesi kecil di
apeks paru. CT bisa menditeksi kavitas, nodul dan lainnya
Computed tomographic (CT) scanning is more sensitive than plain
chest radiography for diagnosis, particularly for smaller lesions
located in the apex of the lung. CT scan may show a cavity or
centrilobular lesions, nodules and branching linear densities,
sometimes called a "tree in bud" appearance
Pulmonary tuberculosis. UptoDate. 
Pemeriksaan biakan
Pemeriksaan biakan merupakan bagian dari pemeriksaan
bakteriologis. Di Indonesia pemeriksaan biakan tidak rutin
diperiksakan pada TB kasus baru
Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat
Lowenstein-Jensen (LJ) dan media cair Mycobacteria
Growth Indicator Tube (MGIT)
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Pemeriksaan biakan
Negara maju dengan prevalensi TB yang rendah seperti USA
menerapkan bahwa semua pasien TB (tidak melihat SO
ataupun RO) diperiksakan kultur dan DST
ATS/IDSA/CDC Recommendation : We suggest that both liquid and solid
mycobacterial cultures be performed, rather than either culture method
alone,for every specimen obtained from an individual with suspected TB
disease (conditional recommendation, low-quality evidence)
Clinical Infectious Diseases 2017;64(2):e1–e33
Pemeriksaan darah
Penderita TB bisa ditemukan anemia, leukositosis, trombositosis,
LED dan CRP yang meningkat
The most common hematologic findings are mild anemia, leukocytosis &
thrombocytosis with a slightly elevated ESR and/or CRP level. None of
these findings is consistent or sufficiently accurate for diagnostic purposes
Penderita TB bisa ditemukan hiponatremia karena SIADH
Hyponatremia due to the syndrome of inappropriate secretion of
antidiuretic hormone has also been reported
Kasper DL et al (2015). Harrison's principles of internal medicine 18th ed
Pemeriksaan serologi
Interferon Gamma Release Assay or IGRA / TB Blood test
adalah pemeriksaan darah untuk mendeteksi Interferon γ
yang disekresi oleh sel T sebagai respon restimulasi
kembali dari antigen spesifik MTB. Antigen ESAT-6 (Early
Secreted Antigenic Target 6) dan CFP-10 (Culture Filtrate
Protein 10). Antigen ini lebih spesifik dari PPD (purified
protein derivative) yang ada di vaksin BCG
Terdapat dua macam : QuantiFERON®-TB & T-SPOT®.TB
Pemeriksaan serologi
Seorang wanita usia 34
tahun dengan keluhan nyeri
seluruh lapang perut sejak 1
bulan SMRS. Membawa
hasil serologi IGRA positif,
hasil USG whole abdomen
dikatakan terdapat ascites
(lainnya dalam batas normal)
Kasus asli di RS Swasta tahun 2018
Pemeriksaan serologi
Permenkes 67 th 2016. Pemeriksaan serologis sampai saat
ini belum direkomendasikan (untuk mendiagnosis TB aktif)
ATS/IDSA/CDC Recommendation 2: There are insufficient data to
recommend a preference for either a TST or an IGRA as the first-
line diagnostic test in individuals 5 years or older who are likely to
be infected with Mtb, who have a high risk of progression to disease
Clinical Infectious Diseases 2017;64(2):e1–e33
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Pemeriksaan serologi
IGRA tidak direkomendasikan sebagai alat diagnosis untuk TB
yang aktif karena IGRA (dan uji tuberkulin) tidak dapat
membedakan antara infeksi tuberkulosis aktif (paru maupun
ekstra paru) dengan infeksi tuberkulosis laten (hasil akan positif
pada keduanya)
Berarti IGRA bisa memberikan false positif atau positif palsu.
Hasilnya positif tetapi sebenarnya pasien tidak sedang menderita
TB aktif
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pd kasus yang dicurigai TB ekstraparu
Akan dibahas lebih dalam pada topik TB ekstraparu
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB yang
terkonfirmasi baik secara bakteriologis maupun
klinis adalah pemeriksaan HIV dan gula.
Pemeriksaan lain dilakukan sesuai indikasi misalnya
fungsi hati, ginjal dll
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Alur diagnosis
Alur diagnosis TB pada orang dewasa dibagi sesuai
dengan fasilitas yang tersedia
1. Faskes yang mempunyai akses pemeriksaan
dengan TCM
2. Faskes yang hanya mempunyai pemeriksaan
mikroskopis dan tidak memiliki akses ke TCM
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Alur diagnosis
PMK no	67	Pengendalian TB,	Pedoman	TB	Nasional	2016
Terduga	TB
Terduga	TB
BILA	terdapat	salah	satu	dibawah	ini	WAJIB	TCM
1. Pasien	riwayat	pengobatan	TB	sebelumnya
2. Kontak	erat	dengan	penderita	TB	RO
3. Pasien	HIV
Pemeriksaan	TCM
MTB	pos
Rif	sensitif
MTB	pos
Rif	intermedia
MTB	pos
Rif	resisten
MTB	negatif
Pasien	baru
Ada	akses	TCM
Tidak	ada	akses	TCM
Sputum	BTA	2x
Antibiotik	non	OAT
Rontgen	thorax
TCM	adalah	Tes	Cepat	Molekuler
PMK no	67	Pengendalian TB,	Pedoman	TB	Nasional	2016
Terduga	TB
Pemeriksaan	TCM
MTB	pos
Rif	sensitif
MTB	pos
Rif	intermedia
MTB	pos
Rif	resisten
MTB	negatif
Tidak	ada	akses	TCM
Sputum	BTA	2x
Antibiotik	non	OAT
Rontgen	thorax
TB	sensitif Ulang	TCM
OAT	Lini	1
TB	RR
Program	TB	RO
Pengambilan	baseline	data
Biakan	kultur	dan	resistensi
Memulai	pengobatan
TB	MDR TB	Pre	XDR TB	XDR
Evaluasi	kembali
Pemeriksaan mikroskopis BTA
Hasil - -
ADA akses rontgen
Terduga	TB
Tidak ada akses TCM
Gambaran mendukung TB
TB terkonfirmasi klinis
Pengobatan OAT lini 1
Permenkes no 67 tahun 2016
Pemeriksaan mikroskopis BTA
Hasil - -
TIDAK ADA akses rontgen
Terduga	TB
Tidak ada akses TCM
Terapi AB non OAT
Tidak ada perbaikan klinis
Ada faktor resiko TB
Pertimbangan dr diberikan OAT lini 1Permenkes no 67 tahun 2016
Tatalaksana
PRINSIP Pengobatan TB dengan OAT yang adequat :
1. Diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
2. Diberikan dalam dosis yang tepat
3. Ditelan secara teratur & diawasi langsung PMO sampai selesai
4. Diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam dua
tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Tatalaksana
1.Tahap awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan OAT tahap awal
bertujuan untuk menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh
dan meminimalkan pengaruh sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan
Pada umumnya daya penularan sudah sangat menurun setelah
pengobatan selama 2 minggu pertama
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Tatalaksana
1.Tahap awal
2.Tahap lanjutan
Pengobatan fase lanjutan bertujuan membunuh sisa sisa kuman
yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga
pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Tatalaksana
OAT Lini pertama terdiri atas RHZES
1.Rifampisin (R)
2.Isoniazid (H)
3.Pirazinamid (Z)
4.Etambutol (E)
5.Streptomisin (S)
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Tatalaksana
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia :
Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3 atau 4(RH)
Kategori 2 : 2(RHZE)S/1(RHZE)/5(RH)3E3 atau 5(RH)E
Pengobatan TB dgn OAT lini pertama dpt diberikan
dengan dosis harian maupun dosis intermiten
(diberikan 3 kali perminggu). Penyediaan OAT dengan dosis harian
saat ini sedang dalam proses pengadaan oleh Program TB Nasional
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Tatalaksana
Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan
tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kontinuitas pengobatan sampai selesai.
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien untuk satu (1) masa
pengobatan
Panduan OAT kat-1/2 disediakan dlm btk paket
kombinasi dosis tetap (FDC) dan paket Kombipak (paket
obat lepas dikemas dalam bentuk blister)
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Tatalaksana
Berdasarkan rekomendasi WHO 1.2. Penggunaan FDC lebih
direkomendasikan bila dibandingkan obat kombipak / lepasan
The use of fixed-dose combination (FDC) tablets is recommended
over separate drug formulations in treatment of patients with drug
susceptible TB (Conditional recommendation, low certainty in the
evidence)
Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
Tatalaksana
Keuntungan FDC
1) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan
resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan
penulisan resep
2) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin efektivitas obat dan mengurangi efek samping
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian
obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Tatalaksana
Kategori 1 diberikan untuk pasien baru, yaitu 1) Pasien TB
paru terkonfirmasi bakteriologis 2) Pasien TB paru
terdiagnosis klinis 3) Pasien TB ekstraparu
Kategori 2 diberikan untuk pasien BTA positif yang
pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang) yaitu 1)
Pasien kambuh 2) Pasien gagal pada pengobatan dengan
panduan OAT kategori 1 sebelumnya 3) Pasien yang
diobati kembali setelah putus berobat (loss to folow)
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Obat
Dosis rekomendasi
Harian 3 kali per minggu
Dosis (mg/kg) Maksimum Dosis (mg/kg) Maksimum
Rifampisin (R) 8-(10)-12 600 8-(10)-12 600
INH (H) 4-(5)-6 300 8-(10)-12 900
Pirazinamid (Z) 20-(25)-30 30-(35)-40
Etambutol (E) (15)-20 25-(30)-35
Streptomisin (S) 12-(15)-18
SOAL
Pasien TB kasus baru diobati dengan OAT kategori 1 tahap awal
Berat badan pasien 50 kg
Dosis rekomendasi
Rifampisin : 10x50 = R500
Isoniazid : 5x50 = H250
Pirazinamid : 25x50 = Z1250
Etambutol : 15x50 = E750
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Berat badan
Tahap Intensif
Setiap hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150)
Selama 56 hari Selama 16 minggu
30-37 kg 2 tab 4FDC fase intensif 2 tab 2FDC
38-54 kg 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC
44-70 kg 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC
>71 kg 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC
SOAL
Pasien TB kasus baru diobati dengan OAT kategori 1 tahap awal
Berat badan pasien 50 kg
Dosis rekomendasi
Rifampisin : 10x50 = R500
INH : 5x50 = H250
Pirazinamid : 25x50 = Z1250
Etambutol : 15x50 = E750
Rekomendasi R500 H250 Z1250 E750
Satu tablet FDC R150 H75 Z400 E275
Tiga tablet FDC R450 H225 Z1200 E825
Empat tablet FDC R600 H300 Z1600 E1100
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Berat badan
Tahap Intensif
Setiap hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
Setiap hari
RH (150/75)
Selama 56 hari Selama 16 minggu
30-37 kg 2 tab 4FDC fase intensif 2 tab 2FDC
38-54 kg 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC
44-70 kg 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC
>71 kg 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Berat badan
Tahap intensif
Setiap hari
RHZE (150/75/400/275)+S
Tahap Lanjutan
3 kali per minggu
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari 28 hari 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4FDC + S500 2 tab 4FDC 2 tab 2FDC + 2 tab E
38-54 kg 3 tab 4FDC + S750 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC + 3 tab E
55-70 kg 4 tab 4FDC + S1000 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC + 4 tab E
>71 kg 5 tab 4FDC + S1000 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC + 5 tab E
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Berat badan
Tahap intensif
Setiap hari
RHZE (150/75/400/275)+S
Tahap Lanjutan
Setiap hari
RHE (150/75/275)
Selama 56 hari 28 hari 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4FDC + S500 2 tab 4FDC 2 tab 2FDC
38-54 kg 3 tab 4FDC + S750 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC
55-70 kg 4 tab 4FDC + S1000 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC
>71 kg 5 tab 4FDC + S1000 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC
Tatalaksana
Berdasarkan rekomendasi WHO 1.3. Dalam pengobatan TB sensitif
obat tidak direkomendasikan pemberian dosis intermiten (diberikan
3 kali perminggu) baik dalam tahap awal maupun tahap lanjutan,
rekomendasinya adalah baik tahap awal maupun lanjutan
menggunakan dosis harian
In all patients with drug-susceptible pulmonary TB, the use of thrice-
weekly dosing is NOT RECOMMENDED in both the intensive and
continuation phase of therapy, and daily dosing remains the
recommended dosing frequency (Conditional recommendation, very
low certainty in the evidence)
Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
Tatalaksana
Berdasarkan rekomendasi WHO 1.7. Sebaiknya pengobatan
TB ulangan tidak menggunakan OAT kategori 2 lagi dan
sebaiknya dilakukan pemeriksaan DST untuk menentukan
pilihan terapi yang tepat
In patients who require TB retreatment, the category II regimen
should no longer be prescribed and drug susceptibility testing
should be conducted to inform the choic of treatment regimen
(Good practice statement)
Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
Tatalaksana
Berdasarkan rekomendasi WHO 1.7. Sebaiknya pengobatan TB ulangan
tidak menggunakan OAT kategori 2 lagi dan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan DST untuk menentukan pilihan terapi yang tepat
One of the basic principles of TB treatment is that a single drug should not
be added to an unsuccessful regimen. Adding streptomycin to the previously
unsuccessful regimen of INH, rifampicin, ethambutol and pyrazinamide
violates this principle and fuels the development of drug resistance, leading
to the loss of streptomycin as a second line agent in MDR-TB theraphy.
Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
Tatalaksana
Periksa TCM atau DST untuk menentukan resistensi R dan H. Bila
tidak ditemukan resistensi pada keduanya, dapat diberikan kembali
OAT kategori 1
Patients eligible for retreatment should be referred for a rapid molecular
test or drug susceptibility testing to determine at least rifampicin
resistance, and preferably also isoniazid resistance status. On the basis
of the drug susceptibility profile, a standard first-line treatment regimen
(2HRZE/4HR) can be repeated if no resistance is documented.
Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
Monitoring pengobatan
PMK no 67 Pengendalian TB, Pedoman TB Nasional 2016
Hasil pengobatan
Sembuh : Pasien TB dengan hasil pemeriksaan bakteriologis
positif pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan
bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada
salah satu pemeriksaan sebelumnya
Lengkap : Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum
akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil
pemriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Hasil pengobatan
Gagal : Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali positif pada bulan kelima atau lebih selama masa pengobatan;
atau kapan saja dalam masa pengobatan diperoleh hasil laboratorium yg
menunjukan adanya resistensi OAT
Meninggal : Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum
memulai atau sedang dalam pengobatan
Putus berobat : Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang
pengobatannya terputus terus menerus selama 2 bulan atau lebih
Tidak dievaluasi : Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatan
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Take home messege
TB adalah penyakit infeksi menular karena kuman M.tb
TB Sensitif Obat adalah TB yang masih sensitif terhadap OAT lini 1
Diagnosis ditetapkan berdasarkan keluhan, gejala klinis, penunjang lab dan
penunjang lainnya. Tidak benar mendiagnosis hanya dari toraks / serologis
Gejala klinis TB terdiri atas gejala organik dan sistemik. tanyakan faktor
resiko dan riwayat pengobatan
Pemeriksaan fisik bisa normal dan bervariasi tergantung beratnya penyakit.
Pemeriksaan penunjang bakteriologis yg penting sputum BTA dan TCM
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia :
Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3 atau 4(RH)
Kategori 2 : 2(RHZE)S/1(RHZE)/5(RH)3E3 atau 5(RH)E
TERIMAKASIH
atas atensinya
Ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan
menulis adalah pengikatnya
Referensi
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis Clinical Infectious Diseases 2017;64(2):e1–e33
WHO	5RD 2017 KEMENKES	2014
ISTC	3RD 2014TB	Guideline

More Related Content

What's hot

Program TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmasProgram TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmasJoni Iswanto
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothoraxListiana Dewi
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukJoni Iswanto
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitusSofiaNofianti
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungVerar Oka
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliAris Rahmanda
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUKharima SD
 
Pedoman pengendalian ispa
Pedoman pengendalian ispaPedoman pengendalian ispa
Pedoman pengendalian ispaMi Mie
 

What's hot (20)

Program TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmasProgram TB Paru di puskesmas
Program TB Paru di puskesmas
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Mandala of health paul
Mandala of health   paulMandala of health   paul
Mandala of health paul
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitus
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
 
Nusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tbNusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tb
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Makalah dermatitis atopik part 1
Makalah dermatitis atopik part 1Makalah dermatitis atopik part 1
Makalah dermatitis atopik part 1
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
 
Pedoman pengendalian ispa
Pedoman pengendalian ispaPedoman pengendalian ispa
Pedoman pengendalian ispa
 
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto ThoraksInterpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
 

Similar to Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat

penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptxpenatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptxwisnukuncoro11
 
Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman ...
Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman ...Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman ...
Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman ...ssuser8d0437
 
Modul 4B Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
Modul 4B Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptxModul 4B Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
Modul 4B Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptxInetFyndianneM
 
programtbdipuskesmas-111108230850-phpapp02.pdf
programtbdipuskesmas-111108230850-phpapp02.pdfprogramtbdipuskesmas-111108230850-phpapp02.pdf
programtbdipuskesmas-111108230850-phpapp02.pdfharrysondriowibowo
 
Penyakit TB.ppt
Penyakit TB.pptPenyakit TB.ppt
Penyakit TB.pptBankSoal8
 
Farmakoterapi_TBC.pptx
Farmakoterapi_TBC.pptxFarmakoterapi_TBC.pptx
Farmakoterapi_TBC.pptxDALISAPARI2021
 
4. Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
4. Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx4. Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
4. Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptxssuser8fdb5d
 
TB paru dr.lingga RSPH.ppt
TB paru  dr.lingga RSPH.pptTB paru  dr.lingga RSPH.ppt
TB paru dr.lingga RSPH.pptlinggagumelar2
 
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)Hury Tinus
 
Junted kues
Junted kuesJunted kues
Junted kuesNiEr RA
 
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis AnakSimposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis AnakTikabanget Gituh
 
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit MenularTBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit MenularSissi Syifa Meidia
 

Similar to Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat (20)

penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptxpenatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
 
Materi tb-fkm-2012
Materi tb-fkm-2012Materi tb-fkm-2012
Materi tb-fkm-2012
 
TBC
TBCTBC
TBC
 
Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman ...
Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman ...Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman ...
Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman ...
 
Modul 4B Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
Modul 4B Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptxModul 4B Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
Modul 4B Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Tuberkulosis.pptx
Tuberkulosis.pptxTuberkulosis.pptx
Tuberkulosis.pptx
 
ASKEP tuberculosis
ASKEP tuberculosisASKEP tuberculosis
ASKEP tuberculosis
 
programtbdipuskesmas-111108230850-phpapp02.pdf
programtbdipuskesmas-111108230850-phpapp02.pdfprogramtbdipuskesmas-111108230850-phpapp02.pdf
programtbdipuskesmas-111108230850-phpapp02.pdf
 
Penyakit TB.ppt
Penyakit TB.pptPenyakit TB.ppt
Penyakit TB.ppt
 
Farmakoterapi_TBC.pptx
Farmakoterapi_TBC.pptxFarmakoterapi_TBC.pptx
Farmakoterapi_TBC.pptx
 
TB FINAL.pptx
TB FINAL.pptxTB FINAL.pptx
TB FINAL.pptx
 
4. Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
4. Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx4. Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
4. Diagnosis TBC pada Dewasa OK.pptx
 
TB paru dr.lingga RSPH.ppt
TB paru  dr.lingga RSPH.pptTB paru  dr.lingga RSPH.ppt
TB paru dr.lingga RSPH.ppt
 
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
 
Junted kues
Junted kuesJunted kues
Junted kues
 
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis AnakSimposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
Simposium Online IDAI - Tuberkolosis Anak
 
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit MenularTBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
 
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit MenularTBC Patofisiologi Penyakit Menular
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
 

More from MettaFerdy FerdianFamily

Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMetamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMettaFerdy FerdianFamily
 
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMetamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMettaFerdy FerdianFamily
 
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...MettaFerdy FerdianFamily
 
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable stateStemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable stateMettaFerdy FerdianFamily
 
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...MettaFerdy FerdianFamily
 
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)MettaFerdy FerdianFamily
 

More from MettaFerdy FerdianFamily (17)

Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMetamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
 
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-AnalysisMetamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
 
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
Thrombolysis Versus Anticoagulation for the Initial Treatment of Moderate Pul...
 
Peran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLEPeran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLE
 
Presentasi gizi lansia
Presentasi gizi lansiaPresentasi gizi lansia
Presentasi gizi lansia
 
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable stateStemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
Stemi pada usia muda dan hiperkoagulable state
 
Miokarditis
MiokarditisMiokarditis
Miokarditis
 
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
Presentasi kasus wanita 24 tahun dengan thalassemia beta intermedia dan gagal...
 
Recurrent Nasopharyngeal Carcinoma
Recurrent Nasopharyngeal CarcinomaRecurrent Nasopharyngeal Carcinoma
Recurrent Nasopharyngeal Carcinoma
 
Limfadenopati
LimfadenopatiLimfadenopati
Limfadenopati
 
Sindrom Hepatorenal
Sindrom HepatorenalSindrom Hepatorenal
Sindrom Hepatorenal
 
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
Sindrom Hepatorenal (Hepatorenal Syndrome)
 
Dadah, presentasi
Dadah, presentasiDadah, presentasi
Dadah, presentasi
 
Jurnal gout
Jurnal goutJurnal gout
Jurnal gout
 
Komorbiditas pada PPOK
Komorbiditas pada PPOKKomorbiditas pada PPOK
Komorbiditas pada PPOK
 
Ig a nefropati
Ig a nefropatiIg a nefropati
Ig a nefropati
 
CAP ATS / IDSA 2007
CAP ATS / IDSA 2007CAP ATS / IDSA 2007
CAP ATS / IDSA 2007
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat

  • 1. Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat Ferdy Ferdian Divisi Respirasi dan Kritis Respirasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Universitas Padjajaran
  • 3. Pendahuluan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M.tb) MTB dpt menginfeksi hampir semua organ, tersering paru-paru TB Sensitif Obat (SO) adalah TB yang masih sensitif terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini pertama MTB ditularkan melalui udara (airborne disease). Satu kasus TB yang tidak diobati, dapat menularkan 10-15 dengan kontak selama 1 tahun
  • 4. Pendahuluan Kuman MTB ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 dan mendapatkan Nobel Prize tahun 1902
  • 5. Pendahuluan Apakah MTB sudah ada sebelum era Robert Koch?
  • 6. Diagnosis Diagnosis harus mengikuti panduan atau guideline yang ada. Panduan menuntun kita pada keseragaman pola pikir Berdasarkan Permenkes no 67 tahun 2016, diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan overdiagnosis ataupun underdiagnosis Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 7. Gejala klinis Gejala klinis TB dibagi menjadi keluhan yang bersifat lokal (organik) dan yang bersifat sistemik Gejala klinis TB sering menyerupai penyakit infeksi lainnya seperti demam tifoid. Seringkali diobati tipes tetapi tidak kunjung mengalami perbaikan secara klinis Mengingat prevalensi TB Indo sangat tinggi, maka setiap orang yg datang ke fasyankes dengan gejala klinis TB dianggap sebagai seorang terduga pasien TB Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 8. Gejala klinis Gejala utama TB paru adalah batuk selama 2 minggu atau lebih disertai dengan gejala sistemik yang khas Pada populasi tertentu (HIV misalnya) pasien bisa saja tidak batuk 10–25% of patients with bacteriologically- confirmed tuberculosis do not report cough (ISTC 3rd 2014) KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 9. Gejala klinis Variasi dari batuk nonproduktif - produktif (berdahak) - hemoptisis The cough of TB may be mild initially & may be non-productive or productive of only scant sputum. Initially, it may be present only in the morning, when accumulated secretions are expectorated. As the disease progresses, cough becomes more continuous and productive of yellow / green sputum. Frank hemoptysis, due to caseous sloughing or endobronchial erosion, typically is present later in the disease rarelyKNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB Pulmonary tuberculosis. UptoDate. 
  • 10. Gejala klinis Demam dan keringat malam dapat terjadi pada 50% kasus TB Fever and night sweats or night sweats alone were present in approximately one-half KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB Pulmonary tuberculosis. UptoDate.  KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
  • 11. Gejala klinis 1/3 kasus TB paru disertai nyeri dada dan sesak. Nyeri dada atipikal (pleuritic chest pain). Menandakan ada lesi parenkim subpleura atau keterlibatan pleura Chest pain and dyspnea each were reported in approximately one-third of patients . Pleuritic chest pain when present, signifies inflammation abutting or invading the pleura, with or without an effusion Pleuritic chest pain sometimes develops in patients with subpleural parenchymal lesions or pleural disease KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB Pulmonary tuberculosis. UptoDate.  Kasper DL et al (2015). Harrison's principles of internal medicine 18th ed
  • 12. Gejala klinis Early in the course of disease, symptoms and signs are often nonspecific and insidious, consisting mainly of diurnal fever and night sweats due to defervescence, weight loss, anorexia, general malaise, and weakness KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB Kasper DL et al (2015). Harrison's principles of internal medicine 18th ed KNCV.or.id. Poster TB - Apa itu TB
  • 13. Gejala klinis Setiap penderita yang dicurigai TB perlu ditanyakan mengenai FAKTOR RESIKO seperti kontak erat dengan pasien TB, tinggal di daerah padat penduduk, kumuh, pengungsian dan orang yang bekerja dengan bahan kimia yg beresiko menimbulkan infeksi paru Perlu juga ditanyakan riwayat pengobatan TB sebelumnya Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 14. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan keadaan umum sakit sedang dengan pemeriksaan fisik normal sampai berat. Pemeriksaan fisik yang bisa ditemukan seperti hipotensi, takikardia, takipneu, febris, penurunan IMT (status gizi kurang), diaforesis, konjungtiva anemis, trakea deviasi, pembesaran KBG leher, suara napas menghilang, suara napas tambahan amforik, pleural friction rub dan lain sebagainya (sangat beragam)
  • 15. Pemeriksaan dahak Pemeriksaan dahak dgn mikroskopis langsung berfungsi untuk menegakan diagnosis & menilai keberhasilan terapi Kumpulkan 2 contoh uji dahak berupa dahak Sewaktu-Sewaktu (SS) atau Sewaktu-Pagi (SP) atau (PS). ATS/IDSA/CDC menganjurkan 3 sampel dahak sementara Permenkes dan WHO cukup 2 sampel dahak saja WHO mengatakan cukup satu BTA sputum yang positif, sudah dikatakan pemeriksaan bakteriologis positif. sebelumnya masih membutuhkan 2+
  • 16. Pemeriksaan dahak ATS/IDSA/CDC menganjurkan 3 spesimen sementara Permenkes no 67 th 2016 dan WHO cukup 2 spesimen saja Testing of 3 specimens is considered the normative practice in the United States and is strongly recommended by the CDC. The sensitivity of the 1st specimen is 53.8%, which increases by a mean of 11.1% by obtaining a 2nd specimen. Obtaining a 3rd specimen increases the sensitivity by a mean of only 2%–5% Clinical Infectious Diseases 2017;64(2):e1–e33
  • 17. Pemeriksaan dahak Guideline WHO edisi 4 mengatakan cukup satu pemeriksaan BTA sputum yang positif, sudah dikatakan pemeriksaan bakteriologis positif. sedangkan guide WHO edisi 3 masih membutuhkan 2(+) Patient with one positive AFB smear is considered a definite case (In the third edition, two positive smears were required before a patient could be considered a definite case) TB WHO Guideline 4th ed 2010
  • 18. Pemeriksaan TCM Suatu alat uji berdasarkan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) secara otomatis untuk menditeksi kasus TB dan resistensi rifampisin Sensitivitas dan spesivisitas untuk TB sangat baik Xpert mTb/rif achieved a pooled sensitivity of 88% and pooled specificity of 98%. For detection of rifampicin resistance Xpert mTb/rIf achieved a pooled sensitivity of 94% and pooled specificity of 98% (ISTC 3rd 2014) Pemeriksaan TCM TIDAK untuk menilai keberhasilan terapi Cepheid Xpert MTB/Rif test (Sunnyvale, California) Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis ISTC 2014. International Standards for Tuberculosis Care, Edition 3
  • 19. Pemeriksaan TCM Mekanisme dari Nucleic Acid Amplification Test
  • 20. Pemeriksaan bakteriologis Jenis Pemeriksaan Kebutuhan Koloni Pooled Sensitifity Pooled Specificity Mikroskopis BTA 5.000 - 10.000 cfu / ml 70.8 % 94.9 % Tes Cepat Molekuler (GeneXpert) TCM TB untuk diagnosis TB Paru dewasa* 131 cfu / ml 88% (84.92) 99% (98.99) TCM TB untuk mendeteksi Rif Resistan ** 95% (90.97) 98% (97.99) * Berdasarkan 27 studies, 9558 partisipan ** Berdasarkan 24 studies, 2414 spesimen, 555 rif res spesimen Tes Cepat Molekuler (GenXpert) TCM hanya membutuhkan 131 koloni/ml agar positif Diagnosis TB paru dewasa - Sensitivitas 88% Spesifisitas 99% Diagnosis Resistensi rifampisin - Sensitivitas 95% Spesifisitas 98%
  • 21. Pemeriksaan bakteriologis Intepretasi : DNA MTB terdeteksi Mutasi gen rpoB terdeteksi, kemungkinan besar resistan terhadap rifampisin
  • 22. Pemeriksaan TCM Theron et al, 2016. Clinical Infectious Diseases 2016;62(8):995–1001
  • 23. Pemeriksaan pencitraan Permenkes no 67 tahun 2016 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru Pemeriksaan rontgen toraks memiliki sensitivitas yang baik tapi spesivisitas rendah, sehingga menegakan diagnosis hanya dari rontgen dapat berakibat overdianosis ataupun under diagnosis Diagnosis of TB cannot be established by radiography alone. Although the sensitivity of chest radiography for the presence of tuberculosis is high, the specificity is low. Reliance on the chest ro as the sole test for the diagnosis of tuberculosis will result in both overdiagnosis of tuberculosis and missed diagnoses (ISTC 2014) Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 24. Pemeriksaan pencitraan ISTC 2014. International Standards for Tuberculosis Care, Edition 3
  • 25. Pemeriksaan pencitraan Lokasi reaktivasi TB tersering adalah lobus superior segmen apiko posterior (80-90% kasus) lokasi lain bisa di lobus bawah segmen superior atau lobus superior segmen anterior Reactivation TB typically involves apical-posterior segments of the upper lobes (80 to 90 percent of patients), followed in frequency by the superior segment of the lower lobes and the anterior segment of the upper lobes (Pulmonary tuberculosis. UptoDate) Isolated anterior involvement, without other segmental disease, is very unusual in post- primary tuberculosis (Curry F. Radiographic Manifestation of Tuberculosis) The predilection for the upper lobes is thought to be due to decreased lymph flow in the upper regions (Curry F. Radiographic Manifestation of Tuberculosis) Pulmonary tuberculosis. UptoDate. 
  • 30. Pemeriksaan pencitraan Pemeriksaan CT scan toraks lebih sensitif dibandingkan rontgen toraks untuk menditeksi keberadaan lesi kecil di apeks paru. CT bisa menditeksi kavitas, nodul dan lainnya Computed tomographic (CT) scanning is more sensitive than plain chest radiography for diagnosis, particularly for smaller lesions located in the apex of the lung. CT scan may show a cavity or centrilobular lesions, nodules and branching linear densities, sometimes called a "tree in bud" appearance Pulmonary tuberculosis. UptoDate. 
  • 31. Pemeriksaan biakan Pemeriksaan biakan merupakan bagian dari pemeriksaan bakteriologis. Di Indonesia pemeriksaan biakan tidak rutin diperiksakan pada TB kasus baru Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat Lowenstein-Jensen (LJ) dan media cair Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT) Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 32. Pemeriksaan biakan Negara maju dengan prevalensi TB yang rendah seperti USA menerapkan bahwa semua pasien TB (tidak melihat SO ataupun RO) diperiksakan kultur dan DST ATS/IDSA/CDC Recommendation : We suggest that both liquid and solid mycobacterial cultures be performed, rather than either culture method alone,for every specimen obtained from an individual with suspected TB disease (conditional recommendation, low-quality evidence) Clinical Infectious Diseases 2017;64(2):e1–e33
  • 33. Pemeriksaan darah Penderita TB bisa ditemukan anemia, leukositosis, trombositosis, LED dan CRP yang meningkat The most common hematologic findings are mild anemia, leukocytosis & thrombocytosis with a slightly elevated ESR and/or CRP level. None of these findings is consistent or sufficiently accurate for diagnostic purposes Penderita TB bisa ditemukan hiponatremia karena SIADH Hyponatremia due to the syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone has also been reported Kasper DL et al (2015). Harrison's principles of internal medicine 18th ed
  • 34. Pemeriksaan serologi Interferon Gamma Release Assay or IGRA / TB Blood test adalah pemeriksaan darah untuk mendeteksi Interferon γ yang disekresi oleh sel T sebagai respon restimulasi kembali dari antigen spesifik MTB. Antigen ESAT-6 (Early Secreted Antigenic Target 6) dan CFP-10 (Culture Filtrate Protein 10). Antigen ini lebih spesifik dari PPD (purified protein derivative) yang ada di vaksin BCG Terdapat dua macam : QuantiFERON®-TB & T-SPOT®.TB
  • 35. Pemeriksaan serologi Seorang wanita usia 34 tahun dengan keluhan nyeri seluruh lapang perut sejak 1 bulan SMRS. Membawa hasil serologi IGRA positif, hasil USG whole abdomen dikatakan terdapat ascites (lainnya dalam batas normal) Kasus asli di RS Swasta tahun 2018
  • 36. Pemeriksaan serologi Permenkes 67 th 2016. Pemeriksaan serologis sampai saat ini belum direkomendasikan (untuk mendiagnosis TB aktif) ATS/IDSA/CDC Recommendation 2: There are insufficient data to recommend a preference for either a TST or an IGRA as the first- line diagnostic test in individuals 5 years or older who are likely to be infected with Mtb, who have a high risk of progression to disease Clinical Infectious Diseases 2017;64(2):e1–e33 Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 37. Pemeriksaan serologi IGRA tidak direkomendasikan sebagai alat diagnosis untuk TB yang aktif karena IGRA (dan uji tuberkulin) tidak dapat membedakan antara infeksi tuberkulosis aktif (paru maupun ekstra paru) dengan infeksi tuberkulosis laten (hasil akan positif pada keduanya) Berarti IGRA bisa memberikan false positif atau positif palsu. Hasilnya positif tetapi sebenarnya pasien tidak sedang menderita TB aktif
  • 38. Pemeriksaan histopatologi Pemeriksaan histopatologi pd kasus yang dicurigai TB ekstraparu Akan dibahas lebih dalam pada topik TB ekstraparu Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 39. Pemeriksaan tambahan Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan gula. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai indikasi misalnya fungsi hati, ginjal dll Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 40. Alur diagnosis Alur diagnosis TB pada orang dewasa dibagi sesuai dengan fasilitas yang tersedia 1. Faskes yang mempunyai akses pemeriksaan dengan TCM 2. Faskes yang hanya mempunyai pemeriksaan mikroskopis dan tidak memiliki akses ke TCM Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 41. Alur diagnosis PMK no 67 Pengendalian TB, Pedoman TB Nasional 2016 Terduga TB Terduga TB BILA terdapat salah satu dibawah ini WAJIB TCM 1. Pasien riwayat pengobatan TB sebelumnya 2. Kontak erat dengan penderita TB RO 3. Pasien HIV Pemeriksaan TCM MTB pos Rif sensitif MTB pos Rif intermedia MTB pos Rif resisten MTB negatif Pasien baru Ada akses TCM Tidak ada akses TCM Sputum BTA 2x Antibiotik non OAT Rontgen thorax TCM adalah Tes Cepat Molekuler
  • 42. PMK no 67 Pengendalian TB, Pedoman TB Nasional 2016 Terduga TB Pemeriksaan TCM MTB pos Rif sensitif MTB pos Rif intermedia MTB pos Rif resisten MTB negatif Tidak ada akses TCM Sputum BTA 2x Antibiotik non OAT Rontgen thorax TB sensitif Ulang TCM OAT Lini 1 TB RR Program TB RO Pengambilan baseline data Biakan kultur dan resistensi Memulai pengobatan TB MDR TB Pre XDR TB XDR Evaluasi kembali
  • 43. Pemeriksaan mikroskopis BTA Hasil - - ADA akses rontgen Terduga TB Tidak ada akses TCM Gambaran mendukung TB TB terkonfirmasi klinis Pengobatan OAT lini 1 Permenkes no 67 tahun 2016
  • 44. Pemeriksaan mikroskopis BTA Hasil - - TIDAK ADA akses rontgen Terduga TB Tidak ada akses TCM Terapi AB non OAT Tidak ada perbaikan klinis Ada faktor resiko TB Pertimbangan dr diberikan OAT lini 1Permenkes no 67 tahun 2016
  • 45. Tatalaksana PRINSIP Pengobatan TB dengan OAT yang adequat : 1. Diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi 2. Diberikan dalam dosis yang tepat 3. Ditelan secara teratur & diawasi langsung PMO sampai selesai 4. Diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam dua tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 46. Tatalaksana 1.Tahap awal Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan OAT tahap awal bertujuan untuk menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh dan meminimalkan pengaruh sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan Pada umumnya daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 47. Tatalaksana 1.Tahap awal 2.Tahap lanjutan Pengobatan fase lanjutan bertujuan membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 48. Tatalaksana OAT Lini pertama terdiri atas RHZES 1.Rifampisin (R) 2.Isoniazid (H) 3.Pirazinamid (Z) 4.Etambutol (E) 5.Streptomisin (S) Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 49. Tatalaksana Panduan OAT yang digunakan di Indonesia : Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3 atau 4(RH) Kategori 2 : 2(RHZE)S/1(RHZE)/5(RH)3E3 atau 5(RH)E Pengobatan TB dgn OAT lini pertama dpt diberikan dengan dosis harian maupun dosis intermiten (diberikan 3 kali perminggu). Penyediaan OAT dengan dosis harian saat ini sedang dalam proses pengadaan oleh Program TB Nasional Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 50. Tatalaksana Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kontinuitas pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien untuk satu (1) masa pengobatan Panduan OAT kat-1/2 disediakan dlm btk paket kombinasi dosis tetap (FDC) dan paket Kombipak (paket obat lepas dikemas dalam bentuk blister) Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 51. Tatalaksana Berdasarkan rekomendasi WHO 1.2. Penggunaan FDC lebih direkomendasikan bila dibandingkan obat kombipak / lepasan The use of fixed-dose combination (FDC) tablets is recommended over separate drug formulations in treatment of patients with drug susceptible TB (Conditional recommendation, low certainty in the evidence) Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
  • 52. Tatalaksana Keuntungan FDC 1) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep 2) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektivitas obat dan mengurangi efek samping 3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 53. Tatalaksana Kategori 1 diberikan untuk pasien baru, yaitu 1) Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis 2) Pasien TB paru terdiagnosis klinis 3) Pasien TB ekstraparu Kategori 2 diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang) yaitu 1) Pasien kambuh 2) Pasien gagal pada pengobatan dengan panduan OAT kategori 1 sebelumnya 3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (loss to folow) Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 54. Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis Obat Dosis rekomendasi Harian 3 kali per minggu Dosis (mg/kg) Maksimum Dosis (mg/kg) Maksimum Rifampisin (R) 8-(10)-12 600 8-(10)-12 600 INH (H) 4-(5)-6 300 8-(10)-12 900 Pirazinamid (Z) 20-(25)-30 30-(35)-40 Etambutol (E) (15)-20 25-(30)-35 Streptomisin (S) 12-(15)-18 SOAL Pasien TB kasus baru diobati dengan OAT kategori 1 tahap awal Berat badan pasien 50 kg Dosis rekomendasi Rifampisin : 10x50 = R500 Isoniazid : 5x50 = H250 Pirazinamid : 25x50 = Z1250 Etambutol : 15x50 = E750
  • 55. Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis Berat badan Tahap Intensif Setiap hari RHZE (150/75/400/275) Tahap Lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150) Selama 56 hari Selama 16 minggu 30-37 kg 2 tab 4FDC fase intensif 2 tab 2FDC 38-54 kg 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC 44-70 kg 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC >71 kg 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC SOAL Pasien TB kasus baru diobati dengan OAT kategori 1 tahap awal Berat badan pasien 50 kg Dosis rekomendasi Rifampisin : 10x50 = R500 INH : 5x50 = H250 Pirazinamid : 25x50 = Z1250 Etambutol : 15x50 = E750 Rekomendasi R500 H250 Z1250 E750 Satu tablet FDC R150 H75 Z400 E275 Tiga tablet FDC R450 H225 Z1200 E825 Empat tablet FDC R600 H300 Z1600 E1100
  • 56. Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis Berat badan Tahap Intensif Setiap hari RHZE (150/75/400/275) Tahap Lanjutan Setiap hari RH (150/75) Selama 56 hari Selama 16 minggu 30-37 kg 2 tab 4FDC fase intensif 2 tab 2FDC 38-54 kg 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC 44-70 kg 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC >71 kg 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC
  • 57. Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis Berat badan Tahap intensif Setiap hari RHZE (150/75/400/275)+S Tahap Lanjutan 3 kali per minggu RH (150/150) + E(400) Selama 56 hari 28 hari 20 minggu 30-37 kg 2 tab 4FDC + S500 2 tab 4FDC 2 tab 2FDC + 2 tab E 38-54 kg 3 tab 4FDC + S750 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC + 3 tab E 55-70 kg 4 tab 4FDC + S1000 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC + 4 tab E >71 kg 5 tab 4FDC + S1000 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC + 5 tab E
  • 58. Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis Berat badan Tahap intensif Setiap hari RHZE (150/75/400/275)+S Tahap Lanjutan Setiap hari RHE (150/75/275) Selama 56 hari 28 hari 20 minggu 30-37 kg 2 tab 4FDC + S500 2 tab 4FDC 2 tab 2FDC 38-54 kg 3 tab 4FDC + S750 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC 55-70 kg 4 tab 4FDC + S1000 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC >71 kg 5 tab 4FDC + S1000 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC
  • 59. Tatalaksana Berdasarkan rekomendasi WHO 1.3. Dalam pengobatan TB sensitif obat tidak direkomendasikan pemberian dosis intermiten (diberikan 3 kali perminggu) baik dalam tahap awal maupun tahap lanjutan, rekomendasinya adalah baik tahap awal maupun lanjutan menggunakan dosis harian In all patients with drug-susceptible pulmonary TB, the use of thrice- weekly dosing is NOT RECOMMENDED in both the intensive and continuation phase of therapy, and daily dosing remains the recommended dosing frequency (Conditional recommendation, very low certainty in the evidence) Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
  • 60. Tatalaksana Berdasarkan rekomendasi WHO 1.7. Sebaiknya pengobatan TB ulangan tidak menggunakan OAT kategori 2 lagi dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan DST untuk menentukan pilihan terapi yang tepat In patients who require TB retreatment, the category II regimen should no longer be prescribed and drug susceptibility testing should be conducted to inform the choic of treatment regimen (Good practice statement) Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
  • 61. Tatalaksana Berdasarkan rekomendasi WHO 1.7. Sebaiknya pengobatan TB ulangan tidak menggunakan OAT kategori 2 lagi dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan DST untuk menentukan pilihan terapi yang tepat One of the basic principles of TB treatment is that a single drug should not be added to an unsuccessful regimen. Adding streptomycin to the previously unsuccessful regimen of INH, rifampicin, ethambutol and pyrazinamide violates this principle and fuels the development of drug resistance, leading to the loss of streptomycin as a second line agent in MDR-TB theraphy. Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
  • 62. Tatalaksana Periksa TCM atau DST untuk menentukan resistensi R dan H. Bila tidak ditemukan resistensi pada keduanya, dapat diberikan kembali OAT kategori 1 Patients eligible for retreatment should be referred for a rapid molecular test or drug susceptibility testing to determine at least rifampicin resistance, and preferably also isoniazid resistance status. On the basis of the drug susceptibility profile, a standard first-line treatment regimen (2HRZE/4HR) can be repeated if no resistance is documented. Guideline for treatment of drug suceptible tuberculosis and patient care. WHO 2017 5th ed
  • 63. Monitoring pengobatan PMK no 67 Pengendalian TB, Pedoman TB Nasional 2016
  • 64. Hasil pengobatan Sembuh : Pasien TB dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya Lengkap : Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pemriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 65. Hasil pengobatan Gagal : Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih selama masa pengobatan; atau kapan saja dalam masa pengobatan diperoleh hasil laboratorium yg menunjukan adanya resistensi OAT Meninggal : Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau sedang dalam pengobatan Putus berobat : Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang pengobatannya terputus terus menerus selama 2 bulan atau lebih Tidak dievaluasi : Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatan Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
  • 66. Take home messege TB adalah penyakit infeksi menular karena kuman M.tb TB Sensitif Obat adalah TB yang masih sensitif terhadap OAT lini 1 Diagnosis ditetapkan berdasarkan keluhan, gejala klinis, penunjang lab dan penunjang lainnya. Tidak benar mendiagnosis hanya dari toraks / serologis Gejala klinis TB terdiri atas gejala organik dan sistemik. tanyakan faktor resiko dan riwayat pengobatan Pemeriksaan fisik bisa normal dan bervariasi tergantung beratnya penyakit. Pemeriksaan penunjang bakteriologis yg penting sputum BTA dan TCM Panduan OAT yang digunakan di Indonesia : Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3 atau 4(RH) Kategori 2 : 2(RHZE)S/1(RHZE)/5(RH)3E3 atau 5(RH)E
  • 67. TERIMAKASIH atas atensinya Ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan menulis adalah pengikatnya
  • 68. Referensi Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis Clinical Infectious Diseases 2017;64(2):e1–e33 WHO 5RD 2017 KEMENKES 2014 ISTC 3RD 2014TB Guideline