SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
1
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
PENDAHULUAN
Henoch-Schonlein purpura atau dikenal juga dengan anaphylactoid purpura atau
allergic purpura, atau vascular purpura adalah suatu penyakit peradangan pembuluh darah
yang berhubungan dengan reaksi imunologis khususnya immunoglobulin A. Pada HSP,
terjadi proses nekrosis dari vaskular yang ditandai dengan terjadinya destruksi fibrin dinding
pembuluh darah dan leukocytoclasis.(1)
Definisi lain menyebutkan HSP adalah suatu penyakit vaskulitis dengan kombinasi
gejala seperti rash pada kulit, arthralgia, periarticular oedema, nyeri abdomen, dan
glomerulonepritis. Dapat disertai infeksi saluran pernapasan akut, dan berhubungan dengan
2
immunoglobulin A dan sintesis immunoglobulin G. IgA dan IgG berinteraksi untuk
menghasilkan kompleks imun yang mengaktifkan komplemen yang didepositkan pada organ
sehingga menimbulkan respon inflamasi berupa vaskulitis.(2)
Etiologi dari HSP tidak diketahui, tetapi HSP yang umum diikuti dengan infeksi traktus
respiratorius saluran napas atas.
Di US, 75% penderita HSP timbul pada anak-anak usia 2-14 tahun. Insiden kelompok
umur adalah 14 kasus per 100.000 populasi.(3) Kebanyakan morbiditas dan mortalitas pada
penyakit ini dihasilkan dari glomerulonephritis dan hal ini berkaitan dengan manifestasi
ginjal akut dan kronis.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : An. M. K. S
Tempat/Tgl. Lahir : Batam / 10-08-2003
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
3
Alamat : Hang Lekir blok BB 6 no.15
Agama : Kristen
Masuk Tanggal : 14 Agustus 2014
No. Medical Record : 35-38-76
B. Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama Tn. S Ny. L
Umur 36 tahun 32 tahun
Alamat Hang Lekir blok. BB 6
no.15
Hang Lekir blok BB 6
no.15
Agama Kristen Kristen
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
 Hubungan pasien dengan orang tua : Pasien anak kandung (anak ke 2 dari 3
bersaudara)
ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada Ibu kandung penderita, Ny. L pada tanggal 2014
pada pukul 07.30 WIB
Keluhan Utama : Nyeri perut sejak 2 minggu SMRS
Keluhan Tambahan : Muntah, sulit BAB, ruam di kulit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke RSOB dengan keluhan nyeri
perut yang hilang timbul. Pasien mengaku pada tanggal 3 Agustus nyeri perut sebelah atas
sudah dirasakan dan datang berobat ke poliklinik RSOB. Pada tanggal 6 sampai 11 Agustus
4
pasien sempat dirawat di RS Awal Bros dan ditegakkan diagnosis illeus obstruktif dan
anemia, serta sempat muncul bintik kemerahan pada tangan dan kakinya namun sempat
dipulangkan karena sudah menjalani pengobatan dan tidak ada keluhan. Tidak lama
kemudian pada tanggal 13 Agustus, pasien pun datang kembali ke RSOB akibat keluhan yang
sama dan dilakukan operasi akibat diagnosis peritonitis dan dilakukan operasi anastomosis
illeoilleal end to end.
Setelah 5 hari post operasi, pasien mengeluhkan munculnya ruam-ruam pada kulit
terutama pada kedua tangan dan kaki. Muncul ruam terjadi tiba-tiba dan keluhan ini pernah
dirasakan pada saat pasien dirawat di RS Awal Bros. Ruam yang terjadi tidak gatal dan tidak
meluas ke daerah tubuh. Rasa gatal pada kulit disangkal. Keluhan adanya rasa pegal maupun
nyeri sendi disangkal, begitu pula keluhan demam disangkal.
Pasien dipulangkan setelah satu minggu perawatan di RSOB. Pasien kembali datang
dirawat di RSOB dengan keluhan luka bekas operasi basah. Pada tanggal 3 September pasien
mengeluh urin berwarna merah. Rasa nyeri saat BAK disangkal. Ibu pasien juga mengaku
pasien tampak bengkak terutama pada kedua kaki pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut Ibu pasien, pasien tidak pernah menderita hal seperti ini sebelumnya. Pasien
jarang batuk dan pilek, pasien juga tidak pernah menderita sesak, alergi makanan, alergi obat,
dan ruam di kulit pernah timbul saat pasien dirawat 2 minggu yang lalu. Selain itu, pasien
sempat mengalami demam satu bulan sebelum keluhan nyeri perut dirasakan. Pada saat itu,
pasien hanya diberikan obat warung dan demam turun.
Demam Tifoid (-) Epilepsi (-)
Kejang demam (-) Hepatitis (-)
Demam berdarah (-) Diare (-)
Varicella (-) Infeksi Saluran napas (+)
TBC (-) Difteri (-)
Penyakit Jantung Bawaan (-) Penyakit Jantung Rematik (-)
Riwayat Kelahiran
5
Tanggal lahir : 10 Agustus 2003
Cara Lahir : Spontan / pervaginam
Ditolong oleh : Bidan
Berat Lahir : ± 2,8 kg
Keadaan saat lahir : langsung menangis
Riwayat Pemberian Makanan
Sejak lahir, pasien sudah mendapatkan ASI sampai usia 12 bulan. ASI eksklusif sudah
terpenuhi (6 bulan). Susu formula mulai diberikan pada usia 0 bulan. Nasi tim pada usia 7
bulan.
Riwayat Pemberian Imunisasi
IMUNISASI
UMUR PEMBERIAN IMUNISASI
BULAN
(dasar)
Tahun
(ulangan)
Lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BCG
HEP B
POLIO
DTP
CAMPAK
Hib
PCV
ROTAVIRUS
INFLUENZA
VARICELLA
MMR
TIFOID
HEP A
HPV
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Perkembangan Motorik Psikososial
Pertama kali membalik : 5 bulan
Pertama kali tengkurap : 5 bulan
Pertama kali duduk : 6 bulan
6
Pertama kali merangkak : 7 bulan
Pertama kali berdiri : 10 bulan
Pertama kali berjalan : 13 bulan
Pertama kali tertawa : 3 bulan
Pertama kali berceloteh : 5 bulan
Pertama kali memanggil mama : 8 bulan
Pertama kali memanggil papa : 9 bulan
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini tidak ada keluarga yang
sedang mengalami sakit seperti pasien. Tidak ada riwayat kejang, asma, batuk lama yang
tidak sembuh, dan batuk darah.
Riwayat Lingkungan dan Perumahan
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Lingkungan, sanitasi dan sirkulasi rumah baik.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Keadaan Umum
a. Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
II. Tanda Vital dan Antropometri
TANDA VITAL HASIL PASIEN
Suhu 36,5oC
7
Nadi 113x/mnt, reguler, isi cukup
Nafas 28x/mnt
ANTROPOMETRI HASIL PASIEN
Berat Badan 32 kg
Panjang Badan 139 cm
BB/U 32/37 x 100% = 86,5% normal
PB/U 139/144 x 100% =96,5% normal
BB/TB 32/34 x 100% = 94,1% normal
8
9
III. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala Ukuran normosefali, bentuk bulat oval, tidak tampak deformitas, pada
perabaan tidak ada nyeri, rambut berwarna hitam, lebat, tidak kering, tidak
mudah dicabut
Wajah Tidak tampak sesak, tidak pucat, tidak sianosis, ekspresi wajah simetris, dan
tidak tampak facies yang menandai suatu penyakit seperti facies hipocrates,
tidak tampak moon face
Mata Alis tebal, hitam, tersebar rata; bulu mata hitam, tersebar rata, tidak mudah
rontok; kelopak mata tidak ada edema dan tidak ptosis, pada palpasi tekanan
kedua bola mata normal; konjungtiva warna pink, tidak anemis, sklera tidak
ikterik, iris warna hitam, pupil bulat isokor, lensa jernih, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung +/+, gerak bola mata normal ke segala arah,
lapang pandang baik. Cekung (-)
Telinga Telinga sepasang, sama tinggi, normotia, tidak ada benjoan atau nyeri tekan
di sekitar telinga, CAE lapang, tidak tampak serumen, darah, maupun sekret,
tidak hiperemis, dan membran timpani sulit dinilai
Hidung Napas cuping hidung(-), bentuk hidung normal, deviasi septum (-), cavum
nasi lapang dan sama besar, tidak hiperemis, tidak ada sekret dan darah,
konka eutrofi, tidak hiperemis, mukosa licin tidak hiperemis, tidak pucat,
tidak livid
Bibir Bentuk normal, warna merah muda, tidak pucat, tidak sianosis, tidak tampak
kering, kulit disekitar bibir normal, trismus (-), tidak tamak perdarahan pada
bibir
Lidah Ukuran dan bentuk lidah normal (normoglosia), papil atrofi (-), lidah kotor(-),
tremor (-)
Mukosa
mulut dan
palatum
Mukosa mulut warna merah muda, kering, palatum utuh, tanpa bercak,
stomatitis apthae (-)
Uvula,
faring, tonsil
Uvula di tengah, berwarna merah muda, tidak hiperemis, T1-T1 tenang,
detritus (-), kripta tidak melebar, dinding mukosa faring tidak hiperemis,PND
(-)
Bau napas Tidak tercium bau napas yang khas
Leher Bentuk dan ukuran normal, gerakan normal, kaku kuduk (-)
KGB Tidak ada pembesaran KGB
10
Arteri carotis Arteri carotis tidak tampak berdenyut, pada perabaan denyutnya teraba
reguler, sama kuat,simetris kiri-kanan, bruit (-)
Trakea Trakea di tengah, deviasi(-), tidak teraba massa, tracheal tug (-)
IV. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada Dari depan: bentuk thorax normal, simetris mengembang saat inspirasi dan
mengempis saat ekspirasi, tidak ada yang tertinggal
Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak sianosis,roseoles
spot (-), tidak tampak adanya efloresensi yang bermakna, tidak ada dilatasi
vena, spider nervi (-)
Tulang dada normal, mendatar, tidak mencekung dan tidak menonjol
Tulang iga normal, tidak terlalu vertikal dan tidak terlalu horizontal
Sela iga tidak melebar dan menyempit, tidak tampak adanya retraksi dan
tidak tampak gerakan otot-otot bantu pernapasan
Tidak tampak pulsasi abnormal, tidak tampak pulsasi ictus cordis
Inspeksi dada
saat napas
Gerakan dada pasien simetris kiri-kanan saat bernapas, tidak ada
hemithorax yang tertinggal
Inspeksi buah
dada
Buah dada simetris sama besar kiri dan kanan, tidak tampak massa /
benjolan, areola mamae sepasang, simetris, warna kecoklatan, papila
mamae sepasang, simetris, tidak ada retraksi, tidak tampak mengeluarkan
sekret, tidak tampak efloresensi bermakna
Jantung Irama teratur, SI dan SII pada keempat katup jantung reguler, murmur (-),
gallop (-), suara jantung tambahan (-), tidak terdapat ejection sound, tidak
ada spliting
Paru Suara napas paru kiri-kanan didapatkan suara napas vesikuler. Ronki -/-.
Wheezing -/-, slam -/-
V. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
abdomen
Tampak luka tertutup verbant, bentuk abdomen datar, warna kulit sawo
matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, spider nervi(-), roseola
spot (-), tidak tampak adanya efloresensi yang bermakna, kulit perut
11
tidak keriput, tidak ada dilatasi vena, Shagging of the Flank (-), massa (-)
Auskultasi
abdomen
Bising usus pasien (+), dalam perhitungan 1 menitterdengar adanya 3x
bising usus
Tidak terdengar arterial bruit maupun venous hum
Perkusi abdomen Pada keempat kuadran abdomen didapatkan suara timpani,shifting
dullness (-)
Palpasi abdomen Dinding abdomen supel, tidak teraba massa, defense muscular (-),turgor
kulit langsung kembali
Nyeri tekan (+) pada daerah sekitar operasi, nyeri lepas (-)
Hepar dan lien tidak teraba, ballotement ginjal bilateral (-), nyeri ketuk
costophrenicus (-/-), Murphy’s sign (-)
Tidak terasa adanya getaran cairan / undulasi
Hepatojugular refleks (-)
VI. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi
ekstremitas atas
Bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, proporsional terhadap
bentuk tubuh pasien
Kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tampak
efloresensi yang bermakna yaitu berupa ptechiae yang tersebar merata
Jari-jari: jumlah lengkap, tidak ada deformitas, clubbing finger (-)
Kuku: warna merah muda, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis,
splinter hemoragik (-)
Telapak tangan warna pink, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis,
tidak tampak palmar eritema
Tidak tampak oedem pada kedua ekstremitas dan tidak ada
pembengkakan sendi, tidak ada atrofi otot, tidak ada gerakan involunter,
kordinasi gerak baik, kaku sendi (-)
Palpasi kulit dan
otot ekstremitas
atas
Akral hangat pada keempat ekstremitas, kelembaban baik dan tidak nyeri
tekan, pitting oedema (-), tidak ada atrofi otot, tonus otot statis dan
dinamis baik, kekuatan otot baik bernilai 5, tidak ada rigiditas dan
spastisitas, flapping tremor (-), intentional tremor (-)
12
Refleks fisiologis Refleks biseps ++/++, refleks triceps ++/++
Inspeksi
ekstremitas
bawah
Bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, proporsional terhadap
tubuh
Kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tampak
efloresensi yang bermakna yaitu berupa ptechiae yang tersebar merata
Jari-jari jumlah lengkap, tidak ada deformitas
Kuku warna merah muda, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis
Telapak kaki warna pink, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak
ada eritem, tidak ada ulkus, tidak ada kalus, tidak ada clavus
Tampak oedemapada kedua tungkai bawah, tidak ada gerak involunter,
tidak ada pembengkakan sendi maupun atrofi
Kekuatan otot baik, koordinasi gerak baik
Palpasi kulit dan
otot ekstremitas
bawah
Suhu teraba hangat, kelembaban baik dan tidak nyeri, pitting oedem(+),
tidak ada atrofi otot, tonus stasis dan dinamis baik, tidak ada rigiditas dan
spastisitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium tgl 14 Agustus 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 12,6 11,0 – 16,5 g/dl
Eritosit 4,31 3,8 – 5,8 106/µl
Hematokrit 34,5 35,0 – 50,0 %
MCV 80 80,0 – 97,0 fL
MCH 29,2 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 36,5 31,5 – 35,0 g/dl
RDW-CV 13,7 10,0 – 15,0 %
Leukosit 24, 29 4 – 11 103/µl
Eusinofil 0,0 0 – 5 %
Basofil 0,0 0 – 1 %
13
Neutrofil 94,8 46 – 75 %
Lymph 2,4 17 – 48 %
Monosit 2,8 4 – 10 %
Platelet 374 150 – 450 103/µl
PDW 10,7 10,0 – 18,0 fL
MPV 10,0 6,5 – 11,0 fL
Elektrolit
Natrium 131 135 - 147 meq/l
Kalium 4,0 3,5 – 5,0 meq/l
Chlor 101 94 – 111 meq/l
Gula Darah
GD Sewaktu 131 70 - 140 mg/dl
 Laboratorium tgl 15 Agustus 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 12,7 11,0 – 16,5 g/dl
Eritosit 4,30 3,8 – 5,8 106/µl
Hematokrit 34,2 35,0 – 50,0 %
MCV 79,5 80,0 – 97,0 fL
MCH 29,5 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 37,1 31,5 – 35,0 g/dl
RDW-CV 14 10,0 – 15,0 %
Leukosit 34,23 4 – 11 103/µl
Eusinofil 0,1 0 – 5 %
Basofil 0,0 0 – 1 %
Neutrofil 95,2 46 – 75 %
Lymph 2,0 17 – 48 %
Monosit 2,5 4 – 10 %
Platelet 421 150 – 450 103/µl
PDW 11,4 10,0 – 18,0 fL
14
MPV 10,1 6,5 – 11,0 fL
Elektrolit
Natrium 125 135 - 147 meq/l
Kalium 5,3 3,5 – 5,0 meq/l
Chlor 97 94 – 111 meq/l
Gula Darah
GD Sewaktu 131 70 - 140 mg/dl
Albumin
Total protein
2,40
4,12
3,20 – 5,00
6,00 - 8,30
g/dL
g/dL
Pemeriksaan laboratorium tanggal 16 Agustus 2014
Elektrolit
Na 138 Cl 104
K 4,96
 Foto USG Abdomen
Interpretasi :
- USG sugesif peritonitis
- Sludge pada kantung empedu
- Hepar, lien, pankreas, ginjal kiri kanan
dan buli tidak tampak kelainan
15
Laboratorium tgl 19 Agustus 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 9,8 11,0 – 16,5 g/dl
Eritosit 3,40 3,8 – 5,8 106/µl
Hematokrit 26,7 35,0 – 50,0 %
MCV 78,5 80,0 – 97,0 fL
MCH 28,8 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 36,7 31,5 – 35,0 g/dl
RDW-CV 12,7 10,0 – 15,0 %
Leukosit 17,25 4 – 11 103/µl
Eusinofil 1,2 0 – 5 %
Basofil 0,2 0 – 1 %
Neutrofil 86,6 46 – 75 %
Lymph 6,7 17 – 48 %
Monosit 5,3 4 – 10 %
Platelet 336 150 – 450 103/µl
PDW 9,4 10,0 – 18,0 fL
MPV 8,9 6,5 – 11,0 fL
Elektrolit
Natrium 125 135 - 147 meq/l
Kalium 5,3 3,5 – 5,0 meq/l
Chlor 97 94 – 111 meq/l
Laboratorium tgl 20 Agustus 2014
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 13,6 11,0 – 16,5 g/dl
Eritosit 4,81 3,8 – 5,8 106/µl
Hematokrit 36,6 35,0 – 50,0 %
MCV 76,1 80,0 – 97,0 fL
16
MCH 28,3 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 37,2 31,5 – 35,0 g/dl
RDW-CV 13,6 10,0 – 15,0 %
Leukosit 14,62 4 – 11 103/µl
Eusinofil 2,5 0 – 5 %
Basofil 0,5 0 – 1 %
Neutrofil 82,5 46 – 75 %
Lymph 7,9 17 – 48 %
Monosit 6,6 4 – 10 %
Platelet 234 150 – 450 103/µl
PDW 12,6 10,0 – 18,0 fL
MPV 10,5 6,5 – 11,0 fL
Elektrolit
Natrium 125 135 - 147 meq/l
Kalium 5,3 3,5 – 5,0 meq/l
Chlor 97 94 – 111 meq/l
RESUME
Pasien seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke RSOB dengan keluhan nyeri
perut yang hilang timbul. Pasien mengaku pada tanggal 3 Agustus nyeri perut sebelah atas
sudah dirasakan dan datang berobat ke poliklinik RSOB. Pada tangal 6 sampai 11 Agustus
pasien sempat dirawat di RS Awal Bros dan ditegakkan diagnosis illeus obstruktif dan
anemia, serta sempat muncul bintik kemerahan pada tangan dan kakinya namun sempat
dipulangkan karena sudah menjalani pengobatan dan tidak ada keluhan. Pada tanggal 13
Agustus pasien datang diantar karena nyeri perut sebelum makan sejak jam 5 pagi. BAK
normal, lancar. Makan dan minum normal seperti biasa. Dilakukan operasi akibat diagnosis
peritonitis yaitu operasi anastomosis illeoilleal end to end.
Setelah 5 hari post operasi, pasien mengeluhkan munculnya ruam-ruam pada kulit
terutama pada kedua tangan dan kaki. Muncul ruam terjadi tiba-tiba dan keluhan ini pernah
dirasakan pada saat pasien dirawat di RS Awal Bros. Keluhan adanya rasa pegal maupun
nyeri sendi disangkal, begitu pula keluhan demam disangkal. Pada tanggal 3 September
17
pasien mengeluh urin berwarna merah. Rasa nyeri saat BAK disangkal. Ibu pasien juga
mengaku pasien tampak bengkak terutama pada kedua kaki pasien.
Pada pemeriksaan fisik setelah operasi didapatkan, kesadaran kompos mentis, tampak
sakit sedang. Tanda vital yaitu nadi 113 x / menit, suhu 28 ºC, dan pernapasan 36,5 x / menit,
berat badan32 kg. Pada abdomen didapatkan bekas luka operasi tertutup verbant. Pada
inspeksi ekstremitas didapatkan adanya petechiae dan oedem pada ekstremitas bawah. Pada
pemeriksaan laboratorium darah didapatkan tidak terdapat trombositopenia, terdapat
leukositosis yaitu 34.230/µL, neutrofilia 95,2%, hipoalbumin dengan kadar albumin 2,4 g/dL
dan protein total 4,12 g/dL.
DIAGNOSIS KERJA
 Glomerulonefritis akut et causa Henoch-Schönlein purpura
 Peritonitis et causa perforasi illeum dan nekrosis illeum post op repair reseksi
anastomosis ileoilleal end to end
PENATALAKSANAAN
 Tirah Baring
 Diet rendah garam
 IVFD KaEn 3B
 Metilprednisolon 3 x 20 mg iv
 OMZ 1 x 40 mg
PROGNOSIS
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Ad Fungtionam : dubia ad malam
 Ad Sanationam : dubia ad malam
18
FOLLOW UP
18-08-2014 19-08-2014 20-08-2014 21-08-2014
Subjective Nyeri daerah
operasi (+),
demam (+)
Nyeri perut (-),
muntah (-),
demam (-), BAB
(+) sedikit encer,
luka bekas operasi
merembes
Nyeri daerah
bekas operasi,
BAB (+) 2 kali
konsistensi cair,
muncul ruam
kemerahan pada
kedua lengan dan
tungkai
Nyeri sudah
berkurang, BAB
(+) 1 kali
konsistensi sudah
memadat, BAK
(+), Ruam (+),
nyeri dan pegal
pada sendi atau
badan (-)
Objectives KU CM, TSS
N:102x/mRR:22
x/m
S: 37,6 C
Status
generalis :
-Kepala
normocephali
-Mata: CA +/+,
SI -/-
-Thoraks: BJ I-II
reg, m (-), g (-)
SNV +/+, rh -/-,
wh -/-
- Abdomen:
Tampak luka
operasi
tertutup
verbant,
rembesan (-),
drain
terpasang
KU CM, TSS
N:96x/mRR:20x
/m
S: 37,2 C
Status
generalis :
-Kepala
normocephali
-Mata: CA -/-,
SI -/-
-Thoraks: BJ I-II
reg, m(-),g (-)
SNV +/+, rh -/-,
wh -/-
- Abdomen:
Tampak luka
operasi
tertutup
verbant,
rembesan (+),
Ekstremitas:
akral hangat
KU tampak
lemah, CM
N:88x/mRR:22x
/m
S: 36,4 C
Status
generalis :
-Kepala
normocephali
-Mata: CA -/-,
SI -/-
-Thoraks: BJ I-II
reg, m (-), g (-)
SNV +/+, rh -/-,
wh -/-
- Abdomen:
Tampak luka
operasi
tertutup
verbant,
rembesan (+)
- Ekstremitas:
KU tampak
lemah, CM
N:86x/mRR:20x
/m
S: 36,2 C
Status
generalis :
-Kepala
normocephali
-Mata: CA -/-,
SI -/-
-Thoraks: BJ I-
II reg, m (-), g (-
)
SNV +/+, rh -/-,
wh -/-
- Abdomen:
Tampak luka
operasi
tertutup
verbant,
rembesan (+)
19
- Ekstremitas:
akral hangat +/+,
oedem +/+
minimal
+/+, oedem -/- akral hangat
+/+, petechiae
+/+
- Ekstremitas:
akral hangat
+/+, purpura +/+
Assessments -Post op
laparatomi
eksplorasi reseksi
anastomosis
ileoilleal end to
end et causa
peritonitis
perforasi illeum
dan nekrosis
illeum H+4
- Anemia (Hb:
9,8)
Post op
laparatomi
eksplorasi reseksi
anastomosis
ileoilleal end to
end et causa
peritonitis
perforasi illeum
dan nekrosis
illeum H+5
Post op
laparatomi
eksplorasi
reseksi
anastomosis
ileoilleal end to
end et causa
peritonitis
perforasi illeum
dan nekrosis
illeum H+6
- HSP
Post op
laparatomi
eksplorasi reseksi
anastomosis
ileoilleal end to
end et causa
peritonitis
perforasi illeum
dan nekrosis
illeum H+4
- HSP
Planning - IVFD RL atau
assering 20
tpm
- Aminofusin
/12 jam
- Aff kateter
- Aff NGT
- Cek DL ulang
- Setelah keluar
hasil lab
pasien
diberikan
transfusi PRC
250 cc dan 2
labu lasix di
tengah-tengah
Terapi lanjut Metilprednisolon
3 x 20 mg iv
OMZ 1 x 40 mg
Terapi lanjut
Rencana pulang
besok
20
Pasien masuk rumah sakit kembali tanggal 31 Agustus 2014 untuk repair dan debridement
luka bekas operasi. Namun didapatkan keluhan lain:
03-09-2014 04-09-2014 05-09-2014 06-09-2014
Subjective BAK merah,
bengkak pada
kedua kaki
BAK merah (+),
bengkak
berkurang
Muncul ruam
kemerahan merata
pada seluruh
tubuh, demam (+)
naik turun , BAK
kuning
Ruam makin
muncul jelas,
demam (-), BAK
normal
Objectives KU CM, TSS
N:82x/m
RR:20x/m
S: 36,8 C
Status generalis :
-Kepala
normocephali
-Mata: CA -/-, SI
-/-
-Thoraks: BJ I-II
reg, m (-), g (-)
SNV +/+, rh -/-,
wh -/-
- Abdomen:
Tampak luka
operasi tertutup
verbant
- Ekstremitas:
akral hangat
+/+, oedem +/+
KU CM, TSS
N:96x/m
RR:20x/m
S: 37 C
TD 140/110
mmHg Status
generalis :
-Kepala
normocephali
-Mata: CA -/-, SI
-/-
-Thoraks: BJ I-II
reg, m(-),g (-)
SNV +/+, rh -/-,
wh -/-
- Abdomen:
Tampak luka
operasi tertutup
verbant
- Ekstremitas:
akral hangat +/+,
oedem +/+
minimal
KU CM, TSS
N:90x/m
RR:22x/m
S: 37,5 C
TD 130/100
mmHg Status
generalis :
-Kepala
normocephali
-Mata: CA -/-, SI
-/-
-Thoraks: BJ I-II
reg, m (-), g (-)
SNV +/+, rh -/-,
wh -/-
- Abdomen:
Tampak luka
operasi tertutup
verbant
- Ekstremitas:
akral hangat +/+,
ruam
makulopapular
(+) di seluruh
tubuh
KU CM, TSS
N:88x/m
RR:20x/m
S: 36,6 C
TD 120/90 mmHg
Status
generalis :
-Kepala
normocephali
-Mata: CA -/-, SI
-/-
-Thoraks: BJ I-II
reg, m (-),g (-)
SNV +/+, rh -/-,
wh -/-
- Abdomen:
Tampak luka
operasi tertutup
verbant
- Ekstremitas:
akral hangat +/+,
ruam
makulopapular
(+) di seluruh
tubuh
21
Assessments Henoch-
Schönlein purpura
dengan
komplikasi GNA
Henoch-
Schönlein purpura
dengan
komplikasi GNA
-Henoch-
Schönlein purpura
dengan
komplikasi GNA
- Morbili
-Henoch-
Schönlein purpura
dengan
komplikasi GNA
- Morbili
Planning - IVFD 2A 8 tpm
(mikro)
- Inj. Amoxcylin
3 x 1 gr (iv)
- Inj. Furosemid
2 x 1 amp (iv)
tgl 7 jadi 1 x 1
- Inj. Ranitidin 2
x 1 gr (iv)
- Lab urin
lengkap setiap
pagi
- Ukur tensi tiap
2 jam
- Diet rendah
garam
- Konsumsi air
600 cc/hari
- Konsul gizi
- IVFD 2A 8 tpm
(mikro)
- Inj. Amoxcylin
3 x 1 gr (iv)
- Inj. Furosemid
2 x 1 amp (iv)
tgl 7 jadi 1 x 1
- Inj. Ranitidin 2
x 1 gr (iv)
- Captopril tablet
2 x 12,5 mg
- Lab urin
lengkap setiap
pagi
- Ukur tensi tiap
2 jam
- Diet rendah
garam
- IVFD Tridex 10
tpm (mikro)
- Inj. Amoxcylin
3 x 1 gr (iv)
stop ganti
dengan Inj.
Ceftazidin 2 x 1
gr (iv)
- Inj. Furosemid
1 x 1 amp (iv)
tgl 7 jadi 1 x 1
- Inj. Ranitidin 2
x 1 gr (iv)
- Captopril tablet
2 x 12,5 mg
- Lab urin
lengkap setiap
pagi
- Ukur tensi tiap
2 jam
- Diet rendah
garam
Terapi lanjut
09-09-2014 10-09-2014
Subjective Nyeri pada pinggang kiri, BAK
normal, ruam kemerahan menghilang
Nyeri pada pinggang berkurang, pasien
ingin melanjutkan berobat di Johor 
pulang paksa
Objectives KU CM, TSS
N:82x/m RR:20x/m
S: 36,8 C TD 120/80 mmHg
KU CM, TSS
N:80x/m RR:18x/m
S: 36,6 C TD 120/80 mmHg
22
Status generalis :
-Kepala normocephali
-Mata: CA -/-, SI -/-
-Thoraks: BJ I-II reg, m (-), g (-)
SNV +/+, rh -/-, wh -/-
- Abdomen: Tampak luka operasi
tertutup verbant
- Ekstremitas: akral hangat +/+,
oedem -/-, ruam makulopapular(-)
Status generalis :
-Kepala normocephali
-Mata: CA -/-, SI -/-
-Thoraks: BJ I-II reg, m(-),g (-)
SNV +/+, rh -/-, wh -/-
- Abdomen: Tampak luka operasi
tertutup verbant
- Ekstremitas: akral hangat +/+, oedem
-/-, ruam makulopapular (-)
Assessments Henoch-Schönlein purpura dengan
komplikasi GNA
Henoch-Schönlein purpura dengan
komplikasi GNA
Planning - IVFD Tridex 10 tpm (mikro)
- Inj. Ceftazidin 2 x 1 gr (iv)  stop
diganti amoxcylin 3 x 1 gr (iv)
- Inj. Furosemid 1x 1 amp (iv) tgl 7
jadi 1 x 1
- Inj. Ranitidin 2 x 1 gr (iv)
- Captopril tablet 2 x 12,5 mg
- KSR 2 x 1 tab
- Metilprednisolon 2-2-3
- Lab urin lengkap setiap pagi
- Amoxcylin oral 3 x 50 mg
- Metilprednisolon
- Furosemid
- Captopril tablet 2 x 12,5 mg
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 1 September 2014
SGOT 23 n: >32
SGPT 24 n: >31
Total protein : 4
Albumin 1,9
Globulin 2,1
Hasil pemeriksaan fungsi ginjal dan laboratorium tanggal 2 September 2014
Urea : 47,5 mg/dl Nilai normal 13-43 mg/dl
Kreatinin : 0,68 mg/dl Nilai normal 0.7-1,3 mg/dl
Albumin : 2,4 gr/dl Nilai normal 3,2-5 gr/dl
23
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 11,4 11,0 – 16,5 g/dl
Eritosit 4,05 3,8 – 5,8 106/µl
Hematokrit 32,2 35,0 – 50,0 %
MCV 79,5 80,0 – 97,0 fL
MCH 28,1 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 35,4 31,5 – 35,0 g/dl
RDW-CV 14,6 10,0 – 15,0 %
Leukosit 15,72 4 – 11 103/µl
Eusinofil 4,2 0 – 5 %
Basofil 0,6 0 – 1 %
Neutrofil 73,2 46 – 75 %
Lymph 13,3 17 – 48 %
Monosit 8,7 4 – 10 %
Platelet 277 150 – 450 103/µl
PDW 10,5 10,0 – 18,0 fL
MPV 9,8 6,5 – 11,0 fL
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 9 September 2014
Urea : 47,5 mg/dl Nilai normal 13-43 mg/dl
Creatinin : 0,68 mg/dl Nilai normal 0.7-1,3 mg/dl
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 10,3 11,0 – 16,5 g/dl
Eritosit 3,59 3,8 – 5,8 106/µl
Hematokrit 29,7 35,0 – 50,0 %
MCV 82,5 80,0 – 97,0 fL
MCH 28,7 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 34,7 31,5 – 35,0 g/dl
RDW-CV 14,1 10,0 – 15,0 %
Leukosit 11,7 4 – 11 103/µl
24
Eusinofil 6,6 0 – 5 %
Basofil 0,5 0 – 1 %
Neutrofil 62,7 46 – 75 %
Lymph 21,2 17 – 48 %
Monosit 9,0 4 – 10 %
Platelet 398 150 – 450 103/µl
PDW 11,6 10,0 – 18,0 fL
MPV 10,3 6,5 – 11,0 fL
Gula Darah
GD Sewaktu 131 70 - 140 mg/dl
Albumin
Total protein
2,40
4,12
3,20 – 5,00
6,00 - 8,30
g/dL
g/dL
Hasil pemeriksaan urin tanggal 1-10 September 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Warna Mer
ah
Mera
h
Mera
h
Kunin
g
Kunin
g
Kunin
g
Kunin
g
Kuni
ng
Kunin
g
Kunin
g
Kejernih
an
Keru
h
Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh Keru
h
Keruh Keruh
BJ 1000 1005 1005 1010 1010 1010 1010 1005 1005 1005
pH 7 7 6 6 5 6 6 7 7 7
Protein +4 +4 +4 +4 +3 +4 +4 +4 +4 +4
Darah
samar
+5 +5 +5 +5 +5 +5 +5 +5 +5 +5
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Hyalin
Nitrit
6-
8/LP
B
Penu
h
30-
50/LP
B
Penuh
10-
16/LP
B
Penuh
6-
8/LP
B
50-
60/LP
B
5-
10/LP
B
Penuh
(+)
5-
10/LP
B
Penuh
(+)
(+)
10-
15/LP
B
Penuh
(+)
6-
8/LP
B
Penu
h
10-
20/LP
B
Penuh
10-
15/LP
B
20-
25/LP
B
25
BAB III
ANALISA KASUS
Henoch-Schönlein purpura
 Dasar Diagnosis
Pada kasus ini, pasien merupakan pasien yang sudah pernah ditangani di RS lain dan
ketika datang ke RSOB langsung ditangani secara bersama dari divisi bedah dan pediatri.
Pada awal masuk RSOB pasien didiagnosis sebagai peritonitis et causa perforasi illeum dan
nekrosis illeumberdasarkan dari anamnesis bahwa pasien mengalami nyeri perut yang hilang
timbul. Nyeri hebat apabila sedang timbul dan sempat mengalami gangguan BAB. Pasien
sempat ditangani di RS lain dengan diagnosis ileus obstruktif dan anemia serta muncul bintik
kemerahan pada tangan dan kakinya namun sempat dipulangkan karena sudah menjalani
pengobatan dan tidak ada keluhan.
Pada akhirnya, nyeri perut pun membawa pasien datang ke emergency RSOB dan
dilakukan pemeriksaan ulang serta dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan dikonsulkan
kepada divisi bedah RSOB dan akhirnya ditegakkan diagnosis peritonitis dan dilakukan
operasi cito setelahnya.
Setelah dilakukan laparatomi eksplorasi didapatkan bahwa adanya perforasi dan
nekrosis daripada illeum sehingga dilakukan reseksi anastomosis ileoillaeal end to end.
Pada hari ke-6 post operasi muncul ruam-ruam kemerahan pada seluruh ekstremitas
pasien dengan gambaran klinis sebagai berikut:
26
Sebelumnya ibu pasien mengaku bahwa sempat muncul ruam seperti ini pada saat
dirawat di rumah sakit lain dan dinyatakan sembuh serta ruam menghilang.
Penegakkan diagnosis Henoch-Schönlein purpura pun akhirnya ditegakkan setelah hari
ke-6 post operasi. Penegakkan diagnosis ini berdasarkan:
a. Anamnesa
Menurut buku ajar alergi immunologi pada anak didapatkan kriteria diagnosis: (4)
Kriteria Definisi
Purpura non trombositopenia Lesi kulit hemorhagik yang dapat diraba,
terdapat elevasi kulit, tidak berhubungan
dengan trombositopenia
Usia onset  20 tahun
Gejala abdominal / gangguan saluran
cerna (Bowel angina)
Nyeri abdominal difus, memberat setelah
makan atau diagnosis iskemia usus,
biasanya termasuk BAB berdarah
Granulosit dinding pada biopsi Perubahan histologi menunjukkan ganulosit
pada dinding arteriol atau venula
Gejala yang dapat mengarahkan kepada diagnosis HSP yaitu manifestasi klinik pada
kulit berupa ruam purpurik dengan satu atau lebih gejala seperti nyeri abdomen atau
perdarahan gastrointestinalis, artralgia atau artritis, dan hematuria atau nefritis.(4)
Gejala klinis pada pasien menunjukkan bahwa adanya ruam purpurik yang diawaliserta
didapatkan gejala nyeri abdomen yang disebabkan oleh adanya nekrosis pada gastrointestinal
27
yang mengindikasikan bahwa terjadinya inflamasi vaskulitis pada pembuluh darah
gastrointestinal.
Selain itu, didapatkan keluhan BAK merah pada saat pasien datang dirawat kedua
kalinya yang menandakan sudah terjadi keterlibatan ginjal pada perkembangan penyakit
pasien. Berdasarkan hasil penelitian akan didapatkan keterlibatan ginjal pada pasien yang
berumur < 5 tahun sebesar 12,5%, 5-10 tahun 18,4%, dn 11-15 tahun sebesar 40%.(5)
b. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan adanya pemeriksaan fisik sebelum dioperasi adalah tampak tegang pada
abdomen dan nyeri pada seluruh lapang abdomen yang menandakan adanya tanda-tanda
peritonitis dan didapatkan adanya ruam purpurik pada hari ke-6 setelah operasi. Selain itu,
didapatkan adanya oedem pada hari kedua post op di mana pada pasien HSP dapat timbul
oedem. Oedem ini tidak bergantung pada derajat proteinuria namun lebih kepada deajat
vaskulitis yang terjadi sehingga menyebabkan adanya perpindahan plasma dan cairan dari
intraseluler ke ekstraseluler.(6) Namun oedem tersebut juga dapat dihubungkan dengan
kejadian proteinuria pada pasien. Oedem pun kembali timbul pada saat pasien dirawat
kembali pada tanggal 3 September yang mengindikasikan bahwa proses proteinuria masih
terjadi pada pasien. Selain itu, didapatkan bahwa adanya peningkatan tekanan darah yang
mengindikasikan teraktivasinya sistem RAAS akibat komplikasi daripada HSP terhadap
fungsi ginjal.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis post operasi, anemia post operasi
dan sempat terjadi hipoalbuminemia yang kemudian dikoreksi dengan pemberian albumin
20%. Pada kasus HSP tidak terlihat adanya kelainan secara spesifik. Namun untuk
menyingkirkan diagnosis banding maka dapat dilihat dari kadar trombosit yang normal atau
meningkat untuk membedakan purpura yang disebabkan trombositopenia. Terjadinya
leukositosis dan anemia biasanya berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal.
Pada kasus ini dapat dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal untuk mengetahui manifestasi
lain pada HSP terhadap kelainan ginjal yang meliputi hematuria, proteinuria,
glomerulonephritis akut maupun sindroma nefrotik.
28
Pada saat pasien kembali dirawat, didapatkan penurunan fungsi ginjal (urea: 47,5 mg/dl,
kreatinin: 0,68 mg/dl serta hipoalbumin (albumin: 2,4 g/dl). Hal inilah yang mendasari bahwa
sudah terjadinya penurunan fungsi ginjal dan sudah terjadi komplikasi daripada HSP itu
sendiri kepada ginjal.
 Penatalaksanan
Untuk penatalaksanaan HSP itu sendiri diberikan pengobatan suportif dan simptomatis
meliputi pemeilharaan hidrasi, nutrisi, serta keseimbangan elektrolit. Pada pasien tidak
didapatkan manifestasi klinis berupa artritis sehingga tidak diberikan analgetik untuk keluhan
artritis namun indikasi pemberian analgetik pada pasien adalah untuk mengurangi rasa nyeri
post operasi.
Gangguan pada saluran pencernaan setelah operasi pun terjadi 2 hari post operasi
sehingga diberikan ranitidin dan pasien dipuasakan. Namun setelah keluhan hilang maka
pasien diperbolehkan minum secara bertahap.
Setelah ditegakkan diagnosis HSP maka pasien pun diberikan metilprednisolon 3 x 20
mg (iv) di mana pemberian ini diperuntukkan untuk menekan reaksi immunologis pada HSP.
 Prognosis
Prognosis ad vitam pada pasien ini dubia ad bonam karena tidak ada kegawatan yang
mengancam jiwa pasien. Namun diperlukan pemantuan pada manifestasi klinis kepada ginjal
yang sudah terjadi pada pasien sebagai komplikasi daripada HSP yang terjadi. Eksaserbasi
yang dikaitkan kepada nefritis ini yang perlu dilakukan pengawasan secara ketat dan dapat
dipantau dengan pemeriksaan tekanan darah agar pasien tidak terjatuh pada krisis hipertensi
dan monitoring terhadap pemeriksaan urin untuk memantau progresivitas perjalanan penyakit
pasien.Prognosis ad functionam pasien ini dubia ad malamdikarenakan reaksi imunologis
yang terjadi sudah menyebabkan adanya nekrosis pada illeum yang menjadi penyulit namun
diharapkan setelah tindakan operasi fungsi organ akan kembali normal.Namun, dilihat dari
segi fungsi ginjal serta progresivitas penyakit HSP pada pasien, sudah terjadi komplikasi
lebih lanjut maka prognosis pun menjadi lebih buruk. Prognosis ad sanationam pasien ini
dubia ad malam karena tingkat rekurensi dapat terjadi pada 50% kasus.
29
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Henoch-Schönlein purpura atau dikenal juga dengan anaphylactoid purpura atau
allergic purpura, atau vascular purpura,adalah suatu penyakit peradangan pembuluh darah
yang berhubungan dengan reaksi imunologis khususnya immunoglobulin A.Pada HSP,
terjadi proses nekrosis dari vascular, yang ditandai dengan terjadinya destruksi fibrin dinding
pembuluh darah dan leukocytoclasis. (1)
Definisi lain menyebutkan HSP adalah suatu penyakit vasculitis dengan komninasi
gejala; rash pada kulit, atrhalgia, periarticular udema, nyeri abdomen, dan glomerulonephritis.
Dapat disertai infeksi saluran pernafasan atas, dan berhubungan dengan Imunoglobin A, dan
sintesis imunoglobin G.Ig A dan Ig G berinteraksi untuk menghasilkan kompleks imun, yang
mengaktifkan complement, yang di depositkan pada organ,menimbulkan respon inflamasi
berupa vaskulitis. (2)
Henoch–Schönlein purpura, disebut juga sebagai Allergic purpura, atau
anaphylactoid purpura atau vascular purpura , adalah penyakit sistemik berupa vaskulitis,
dimana terjadi peradangan pada pembuluh darah, yang dikarakteristikkan oleh deposit
kompleks imun, antibody Ig A, pada terutama kulit dan ginjal.(3)
Sementara pada Nelson Text book of Pediatrics disebutkan bahwa HSP adalah
vaskulitis pembuluh darah kecil yang memiliki kekhasan, adanya purpura, arthritis, nyeri
abdomen, dan glomerulonefritis, sehingga dapat berupa manifestasi nya HSP nefritis dan Ig
A nefropati.(2)
Dua sistem klasifikasi utama digunakan untuk menegakkan diagnosa HSP. Pertama,
dari American College of Rheumatology, membutuhkan 2 atau lebih keadaan berikut:
 Pasien berumur lebih muda dari 20 tahun
 Purpura yang dapat dipalpasi
 Nyeri abdomen atau perdarahan saluran cerna
 Granulosit perivaskular atau ekstravaskular pada biopsi.
Sistem klasifikasi kedua dari Chapel Hill Consensus Group, secara primer digunakan
kriteria nonklinis, dan membutuhkan hanya kehadiran dari vaskulitis pembuluh darah kecil
dengan deposisi IgA.
30
2 tambahan keadaan kriteria telah disarankan untuk diagnosis HSP. Helander et al
mengajukan bahwa tiga atau lebih dari keadaan berikut ini:
 Direct immunofluorescence (DIF) menghasilkan konsistensi dengan deposisi
vaskular IgA
 Pasien berumur lebih muda dari 20 tahun
 Keterlibatan gastro intestinal
 Prodrome Upper respiratory tract infection tract (URI)
 Mesangioproliferative glomerulonephritis dengan atau tanpa deposisi IgA
Michel mengajukan kriteria untuk membedakan HSP dari vaskulitis hipersensitivitas,
membutuhkan tiga atau lebih dari keadaan berikut untuk menegakkan diagnosa :
 Purpura yang dapat dipalpasi
 Angina Bowel
 Perdarahan Gastrointestinal
 Hematuria
 Pasien berumur lebih dari 20 tahun
 Tidak ada medikasi sebagai agen presipitasi
ETIOLOGI
Etiologi dari HSP tidak diketahui, tetapi HSP yang umum diikuti dengan infeksi traktus
respiratorius saluran nafas atas. Insiden dan prevalensi HSP kemungkinan jarang terdeteksi,
karena kasus tidak dilaporkan ke agensi kesehatan masyarakat. Bagaimanapun, dari 31,333
pasien baru yang terlihat di 54 pusat reumatologi di United States, 1,120 mempunyai
beberapa bentuk vaskulitis dan 558 diklasifikasikan sebagai HSP. Meskipun HSP berkisar 1%
dari rawatan rumah sakit dimasa lalu, perubahan dalam praktik medis telah menurunkan
fruekuensi rawatan; 0,06% dari rawatan (62/9,083 pada tahun 1997) untuk HSP pada satu
pusat besar Midwestern pediatric. Kesakitan ini lebih sering pada anak-anak dibandingkan
pada orang dewasa, dengan kebanyakan kasus timbul antara 2-8 tahun dari usia, lebih sering
pada bulan-bulan yang dingin. Laki-laki dipengaruhi 2 kali fruekuensinya sama dengan
wanita. Semua insiden dijumlahkan dan berkisar antara 9/100,000 populasi.
31
Tetapi dapat pula dikemukakan beberapa sebab yang diperkirakan memiliki kaitan
sebagai faktor penyebab :
Pengetahuan yang meliputi mekanisme pasti dimana compleks immune berimplikasi
pada patogenesis faktor yang merupakan predisposisi beberapa pasien untuk menimbulkan
penyakit ini masih jauh kurang dimengerti.Yang lainnya melaporkan faktor lain sebagai
berikut:
 Infeksi : Bakteri (Group A beta hemolytic streptococci, Campylobacter jejuni,
Yersinia species, Mycoplasma pneumoniae, dan Helicobacter pylori (dilaporkan pada
satu pasien) Virus (Varicella, hepatitis B, Epstein-Barr virus, dan parvovirus B19 0
 Obat (Ampicillin penicillin, erythromycin, quinines, dan chlorpromazine)
 Neoplasma (Leukemia dan Limfoma)
 Solid tumor (Ductal carcinoma of the breast, bronchogenic carcinoma,
adenocarcinoma of the prostate, adenocarcinoma of the colon, renal cell carcinoma,
cervical carcinoma, melanoma)
 Makanan : Sensitifitas terhadap makanan yang mengandung salisilat
 Lainnya : kehamilan, demam mediterania familial, dan cryoglobulinemia
PATOGENESIS
Henoch-Schonlein Purpura adalah kelainan sistemik yang penyebabnya tidak
diketahui dengan karakteristik terjadinya vaskulitis, inflamasi pada dinding pembuluh darah
kecil dengan infiltrasi leukositik pada jaringan yang menyebabkan perdarahan dan iskemia.
Adanya keterlibatan kompleks imun IgA memungkinkan proses ini berkaitan dengan proses
alergi. Namun mekanisme kausal tentang ini belum dapat dibuktikan. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa HSP berhubungan dengan infeksi kuman streptokokus grup A. Namun,
mekanisme inipun belum dapat dibuktikan.
Inflamasi dinding pembuluh darah kecil merupakan manifestasi utama penyakit ini.
Bila pembuluh darah yang terkena adalah kulit, maka terjadi ekstravasasi darah ke jaringan
sekitar, yang terlihat sebagai purpura. Namun purpura pada HSP adalah khas, karena batas
purpura dapat teraba pada palpasi. Bila yang terkena adalah pembuluh darah traktus
gastrointestinal, maka dapat terjadi iskemia yang menyebabkan nyeri atau kram perut.
Kadang, dapat menyebabkan distensi abdomen, buang air besar berdarah, intususepsi,
maupun perforasi yang membutuhkan penanganan segera. Gejala gastrointestinal umumnya
32
banyak ditemui pada fase akut dan kemungkinan mendahului gejala lainnya seperti bercak
kemerahan pada kulit.
Etiologi dari HSP tidak diketahui tetapi melibatkan deposisi vaskular dari kompleks
immune IgA. Lebih spesifik lagi, kompleks imun terdiri dari IgA1 dan IgA2 dan diproduksi
lagi oleh limfosit peripheral B. Kompleks ini seringkali terbentuk sebagai respon terhadap
faktor penimbul. Kompleks sirkulasi menjadi tidak terlarut, disimpan didalam dinding
pembuluh darah kecil (arteri, kapiler, venula) dan komplement aktivasi, lebih banyak sebagai
jalur alternative (didasara akan kehadiran dari C3 dan properdin serta ketiadaan komponen
awal pada kebanyakan biopsi).
Terjadi deposisi kompleks imun IgA pada dinding pembuluh darah kecil. Lebih
spesifik, yaitu kompleks IgA-1 kompleks imun (IgA1-C). Pada keadaan normal, IgA1-C
dibersihkan oleh hepatosit melalui reseptor asialoglikoprotein yang akan berikatan dengan
rantai oligosakarida dari fragmen IgA1-C. Pada pemeriksaan serum, kadar IgA1-C lebih
tinggi pada pasien HSP dengan gejala klinis keterlibatan ginjal daripada mereka yang tanpa
keterlibatan ginjal.
Aktivasi jalur komplemen menimbulkan infiltrasi faktor kemotaktik dan sel
polimorfonuklear. Pada 10% pasien, antibody anti-neutrofilik sitoplasmik ditemukan.Molekul
adhesi yang diinduksi oleh sitokin proinflamasi, termasuk TNFalfa dan IL-1 yang akan
merekrut netrofil dan sel-sel inflamasi lainnya. Pada pemeriksaan kulit, ditemukan adanya
TNF pada lapisan intradermal dengan IL-1 dan IL-6. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
adanya infiltrasi leukosit dan limfosit perivaskular dengan deposit kompleks imun IgA pada
dinding pembuluh darah kecil dan jaringan mesangial ginjal.
Leukosit polymorphonuclear diambil dari faktor kemotaktik dan menyebabkan
inflamasi serta nekrosis dinding pembuluh darah dengan trombosis yang menetap. Hal ini
akan mengakibatkan ekstravasasi dari eritrosit akan perdarahan dari organ yang dipengaruhi
dan bermanifestasi secara histologis sevagai vaskulitis leukocytoclastic.
Histologi melibatkan kulit memperlihatkan sel polimorfonuklear atau fragmen sel
disekitar pembuluh darah kecil kulit. Kompleks imun yang mengandung IgA dan C3 telah
diketemukan di kulit, ginjal, intestinal mukosa, dan pergelangan, dimana tempat organ utama
terlibat didalam HSP.
Manifestasi klinis dari HSP merefleksikan kerusakan pembuluh darah kecil. Nyeri
abdominal, hadir pada 65% pasien, sekunder terhadap vaskulitis submukosa dan perdarahan
33
subserosa serta edema dengan trombosis dari mikrovaskular usus. Hematuria dan proteinuria
timbul pada nefritis terkait dengan HSP.(6) Manifestasi renal berkisar dari perubahan minimal
hingga ke glumerulonefritis crescentic berat. Tujuan utama untuk foolow up adalah
mendeteksi inflamasi yang resisten pada kerusakan ginjal. Didapatkan peningkatan 19,5 %
dari anak-anak dengan nefrotik atau nefritik. (7)
Etiologi sekunder terhadap deposisi mesangial IgA lebih predominan, tetapi IgG, IgM,
C3 dan deposisi properdin dapat juga timbul. Deposit ini juga dapat timbul dalam ruang
glumerular subepithelial. Banyak yang percaya bahwa kedua nephritis HSP dan nefropati IgA
(Berger disease), dimana merupakan penyebab tersering dari glumerulonephritis di dunia,
mempunyai penampilan klinis yang berbeda dari proses penyakit yang sama. Manifestasi
dermatologis timbul sekunder terhadap deposisi kompleks imun (IgA, C3) didalam pembuluh
kulit papiler, menghasilkan kerusakan pembuluh darah, ekstravasasi sel darah merah, dan
secara klinis dapat diobservasi dengan palpasi purpura. Hal ini dapat timbul tergantung di
wilayah tubuh, seperti kaki bawah, punggung dan abdomen.
Sama banyaknya dengan 50% kejadian yang timbul pada pasien pediatrik
menampakkan URI, dan studi terbaru pada dewasa mendemonstrasikan bahwa 40% pasien
mempunyai URI terdahulu. Beberapa agen berimplikasi, termasuk group A streptococci,
varicella, hepatitis B, Epstein-Barr virus, parvovirus B19, Mycoplasma, Campylobacter, dan
Yersinia. Lebih jarang, faktor lain telah dikaitkan dengan dengan agen penimbul
dalam perkembangan HSP. Hal tersebut meliputi obat, makanan, kehamilan, demam
mediterania familial, dan paparan di udara yang dingin. HSP juga telah dilaporkan pada
kelanjutan vaksinasi untuk typhoid, campak, demam kuning dan kolera.(2)
Patogenesis spesifik HSP tidak diketahui, pasien dengan HSP mempunyai fruekuensi
signifikan yang lebih tinggi akan HLA-DRB1*07 daripada kontrol geografis. Peningkatan
konsentrasi serum dari sitokin tumor necrosis factor-α (TNFα) dan interleukin (IL)-6 telah
diidentifikasi dalam penyakit yang aktif.Teknik Immunofluorescence menunjukkan deposisi
dari IgA dan C3 dalam pembuluh darah kecil dikulit dan glomeruli renal, tetapi peranan
aktivasi komplemen tetap kontroversial.
GEJALA KLINIS
Onset penyakit dapat akut, dengan kehadiran dari penampakkan beberapa manifestasi
klinis yang simultan, atau insidious, dengan timbul sebagian pada lebih dari setengah anak-
anak yang terkena. Ruam yang umum dan gejala klinis dari HSP merupakan konsekuensi
34
yang biasa dari lokasi kerusakan pembuluh darah primer di kulit, traktus gastrointestinal dan
ginjal.
Tanda dari penyakit ini adalah ruam, dimulai dengan makulopapule merah muda yang
awalnya melebar pada penekanan dan berkembang menjadi ptechie atau purpura, dimana
karakteristik klinisnya adalah purpura yang dapat dipalpasi dan berkembang dari merah ke
ungu hingga kecoklat sebelum akhirnya memudar. Lesi cenderung untuk timbul di crop, akhir
dari 3-10 hari, dan dapat timbul pada interval yang bervariasi dari beberapa hari hingga 3-4
bulan. Kurang daripada 10% anak-anak, rekurensi dari ruam dapat tidak selesai hingga akhir
tahun, dan secara jarang beberapa tahun, setelah episode awal. Kerusakan pembuluh darah
kulit juga terlihat di area yang tergantung-sebagai contoh dibawah lengan, pada bagian
pungging atau di area besar jaringan distensinya, seperti kelopak mata, bibir, skrotum, atau
dorsum dari tangan dan kaki.
Arthritis, tampak pada lebih dari dua pertiga anak dengan HSP, biasanya terlokalisasi
di lutut serta ankle serta terlihat dengan edema. Efusinya adalah serous, bukan perdarahan,
alaminya dan perbaikan setelah beberapa hari tanpa deformitas residual atau kerusakan
articular. Mereka mungkin dapat timbul kembali selanjutnya selama fase reaktif dari penyakit
ini.
Edema dan kerusakan vaskular gastrointestinal dapat menimbulkan nyeri abdominal
intermittent yang seringkali colik alaminya. Lebih dari setengah pasien mempunyai occult
heme-positive stools, diarrhea (dengan atau tanpa darah yang terlihat), atau hematemesis.
Pengenalan dari eksudat peritoneal, pembesaran nodus limfe mesenterik, edema segmental,
dan perdarahan kedalam usus dapat mencegah laparotomi yang tidak diperlukan untuk nyeri
abdominal akut.(8) Intususepsi dapat timbul, dimana memberikan asumsi dengan kekosongan
kuadran abdominal bawah kanan pada pemeriksaan fisik atau dengan feses jally currant,
dimana diikuti dengan obstruksi atau infark dengan perforasi usus.
Beberapa sistem organ dapat terlibat selama fase akut penyakit ini. Keterlibatan ginjal
sekitar 25–50% pada anak-anak, dan hepatosplenomegaly serta lymphadenopathy dapat
timbul selama penyakitnya aktif. Jarang namun potensial akan hasil yang srius keterlibatan
sistem saraf pusat adalah perkembangan kejang, paresis atau koma. Komplikasi lain yang
jarang termasuk nodul seperti rheumatoid, keterlibatan jantung dan mata, dan perdarahan
intramuskular atau pulmonary.
35
DIAGNOSIS
Secara sistematis, dapat dijabarkan, cara mendiagnosis penderita HSP, yaitu :
Anamnesa
 Riwayat
Adanya riwayat yang bervariasi dengan setiap pasien, Tanda dari penyakit ini adalah
purpura palpasi, dimana dapat terlihat pada hampir 100% pasien. HSP cenderung untuk
timbul pada lemak dan lengan atas pada anak usia lebih muda dan pada kaki, ankle, dan kaki
bawah untuk anak yang lebih tua dan dewasa. Pasien seringkali tampak dengan demam
ringan dan malaise secagai tambahan gejala yang spesifik. Purpura dapat menjadi tanda yang
tampak. Sama banyaknya dengan 50% anak yang tampak dengan gejala lainh dari purpura.
Erupsi seringkali berbarengan dengan arthralgia atau arthritis, nyeri abdomen, atau
pembengkakan testis. Meskipun dapat tampak lebih awal, penyakit renal seringkali timbul
lebih dari 3 bulan setelah penampakkan awal.
 Keterlibatan ginjal
Insiden dari keterlibatan ginjal 10-60% telah dilaporkan, dan perluasan dari kerusakan
glomerular paling banyak dibedakan dari morbidotas dan mortalitas jangka panjang dari
HSP.(9) Kehadiran dari sabit glomerular dalam biopsi ginjal berkorelasi dengan prognosis
yang buruk. Satu studi dari 57 pasien dewasa dengan HSP menunjukkan bahwa adanya URI,
purpura dibagian atas betis, demam, dan adanya serum marker inflamasi (erythrocyte
sedimentation rate [ESR], C-reactive protein [CRP]; memprediksi keterlibatan ginjal.
Nefritis HSP biasanya tampak sebagai hematuria makroskopis dan proteinuria yang
berakhir berhari-hari atau berminggu-minggi. Hal ini mungkin dapat ditemani dengan
peningkatan kreatinin plasma dan atau hipertensi, diikuti dengan hematuria mikroskopik,
dimana dapat berakhir berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Gross hematuria dapat timbul
bertahun-tahun setelah penyakit yang awal dari relaps purpura, seringkali diiikuti dengan URI.
Dari pasien dengan keterlibatan ginjal, sama banyaknya dengan 10% dapat timbul gagal
ginjal kronis dan end-stage renal disease. Bagaimanapun, kurang dari 1% pasien dengan HSP
mempunyai prognosis yang buruk.(10)
 Rekurensi penyakit
Timbul berminggu hingga berbulan-bulan pada orang dewasa dan anak-anak. Dalam studi
pediatrik, anak-anak usia lebih dari 2 tahun mempunyai angka rekurensi lebih dari 50%,
sementara yang lebih muda dari 2 tahun mempunyai 25% kesempatan rekurensi.(11)
Perbedaan primer antara anak-anak dan dewasa, menurut satu studi dari 57 pasien dengan
36
HSP, adalah kronisitas dan keparahan erupsi pada populasi berikutnya. Bullae dan ulkus
menjadi lebih sering pada dewasa dan eksaserbasi kutan dapat terlihat selama 6 bulan atau
lebih.
 Tanda dan gejala yang lain
Nyeri testis dan bengkak, hepatosplenomegali, keterlibatan sistem saraf pusat atau
perifer (kejang atau mononeuropati, secara respektif), nyeri kepala, dan jarang, infark
miokard atau perdarahan pulmonar.
Pemeriksaan fisik
 Kulit
Lesi kulit primer erupsi dapat dimulai dengan makular eritematosus atau lesi urticarial,
berkembang menjadi papul, dan kemudian, menjadi purpura yang bisa dipalpasi, biasanya
berdiameter 2-100 mm. Bullae, vesicles, petechiae, dan ecchymotic, necrotic, ulcerative, atau
lesi lain dapat timbul. Edema subkutan sering pada anak-anak usia kurang dari 3 tahun.
Lesi biasanya simetris dan cenderung terdistribusi di area tubuh tergantung, seperti
ankle dan kaki bawah pada anak yang lebih tua dan dewasa, dipunggung, lipatan lemak,
ekstremitas atas, sejak regio ini cenderung untuk menjadi tergantung dalam beberapa
kelompok. Wajah, tangan, dan membran mukus biasanya terpisah, kecuali pada bayi, dimana
keterlibatan wajah menjadi tidak biasa. Edema subcutaneus prominent pada anak yang lebih
muda melibatkan scalp, regio periorbital, tangan, kaki dan area skrotum. Lesi biasanya timbul
dan memudar lewat beberapa hari. Rekurensi cenderung untuk timbul pada sisi yang sama
pada lesi sebelumnya.
 Jantung
Tamponade cardial dan infark miokard jarang telah dilaporkan dengan HSP.
 Paru
Meskipun jarang manifestasi dari HSP, perdarahan pulmonal telah dilaporkan. Ketika
timbul, merupakan tanda prognostik yang buruk dengan 50% angka kematian. Satu studi
pediatric menunjukkan bahwa 95% pasien dengan penyakit aktif mempunyai terganggunya
kapasitas difusi dari karbonmonoksida, dimana biasanya reversibel ketika sindrom teratasi.
 Abdomen
Nyeri sekunder terhadap keterlibatan vaskulitis dari mesenterikum kecil atau pembuluh
mukosa usus lebih sering. Pemeriksaan abdomen untuk massa yang dapat diraba, dimana
37
dapat mengindikasikan intususepsi. Pancreatitis, gallbladder hydrops, appendicitis, dan
perdarahan gaster massive juga telah dilaporkan.
 Skrotum/Testis
Keterlibatan testis bervariasi dalam laporan 4-38%. Nyeri testis dapat menjadi begitu
intense yang terlihat torsi.
 Ekstremitas
Arthralgia dan arthritis sering, secara primer mengenai ankle dan lutut, meskipun
sambungan tulang lain dapat terlibat. Inflamasi periarticular juga sering.
 Neurologis
Nyeri kepala, kejang dan mononeuropati jarangkali dilaporkan dengan HSP.
Penemuan Laboratorium
 Darah
Dapat ditemukan peningkatan leukosit walaupun tidak terlalu tinggi, pada hitung jenis
dapat normal atau adanya eosinofilia, level serum komplemen dapat normal, dapat ditemukan
peningkatan IgA sebanyak 50%. Serta ditemukan peningkatan LED. Uji laboratorium rutin
tidaklah spesifik ataupun diagnostik. Anak-anak yang terkena seringkali mempunyai
trombositosis sedang dan leukositosis. erythrocyte sedimentation rate (ESR) dapat meningkat.
Anemia dapat dihasilkan dari kehilangan darah gastrointestinal akut maupun kronik.
Kompleks imun seringkali tampak, dan 50% pasien mempunyai peningkatan konsentrasi IgA
sama halnya dengan IgM tetapi biasanya negatif untuk antinuclear antibodies (ANAs),
antibodies to nuclear cytoplasmic antigens (ANCAs), dan faktor rheumatoid (meskipun
dalam kehadiran nodul rheumatoid). Anticardiolipin atau antiphospholipid antibodies capat
hadir dan berkontribusi terhadap coagulopati intravaskular. Melakukan hitung CBC untuk
membedakan etiologi ketika asumsi dari infeksi yang mendasari timbul (bandemia dengan
infeksi bakterial) dan untuk mengeluarkan thrombocytopenia sebagai penyebab dari purpura.
Melakukan prothrombin time (PT) dan partial thromboplastin time (aPTT) untuk
mengelaurkan perdarahan diathesis
 Urin Rutin
Pemeriksaan ini untuk melihat adanya kelainan ginjal, karena pada HSP ditenggarai adanya
keterlibatan ginjal dalam proses perjalanannya. Pemeriksaan ini dilakukan tiap 3 hari.
Bermanifestasi oleh sel darah merah, sel darah putih, kristal atau albumin dalam urine.
38
Semenjak gagal ginjal dan end-stage renal disease merupakan sequele jangka panjang
uang paling serius dari penyakit ini, awal dan ulangan urinalisis sangat penting untuk
monitoring yang diperlukan untuk memonitoring perkembangan penyakit dan resolusinya.
Proteinuria dan hematuria mikroskopik merupakan abnormalitas paling sering dalam
urinalisa ulangan. Sejak keterlibatan ginjal dapat diikuti dengan penampakkan purpura lebih
dari 3 bulan, melakukan urinalisa ulangan setiap bulan untuk beberapa bulan setelah
penampakkan.
 Feses Rutin
Dilakukan untuk melihat perdarahan saluran cerna ( tes Guaiac / Banzidin )
 Foto Radiologi
USG diindikasikan jika nyeri abdominal timbul untuk mengeluarkan intususepsi, edema
dinding usus, penipisan atau perforasi. Modalitas ini juga berguna untuk evaluasi nyeri
testicular akut ntuk mengeluarkan torsi. Foto thorax mengeluarkan nodul pulmonar atau
adenopathy hilus dengan asumsi malignancy (primer atau metastatic) atau lymphoma, dimana
dikaitkan dengan HSP. Foto roentgen diindikasikan bila nada gejala akut vabdomen atau
artritis. Intususepsi biasanya ileoileal; barium enema dapat digunakan untuk identifikasi dan
reduksi non bedah.
 Biopsi Kulit
Sangan membantu dan berguna untuk mengkonfirmasikan kadar IgA dan C3 serta
leukositoclastik vaskulitis. Diagnosis definitif vaskulitis, dikonfirmasikan dengan biopsi pada
kutaneus yang terlibat, menunjukkan leukocytoclastic angiitis. Biopsi kulit menunjukkan
nekrosis fibrinoid dinding arteriolar dan venular pada kulit superficial, dengan infiltrasi
dinding neutrofilik dan wilayah perivaskular. Fragmen terkait dengan sel inflamasi dengan
debris nuklear terlihat. Hasil dari digesti enzim lisosom, sama halnya dengan eritrosit dari
perdarahan, ekstravasasi.
 Biopsi Ginjal
Menunjukkan adanya mesangial deposit C3 dan glomerunepritis segmental. Biopsi
ginjal dapat menunjukkan deposisi IgA mesangial dan seringnya IgM, C3, serta fibrin. Pasien
dengan nefropati IgA dapat mempunyai titer antibodi plasma yang meningkat melawan H.
parainfluenzae Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan, karena bersifat traumatik.
 Serum Elektrolit
39
Creatinine dan pengukuran nitrogen urea darah mengindikasikan HSP-dikaitkan dengan
gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis. Ketidakseimbangan elektrolit dapat timbul jika
diare yang signifikan, perdarahan gastrointestinal, atau hematemesis terlihat.
 ASTO
URIs dengan spesies streptococcal telah berimplikasi sebagai faktor predisposisi sama
halnya dengan 50% pasien.
 Kadar Serum IgA
Kadar seringkali meningkat pada HSP, meskipun hal ini bukan merupakan uji yang
spesifik untuk penyakit ini.
 Direct immunofluorescence (DIF)
Melakukan DIF untuk IgA pada seksi biopsi untuk mendemonstrasikan predominansi
deposit IgA di dinding pembuluh darah dari jaringan yang terkena. Kulit perilesional hingga
lesi kulit juga dapat menunjukkan deposit IgA. Spesimen biopsi ginjal mendemonstrasikan
deposisi IgA mesangial dalam pola granular, seringkali dengan C3, IgG, or IgM. Uji ini
sensitif dan spesifik untuk HSP.
TERAPI DAN TATALAKSANA
Pengobatan simptomatik, termasuk diet dan kontrol nyeri dengan asetaminofen,
disediakan untuk masalah sendiri yang terbatas dari arthritis, edema, demam dan malaise.
Menjauhi aktivitas kompetitif dan menjaga ekstremitas bawah pada ketergantungan persistent
dapat menurunkan edema lokal. Jika edema melibatkan skrotum, peningkatan skrotum dan
pendinginan lokal, sebagaimana toleransi, dapat menurunkan ketidaknyamanan. Penggunaan
untuk terapi lebih dini yang memungkinkan dari nyeri abdominal dan perdarahan
Gastrointestinal terkait dengan HSP. Juga digunakan untuk pencegahan dari nefritis HSP
onset lambat atau pada pasien yang terkena nefritis dengan bukti nefrotik proteinuria yang
bervariasi atau biopsi ginjal menunjukkan sabit glomerular.(12)
Kategori Obat : Kortikosteroid
Nama Obat Methylprednisolone (Solu-Medrol, Depo-Medrol)
Deskripsi Menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi
leukosit polimorfonuklear dan mengubah peningkatan
permiabilitas kapiler. Steroids menghambat efek dari
40
reaksi anafilaktoid dan dapat membatasi anafilaksis
bifasik.
Dosis Dewasa 40 mg IV qd
Dosis Anak 1-2 mg/kg IV qd
Kontraindikasi Hipersensitifitas terdokumentasi; virus, jamur, atau
infeksi kulit tuberkular; bayi premature
Interakasi Pemberian dengan cyclosporine dapat mengeksaserbasi
efek samping yang terkait dengan obat lain tunggal;
phenobarbital, phenytoin, dan rifampin dapat
meningkatkan clearance; ketoconazole dan estrogens
dapat menurunkan clearance; methylprednisolone dapat
meningkatkan clearance aspirin; steroid-yang
menginduksi hypokalemia dapat meningkatkan
toksisitas digitalis
Kehamilan B – Biasanya aman tetapi keuntungan melebihi resiko
Peringatan hyperglycemia, edema, osteonecrosis, peptic ulcer
disease, hypokalemia, osteoporosis, euphoria,
psychosis, growth suppression, myopathy, dan infeksi
merupakan komplikasi yang mungkin
Nama Obat Prednisone (Deltasone)
Deskripsi Dapat menurunkan inflamasi dnegan mengubah
permiabilitas kapiler dan menekan aktivitas PMN
Dosis Dewasa 40 mg PO qd
Dosis Anak 1-2 mg/kg PO qd
Kontraindikasi Hipersensitivitas terdokumentasi; infeksi viral,penyakit
ulkus peptikum, disfungsi hepatic, infeksi jaringan ikat,
infeksi kulit tubercular, penyakit gastrointestinal.
Interaksi Pemberian dengan estrogen dapat menurunkan
clearance prednisone; ketika digunakan dengan
digoxin,toksisitas digitalis sekunder hipokalemia dapat
meningkat; phenobarbital, phenytoin, dan rifampin
41
dapat meningkatkan metabolisme glucocorticoids
(pertimbangkan peningkatan dosis maintenance);
monitor untuk hipokalemia dengan pemberian
tambahan diuretik.
Kehamilan B – biasanya aman tetapi keuntungan harus melebihi
resikonya
Peringatan Pemberhentian dapat menyebabkan krisis adrenal ;
hyperglycemia, edema, osteonecrosis, myopathy,
penyakit ulkus peptikum, hypokalemia, osteoporosis,
euphoria, psychosis, myasthenia gravis, supressi
pertumbuhan, dan infeksi dapat timbul
Kategori Obat: Nonsteroidal anti-inflammatory drugs
Nama Obat Ibuprofen (Ibuprin, Advil, Motrin)
Deskripsi DOCuntuk nyeri ringan hingga berat. Menghambat
reaksi inflamasi dan nyeri dengan menurunkan sintesis
prostaglandin
Dosis Dewasa 400-600 mg PO q6h
Dosis Anak 30-70 mg/kg/d PO divided tid/qid
Kontraindikasi Hipersensitivitas terdokumentasi; hipersensitivitas
terhadap NSAID lain, atau iodida; pasien dengan
asthma, urticaria, atau angioedema; ulserasi active atau
inflamasi dari tractus gastrointestinal bagian bawah;
penyakit ulkus peptikum; perforasi atau perdarahan
gastrointestinal ; insufisiensi ginjal; resiko tinggi untuk
perdarahan
Interaksi Dapat meningkatkan kadar antikoagulan, ,
cyclosporine, dipyridamole, hydantoins, lithium,
methotrexate, penicillamine, dan simpatomimetik;
dapat menurunkan kadar ACE inhibitors, beta blockers,
loop diuretics, dan thiazide diuretics; salicylates dapat
menurunkan kadar NSAID; probenecid dapat
42
meningkatkan kadar NSAID
Kehamilan B – Biasanya aman
Peringatan Kategori D pada trimester ketiga dari kehamilan
(penggunaan dalam trimester ketiga kehamilan dapat
meningkatkan resiko dari patent ductus arteriosus dan
abnormalitas jantung lain
KOMPLIKASI
Komplikasi utama dari HSP adalah keterlibatan ginjal, termasuk sindrom nefrotik, dan
perforasi usus dan yang terparah bisa terjadi cerebral hemorhagik.(13) Komplikasi tidak sering
dari edema scrotal adalah torsi testicular, dimana sanagt nyeri dan harus ditangani dengan
baik.
PROGNOSIS
HSP adalah penyakit vaskulitis yang sembuh sendiri dengan prognosis semuanya yang
sempurna. Penyakit ginjal kronis dapat menghasilkan morbiditas : studi dasar populasi
mengindikasikan bahwa kebih sedikit dari 1% pasien dengan HSP menjadi penyakit ginjal
persisten dan kurang dari 0.1% menimbulkan penyakit ginjal yang serius.(10) Jarangnya,
kematian dapat timbul selama fase akut penyakit sebagai hasil dari infark usus, keterlibatan
CNS, atau penyakit ginjal. Sesuai keadaan, anak yang menampakkan sindrom seperti HSP
membawa karakteristik dari penyakit jaringan ikat lain.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Lissaeur T, Clayden G. Ilustrated Textbook of Pediatrics. 3th edition. British Library
Cataloguing Publication, 2008. p. 56-62
2. Kliegman, Behrman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th edition. Pennyslvania:
WB Saunders Company, 2009. p. 1044-6
3. KleinmanRE, Oliver G, Giorgina F, Ian S, Phillip MS.Walker’s Pediatrics
Gastrointestinal Disease. USA: PMPH, 2005. p. 55-7
4. Matondang CS, Roma J. Purpura Henoch-Schonlein. Dalam: Akip AAP, Munazir
Z,K urniati N, penyunting. Buku Ajar Alergi- Imunologi Anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2007;373-7
5. Ghrahani R, Ledika MA, Sapartini G, Setiabudiawan B. Age of onset a risk factor of
renal involvement in Henoch-schonlein purpura. Asia Pac Allergy. Aug 2014;4:42-7
6. Allen R Nissenson.Current Diagnosis and Treatment: Nephrology and Hypertension.
USA: McGraw and Hill Profesional, 2008. p. 82
7. Pabunruang W, Treepongkaruna S, Tangnararatchakit K, et al. Henoch-Schonlein
purpura: clinical manifestations and long-term outcomes in Thai children. J Med
Assoc Thai. Nov 2002;85 Suppl 4:S1213-8
8. Nchimi A, Khamis J, Paquot I, Bury F, Magotteaux P. Significance of bowel wall
abnormalities at ultrasound in Henoch-Schonlein purpura. J Pediatr Gastroenterol
Nutr. Jan 2008;46(1):48-53
9. Vila Cots J, Gimenez Llort A, Camacho Diaz JA, Vila Santandreu A. Nephropathy in
Schonlein-Henoch purpura: a retrospective study of the last 25 years. An Pediatr
(Barc). Mar 2007;66(3):290-3
10. Lin SJ, Huang JL. Henoch-Schonlein purpura in Chinese children and adults. Asian
Pac J Allergy Immunol. Mar 1998;16(1):21-5
11. Prais D, Amir J, Nussinovitch M. Recurrent Henoch-Schonlein purpura in children. J
Clin Rheumatol. Feb 2007;13(1):25-8
12. Sugiyama H, Watanabe N, Onoda T, et al. Successful treatment of progressive
Henoch-Schonlein purpura nephritis withtonsillectomy and steroid pulse
therapy. Intern Med. Jun 2005;44(6):611-5
13. Wang HL, Liu HT, Chen Q, Gao Y, Yu KJ. Henoch-Schonlein purpura with intestinal
perforation and cerebral hemorrhage: A case report. World J Gastroenterol. Apr 2013;
19(16):2574-77

More Related Content

What's hot

cephalgia kronik
cephalgia kronikcephalgia kronik
cephalgia kronikrianast
 
USG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanUSG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanHendrik Sutopo
 
Anemia power point 2
Anemia power point 2Anemia power point 2
Anemia power point 2Warnet Raha
 
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAKSulistia Rini
 
Algoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSAlgoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSTabita P S, M.D
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabieshomeworkping4
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungADam Raeyoo
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusAsep Hermana
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...Isman Firdaus
 
Diagnosa multiaksial
Diagnosa multiaksialDiagnosa multiaksial
Diagnosa multiaksialdadadony
 
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMIManagement of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMIIsman Firdaus
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiBrenda Panjaitan
 
Definisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis SkizofreniaDefinisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis SkizofreniaSyscha Lumempouw
 

What's hot (20)

Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Barthel index
Barthel indexBarthel index
Barthel index
 
cephalgia kronik
cephalgia kronikcephalgia kronik
cephalgia kronik
 
USG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanUSG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilan
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Shock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi CairanShock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi Cairan
 
Anemia power point 2
Anemia power point 2Anemia power point 2
Anemia power point 2
 
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
 
Algoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSAlgoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLS
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavus
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Referat low back pain
Referat low back painReferat low back pain
Referat low back pain
 
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
 
Diagnosa multiaksial
Diagnosa multiaksialDiagnosa multiaksial
Diagnosa multiaksial
 
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMIManagement of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
Management of Acute Coronary Syndrome - Non STEMI
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
 
Definisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis SkizofreniaDefinisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis Skizofrenia
 

Viewers also liked

Presentasi leukemia
Presentasi leukemiaPresentasi leukemia
Presentasi leukemiahendytea
 
Studi kasus pemeriksaan medis
Studi kasus pemeriksaan medisStudi kasus pemeriksaan medis
Studi kasus pemeriksaan medisweni chris
 
Henoch
HenochHenoch
HenochKindal
 
Henoch–schönlein purpura
Henoch–schönlein purpuraHenoch–schönlein purpura
Henoch–schönlein purpuraAriyanto Harsono
 
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-fesesEka Selvina
 
Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Annisa Ratya
 
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapiPemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapiIshak Majid
 
Henoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein PurpuraHenoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein PurpuraArgo Dio
 
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidananKb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidananpjj_kemenkes
 

Viewers also liked (15)

Presentasi leukemia
Presentasi leukemiaPresentasi leukemia
Presentasi leukemia
 
Studi kasus pemeriksaan medis
Studi kasus pemeriksaan medisStudi kasus pemeriksaan medis
Studi kasus pemeriksaan medis
 
Henoch
HenochHenoch
Henoch
 
Henoch–schönlein purpura
Henoch–schönlein purpuraHenoch–schönlein purpura
Henoch–schönlein purpura
 
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
 
Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2
 
Karya ilmiah hipertensi
Karya ilmiah hipertensiKarya ilmiah hipertensi
Karya ilmiah hipertensi
 
Preskes n euro
Preskes n euroPreskes n euro
Preskes n euro
 
Pedoman biomedis
Pedoman biomedisPedoman biomedis
Pedoman biomedis
 
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapiPemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi
Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi
 
Henoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein PurpuraHenoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein Purpura
 
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidananKb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
 
Tifoid Pada Anak
Tifoid Pada AnakTifoid Pada Anak
Tifoid Pada Anak
 
Contoh surat rujukan kebidanan
Contoh surat rujukan kebidananContoh surat rujukan kebidanan
Contoh surat rujukan kebidanan
 
Sop ukp kkp
Sop ukp kkpSop ukp kkp
Sop ukp kkp
 

Similar to 239930897 case-hsp

Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliAris Rahmanda
 
131636174 evans-sindrom
131636174 evans-sindrom131636174 evans-sindrom
131636174 evans-sindromVioniZuhdi
 
Sindroma Lupus Eritematosus.pptx
Sindroma Lupus Eritematosus.pptxSindroma Lupus Eritematosus.pptx
Sindroma Lupus Eritematosus.pptxAvinoMulanaFikri1
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjohomeworkping8
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotikMayah M4y
 
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptxPPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptxDindaNafatilana
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemihTracey Rompas
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsihomeworkping7
 
Kedaruratan medis + snake bite
Kedaruratan medis + snake biteKedaruratan medis + snake bite
Kedaruratan medis + snake biteKharistya Amaru
 
199992606 revisi-case-lengkap
199992606 revisi-case-lengkap199992606 revisi-case-lengkap
199992606 revisi-case-lengkaphomeworkping4
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUKharima SD
 
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptxFIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptxSuciMayvera1
 

Similar to 239930897 case-hsp (20)

Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
196496593 case-sn
196496593 case-sn196496593 case-sn
196496593 case-sn
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
131636174 evans-sindrom
131636174 evans-sindrom131636174 evans-sindrom
131636174 evans-sindrom
 
Sindroma Lupus Eritematosus.pptx
Sindroma Lupus Eritematosus.pptxSindroma Lupus Eritematosus.pptx
Sindroma Lupus Eritematosus.pptx
 
Ppt case bp david
Ppt case bp davidPpt case bp david
Ppt case bp david
 
dokumen.tips_ppt-hhd.pptx
dokumen.tips_ppt-hhd.pptxdokumen.tips_ppt-hhd.pptx
dokumen.tips_ppt-hhd.pptx
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo
 
127608810 case-tb
127608810 case-tb127608810 case-tb
127608810 case-tb
 
205802122 case-asma
205802122 case-asma205802122 case-asma
205802122 case-asma
 
CRS - sirosis hepar.pptx
CRS - sirosis hepar.pptxCRS - sirosis hepar.pptx
CRS - sirosis hepar.pptx
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptxPPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi
 
Kedaruratan medis + snake bite
Kedaruratan medis + snake biteKedaruratan medis + snake bite
Kedaruratan medis + snake bite
 
199992606 revisi-case-lengkap
199992606 revisi-case-lengkap199992606 revisi-case-lengkap
199992606 revisi-case-lengkap
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
 
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptxFIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
 

More from homeworkping4

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-studyhomeworkping4
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guilhomeworkping4
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-caseshomeworkping4
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtivahomeworkping4
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-studyhomeworkping4
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocdhomeworkping4
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statconhomeworkping4
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergencyhomeworkping4
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-reporthomeworkping4
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-caseshomeworkping4
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-caseshomeworkping4
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-finalhomeworkping4
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-caseshomeworkping4
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-studyhomeworkping4
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-caseshomeworkping4
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2homeworkping4
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesishomeworkping4
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digestshomeworkping4
 

More from homeworkping4 (20)

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final
 
241585426 cases-vii
241585426 cases-vii241585426 cases-vii
241585426 cases-vii
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-cases
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases
 
241356684 citibank
241356684 citibank241356684 citibank
241356684 citibank
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

239930897 case-hsp

  • 1. 1 Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites BAB I PENDAHULUAN Henoch-Schonlein purpura atau dikenal juga dengan anaphylactoid purpura atau allergic purpura, atau vascular purpura adalah suatu penyakit peradangan pembuluh darah yang berhubungan dengan reaksi imunologis khususnya immunoglobulin A. Pada HSP, terjadi proses nekrosis dari vaskular yang ditandai dengan terjadinya destruksi fibrin dinding pembuluh darah dan leukocytoclasis.(1) Definisi lain menyebutkan HSP adalah suatu penyakit vaskulitis dengan kombinasi gejala seperti rash pada kulit, arthralgia, periarticular oedema, nyeri abdomen, dan glomerulonepritis. Dapat disertai infeksi saluran pernapasan akut, dan berhubungan dengan
  • 2. 2 immunoglobulin A dan sintesis immunoglobulin G. IgA dan IgG berinteraksi untuk menghasilkan kompleks imun yang mengaktifkan komplemen yang didepositkan pada organ sehingga menimbulkan respon inflamasi berupa vaskulitis.(2) Etiologi dari HSP tidak diketahui, tetapi HSP yang umum diikuti dengan infeksi traktus respiratorius saluran napas atas. Di US, 75% penderita HSP timbul pada anak-anak usia 2-14 tahun. Insiden kelompok umur adalah 14 kasus per 100.000 populasi.(3) Kebanyakan morbiditas dan mortalitas pada penyakit ini dihasilkan dari glomerulonephritis dan hal ini berkaitan dengan manifestasi ginjal akut dan kronis. BAB II LAPORAN KASUS IDENTITAS A. Identitas Pasien Nama : An. M. K. S Tempat/Tgl. Lahir : Batam / 10-08-2003 Umur : 11 tahun Jenis Kelamin : Perempuan
  • 3. 3 Alamat : Hang Lekir blok BB 6 no.15 Agama : Kristen Masuk Tanggal : 14 Agustus 2014 No. Medical Record : 35-38-76 B. Identitas Orang Tua Ayah Ibu Nama Tn. S Ny. L Umur 36 tahun 32 tahun Alamat Hang Lekir blok. BB 6 no.15 Hang Lekir blok BB 6 no.15 Agama Kristen Kristen Pendidikan SMA SMA Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga  Hubungan pasien dengan orang tua : Pasien anak kandung (anak ke 2 dari 3 bersaudara) ANAMNESIS Dilakukan secara alloanamnesis kepada Ibu kandung penderita, Ny. L pada tanggal 2014 pada pukul 07.30 WIB Keluhan Utama : Nyeri perut sejak 2 minggu SMRS Keluhan Tambahan : Muntah, sulit BAB, ruam di kulit Riwayat Penyakit Sekarang Pasien seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke RSOB dengan keluhan nyeri perut yang hilang timbul. Pasien mengaku pada tanggal 3 Agustus nyeri perut sebelah atas sudah dirasakan dan datang berobat ke poliklinik RSOB. Pada tanggal 6 sampai 11 Agustus
  • 4. 4 pasien sempat dirawat di RS Awal Bros dan ditegakkan diagnosis illeus obstruktif dan anemia, serta sempat muncul bintik kemerahan pada tangan dan kakinya namun sempat dipulangkan karena sudah menjalani pengobatan dan tidak ada keluhan. Tidak lama kemudian pada tanggal 13 Agustus, pasien pun datang kembali ke RSOB akibat keluhan yang sama dan dilakukan operasi akibat diagnosis peritonitis dan dilakukan operasi anastomosis illeoilleal end to end. Setelah 5 hari post operasi, pasien mengeluhkan munculnya ruam-ruam pada kulit terutama pada kedua tangan dan kaki. Muncul ruam terjadi tiba-tiba dan keluhan ini pernah dirasakan pada saat pasien dirawat di RS Awal Bros. Ruam yang terjadi tidak gatal dan tidak meluas ke daerah tubuh. Rasa gatal pada kulit disangkal. Keluhan adanya rasa pegal maupun nyeri sendi disangkal, begitu pula keluhan demam disangkal. Pasien dipulangkan setelah satu minggu perawatan di RSOB. Pasien kembali datang dirawat di RSOB dengan keluhan luka bekas operasi basah. Pada tanggal 3 September pasien mengeluh urin berwarna merah. Rasa nyeri saat BAK disangkal. Ibu pasien juga mengaku pasien tampak bengkak terutama pada kedua kaki pasien. Riwayat Penyakit Dahulu Menurut Ibu pasien, pasien tidak pernah menderita hal seperti ini sebelumnya. Pasien jarang batuk dan pilek, pasien juga tidak pernah menderita sesak, alergi makanan, alergi obat, dan ruam di kulit pernah timbul saat pasien dirawat 2 minggu yang lalu. Selain itu, pasien sempat mengalami demam satu bulan sebelum keluhan nyeri perut dirasakan. Pada saat itu, pasien hanya diberikan obat warung dan demam turun. Demam Tifoid (-) Epilepsi (-) Kejang demam (-) Hepatitis (-) Demam berdarah (-) Diare (-) Varicella (-) Infeksi Saluran napas (+) TBC (-) Difteri (-) Penyakit Jantung Bawaan (-) Penyakit Jantung Rematik (-) Riwayat Kelahiran
  • 5. 5 Tanggal lahir : 10 Agustus 2003 Cara Lahir : Spontan / pervaginam Ditolong oleh : Bidan Berat Lahir : ± 2,8 kg Keadaan saat lahir : langsung menangis Riwayat Pemberian Makanan Sejak lahir, pasien sudah mendapatkan ASI sampai usia 12 bulan. ASI eksklusif sudah terpenuhi (6 bulan). Susu formula mulai diberikan pada usia 0 bulan. Nasi tim pada usia 7 bulan. Riwayat Pemberian Imunisasi IMUNISASI UMUR PEMBERIAN IMUNISASI BULAN (dasar) Tahun (ulangan) Lhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BCG HEP B POLIO DTP CAMPAK Hib PCV ROTAVIRUS INFLUENZA VARICELLA MMR TIFOID HEP A HPV Kesan : Imunisasi dasar lengkap Riwayat Perkembangan Motorik Psikososial Pertama kali membalik : 5 bulan Pertama kali tengkurap : 5 bulan Pertama kali duduk : 6 bulan
  • 6. 6 Pertama kali merangkak : 7 bulan Pertama kali berdiri : 10 bulan Pertama kali berjalan : 13 bulan Pertama kali tertawa : 3 bulan Pertama kali berceloteh : 5 bulan Pertama kali memanggil mama : 8 bulan Pertama kali memanggil papa : 9 bulan Riwayat Penyakit Keluarga Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini tidak ada keluarga yang sedang mengalami sakit seperti pasien. Tidak ada riwayat kejang, asma, batuk lama yang tidak sembuh, dan batuk darah. Riwayat Lingkungan dan Perumahan Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Lingkungan, sanitasi dan sirkulasi rumah baik. PEMERIKSAAN FISIK I. Keadaan Umum a. Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang b. Kesadaran : Compos Mentis II. Tanda Vital dan Antropometri TANDA VITAL HASIL PASIEN Suhu 36,5oC
  • 7. 7 Nadi 113x/mnt, reguler, isi cukup Nafas 28x/mnt ANTROPOMETRI HASIL PASIEN Berat Badan 32 kg Panjang Badan 139 cm BB/U 32/37 x 100% = 86,5% normal PB/U 139/144 x 100% =96,5% normal BB/TB 32/34 x 100% = 94,1% normal
  • 8. 8
  • 9. 9 III. Pemeriksaan Kepala dan Leher Kepala Ukuran normosefali, bentuk bulat oval, tidak tampak deformitas, pada perabaan tidak ada nyeri, rambut berwarna hitam, lebat, tidak kering, tidak mudah dicabut Wajah Tidak tampak sesak, tidak pucat, tidak sianosis, ekspresi wajah simetris, dan tidak tampak facies yang menandai suatu penyakit seperti facies hipocrates, tidak tampak moon face Mata Alis tebal, hitam, tersebar rata; bulu mata hitam, tersebar rata, tidak mudah rontok; kelopak mata tidak ada edema dan tidak ptosis, pada palpasi tekanan kedua bola mata normal; konjungtiva warna pink, tidak anemis, sklera tidak ikterik, iris warna hitam, pupil bulat isokor, lensa jernih, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+, gerak bola mata normal ke segala arah, lapang pandang baik. Cekung (-) Telinga Telinga sepasang, sama tinggi, normotia, tidak ada benjoan atau nyeri tekan di sekitar telinga, CAE lapang, tidak tampak serumen, darah, maupun sekret, tidak hiperemis, dan membran timpani sulit dinilai Hidung Napas cuping hidung(-), bentuk hidung normal, deviasi septum (-), cavum nasi lapang dan sama besar, tidak hiperemis, tidak ada sekret dan darah, konka eutrofi, tidak hiperemis, mukosa licin tidak hiperemis, tidak pucat, tidak livid Bibir Bentuk normal, warna merah muda, tidak pucat, tidak sianosis, tidak tampak kering, kulit disekitar bibir normal, trismus (-), tidak tamak perdarahan pada bibir Lidah Ukuran dan bentuk lidah normal (normoglosia), papil atrofi (-), lidah kotor(-), tremor (-) Mukosa mulut dan palatum Mukosa mulut warna merah muda, kering, palatum utuh, tanpa bercak, stomatitis apthae (-) Uvula, faring, tonsil Uvula di tengah, berwarna merah muda, tidak hiperemis, T1-T1 tenang, detritus (-), kripta tidak melebar, dinding mukosa faring tidak hiperemis,PND (-) Bau napas Tidak tercium bau napas yang khas Leher Bentuk dan ukuran normal, gerakan normal, kaku kuduk (-) KGB Tidak ada pembesaran KGB
  • 10. 10 Arteri carotis Arteri carotis tidak tampak berdenyut, pada perabaan denyutnya teraba reguler, sama kuat,simetris kiri-kanan, bruit (-) Trakea Trakea di tengah, deviasi(-), tidak teraba massa, tracheal tug (-) IV. Pemeriksaan Thorax Inspeksi dada Dari depan: bentuk thorax normal, simetris mengembang saat inspirasi dan mengempis saat ekspirasi, tidak ada yang tertinggal Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak sianosis,roseoles spot (-), tidak tampak adanya efloresensi yang bermakna, tidak ada dilatasi vena, spider nervi (-) Tulang dada normal, mendatar, tidak mencekung dan tidak menonjol Tulang iga normal, tidak terlalu vertikal dan tidak terlalu horizontal Sela iga tidak melebar dan menyempit, tidak tampak adanya retraksi dan tidak tampak gerakan otot-otot bantu pernapasan Tidak tampak pulsasi abnormal, tidak tampak pulsasi ictus cordis Inspeksi dada saat napas Gerakan dada pasien simetris kiri-kanan saat bernapas, tidak ada hemithorax yang tertinggal Inspeksi buah dada Buah dada simetris sama besar kiri dan kanan, tidak tampak massa / benjolan, areola mamae sepasang, simetris, warna kecoklatan, papila mamae sepasang, simetris, tidak ada retraksi, tidak tampak mengeluarkan sekret, tidak tampak efloresensi bermakna Jantung Irama teratur, SI dan SII pada keempat katup jantung reguler, murmur (-), gallop (-), suara jantung tambahan (-), tidak terdapat ejection sound, tidak ada spliting Paru Suara napas paru kiri-kanan didapatkan suara napas vesikuler. Ronki -/-. Wheezing -/-, slam -/- V. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi abdomen Tampak luka tertutup verbant, bentuk abdomen datar, warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, spider nervi(-), roseola spot (-), tidak tampak adanya efloresensi yang bermakna, kulit perut
  • 11. 11 tidak keriput, tidak ada dilatasi vena, Shagging of the Flank (-), massa (-) Auskultasi abdomen Bising usus pasien (+), dalam perhitungan 1 menitterdengar adanya 3x bising usus Tidak terdengar arterial bruit maupun venous hum Perkusi abdomen Pada keempat kuadran abdomen didapatkan suara timpani,shifting dullness (-) Palpasi abdomen Dinding abdomen supel, tidak teraba massa, defense muscular (-),turgor kulit langsung kembali Nyeri tekan (+) pada daerah sekitar operasi, nyeri lepas (-) Hepar dan lien tidak teraba, ballotement ginjal bilateral (-), nyeri ketuk costophrenicus (-/-), Murphy’s sign (-) Tidak terasa adanya getaran cairan / undulasi Hepatojugular refleks (-) VI. Pemeriksaan Ekstremitas Inspeksi ekstremitas atas Bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, proporsional terhadap bentuk tubuh pasien Kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tampak efloresensi yang bermakna yaitu berupa ptechiae yang tersebar merata Jari-jari: jumlah lengkap, tidak ada deformitas, clubbing finger (-) Kuku: warna merah muda, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, splinter hemoragik (-) Telapak tangan warna pink, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak tampak palmar eritema Tidak tampak oedem pada kedua ekstremitas dan tidak ada pembengkakan sendi, tidak ada atrofi otot, tidak ada gerakan involunter, kordinasi gerak baik, kaku sendi (-) Palpasi kulit dan otot ekstremitas atas Akral hangat pada keempat ekstremitas, kelembaban baik dan tidak nyeri tekan, pitting oedema (-), tidak ada atrofi otot, tonus otot statis dan dinamis baik, kekuatan otot baik bernilai 5, tidak ada rigiditas dan spastisitas, flapping tremor (-), intentional tremor (-)
  • 12. 12 Refleks fisiologis Refleks biseps ++/++, refleks triceps ++/++ Inspeksi ekstremitas bawah Bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, proporsional terhadap tubuh Kulit sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tampak efloresensi yang bermakna yaitu berupa ptechiae yang tersebar merata Jari-jari jumlah lengkap, tidak ada deformitas Kuku warna merah muda, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis Telapak kaki warna pink, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada eritem, tidak ada ulkus, tidak ada kalus, tidak ada clavus Tampak oedemapada kedua tungkai bawah, tidak ada gerak involunter, tidak ada pembengkakan sendi maupun atrofi Kekuatan otot baik, koordinasi gerak baik Palpasi kulit dan otot ekstremitas bawah Suhu teraba hangat, kelembaban baik dan tidak nyeri, pitting oedem(+), tidak ada atrofi otot, tonus stasis dan dinamis baik, tidak ada rigiditas dan spastisitas PEMERIKSAAN PENUNJANG  Laboratorium tgl 14 Agustus 2014 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Darah Lengkap Hemoglobin 12,6 11,0 – 16,5 g/dl Eritosit 4,31 3,8 – 5,8 106/µl Hematokrit 34,5 35,0 – 50,0 % MCV 80 80,0 – 97,0 fL MCH 29,2 26,5 – 33,5 Pg MCHC 36,5 31,5 – 35,0 g/dl RDW-CV 13,7 10,0 – 15,0 % Leukosit 24, 29 4 – 11 103/µl Eusinofil 0,0 0 – 5 % Basofil 0,0 0 – 1 %
  • 13. 13 Neutrofil 94,8 46 – 75 % Lymph 2,4 17 – 48 % Monosit 2,8 4 – 10 % Platelet 374 150 – 450 103/µl PDW 10,7 10,0 – 18,0 fL MPV 10,0 6,5 – 11,0 fL Elektrolit Natrium 131 135 - 147 meq/l Kalium 4,0 3,5 – 5,0 meq/l Chlor 101 94 – 111 meq/l Gula Darah GD Sewaktu 131 70 - 140 mg/dl  Laboratorium tgl 15 Agustus 2014 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Darah Lengkap Hemoglobin 12,7 11,0 – 16,5 g/dl Eritosit 4,30 3,8 – 5,8 106/µl Hematokrit 34,2 35,0 – 50,0 % MCV 79,5 80,0 – 97,0 fL MCH 29,5 26,5 – 33,5 Pg MCHC 37,1 31,5 – 35,0 g/dl RDW-CV 14 10,0 – 15,0 % Leukosit 34,23 4 – 11 103/µl Eusinofil 0,1 0 – 5 % Basofil 0,0 0 – 1 % Neutrofil 95,2 46 – 75 % Lymph 2,0 17 – 48 % Monosit 2,5 4 – 10 % Platelet 421 150 – 450 103/µl PDW 11,4 10,0 – 18,0 fL
  • 14. 14 MPV 10,1 6,5 – 11,0 fL Elektrolit Natrium 125 135 - 147 meq/l Kalium 5,3 3,5 – 5,0 meq/l Chlor 97 94 – 111 meq/l Gula Darah GD Sewaktu 131 70 - 140 mg/dl Albumin Total protein 2,40 4,12 3,20 – 5,00 6,00 - 8,30 g/dL g/dL Pemeriksaan laboratorium tanggal 16 Agustus 2014 Elektrolit Na 138 Cl 104 K 4,96  Foto USG Abdomen Interpretasi : - USG sugesif peritonitis - Sludge pada kantung empedu - Hepar, lien, pankreas, ginjal kiri kanan dan buli tidak tampak kelainan
  • 15. 15 Laboratorium tgl 19 Agustus 2014 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Darah Lengkap Hemoglobin 9,8 11,0 – 16,5 g/dl Eritosit 3,40 3,8 – 5,8 106/µl Hematokrit 26,7 35,0 – 50,0 % MCV 78,5 80,0 – 97,0 fL MCH 28,8 26,5 – 33,5 Pg MCHC 36,7 31,5 – 35,0 g/dl RDW-CV 12,7 10,0 – 15,0 % Leukosit 17,25 4 – 11 103/µl Eusinofil 1,2 0 – 5 % Basofil 0,2 0 – 1 % Neutrofil 86,6 46 – 75 % Lymph 6,7 17 – 48 % Monosit 5,3 4 – 10 % Platelet 336 150 – 450 103/µl PDW 9,4 10,0 – 18,0 fL MPV 8,9 6,5 – 11,0 fL Elektrolit Natrium 125 135 - 147 meq/l Kalium 5,3 3,5 – 5,0 meq/l Chlor 97 94 – 111 meq/l Laboratorium tgl 20 Agustus 2014 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Darah Lengkap Hemoglobin 13,6 11,0 – 16,5 g/dl Eritosit 4,81 3,8 – 5,8 106/µl Hematokrit 36,6 35,0 – 50,0 % MCV 76,1 80,0 – 97,0 fL
  • 16. 16 MCH 28,3 26,5 – 33,5 Pg MCHC 37,2 31,5 – 35,0 g/dl RDW-CV 13,6 10,0 – 15,0 % Leukosit 14,62 4 – 11 103/µl Eusinofil 2,5 0 – 5 % Basofil 0,5 0 – 1 % Neutrofil 82,5 46 – 75 % Lymph 7,9 17 – 48 % Monosit 6,6 4 – 10 % Platelet 234 150 – 450 103/µl PDW 12,6 10,0 – 18,0 fL MPV 10,5 6,5 – 11,0 fL Elektrolit Natrium 125 135 - 147 meq/l Kalium 5,3 3,5 – 5,0 meq/l Chlor 97 94 – 111 meq/l RESUME Pasien seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke RSOB dengan keluhan nyeri perut yang hilang timbul. Pasien mengaku pada tanggal 3 Agustus nyeri perut sebelah atas sudah dirasakan dan datang berobat ke poliklinik RSOB. Pada tangal 6 sampai 11 Agustus pasien sempat dirawat di RS Awal Bros dan ditegakkan diagnosis illeus obstruktif dan anemia, serta sempat muncul bintik kemerahan pada tangan dan kakinya namun sempat dipulangkan karena sudah menjalani pengobatan dan tidak ada keluhan. Pada tanggal 13 Agustus pasien datang diantar karena nyeri perut sebelum makan sejak jam 5 pagi. BAK normal, lancar. Makan dan minum normal seperti biasa. Dilakukan operasi akibat diagnosis peritonitis yaitu operasi anastomosis illeoilleal end to end. Setelah 5 hari post operasi, pasien mengeluhkan munculnya ruam-ruam pada kulit terutama pada kedua tangan dan kaki. Muncul ruam terjadi tiba-tiba dan keluhan ini pernah dirasakan pada saat pasien dirawat di RS Awal Bros. Keluhan adanya rasa pegal maupun nyeri sendi disangkal, begitu pula keluhan demam disangkal. Pada tanggal 3 September
  • 17. 17 pasien mengeluh urin berwarna merah. Rasa nyeri saat BAK disangkal. Ibu pasien juga mengaku pasien tampak bengkak terutama pada kedua kaki pasien. Pada pemeriksaan fisik setelah operasi didapatkan, kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang. Tanda vital yaitu nadi 113 x / menit, suhu 28 ºC, dan pernapasan 36,5 x / menit, berat badan32 kg. Pada abdomen didapatkan bekas luka operasi tertutup verbant. Pada inspeksi ekstremitas didapatkan adanya petechiae dan oedem pada ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan tidak terdapat trombositopenia, terdapat leukositosis yaitu 34.230/µL, neutrofilia 95,2%, hipoalbumin dengan kadar albumin 2,4 g/dL dan protein total 4,12 g/dL. DIAGNOSIS KERJA  Glomerulonefritis akut et causa Henoch-Schönlein purpura  Peritonitis et causa perforasi illeum dan nekrosis illeum post op repair reseksi anastomosis ileoilleal end to end PENATALAKSANAAN  Tirah Baring  Diet rendah garam  IVFD KaEn 3B  Metilprednisolon 3 x 20 mg iv  OMZ 1 x 40 mg PROGNOSIS  Ad Vitam : dubia ad bonam  Ad Fungtionam : dubia ad malam  Ad Sanationam : dubia ad malam
  • 18. 18 FOLLOW UP 18-08-2014 19-08-2014 20-08-2014 21-08-2014 Subjective Nyeri daerah operasi (+), demam (+) Nyeri perut (-), muntah (-), demam (-), BAB (+) sedikit encer, luka bekas operasi merembes Nyeri daerah bekas operasi, BAB (+) 2 kali konsistensi cair, muncul ruam kemerahan pada kedua lengan dan tungkai Nyeri sudah berkurang, BAB (+) 1 kali konsistensi sudah memadat, BAK (+), Ruam (+), nyeri dan pegal pada sendi atau badan (-) Objectives KU CM, TSS N:102x/mRR:22 x/m S: 37,6 C Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA +/+, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m (-), g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant, rembesan (-), drain terpasang KU CM, TSS N:96x/mRR:20x /m S: 37,2 C Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m(-),g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant, rembesan (+), Ekstremitas: akral hangat KU tampak lemah, CM N:88x/mRR:22x /m S: 36,4 C Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m (-), g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant, rembesan (+) - Ekstremitas: KU tampak lemah, CM N:86x/mRR:20x /m S: 36,2 C Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I- II reg, m (-), g (- ) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant, rembesan (+)
  • 19. 19 - Ekstremitas: akral hangat +/+, oedem +/+ minimal +/+, oedem -/- akral hangat +/+, petechiae +/+ - Ekstremitas: akral hangat +/+, purpura +/+ Assessments -Post op laparatomi eksplorasi reseksi anastomosis ileoilleal end to end et causa peritonitis perforasi illeum dan nekrosis illeum H+4 - Anemia (Hb: 9,8) Post op laparatomi eksplorasi reseksi anastomosis ileoilleal end to end et causa peritonitis perforasi illeum dan nekrosis illeum H+5 Post op laparatomi eksplorasi reseksi anastomosis ileoilleal end to end et causa peritonitis perforasi illeum dan nekrosis illeum H+6 - HSP Post op laparatomi eksplorasi reseksi anastomosis ileoilleal end to end et causa peritonitis perforasi illeum dan nekrosis illeum H+4 - HSP Planning - IVFD RL atau assering 20 tpm - Aminofusin /12 jam - Aff kateter - Aff NGT - Cek DL ulang - Setelah keluar hasil lab pasien diberikan transfusi PRC 250 cc dan 2 labu lasix di tengah-tengah Terapi lanjut Metilprednisolon 3 x 20 mg iv OMZ 1 x 40 mg Terapi lanjut Rencana pulang besok
  • 20. 20 Pasien masuk rumah sakit kembali tanggal 31 Agustus 2014 untuk repair dan debridement luka bekas operasi. Namun didapatkan keluhan lain: 03-09-2014 04-09-2014 05-09-2014 06-09-2014 Subjective BAK merah, bengkak pada kedua kaki BAK merah (+), bengkak berkurang Muncul ruam kemerahan merata pada seluruh tubuh, demam (+) naik turun , BAK kuning Ruam makin muncul jelas, demam (-), BAK normal Objectives KU CM, TSS N:82x/m RR:20x/m S: 36,8 C Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m (-), g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant - Ekstremitas: akral hangat +/+, oedem +/+ KU CM, TSS N:96x/m RR:20x/m S: 37 C TD 140/110 mmHg Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m(-),g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant - Ekstremitas: akral hangat +/+, oedem +/+ minimal KU CM, TSS N:90x/m RR:22x/m S: 37,5 C TD 130/100 mmHg Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m (-), g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant - Ekstremitas: akral hangat +/+, ruam makulopapular (+) di seluruh tubuh KU CM, TSS N:88x/m RR:20x/m S: 36,6 C TD 120/90 mmHg Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m (-),g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant - Ekstremitas: akral hangat +/+, ruam makulopapular (+) di seluruh tubuh
  • 21. 21 Assessments Henoch- Schönlein purpura dengan komplikasi GNA Henoch- Schönlein purpura dengan komplikasi GNA -Henoch- Schönlein purpura dengan komplikasi GNA - Morbili -Henoch- Schönlein purpura dengan komplikasi GNA - Morbili Planning - IVFD 2A 8 tpm (mikro) - Inj. Amoxcylin 3 x 1 gr (iv) - Inj. Furosemid 2 x 1 amp (iv) tgl 7 jadi 1 x 1 - Inj. Ranitidin 2 x 1 gr (iv) - Lab urin lengkap setiap pagi - Ukur tensi tiap 2 jam - Diet rendah garam - Konsumsi air 600 cc/hari - Konsul gizi - IVFD 2A 8 tpm (mikro) - Inj. Amoxcylin 3 x 1 gr (iv) - Inj. Furosemid 2 x 1 amp (iv) tgl 7 jadi 1 x 1 - Inj. Ranitidin 2 x 1 gr (iv) - Captopril tablet 2 x 12,5 mg - Lab urin lengkap setiap pagi - Ukur tensi tiap 2 jam - Diet rendah garam - IVFD Tridex 10 tpm (mikro) - Inj. Amoxcylin 3 x 1 gr (iv) stop ganti dengan Inj. Ceftazidin 2 x 1 gr (iv) - Inj. Furosemid 1 x 1 amp (iv) tgl 7 jadi 1 x 1 - Inj. Ranitidin 2 x 1 gr (iv) - Captopril tablet 2 x 12,5 mg - Lab urin lengkap setiap pagi - Ukur tensi tiap 2 jam - Diet rendah garam Terapi lanjut 09-09-2014 10-09-2014 Subjective Nyeri pada pinggang kiri, BAK normal, ruam kemerahan menghilang Nyeri pada pinggang berkurang, pasien ingin melanjutkan berobat di Johor  pulang paksa Objectives KU CM, TSS N:82x/m RR:20x/m S: 36,8 C TD 120/80 mmHg KU CM, TSS N:80x/m RR:18x/m S: 36,6 C TD 120/80 mmHg
  • 22. 22 Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m (-), g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant - Ekstremitas: akral hangat +/+, oedem -/-, ruam makulopapular(-) Status generalis : -Kepala normocephali -Mata: CA -/-, SI -/- -Thoraks: BJ I-II reg, m(-),g (-) SNV +/+, rh -/-, wh -/- - Abdomen: Tampak luka operasi tertutup verbant - Ekstremitas: akral hangat +/+, oedem -/-, ruam makulopapular (-) Assessments Henoch-Schönlein purpura dengan komplikasi GNA Henoch-Schönlein purpura dengan komplikasi GNA Planning - IVFD Tridex 10 tpm (mikro) - Inj. Ceftazidin 2 x 1 gr (iv)  stop diganti amoxcylin 3 x 1 gr (iv) - Inj. Furosemid 1x 1 amp (iv) tgl 7 jadi 1 x 1 - Inj. Ranitidin 2 x 1 gr (iv) - Captopril tablet 2 x 12,5 mg - KSR 2 x 1 tab - Metilprednisolon 2-2-3 - Lab urin lengkap setiap pagi - Amoxcylin oral 3 x 50 mg - Metilprednisolon - Furosemid - Captopril tablet 2 x 12,5 mg Pemeriksaan Laboratorium tanggal 1 September 2014 SGOT 23 n: >32 SGPT 24 n: >31 Total protein : 4 Albumin 1,9 Globulin 2,1 Hasil pemeriksaan fungsi ginjal dan laboratorium tanggal 2 September 2014 Urea : 47,5 mg/dl Nilai normal 13-43 mg/dl Kreatinin : 0,68 mg/dl Nilai normal 0.7-1,3 mg/dl Albumin : 2,4 gr/dl Nilai normal 3,2-5 gr/dl
  • 23. 23 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Darah Lengkap Hemoglobin 11,4 11,0 – 16,5 g/dl Eritosit 4,05 3,8 – 5,8 106/µl Hematokrit 32,2 35,0 – 50,0 % MCV 79,5 80,0 – 97,0 fL MCH 28,1 26,5 – 33,5 Pg MCHC 35,4 31,5 – 35,0 g/dl RDW-CV 14,6 10,0 – 15,0 % Leukosit 15,72 4 – 11 103/µl Eusinofil 4,2 0 – 5 % Basofil 0,6 0 – 1 % Neutrofil 73,2 46 – 75 % Lymph 13,3 17 – 48 % Monosit 8,7 4 – 10 % Platelet 277 150 – 450 103/µl PDW 10,5 10,0 – 18,0 fL MPV 9,8 6,5 – 11,0 fL Pemeriksaan Laboratorium tanggal 9 September 2014 Urea : 47,5 mg/dl Nilai normal 13-43 mg/dl Creatinin : 0,68 mg/dl Nilai normal 0.7-1,3 mg/dl Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Darah Lengkap Hemoglobin 10,3 11,0 – 16,5 g/dl Eritosit 3,59 3,8 – 5,8 106/µl Hematokrit 29,7 35,0 – 50,0 % MCV 82,5 80,0 – 97,0 fL MCH 28,7 26,5 – 33,5 Pg MCHC 34,7 31,5 – 35,0 g/dl RDW-CV 14,1 10,0 – 15,0 % Leukosit 11,7 4 – 11 103/µl
  • 24. 24 Eusinofil 6,6 0 – 5 % Basofil 0,5 0 – 1 % Neutrofil 62,7 46 – 75 % Lymph 21,2 17 – 48 % Monosit 9,0 4 – 10 % Platelet 398 150 – 450 103/µl PDW 11,6 10,0 – 18,0 fL MPV 10,3 6,5 – 11,0 fL Gula Darah GD Sewaktu 131 70 - 140 mg/dl Albumin Total protein 2,40 4,12 3,20 – 5,00 6,00 - 8,30 g/dL g/dL Hasil pemeriksaan urin tanggal 1-10 September 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Warna Mer ah Mera h Mera h Kunin g Kunin g Kunin g Kunin g Kuni ng Kunin g Kunin g Kejernih an Keru h Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh Keru h Keruh Keruh BJ 1000 1005 1005 1010 1010 1010 1010 1005 1005 1005 pH 7 7 6 6 5 6 6 7 7 7 Protein +4 +4 +4 +4 +3 +4 +4 +4 +4 +4 Darah samar +5 +5 +5 +5 +5 +5 +5 +5 +5 +5 Sedimen Leukosit Eritrosit Hyalin Nitrit 6- 8/LP B Penu h 30- 50/LP B Penuh 10- 16/LP B Penuh 6- 8/LP B 50- 60/LP B 5- 10/LP B Penuh (+) 5- 10/LP B Penuh (+) (+) 10- 15/LP B Penuh (+) 6- 8/LP B Penu h 10- 20/LP B Penuh 10- 15/LP B 20- 25/LP B
  • 25. 25 BAB III ANALISA KASUS Henoch-Schönlein purpura  Dasar Diagnosis Pada kasus ini, pasien merupakan pasien yang sudah pernah ditangani di RS lain dan ketika datang ke RSOB langsung ditangani secara bersama dari divisi bedah dan pediatri. Pada awal masuk RSOB pasien didiagnosis sebagai peritonitis et causa perforasi illeum dan nekrosis illeumberdasarkan dari anamnesis bahwa pasien mengalami nyeri perut yang hilang timbul. Nyeri hebat apabila sedang timbul dan sempat mengalami gangguan BAB. Pasien sempat ditangani di RS lain dengan diagnosis ileus obstruktif dan anemia serta muncul bintik kemerahan pada tangan dan kakinya namun sempat dipulangkan karena sudah menjalani pengobatan dan tidak ada keluhan. Pada akhirnya, nyeri perut pun membawa pasien datang ke emergency RSOB dan dilakukan pemeriksaan ulang serta dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan dikonsulkan kepada divisi bedah RSOB dan akhirnya ditegakkan diagnosis peritonitis dan dilakukan operasi cito setelahnya. Setelah dilakukan laparatomi eksplorasi didapatkan bahwa adanya perforasi dan nekrosis daripada illeum sehingga dilakukan reseksi anastomosis ileoillaeal end to end. Pada hari ke-6 post operasi muncul ruam-ruam kemerahan pada seluruh ekstremitas pasien dengan gambaran klinis sebagai berikut:
  • 26. 26 Sebelumnya ibu pasien mengaku bahwa sempat muncul ruam seperti ini pada saat dirawat di rumah sakit lain dan dinyatakan sembuh serta ruam menghilang. Penegakkan diagnosis Henoch-Schönlein purpura pun akhirnya ditegakkan setelah hari ke-6 post operasi. Penegakkan diagnosis ini berdasarkan: a. Anamnesa Menurut buku ajar alergi immunologi pada anak didapatkan kriteria diagnosis: (4) Kriteria Definisi Purpura non trombositopenia Lesi kulit hemorhagik yang dapat diraba, terdapat elevasi kulit, tidak berhubungan dengan trombositopenia Usia onset  20 tahun Gejala abdominal / gangguan saluran cerna (Bowel angina) Nyeri abdominal difus, memberat setelah makan atau diagnosis iskemia usus, biasanya termasuk BAB berdarah Granulosit dinding pada biopsi Perubahan histologi menunjukkan ganulosit pada dinding arteriol atau venula Gejala yang dapat mengarahkan kepada diagnosis HSP yaitu manifestasi klinik pada kulit berupa ruam purpurik dengan satu atau lebih gejala seperti nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinalis, artralgia atau artritis, dan hematuria atau nefritis.(4) Gejala klinis pada pasien menunjukkan bahwa adanya ruam purpurik yang diawaliserta didapatkan gejala nyeri abdomen yang disebabkan oleh adanya nekrosis pada gastrointestinal
  • 27. 27 yang mengindikasikan bahwa terjadinya inflamasi vaskulitis pada pembuluh darah gastrointestinal. Selain itu, didapatkan keluhan BAK merah pada saat pasien datang dirawat kedua kalinya yang menandakan sudah terjadi keterlibatan ginjal pada perkembangan penyakit pasien. Berdasarkan hasil penelitian akan didapatkan keterlibatan ginjal pada pasien yang berumur < 5 tahun sebesar 12,5%, 5-10 tahun 18,4%, dn 11-15 tahun sebesar 40%.(5) b. Pemeriksaan Fisik Didapatkan adanya pemeriksaan fisik sebelum dioperasi adalah tampak tegang pada abdomen dan nyeri pada seluruh lapang abdomen yang menandakan adanya tanda-tanda peritonitis dan didapatkan adanya ruam purpurik pada hari ke-6 setelah operasi. Selain itu, didapatkan adanya oedem pada hari kedua post op di mana pada pasien HSP dapat timbul oedem. Oedem ini tidak bergantung pada derajat proteinuria namun lebih kepada deajat vaskulitis yang terjadi sehingga menyebabkan adanya perpindahan plasma dan cairan dari intraseluler ke ekstraseluler.(6) Namun oedem tersebut juga dapat dihubungkan dengan kejadian proteinuria pada pasien. Oedem pun kembali timbul pada saat pasien dirawat kembali pada tanggal 3 September yang mengindikasikan bahwa proses proteinuria masih terjadi pada pasien. Selain itu, didapatkan bahwa adanya peningkatan tekanan darah yang mengindikasikan teraktivasinya sistem RAAS akibat komplikasi daripada HSP terhadap fungsi ginjal. c. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis post operasi, anemia post operasi dan sempat terjadi hipoalbuminemia yang kemudian dikoreksi dengan pemberian albumin 20%. Pada kasus HSP tidak terlihat adanya kelainan secara spesifik. Namun untuk menyingkirkan diagnosis banding maka dapat dilihat dari kadar trombosit yang normal atau meningkat untuk membedakan purpura yang disebabkan trombositopenia. Terjadinya leukositosis dan anemia biasanya berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal. Pada kasus ini dapat dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal untuk mengetahui manifestasi lain pada HSP terhadap kelainan ginjal yang meliputi hematuria, proteinuria, glomerulonephritis akut maupun sindroma nefrotik.
  • 28. 28 Pada saat pasien kembali dirawat, didapatkan penurunan fungsi ginjal (urea: 47,5 mg/dl, kreatinin: 0,68 mg/dl serta hipoalbumin (albumin: 2,4 g/dl). Hal inilah yang mendasari bahwa sudah terjadinya penurunan fungsi ginjal dan sudah terjadi komplikasi daripada HSP itu sendiri kepada ginjal.  Penatalaksanan Untuk penatalaksanaan HSP itu sendiri diberikan pengobatan suportif dan simptomatis meliputi pemeilharaan hidrasi, nutrisi, serta keseimbangan elektrolit. Pada pasien tidak didapatkan manifestasi klinis berupa artritis sehingga tidak diberikan analgetik untuk keluhan artritis namun indikasi pemberian analgetik pada pasien adalah untuk mengurangi rasa nyeri post operasi. Gangguan pada saluran pencernaan setelah operasi pun terjadi 2 hari post operasi sehingga diberikan ranitidin dan pasien dipuasakan. Namun setelah keluhan hilang maka pasien diperbolehkan minum secara bertahap. Setelah ditegakkan diagnosis HSP maka pasien pun diberikan metilprednisolon 3 x 20 mg (iv) di mana pemberian ini diperuntukkan untuk menekan reaksi immunologis pada HSP.  Prognosis Prognosis ad vitam pada pasien ini dubia ad bonam karena tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa pasien. Namun diperlukan pemantuan pada manifestasi klinis kepada ginjal yang sudah terjadi pada pasien sebagai komplikasi daripada HSP yang terjadi. Eksaserbasi yang dikaitkan kepada nefritis ini yang perlu dilakukan pengawasan secara ketat dan dapat dipantau dengan pemeriksaan tekanan darah agar pasien tidak terjatuh pada krisis hipertensi dan monitoring terhadap pemeriksaan urin untuk memantau progresivitas perjalanan penyakit pasien.Prognosis ad functionam pasien ini dubia ad malamdikarenakan reaksi imunologis yang terjadi sudah menyebabkan adanya nekrosis pada illeum yang menjadi penyulit namun diharapkan setelah tindakan operasi fungsi organ akan kembali normal.Namun, dilihat dari segi fungsi ginjal serta progresivitas penyakit HSP pada pasien, sudah terjadi komplikasi lebih lanjut maka prognosis pun menjadi lebih buruk. Prognosis ad sanationam pasien ini dubia ad malam karena tingkat rekurensi dapat terjadi pada 50% kasus.
  • 29. 29 BAB IV TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Henoch-Schönlein purpura atau dikenal juga dengan anaphylactoid purpura atau allergic purpura, atau vascular purpura,adalah suatu penyakit peradangan pembuluh darah yang berhubungan dengan reaksi imunologis khususnya immunoglobulin A.Pada HSP, terjadi proses nekrosis dari vascular, yang ditandai dengan terjadinya destruksi fibrin dinding pembuluh darah dan leukocytoclasis. (1) Definisi lain menyebutkan HSP adalah suatu penyakit vasculitis dengan komninasi gejala; rash pada kulit, atrhalgia, periarticular udema, nyeri abdomen, dan glomerulonephritis. Dapat disertai infeksi saluran pernafasan atas, dan berhubungan dengan Imunoglobin A, dan sintesis imunoglobin G.Ig A dan Ig G berinteraksi untuk menghasilkan kompleks imun, yang mengaktifkan complement, yang di depositkan pada organ,menimbulkan respon inflamasi berupa vaskulitis. (2) Henoch–Schönlein purpura, disebut juga sebagai Allergic purpura, atau anaphylactoid purpura atau vascular purpura , adalah penyakit sistemik berupa vaskulitis, dimana terjadi peradangan pada pembuluh darah, yang dikarakteristikkan oleh deposit kompleks imun, antibody Ig A, pada terutama kulit dan ginjal.(3) Sementara pada Nelson Text book of Pediatrics disebutkan bahwa HSP adalah vaskulitis pembuluh darah kecil yang memiliki kekhasan, adanya purpura, arthritis, nyeri abdomen, dan glomerulonefritis, sehingga dapat berupa manifestasi nya HSP nefritis dan Ig A nefropati.(2) Dua sistem klasifikasi utama digunakan untuk menegakkan diagnosa HSP. Pertama, dari American College of Rheumatology, membutuhkan 2 atau lebih keadaan berikut:  Pasien berumur lebih muda dari 20 tahun  Purpura yang dapat dipalpasi  Nyeri abdomen atau perdarahan saluran cerna  Granulosit perivaskular atau ekstravaskular pada biopsi. Sistem klasifikasi kedua dari Chapel Hill Consensus Group, secara primer digunakan kriteria nonklinis, dan membutuhkan hanya kehadiran dari vaskulitis pembuluh darah kecil dengan deposisi IgA.
  • 30. 30 2 tambahan keadaan kriteria telah disarankan untuk diagnosis HSP. Helander et al mengajukan bahwa tiga atau lebih dari keadaan berikut ini:  Direct immunofluorescence (DIF) menghasilkan konsistensi dengan deposisi vaskular IgA  Pasien berumur lebih muda dari 20 tahun  Keterlibatan gastro intestinal  Prodrome Upper respiratory tract infection tract (URI)  Mesangioproliferative glomerulonephritis dengan atau tanpa deposisi IgA Michel mengajukan kriteria untuk membedakan HSP dari vaskulitis hipersensitivitas, membutuhkan tiga atau lebih dari keadaan berikut untuk menegakkan diagnosa :  Purpura yang dapat dipalpasi  Angina Bowel  Perdarahan Gastrointestinal  Hematuria  Pasien berumur lebih dari 20 tahun  Tidak ada medikasi sebagai agen presipitasi ETIOLOGI Etiologi dari HSP tidak diketahui, tetapi HSP yang umum diikuti dengan infeksi traktus respiratorius saluran nafas atas. Insiden dan prevalensi HSP kemungkinan jarang terdeteksi, karena kasus tidak dilaporkan ke agensi kesehatan masyarakat. Bagaimanapun, dari 31,333 pasien baru yang terlihat di 54 pusat reumatologi di United States, 1,120 mempunyai beberapa bentuk vaskulitis dan 558 diklasifikasikan sebagai HSP. Meskipun HSP berkisar 1% dari rawatan rumah sakit dimasa lalu, perubahan dalam praktik medis telah menurunkan fruekuensi rawatan; 0,06% dari rawatan (62/9,083 pada tahun 1997) untuk HSP pada satu pusat besar Midwestern pediatric. Kesakitan ini lebih sering pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa, dengan kebanyakan kasus timbul antara 2-8 tahun dari usia, lebih sering pada bulan-bulan yang dingin. Laki-laki dipengaruhi 2 kali fruekuensinya sama dengan wanita. Semua insiden dijumlahkan dan berkisar antara 9/100,000 populasi.
  • 31. 31 Tetapi dapat pula dikemukakan beberapa sebab yang diperkirakan memiliki kaitan sebagai faktor penyebab : Pengetahuan yang meliputi mekanisme pasti dimana compleks immune berimplikasi pada patogenesis faktor yang merupakan predisposisi beberapa pasien untuk menimbulkan penyakit ini masih jauh kurang dimengerti.Yang lainnya melaporkan faktor lain sebagai berikut:  Infeksi : Bakteri (Group A beta hemolytic streptococci, Campylobacter jejuni, Yersinia species, Mycoplasma pneumoniae, dan Helicobacter pylori (dilaporkan pada satu pasien) Virus (Varicella, hepatitis B, Epstein-Barr virus, dan parvovirus B19 0  Obat (Ampicillin penicillin, erythromycin, quinines, dan chlorpromazine)  Neoplasma (Leukemia dan Limfoma)  Solid tumor (Ductal carcinoma of the breast, bronchogenic carcinoma, adenocarcinoma of the prostate, adenocarcinoma of the colon, renal cell carcinoma, cervical carcinoma, melanoma)  Makanan : Sensitifitas terhadap makanan yang mengandung salisilat  Lainnya : kehamilan, demam mediterania familial, dan cryoglobulinemia PATOGENESIS Henoch-Schonlein Purpura adalah kelainan sistemik yang penyebabnya tidak diketahui dengan karakteristik terjadinya vaskulitis, inflamasi pada dinding pembuluh darah kecil dengan infiltrasi leukositik pada jaringan yang menyebabkan perdarahan dan iskemia. Adanya keterlibatan kompleks imun IgA memungkinkan proses ini berkaitan dengan proses alergi. Namun mekanisme kausal tentang ini belum dapat dibuktikan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa HSP berhubungan dengan infeksi kuman streptokokus grup A. Namun, mekanisme inipun belum dapat dibuktikan. Inflamasi dinding pembuluh darah kecil merupakan manifestasi utama penyakit ini. Bila pembuluh darah yang terkena adalah kulit, maka terjadi ekstravasasi darah ke jaringan sekitar, yang terlihat sebagai purpura. Namun purpura pada HSP adalah khas, karena batas purpura dapat teraba pada palpasi. Bila yang terkena adalah pembuluh darah traktus gastrointestinal, maka dapat terjadi iskemia yang menyebabkan nyeri atau kram perut. Kadang, dapat menyebabkan distensi abdomen, buang air besar berdarah, intususepsi, maupun perforasi yang membutuhkan penanganan segera. Gejala gastrointestinal umumnya
  • 32. 32 banyak ditemui pada fase akut dan kemungkinan mendahului gejala lainnya seperti bercak kemerahan pada kulit. Etiologi dari HSP tidak diketahui tetapi melibatkan deposisi vaskular dari kompleks immune IgA. Lebih spesifik lagi, kompleks imun terdiri dari IgA1 dan IgA2 dan diproduksi lagi oleh limfosit peripheral B. Kompleks ini seringkali terbentuk sebagai respon terhadap faktor penimbul. Kompleks sirkulasi menjadi tidak terlarut, disimpan didalam dinding pembuluh darah kecil (arteri, kapiler, venula) dan komplement aktivasi, lebih banyak sebagai jalur alternative (didasara akan kehadiran dari C3 dan properdin serta ketiadaan komponen awal pada kebanyakan biopsi). Terjadi deposisi kompleks imun IgA pada dinding pembuluh darah kecil. Lebih spesifik, yaitu kompleks IgA-1 kompleks imun (IgA1-C). Pada keadaan normal, IgA1-C dibersihkan oleh hepatosit melalui reseptor asialoglikoprotein yang akan berikatan dengan rantai oligosakarida dari fragmen IgA1-C. Pada pemeriksaan serum, kadar IgA1-C lebih tinggi pada pasien HSP dengan gejala klinis keterlibatan ginjal daripada mereka yang tanpa keterlibatan ginjal. Aktivasi jalur komplemen menimbulkan infiltrasi faktor kemotaktik dan sel polimorfonuklear. Pada 10% pasien, antibody anti-neutrofilik sitoplasmik ditemukan.Molekul adhesi yang diinduksi oleh sitokin proinflamasi, termasuk TNFalfa dan IL-1 yang akan merekrut netrofil dan sel-sel inflamasi lainnya. Pada pemeriksaan kulit, ditemukan adanya TNF pada lapisan intradermal dengan IL-1 dan IL-6. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan limfosit perivaskular dengan deposit kompleks imun IgA pada dinding pembuluh darah kecil dan jaringan mesangial ginjal. Leukosit polymorphonuclear diambil dari faktor kemotaktik dan menyebabkan inflamasi serta nekrosis dinding pembuluh darah dengan trombosis yang menetap. Hal ini akan mengakibatkan ekstravasasi dari eritrosit akan perdarahan dari organ yang dipengaruhi dan bermanifestasi secara histologis sevagai vaskulitis leukocytoclastic. Histologi melibatkan kulit memperlihatkan sel polimorfonuklear atau fragmen sel disekitar pembuluh darah kecil kulit. Kompleks imun yang mengandung IgA dan C3 telah diketemukan di kulit, ginjal, intestinal mukosa, dan pergelangan, dimana tempat organ utama terlibat didalam HSP. Manifestasi klinis dari HSP merefleksikan kerusakan pembuluh darah kecil. Nyeri abdominal, hadir pada 65% pasien, sekunder terhadap vaskulitis submukosa dan perdarahan
  • 33. 33 subserosa serta edema dengan trombosis dari mikrovaskular usus. Hematuria dan proteinuria timbul pada nefritis terkait dengan HSP.(6) Manifestasi renal berkisar dari perubahan minimal hingga ke glumerulonefritis crescentic berat. Tujuan utama untuk foolow up adalah mendeteksi inflamasi yang resisten pada kerusakan ginjal. Didapatkan peningkatan 19,5 % dari anak-anak dengan nefrotik atau nefritik. (7) Etiologi sekunder terhadap deposisi mesangial IgA lebih predominan, tetapi IgG, IgM, C3 dan deposisi properdin dapat juga timbul. Deposit ini juga dapat timbul dalam ruang glumerular subepithelial. Banyak yang percaya bahwa kedua nephritis HSP dan nefropati IgA (Berger disease), dimana merupakan penyebab tersering dari glumerulonephritis di dunia, mempunyai penampilan klinis yang berbeda dari proses penyakit yang sama. Manifestasi dermatologis timbul sekunder terhadap deposisi kompleks imun (IgA, C3) didalam pembuluh kulit papiler, menghasilkan kerusakan pembuluh darah, ekstravasasi sel darah merah, dan secara klinis dapat diobservasi dengan palpasi purpura. Hal ini dapat timbul tergantung di wilayah tubuh, seperti kaki bawah, punggung dan abdomen. Sama banyaknya dengan 50% kejadian yang timbul pada pasien pediatrik menampakkan URI, dan studi terbaru pada dewasa mendemonstrasikan bahwa 40% pasien mempunyai URI terdahulu. Beberapa agen berimplikasi, termasuk group A streptococci, varicella, hepatitis B, Epstein-Barr virus, parvovirus B19, Mycoplasma, Campylobacter, dan Yersinia. Lebih jarang, faktor lain telah dikaitkan dengan dengan agen penimbul dalam perkembangan HSP. Hal tersebut meliputi obat, makanan, kehamilan, demam mediterania familial, dan paparan di udara yang dingin. HSP juga telah dilaporkan pada kelanjutan vaksinasi untuk typhoid, campak, demam kuning dan kolera.(2) Patogenesis spesifik HSP tidak diketahui, pasien dengan HSP mempunyai fruekuensi signifikan yang lebih tinggi akan HLA-DRB1*07 daripada kontrol geografis. Peningkatan konsentrasi serum dari sitokin tumor necrosis factor-α (TNFα) dan interleukin (IL)-6 telah diidentifikasi dalam penyakit yang aktif.Teknik Immunofluorescence menunjukkan deposisi dari IgA dan C3 dalam pembuluh darah kecil dikulit dan glomeruli renal, tetapi peranan aktivasi komplemen tetap kontroversial. GEJALA KLINIS Onset penyakit dapat akut, dengan kehadiran dari penampakkan beberapa manifestasi klinis yang simultan, atau insidious, dengan timbul sebagian pada lebih dari setengah anak- anak yang terkena. Ruam yang umum dan gejala klinis dari HSP merupakan konsekuensi
  • 34. 34 yang biasa dari lokasi kerusakan pembuluh darah primer di kulit, traktus gastrointestinal dan ginjal. Tanda dari penyakit ini adalah ruam, dimulai dengan makulopapule merah muda yang awalnya melebar pada penekanan dan berkembang menjadi ptechie atau purpura, dimana karakteristik klinisnya adalah purpura yang dapat dipalpasi dan berkembang dari merah ke ungu hingga kecoklat sebelum akhirnya memudar. Lesi cenderung untuk timbul di crop, akhir dari 3-10 hari, dan dapat timbul pada interval yang bervariasi dari beberapa hari hingga 3-4 bulan. Kurang daripada 10% anak-anak, rekurensi dari ruam dapat tidak selesai hingga akhir tahun, dan secara jarang beberapa tahun, setelah episode awal. Kerusakan pembuluh darah kulit juga terlihat di area yang tergantung-sebagai contoh dibawah lengan, pada bagian pungging atau di area besar jaringan distensinya, seperti kelopak mata, bibir, skrotum, atau dorsum dari tangan dan kaki. Arthritis, tampak pada lebih dari dua pertiga anak dengan HSP, biasanya terlokalisasi di lutut serta ankle serta terlihat dengan edema. Efusinya adalah serous, bukan perdarahan, alaminya dan perbaikan setelah beberapa hari tanpa deformitas residual atau kerusakan articular. Mereka mungkin dapat timbul kembali selanjutnya selama fase reaktif dari penyakit ini. Edema dan kerusakan vaskular gastrointestinal dapat menimbulkan nyeri abdominal intermittent yang seringkali colik alaminya. Lebih dari setengah pasien mempunyai occult heme-positive stools, diarrhea (dengan atau tanpa darah yang terlihat), atau hematemesis. Pengenalan dari eksudat peritoneal, pembesaran nodus limfe mesenterik, edema segmental, dan perdarahan kedalam usus dapat mencegah laparotomi yang tidak diperlukan untuk nyeri abdominal akut.(8) Intususepsi dapat timbul, dimana memberikan asumsi dengan kekosongan kuadran abdominal bawah kanan pada pemeriksaan fisik atau dengan feses jally currant, dimana diikuti dengan obstruksi atau infark dengan perforasi usus. Beberapa sistem organ dapat terlibat selama fase akut penyakit ini. Keterlibatan ginjal sekitar 25–50% pada anak-anak, dan hepatosplenomegaly serta lymphadenopathy dapat timbul selama penyakitnya aktif. Jarang namun potensial akan hasil yang srius keterlibatan sistem saraf pusat adalah perkembangan kejang, paresis atau koma. Komplikasi lain yang jarang termasuk nodul seperti rheumatoid, keterlibatan jantung dan mata, dan perdarahan intramuskular atau pulmonary.
  • 35. 35 DIAGNOSIS Secara sistematis, dapat dijabarkan, cara mendiagnosis penderita HSP, yaitu : Anamnesa  Riwayat Adanya riwayat yang bervariasi dengan setiap pasien, Tanda dari penyakit ini adalah purpura palpasi, dimana dapat terlihat pada hampir 100% pasien. HSP cenderung untuk timbul pada lemak dan lengan atas pada anak usia lebih muda dan pada kaki, ankle, dan kaki bawah untuk anak yang lebih tua dan dewasa. Pasien seringkali tampak dengan demam ringan dan malaise secagai tambahan gejala yang spesifik. Purpura dapat menjadi tanda yang tampak. Sama banyaknya dengan 50% anak yang tampak dengan gejala lainh dari purpura. Erupsi seringkali berbarengan dengan arthralgia atau arthritis, nyeri abdomen, atau pembengkakan testis. Meskipun dapat tampak lebih awal, penyakit renal seringkali timbul lebih dari 3 bulan setelah penampakkan awal.  Keterlibatan ginjal Insiden dari keterlibatan ginjal 10-60% telah dilaporkan, dan perluasan dari kerusakan glomerular paling banyak dibedakan dari morbidotas dan mortalitas jangka panjang dari HSP.(9) Kehadiran dari sabit glomerular dalam biopsi ginjal berkorelasi dengan prognosis yang buruk. Satu studi dari 57 pasien dewasa dengan HSP menunjukkan bahwa adanya URI, purpura dibagian atas betis, demam, dan adanya serum marker inflamasi (erythrocyte sedimentation rate [ESR], C-reactive protein [CRP]; memprediksi keterlibatan ginjal. Nefritis HSP biasanya tampak sebagai hematuria makroskopis dan proteinuria yang berakhir berhari-hari atau berminggu-minggi. Hal ini mungkin dapat ditemani dengan peningkatan kreatinin plasma dan atau hipertensi, diikuti dengan hematuria mikroskopik, dimana dapat berakhir berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Gross hematuria dapat timbul bertahun-tahun setelah penyakit yang awal dari relaps purpura, seringkali diiikuti dengan URI. Dari pasien dengan keterlibatan ginjal, sama banyaknya dengan 10% dapat timbul gagal ginjal kronis dan end-stage renal disease. Bagaimanapun, kurang dari 1% pasien dengan HSP mempunyai prognosis yang buruk.(10)  Rekurensi penyakit Timbul berminggu hingga berbulan-bulan pada orang dewasa dan anak-anak. Dalam studi pediatrik, anak-anak usia lebih dari 2 tahun mempunyai angka rekurensi lebih dari 50%, sementara yang lebih muda dari 2 tahun mempunyai 25% kesempatan rekurensi.(11) Perbedaan primer antara anak-anak dan dewasa, menurut satu studi dari 57 pasien dengan
  • 36. 36 HSP, adalah kronisitas dan keparahan erupsi pada populasi berikutnya. Bullae dan ulkus menjadi lebih sering pada dewasa dan eksaserbasi kutan dapat terlihat selama 6 bulan atau lebih.  Tanda dan gejala yang lain Nyeri testis dan bengkak, hepatosplenomegali, keterlibatan sistem saraf pusat atau perifer (kejang atau mononeuropati, secara respektif), nyeri kepala, dan jarang, infark miokard atau perdarahan pulmonar. Pemeriksaan fisik  Kulit Lesi kulit primer erupsi dapat dimulai dengan makular eritematosus atau lesi urticarial, berkembang menjadi papul, dan kemudian, menjadi purpura yang bisa dipalpasi, biasanya berdiameter 2-100 mm. Bullae, vesicles, petechiae, dan ecchymotic, necrotic, ulcerative, atau lesi lain dapat timbul. Edema subkutan sering pada anak-anak usia kurang dari 3 tahun. Lesi biasanya simetris dan cenderung terdistribusi di area tubuh tergantung, seperti ankle dan kaki bawah pada anak yang lebih tua dan dewasa, dipunggung, lipatan lemak, ekstremitas atas, sejak regio ini cenderung untuk menjadi tergantung dalam beberapa kelompok. Wajah, tangan, dan membran mukus biasanya terpisah, kecuali pada bayi, dimana keterlibatan wajah menjadi tidak biasa. Edema subcutaneus prominent pada anak yang lebih muda melibatkan scalp, regio periorbital, tangan, kaki dan area skrotum. Lesi biasanya timbul dan memudar lewat beberapa hari. Rekurensi cenderung untuk timbul pada sisi yang sama pada lesi sebelumnya.  Jantung Tamponade cardial dan infark miokard jarang telah dilaporkan dengan HSP.  Paru Meskipun jarang manifestasi dari HSP, perdarahan pulmonal telah dilaporkan. Ketika timbul, merupakan tanda prognostik yang buruk dengan 50% angka kematian. Satu studi pediatric menunjukkan bahwa 95% pasien dengan penyakit aktif mempunyai terganggunya kapasitas difusi dari karbonmonoksida, dimana biasanya reversibel ketika sindrom teratasi.  Abdomen Nyeri sekunder terhadap keterlibatan vaskulitis dari mesenterikum kecil atau pembuluh mukosa usus lebih sering. Pemeriksaan abdomen untuk massa yang dapat diraba, dimana
  • 37. 37 dapat mengindikasikan intususepsi. Pancreatitis, gallbladder hydrops, appendicitis, dan perdarahan gaster massive juga telah dilaporkan.  Skrotum/Testis Keterlibatan testis bervariasi dalam laporan 4-38%. Nyeri testis dapat menjadi begitu intense yang terlihat torsi.  Ekstremitas Arthralgia dan arthritis sering, secara primer mengenai ankle dan lutut, meskipun sambungan tulang lain dapat terlibat. Inflamasi periarticular juga sering.  Neurologis Nyeri kepala, kejang dan mononeuropati jarangkali dilaporkan dengan HSP. Penemuan Laboratorium  Darah Dapat ditemukan peningkatan leukosit walaupun tidak terlalu tinggi, pada hitung jenis dapat normal atau adanya eosinofilia, level serum komplemen dapat normal, dapat ditemukan peningkatan IgA sebanyak 50%. Serta ditemukan peningkatan LED. Uji laboratorium rutin tidaklah spesifik ataupun diagnostik. Anak-anak yang terkena seringkali mempunyai trombositosis sedang dan leukositosis. erythrocyte sedimentation rate (ESR) dapat meningkat. Anemia dapat dihasilkan dari kehilangan darah gastrointestinal akut maupun kronik. Kompleks imun seringkali tampak, dan 50% pasien mempunyai peningkatan konsentrasi IgA sama halnya dengan IgM tetapi biasanya negatif untuk antinuclear antibodies (ANAs), antibodies to nuclear cytoplasmic antigens (ANCAs), dan faktor rheumatoid (meskipun dalam kehadiran nodul rheumatoid). Anticardiolipin atau antiphospholipid antibodies capat hadir dan berkontribusi terhadap coagulopati intravaskular. Melakukan hitung CBC untuk membedakan etiologi ketika asumsi dari infeksi yang mendasari timbul (bandemia dengan infeksi bakterial) dan untuk mengeluarkan thrombocytopenia sebagai penyebab dari purpura. Melakukan prothrombin time (PT) dan partial thromboplastin time (aPTT) untuk mengelaurkan perdarahan diathesis  Urin Rutin Pemeriksaan ini untuk melihat adanya kelainan ginjal, karena pada HSP ditenggarai adanya keterlibatan ginjal dalam proses perjalanannya. Pemeriksaan ini dilakukan tiap 3 hari. Bermanifestasi oleh sel darah merah, sel darah putih, kristal atau albumin dalam urine.
  • 38. 38 Semenjak gagal ginjal dan end-stage renal disease merupakan sequele jangka panjang uang paling serius dari penyakit ini, awal dan ulangan urinalisis sangat penting untuk monitoring yang diperlukan untuk memonitoring perkembangan penyakit dan resolusinya. Proteinuria dan hematuria mikroskopik merupakan abnormalitas paling sering dalam urinalisa ulangan. Sejak keterlibatan ginjal dapat diikuti dengan penampakkan purpura lebih dari 3 bulan, melakukan urinalisa ulangan setiap bulan untuk beberapa bulan setelah penampakkan.  Feses Rutin Dilakukan untuk melihat perdarahan saluran cerna ( tes Guaiac / Banzidin )  Foto Radiologi USG diindikasikan jika nyeri abdominal timbul untuk mengeluarkan intususepsi, edema dinding usus, penipisan atau perforasi. Modalitas ini juga berguna untuk evaluasi nyeri testicular akut ntuk mengeluarkan torsi. Foto thorax mengeluarkan nodul pulmonar atau adenopathy hilus dengan asumsi malignancy (primer atau metastatic) atau lymphoma, dimana dikaitkan dengan HSP. Foto roentgen diindikasikan bila nada gejala akut vabdomen atau artritis. Intususepsi biasanya ileoileal; barium enema dapat digunakan untuk identifikasi dan reduksi non bedah.  Biopsi Kulit Sangan membantu dan berguna untuk mengkonfirmasikan kadar IgA dan C3 serta leukositoclastik vaskulitis. Diagnosis definitif vaskulitis, dikonfirmasikan dengan biopsi pada kutaneus yang terlibat, menunjukkan leukocytoclastic angiitis. Biopsi kulit menunjukkan nekrosis fibrinoid dinding arteriolar dan venular pada kulit superficial, dengan infiltrasi dinding neutrofilik dan wilayah perivaskular. Fragmen terkait dengan sel inflamasi dengan debris nuklear terlihat. Hasil dari digesti enzim lisosom, sama halnya dengan eritrosit dari perdarahan, ekstravasasi.  Biopsi Ginjal Menunjukkan adanya mesangial deposit C3 dan glomerunepritis segmental. Biopsi ginjal dapat menunjukkan deposisi IgA mesangial dan seringnya IgM, C3, serta fibrin. Pasien dengan nefropati IgA dapat mempunyai titer antibodi plasma yang meningkat melawan H. parainfluenzae Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan, karena bersifat traumatik.  Serum Elektrolit
  • 39. 39 Creatinine dan pengukuran nitrogen urea darah mengindikasikan HSP-dikaitkan dengan gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis. Ketidakseimbangan elektrolit dapat timbul jika diare yang signifikan, perdarahan gastrointestinal, atau hematemesis terlihat.  ASTO URIs dengan spesies streptococcal telah berimplikasi sebagai faktor predisposisi sama halnya dengan 50% pasien.  Kadar Serum IgA Kadar seringkali meningkat pada HSP, meskipun hal ini bukan merupakan uji yang spesifik untuk penyakit ini.  Direct immunofluorescence (DIF) Melakukan DIF untuk IgA pada seksi biopsi untuk mendemonstrasikan predominansi deposit IgA di dinding pembuluh darah dari jaringan yang terkena. Kulit perilesional hingga lesi kulit juga dapat menunjukkan deposit IgA. Spesimen biopsi ginjal mendemonstrasikan deposisi IgA mesangial dalam pola granular, seringkali dengan C3, IgG, or IgM. Uji ini sensitif dan spesifik untuk HSP. TERAPI DAN TATALAKSANA Pengobatan simptomatik, termasuk diet dan kontrol nyeri dengan asetaminofen, disediakan untuk masalah sendiri yang terbatas dari arthritis, edema, demam dan malaise. Menjauhi aktivitas kompetitif dan menjaga ekstremitas bawah pada ketergantungan persistent dapat menurunkan edema lokal. Jika edema melibatkan skrotum, peningkatan skrotum dan pendinginan lokal, sebagaimana toleransi, dapat menurunkan ketidaknyamanan. Penggunaan untuk terapi lebih dini yang memungkinkan dari nyeri abdominal dan perdarahan Gastrointestinal terkait dengan HSP. Juga digunakan untuk pencegahan dari nefritis HSP onset lambat atau pada pasien yang terkena nefritis dengan bukti nefrotik proteinuria yang bervariasi atau biopsi ginjal menunjukkan sabit glomerular.(12) Kategori Obat : Kortikosteroid Nama Obat Methylprednisolone (Solu-Medrol, Depo-Medrol) Deskripsi Menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan mengubah peningkatan permiabilitas kapiler. Steroids menghambat efek dari
  • 40. 40 reaksi anafilaktoid dan dapat membatasi anafilaksis bifasik. Dosis Dewasa 40 mg IV qd Dosis Anak 1-2 mg/kg IV qd Kontraindikasi Hipersensitifitas terdokumentasi; virus, jamur, atau infeksi kulit tuberkular; bayi premature Interakasi Pemberian dengan cyclosporine dapat mengeksaserbasi efek samping yang terkait dengan obat lain tunggal; phenobarbital, phenytoin, dan rifampin dapat meningkatkan clearance; ketoconazole dan estrogens dapat menurunkan clearance; methylprednisolone dapat meningkatkan clearance aspirin; steroid-yang menginduksi hypokalemia dapat meningkatkan toksisitas digitalis Kehamilan B – Biasanya aman tetapi keuntungan melebihi resiko Peringatan hyperglycemia, edema, osteonecrosis, peptic ulcer disease, hypokalemia, osteoporosis, euphoria, psychosis, growth suppression, myopathy, dan infeksi merupakan komplikasi yang mungkin Nama Obat Prednisone (Deltasone) Deskripsi Dapat menurunkan inflamasi dnegan mengubah permiabilitas kapiler dan menekan aktivitas PMN Dosis Dewasa 40 mg PO qd Dosis Anak 1-2 mg/kg PO qd Kontraindikasi Hipersensitivitas terdokumentasi; infeksi viral,penyakit ulkus peptikum, disfungsi hepatic, infeksi jaringan ikat, infeksi kulit tubercular, penyakit gastrointestinal. Interaksi Pemberian dengan estrogen dapat menurunkan clearance prednisone; ketika digunakan dengan digoxin,toksisitas digitalis sekunder hipokalemia dapat meningkat; phenobarbital, phenytoin, dan rifampin
  • 41. 41 dapat meningkatkan metabolisme glucocorticoids (pertimbangkan peningkatan dosis maintenance); monitor untuk hipokalemia dengan pemberian tambahan diuretik. Kehamilan B – biasanya aman tetapi keuntungan harus melebihi resikonya Peringatan Pemberhentian dapat menyebabkan krisis adrenal ; hyperglycemia, edema, osteonecrosis, myopathy, penyakit ulkus peptikum, hypokalemia, osteoporosis, euphoria, psychosis, myasthenia gravis, supressi pertumbuhan, dan infeksi dapat timbul Kategori Obat: Nonsteroidal anti-inflammatory drugs Nama Obat Ibuprofen (Ibuprin, Advil, Motrin) Deskripsi DOCuntuk nyeri ringan hingga berat. Menghambat reaksi inflamasi dan nyeri dengan menurunkan sintesis prostaglandin Dosis Dewasa 400-600 mg PO q6h Dosis Anak 30-70 mg/kg/d PO divided tid/qid Kontraindikasi Hipersensitivitas terdokumentasi; hipersensitivitas terhadap NSAID lain, atau iodida; pasien dengan asthma, urticaria, atau angioedema; ulserasi active atau inflamasi dari tractus gastrointestinal bagian bawah; penyakit ulkus peptikum; perforasi atau perdarahan gastrointestinal ; insufisiensi ginjal; resiko tinggi untuk perdarahan Interaksi Dapat meningkatkan kadar antikoagulan, , cyclosporine, dipyridamole, hydantoins, lithium, methotrexate, penicillamine, dan simpatomimetik; dapat menurunkan kadar ACE inhibitors, beta blockers, loop diuretics, dan thiazide diuretics; salicylates dapat menurunkan kadar NSAID; probenecid dapat
  • 42. 42 meningkatkan kadar NSAID Kehamilan B – Biasanya aman Peringatan Kategori D pada trimester ketiga dari kehamilan (penggunaan dalam trimester ketiga kehamilan dapat meningkatkan resiko dari patent ductus arteriosus dan abnormalitas jantung lain KOMPLIKASI Komplikasi utama dari HSP adalah keterlibatan ginjal, termasuk sindrom nefrotik, dan perforasi usus dan yang terparah bisa terjadi cerebral hemorhagik.(13) Komplikasi tidak sering dari edema scrotal adalah torsi testicular, dimana sanagt nyeri dan harus ditangani dengan baik. PROGNOSIS HSP adalah penyakit vaskulitis yang sembuh sendiri dengan prognosis semuanya yang sempurna. Penyakit ginjal kronis dapat menghasilkan morbiditas : studi dasar populasi mengindikasikan bahwa kebih sedikit dari 1% pasien dengan HSP menjadi penyakit ginjal persisten dan kurang dari 0.1% menimbulkan penyakit ginjal yang serius.(10) Jarangnya, kematian dapat timbul selama fase akut penyakit sebagai hasil dari infark usus, keterlibatan CNS, atau penyakit ginjal. Sesuai keadaan, anak yang menampakkan sindrom seperti HSP membawa karakteristik dari penyakit jaringan ikat lain.
  • 43. 43 DAFTAR PUSTAKA 1. Lissaeur T, Clayden G. Ilustrated Textbook of Pediatrics. 3th edition. British Library Cataloguing Publication, 2008. p. 56-62 2. Kliegman, Behrman, Arvin. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th edition. Pennyslvania: WB Saunders Company, 2009. p. 1044-6 3. KleinmanRE, Oliver G, Giorgina F, Ian S, Phillip MS.Walker’s Pediatrics Gastrointestinal Disease. USA: PMPH, 2005. p. 55-7 4. Matondang CS, Roma J. Purpura Henoch-Schonlein. Dalam: Akip AAP, Munazir Z,K urniati N, penyunting. Buku Ajar Alergi- Imunologi Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2007;373-7 5. Ghrahani R, Ledika MA, Sapartini G, Setiabudiawan B. Age of onset a risk factor of renal involvement in Henoch-schonlein purpura. Asia Pac Allergy. Aug 2014;4:42-7 6. Allen R Nissenson.Current Diagnosis and Treatment: Nephrology and Hypertension. USA: McGraw and Hill Profesional, 2008. p. 82 7. Pabunruang W, Treepongkaruna S, Tangnararatchakit K, et al. Henoch-Schonlein purpura: clinical manifestations and long-term outcomes in Thai children. J Med Assoc Thai. Nov 2002;85 Suppl 4:S1213-8 8. Nchimi A, Khamis J, Paquot I, Bury F, Magotteaux P. Significance of bowel wall abnormalities at ultrasound in Henoch-Schonlein purpura. J Pediatr Gastroenterol Nutr. Jan 2008;46(1):48-53 9. Vila Cots J, Gimenez Llort A, Camacho Diaz JA, Vila Santandreu A. Nephropathy in Schonlein-Henoch purpura: a retrospective study of the last 25 years. An Pediatr (Barc). Mar 2007;66(3):290-3 10. Lin SJ, Huang JL. Henoch-Schonlein purpura in Chinese children and adults. Asian Pac J Allergy Immunol. Mar 1998;16(1):21-5 11. Prais D, Amir J, Nussinovitch M. Recurrent Henoch-Schonlein purpura in children. J Clin Rheumatol. Feb 2007;13(1):25-8 12. Sugiyama H, Watanabe N, Onoda T, et al. Successful treatment of progressive Henoch-Schonlein purpura nephritis withtonsillectomy and steroid pulse therapy. Intern Med. Jun 2005;44(6):611-5 13. Wang HL, Liu HT, Chen Q, Gao Y, Yu KJ. Henoch-Schonlein purpura with intestinal perforation and cerebral hemorrhage: A case report. World J Gastroenterol. Apr 2013; 19(16):2574-77