Format pengkajian pasien hemodialisa mencakup identitas pasien, penanggung jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa, dan tindakan. Format ini digunakan untuk menilai kondisi pasien secara menyeluruh.
1. FORMAT PENGKAJIAN ASKEP PADA PASIEN HEMODIALISA
Tanggal dan jam pengkajian :
Pengkaji :
A. IDENTITAS PASIEN
Nama (Inisial) :
Usia / tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
Suku / bangsa :
Status pernikahan :
Agama / keyakinan :
Pekerjaan / sumber penghasilan :
Diagnosa medik :
No. RM :
Tanggal masuk :
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan / sumber penghasilan :
Hubungan dengan klien :
C. KELUHAN UTAMA
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara keluhan yang dirasakan yang
didapatkan secara langsung dari pasien/ keluarga.
D. RIWAYATKESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang didapatkan mulai dari pasien mengalami keluhan
sampai mencari pelayanan kesehatan sampai ,mendapatkan terapi dan harus
menjalani terapi HD (pasien HD pertama).
2. Kondisi atau keluhan yang di rasakan oleh pasien setelah HD sampai HD
kembali(bagi pasien menjalani HD rutin).
2. Riwayat kesehatan lalu
Riwayat kesehatan dahulu di dapatkan dari pengalaman pasien mengalami kondisi
yang berhubungan dengan gangguan system urinaria(missal DM,hipertensi,BPH
dll)
3. Riwayat kesehatan keluarga
Di dapatkan dari riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit
pasien sekarang (DM,hiperensi ,penyakit sistem perkemihan)
E. POLA KEBUTUHAN DASAR (Virginia handerson)
Di kaji sebelum sakit dan saat HD(pasien HD pertama)
Di kaji HD sebelumnya dan saat HD kembali(pasien HD rutin)
1. Oksigenasi
Meliputi fungsi pernafasan (RR, alat bantu pernafasan)
2. Nutrisi
Dikaji riwayat diit makan dan minum sebelum sakit yang meliputi jenis,
frekuensi.
Dikaji kepatuhan klien terhadap diitnya
3. Eliminasi ( BAB & BAK )
Dikaji Frekuensi dan kapasitas
4. Aktivitas / mobilitas fisik
Dikaji dari pekerjaan sehari-hari yang berkaitan dengan penyakit GGK
5. Istirahat dan Tidur
Adakah gangguan pola tidur
6. Pola Berpakaian
Dilakukan secara mandiri / tidak
7. Kebutuhan bekerja
Dikaji masih dapat bekerja atau tidak setelah sakit
3. 8. Pola Mempertahankan Temperatur Tubuh
Memakai pakean tebal jika dingin
Memakai pakean tipis jika panas
Dilakukan secara mandiri / tidak
9. Personal hygiene
Mandi
Cuci rambut
Gunting kuku
Gosok gigi
Dilakukan secara mandiri / tidak
10. Rekreasi
Jenis rekreasi yang dilakukan
11. Pola rasa aman dan nyaman
Merasa nyaman bersama keluarga
Merasa nyaman dengan perawat
Merasa nyaman jika dirumah
Gangguan rasa nyaman dengan nyeri (jika ada) dan sesak
12. Pola berkomunikasi
Bahasa
Lancar / tidak
13. Pola sepiritual
Harapan klien dengan penyakitnya, bagaimana menjalankan ibadahnya.
14. Pola belajar
Kondisi penyakit klien sudah mengerti atau belum tentang penyakit, diit, terapi
yang dijalani, pembatasan cairan, prognosis penyakit.
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala :
- Rambut rontok
- Neuro :
penurunan kesadaran.
Nyeri ( pusing )
4. Kejang karena keracunan pada SSP
Kelemahan karena suplai O2 kurang
Baal ( mati rasa dan Kram ) karena rendahnya kadar Ca dan PH
- Mata :
Konjungtiva anemis
- Hidung :
Cuping hidung
- Mulut :
stomatitis, bleeding/ perdarahan, nafas bau ammonia.
2. Leher :
- Hiperparathyroid karena peningkatan reabsorbsi kalsium dari
tulang,hiperkalemia, hiperkalsiuria, prembesaran vena jugularis.
3. Dada :
- bunyi nafas tambahan (Wheezing), otot bantu pernafasan, Dypsnue, edema
pulmo, suara paru (ronkhi) , .bunyi jantung
4. Abdomen :
- Asites, gangguan peristaltik, bleeding
5. Ekstremitas :
- CRT > 4 detik, edema, nyeri, kekakuan otot
6. Integument :
- pruritis, kulit kering, warna kehitaman, turgor kulit jelek, bersisik dan dekubitus.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pada pasien gagal ginjal pemeriksaan laboraturium meliputi :
a. Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan hematologi
- Hb menurun adanya anemia.
- Eritrosit
- Leukosit
- Trombosit
2) Pemeriksaan RFT ( renal fungsi test)
- Ureum ( 20-40 mg/dl)
- Kreatinin ( 0,5-1,5 mg/dl)
3) Pemeriksaan LFT (liver fungsi test )
4) Pemeriksaan elektrolit
- Klorida
- Kalium
- Kalsium
5. 5) CCT (Clearance Creatinin Test)
6) GFR
b. Pemeriksaan urin :
1) Urin rutin
- Protein
penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan sintesis,karena
kekurangan asam amino esensialpemeriksaan Urin : ureum, kreatinin, elektrolit,
osmolaritas, dan berat jenis.
2) Urin khusus
- Benda keton
- Analisa kristal / batu
3)
Pemeriksaan Laboratorium
Berguna Untuk menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan
derajat GGK, menentukan gangguan sistem, dan membantu menetapkan
etiologi. Blood ureum nitrogen (BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat,
magnesium meningkat, kalsium menurun, Kelainan hasil pemeriksaan Lab.
lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.
a. Laboratorium.
Volume urine, Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguria) terjadi dalam
(24 jam – 48) jam setelah ginjal rusak
1. Warna Urine, Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah.
2. Berat jenis urine Kurang dari l,020 menunjukan penyakit ginjal contohnya
glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan memekatkan
menetap pada l, 0l0 menunjukkan kerusakan ginjal berat
3. pH Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular ginjal dan rasio
urine/ serum saring (1 : 1)
4. Kliren kreatinin Peningkatan kreatinin serum menunjukan kerusakan ginjal.
5. Natrium Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/ ltr bila ginjal tidak
mampu mengabsorpsi natrium.
6. Bikarbonat Meningkat bila ada asidosis metabolik.
7. Protein Proteinuria derajat tinggi (+3 – +4 ) sangat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila Sel darah merah dan warna Sel darah merah tambahan juga ada.
Protein derajat rendah (+1 – +2) dan dapat menunjukan infeksi atau nefritis
intertisial.
8. Warna tambahan Biasanya tanda penyakit ginjal atau infeksi tambahan warna
merah diduga nefritis glomerulus.
9. Hemoglobin, Menurun pada anemia.
6. 10. Sel darah merah, Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan / penurunan
hidup.
11. Kreatinin, Biasanya meningkat pada proporsi rasio (l0:1)
12. Osmolalitas, Lebih besar dari 28,5 m Osm/ kg, sering sama dengan urine.
13. Kalium, Meningkat sehubungan dengan retensi urine dengan perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
14. Natrium, Biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.
15. pH, Kalium & bikarbonat, Menurun.
16. Klorida fosfat & Magnesium, Meningkat.
17. Protein, Penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan penurunan pemasukan dan penurunan sintesis
karena kekurangan asam amino esensial.
Pemeriksaan Radiologi
a. Pemeriksaan EKG, Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia,dan gangguan elektrolit (hiperkalemi,
hipokalsemia). Kemungkinan abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam/basa.
b. Pemeriksaan USG(ultrasonografi), untuk menilai besar dan bentuk ginjal,
tebal korteks ginjal, ureter proksimal dan kandung kemih.
c. Pemeriksaan Radiologi, Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
d. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai
bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
e. Pieolografi Intra-Vena (PIV)
Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk menilai
sistem pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
g. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload),
efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.
h. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.
i. Pemeriksaan biopsi ginjal
Diagnosis histologi dari penyakit ginjal membutuhkan biopsi ginjal. Biopsi ginjal
yaitu mengambil jaringan dan kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.
7. H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada penyakit ginjal dan batasan
karakteristiknya
1. Kelebihan volume cairan
Batasan karakteristik
Subjektif
Ansietas
Dipsnea atau bernapas dangkal
Objektif
Bunyi napas tidak normal (ronkhi basah halus atau ronkhi basah kasar)
Perubahan elektrolit
Anasarka
Ansietas
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola respirasi
Penurunan hemoglobin dan hematokrit
Edema
Oliguria
Efusi pleura
Gelisah
Pertambahan berat badan dalan periode singkat
Perubahan berat jenis
Faktor yang berhubungan
Disfungsi ginjal, gagal jantung,retensi natrium,imobilitas,dan aktivitas lainnya
2. Gangguan pertukaran gas
Batasan karakteristik
Subjektif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun
Objektif
Gas darah arteri tidak normal
pH arteri tidak normal
ketidaknormalan frekuensi,irama, dan kedalaman pernapasan.
8. Warna kulit tidak normal(missal: pucat dan kehitaman)
Hipoksia
Hipoksemia
Gelisah
Takikardia
Edema pulmo
Suara paru (ronkhi)
Faktor yang berhubungan
Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
3. Gangguan perfusi jaringan renal
Batasan karakteristik
Objektif
Perubahan tekanan darah diluar parameter yang dapat diterima
Tidak ada denyut arteri
Peningkatan rasio BUN(Blood Urea Nitrogen)/kreatinin
Hematuria
Oliguria/anuria
Kulit berwarna pucat saat dinaikkan
Faktor yang behubungan
Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah.
4. Intoleransi aktivitas
Batasan Karakteristik
Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga.
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.
Objektif
Denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas.
Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
Skala intoleransi aktv. 1-5………………..
Fakor yang berhubungan :
Ketidakseimbangan suplai oksigen
5. Gangguan integritas kulit
Batasan karakteristik
Objektif
Gangguan pada permukaan kulit(epidermis)
Kerusakan pada lapisan kulit (dermis)
9. Faktor yang berhubungan
Peningkatan ureum
6. Resiko gangguan nutrisi
Batasan karakteristik
Subjektif
Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
Melaporkan kurangnya makanan
Kram abdomen
Objektif
Tidak tertarik untuk makan
Kerapuhan kapiler
Kehilangan rambut yang berlebihan
Kurang minat pada makanan
Kelemahan otot untuk mengunyah atau menelan
Konjuntiva dan membran mukosa pucat
Tonus otot buruk
Menolak untuk makan
Kurang informasi
ABCD
Faktor yang berhubungan :
Faktor fisiologis
7. Penurunan curah jantung
Batasan karakteristik
Subjektif
Nyeri dada
Dispnea
Kelelahan
Napas pendek
Vertigo
Kelemahan
Objektif
Foto sinar X dada tidak normal(kongestif vaskuler paru)
Enzim jantung tidak normal
Perubahan status mental
Aritmia
Batuk
Penurunan curah jantung dengan termodelusi
Penurunan nadi perifer
Perubahan EKG
10. Edema
Peningkatan tekanan arteri paru
Peningkatan denyut jantung
Peningkatan kecepatan napas
Distensi vena jugularis
Okssigen vena bercampur
Oliguri
Ortopnea
Ronki basah
Kegelisahan
Perubahan warna kulit
Penggunaan otot-otot bantu
Hasil pembacaan tekanan darah berbeda-beda
Peningkatan berat badan
Mengi
Faktor yang berhubungan
Peningkatan beban kerja ventrikular
1. Resiko terjadinya cidera
2. Kurang pengetahuan
3. Deficit perawatan diri
4. Kecemasan (Numeric Scale )
8. Tidak efektifnya pola napas b/d gangguan transportasi oksigen
DS: sesak napas, sulit tidur, pusing
DO: RR, tampak sesak, anemia
9. Cemas b/d kurang pengetahuan tentang HD
DS: adanya rasa cemas dan rasa takut
10. gangguan eliminasi BAB (konstipasi) b/d perubahan diet
11. Gangguan istirahat dan tidur
12. Gangguan konsep diri
13. Hiperkalemia
14. hipovolemia
15. Hipervolemia
I. INTERVENSI
n
o
DX kep Intervensi
NOC NIC rasionalisasi
1 ganggua
n
integrita
s kulit
Hasil yang
diharapkan :
kulit hangat, utuh,
turgor baik,
tidak ada lesi
a. Inspeksi kulit
terhadap
Perubahan Warna,
turgor, perhatikan
kemerahan,ekskori
Menandakan area
sirkulasi buruk,
yang dapat
menimbulkan
dekubitus
11. asi..
b. Kaji keadaan kulit
terhadap
kemerahan dan
adanya excoriasi.
c. Pantau masukan
cairan dan hidrasi
kulit, membran
mukosa.
d. Ganti posisi tiap 2
jam sekali, beri
bantalan pada
tonjolan tulang ,
pelindung siku dan
tumit..
e. Jaga keadaan kulit
agar tetap kering
dan bersih.
f. Anjurkan pada
klien untuk
menggunakan
pakaian yang tipis
dan kering yang
Sirkulasi darah yang
kurang
menyebabkan kulit
mudah rusak dan
memudahkan
timbulnya dicubitus/
infeksi
R/ Deteksi adanya
dehidrasi yang
mempengaruhi
integritas jaringan
pada tingkat seluler.
R/ Mengurangi/
menurunkan tekanan
pada daerah yang
edema, daerah yang
perfusinya kurang
baik untuk
mengurangi/menuru
nkan iskemia
jaringan
R/ Kulit yang basah
terus menerus
memicu terjadi
iritasi yang
mengarah terjadinya
dikubitus.
R/ Mencegah iritasi
kulit dan
meningkatkan
evaporasi.
R/ Menghilangkan
ketidaknyamanan
dan menurunkan
12. menyerap keringat
dan bebas keriput.
g. Anjurkan pasien
menggunakan
kompres lembab
dan dingin.
h. Kolaborasi dalam
pemberian foam
dan tempat tidur
angin..
resiko cedera
R/ Mencegah
penekanan yang
terlalu lama pada
jaringan yang dapat
membatasi ferfusi
seluler, sehingga
dapat mengurangi
iskemik jaringan
2 gngguan
perfusi
jaringan
Tujuan : peningkatan
perfusi jaringan
Kriteria hasil :
menunjukkan perfusi
adekuat,
misalnya tanda vital
stabil.
1. Awasi tanda vital
kaji pengisian
kapiler, warna
kulit/membrane
mukosa, dasar
kuku.
2. Tinggikan kepala
tempat tidur sesuai
toleransi.
3. Awasi upaya
pernapasan ;
auskultasi bunyi
napas perhatikan
bunyi adventisius.
Rasional :
memberikan
informasi tentang
derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu
menetukan
kebutuhan
Rasional :
meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
Catatan :
kontraindikasi bila
ada hipotensi
Rasional : dispnea,
gemericik
menununjukkan
gangguan jajntung
karena regangan
jantung
lama/peningkatan
kompensasi curah
jantung.
13. 4. Selidiki keluhan
nyeri
dada/palpitasi.
5. Hindari
penggunaan botol
penghangat atau
botol air panas.
Ukur suhu air
mandi dengan
thermometer.
6. Berikan sel darah
merah
lengkap/packed
produk darah
sesuai indikasi.
7. Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
Rasional : iskemia
seluler
mempengaruhi
jaringan miokardial/
potensial risiko
infark
Rasional :
termoreseptor
jaringan dermal
dangkal karena
gangguan oksigen.
Kolaborasi
pengawasan hasil
pemeriksaan
laboraturium
Rasional :
mengidentifikasi
defisiensi dan
kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi
Rasional :
memaksimalkan
transport oksigen ke
jaringan.
3 intolera
nsi
aktivitas
Tujuan : klien
mampu berpartisipasi
dalam aktifitas yang
dapat ditoleransi
1. Kaji kemampuan
ADL pasien.
2. Kaji kehilangan
atau gangguan
keseimbangan,
gaya jalan dan
kelemahan otot.
Rasional :
mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan.
Rasional :
menunjukkan
perubahan
neurology karena
defisiensi vitamin
14. 3. Observasi tanda-
tanda vital sebelum
dan sesudah
aktivitas.
4. Berikan
lingkungan tenang,
batasi pengunjung,
dan kurangi suara
bising, pertahankan
tirah baring bila di
indikasikan.
5. Gunakan teknik
menghemat energi,
anjurkan pasien
istirahat bila terjadi
kelelahan dan
kelemahan,
anjurkan pasien
melakukan
aktivitas
semampunya
(tanpa
memaksakan diri)..
B12 mempengaruhi
keamanan
pasien/risiko cedera
Rasional :
manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan
paru untuk
membawa jumlah
oksigen adekuat ke
jaringan
Rasional :
meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
tubuh dan
menurunkan
regangan jantung
dan paru
Rasional :
meningkatkan
aktivitas secara
bertahap sampai
normal dan
memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa
kelemahan.
Meingkatkan harga
diri dan rasa
terkontrol
4 kelebiha
n
volume
cairan
Tujuan : pasien
menunjukkan
pengeluaran urin
tepat seimbang
dengan pemasukan.
1. Monitor denyut
jantung, tekanan
darah, CVP
2. Catat intake &
output cairan,
15. Kriteria Hasil :
Hasil laboratorium
mendekati normal
BB stabil
Tanda vital dalam
batas normal
Tidak ada edema
termasuk cairan
tersembunyi seperti
aditif antibiotic,
ukur IWL
3. Awasi BJ urin
4. Batasi masukan
cairan
5. Monitor rehidasi
cairan dan berikan
minuman
bervariasi
6. Timbang BB tiap
hari dengan alat
dan pakaian yang
sama
7. Kaji kulit,wajah,
area tergantung
untuk edema.
Evaluasi derajat
edema (skala +1
sampai +4)
8. Auskultasi paru
dan bunyi jantung
9. Kaji tingkat
kesadaran : selidiki
perubahan mental,
adanya gelisah
10. kolaborasi :
a. Perbaiki
penyebab,
misalnya perbaiki
perfusi ginjal, me ↑
COP
b. Awasi Na dan
Kreatinin Urine Na
serum, Kalium
serumHb/ Ht
c. Rongent Dada
d. Berikan Obat
sesuai indikasi : :
Furosemid,
Manitol;
Antihipertensi :
16. Klonidin,
Metildopa
e. Masukkan/pertaha
nkan kateter tak
menetap sesuai
indikasi
f. Siapkan untuk
dialisa sesuai
indikasi
ganggua
n
nutrisi
kurang
dr
kebutuh
an
Tujuan : kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : -
menunujukkan
peningkatan/mempert
ahankan berat badan
dengan nilai
laboratorium normal.
tidak mengalami
tanda mal nutrisi.
Menununjukkan
perilaku, perubahan
pola hidup untuk
meningkatkan dan
atau
mempertahankan berat
badan yang sesuai.
1. Kaji/catat
pemasukan diet
status nutrisi dan
kebiasaan makan.
2. Identifikasi
perubahan pola
makan..
3. Berikan makanan
sedikit dan sering..
4. Anjurkan pasien
untuk mematuhi
diet yang telah
diprogramkan.
5. Tawarkan
perawatan mulut,
berikan permen
karet atau penyegar
R./ Untuk
mengetahui tentang
keadaan dan
kebutuhan nutrisi
pasien sehingga
dapat diberikan
tindakan dan
pengaturan diet yang
adekuat.
R/ Mengetahui
apakah pasien telah
melaksanakan
program diet yang
ditetapkan
R/ Meminimalkan
anoreksia dan mual
R/Kepatuhan
terhadap diet dapat
mencegah
komplikasi
terjadinya hipertensi
yang lebih berat
R/ Menghindari
membran mukosa
mulut kering dan
pecah
R./ Mengetahui
17. mulut diantara
waktu makan.
6. Timbang berat
badan setiap
seminggu sekali.
7. Kolaborasi: konsul
dengan dokter
untuk pemberikan
obat sesuai dengan
indikasi; Nabic,
Anti emetik dan
anti hipertensi.
8. Kolaborasi: konsul
dengan ahli gizi
untuk pemberian
diet tinggi kalori,
rendah protein,
rendah garam
(TKRPRG).
perkembangan berat
badan pasien (berat
badan merupakan
salah satu indikasi
untuk menentukan
diet).
R./ Nabic dapat
mengatasi/memperb
aiki asidosis. anti
emitik akan
mencegah
mual/muntah dan
obat anti hipertensi
akan mempercepat
penurunan tekanan
darah.
R./ Pemberian diet
yang sesuai dapat
mempercepat
penurunan tekanan
darah dan mencegah
komplikasi
7 anemia Tujuan : Terjadi
peningkatan kadar
Hb.
Kriteria :
Kadar Hb dalam batas
normal,
perfusi jaringan baik,
akral hangat, merah
dan kering.
1. Pertahankan
kebersihan tanpa
menyebabkan kulit
kering.
2. Cegah
penghangatan yang
berlebihan dengan
mempertahankan
R/ kekeringan
meningkatkan
sensitivitas kulit
dengan merangsang
ujung saraf
R/ penghangatan
yang berlebihan
meningkatkan
sensitivitas melalui
vaso dilatasi
18. suhu ruangan yang
sejuk dengan
kelembaban yang
rendah, hindari
pakaian yang
terlalu tebal.
3. Anjurkan tidak
menggaruk.
4. Observasi tanda-
tanda vital..
R/ Garukan
merangsang
pelepasan histamin.
Kolaborasi dalam:
Pemberian transfusi
Pemeriksaan
laboratorium Hb.
8 penurun
an curah
jantung
Tujuan : Tidak
terjadi penurunan
curah jantung,
1. Monitor tekanan
darah, nadi, catat
bila ada perubahan
tekanan darah
akibat perubahan
posisi Auskultasi
suara jantung dan
paru. Evaluasi
adanya edema,
perifer, kongesti
vaskuler dan
keluhan dispnoe.
2. Kaji tingkat
kemampuan klien
beraktivitas.dan
batasi aktivitas
berlebihan
3. Beri tambahan O2
R/ Adanya edema
paru, kongesti
vaskuler, dan
keluhan dispnea
manunjukan adanya
renal failure
R/ Hipertensi yang
signifikan
merupakan akibat
dari gangguan renin
angiotensin dan
aldosteron. Tetapi
ortostatik hipotensi
juga dapat terjadi
akibat dari defisit
intravaskular fluid.
R/ Kelemahan dapat
terjadi akibat dari
tidak lancarnya
sirkulasi darah.dan b
eban jantung
dipengaruhi oleh
aktivitas berlebihan
R/ meningkatkan
sediaan oksigen
pada miokard