SIADH merupakan penyebab utama hiponatremia pada pasien onkologi. Penatalaksanaan optimal SIADH memerlukan evaluasi medis yang mendalam untuk mendiagnosis penyebabnya. Hiponatremia yang diinduksi SIADH dapat menyebabkan komplikasi serius dan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
2. Pendahuluan
Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting agar tubuh dapat bekerja secara
sempurna. Keseimbangan ini dipertahankan melalui mekanisme tertentu yang rumit yang
melibatkan ginjal, paru, dan sistem pembuluh darah jantung (kardiovaskular). Salah satu
pengaturan kerja ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh hormon antidiuretik (ADH), yang juga dikenal sebagai arginine
vasopressin (AVP). ADH merupakan hormon yang menghambat diuresis dengan
cara menahan air di tubulus ginjal sehingga membuat kadar natrium berkurang
didalam tubuh (Hiponatremia). Hiponatremia merupakan gangguan keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit yang paling sering ditemukan dalam praktik klinis.
Hiponatremia terjadi pada 15-20% perawatan gawat darurat di rumah sakit dan mengenai
hampir 20% pasien yang berada dalam kondisi kritis.
4. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH) didefinisikan sebagai
suatu keadaan hiponatremia dan hipo-osmolalitas yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi yang
tidak tepat, sekresi yang terus menerus atau kinerja hormon yang tidak normal, atau terjadinya peningkatan
volume plasma yang menyebabkan terganggunya ekskresi air (Thomas et al, 2016).
Tao dan Kendall (2014) menyebutkan bahwa SIADH adalah suatu kondisi dimana terjadi
overproduksi ADH yang paling sering terjadi karena produksi ektopik ADH oleh suatu neoplasma
(misalnya kanker paru small cell). Overproduksi ADH dapat menimbulkan terjadinya retensi air dan
hiponatremia. Gambaran klinis dari SIADH adalah munculnya keluhan dan gejala hiponatremia berupa
perubahan status mental dan ketidak mampuan mengencerkan urine
5. Macam penyebab utama Gejala/macam obat
Hasilan ADH ektopik Karsinoma sel kecil paru (small
cell lung carcinoma)
Karsinoma usus duabelas jari
(duodenum) dan pankreas
Karsinoma nasofaring
Keganasan saluran kemih
Mesotelioma Timoma
Terimbas obat Desmopresin Selective
Serotonin reuptake inhibitors
Klorpromazin Quinolon
Siklofosfamid Vinkristin
Cisplatin
Gangguan jaras baroreseptor Paru: pneumonia, infeksi
jamur, tuberkulosis, abses
SSP: tumor, infeksi, trauma,
perdarahan
Penyebab lain AIDS Olah raga berat
Psikosis akut
ETIOLOGI
8. Penentuan diagnosa SIADH yang paling baik adalah dengan menggunakan
kriteria klasik Bartter-Schwartz, yaitu:
1. Terdapat hipo-osmolalitas (osmolalitas plasma <280 mOsm/kg, atau
kepekatan natrium plasma <135 mEq/ L),
2. Osmolalitas air kemih >100 mOsm/kg,
3. Euvolemia ( status cairan tubuh normal)
4. Kadar natrium air kemih >40 mEq/L (walaupun masukan/intake garam dan
air normal),
5. Tidak didapatkan kelainan ginjal, adrenal, kelenjar gondok (tiroid), jantung,
atau hati.
9. Kegawatan pada SIADH
Kadar natrium < 120 mEq/L atau telah terjadi
hiponatremi akut< 48 jam mengakibatkan
seseorang mengalami edema serebral,
neurogenic pulmonary oedema, kejang
dan koma
10. Penatalaksanaan Medik
SIADH harus ditujukan untuk mengatasi
keadaan patologis yang mendasarinya :
Keganasan SIADH, akan membaik dengan
kemoterapi.
Hiponatremia yang terjadi karena metastasis
dalam otak, dapat diatasi dengan pemberian
kortikosteroid dan pengobatan radiasi.
Di samping itu, penting untuk menghentikan
penggunaan obat yang dapat memicu SIADH
terjadi
18. Intervensi Keperawatan
04
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
D.0066 Penurunan
Kapasitas Adaptif
Intrakranial b.d. Lesi
menempati ruang; Gangguan
metabolisme( Hiponatremi);
Edema Serebral
Ditandai dengan :
DS:
Sakit kepala
DO:
Tekanan darah meningkat
dengan tekanan nadi (pulse
pressure) melebar
Bradikardia
Pola napas ireguler
Tingkat kesadaran menurun
Respon pupil melambat atau
tidak sama
Refleks neurologis
terganggu
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam, maka kapasitas adaptif
intrakranial meningkat, dengan kriteria hasil:
• Tingkat kesadaran meningkat
• Sakit kepala menurun
• Bradikaria menurun
• Tekanan darah membaik
• Tekanan nadi membaik
• Pola napas membaik
• Respon pupil membaik
• Refleks neurologis membaik
Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
Pemantauan tekanan intrakranial
Observasi
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (misalnya: lesi, gangguan metabolism, edema serebral)
Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (misalnya: tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar,
bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
Monitor status pernapasan
Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Berikan posisi semi fowler
Hindari manuver valsava
Cegah terjadinya kejang
Hindari pemberian cairan IV hipotonik
Pertahankan suhu tubuh normal
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
19. Monitor status respirasi dan oksigenasi (misal: frekuensi dan kedalaman
napas,pola, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi
oksigen)
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
D.0022
Hipervolemia b.d Gangguan
mekanisme regulasi
Ditandai dengan :
Dispnea
Oligouria
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, maka keseimbangan cairan meningkat, dengan
kriteria hasil:
Output urin meningkat
Dispnea menurun
Frekuensi nadi membaik
Tekanan darah membaik
Manajemen hipervolemia
Pemantauan cairan
Observasi
Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis: ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif,
suara napas tambahan)
Identifikasi penyebab hypervolemia
Monitor status hemodinamik (mis: frekuensi nadi, tekanan darah, MAP)
Monitor intake dan output cairan
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis: osmolaritas serum, hematokrit, natrium, kalium, dan BUN)
Monitor kecepatan infus secara ketat
Monitor efek samping diuretic (mis: hipotensi ortostatik, hypovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
Terapeutik
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 derajat
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
20. Kesimpulan
Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk
mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang
ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.
2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan. Pada kasus ringan retensi cairan
dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa
sampai konsentrasi natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang
berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.
3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan
tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang
cermat masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan emosional
22. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion
(SIADH): Penatalaksanaan Optimal
Mentrasti G, Scortichini L, Torniai M, Giampieri R, Morgese F, Rinaldi S, Berardi R. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone
Secretion (SIADH): Optimal Management. Ther Clin Risk Manag. 2020 Jul 24;16:663-672. doi: 10.2147/TCRM.S206066. PMID: 32801723;
PMCID: PMC7386802.
Abstrak
Hiponatremia, didefinisikan sebagai konsentrasi natrium serum <135 mEq/l, adalah gangguan keseimbangan elektrolit yang paling
umum dalam praktek klinis. Banyak penyebab yang disebutkan, tetapi sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai
(SIADH) tentunya yang paling relevan, terutama pada pasien onkologis dan rawat inap. Dalam ulasan ini, aspek patofisiologis dan
klinis dijelaskan secara rinci. Riwayat medis pasien yang ekstensif dan tes fisik dan biokimia terstruktur dianggap sebagai tonggak
yang menandai cara manajemen SIADH untuk memberikan deteksi dini dan koreksi yang tepat. Kami memfokuskan perhatian kami
pada peran prognostik yang buruk dan efek negatif pada kualitas hidup pasien dari hiponatremia yang diinduksi SIADH baik dalam
keadaan ganas maupun tidak ganas
• Ketertarikan dan pengetahuan tentang kondisi klinis ini telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, sedemikian rupa
sehingga membenarkan perubahan namanya, dari SIADH menjadi SIAD (sindrom antidiuresis yang tidak sesuai), sesuai dengan
fakta bahwa tidak semua pasien yang terkena mengalami peningkatan kadar ADH yang bersirkulasi, akibat peningkatan pelepasan
oleh kelenjar hipofisis atau produksi ektopik. Aktivitas ADH yang abnormal pada reseptor ginjal atau aktivasi konstitutif dari
reseptor vasopresin V2 (V2R) telah diidentifikasi sebagai penyebab antidiuresis yang tidak sesuai dengan kadar hormon yang
normal atau tidak terukur
Banyak penyebab SIADH terdaftar (Tabel 1)
23.
24. • SIADH adalah penyebab terpenting hiponatremia pada pasien onkologi dan rawat inap. Biasanya ditemukan pada
pasien dengan kanker paru-paru, khususnya kanker paru-paru sel kecil (SCLC): prevalensi pada kelompok ini
diperkirakan 7-16% dan tampaknya 70% dari semua SIADH akibat keganasan disebabkan oleh SCLC. 9 Insiden kanker
paru lainnya lebih rendah (0,4-2%). Presentasi klinis SIADH terkait dengan tingkat keparahan hiponatremia dan
kecepatan onset, yang menentukan bentuk hiponatremia akut dan kronis. Gejala mencerminkan upaya otak untuk
mencegah penurunan konsentrasi natrium serum dengan memindahkan jumlah air yang berlebihan dari ekstraseluler ke
ruang intraseluler, mengikuti gradien osmotik dan menyebabkan edema serebral menyebabkan herniasi tentorial dan
akibatnya kematian akibat henti napas dan/atau cedera otak vaskular. Ini biasanya terjadi ketika hiponatremia
berkembang dengan cepat, dan otak memiliki terlalu sedikit waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hipotonik
ini. Jika pasien selamat, sistem saraf pusat melakukan proses adaptasinya, yang terdiri dari perpindahan zat terlarut,
terutama kalium dan molekul kecil, dari sel otak ke ruang ekstraseluler, mencoba memulihkan volume otak. Proses ini
diwujudkan dalam 12-48 jam, jadi inilah mengapa ambang batas 48 jam digunakan untuk membedakan hiponatremia
akut (<48 jam) dari kronis (>48 jam).
• Menentukan osmolalitas plasma adalah langkah pertama dalam pemeriksaan diagnostik hiponatremia. Sayangnya,
pengukuran cepat osmolalitas tidak selalu tersedia. Itu dapat dihitung menggunakan rumus ini
2 × Na (mmol/l) + glukosa (mg/dl)/18 + urea (mg/dl)/2.8
25. Pengobatan dan Penatalaksanaan SIADH
● Beberapa dekade yang lalu, perhatian difokuskan pada penyakit yang mendasari
atau obat yang bertanggung jawab. Ini dianggap sebagai pilihan terbaik yang
tersedia untuk mengobati SIADH. Jika penyebab utama tidak dapat dihilangkan, opsi
pengobatan tambahan termasuk: pembatasan cairan, pemberian natrium melalui
sediaan oral atau, dalam kasus yang lebih parah, infus atau bolus saline hipertonik
(3%).
● Untuk memastikan penatalaksanaan SIADH yang optimal, faktor-faktor seperti
etiologi, waktu onset, tingkat keparahan, gejala, dan status volume
ekstraseluler harus mengarah pada tindakan koreksi.
26. Kesimpulan
● Sebagai literatur yang solid telah dikonfirmasi selama bertahun-tahun, peran prognostik dan efek negatif
pada kualitas hidup pasien hiponatremia yang diinduksi SIADH dapat diatasi dengan intervensi
terapeutik dini dan tepat, secara tidak langsung menghasilkan hasil yang lebih baik dan biaya kesehatan
yang lebih rendah.
● Untuk memastikan koreksi kadar natrium subnormal yang tepat dan cepat dengan dampak positif
pada kondisi dan kelangsungan hidup pasien, pengobatan SIADH harus disesuaikan dengan
karakteristik klinis, parameter biokimia, dan pengaturan onset yang berbeda.
● Temuan studi terbaru telah memperkuat pendekatan farmakologis berdasarkan tolvaptan untuk
pengelolaan optimal hiponatremia sekunder akibat SIADH dan nilai prognostiknya dalam
pengaturan kanker.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7386802/
27. Credits: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik
Terimakasih