SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
SIADH
Syndrome of
Inappropriate
Diuretic Hormone
Disusun Oleh Kelompok 8 :
Nur Hidayah
Yeni Candra
Zainab
Pendahuluan
Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting agar tubuh dapat bekerja secara
sempurna. Keseimbangan ini dipertahankan melalui mekanisme tertentu yang rumit yang
melibatkan ginjal, paru, dan sistem pembuluh darah jantung (kardiovaskular). Salah satu
pengaturan kerja ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh hormon antidiuretik (ADH), yang juga dikenal sebagai arginine
vasopressin (AVP). ADH merupakan hormon yang menghambat diuresis dengan
cara menahan air di tubulus ginjal sehingga membuat kadar natrium berkurang
didalam tubuh (Hiponatremia). Hiponatremia merupakan gangguan keseimbangan
cairan tubuh dan elektrolit yang paling sering ditemukan dalam praktik klinis.
Hiponatremia terjadi pada 15-20% perawatan gawat darurat di rumah sakit dan mengenai
hampir 20% pasien yang berada dalam kondisi kritis.
DEFINISI
01
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH) didefinisikan sebagai
suatu keadaan hiponatremia dan hipo-osmolalitas yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi yang
tidak tepat, sekresi yang terus menerus atau kinerja hormon yang tidak normal, atau terjadinya peningkatan
volume plasma yang menyebabkan terganggunya ekskresi air (Thomas et al, 2016).
Tao dan Kendall (2014) menyebutkan bahwa SIADH adalah suatu kondisi dimana terjadi
overproduksi ADH yang paling sering terjadi karena produksi ektopik ADH oleh suatu neoplasma
(misalnya kanker paru small cell). Overproduksi ADH dapat menimbulkan terjadinya retensi air dan
hiponatremia. Gambaran klinis dari SIADH adalah munculnya keluhan dan gejala hiponatremia berupa
perubahan status mental dan ketidak mampuan mengencerkan urine
Macam penyebab utama Gejala/macam obat
Hasilan ADH ektopik Karsinoma sel kecil paru (small
cell lung carcinoma)
Karsinoma usus duabelas jari
(duodenum) dan pankreas
Karsinoma nasofaring
Keganasan saluran kemih
Mesotelioma Timoma
Terimbas obat Desmopresin Selective
Serotonin reuptake inhibitors
Klorpromazin Quinolon
Siklofosfamid Vinkristin
Cisplatin
Gangguan jaras baroreseptor Paru: pneumonia, infeksi
jamur, tuberkulosis, abses
SSP: tumor, infeksi, trauma,
perdarahan
Penyebab lain AIDS Olah raga berat
Psikosis akut
ETIOLOGI
Tanda dan
Gejala
02
Penentuan diagnosa SIADH yang paling baik adalah dengan menggunakan
kriteria klasik Bartter-Schwartz, yaitu:
1. Terdapat hipo-osmolalitas (osmolalitas plasma <280 mOsm/kg, atau
kepekatan natrium plasma <135 mEq/ L),
2. Osmolalitas air kemih >100 mOsm/kg,
3. Euvolemia ( status cairan tubuh normal)
4. Kadar natrium air kemih >40 mEq/L (walaupun masukan/intake garam dan
air normal),
5. Tidak didapatkan kelainan ginjal, adrenal, kelenjar gondok (tiroid), jantung,
atau hati.
Kegawatan pada SIADH
Kadar natrium < 120 mEq/L atau telah terjadi
hiponatremi akut< 48 jam mengakibatkan
seseorang mengalami edema serebral,
neurogenic pulmonary oedema, kejang
dan koma
Penatalaksanaan Medik
SIADH harus ditujukan untuk mengatasi
keadaan patologis yang mendasarinya :
 Keganasan SIADH, akan membaik dengan
kemoterapi.
 Hiponatremia yang terjadi karena metastasis
dalam otak, dapat diatasi dengan pemberian
kortikosteroid dan pengobatan radiasi.
 Di samping itu, penting untuk menghentikan
penggunaan obat yang dapat memicu SIADH
terjadi
Algoritme Penanganan
HIPONATREMIA
Pathway
Kegawatan SIADH
03
Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan SIADH
Pengkajian Primer
A : Umumnya tidak terjadi sumbatan jalan nafas pada
pasien, sehingga airway pada pasien clear
B : Takipneu mungkin dapat terjadi
C : Denyut nadi meningkat
D : Kejang, GCS menurun
01
Pengkajian Sekunder
Anamnesis : Keluhan utama + A-M-P-L-E (Allergy -medication-Pertinent medical history
-Last meal –Event)
02
B1 (Breathing) : Takipnea
B2 (Blood) : Distensi vena jugularis, denyut nadi meningkat
B3 (Brain) : Nyeri Kepala, muntah, kejang, konfusi, disorientasi, koma
B4 (Bladder) : Penurunan output urine, penurunan frekuensi BAK,
B5 (Bowel) : Muntah,mual, nafsu makan menurun, peningkatan BB tiba-
tiba (tanpa oedema)
B6 (Bone) : Kelemahan,Letargi, Kram otot
Diagnosa Keperawatan
 D.0066 Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial b.d. Lesi menempati ruang; Gangguan
metabolisme( Hiponatremi); Edema Serebral
 D.0022 Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi
03
Intervensi Keperawatan
04
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
D.0066 Penurunan
Kapasitas Adaptif
Intrakranial b.d. Lesi
menempati ruang; Gangguan
metabolisme( Hiponatremi);
Edema Serebral
Ditandai dengan :
DS:
Sakit kepala
DO:
Tekanan darah meningkat
dengan tekanan nadi (pulse
pressure) melebar
Bradikardia
Pola napas ireguler
Tingkat kesadaran menurun
Respon pupil melambat atau
tidak sama
Refleks neurologis
terganggu
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam, maka kapasitas adaptif
intrakranial meningkat, dengan kriteria hasil:
• Tingkat kesadaran meningkat
• Sakit kepala menurun
• Bradikaria menurun
• Tekanan darah membaik
• Tekanan nadi membaik
• Pola napas membaik
• Respon pupil membaik
• Refleks neurologis membaik
Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
Pemantauan tekanan intrakranial
Observasi
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (misalnya: lesi, gangguan metabolism, edema serebral)
Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (misalnya: tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar,
bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
Monitor status pernapasan
Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Berikan posisi semi fowler
Hindari manuver valsava
Cegah terjadinya kejang
Hindari pemberian cairan IV hipotonik
Pertahankan suhu tubuh normal
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
Monitor status respirasi dan oksigenasi (misal: frekuensi dan kedalaman
napas,pola, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi
oksigen)
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
D.0022
Hipervolemia b.d Gangguan
mekanisme regulasi
Ditandai dengan :
Dispnea
Oligouria
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, maka keseimbangan cairan meningkat, dengan
kriteria hasil:
Output urin meningkat
Dispnea menurun
Frekuensi nadi membaik
Tekanan darah membaik
Manajemen hipervolemia
Pemantauan cairan
Observasi
Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis: ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif,
suara napas tambahan)
Identifikasi penyebab hypervolemia
Monitor status hemodinamik (mis: frekuensi nadi, tekanan darah, MAP)
Monitor intake dan output cairan
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis: osmolaritas serum, hematokrit, natrium, kalium, dan BUN)
Monitor kecepatan infus secara ketat
Monitor efek samping diuretic (mis: hipotensi ortostatik, hypovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
Terapeutik
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 derajat
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
Kesimpulan
Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk
mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang
ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.
2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan. Pada kasus ringan retensi cairan
dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa
sampai konsentrasi natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang
berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.
3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan
tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang
cermat masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan emosional
Trend dan issue
Pada kegawatdaruratan SIADH
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion
(SIADH): Penatalaksanaan Optimal
Mentrasti G, Scortichini L, Torniai M, Giampieri R, Morgese F, Rinaldi S, Berardi R. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone
Secretion (SIADH): Optimal Management. Ther Clin Risk Manag. 2020 Jul 24;16:663-672. doi: 10.2147/TCRM.S206066. PMID: 32801723;
PMCID: PMC7386802.
Abstrak
Hiponatremia, didefinisikan sebagai konsentrasi natrium serum <135 mEq/l, adalah gangguan keseimbangan elektrolit yang paling
umum dalam praktek klinis. Banyak penyebab yang disebutkan, tetapi sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai
(SIADH) tentunya yang paling relevan, terutama pada pasien onkologis dan rawat inap. Dalam ulasan ini, aspek patofisiologis dan
klinis dijelaskan secara rinci. Riwayat medis pasien yang ekstensif dan tes fisik dan biokimia terstruktur dianggap sebagai tonggak
yang menandai cara manajemen SIADH untuk memberikan deteksi dini dan koreksi yang tepat. Kami memfokuskan perhatian kami
pada peran prognostik yang buruk dan efek negatif pada kualitas hidup pasien dari hiponatremia yang diinduksi SIADH baik dalam
keadaan ganas maupun tidak ganas
• Ketertarikan dan pengetahuan tentang kondisi klinis ini telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, sedemikian rupa
sehingga membenarkan perubahan namanya, dari SIADH menjadi SIAD (sindrom antidiuresis yang tidak sesuai), sesuai dengan
fakta bahwa tidak semua pasien yang terkena mengalami peningkatan kadar ADH yang bersirkulasi, akibat peningkatan pelepasan
oleh kelenjar hipofisis atau produksi ektopik. Aktivitas ADH yang abnormal pada reseptor ginjal atau aktivasi konstitutif dari
reseptor vasopresin V2 (V2R) telah diidentifikasi sebagai penyebab antidiuresis yang tidak sesuai dengan kadar hormon yang
normal atau tidak terukur
Banyak penyebab SIADH terdaftar (Tabel 1)
• SIADH adalah penyebab terpenting hiponatremia pada pasien onkologi dan rawat inap. Biasanya ditemukan pada
pasien dengan kanker paru-paru, khususnya kanker paru-paru sel kecil (SCLC): prevalensi pada kelompok ini
diperkirakan 7-16% dan tampaknya 70% dari semua SIADH akibat keganasan disebabkan oleh SCLC. 9 Insiden kanker
paru lainnya lebih rendah (0,4-2%). Presentasi klinis SIADH terkait dengan tingkat keparahan hiponatremia dan
kecepatan onset, yang menentukan bentuk hiponatremia akut dan kronis. Gejala mencerminkan upaya otak untuk
mencegah penurunan konsentrasi natrium serum dengan memindahkan jumlah air yang berlebihan dari ekstraseluler ke
ruang intraseluler, mengikuti gradien osmotik dan menyebabkan edema serebral menyebabkan herniasi tentorial dan
akibatnya kematian akibat henti napas dan/atau cedera otak vaskular. Ini biasanya terjadi ketika hiponatremia
berkembang dengan cepat, dan otak memiliki terlalu sedikit waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hipotonik
ini. Jika pasien selamat, sistem saraf pusat melakukan proses adaptasinya, yang terdiri dari perpindahan zat terlarut,
terutama kalium dan molekul kecil, dari sel otak ke ruang ekstraseluler, mencoba memulihkan volume otak. Proses ini
diwujudkan dalam 12-48 jam, jadi inilah mengapa ambang batas 48 jam digunakan untuk membedakan hiponatremia
akut (<48 jam) dari kronis (>48 jam).
• Menentukan osmolalitas plasma adalah langkah pertama dalam pemeriksaan diagnostik hiponatremia. Sayangnya,
pengukuran cepat osmolalitas tidak selalu tersedia. Itu dapat dihitung menggunakan rumus ini
2 × Na (mmol/l) + glukosa (mg/dl)/18 + urea (mg/dl)/2.8
Pengobatan dan Penatalaksanaan SIADH
● Beberapa dekade yang lalu, perhatian difokuskan pada penyakit yang mendasari
atau obat yang bertanggung jawab. Ini dianggap sebagai pilihan terbaik yang
tersedia untuk mengobati SIADH. Jika penyebab utama tidak dapat dihilangkan, opsi
pengobatan tambahan termasuk: pembatasan cairan, pemberian natrium melalui
sediaan oral atau, dalam kasus yang lebih parah, infus atau bolus saline hipertonik
(3%).
● Untuk memastikan penatalaksanaan SIADH yang optimal, faktor-faktor seperti
etiologi, waktu onset, tingkat keparahan, gejala, dan status volume
ekstraseluler harus mengarah pada tindakan koreksi.
Kesimpulan
● Sebagai literatur yang solid telah dikonfirmasi selama bertahun-tahun, peran prognostik dan efek negatif
pada kualitas hidup pasien hiponatremia yang diinduksi SIADH dapat diatasi dengan intervensi
terapeutik dini dan tepat, secara tidak langsung menghasilkan hasil yang lebih baik dan biaya kesehatan
yang lebih rendah.
● Untuk memastikan koreksi kadar natrium subnormal yang tepat dan cepat dengan dampak positif
pada kondisi dan kelangsungan hidup pasien, pengobatan SIADH harus disesuaikan dengan
karakteristik klinis, parameter biokimia, dan pengaturan onset yang berbeda.
● Temuan studi terbaru telah memperkuat pendekatan farmakologis berdasarkan tolvaptan untuk
pengelolaan optimal hiponatremia sekunder akibat SIADH dan nilai prognostiknya dalam
pengaturan kanker.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7386802/
Credits: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik
Terimakasih

More Related Content

Similar to SIADH

slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxSarahShadiqa
 
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptxPPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptxWildaKurniawati2
 
PPT SYOK.pptx
PPT SYOK.pptxPPT SYOK.pptx
PPT SYOK.pptxellynsari
 
Hiperparatiroid, cushing’s disease dan krisis adrenal
Hiperparatiroid, cushing’s disease dan krisis adrenalHiperparatiroid, cushing’s disease dan krisis adrenal
Hiperparatiroid, cushing’s disease dan krisis adrenalfikri asyura
 
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru LahirPenatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahirmsholehkosim
 
Format pengkajian-askep-pada-pasien-hemodialisa
Format pengkajian-askep-pada-pasien-hemodialisaFormat pengkajian-askep-pada-pasien-hemodialisa
Format pengkajian-askep-pada-pasien-hemodialisaYabniel Lit Jingga
 
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.Aprita Ma'ruf
 

Similar to SIADH (20)

Ckd2
Ckd2Ckd2
Ckd2
 
Ppt_syok.pptx
Ppt_syok.pptxPpt_syok.pptx
Ppt_syok.pptx
 
Ckd
CkdCkd
Ckd
 
Sindrom Hepatorenal
Sindrom HepatorenalSindrom Hepatorenal
Sindrom Hepatorenal
 
PPT_CRF.pptx
PPT_CRF.pptxPPT_CRF.pptx
PPT_CRF.pptx
 
Hrs 88 arim
Hrs 88 arimHrs 88 arim
Hrs 88 arim
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptx
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Dis extracellular fuid ats
Dis extracellular fuid atsDis extracellular fuid ats
Dis extracellular fuid ats
 
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptxPPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
 
PPT SYOK.pptx
PPT SYOK.pptxPPT SYOK.pptx
PPT SYOK.pptx
 
SYOK.pptx
SYOK.pptxSYOK.pptx
SYOK.pptx
 
Hiperparatiroid, cushing’s disease dan krisis adrenal
Hiperparatiroid, cushing’s disease dan krisis adrenalHiperparatiroid, cushing’s disease dan krisis adrenal
Hiperparatiroid, cushing’s disease dan krisis adrenal
 
PPT CBL 3_FG 1_KGD-B.pptx
PPT CBL 3_FG 1_KGD-B.pptxPPT CBL 3_FG 1_KGD-B.pptx
PPT CBL 3_FG 1_KGD-B.pptx
 
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru LahirPenatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
 
Referat-ginjal
 Referat-ginjal Referat-ginjal
Referat-ginjal
 
Format pengkajian-askep-pada-pasien-hemodialisa
Format pengkajian-askep-pada-pasien-hemodialisaFormat pengkajian-askep-pada-pasien-hemodialisa
Format pengkajian-askep-pada-pasien-hemodialisa
 
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.
 
I. teori hipertensi
I. teori hipertensiI. teori hipertensi
I. teori hipertensi
 

Recently uploaded

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 

Recently uploaded (18)

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 

SIADH

  • 1. SIADH Syndrome of Inappropriate Diuretic Hormone Disusun Oleh Kelompok 8 : Nur Hidayah Yeni Candra Zainab
  • 2. Pendahuluan Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting agar tubuh dapat bekerja secara sempurna. Keseimbangan ini dipertahankan melalui mekanisme tertentu yang rumit yang melibatkan ginjal, paru, dan sistem pembuluh darah jantung (kardiovaskular). Salah satu pengaturan kerja ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh hormon antidiuretik (ADH), yang juga dikenal sebagai arginine vasopressin (AVP). ADH merupakan hormon yang menghambat diuresis dengan cara menahan air di tubulus ginjal sehingga membuat kadar natrium berkurang didalam tubuh (Hiponatremia). Hiponatremia merupakan gangguan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit yang paling sering ditemukan dalam praktik klinis. Hiponatremia terjadi pada 15-20% perawatan gawat darurat di rumah sakit dan mengenai hampir 20% pasien yang berada dalam kondisi kritis.
  • 4. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH) didefinisikan sebagai suatu keadaan hiponatremia dan hipo-osmolalitas yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi yang tidak tepat, sekresi yang terus menerus atau kinerja hormon yang tidak normal, atau terjadinya peningkatan volume plasma yang menyebabkan terganggunya ekskresi air (Thomas et al, 2016). Tao dan Kendall (2014) menyebutkan bahwa SIADH adalah suatu kondisi dimana terjadi overproduksi ADH yang paling sering terjadi karena produksi ektopik ADH oleh suatu neoplasma (misalnya kanker paru small cell). Overproduksi ADH dapat menimbulkan terjadinya retensi air dan hiponatremia. Gambaran klinis dari SIADH adalah munculnya keluhan dan gejala hiponatremia berupa perubahan status mental dan ketidak mampuan mengencerkan urine
  • 5. Macam penyebab utama Gejala/macam obat Hasilan ADH ektopik Karsinoma sel kecil paru (small cell lung carcinoma) Karsinoma usus duabelas jari (duodenum) dan pankreas Karsinoma nasofaring Keganasan saluran kemih Mesotelioma Timoma Terimbas obat Desmopresin Selective Serotonin reuptake inhibitors Klorpromazin Quinolon Siklofosfamid Vinkristin Cisplatin Gangguan jaras baroreseptor Paru: pneumonia, infeksi jamur, tuberkulosis, abses SSP: tumor, infeksi, trauma, perdarahan Penyebab lain AIDS Olah raga berat Psikosis akut ETIOLOGI
  • 7.
  • 8. Penentuan diagnosa SIADH yang paling baik adalah dengan menggunakan kriteria klasik Bartter-Schwartz, yaitu: 1. Terdapat hipo-osmolalitas (osmolalitas plasma <280 mOsm/kg, atau kepekatan natrium plasma <135 mEq/ L), 2. Osmolalitas air kemih >100 mOsm/kg, 3. Euvolemia ( status cairan tubuh normal) 4. Kadar natrium air kemih >40 mEq/L (walaupun masukan/intake garam dan air normal), 5. Tidak didapatkan kelainan ginjal, adrenal, kelenjar gondok (tiroid), jantung, atau hati.
  • 9. Kegawatan pada SIADH Kadar natrium < 120 mEq/L atau telah terjadi hiponatremi akut< 48 jam mengakibatkan seseorang mengalami edema serebral, neurogenic pulmonary oedema, kejang dan koma
  • 10. Penatalaksanaan Medik SIADH harus ditujukan untuk mengatasi keadaan patologis yang mendasarinya :  Keganasan SIADH, akan membaik dengan kemoterapi.  Hiponatremia yang terjadi karena metastasis dalam otak, dapat diatasi dengan pemberian kortikosteroid dan pengobatan radiasi.  Di samping itu, penting untuk menghentikan penggunaan obat yang dapat memicu SIADH terjadi
  • 12.
  • 14.
  • 16. Pengkajian Primer A : Umumnya tidak terjadi sumbatan jalan nafas pada pasien, sehingga airway pada pasien clear B : Takipneu mungkin dapat terjadi C : Denyut nadi meningkat D : Kejang, GCS menurun 01 Pengkajian Sekunder Anamnesis : Keluhan utama + A-M-P-L-E (Allergy -medication-Pertinent medical history -Last meal –Event) 02 B1 (Breathing) : Takipnea B2 (Blood) : Distensi vena jugularis, denyut nadi meningkat B3 (Brain) : Nyeri Kepala, muntah, kejang, konfusi, disorientasi, koma B4 (Bladder) : Penurunan output urine, penurunan frekuensi BAK, B5 (Bowel) : Muntah,mual, nafsu makan menurun, peningkatan BB tiba- tiba (tanpa oedema) B6 (Bone) : Kelemahan,Letargi, Kram otot
  • 17. Diagnosa Keperawatan  D.0066 Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial b.d. Lesi menempati ruang; Gangguan metabolisme( Hiponatremi); Edema Serebral  D.0022 Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi 03
  • 18. Intervensi Keperawatan 04 DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI D.0066 Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial b.d. Lesi menempati ruang; Gangguan metabolisme( Hiponatremi); Edema Serebral Ditandai dengan : DS: Sakit kepala DO: Tekanan darah meningkat dengan tekanan nadi (pulse pressure) melebar Bradikardia Pola napas ireguler Tingkat kesadaran menurun Respon pupil melambat atau tidak sama Refleks neurologis terganggu Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kapasitas adaptif intrakranial meningkat, dengan kriteria hasil: • Tingkat kesadaran meningkat • Sakit kepala menurun • Bradikaria menurun • Tekanan darah membaik • Tekanan nadi membaik • Pola napas membaik • Respon pupil membaik • Refleks neurologis membaik Manajemen peningkatan tekanan intrakranial Pemantauan tekanan intrakranial Observasi Identifikasi penyebab peningkatan TIK (misalnya: lesi, gangguan metabolism, edema serebral) Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (misalnya: tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun) Monitor status pernapasan Monitor intake dan output cairan Terapeutik Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang Berikan posisi semi fowler Hindari manuver valsava Cegah terjadinya kejang Hindari pemberian cairan IV hipotonik Pertahankan suhu tubuh normal Edukasi Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu Kolaborasi Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
  • 19. Monitor status respirasi dan oksigenasi (misal: frekuensi dan kedalaman napas,pola, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen) DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI D.0022 Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi Ditandai dengan : Dispnea Oligouria Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka keseimbangan cairan meningkat, dengan kriteria hasil: Output urin meningkat Dispnea menurun Frekuensi nadi membaik Tekanan darah membaik Manajemen hipervolemia Pemantauan cairan Observasi Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis: ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan) Identifikasi penyebab hypervolemia Monitor status hemodinamik (mis: frekuensi nadi, tekanan darah, MAP) Monitor intake dan output cairan Monitor hasil pemeriksaan serum (mis: osmolaritas serum, hematokrit, natrium, kalium, dan BUN) Monitor kecepatan infus secara ketat Monitor efek samping diuretic (mis: hipotensi ortostatik, hypovolemia, hipokalemia, hiponatremia) Terapeutik Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama Batasi asupan cairan dan garam Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 derajat Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari Ajarkan cara membatasi cairan Kolaborasi Kolaborasi pemberian diuretic Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
  • 20. Kesimpulan Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu: 1. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut. 2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan. Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsentrasi natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan. 3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan emosional
  • 21. Trend dan issue Pada kegawatdaruratan SIADH
  • 22. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH): Penatalaksanaan Optimal Mentrasti G, Scortichini L, Torniai M, Giampieri R, Morgese F, Rinaldi S, Berardi R. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH): Optimal Management. Ther Clin Risk Manag. 2020 Jul 24;16:663-672. doi: 10.2147/TCRM.S206066. PMID: 32801723; PMCID: PMC7386802. Abstrak Hiponatremia, didefinisikan sebagai konsentrasi natrium serum <135 mEq/l, adalah gangguan keseimbangan elektrolit yang paling umum dalam praktek klinis. Banyak penyebab yang disebutkan, tetapi sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai (SIADH) tentunya yang paling relevan, terutama pada pasien onkologis dan rawat inap. Dalam ulasan ini, aspek patofisiologis dan klinis dijelaskan secara rinci. Riwayat medis pasien yang ekstensif dan tes fisik dan biokimia terstruktur dianggap sebagai tonggak yang menandai cara manajemen SIADH untuk memberikan deteksi dini dan koreksi yang tepat. Kami memfokuskan perhatian kami pada peran prognostik yang buruk dan efek negatif pada kualitas hidup pasien dari hiponatremia yang diinduksi SIADH baik dalam keadaan ganas maupun tidak ganas • Ketertarikan dan pengetahuan tentang kondisi klinis ini telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, sedemikian rupa sehingga membenarkan perubahan namanya, dari SIADH menjadi SIAD (sindrom antidiuresis yang tidak sesuai), sesuai dengan fakta bahwa tidak semua pasien yang terkena mengalami peningkatan kadar ADH yang bersirkulasi, akibat peningkatan pelepasan oleh kelenjar hipofisis atau produksi ektopik. Aktivitas ADH yang abnormal pada reseptor ginjal atau aktivasi konstitutif dari reseptor vasopresin V2 (V2R) telah diidentifikasi sebagai penyebab antidiuresis yang tidak sesuai dengan kadar hormon yang normal atau tidak terukur Banyak penyebab SIADH terdaftar (Tabel 1)
  • 23.
  • 24. • SIADH adalah penyebab terpenting hiponatremia pada pasien onkologi dan rawat inap. Biasanya ditemukan pada pasien dengan kanker paru-paru, khususnya kanker paru-paru sel kecil (SCLC): prevalensi pada kelompok ini diperkirakan 7-16% dan tampaknya 70% dari semua SIADH akibat keganasan disebabkan oleh SCLC. 9 Insiden kanker paru lainnya lebih rendah (0,4-2%). Presentasi klinis SIADH terkait dengan tingkat keparahan hiponatremia dan kecepatan onset, yang menentukan bentuk hiponatremia akut dan kronis. Gejala mencerminkan upaya otak untuk mencegah penurunan konsentrasi natrium serum dengan memindahkan jumlah air yang berlebihan dari ekstraseluler ke ruang intraseluler, mengikuti gradien osmotik dan menyebabkan edema serebral menyebabkan herniasi tentorial dan akibatnya kematian akibat henti napas dan/atau cedera otak vaskular. Ini biasanya terjadi ketika hiponatremia berkembang dengan cepat, dan otak memiliki terlalu sedikit waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hipotonik ini. Jika pasien selamat, sistem saraf pusat melakukan proses adaptasinya, yang terdiri dari perpindahan zat terlarut, terutama kalium dan molekul kecil, dari sel otak ke ruang ekstraseluler, mencoba memulihkan volume otak. Proses ini diwujudkan dalam 12-48 jam, jadi inilah mengapa ambang batas 48 jam digunakan untuk membedakan hiponatremia akut (<48 jam) dari kronis (>48 jam). • Menentukan osmolalitas plasma adalah langkah pertama dalam pemeriksaan diagnostik hiponatremia. Sayangnya, pengukuran cepat osmolalitas tidak selalu tersedia. Itu dapat dihitung menggunakan rumus ini 2 × Na (mmol/l) + glukosa (mg/dl)/18 + urea (mg/dl)/2.8
  • 25. Pengobatan dan Penatalaksanaan SIADH ● Beberapa dekade yang lalu, perhatian difokuskan pada penyakit yang mendasari atau obat yang bertanggung jawab. Ini dianggap sebagai pilihan terbaik yang tersedia untuk mengobati SIADH. Jika penyebab utama tidak dapat dihilangkan, opsi pengobatan tambahan termasuk: pembatasan cairan, pemberian natrium melalui sediaan oral atau, dalam kasus yang lebih parah, infus atau bolus saline hipertonik (3%). ● Untuk memastikan penatalaksanaan SIADH yang optimal, faktor-faktor seperti etiologi, waktu onset, tingkat keparahan, gejala, dan status volume ekstraseluler harus mengarah pada tindakan koreksi.
  • 26. Kesimpulan ● Sebagai literatur yang solid telah dikonfirmasi selama bertahun-tahun, peran prognostik dan efek negatif pada kualitas hidup pasien hiponatremia yang diinduksi SIADH dapat diatasi dengan intervensi terapeutik dini dan tepat, secara tidak langsung menghasilkan hasil yang lebih baik dan biaya kesehatan yang lebih rendah. ● Untuk memastikan koreksi kadar natrium subnormal yang tepat dan cepat dengan dampak positif pada kondisi dan kelangsungan hidup pasien, pengobatan SIADH harus disesuaikan dengan karakteristik klinis, parameter biokimia, dan pengaturan onset yang berbeda. ● Temuan studi terbaru telah memperkuat pendekatan farmakologis berdasarkan tolvaptan untuk pengelolaan optimal hiponatremia sekunder akibat SIADH dan nilai prognostiknya dalam pengaturan kanker. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7386802/
  • 27. Credits: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik Terimakasih