1. SAJIAN KASUS
ANEMIA PADA CKD
Penyusun :
dr. Feni mareta
PESERTA INTERNSIP DOKTER INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKADANA
PERIODE 09 FEBRUARI 2022 – 08 FEBRUARI 2023
LAMPUNG TIMUR
2. Identitas Pasien
• Nama Lengkap : Ny. S
• Tempat/Tanggal Lahir : Way seputih, 05 Desember 1968
• Alamat : way seputih
• Pekerjaan : IRT
• Status perkawinan : Menikah
• Suku Bangsa : Jawa
• Umur : 53 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Pendidikan : SD
• Agama : Islam
• Tanggal Masuk RS : 21 Mei 2022
3. Anamnesis
• Tanggal 23 Mei 2022 Jam 10.00 WIB. Dilakukan autoanamnesis
dan alloanamnesis.
• Keluhan Utama : Sesak 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan : Lemas, mual 3 hari SMRS
4. Riwayat Penyakit Sekarang
• 1 tahun SMRS:
- Pasien mengeluh sesak sudah dirasakan sejak 1 tahun yll. Pasien
mengatakan pernah melakukan pemeriksaan tekanan darah dan
didapatkan tekanan darahnya 170/100, pasien kemudian mendapatkan
obat untuk menurunkan tekanan darahnya tetapi setelah habis dan
keluhan dirasa membaik pasien tidak minum obat lagi.
• 3 Hari SMRS
- Pasien datang dengan keluhan sesak yang semakin bertambah berat.
Lemas (+) sejak 3 hari smrs dirasakan di seluruh tubuh. Pasien mengeluh
mual tetapi tidak sampai muntah. Batuk (-), Pilek (-) demam (-), BAB dbn,
dan BAK dbn
5. Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien mempunyai Hipertensi ± 1 tahun
• Riwayat keluhan serupa (+)
• Riwayat bengkak pada kedua kaki 2 bulan yang lalu
• Riwayat asthma, alergi obat atau makanan disangkal.
6. Riwayat Pengobatan dan Kebiasaan
• Obat HT sudah tidak pernah dikonsumsi sejak 1 tahun lalu.
• Riwayat konsumsi alkohol, obat-obatan warung, jamu herbal,
obat-obatan terlarang disangkal
7. Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 26 September 2020 Jam 10:30 WIB
• Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
• Kesadaran: Compos Mentis, GCS 15 (E 4 V5 M6)
• Tanda Vital
• Tekanan Darah : 150/90 mmHg
• Frekuensi Nadi : 94x/menit, Regular, Isi Cukup
• Frekuensi Napas : 27 x/menit, Regular,
• Saturasi Oksigen: 98% dg NK
• Suhu Tubuh : 37,1o C
8. Pemeriksaan Fisik
• Kepala
– Normocephali, tidak ada deformitas, tidak teraba benjolan di kepala, nyeri tekan (-)
• Mata
– Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (+/+), mata cekung (-/-), pupil bulat isokor, diameter 3
mm, Refleks Cahaya +/+, Kornea Jernih
• Mulut
– Lidah kotor (-), lidah kering (-) dinding faring posterior hiperemis (-),
– Tonsil T1-T1 tidak hiperemis
• Telinga
– Normotia, liang telinga lapang +/+, sekret -/-, serumen -/+, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan
mastoid -/-, nyeri tarik aurikula-/-
• Hidung
– Bentuk normal, deviasi septum (-), napas cuping hidung (-), sekret -/-, darah -/-, mukosa
hiperemis -/-
9. Pemeriksaan Fisik
• Leher
– Trakea letak di tengah, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, nyeri tekan (-).
Tidak ada pembesaran KGB submandibula, cervical, supra-infraclavicula, nyeri
tekan (-)
• Thoraks
Paru
– I: Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris, Retraksi dinding dada
suprasternal (-), interkostal (-)
– P: Stem fremitus kanan-kiri depan-belakang sama kuat, tidak teraba benjolan
– P: Sonor, batas paru hepar di ICS V MCL dextra
– A: Suara napas vesikuler (+/+), Rhonki(-/-), Wheezing (-/-)
10. Pemeriksaan Fisik
• Jantung :
– I: Ictus cordis tidak tampak
– P: Ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra
– P:
• Batas jantung tidak melebar
• Redup, batas jantung kanan misdternum
• Redup, batas jantung kiri di ICS V MCL sinistra
• Redup, batas jantung atas di ICS III PSL sinistra
– A: Bunyi jantung I dan II normal, Murmur (-), Gallop (-)
11. Pemeriksaan Fisik
• Abdomen
– Inspeksi : datar
– Auskultasi : Bising usus (+) Normal
– Perkusi : Timpani di 4 Kuadran
– Palpasi : Nyeri tekan (-) , hepar dan limpa tidak teraba
membesar
• Ekstremitas
– Akral hangat, oedem ekstremitas bawah (+/+) , CRT<2 detik,
12. Pemeriksaan Fisik
• Tulang Belakang
– Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-), opistotonus (-), gibbus (-)
• Kulit
– Petekie (-), Sianosis (-), ikterik (-), caput medusa (-).
16. Resume
• Telah diperiksa seorang pasien perempuan dengan keluhan
mengeluh sesak dan lemas ±3 hari smrs. Pasien juga mengeluh
bahwa seluruh badannya terasa lemas dan mual. Batuk (-),
Pilek (-) demam (-), BAB dbn,dan BAK dbn. Riwayat HT sejak 1
tahun lalu dan tidak terkontrol, riwayat bengkak pada kedua
kaki 2 bulan yang lalu.
22. ANEMIA PADA PENYAKITT GINJAL
KRONIK
• Anemia adalah manifestasi klinis penurunan massa sel darah merah
dan biasanya dideteksi dengan konsentrasi hemoglobin darah yang
rendah (Hb)
Menurut KDOQI guideline 2006, diagnosa anemia harus dibuat dan
evaluasi lebih lanjut harus dilakukan pada konsentrasi Hb berikut:
<13,5 g/dL pada laki-laki dewasa
<12,0 g/dL pada perempuan dewasa
23. Faktor-faktor yang berkaitan
dengan anemia pada penyakit
ginjal kronik termasuk:
• kehilangan darah
• pemendekan masa hidup sel
darah merah
• defisiensi eritropoetin
• inflamasi
Evaluasi anemia pada ckd
24. Evaluasi status besi dan terapi besi
• pemeriksaan status besi : Serum Iron (SI), TIBC, Saturasi
Transferin dan Ferritin serum
25. Terapi ESA pada ckd
• Syarat pemberian ESA yaitu:
• Tidak ada anemia defisiensi besi absolut : Saturasi trasnferin <20% dan ferritin serum <100
ng/ml (CKD-nondialisia dan CKDPeritoneal dialysis) dan <200 ng/ml pada CKDHD, bila
didapatkan anemia defisiensi besi absolut, harus dikoreksi terlebih dahulu.
• Tidak ada infeksi yang berat
• Beberapa efek samping pemberian ESA yaitu hipertensi, trombosis, kejang dan Pure Red Cell
aplasia (PRCA).
26. TATALAKSANA
Provenzano, R. Current Diagnosis & Treatment Nephrology & Hypertension. Lerma EV, Berns JS, Nissenson AR.
United States of America : McGraw-Hill, 2012.
27. TRANFUSI DARAH
• Beberapa kondisi untuk indikasi transfuse darah:
1. Hb <7 g/dl dengan atau tanpa gejala anemia
2. Hb <8 g/dl dengan gangguan kardiovaskuler yang nyata
3. Perdarahan akut dengan gejala gangguan hemodinamik
4. Pasien yang akan menjalani operasi
• Target pencapaian Hb dengan transfusi 7-9 g/dl.
28. kesimpulan
• Anemia merupakan kondisi yang sering menyertai pada
penyakit ginjal kronis dengan berbeagai penyebab utamanya
defisiensi eritropetin. Tatalaksana utama anemia pada CKD
yaitu pemberian erhytropoesis stimulating agent (ESA) seperti
eritropetin setelah status besi pasien tercukupi.