1. Pasien anak berusia 4 tahun 10 bulan datang ke IGD dengan keluhan bibir pucat dan akral dingin akibat syok hipovolemik yang disebabkan muntah berlebihan.
2. Diare akut masih menjadi penyebab kematian anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia. Patofisiologi syok meliputi gangguan sirkulasi, metabolisme seluler, dan respon kompensasi organ tubuh.
3. Tanda klinis syok antara lain takikardi, hip
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
BAB III Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
1. 1
BAB II
ANALISA KASUS
Pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 12.00 WIB, pasien anak A usia 4 tahun 10
bulan, berat badan 13 kg, tinggi badan 103 cm, status gizi kurang datang ke IGD
RSU UKI dengan keluhanbibir pucat disertai akral dingin pada keempat
ekstremitas. Pasien didiagnosis dengan syok hipovolemik et causa muntah profuse
dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis syok ditegakkan dari
ditemukannya tanda-tanda syok seperti takikardi disertai tanda hipoperfusi yaitu
pulsasi nadi melemah, keempat ekstremitas dingin, capillary refill time
memanjang, tekanan darah menurun hingga tidak terukur (80/palpasi mmHg).
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien mengeluh nyeri perut disertai muntah
berlebihan setiap kali makan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, sehingga
ditegakkan diagnosis yaitu syok hipovolemik.
Penanganan awal yang dilakukan pada pasien adalah pemasangan infus
intravena segera dan resusitasi cairan dengan RL 20 ml/kgbb dalam waktu 10
menit. Cairan ini diberikan sebanyak 260 ml. Cairan diberikan secepatnya dan
menilai respon pasien terhadap pemberian cairan. Pemberian cairan diulang
karena respon belum adekuat. Cairan diberikan kembali RL 10 ml/kgbb (130 ml),
lalu syok teratasi. Pasien kemudian dipindahkan ke ruang rawat anak (bangsal A)
dengan kondisi dalam perbaikan dan observasi nyeri perut.
2. 2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI
sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3 – 4 kali per hari, keadaan ini tidak
dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat
badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis
adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair
yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang – kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair,
keadaan ini sudah dapat disebut diare.6,7,8
Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak
6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian
tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di
dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007
diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak
yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab
kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%.2,5,9
3. 3
II. KLASIFIKASI
III. PATOFISIOLOGI
Syok terjadi akibat adanya kegagalan sirkulasi dalam menghantarkan
substrat metabolik secara adekuat dan membuang toksin yang dihasilkan
dalam tingkat seluler dan jaringan. Dalam keadaan fisiologis, oksigen dan
glukosa dihantarkan intraselular ke mitokondria untuk menghasilkan 36
molekul ATP untuk tiap molekul glukosa melalui metabolisme aerob dan
siklus Krebs. Pada anak dengan keadaan stres, kemampuan kompensasi lewat
glukoneogenesis dan glikogenolisis sangat terbatas karena rendahnya massa
otot rangka dan hepar pada anak. Oleh karena itu, glikolisis dan metabolisme
lemak sekunder menjadi sumber utama substrat energi.
Metabolisme seluler menjadi tidak efisien saat piruvat, yang awalnya
diubah menjadi asetil-KoA, mulai diubah menjadi laktat. Perubahan ini hanya
akan menghasilkan 2 molekul ATP tiap molekul glukosa dan mengakibatkan
akumulasi asam laktat. Selanjutnya disfungsi pompa ion membran sel dan
asidosis akan terjadi diikuti dengan terbentuknya edema intraseluler. Proses
ini akan diakhiri dengan keluarnya komponen intraseluler ke ruang
ekstraseluler yang berujung pada kematian sel.
Pemicu awal akan mencetuskan terjadinya syok, sehingga terjadi
penghantaran oksigen yang tidak adekuat ke jaringan dan organ tubuh.
Mekanisme kompensatorik akan menjaga tekanan darah tetap stabil dengan
meningkatkan curah jantung dan tahanan vaskuler sistemik. Tubuh juga akan
berusaha mengoptimalkan hantaran oksigen ke jaringan dengan
meningkatkan laju ekstraksi oksigen dan mengalihkan distribusi darah
menuju organ vital utama seperti otak, jantung, dan ginjal, dengan
menurunkan aliran darah ke saluran cerna dan kulit.
4. 4
Efek kardiovaskuler akan meningkatkan denyut jantung, isi sekuncup
(stroke volume), dan tonus otot polos vaskuler. Mekanisme kompensasi
pernapasan akan meningkatkan laju eliminasi CO2 akibat terjadinya asidosis
metabolik dan peningkatan produksi CO2 akibat perfusi jaringan yang buruk.
Ginjal akan berupaya mengekskresikan hidrogen dan meretensi bikarbonat
untuk mempertahankan pH tubuh tetap normal. Mekanisme ini menunjukkan
fase awal syok yaitu fase kompensasi, dimana tekanan darah tetap terjaga.
Dalam fase ini, volume intravaskular akan tetap dijaga melalui regulasi
natrium oleh sistem renin angiotensin aldosteron dan atrial natriuretic factor,
pelepasan kortisol dan katekolamin, serta sekresi ADH. Apabila respon host
terhadap faktor pencetus tetap berlangsung dan mekanisme kompensatorik
tidak mampu mempertahankan perfusi jaringan, kerusakan sel endotel
vaskuler dan kebocoran cairan intravaskuler ke ruang interstisial
ekstravaskuler akan terjadi.2,4
IV. MANIFESTASI KLINIS
5. 5
V. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana
anak dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut:
Diare
- frekuensi buang air besar (BAB) anak
- lamanya diare terjadi (berapa hari)
- apakah ada darah dalam tinja
- apakah ada muntah
Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera
Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya
Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).
2. Pemeriksaan fisis
Cari:
Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
- rewel atau gelisah
- letargis/kesadaran berkurang
- mata cekung
6. 6
- cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
- haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.
Darah dalam tinja
Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
Tanda-tanda gizi buruk
Perut kembung
VI. TATA
LAKSANA