1. Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi diare, yang terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit yang merusak sel-sel usus dan mengganggu absorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini menyebabkan peningkatan cairan di usus dan diare.
2. Jika diare berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi berat, asidosis metabolik, dan gangguan sirkulasi darah sehingga menimbulkan resiko syok.
3. T
Muntah pada Anak
Dipresentasikan oleh DR. dr. Dwi Prasetyo, SpA(K), M.Kes
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK UNPAD/ RS Hasan Sadikin Bandung
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Muntah pada Anak
Dipresentasikan oleh DR. dr. Dwi Prasetyo, SpA(K), M.Kes
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK UNPAD/ RS Hasan Sadikin Bandung
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
1. hingga 5-7 hari. Sedangkan enteritis adenovirus diare berlangsung lebih
lama yaitu 10-14 hari.
Gejala klinis pada diare menurut Kowalak & Hughes (2010) adalah
sebagai berikut:
a. Infeksi
Diare yang disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa feses akan
menjadi cair yang terjadi mendadak dengan ditandai gejala nyeri abdomen
serta keram, demam, mual, muntah, penurunan berat mungkin disertai
feses berdarah dan berlendir.
b. Intoleransi Laktosa
Diare terjadi setelah anak mengkonsumsi susu atau produk yang
terbuat dari susu. Biasanya anak mengalami keram dan nyeri abdomen,
terdapat suara “keroncongan”, rasa begah, mual dan kembung.
c. Obat antibiotik
Diare juga dapat terjadi akibat kelainan fatal setelah pemberian
antibiotik yang menyebabkan diare encer, berwarna hijau, berbau busuk,
berdarah dan timbul tanda-tanda syok. Serta timbul gejala lain seperti
nyeri dan distensi abdomen, demam dan dehidrasi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) mengatakan demam terjadi
karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Mual dan muntah dapat
disebabkan oleh organisme yang menginfeksi saluran pencernaan bagian
atas.
2. 1. Patofisiologi
Perjalanan penyakit diare menurut Kowalak, Welsh & Mayer,
(2012: 343) diare merupakan peningkatan volume feses dan peningkatan
defekasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya air di dalam
kolon, makanan atau zat yang tidak dapat diserap. Paling sering diare akut
disebabkan oleh virus yang berkaitan dengan enteropatogen bakteri atau
parasit. Virus yang masuk melukai sel vilosa matur, menyebabkan
absorpsi cairan menurun dan defisiensi disakaridase. Sedangkan bakteri
menciderai usus hingga menginvasi mukosa usus, merusak permukaan
vilosa atau melepas toksin (Kyle & Carman, 2016). Mikroorganisme yang
masuk ke dalam saluran cerna ini berkembang dalam usus dam merusak
sel-sel mukosa usus sehingga menurunkan daerah permukaan usus
kemudian terjadi perubahan kapasitas usus dan terjadi gangguan fungsi
usus untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Kegagalan dalam
melakukan absorpsi dapat meningkatkan tekanan osmotik sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan akhirnya
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. Faktor makanan juga
dapat mengakibatkan diare apabila terdapat patogen dalam makanan,
toksin yang masuk saluran cerna tidak dapat diserap dengan baik, sehingga
terjadi peningkatan peristaltik kemudian terjadi diare (Hidayat, 2012: 12).
Menurut Amin (2015) mengatakan bahwa diare yang berlangsung
tanpa penanganan medis dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan
cairang dan elektrolit dalam tubuh yang mengakibatkan renjatan
3. hipovolemik atau akibat gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga dapat disebabkan pembentukan asam yang
berlebihan dalam tubuh, kegagalan ginjal dalam mengsekresikan asam-
asam organik dalam tubuh (Masyoer, 2013). Kehilangan cairan
menimbulkan rasa haus, berat badan menurun, mata cekung, turgor kulit
menurun, lidan dan bibir menjadi kering. Gejala ini muncul akibat deplesi
air yang isotonik.
Gangguan kardiovaskular akibat renjatan hipovolemia berat dapat
menimbulkan tekanan darah menurun dan takikardi. Pasien mulai gelisah,
wajah pucat, ujung-ujung ekstremitas menjadi dingin dan kadang sianosis.
Tekanan darah yang menurun mengakibatkan gangguan perfusi ginjal
sehingga terjadi anuria atau oliguria.
Tanda awal dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal yaitu Na dan
Cl keluar bersama dengan cairan tubuh. Pengeluaran cairan yang terus
menerus terjadi reabsorpsi yang berlebihan oleh ginjal sehingga Na dan Cl
ekstrasel meningkat (hipertonik). Peningkatan osmolaritas ektrasel ini
mengakibatkan penarikan air dari dalam sel sel menjadi dehidrasi sehingga
terjadi stimulasi hipofisis untuk mengeluarkan hormon antidiuretik (ADH)
yang akhirnya menahan cairan dalam ginjal sehingga terjadi oliguri.
Kehilangan cairan dan elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapat
pindah dari sel ke dalam vaskuler, mengakibatkan cairan dalam vaskuler
berkurang. Aliran darah yang kurang menyebabkan tekanan darah
menurun dan terjadi syok (Tikada, 2014).
4. Menurut Kowalak, Welsh & Mayer, (2012: 343) terdapat tiga
mekanisme utama terjadinya diare, yaitu:
a. Diare osmotik merupakan suatu kondisi adanya substansi yang tidak dapat
diserap seperti gula sintesis, atau peningkatan osmotik di usus halus yang
mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik dan adanya penarikan air
berlebih ke dalam usus halus sehingga mengakibatkan berat serta volume
feses.
b. Diare sekretorik, yaitu keberadaan mikroorganisme patogen atau tumor
akan mengiritasi otot dan lapisan mukosa intetinum. Serta peningkatan
motilitas dan sekret (air, eletrolit dan lendir) akan mengakibatkan diare.
c. Diare motilitas, yaitu kondisi inflamasi, neuropati, dan obstruksi
menimbulkan refleks kenaikan motilitas usus yang mendorong keluarnya
iritan dan melepaskan obstruksi.
Dari gambaran tersebut gangguan yang paling serius dari penyakit
ini yaitu terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam dan basa serta
terjadinya syok akibat dehidrasi berat sehingga terjadi gangguan yang
serius pada sistem sirkulasi dalam tubuh (Wong, 2009). Dari penjelasan
tersebut didapat bagan mengenai perjalanan penyakit diare sebagai berikut:
5. 5
Bagan 2.1
Pathway Penyakit Diare
Sumber: Wilkinson, 2016; Kyle& Carman, 2016; Amin, 2015; Mansyoer, 2013; Hidayat, 2012; Kowalak, Welsh & Mayer, 2012; Wong, 2009.
Makanan atau air yang terkontaminasi Lingkungan yang burukBakteri
Virus
Jamur
Masuk saluran cerna
Pertahanan tubuh
Memproduksi HCl
Mual/muntah
Gangguan
rasa nyaman
Napsu makan menurun
Penurunan asupan makanan
Kebutuhan nutrisi
Kurang dari
kebutuhan tubuh
Melukai sel mukosa usus
Melepas toksin Peradangan Proses fagosit Pengeluaran pirogen endogen
Stimulasi epitel
hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Hipertermi
Menginvasi mukosa usus
Kerusakan mukosa usus Gangguan absorpsi
cairan dan elektrolit
Peningkatan tekanan osmotik
Transpor-aktif elektrolit
ke dalam usus halus
Peningkatan cairan dalam
usus
HiperperistaltikPengeluaran isi usus
(feses) berlebihan
Diare
DehidrasiGangguan kerja ginjal
Pembuangan asam organik
Asidosis metabolik
Penurunan pH darah (asam)
Area anus lecetKerusakan integritas kulit
Nyeri
Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dan
elektrolit ekstrasel
Deplesi air yang
isotonik
Haus, mata cekung, lidah
Kering turgor kulit menurun
HipovolemikGangguan
kardiovaskuler
Tekanan darah menurun Gangguan perfusi jaringan Gangguan perfusi ginjal Resiko Syok Anuria/ Oliguria Gangguan
pola eliminasi