Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan diare, meliputi konsep dasar medik seperti definisi, anatomi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosis, terapi, serta komplikasi diare pada anak. Juga dibahas konsep dasar keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, dan perencanaan keperawatan."
1. ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK
DENGAN DIARE (GASTROENTERITIS)
DISUSUN OLEH :
1. Febri Aldriyanto
2. Haris Risdiana
3. Jack Jupiter Silalahi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
Jl. Terusan Jakarta. No 73-75, Antapani Bandung
Tahun 2012
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIARE.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas terstruktur mata ajaran
Keperawatan Anak.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami beberapa hambatan dan
kesulitan, namun atas bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari di dalam makalah ini mungkin terdapat kesalahan-kesalahan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun, guna
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.
Bandung, juni 2012
Penyusun
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ............................................................................
A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
2. Anatomi Fisiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Tanda dan Gejala
6. Test Diagnostik
7. Therapy
8. Komplikasi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
BAB III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin tinggi kemajuan teknologi yang telah dicapai semakin tinggi pula
derajat kesehatan yang diperoleh sesuai dengan kemajuan zaman, timbul berbagai
macam penyakit yang menyerang seluruh kehidupan tanpa mengenal tempat,
waktu dan usia.
Menurut WHO (1980), Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau
setengah cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya (normal : 100-200 ml/jam tinja) (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
I, Edisi Ketiga, Penerbit FKUI, Jakarta, 1998).
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar
keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di
Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi (gastroenteritis) terdapat
pada peringkat pertama sampai dengan keempat pasien yang datang berobat ke
rumah sakit (Koppadi VI, Jakarta, 1984).
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi pasien dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien, menjaga kebersihan lingkungan, perawat juga berkolaborasi
dengan dokter dalam memberi terapi dan juga memberikan beberapa informasi
yang penting.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar penulis mampu memahami dan
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan diare secara benar, tepat
dan cepat dan dapat memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
penyakit diare. Dan sebagai calon perawat profesional pemula, dapat:
1. Memperoleh pengalaman yang nyata dalam merawat pasien diare dan
menerapkan konsep keperawatan yang didapati di bangku perkuliahan.
2. Membandingkan keadaan nyata dengan teori yang tersedia.
5. C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan ini penulis menggunakan sistematika penulisan
berdasarkan teori.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu
Bab I Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep medik
yang berisi definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
test diagnostik, terapi, komplikasi, discharge planning, patoflodiagram dan
konsep dasar keperawatan yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan. Bab III Kesimpulan dan diakhiri Daftar Pustaka.
6. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Definisi
Diare adalah satu dari gejala yang lebih sering terjadi pada anak yang
mengganggu motilitas usus dan mengganggu absorbsi air dan elektrolit
serta mempercepat ekskresi dari isi usus yaitu dengan buang air besar
yang frekuensinya dan bertambah (Scipien Chard Hawe Barnard, 1993).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi faeses encer, dapat berwarna
hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah,
1997).
Diare adalah suatu keadaan atau masalah yang biasanya terjadi pada anak
yang dapat terjadi secara akut dan kronik, dengan buang air besar yang
sering dan dapat lebih cepat menjadi dehidrasi. (Janeball dan Ruth
Bindler, 1995).
2. Anatomi Fisiologi
Lambung terletak dari kiri ke kanan menyilang di bawah diafragma.
Secara anatomis lambung terbagi atas fundus uterian, corpus dan antrum,
pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura
minor dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Spincter
pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spincter
cardiac atau spincter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam
lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus kembali.
Lambung terdiri dari 4 lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan
bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis menyatu
pada kurvatura minor lambung dan lambung terus memanjang ke arah hati
membentuk omentum minus.
Fungsi lambung terdiri dari: menampung makanan, menghancurkan.
Getah cerna lambung dihasilkan oleh:
1. Pepsin, fungsinya : memecah putih telur menjadi asam amino.
2. HCl, fungsinya : mengasamkan makanan, antiseptik, desinfektan.
3. Renin, fungsinya : sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dari karsinogen.
7. Usus Halus (Intestinum Minor)
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian
tengah dan bawah rongga abdomen. Usus halus dibagi menjadi: duodenum,
yeyunum, dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari
pylorus sampai yeyunum. Yeyunum dan ileum panjangnya masing-masing
sekitar 3 meter. Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang paling
luar atau lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai
lapisan viseral dan parietal, ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini
dinamakan rongga peritoneum, otot yang meliputi usus halus mempunyai 2
lapisan :
1. Lapisan luar terdiri atas: serabut longitudinal yang telah tipis.
2. Lapisan dalam terdiri atas: serabut-serabut sirkuler yang membantu
gerakan peristaltik usus.
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-
bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim
dalam getah usus (sukus anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang
dirantai oleh kerja kolesistokinin.
Fungsi usus halus:
1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-
kapiler dan saluran-saluran limfe.
2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Fungsi usus besar:
1. Menyerap air dan makanan.
2. Tempat tinggal bakteri koli.
3. Tempat faeces.
3. Etiologi
Dapat dibagi beberapa faktor, yaitu:
a) Infeksi :
o Virus (Ratovirus, Adenovirus, Norwalk)
o Bakteri (Shigelia, Salmonella, E. Coli, Vibrio)
o Parasit (Protozoa, E. Histolitica, G. Lamblia, Balantidium Coli, Cacing
perut, Ascaris, Trichiuris, Strongilucdes).
b) Malabsorbsi : Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein.
8. c) Makanan : makanan basi, beracun, alergi atau protein.
d) Imunodefisiensi
e) Psikologis : rasa takut dan cemas.
4. Patofisiologi
9. 5. Tanda dan Gejala
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
6. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
• Makroscopis dan microscopis
• PH dan kadar gula dalam tinja kental lakmus dan tablet clinitest bila
diduga terdapat intoleransi gula.
• Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan darah
• Darah perifer lengkap dan elektrolit terutama Na, K, Ca
• Darah serum pada diare.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal
d. Pemeriksaan analisa gas darah.
7. Therapy
a. Pemberian cairan (rehidrasi)
Contoh : Ringer Lactat (RL)
NaCl
b. Pemberian makanan (bubur)
c. Obat-obatan
• Obat anti sekresi
• Obat anti diare
10. • Antibiotika
• Obat anti spasmolitik.
d. Istirahat
e. Diet.
8. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
b. Renjatan hipovolemik
c. hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Kejang
f. Malnutrisi energi protein
g. Sepsis.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Kebiasaan makan dan minum
Cara pengolahan
Jenis makanan/minuman yang diberikan.
b. Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan/minum
Perut kembung
Perubahan berat badan
Status hidrasi dan turgor kulit.
c. Pola eliminasi
Frekuensi BAB, jumlah, warna, konsistensi, bau
Hiperperistaltik usus.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan beraktivitas sehari-hari.
e. Pola tidur dan istirahat
Rewel bila terkena sakit perut dan BAB yang sering.
f. Pola kognitif dan persepsi sensori
Kurang pengetahuan orang tua tentang hygiene makanan dan
lingkungan.
11. 2. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang.
2) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare.
4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
3. Rencana keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan Skunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
• Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR :
<25x/menit>
• Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
UUB tidak cekung.
• Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
• Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
• Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
• Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
• Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
12. • Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui
faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik
sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
• Nafsu makan meningkat
• BB meningkat atau normal sesuai umur
Intrvensi :
• Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
• Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
• Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
• Monitor intake dan out put dalam 24 jam.
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
• Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
o terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu.
o obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
13. 3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh
Kriteria hasil :
• Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
• Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
• Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
• Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh
• Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB (diare)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas
kulit tidak terganggu.
Kriteria hasil :
• Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
• Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik
dan benar
Intervensi
• Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
• Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
• Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .
14. BAB III
KESIMPULAN
Diare merupakan suatu gejala dari bermacam-macam penyakit. Penyebab pasti
dari diare ini tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi haruslah dengan melakukan
berbagai macam pemeriksaan dan riwayat penyakit sekarang, serta apa saja yang
dilakukan oleh penderita diare terakhir sekali. Barulah diketahui klien itu menderita
penyakit apa.
Dengan munculnya diare pada anak, terutama yang masih bayi tidak dapat
dianggap remeh walaupun hanya diare beberapa kali dalam sehari (diare ringan).
Karena 80% lebih tubuh bayi terdiri dari air. Yang bila terjadi diare berarti cairan dan
elektrolit dalam tubuh bayi keluar, sehingga bayi rentan untuk kekurangan cairan dan
elektrolit. Apalagi bila diare berat maka dehidrasi tidak dapat dihindari lagi dan dapat
terjadi hipovolemik shock.
Oleh karena itu sebagai perawat perlu dan penting sekali untuk memberi
penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua yang mempunyai anak dan
bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah timbulnya diare, dengan jalan
menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena bila bayi stress juga dapat
terjadi diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat penting. Bila terjadi diare
maka segeralah beri minum yang banyak atau dengan memberikan oralit (larutan gula
garam) untuk pertolongan pertama, kemudian segeralah bawa kepada tenaga
kesehatan atau rumah sakit.
15. DAFTAR PUSTAKA
1. Ball Jane dan Bindler Ruth, Pediatric Nursing, Appleton and Lange, 1995.
2. Donna L. Wong, Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby Company, 1996.
3. Barnard Scipien Chard Howe, Pediatric Nursing Care, The C.V. Mosby
Company, 1993.
4. Sunoto dan kawan-kawan, Pendidikan Medik Pemberantasan Diare, Departemen
Kesehatan RI Ditjen PPM & PLP, 1990.
5. Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit