1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan empedu (GE).
2. GE adalah defekasi encer lebih dari 3 kali dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja.
3. Penatalaksanaan diare meliputi pemberian cairan secara oral atau intravena berdasarkan tingkat dehidrasi.
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.AR DENGAN GE
BAB I
PENDAHULUAN
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51). Ngastiyah (2005, h.223) juga
menambahkan bahwa diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja.
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia
terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus
terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian
besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak
meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan setiap hari 1. Di
Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan
banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB).
Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa
angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-
2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk
menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000
penduduk pada tahun 2001 2. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia
2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi
2. kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang
penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir
dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit
pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang
paru atau pneumonia 4. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan
terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor
risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi saranaair bersih
(SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas
bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas
air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi
yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli
dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan
adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air
tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi
sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta
menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli
dan fecal coli melebihi ambang batas.
Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status
pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia atau MDG di Indonesia mengalami
kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen penduduk
Indonesia dapat mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh
layanan sanitasi yang memadai. Faktanya, hanya 18 persen penduduk yang
memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana
sanitasi yang memadai
3. BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
- Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir
dalam tinja (Suharyono, 1988: 51).
- Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).
- Diare adalah keluarga tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume tinja >
159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan volume
orang dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).
B. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
- Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-
virus, rotavirus, astrovirus.
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur
(candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat:
- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
4. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda Gejala
- Cengeng
- Anus dan daerah sekitar lecet
- BB menurun
- Turgor berkurang
- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
- Nadi cupat dan kecil
- Denyut jantung jadi cepat
- TD menurun
- Kesadaran menurun
- Pucat, nafas cepat
- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-
anak atau dewasa.
- Suhunya tinggi
- Tidak nafsu makan
- Lemas
- Dehidrasi
- Gelisah
- Cengeng
- Oliguria
- Anuria
- Rasa haus
D. KLASIFIKASI
5. Diare dibagi menjadi 2:
- Diare akut
- Diare kronis
1. Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari
pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a. Diare osmotik
- Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).
- Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik
utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
- Tinja mempunyai kadar Na+
rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya
bertambah besar (> 160 mOsm/L).
- Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein,
bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
- Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat
diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat
mulainya/pola tampilannya.
b. Diare sekretorik
- Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
- Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
- Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
- Tinja mempunyai kadar Na+
tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan
osmotiknya < 20 mOsm/L.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. a. Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-
95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja
( normal : 14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test
bisa diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH normal kurang dari 6
2. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat
dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah
nilai jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih
tinggi dari nilai O2, sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis
respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan
adanya dehidrasi
2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan
menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi.
Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin
dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
7. Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan
adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare..
F. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik).
b. Hipernatremia
c. Hiponatremia
d. Demam
e. Asidosis Metabolic
f. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
g. Ileus paratukus
h. Intoleransi laktosa
i. Kejang
j. Malnutrisi energi protein
k. Cardiac dysrhythmias.
l. Mutah
G. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
• 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
• selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
c. Dehidrasi sedang
• 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)
• selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
8. d. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
• 1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml =
15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
• 7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau
4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
• 16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1
ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
• 1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4
tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
• 1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
9. • 7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat
diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g
• Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
• Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
• Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit
(1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan < 2 kg .
• Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
• Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
• Jenis cairan: DG aa
• Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
• Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1
ml =
10. 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2
tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam
atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
H. PATOFISIOLOGIS
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena:
b. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
c. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam
tubuh.
d. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada
orang dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi
pada anak sebelumnya pernah menderita lalep).
4) Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
11. sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5) Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan
perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita
dapat meninggal.
Pathways Diare
Infeksi
(Virus, Bakteri, Parasit)
Molabsorbsi
Makanan di usus
Makanan Beracun Faktor Psikologis
Reaksi Inflamasi Tek Osmotik Rangsang Saraf Parasimpatik
Gg. Motilitas UsusPe sekresi cairan
dan elektrolit
Pergeseran cairan &
elektrolit ke rongga usus
Isi Rongga Usus Hipermotilitas Hipomotilitas
Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh SS
DIARE
Dehidrasi Kerusakan mukosa usus Defekasi sering Output >>
Obsorbsi ber <
MK: < Pengetahuan
Perubahan nutrisi
Nyeri akut
Iritasi Kulit
Resiko kerusakan integritas kulit
Dehidrasi
Tubuh kehilangan
cairan & elektrolit
Pe vol cairan
ekstra sel
Pe cairan
intertitial
Tugor kulit Kurang volume cairan
Cemas
12. I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada
tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
J. INTERVENSI
1. Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan diare dapat teratasi
NOC : Bowel elimination
NIC : Bowel elimination
2. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada
tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit
terpenuhi.
NOC : Fluid balance
NIC : Fluid manajement
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
NOC : Nutritional status food and fluid intake
NIC : Nutrition management
Sumber : Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 , Jakarta, CV, Sagung
Seto
13. Nutrition monitoring
4. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri
berkurang
NOC : Control nyeri
NIC : Pain management
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan integritas kulit kembali normal.
NOC : Tissue integrty: skind and mucous membranes.
NIC : Pressure management
6. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindak akun keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal
(36,5o
C)
NOC : Thermoregulation
NIC : Fever treatment
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan/selama proses
keperawatan diharapkan pengetahuan pasien betambah.
NOC : Knowledge: disease proces
NIC : Teaching: disease process
14. BAB III
PENGELOLAAN KASUS
I. Identitas Data
Nama : An.Ar Agama : Islam
TTL : Cilacap, 08 Nov 2010 Alamat : Cilacap
Umur : 9 bulan, 3 hari S.Bangsa : Jawa
Nama Ayah / Ibu : Tn.Nanang/Ny.Tuti Pend.Ayah : SMA
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta/buruh Pend.Ibu : SMP
Pekerjaan Ibu : IRT RM : 264423
II. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan, klien BAB cair lebih dari 4 kali dari tadi malam sampai
pagi ini, dengan konsistensi cair dan berbusa.
III. Riwayat Kehanilan Dan Kelahiran
a. Prenatal : P1A0, hamil aterm, pemeriksaan ANC di bidan,TI : 2 kali, TII : 2
kali
dan TIII : 4 kali, selama kehamilan tidak ada keluhan
b. Intranatal : Partus spontan di bidan, tidak terdapat penyulit
c. Postnatal : Bayi lahir spontan, langsung menangis, PB : 46 cm, BB : 3000gr
IV. Riwayat Masa Lampau
a. Penyakit waktu kecil :Ibu klien mengatakan klien pada umur 4 bulna
menderita panas tinggi, tetapi tidak terjadi kejang,
kemudian diberi obat dari bidan sembuh
b. Pernah dirawat di RS :Ibu klien mengatakan klien belum pernag di rawat
di RS
c. Obat yang digunakan :Ibu klien mengatakan obat yang digunakan adalah
obat yang diberi dokter untuk sakit yang sekarang
ini
15. d. Tindakan operasi :Ibu klien mengatakan klien tidak pernah dioperasi
e. Alergi :Ibu klien mengatakn klien tidak mempunyai
riwayat alergi terhadap obat ataupun pada makanan
dan minuman
f. Kecelakaan :Ibu klien mengtakan klien tidak pernah
menagalami kecelakaan
g. Imunisasi :Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi
lengkap
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram :
Keterangan : klien merupakan anak pertama dalam keluraga semuanya
pernah mengalami diare, tetapi saat ini hanya klien yang
menderita diare.
VI. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ibu klien mengatakan yang mengasuh klien adalah dirinya sendiri.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluraga baik, klien kadang bermain
dengan ayah, kakek atau neneknya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan klien jika diajak bermain oleh teman sebayanya, tampak
senang.
d. Pembawaan secara umum
16. Klien tampak tenang, jika ada orang asing klien menatapnya, klien leih
dominan bersama ibunya.
e. Lingkungan rumah
Rumah klien dekat kilang pertamina RU.IV, jarak antar 1 ruamh dengan rumah
yang lain cukup dekat.
VII. Kebutuhan Dasar
a. Makanan yang disukai / tidak disukai : ibu klien mengatakan klien sangat
menyukai ASI, klien tidak mau diberi susu formula. Ter4kadang juga klien
diberi pisang
Selera : ibu klien mengatakan klien minum ASI setiap 2 – 3 jam sekali
(sebelum sakit). Selama di RS : ibu klien mengatakan klien tetap minum
ASI tetapi 1 -3 jam sekali atau sewaktu klien rewel atau mengis.
Alat makan yang dipakai : tidak terkaji
Pola makan : sebelum sakit, klien minum ASI 2-3 jam sekali, kadang
diselingi pisang. Selama sakit klien minum ASi 1-3 jam sekali, kadang
makan biscuit nestle
b. Pola tidur : Ibu klien mengatakan tidur malam jam tidak teratur, rata-rata klien
tidur jam 19.00-06.00 WIB, kebiasaan klien sebelum tidur adalah minum ASI,.
Untuk tidur siang 3-4 kali dengan durasi 1-2 jam. Selama sakit klien sering
terjaa dari tidurnya Untuk tidur siang 1-2 kali dengan durasi 1-2 jam.
c. Mandi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali, pagi dan sore.
Selama di RS : Ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali, pagi dan sore.
d. Aktifitas bermain : tidak terkaji
e. Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien BAK 4-6 kali, BAB 1 x
dengan konsistensi lembek
Selama di RS : Ibu klien mengatakan klien BAK 4-6 kali, BAB 4 x
dengan konsistensi cair dan berbusa
17. VIII. Keadaan Kesahatan Saat Ini
a. Diagnosa medis : Diare
b. Tindakan operasi : Tidak ada
c. Status nutrisi : BB : 7,9 Kg
: 7.9 X 100
: 790 kal/hari
d. Status cairan : BB : 7.9 Kg S : 37.50
C
: 790 + 0.5/100 X 790
: 794 cc/24 jam
e. Obat- obatan :
Inf Ring As
Cortidex 3 x 1/3 Amp
Soclaf 2 x 1/3 gr
Bio GI 2 x ½ Amp
Vosidon syrup 2 x ½ cth
Sanmol drop 3 x 0.7 cc
f. Aktifitas : klien digendong ibunya, terkadang berjalan-jalan
keluar kamar
g. Tindakan keperawatan : mengukur vital sign, monitor frekuensi BAB,
menghitung kebutuhan cairan
h. Hasil laboratorium :
pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hb
leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
LED
S.monella thypi O
S.Parathypi A-O
S.Parathypi C-O
S.Thypi H
S.Parathypi A-H
S.Parathypi B-H
S.Parathypi S-H
L 9,7
6190
L 31
L 4,2
294.000
6/12
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
g/dl
/ul
%
10 ^ 6/ul
/ul
mm/jam
-
-
-
-
-
-
-
14,0- 18,0
4.800 – 10.800
42 – 52
4,7 – 6,1
150.000 – 450.000
0-15
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
18. i. Hasil rontgen : Tidak dilakukan pemeriksaan
j. Data tambahan : Ibu klien mengatakan tidak mengerti tentang diare,
penyebab, tanda gejala, cara penularan, dan
penaganan diare
IX. Pemeriksaan Fisik
a. KU : baik, kesadaran : comphosmetis, rewel
b. Tb/BB : 72 cm / 7.9 kg
c. LK : 38 cm
d. Mata : Mata cekung, sklera anikterik, conjungtiva ananemis, bentuk
simetris, sejajar dengan daun telinga bagian atas
e. Hidung : bnetuk simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
f. Mulut : Lidah bersih, mukosa bibir kering, gigi atas tumbuh 3, bagian
bawah 4, tidak ada somatitis
g. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada OMA / OMK
h. Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk
i. Dada : Bentuk simetris, tidak ada retraksi otot dada,
j. Jantung : Normal tidak ada kelainan
I : Tampak ictus cordis di ICS 4
A : Tidak terdapat bunyi gallop
P : Teraba ictus cordis di ICS 4 sinistra
P : Suara redup di seluruh jantung, dan tidak ada pembesaran organ
19. k. Paru-paru : Normal tidak ada kelainan
I : Bentuk simetris, tidak tampak retraksi otot dada
A : Terdengar suara bronkhovesikuler di ICS 2,3,4 sinistra dan dextra
P : Ekspansi dada simetris, fokal fremitus terhantar baik
P : Suara Resonan diseluruh lapang paru
l. Perut : Normal tidak ada kelainan
I : Normal, tidak tampak asites dan bnetuk simetris
A : Peristaltik usus 37 x
/menit
P : Suara timpani di seluruh lapang perut
P : turgor > 3 detik
m.Punggung : bentuk simetris, tidak ada kelainan
n. Gentalia : BAK lancer, hipospadia / epispadia tidak ada
o. Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, kecuali tangan kanan karena terpasang
infus
p. Kulit : Capillary refill lebih dari 3 detik, turgor kluit : kembali lambat
q. Vital sign : S :37.50
C, N : 110 x
/menit RR : 24 x
/menit
X. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Kemandirian dan bergaul : Ok / normal
b. Motorik halus : Ok / normal
c. Motorik kasar : Ok / normal
d. Kognitif dan bahasa : Ok / normal
XI. Informasi Lain
Klien anak pertama, klien tinggal bersama kedua orang tuanya, kakek dan nenek,
dalam keseharian klien diasuh oleh ibunya. Dalam kelurga klien saat ini tidak ada
yang menderita diare
XII. Ringkasan Riwayat Keperwatan
Klien dating ke IGD dengan BAB terus menerus dengan konsisitensi cair tanggal
10 agustus 2011 jam 17.00 WIB, di IGD dilakukan pemasangan infuse dan
20. laboratorium kemudian dikirim ke ruang catelya. Di ruang catelya klien masih
BAB cair dengan frekuensi lebih dari 4 kali. Di ruang catelya dilakukan
implementasi seperti monitor vital sign dan frekuensi BAB.
XIII. Analisa Data
No Tgl/ jam Data Fokus Problem Etiologi Ttd
1 11/08
2011
Jam 13.00
DS : Ibu klien mengatakan klien BAB > 4x
dengan konsistensi cair dan berbusa
DO : peristaltik usus 37 x
/menit
Diare Fisiologis :
proses penyakit.
2 11/08
2011
DS : Ibu klien mengatakan klien BAB > 4x
dengan konsistensi cair dan berbusa
DO : Mata klien tampak cekung, turgor
kulit lambat untuk kembali > 3 detik,
mukosa bibir kering.
S : 37.50
C
N : 110 x
/menit
RR : 24 x
/menit
Defsit volume
cairan
Kehilangan
secara aktif
3 12/08
2011
DS : Ibu klien mengatakan tidak
mengerti tentang diare, penyebab,
tanda gejala, cara penularan dan
penangan diare
DO :Ibu klien tampak binggung dan klien
terkena diare dan dirawat di RS untuk
yang pertama kali
Kurang
pengetahuan
Paparan
informasi yang
kurang
XIV. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
21. XV. Rencana Keperawatan
Tanggal
/ jam
No
Dx
Tujuan
& kriteria hasil
Rencana
keperawatan
TTD
11
agustus
2011
11
agustus
2011
I
II
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 X 24 jam
diharapkan diare tidak terjadi lagi,
dengan kriteria hasil :
Bowel elimination
Indikator I
R
ER
1. Eliminasi defekasi
efektif
2. Keseimbangan
cairan
3. Keseimbangan
elektrolit
4. Hidrasi yang
adekuat
2
2
2
2
4
4
4
4
Ket : 1 = kuat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tdk ada
Setelah dilakuakan tindakan
keperawatan selama 3 X 24 jam
diharapkan kebutuhan cairan dapat
trepenuhi, dengan kriteria hasil :
Fluid management
Bowel elimination :
• Pantau frekuensi dan
pola defekasi
• Monitor kebutuhan
cairan
• Monitor keseimbangan
cairan
• Anjurkan klien untuk
meningkatkan cairan
Fluid management :
• Monitor status hidrasi
• Monitor vital sign
• Perthankan catatn
intake dan output
yang adekuat
• Monitor masukan
makanan dan hitung
No Diagnosa keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
1
2
3
Diare berhubungan dengan fisiologis : proses
penyakit
Deficit volume cairan berhubungan dengan
kehilangan secara aktif
Kurang pnegtahuan berhubungan dengan papran
informasi yang kurang
11 agustus 2011
11 agustus 2011
12 agustus 2011
22. 12
agustus
2011
III
Indikator I
R
ER
1. Intake dan output
dalam 24 jam seimbang
2. Vital sign dalam
batas normal
3. Turgor elastic,
membrane mukosa
basah, mata tak cekung
4. Hidrasi kulit
2
2
2
2
4
4
4
4
Ket : 1 = kuat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tdk ada keluhan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam diharapkan
pengetahuan dapat meningkat, sesuai
dengan kriteria hasil :
Diet knowledge
Indikator IR ER
1. Familiar dengan tanda
gejala diare
2. Mendeskripsikan factor
penyebab diare
3. Mendeskripsikan
tindakan pencegahan
4. Mendeskripsikan cara
penularan diare
5. Mendeskripsikan cara
penanganan diare
dirumah
2
2
2
2
2
4
4
4
4
4
Ket : 1 = tidak ada
2 = terbatas
3 = cukup
4 = banyak
5 = luas
kebutuhan kalori
harian
Teaching disease
proses :
•Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan
•Jelaskan pengertian
tentang diare
•Jelaskan factor
penyebab, tanda,
gejalatindakan
pencegahan, cara
penularan dan
penanganan diare
dirumah
23. XVI. Asuhan Keperawatan
Tgl /
jam
No
dx
Implementasi Respon Ttd
11
Agustus
2011
11
Agustus
I
II
1. Memantau frekuensi dan pola
defekasi
2. Menhitung kebutuan cairan
klien
3. Memantau pola defaksi dan
frekuensi
4. Melakukan injeksi cortidex 1/3
amp secara IV sesuai advice
dokter
5. Menganjurkan kepada ibu klien
dan untuk meningkatkan cairan
kepada klien
1. Memonitor S,RR dan N
S: ibu klien mengatakan klien BAB > 4
x dari tadi malam hingga pagi ini
dengan konsistensi cair dan berbusa
O : 7.9 X 100 = 790 + 0.5
/100 X 790 =
794 cc / 24 jam
S : ibu klien mangatakan klien BAB 2x
dari jam 09.00 s/d 16.00 dengan
konsistensi cair dan suadah ada
ampasnya
O: obat masuk reaksi alergi tidak ada
S: Ibu klien mengatakan selalu
memberikan ASInya kepada klien
O: S : 37.50
C, N : 110 x
/menit
,RR : 24 x
/menit
24. 2011
12
Agustus
2011
12
Agustus
2011
12
Agustus
2011
I
II
III
2. Menghitung kebutuhan kalori
klien
3. Memonitor status hidrasi,
meliputi pengkajian turgor
4. Memonitor masukan cairan
dengan cara menghitung
tetesan infuse
5. Memonitor SS,RR dan N
1. Memantau frekuensi dan pola
defekasi
2. Menghitung keseimbangan
cairan
3. Memberikan injeksi soclaf 300
mg dan kortideks 1/3 Amp
1. Menghitung intake sdan output
selama 24 jam
2. Mengukur S,N dan RR
3. Monitor status hidrasi
1. Mengkaji tingkat pengetahuan
ibu klien tentang diare
2. Memberikan penkes diare yang
meliputi : penyebab, tanda,
gejalatindakan pencegahan,
cara penularan dan penanganan
diare dirumah
O:7.9 X 100 = 790 kal/hari
O: Turgor kulit lambatkembali > 3
detik mukosa bibir kering
O: 790 X 15 = 3 tpm makro
24 x60
O: S : 37.50
C, N : 110 x
/menit
,RR : 24 x
/menit
S:Ibu klien mengatakan klien BABnya
sudah lembek dan baru 1x BAB
sejak tadi malam
O: Intake = 1000 cc + 200 cc
Output = 800 cc
O:obat masuk, reaksi alergi kurang
O: Intake = 1000 cc + 200 cc
Output = 800 cc
O: S : 36.50
C, N : 100 x
/menit
,RR : 24 x
/menit
O: turgor kulit cepat kembali < 3 detik,
mukosa bibir basah, mata tdk cekung
S: Ibu klien mengatakan tidak
mengerti tentang diare, penyebab,
tanda gejala, cara penularan dan
penangan diare
S:Ibu klien mengatakan mengerti
tentang penyakit diare, meliputi :
• Pengertian diare : BAB cair > 4x
• Penyebab : infeksi, malabsorpsi,
makanan beracun
• Tanda/gejala : BAB cair biasanya
mengandung darah/lender,
muntah-muntah, gelisah, kadang-
25. kadang suhu meningkat
• Cara penularan : kontak dengan
tinja yang terinfeksi secara
langsung, bisa melalui makanan
dan minuman,mainan, dan
penggunaan sumber air tercemar.
• Pencegahan : mencuci tangan
dengan sabun, membuang tinja
bayi/anak-anak dengan benar,
menggunakan jamban yang benar.
• Penanganan diare dirumah :
berikan oralit atau LGG (larutan
gula garam), yaitu masukan 1
sendok teh gula pasir dan ¼
sendok teh garam kedalam 200 ml
air matang, kemudian
diminumkan pad anak. < 2 tahun
= ¼ - ½ gelas, > ½ - 1 gelas.
XVII. Evaluasi
No Tgl/jam Diagnosa keperawatan Evaluasi Ttd
1
2
11
Agustus
2011
11
Agustus
Diare berhubungan
dengan fisiologis :
proses penyakit
Deficit volume cairan
berhubungan dengan
S : ibu klien mngatakan klien BAB 2 x
dengan konsisitensi cair dan
berampas
O: kebutuhan cairan klien 794 cc/24 jam
A: Masalah teratasi sebagian
Indikator I
R
ER
1. Eliminasi defekasi
efektif
2. Keseimbangan cairan
3. Keseimbangan elektrolit
4. Hidrasi yang adekuat
3
3
3
3
4
4
4
4
P : Lanjutkan intervensi
Klien dan ibu klien : tetap
memberikan asinya, dan apntau
frekuensi dan pola defekasinya
Untuk perawat :menghitung
kesimbangan cairan, dan pantau
pola dan frekuensi defekasi klien
S : -
26. 3
4
2011
12
Agustus
2011
12
Agustus
201
kehilangan secara aktif
Diare berhubungan
dengan fisiologis :
proses penyakit
Deficit volume cairan
berhubungan dengan
kehilangan secara aktif
O: kebutuhan kalori klien sebesar 790
kal/hari, masukan cairan 3 tpm,
turgor kulit membaik, bibir tidak
kering
A: Masalah teratasi sebagian
Indikator I
R
ER
1. Intake dan output dalam
24 jam seimbang
2. Vital sign dalam batas
normal
3. Turgor elastic,
membrane mukosa
basah, mata tak cekung
4. Hidrasi kulit
4
3
3
3
4
4
4
4
P : Lanjutkan intervensi
Klien dan ibu klien :
menganjurkan klien dan ibu klien
meningkatkan intake cairan
Untuk perawat : pertahankan
catatan cairan yang seimbang
secara akurat
S: ibu klienmengatakan klien hari ini
hanya 1 kali BAB, dengan
konsisitensi lembek
O: keseimbangan cairan +200
A: Masalah teratasi
Indikator IR ER
1. Eliminasi defekasi
efektif
2. Keseimbangan cairan
3. Keseimbangan elektrolit
4. Hidrasi yang adekuat
4
4
4
4
4
4
4
4
P: Hentikan intervensi klien pulang jam
13.00 WIB
S: -
O: keseimbangan cairan + 200, turgor
kulit cepat kembali, mukosa bibir
basah, mata tidak cekung
S : 36.50
C
N : 100 x
/menit
RR : 24 x
/menit
27. 5 12
Agustus
201
Kurang pnegtahuan
berhubungan dengan
paparan informasi yang
kurang
A = Masalah teratasi
Indikator I
R
ER
1. Intake dan output dalam
24 jam seimbang
2. Vital sign dalam batas
normal
3. Turgor elastic,
membrane mukosa
basah, mata tak cekung
4. Hidrasi kulit
4
4
4
4
4
4
4
4
P: Hentikan intervensi klien pulang jam
13.00 WIB
S: ibu klien mengatakan mengerti
tentang diare, meliputi : pengertian,
penyebab, tanda gejala, cara
penularan, cara pencegahan, dan cara
penangan dirumah
O: ibu klien dan klien sendiri kooperatif
dalam mendengarkan dan sempata
bertanya
A: Masalah teratasi
Indikator IR ER
1. Familiar dengan tanda
gejala diare
2. Mendeskripsikan factor
penyebab diare
3. Mendeskripsikan
tindakan pencegahan
4. Mendeskripsikan cara
penularan diare
5. Mendeskripsikan cara
penanganan diare
dirumah
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
P: Hentikan intervensi klien pulang jam
13.00 WIB
28. BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan-kesenjangan anatara teori dan
kasus. Pembhasan ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada kasus ini penulis tidak menemukan adanya perbedaan yang
signifikan antara penkajian diteori maupun di kasus nyata, yaitu mulai dari
identitas klien sampai pengkajian data fokus.
B. Diagnosa keperawatan
Pada teori ada 7 diagnosa keperawatan yang mungkin akan muncul pada
klien anak diare tetapi pada kasus menemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa
29. keperawatan yang ditemukan pada kasus ini adalah : diare berhubungan dengan
fisiologis : proses penyakit, defisit volume ciran berhubungan dengan kehilangan
cairan secara aktif dan kurang pengetahuan Kurang pnegtahuan berhubungan
dengan paparan informasi yang kurang
C. Intervensi
Pada teori ditemukan waktu yang mencapai tujuan dari kriteria evaluasi,
sedangkan pad kasus intervensi disusun sesuai kondisi pasien saat pengkajian dan
mengacu pada waktu untuk mencapai kriteria evaluasi. Waktu yang ditentukan
yaitu 3 X 24 jam, tujuan disusun berdasarakan SMART. Pada tahap intervensi
penulis menemukan faktor pendukung yaitu pasien dan keluarga serta perawat
ruangan yang kooperatif.
D. Implementasi
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien disesuaikan dengan
intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dari ketiga
diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu :
1. Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit
2. Defisit volume ciran berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan berhubungan dengan paparan
informasi yang kurang
Semua masalah diatas teratasi dengan baik. Pada tahap evaluasi ini penulis
tidak menemukan hambatan dikarenakan sikap keluarga klien dan klien sendiri
yang kooperatif dan perawatan ruangan yang selalu memberikan kesempatan.
30. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada kesimpulan ini penulis dapat menyimpulkan :
1. Pada penkajian tidak ditemukan kesenjangan anatara teori dan kasus
2. Pada diagnosa keperawatan secara teori ditemukan 7
diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa
keperawatan.
3. Pada teori, intervensi keperawatan tidak ada batasan waktu
untuk mencapai tujuan atau evaluasi, sedangkan pada kasus telah disusun
berdasarakan SMART dan ada batasan waktu
4. Pada evaluasi semua masalah diatas teratasi dengan baik.
Pada tahap evaluasi ini penulis tidak menemukan hambatan dikarenakan sikap
31. keluarga, pasien yang kooperatif dan perawatan ruangan yang selalu
memberiakan
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.
32. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.
Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratam