SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.AR DENGAN GE
BAB I
PENDAHULUAN
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51). Ngastiyah (2005, h.223) juga
menambahkan bahwa diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja.
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia
terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus
terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian
besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak
meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan setiap hari 1. Di
Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan
banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB).
Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa
angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-
2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk
menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000
penduduk pada tahun 2001 2. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia
2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi
kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang
penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir
dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit
pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang
paru atau pneumonia 4. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan
terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor
risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi saranaair bersih
(SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas
bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas
air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi
yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli
dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan
adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air
tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi
sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta
menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli
dan fecal coli melebihi ambang batas.
Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status
pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia atau MDG di Indonesia mengalami
kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen penduduk
Indonesia dapat mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh
layanan sanitasi yang memadai. Faktanya, hanya 18 persen penduduk yang
memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana
sanitasi yang memadai
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
- Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir
dalam tinja (Suharyono, 1988: 51).
- Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).
- Diare adalah keluarga tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume tinja >
159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan volume
orang dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).
B. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
- Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-
virus, rotavirus, astrovirus.
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur
(candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat:
- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda Gejala
- Cengeng
- Anus dan daerah sekitar lecet
- BB menurun
- Turgor berkurang
- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
- Nadi cupat dan kecil
- Denyut jantung jadi cepat
- TD menurun
- Kesadaran menurun
- Pucat, nafas cepat
- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-
anak atau dewasa.
- Suhunya tinggi
- Tidak nafsu makan
- Lemas
- Dehidrasi
- Gelisah
- Cengeng
- Oliguria
- Anuria
- Rasa haus
D. KLASIFIKASI
Diare dibagi menjadi 2:
- Diare akut
- Diare kronis
1. Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari
pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a. Diare osmotik
- Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).
- Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik
utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
- Tinja mempunyai kadar Na+
rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya
bertambah besar (> 160 mOsm/L).
- Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein,
bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
- Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat
diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat
mulainya/pola tampilannya.
b. Diare sekretorik
- Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
- Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
- Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
- Tinja mempunyai kadar Na+
tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan
osmotiknya < 20 mOsm/L.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-
95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja
( normal : 14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test
bisa diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH normal kurang dari 6
2. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat
dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah
nilai jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih
tinggi dari nilai O2, sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis
respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan
adanya dehidrasi
2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan
menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi.
Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin
dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan
adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare..
F. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik).
b. Hipernatremia
c. Hiponatremia
d. Demam
e. Asidosis Metabolic
f. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
g. Ileus paratukus
h. Intoleransi laktosa
i. Kejang
j. Malnutrisi energi protein
k. Cardiac dysrhythmias.
l. Mutah
G. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
• 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
• selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
c. Dehidrasi sedang
• 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)
• selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
d. Dehidrasi berat
 Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
• 1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml =
15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
• 7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau
4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
• 16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1
ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
 Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
• 1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4
tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 tetes).
 Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
• 1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat
diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
 Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g
• Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
• Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
• Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit
(1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
 Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan < 2 kg .
• Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
• Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
• Jenis cairan: DG aa
• Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
• Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1
ml =
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2
tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam
atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
H. PATOFISIOLOGIS
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena:
b. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
c. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam
tubuh.
d. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada
orang dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi
pada anak sebelumnya pernah menderita lalep).
4) Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5) Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan
perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita
dapat meninggal.
Pathways Diare
Infeksi
(Virus, Bakteri, Parasit)
Molabsorbsi
Makanan di usus
Makanan Beracun Faktor Psikologis
Reaksi Inflamasi Tek Osmotik Rangsang Saraf Parasimpatik
Gg. Motilitas UsusPe sekresi cairan
dan elektrolit
Pergeseran cairan &
elektrolit ke rongga usus
Isi Rongga Usus Hipermotilitas Hipomotilitas
Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh SS
DIARE
Dehidrasi Kerusakan mukosa usus Defekasi sering Output >>
Obsorbsi ber <
MK: < Pengetahuan
Perubahan nutrisi
Nyeri akut
Iritasi Kulit
Resiko kerusakan integritas kulit
Dehidrasi
Tubuh kehilangan
cairan & elektrolit
Pe vol cairan
ekstra sel
Pe cairan
intertitial
Tugor kulit Kurang volume cairan
Cemas
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada
tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
J. INTERVENSI
1. Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan diare dapat teratasi
NOC : Bowel elimination
NIC : Bowel elimination
2. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada
tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit
terpenuhi.
NOC : Fluid balance
NIC : Fluid manajement
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
NOC : Nutritional status food and fluid intake
NIC : Nutrition management
Sumber : Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 , Jakarta, CV, Sagung
Seto
Nutrition monitoring
4. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri
berkurang
NOC : Control nyeri
NIC : Pain management
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan integritas kulit kembali normal.
NOC : Tissue integrty: skind and mucous membranes.
NIC : Pressure management
6. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindak akun keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal
(36,5o
C)
NOC : Thermoregulation
NIC : Fever treatment
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan/selama proses
keperawatan diharapkan pengetahuan pasien betambah.
NOC : Knowledge: disease proces
NIC : Teaching: disease process
BAB III
PENGELOLAAN KASUS
I. Identitas Data
Nama : An.Ar Agama : Islam
TTL : Cilacap, 08 Nov 2010 Alamat : Cilacap
Umur : 9 bulan, 3 hari S.Bangsa : Jawa
Nama Ayah / Ibu : Tn.Nanang/Ny.Tuti Pend.Ayah : SMA
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta/buruh Pend.Ibu : SMP
Pekerjaan Ibu : IRT RM : 264423
II. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan, klien BAB cair lebih dari 4 kali dari tadi malam sampai
pagi ini, dengan konsistensi cair dan berbusa.
III. Riwayat Kehanilan Dan Kelahiran
a. Prenatal : P1A0, hamil aterm, pemeriksaan ANC di bidan,TI : 2 kali, TII : 2
kali
dan TIII : 4 kali, selama kehamilan tidak ada keluhan
b. Intranatal : Partus spontan di bidan, tidak terdapat penyulit
c. Postnatal : Bayi lahir spontan, langsung menangis, PB : 46 cm, BB : 3000gr
IV. Riwayat Masa Lampau
a. Penyakit waktu kecil :Ibu klien mengatakan klien pada umur 4 bulna
menderita panas tinggi, tetapi tidak terjadi kejang,
kemudian diberi obat dari bidan sembuh
b. Pernah dirawat di RS :Ibu klien mengatakan klien belum pernag di rawat
di RS
c. Obat yang digunakan :Ibu klien mengatakan obat yang digunakan adalah
obat yang diberi dokter untuk sakit yang sekarang
ini
d. Tindakan operasi :Ibu klien mengatakan klien tidak pernah dioperasi
e. Alergi :Ibu klien mengatakn klien tidak mempunyai
riwayat alergi terhadap obat ataupun pada makanan
dan minuman
f. Kecelakaan :Ibu klien mengtakan klien tidak pernah
menagalami kecelakaan
g. Imunisasi :Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi
lengkap
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram :
Keterangan : klien merupakan anak pertama dalam keluraga semuanya
pernah mengalami diare, tetapi saat ini hanya klien yang
menderita diare.
VI. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ibu klien mengatakan yang mengasuh klien adalah dirinya sendiri.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluraga baik, klien kadang bermain
dengan ayah, kakek atau neneknya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan klien jika diajak bermain oleh teman sebayanya, tampak
senang.
d. Pembawaan secara umum
Klien tampak tenang, jika ada orang asing klien menatapnya, klien leih
dominan bersama ibunya.
e. Lingkungan rumah
Rumah klien dekat kilang pertamina RU.IV, jarak antar 1 ruamh dengan rumah
yang lain cukup dekat.
VII. Kebutuhan Dasar
a. Makanan yang disukai / tidak disukai : ibu klien mengatakan klien sangat
menyukai ASI, klien tidak mau diberi susu formula. Ter4kadang juga klien
diberi pisang
 Selera : ibu klien mengatakan klien minum ASI setiap 2 – 3 jam sekali
(sebelum sakit). Selama di RS : ibu klien mengatakan klien tetap minum
ASI tetapi 1 -3 jam sekali atau sewaktu klien rewel atau mengis.
 Alat makan yang dipakai : tidak terkaji
 Pola makan : sebelum sakit, klien minum ASI 2-3 jam sekali, kadang
diselingi pisang. Selama sakit klien minum ASi 1-3 jam sekali, kadang
makan biscuit nestle
b. Pola tidur : Ibu klien mengatakan tidur malam jam tidak teratur, rata-rata klien
tidur jam 19.00-06.00 WIB, kebiasaan klien sebelum tidur adalah minum ASI,.
Untuk tidur siang 3-4 kali dengan durasi 1-2 jam. Selama sakit klien sering
terjaa dari tidurnya Untuk tidur siang 1-2 kali dengan durasi 1-2 jam.
c. Mandi
 Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali, pagi dan sore.
 Selama di RS : Ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali, pagi dan sore.
d. Aktifitas bermain : tidak terkaji
e. Eliminasi
 Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien BAK 4-6 kali, BAB 1 x
dengan konsistensi lembek
 Selama di RS : Ibu klien mengatakan klien BAK 4-6 kali, BAB 4 x
dengan konsistensi cair dan berbusa
VIII. Keadaan Kesahatan Saat Ini
a. Diagnosa medis : Diare
b. Tindakan operasi : Tidak ada
c. Status nutrisi : BB : 7,9 Kg
: 7.9 X 100
: 790 kal/hari
d. Status cairan : BB : 7.9 Kg S : 37.50
C
: 790 + 0.5/100 X 790
: 794 cc/24 jam
e. Obat- obatan :
 Inf Ring As
 Cortidex 3 x 1/3 Amp
 Soclaf 2 x 1/3 gr
 Bio GI 2 x ½ Amp
 Vosidon syrup 2 x ½ cth
 Sanmol drop 3 x 0.7 cc
f. Aktifitas : klien digendong ibunya, terkadang berjalan-jalan
keluar kamar
g. Tindakan keperawatan : mengukur vital sign, monitor frekuensi BAB,
menghitung kebutuhan cairan
h. Hasil laboratorium :
pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hb
leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
LED
S.monella thypi O
S.Parathypi A-O
S.Parathypi C-O
S.Thypi H
S.Parathypi A-H
S.Parathypi B-H
S.Parathypi S-H
L 9,7
6190
L 31
L 4,2
294.000
6/12
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
g/dl
/ul
%
10 ^ 6/ul
/ul
mm/jam
-
-
-
-
-
-
-
14,0- 18,0
4.800 – 10.800
42 – 52
4,7 – 6,1
150.000 – 450.000
0-15
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
i. Hasil rontgen : Tidak dilakukan pemeriksaan
j. Data tambahan : Ibu klien mengatakan tidak mengerti tentang diare,
penyebab, tanda gejala, cara penularan, dan
penaganan diare
IX. Pemeriksaan Fisik
a. KU : baik, kesadaran : comphosmetis, rewel
b. Tb/BB : 72 cm / 7.9 kg
c. LK : 38 cm
d. Mata : Mata cekung, sklera anikterik, conjungtiva ananemis, bentuk
simetris, sejajar dengan daun telinga bagian atas
e. Hidung : bnetuk simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
f. Mulut : Lidah bersih, mukosa bibir kering, gigi atas tumbuh 3, bagian
bawah 4, tidak ada somatitis
g. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada OMA / OMK
h. Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk
i. Dada : Bentuk simetris, tidak ada retraksi otot dada,
j. Jantung : Normal tidak ada kelainan
I : Tampak ictus cordis di ICS 4
A : Tidak terdapat bunyi gallop
P : Teraba ictus cordis di ICS 4 sinistra
P : Suara redup di seluruh jantung, dan tidak ada pembesaran organ
k. Paru-paru : Normal tidak ada kelainan
I : Bentuk simetris, tidak tampak retraksi otot dada
A : Terdengar suara bronkhovesikuler di ICS 2,3,4 sinistra dan dextra
P : Ekspansi dada simetris, fokal fremitus terhantar baik
P : Suara Resonan diseluruh lapang paru
l. Perut : Normal tidak ada kelainan
I : Normal, tidak tampak asites dan bnetuk simetris
A : Peristaltik usus 37 x
/menit
P : Suara timpani di seluruh lapang perut
P : turgor > 3 detik
m.Punggung : bentuk simetris, tidak ada kelainan
n. Gentalia : BAK lancer, hipospadia / epispadia tidak ada
o. Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, kecuali tangan kanan karena terpasang
infus
p. Kulit : Capillary refill lebih dari 3 detik, turgor kluit : kembali lambat
q. Vital sign : S :37.50
C, N : 110 x
/menit RR : 24 x
/menit
X. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Kemandirian dan bergaul : Ok / normal
b. Motorik halus : Ok / normal
c. Motorik kasar : Ok / normal
d. Kognitif dan bahasa : Ok / normal
XI. Informasi Lain
Klien anak pertama, klien tinggal bersama kedua orang tuanya, kakek dan nenek,
dalam keseharian klien diasuh oleh ibunya. Dalam kelurga klien saat ini tidak ada
yang menderita diare
XII. Ringkasan Riwayat Keperwatan
Klien dating ke IGD dengan BAB terus menerus dengan konsisitensi cair tanggal
10 agustus 2011 jam 17.00 WIB, di IGD dilakukan pemasangan infuse dan
laboratorium kemudian dikirim ke ruang catelya. Di ruang catelya klien masih
BAB cair dengan frekuensi lebih dari 4 kali. Di ruang catelya dilakukan
implementasi seperti monitor vital sign dan frekuensi BAB.
XIII. Analisa Data
No Tgl/ jam Data Fokus Problem Etiologi Ttd
1 11/08
2011
Jam 13.00
DS : Ibu klien mengatakan klien BAB > 4x
dengan konsistensi cair dan berbusa
DO : peristaltik usus 37 x
/menit
Diare Fisiologis :
proses penyakit.
2 11/08
2011
DS : Ibu klien mengatakan klien BAB > 4x
dengan konsistensi cair dan berbusa
DO : Mata klien tampak cekung, turgor
kulit lambat untuk kembali > 3 detik,
mukosa bibir kering.
S : 37.50
C
N : 110 x
/menit
RR : 24 x
/menit
Defsit volume
cairan
Kehilangan
secara aktif
3 12/08
2011
DS : Ibu klien mengatakan tidak
mengerti tentang diare, penyebab,
tanda gejala, cara penularan dan
penangan diare
DO :Ibu klien tampak binggung dan klien
terkena diare dan dirawat di RS untuk
yang pertama kali
Kurang
pengetahuan
Paparan
informasi yang
kurang
XIV. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
XV. Rencana Keperawatan
Tanggal
/ jam
No
Dx
Tujuan
& kriteria hasil
Rencana
keperawatan
TTD
11
agustus
2011
11
agustus
2011
I
II
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 X 24 jam
diharapkan diare tidak terjadi lagi,
dengan kriteria hasil :
Bowel elimination
Indikator I
R
ER
1. Eliminasi defekasi
efektif
2. Keseimbangan
cairan
3. Keseimbangan
elektrolit
4. Hidrasi yang
adekuat
2
2
2
2
4
4
4
4
Ket : 1 = kuat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tdk ada
Setelah dilakuakan tindakan
keperawatan selama 3 X 24 jam
diharapkan kebutuhan cairan dapat
trepenuhi, dengan kriteria hasil :
Fluid management
Bowel elimination :
• Pantau frekuensi dan
pola defekasi
• Monitor kebutuhan
cairan
• Monitor keseimbangan
cairan
• Anjurkan klien untuk
meningkatkan cairan
Fluid management :
• Monitor status hidrasi
• Monitor vital sign
• Perthankan catatn
intake dan output
yang adekuat
• Monitor masukan
makanan dan hitung
No Diagnosa keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
1
2
3
Diare berhubungan dengan fisiologis : proses
penyakit
Deficit volume cairan berhubungan dengan
kehilangan secara aktif
Kurang pnegtahuan berhubungan dengan papran
informasi yang kurang
11 agustus 2011
11 agustus 2011
12 agustus 2011
12
agustus
2011
III
Indikator I
R
ER
1. Intake dan output
dalam 24 jam seimbang
2. Vital sign dalam
batas normal
3. Turgor elastic,
membrane mukosa
basah, mata tak cekung
4. Hidrasi kulit
2
2
2
2
4
4
4
4
Ket : 1 = kuat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tdk ada keluhan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam diharapkan
pengetahuan dapat meningkat, sesuai
dengan kriteria hasil :
Diet knowledge
Indikator IR ER
1. Familiar dengan tanda
gejala diare
2. Mendeskripsikan factor
penyebab diare
3. Mendeskripsikan
tindakan pencegahan
4. Mendeskripsikan cara
penularan diare
5. Mendeskripsikan cara
penanganan diare
dirumah
2
2
2
2
2
4
4
4
4
4
Ket : 1 = tidak ada
2 = terbatas
3 = cukup
4 = banyak
5 = luas
kebutuhan kalori
harian
Teaching disease
proses :
•Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan
•Jelaskan pengertian
tentang diare
•Jelaskan factor
penyebab, tanda,
gejalatindakan
pencegahan, cara
penularan dan
penanganan diare
dirumah
XVI. Asuhan Keperawatan
Tgl /
jam
No
dx
Implementasi Respon Ttd
11
Agustus
2011
11
Agustus
I
II
1. Memantau frekuensi dan pola
defekasi
2. Menhitung kebutuan cairan
klien
3. Memantau pola defaksi dan
frekuensi
4. Melakukan injeksi cortidex 1/3
amp secara IV sesuai advice
dokter
5. Menganjurkan kepada ibu klien
dan untuk meningkatkan cairan
kepada klien
1. Memonitor S,RR dan N
S: ibu klien mengatakan klien BAB > 4
x dari tadi malam hingga pagi ini
dengan konsistensi cair dan berbusa
O : 7.9 X 100 = 790 + 0.5
/100 X 790 =
794 cc / 24 jam
S : ibu klien mangatakan klien BAB 2x
dari jam 09.00 s/d 16.00 dengan
konsistensi cair dan suadah ada
ampasnya
O: obat masuk reaksi alergi tidak ada
S: Ibu klien mengatakan selalu
memberikan ASInya kepada klien
O: S : 37.50
C, N : 110 x
/menit
,RR : 24 x
/menit
2011
12
Agustus
2011
12
Agustus
2011
12
Agustus
2011
I
II
III
2. Menghitung kebutuhan kalori
klien
3. Memonitor status hidrasi,
meliputi pengkajian turgor
4. Memonitor masukan cairan
dengan cara menghitung
tetesan infuse
5. Memonitor SS,RR dan N
1. Memantau frekuensi dan pola
defekasi
2. Menghitung keseimbangan
cairan
3. Memberikan injeksi soclaf 300
mg dan kortideks 1/3 Amp
1. Menghitung intake sdan output
selama 24 jam
2. Mengukur S,N dan RR
3. Monitor status hidrasi
1. Mengkaji tingkat pengetahuan
ibu klien tentang diare
2. Memberikan penkes diare yang
meliputi : penyebab, tanda,
gejalatindakan pencegahan,
cara penularan dan penanganan
diare dirumah
O:7.9 X 100 = 790 kal/hari
O: Turgor kulit lambatkembali > 3
detik mukosa bibir kering
O: 790 X 15 = 3 tpm makro
24 x60
O: S : 37.50
C, N : 110 x
/menit
,RR : 24 x
/menit
S:Ibu klien mengatakan klien BABnya
sudah lembek dan baru 1x BAB
sejak tadi malam
O: Intake = 1000 cc + 200 cc
Output = 800 cc
O:obat masuk, reaksi alergi kurang
O: Intake = 1000 cc + 200 cc
Output = 800 cc
O: S : 36.50
C, N : 100 x
/menit
,RR : 24 x
/menit
O: turgor kulit cepat kembali < 3 detik,
mukosa bibir basah, mata tdk cekung
S: Ibu klien mengatakan tidak
mengerti tentang diare, penyebab,
tanda gejala, cara penularan dan
penangan diare
S:Ibu klien mengatakan mengerti
tentang penyakit diare, meliputi :
• Pengertian diare : BAB cair > 4x
• Penyebab : infeksi, malabsorpsi,
makanan beracun
• Tanda/gejala : BAB cair biasanya
mengandung darah/lender,
muntah-muntah, gelisah, kadang-
kadang suhu meningkat
• Cara penularan : kontak dengan
tinja yang terinfeksi secara
langsung, bisa melalui makanan
dan minuman,mainan, dan
penggunaan sumber air tercemar.
• Pencegahan : mencuci tangan
dengan sabun, membuang tinja
bayi/anak-anak dengan benar,
menggunakan jamban yang benar.
• Penanganan diare dirumah :
berikan oralit atau LGG (larutan
gula garam), yaitu masukan 1
sendok teh gula pasir dan ¼
sendok teh garam kedalam 200 ml
air matang, kemudian
diminumkan pad anak. < 2 tahun
= ¼ - ½ gelas, > ½ - 1 gelas.
XVII. Evaluasi
No Tgl/jam Diagnosa keperawatan Evaluasi Ttd
1
2
11
Agustus
2011
11
Agustus
Diare berhubungan
dengan fisiologis :
proses penyakit
Deficit volume cairan
berhubungan dengan
S : ibu klien mngatakan klien BAB 2 x
dengan konsisitensi cair dan
berampas
O: kebutuhan cairan klien 794 cc/24 jam
A: Masalah teratasi sebagian
Indikator I
R
ER
1. Eliminasi defekasi
efektif
2. Keseimbangan cairan
3. Keseimbangan elektrolit
4. Hidrasi yang adekuat
3
3
3
3
4
4
4
4
P : Lanjutkan intervensi
 Klien dan ibu klien : tetap
memberikan asinya, dan apntau
frekuensi dan pola defekasinya
 Untuk perawat :menghitung
kesimbangan cairan, dan pantau
pola dan frekuensi defekasi klien
S : -
3
4
2011
12
Agustus
2011
12
Agustus
201
kehilangan secara aktif
Diare berhubungan
dengan fisiologis :
proses penyakit
Deficit volume cairan
berhubungan dengan
kehilangan secara aktif
O: kebutuhan kalori klien sebesar 790
kal/hari, masukan cairan 3 tpm,
turgor kulit membaik, bibir tidak
kering
A: Masalah teratasi sebagian
Indikator I
R
ER
1. Intake dan output dalam
24 jam seimbang
2. Vital sign dalam batas
normal
3. Turgor elastic,
membrane mukosa
basah, mata tak cekung
4. Hidrasi kulit
4
3
3
3
4
4
4
4
P : Lanjutkan intervensi
 Klien dan ibu klien :
menganjurkan klien dan ibu klien
meningkatkan intake cairan
 Untuk perawat : pertahankan
catatan cairan yang seimbang
secara akurat
S: ibu klienmengatakan klien hari ini
hanya 1 kali BAB, dengan
konsisitensi lembek
O: keseimbangan cairan +200
A: Masalah teratasi
Indikator IR ER
1. Eliminasi defekasi
efektif
2. Keseimbangan cairan
3. Keseimbangan elektrolit
4. Hidrasi yang adekuat
4
4
4
4
4
4
4
4
P: Hentikan intervensi klien pulang jam
13.00 WIB
S: -
O: keseimbangan cairan + 200, turgor
kulit cepat kembali, mukosa bibir
basah, mata tidak cekung
S : 36.50
C
N : 100 x
/menit
RR : 24 x
/menit
5 12
Agustus
201
Kurang pnegtahuan
berhubungan dengan
paparan informasi yang
kurang
A = Masalah teratasi
Indikator I
R
ER
1. Intake dan output dalam
24 jam seimbang
2. Vital sign dalam batas
normal
3. Turgor elastic,
membrane mukosa
basah, mata tak cekung
4. Hidrasi kulit
4
4
4
4
4
4
4
4
P: Hentikan intervensi klien pulang jam
13.00 WIB
S: ibu klien mengatakan mengerti
tentang diare, meliputi : pengertian,
penyebab, tanda gejala, cara
penularan, cara pencegahan, dan cara
penangan dirumah
O: ibu klien dan klien sendiri kooperatif
dalam mendengarkan dan sempata
bertanya
A: Masalah teratasi
Indikator IR ER
1. Familiar dengan tanda
gejala diare
2. Mendeskripsikan factor
penyebab diare
3. Mendeskripsikan
tindakan pencegahan
4. Mendeskripsikan cara
penularan diare
5. Mendeskripsikan cara
penanganan diare
dirumah
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
P: Hentikan intervensi klien pulang jam
13.00 WIB
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan-kesenjangan anatara teori dan
kasus. Pembhasan ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada kasus ini penulis tidak menemukan adanya perbedaan yang
signifikan antara penkajian diteori maupun di kasus nyata, yaitu mulai dari
identitas klien sampai pengkajian data fokus.
B. Diagnosa keperawatan
Pada teori ada 7 diagnosa keperawatan yang mungkin akan muncul pada
klien anak diare tetapi pada kasus menemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus ini adalah : diare berhubungan dengan
fisiologis : proses penyakit, defisit volume ciran berhubungan dengan kehilangan
cairan secara aktif dan kurang pengetahuan Kurang pnegtahuan berhubungan
dengan paparan informasi yang kurang
C. Intervensi
Pada teori ditemukan waktu yang mencapai tujuan dari kriteria evaluasi,
sedangkan pad kasus intervensi disusun sesuai kondisi pasien saat pengkajian dan
mengacu pada waktu untuk mencapai kriteria evaluasi. Waktu yang ditentukan
yaitu 3 X 24 jam, tujuan disusun berdasarakan SMART. Pada tahap intervensi
penulis menemukan faktor pendukung yaitu pasien dan keluarga serta perawat
ruangan yang kooperatif.
D. Implementasi
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien disesuaikan dengan
intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dari ketiga
diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu :
1. Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit
2. Defisit volume ciran berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan berhubungan dengan paparan
informasi yang kurang
Semua masalah diatas teratasi dengan baik. Pada tahap evaluasi ini penulis
tidak menemukan hambatan dikarenakan sikap keluarga klien dan klien sendiri
yang kooperatif dan perawatan ruangan yang selalu memberikan kesempatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada kesimpulan ini penulis dapat menyimpulkan :
1. Pada penkajian tidak ditemukan kesenjangan anatara teori dan kasus
2. Pada diagnosa keperawatan secara teori ditemukan 7
diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa
keperawatan.
3. Pada teori, intervensi keperawatan tidak ada batasan waktu
untuk mencapai tujuan atau evaluasi, sedangkan pada kasus telah disusun
berdasarakan SMART dan ada batasan waktu
4. Pada evaluasi semua masalah diatas teratasi dengan baik.
Pada tahap evaluasi ini penulis tidak menemukan hambatan dikarenakan sikap
keluarga, pasien yang kooperatif dan perawatan ruangan yang selalu
memberiakan
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.
Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratam

More Related Content

What's hot

Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineSulistia Rini
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAMas Mawon
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaSri Nala
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE Fransiska Oktafiani
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifSri Nala
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Fransiska Oktafiani
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasinissaicha2
 
Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentriSri Nala
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasLSIM
 

What's hot (20)

Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
 
Askep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkapAskep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkap
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Lp dispepsia
Lp dispepsiaLp dispepsia
Lp dispepsia
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep Retinoblastoma
 
Konsep infeksi
Konsep infeksiKonsep infeksi
Konsep infeksi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentri
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 

Viewers also liked

Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakAsuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakRahmi Sari
 
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
Asuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akutAsuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akut
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akutAan Kurniawan
 
Sirosis hepatis
Sirosis hepatisSirosis hepatis
Sirosis hepatisIrwan Syah
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalusAsuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalusUsaha Apa Aja Asal Halal
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaYesi Tika
 
Askep anak hydrocephalus3 (hidrosefalus)
Askep anak hydrocephalus3 (hidrosefalus)Askep anak hydrocephalus3 (hidrosefalus)
Askep anak hydrocephalus3 (hidrosefalus)sastriyadi
 
Lembar diagnosa keperawatan nic noc
Lembar diagnosa keperawatan nic nocLembar diagnosa keperawatan nic noc
Lembar diagnosa keperawatan nic nocPriatna Asep
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraNola Hastuti
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Amee Hidayat
 

Viewers also liked (18)

Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anakAsuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak
 
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
Asuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akutAsuhan  keperawatan  pada  klien  gastroenteritis akut
Asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis akut
 
Pathways trauma kepala
Pathways trauma kepalaPathways trauma kepala
Pathways trauma kepala
 
Cidera kepala
Cidera kepalaCidera kepala
Cidera kepala
 
Askep gea
Askep geaAskep gea
Askep gea
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Sirosis hepatis
Sirosis hepatisSirosis hepatis
Sirosis hepatis
 
Asuhan keperawatan klien dengan tb paru
Asuhan keperawatan klien dengan  tb paruAsuhan keperawatan klien dengan  tb paru
Asuhan keperawatan klien dengan tb paru
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalusAsuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus
 
Askep hidrosefalus AKPER PEMDA MUNA
Askep hidrosefalus AKPER PEMDA MUNA Askep hidrosefalus AKPER PEMDA MUNA
Askep hidrosefalus AKPER PEMDA MUNA
 
Asuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbcAsuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbc
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemiaAsuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
 
Askep anak hydrocephalus3 (hidrosefalus)
Askep anak hydrocephalus3 (hidrosefalus)Askep anak hydrocephalus3 (hidrosefalus)
Askep anak hydrocephalus3 (hidrosefalus)
 
Lembar diagnosa keperawatan nic noc
Lembar diagnosa keperawatan nic nocLembar diagnosa keperawatan nic noc
Lembar diagnosa keperawatan nic noc
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 

Similar to GEJALA DAN PENANGANAN DIARE PADA ANAK

Similar to GEJALA DAN PENANGANAN DIARE PADA ANAK (20)

Isi makalah diare.
Isi makalah diare.Isi makalah diare.
Isi makalah diare.
 
197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2
 
Gastroenteritis
GastroenteritisGastroenteritis
Gastroenteritis
 
Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi
 
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaPengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
diare6.pdf
diare6.pdfdiare6.pdf
diare6.pdf
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Askep klien diare AKPER PEMDA MUNA
Askep klien diare AKPER PEMDA MUNA Askep klien diare AKPER PEMDA MUNA
Askep klien diare AKPER PEMDA MUNA
 
Askep klien diare
Askep klien diareAskep klien diare
Askep klien diare
 
Makalah diare
Makalah diareMakalah diare
Makalah diare
 
Asuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diareAsuhan keperawatan diare
Asuhan keperawatan diare
 
Bab 2 fater
Bab 2 faterBab 2 fater
Bab 2 fater
 
Proposal
Proposal Proposal
Proposal
 
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
3097875.ppt
3097875.ppt3097875.ppt
3097875.ppt
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 
148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis
 

Recently uploaded

Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (20)

Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 

GEJALA DAN PENANGANAN DIARE PADA ANAK

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.AR DENGAN GE BAB I PENDAHULUAN Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51). Ngastiyah (2005, h.223) juga menambahkan bahwa diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja. Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan setiap hari 1. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999- 2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001 2. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi
  • 2. kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92% Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia 4. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi saranaair bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas. Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia atau MDG di Indonesia mengalami kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen penduduk Indonesia dapat mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh layanan sanitasi yang memadai. Faktanya, hanya 18 persen penduduk yang memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana sanitasi yang memadai
  • 3. BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN - Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51). - Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223). - Diare adalah keluarga tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume tinja > 159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354). B. ETIOLOGI a. Faktor Infeksi 1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut: - Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno- virus, rotavirus, astrovirus. - Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida albicans). 2) Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi 1) Malabsorbsi karbohidrat: - Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa) - Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
  • 4. Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa). 2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan) d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar. e. Faktor imunodefisiensi f. Faktor obat-obatan, antibiotik g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis. C. MANIFESTASI KLINIS Tanda Gejala - Cengeng - Anus dan daerah sekitar lecet - BB menurun - Turgor berkurang - Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi) - Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering - Nadi cupat dan kecil - Denyut jantung jadi cepat - TD menurun - Kesadaran menurun - Pucat, nafas cepat - Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak- anak atau dewasa. - Suhunya tinggi - Tidak nafsu makan - Lemas - Dehidrasi - Gelisah - Cengeng - Oliguria - Anuria - Rasa haus D. KLASIFIKASI
  • 5. Diare dibagi menjadi 2: - Diare akut - Diare kronis 1. Diare Akut Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. 2. Diare Kronis Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu: a. Diare osmotik - Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan). - Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi. - Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah besar (> 160 mOsm/L). - Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir. - Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya. b. Diare sekretorik - Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan. - Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi. - Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak. - Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
  • 6. a. Pemeriksaan Tinja 1. Makroskopis Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg. 2. Mikroskopis Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55- 95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ). b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga terjadi intoleransi gula. 1. PH normal kurang dari 6 2. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja. c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2, sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2. d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal 1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi 2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal. e. Pemeriksaan darah lengkap Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut. f. Duodeual Intubation Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik. Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
  • 7. Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.. F. KOMPLIKASI a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). b. Hipernatremia c. Hiponatremia d. Demam e. Asidosis Metabolic f. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L) g. Ileus paratukus h. Intoleransi laktosa i. Kejang j. Malnutrisi energi protein k. Cardiac dysrhythmias. l. Mutah G. PENATALAKSANAAN a. Penatalaksanaan Medis Dasar pengobatan diare adalah: 1) Pemberian cairan a. Belum ada dehidrasi Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi b. Dehidrasi ringan • 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik) • selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik) c. Dehidrasi sedang • 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde) • selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
  • 8. d. Dehidrasi berat  Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg. • 1 jam pertama 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes). • 7 jam berikut: 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes). • 16 jam berikut: 125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).  Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg. • 1 jam pertama: 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). • 7 jam berikutnya: 10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). • 16 jam berikutnya: 125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).  Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg • 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
  • 9. • 7 jam berikut: 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). • 16 jam: 105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)  Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g • Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam. • Jenis cairan: Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%) • Kecepatan: 4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).  Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan < 2 kg . • Kebutuhan cairan: 25 ml/kgBB/24 jam • Jenis cairan: Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%) • Jenis cairan: DG aa • Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3). • Kecepatan: 4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml =
  • 10. 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes). 20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). H. PATOFISIOLOGIS Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi: 1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input) merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. 2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik) Asidosis metabolik terjadi karena: b. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja c. Adanya ketosil kelaparan Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh. d. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan. e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler 3) Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada orang dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak sebelumnya pernah menderita lalep). 4) Gangguan gizi Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
  • 11. sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. 5) Gangguan sirkulasi darah Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. Pathways Diare Infeksi (Virus, Bakteri, Parasit) Molabsorbsi Makanan di usus Makanan Beracun Faktor Psikologis Reaksi Inflamasi Tek Osmotik Rangsang Saraf Parasimpatik Gg. Motilitas UsusPe sekresi cairan dan elektrolit Pergeseran cairan & elektrolit ke rongga usus Isi Rongga Usus Hipermotilitas Hipomotilitas Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh SS DIARE Dehidrasi Kerusakan mukosa usus Defekasi sering Output >> Obsorbsi ber < MK: < Pengetahuan Perubahan nutrisi Nyeri akut Iritasi Kulit Resiko kerusakan integritas kulit Dehidrasi Tubuh kehilangan cairan & elektrolit Pe vol cairan ekstra sel Pe cairan intertitial Tugor kulit Kurang volume cairan Cemas
  • 12. I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi. 3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi. 5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi. 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi J. INTERVENSI 1. Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan diare dapat teratasi NOC : Bowel elimination NIC : Bowel elimination 2. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi. NOC : Fluid balance NIC : Fluid manajement 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi NOC : Nutritional status food and fluid intake NIC : Nutrition management Sumber : Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1 , Jakarta, CV, Sagung Seto
  • 13. Nutrition monitoring 4. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri berkurang NOC : Control nyeri NIC : Pain management 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit kembali normal. NOC : Tissue integrty: skind and mucous membranes. NIC : Pressure management 6. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi Tujuan : Setelah dilakukan tindak akun keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5o C) NOC : Thermoregulation NIC : Fever treatment 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan/selama proses keperawatan diharapkan pengetahuan pasien betambah. NOC : Knowledge: disease proces NIC : Teaching: disease process
  • 14. BAB III PENGELOLAAN KASUS I. Identitas Data Nama : An.Ar Agama : Islam TTL : Cilacap, 08 Nov 2010 Alamat : Cilacap Umur : 9 bulan, 3 hari S.Bangsa : Jawa Nama Ayah / Ibu : Tn.Nanang/Ny.Tuti Pend.Ayah : SMA Pekerjaan Ayah : Wiraswasta/buruh Pend.Ibu : SMP Pekerjaan Ibu : IRT RM : 264423 II. Keluhan Utama Ibu klien mengatakan, klien BAB cair lebih dari 4 kali dari tadi malam sampai pagi ini, dengan konsistensi cair dan berbusa. III. Riwayat Kehanilan Dan Kelahiran a. Prenatal : P1A0, hamil aterm, pemeriksaan ANC di bidan,TI : 2 kali, TII : 2 kali dan TIII : 4 kali, selama kehamilan tidak ada keluhan b. Intranatal : Partus spontan di bidan, tidak terdapat penyulit c. Postnatal : Bayi lahir spontan, langsung menangis, PB : 46 cm, BB : 3000gr IV. Riwayat Masa Lampau a. Penyakit waktu kecil :Ibu klien mengatakan klien pada umur 4 bulna menderita panas tinggi, tetapi tidak terjadi kejang, kemudian diberi obat dari bidan sembuh b. Pernah dirawat di RS :Ibu klien mengatakan klien belum pernag di rawat di RS c. Obat yang digunakan :Ibu klien mengatakan obat yang digunakan adalah obat yang diberi dokter untuk sakit yang sekarang ini
  • 15. d. Tindakan operasi :Ibu klien mengatakan klien tidak pernah dioperasi e. Alergi :Ibu klien mengatakn klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat ataupun pada makanan dan minuman f. Kecelakaan :Ibu klien mengtakan klien tidak pernah menagalami kecelakaan g. Imunisasi :Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi lengkap V. Riwayat Kesehatan Keluarga Genogram : Keterangan : klien merupakan anak pertama dalam keluraga semuanya pernah mengalami diare, tetapi saat ini hanya klien yang menderita diare. VI. Riwayat Sosial a. Yang mengasuh Ibu klien mengatakan yang mengasuh klien adalah dirinya sendiri. b. Hubungan dengan anggota keluarga Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluraga baik, klien kadang bermain dengan ayah, kakek atau neneknya. c. Hubungan dengan teman sebaya Ibu klien mengatakan klien jika diajak bermain oleh teman sebayanya, tampak senang. d. Pembawaan secara umum
  • 16. Klien tampak tenang, jika ada orang asing klien menatapnya, klien leih dominan bersama ibunya. e. Lingkungan rumah Rumah klien dekat kilang pertamina RU.IV, jarak antar 1 ruamh dengan rumah yang lain cukup dekat. VII. Kebutuhan Dasar a. Makanan yang disukai / tidak disukai : ibu klien mengatakan klien sangat menyukai ASI, klien tidak mau diberi susu formula. Ter4kadang juga klien diberi pisang  Selera : ibu klien mengatakan klien minum ASI setiap 2 – 3 jam sekali (sebelum sakit). Selama di RS : ibu klien mengatakan klien tetap minum ASI tetapi 1 -3 jam sekali atau sewaktu klien rewel atau mengis.  Alat makan yang dipakai : tidak terkaji  Pola makan : sebelum sakit, klien minum ASI 2-3 jam sekali, kadang diselingi pisang. Selama sakit klien minum ASi 1-3 jam sekali, kadang makan biscuit nestle b. Pola tidur : Ibu klien mengatakan tidur malam jam tidak teratur, rata-rata klien tidur jam 19.00-06.00 WIB, kebiasaan klien sebelum tidur adalah minum ASI,. Untuk tidur siang 3-4 kali dengan durasi 1-2 jam. Selama sakit klien sering terjaa dari tidurnya Untuk tidur siang 1-2 kali dengan durasi 1-2 jam. c. Mandi  Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali, pagi dan sore.  Selama di RS : Ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali, pagi dan sore. d. Aktifitas bermain : tidak terkaji e. Eliminasi  Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien BAK 4-6 kali, BAB 1 x dengan konsistensi lembek  Selama di RS : Ibu klien mengatakan klien BAK 4-6 kali, BAB 4 x dengan konsistensi cair dan berbusa
  • 17. VIII. Keadaan Kesahatan Saat Ini a. Diagnosa medis : Diare b. Tindakan operasi : Tidak ada c. Status nutrisi : BB : 7,9 Kg : 7.9 X 100 : 790 kal/hari d. Status cairan : BB : 7.9 Kg S : 37.50 C : 790 + 0.5/100 X 790 : 794 cc/24 jam e. Obat- obatan :  Inf Ring As  Cortidex 3 x 1/3 Amp  Soclaf 2 x 1/3 gr  Bio GI 2 x ½ Amp  Vosidon syrup 2 x ½ cth  Sanmol drop 3 x 0.7 cc f. Aktifitas : klien digendong ibunya, terkadang berjalan-jalan keluar kamar g. Tindakan keperawatan : mengukur vital sign, monitor frekuensi BAB, menghitung kebutuhan cairan h. Hasil laboratorium : pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Hb leukosit Hematokrit Eritrosit Trombosit LED S.monella thypi O S.Parathypi A-O S.Parathypi C-O S.Thypi H S.Parathypi A-H S.Parathypi B-H S.Parathypi S-H L 9,7 6190 L 31 L 4,2 294.000 6/12 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif g/dl /ul % 10 ^ 6/ul /ul mm/jam - - - - - - - 14,0- 18,0 4.800 – 10.800 42 – 52 4,7 – 6,1 150.000 – 450.000 0-15 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
  • 18. i. Hasil rontgen : Tidak dilakukan pemeriksaan j. Data tambahan : Ibu klien mengatakan tidak mengerti tentang diare, penyebab, tanda gejala, cara penularan, dan penaganan diare IX. Pemeriksaan Fisik a. KU : baik, kesadaran : comphosmetis, rewel b. Tb/BB : 72 cm / 7.9 kg c. LK : 38 cm d. Mata : Mata cekung, sklera anikterik, conjungtiva ananemis, bentuk simetris, sejajar dengan daun telinga bagian atas e. Hidung : bnetuk simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung f. Mulut : Lidah bersih, mukosa bibir kering, gigi atas tumbuh 3, bagian bawah 4, tidak ada somatitis g. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada OMA / OMK h. Tengkuk : Tidak ada kaku kuduk i. Dada : Bentuk simetris, tidak ada retraksi otot dada, j. Jantung : Normal tidak ada kelainan I : Tampak ictus cordis di ICS 4 A : Tidak terdapat bunyi gallop P : Teraba ictus cordis di ICS 4 sinistra P : Suara redup di seluruh jantung, dan tidak ada pembesaran organ
  • 19. k. Paru-paru : Normal tidak ada kelainan I : Bentuk simetris, tidak tampak retraksi otot dada A : Terdengar suara bronkhovesikuler di ICS 2,3,4 sinistra dan dextra P : Ekspansi dada simetris, fokal fremitus terhantar baik P : Suara Resonan diseluruh lapang paru l. Perut : Normal tidak ada kelainan I : Normal, tidak tampak asites dan bnetuk simetris A : Peristaltik usus 37 x /menit P : Suara timpani di seluruh lapang perut P : turgor > 3 detik m.Punggung : bentuk simetris, tidak ada kelainan n. Gentalia : BAK lancer, hipospadia / epispadia tidak ada o. Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, kecuali tangan kanan karena terpasang infus p. Kulit : Capillary refill lebih dari 3 detik, turgor kluit : kembali lambat q. Vital sign : S :37.50 C, N : 110 x /menit RR : 24 x /menit X. Pemeriksaan tingkat perkembangan a. Kemandirian dan bergaul : Ok / normal b. Motorik halus : Ok / normal c. Motorik kasar : Ok / normal d. Kognitif dan bahasa : Ok / normal XI. Informasi Lain Klien anak pertama, klien tinggal bersama kedua orang tuanya, kakek dan nenek, dalam keseharian klien diasuh oleh ibunya. Dalam kelurga klien saat ini tidak ada yang menderita diare XII. Ringkasan Riwayat Keperwatan Klien dating ke IGD dengan BAB terus menerus dengan konsisitensi cair tanggal 10 agustus 2011 jam 17.00 WIB, di IGD dilakukan pemasangan infuse dan
  • 20. laboratorium kemudian dikirim ke ruang catelya. Di ruang catelya klien masih BAB cair dengan frekuensi lebih dari 4 kali. Di ruang catelya dilakukan implementasi seperti monitor vital sign dan frekuensi BAB. XIII. Analisa Data No Tgl/ jam Data Fokus Problem Etiologi Ttd 1 11/08 2011 Jam 13.00 DS : Ibu klien mengatakan klien BAB > 4x dengan konsistensi cair dan berbusa DO : peristaltik usus 37 x /menit Diare Fisiologis : proses penyakit. 2 11/08 2011 DS : Ibu klien mengatakan klien BAB > 4x dengan konsistensi cair dan berbusa DO : Mata klien tampak cekung, turgor kulit lambat untuk kembali > 3 detik, mukosa bibir kering. S : 37.50 C N : 110 x /menit RR : 24 x /menit Defsit volume cairan Kehilangan secara aktif 3 12/08 2011 DS : Ibu klien mengatakan tidak mengerti tentang diare, penyebab, tanda gejala, cara penularan dan penangan diare DO :Ibu klien tampak binggung dan klien terkena diare dan dirawat di RS untuk yang pertama kali Kurang pengetahuan Paparan informasi yang kurang XIV. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
  • 21. XV. Rencana Keperawatan Tanggal / jam No Dx Tujuan & kriteria hasil Rencana keperawatan TTD 11 agustus 2011 11 agustus 2011 I II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan diare tidak terjadi lagi, dengan kriteria hasil : Bowel elimination Indikator I R ER 1. Eliminasi defekasi efektif 2. Keseimbangan cairan 3. Keseimbangan elektrolit 4. Hidrasi yang adekuat 2 2 2 2 4 4 4 4 Ket : 1 = kuat 2 = berat 3 = sedang 4 = ringan 5 = tdk ada Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan kebutuhan cairan dapat trepenuhi, dengan kriteria hasil : Fluid management Bowel elimination : • Pantau frekuensi dan pola defekasi • Monitor kebutuhan cairan • Monitor keseimbangan cairan • Anjurkan klien untuk meningkatkan cairan Fluid management : • Monitor status hidrasi • Monitor vital sign • Perthankan catatn intake dan output yang adekuat • Monitor masukan makanan dan hitung No Diagnosa keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi 1 2 3 Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan secara aktif Kurang pnegtahuan berhubungan dengan papran informasi yang kurang 11 agustus 2011 11 agustus 2011 12 agustus 2011
  • 22. 12 agustus 2011 III Indikator I R ER 1. Intake dan output dalam 24 jam seimbang 2. Vital sign dalam batas normal 3. Turgor elastic, membrane mukosa basah, mata tak cekung 4. Hidrasi kulit 2 2 2 2 4 4 4 4 Ket : 1 = kuat 2 = berat 3 = sedang 4 = ringan 5 = tdk ada keluhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan pengetahuan dapat meningkat, sesuai dengan kriteria hasil : Diet knowledge Indikator IR ER 1. Familiar dengan tanda gejala diare 2. Mendeskripsikan factor penyebab diare 3. Mendeskripsikan tindakan pencegahan 4. Mendeskripsikan cara penularan diare 5. Mendeskripsikan cara penanganan diare dirumah 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 Ket : 1 = tidak ada 2 = terbatas 3 = cukup 4 = banyak 5 = luas kebutuhan kalori harian Teaching disease proses : •Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan •Jelaskan pengertian tentang diare •Jelaskan factor penyebab, tanda, gejalatindakan pencegahan, cara penularan dan penanganan diare dirumah
  • 23. XVI. Asuhan Keperawatan Tgl / jam No dx Implementasi Respon Ttd 11 Agustus 2011 11 Agustus I II 1. Memantau frekuensi dan pola defekasi 2. Menhitung kebutuan cairan klien 3. Memantau pola defaksi dan frekuensi 4. Melakukan injeksi cortidex 1/3 amp secara IV sesuai advice dokter 5. Menganjurkan kepada ibu klien dan untuk meningkatkan cairan kepada klien 1. Memonitor S,RR dan N S: ibu klien mengatakan klien BAB > 4 x dari tadi malam hingga pagi ini dengan konsistensi cair dan berbusa O : 7.9 X 100 = 790 + 0.5 /100 X 790 = 794 cc / 24 jam S : ibu klien mangatakan klien BAB 2x dari jam 09.00 s/d 16.00 dengan konsistensi cair dan suadah ada ampasnya O: obat masuk reaksi alergi tidak ada S: Ibu klien mengatakan selalu memberikan ASInya kepada klien O: S : 37.50 C, N : 110 x /menit ,RR : 24 x /menit
  • 24. 2011 12 Agustus 2011 12 Agustus 2011 12 Agustus 2011 I II III 2. Menghitung kebutuhan kalori klien 3. Memonitor status hidrasi, meliputi pengkajian turgor 4. Memonitor masukan cairan dengan cara menghitung tetesan infuse 5. Memonitor SS,RR dan N 1. Memantau frekuensi dan pola defekasi 2. Menghitung keseimbangan cairan 3. Memberikan injeksi soclaf 300 mg dan kortideks 1/3 Amp 1. Menghitung intake sdan output selama 24 jam 2. Mengukur S,N dan RR 3. Monitor status hidrasi 1. Mengkaji tingkat pengetahuan ibu klien tentang diare 2. Memberikan penkes diare yang meliputi : penyebab, tanda, gejalatindakan pencegahan, cara penularan dan penanganan diare dirumah O:7.9 X 100 = 790 kal/hari O: Turgor kulit lambatkembali > 3 detik mukosa bibir kering O: 790 X 15 = 3 tpm makro 24 x60 O: S : 37.50 C, N : 110 x /menit ,RR : 24 x /menit S:Ibu klien mengatakan klien BABnya sudah lembek dan baru 1x BAB sejak tadi malam O: Intake = 1000 cc + 200 cc Output = 800 cc O:obat masuk, reaksi alergi kurang O: Intake = 1000 cc + 200 cc Output = 800 cc O: S : 36.50 C, N : 100 x /menit ,RR : 24 x /menit O: turgor kulit cepat kembali < 3 detik, mukosa bibir basah, mata tdk cekung S: Ibu klien mengatakan tidak mengerti tentang diare, penyebab, tanda gejala, cara penularan dan penangan diare S:Ibu klien mengatakan mengerti tentang penyakit diare, meliputi : • Pengertian diare : BAB cair > 4x • Penyebab : infeksi, malabsorpsi, makanan beracun • Tanda/gejala : BAB cair biasanya mengandung darah/lender, muntah-muntah, gelisah, kadang-
  • 25. kadang suhu meningkat • Cara penularan : kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, bisa melalui makanan dan minuman,mainan, dan penggunaan sumber air tercemar. • Pencegahan : mencuci tangan dengan sabun, membuang tinja bayi/anak-anak dengan benar, menggunakan jamban yang benar. • Penanganan diare dirumah : berikan oralit atau LGG (larutan gula garam), yaitu masukan 1 sendok teh gula pasir dan ¼ sendok teh garam kedalam 200 ml air matang, kemudian diminumkan pad anak. < 2 tahun = ¼ - ½ gelas, > ½ - 1 gelas. XVII. Evaluasi No Tgl/jam Diagnosa keperawatan Evaluasi Ttd 1 2 11 Agustus 2011 11 Agustus Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit Deficit volume cairan berhubungan dengan S : ibu klien mngatakan klien BAB 2 x dengan konsisitensi cair dan berampas O: kebutuhan cairan klien 794 cc/24 jam A: Masalah teratasi sebagian Indikator I R ER 1. Eliminasi defekasi efektif 2. Keseimbangan cairan 3. Keseimbangan elektrolit 4. Hidrasi yang adekuat 3 3 3 3 4 4 4 4 P : Lanjutkan intervensi  Klien dan ibu klien : tetap memberikan asinya, dan apntau frekuensi dan pola defekasinya  Untuk perawat :menghitung kesimbangan cairan, dan pantau pola dan frekuensi defekasi klien S : -
  • 26. 3 4 2011 12 Agustus 2011 12 Agustus 201 kehilangan secara aktif Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan secara aktif O: kebutuhan kalori klien sebesar 790 kal/hari, masukan cairan 3 tpm, turgor kulit membaik, bibir tidak kering A: Masalah teratasi sebagian Indikator I R ER 1. Intake dan output dalam 24 jam seimbang 2. Vital sign dalam batas normal 3. Turgor elastic, membrane mukosa basah, mata tak cekung 4. Hidrasi kulit 4 3 3 3 4 4 4 4 P : Lanjutkan intervensi  Klien dan ibu klien : menganjurkan klien dan ibu klien meningkatkan intake cairan  Untuk perawat : pertahankan catatan cairan yang seimbang secara akurat S: ibu klienmengatakan klien hari ini hanya 1 kali BAB, dengan konsisitensi lembek O: keseimbangan cairan +200 A: Masalah teratasi Indikator IR ER 1. Eliminasi defekasi efektif 2. Keseimbangan cairan 3. Keseimbangan elektrolit 4. Hidrasi yang adekuat 4 4 4 4 4 4 4 4 P: Hentikan intervensi klien pulang jam 13.00 WIB S: - O: keseimbangan cairan + 200, turgor kulit cepat kembali, mukosa bibir basah, mata tidak cekung S : 36.50 C N : 100 x /menit RR : 24 x /menit
  • 27. 5 12 Agustus 201 Kurang pnegtahuan berhubungan dengan paparan informasi yang kurang A = Masalah teratasi Indikator I R ER 1. Intake dan output dalam 24 jam seimbang 2. Vital sign dalam batas normal 3. Turgor elastic, membrane mukosa basah, mata tak cekung 4. Hidrasi kulit 4 4 4 4 4 4 4 4 P: Hentikan intervensi klien pulang jam 13.00 WIB S: ibu klien mengatakan mengerti tentang diare, meliputi : pengertian, penyebab, tanda gejala, cara penularan, cara pencegahan, dan cara penangan dirumah O: ibu klien dan klien sendiri kooperatif dalam mendengarkan dan sempata bertanya A: Masalah teratasi Indikator IR ER 1. Familiar dengan tanda gejala diare 2. Mendeskripsikan factor penyebab diare 3. Mendeskripsikan tindakan pencegahan 4. Mendeskripsikan cara penularan diare 5. Mendeskripsikan cara penanganan diare dirumah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P: Hentikan intervensi klien pulang jam 13.00 WIB
  • 28. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan-kesenjangan anatara teori dan kasus. Pembhasan ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Pengkajian Pada kasus ini penulis tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara penkajian diteori maupun di kasus nyata, yaitu mulai dari identitas klien sampai pengkajian data fokus. B. Diagnosa keperawatan Pada teori ada 7 diagnosa keperawatan yang mungkin akan muncul pada klien anak diare tetapi pada kasus menemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa
  • 29. keperawatan yang ditemukan pada kasus ini adalah : diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit, defisit volume ciran berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif dan kurang pengetahuan Kurang pnegtahuan berhubungan dengan paparan informasi yang kurang C. Intervensi Pada teori ditemukan waktu yang mencapai tujuan dari kriteria evaluasi, sedangkan pad kasus intervensi disusun sesuai kondisi pasien saat pengkajian dan mengacu pada waktu untuk mencapai kriteria evaluasi. Waktu yang ditentukan yaitu 3 X 24 jam, tujuan disusun berdasarakan SMART. Pada tahap intervensi penulis menemukan faktor pendukung yaitu pasien dan keluarga serta perawat ruangan yang kooperatif. D. Implementasi Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat. E. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dari ketiga diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu : 1. Diare berhubungan dengan fisiologis : proses penyakit 2. Defisit volume ciran berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif 3. Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan berhubungan dengan paparan informasi yang kurang Semua masalah diatas teratasi dengan baik. Pada tahap evaluasi ini penulis tidak menemukan hambatan dikarenakan sikap keluarga klien dan klien sendiri yang kooperatif dan perawatan ruangan yang selalu memberikan kesempatan.
  • 30. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada kesimpulan ini penulis dapat menyimpulkan : 1. Pada penkajian tidak ditemukan kesenjangan anatara teori dan kasus 2. Pada diagnosa keperawatan secara teori ditemukan 7 diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan. 3. Pada teori, intervensi keperawatan tidak ada batasan waktu untuk mencapai tujuan atau evaluasi, sedangkan pada kasus telah disusun berdasarakan SMART dan ada batasan waktu 4. Pada evaluasi semua masalah diatas teratasi dengan baik. Pada tahap evaluasi ini penulis tidak menemukan hambatan dikarenakan sikap
  • 31. keluarga, pasien yang kooperatif dan perawatan ruangan yang selalu memberiakan B. SARAN DAFTAR PUSTAKA Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC. Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC. Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.
  • 32. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius. Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC. Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan. Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru. Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika. Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratam