SlideShare a Scribd company logo
ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS PADA ANAK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami
perkembangan diare dan atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses
inflamasi dalam lambung dan usus.
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya. (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam, virus, dan parasit yang pathogen. (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan
oleh infeksi, alergi, atau keracunan zat makanan. ( Marlenan Mayers,1995 ).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat. (Arif Mansjoer, 1999 : 501).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare
yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. (WHO, 1980).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang
air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare
persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung
15-30 hari dan berlangsung terus menerus.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gastroenteritis adalah peradangan
yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih
banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
B. Insiden Gastroenteritis Pada Anak
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada anak-anak. Diperkirakan pada anak setiap
tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika
Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat
di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena diare atau
gastroenteritis.
Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia
lanjut, di mana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang sampai
berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih
banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju.
Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan salah
satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab
kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3
penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke puskesmas.
Data Departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kematian diare diindonesia saat ini
adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare
setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah
sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996
didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang
7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan
227 (19,56 %) penderita yang meninggal karena dehidrasi. Sebagian dari penderita (1-2%) akan
jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 – 500.000 anak dibawah lima tahun meninggal
setiap tahunnya.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia, pada 2001 penyakit diare
menempati urutan kedua penyakit mematikan yang berasal dari penyakit infeksi. Jumlah
penderita diare di Indonesia pada tahun itu mencapai 4% dan angka kematiannya mencapai
3,8%. Pada bayi, diare menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kematian dengan angka
mencapai 9,4% dari seluruh kematian bayi.
Keputusan Menkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman pemberantasan penyakit
diare dinyatakan bahwa penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar biasa (KLB)
yang ditimbulkan. Penyebab utama kematian pada penyakit diare adalah dehidrasi sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolitnya melalui tinjanya. Di negara berkembang prevalensi yang
tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan
protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
C. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1) Faktor Infeksi
Infeksi Virus
Retavirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan
muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin. Dapat ditemukan demam
atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.
Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
Bakteri
Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September insiden paling tinggi pada umur 1-5
tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel
polos dalam feses sel batang dalam darah
Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Menembus dinding usus,
feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature Muntah tidak menonjol Sel polos
dalam feses Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses
selama berbulan-bulan.
Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan
entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
Campylobacter Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat.
Muntah/dehidrasi jarang terjadi
Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada
nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering menyerupai apendicitis.
Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin
sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus, sehingga orang yang
bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2
tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang
terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian
beras.
Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2) Faktor Non Infeksiosus
Malabsorbsi,
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida
(intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy,
dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang
kotor. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
Faktor Psikologis, Rasa takut,cemas.
D. Manifestasi Klinis
a) Diare.
b) Muntah.
c) Demam.
d) Nyeri Abdomen
e) Membran mukosa mulut dan bibir kering
f) Fontanel Cekung
g) Kehilangan berat badan
h) Tidak nafsu makan
i) Lemah
E. Komplikasi
a) Dehidrasi
b) Renjatan hipovolemik
c) Kejang
d) Bakterimia
e) Mal nutrisi
f) Hipoglikemia
g) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tanda-tandanya:
Berak cair 1-2 kali sehari
Muntah tidak ada
Haus tidak ada
Masih mau makan
Masih mau bermain
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya:
Berak cair 4-9 kali sehari
Kadang muntah 1-2 kali sehari
Kadang panas
Haus
Tidak mau makan
Badan lesu lemas
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.
Tanda-tandanya:
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Haus sekali
Mata cekung
Bibir kering dan biru
Tangan dan kaki dingin
Sangat lemah
Tidak mau makan
Tidak mau bermain
Tidak kencing 6 jam atau lebih
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang
ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Tingkat dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
Parameter
Sensori
Baik
Gelisah
Apatis/coma
Sirkulasi
120
120 – 140
> 140
Respiratori
Biasa
Agak cepat
Kusmaull
Rasa haus
+
++
+
Oligori
Biasa
Sedikit
-
Turgor
Tonus
Mata
UUB
Mulut

Agak kurang
Biasa
Agak cekung
Agak cekung
Normal

Kurang
Agak
Cekung
Cekung
Agak kering

Sangat kurang
Menurun
Cekung sekali
Cekung sekali
Kering +
sianosis

Keterangan :
< 1 detik : turgor agak kurang
1-2 detik : turgor kurang
> 2 detik : turgor sangat kurang
F. Pencegahan
Pencegahan adalah cara terbaik untuk menghindari gastroenteritis karena virus. Tidak ada vaksin
untuk gastroenteritis karena virus kecuali vaksin rotavirus. Atau Anda dapat menghindari infeksi
dengan
1. Mencuci tangan dengan seksama selama 20 detik setelah menggunakan kamar mandi atau
mengganti popok.
2. Mencuci tangan dengan seksama selama 20 detik sebelum makan.
3. Membersihkan permukaan-permukaan yang terkontaminasi seperti tempat ganti popok bayi
dengan desinfektan.
4. Tidak makan makanan atau minum cairan yang mungkin terkontaminasi.
G. Patofisiologi Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa
kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi
dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi
cairan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan
isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
H. Dampak Hospitalisasi pada Anak.
Separation ansiety
1. Tergantung pada orang tua
2. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
3. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik diri,
sedih, kesepian dan apatis
4. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan dengan
orang lain dan menyukai lingkungan
I. WOC
J. Penatalaksanaan Gastroenteritis
Prinsip Pengobatan Dan Managemen Perawatan pada Gastroenteritis pada anak diantaranya :
1. Pengobatan tergantung pada derajat dehidrasi. Pada Dehidrasi ringan . ada kemungkinan lebih
disukai untuk merawat anak di rumah, asal diberikan perawatan medis yang efesien.
1) Dihentikannya pemberian susu yang diganti dengan campuran glucose elektrolit (dioralite).
2) Cairan harus diberikan setiap 2 jam pada siang hari dan setiap 4 jam selama malam hari,
dilanjutkan selama 24 jam.
3) Setelah 24 jam pemberian susu dimulai kembali, jika diberikan jumlah kecil (15 ml susu krim
separuh) setiap 4 jam dengan salin antara waktu makan
4) Dengan ditingkatkannya pemberian susu, jumlah campuran glucose elektrolit diturunkan
secara berimbang. Sucrose hanya ditambahkan jika feces mulai berbentuk.
Dehidrasi ringan. Pada kasus ini, gambaran klinik ditegakkan secara baik dan bayi mulai dirawat
:
1) Dihentikannya pemberian susu
2) Penggantian deficit cairan danelektrolit serta koreksi gangguan asam basa. Ini didasarkan pada
penilaian klinis, atau pada rekaman kehi,angan berat badanterakhir.
3) Pergantian dapat dilakukan baik peroral atau intravena dan akan tergantung pada kehilangan
air dan elektrolit melalui diare.
4) Perawatan bayi dengan terapi intra vena
Pemeriksaan biokimia dan obsevasi klinis untuk menentukan status elektrolit
5) Dimulainya pemberian cairan peroral secara perlahan – lahan untuk kmenentukan kemampuan
menerima cairan
6) Dimulainya pemberian susu secara berangsur-angsur seperti yangdiuraikanuntuk dehidrasi
ringan
7) Penimbangan berat badan harian dan pengumpilan urin harian
Dehidrasi parah. Bayi dalam kedaan sakit parah dengan kegagalan sirkulasi :
1) Infuse intravena dengan larutan yang sesuai dan masukan cairan dengan peningkatan yang
seksama
2) Infuse plasma untuk menggantikan penurunan volume plasma
Koreksi asidosis merabolik dengan pemberian secara intravena 8,4 % natrium bikarbonat dengan
penilaian kembali status asam basa
3) Jika suatu elektrolit dan cairan telah dikoreksi, secara berangsur-angsur susu diberikan
kembali seperti yang diuraikan untuk dehidrasi ringan
4) Selama fase akut, bayi dirawat dalam incubator. Diberikan oksigen dan bayi diobservasi
secara seksama, karena penurunan kadar kalium serum menimbulkan perubahan aktivitas
jantung, dan peningkatan kadar kalium secara cepat membawa resiko henti jantung.
2. Perawatan rutin.
1) Pemberian obat-obatan, terutama antibiotika untuk mengatasu kuman infeksi . jika muntah
parah, obat-obatan yang sesuai, seperti kloramfenikol atau streptomisin, dapat diberikan secara
parenteral.
2) Isolasi bayi dan pengertian akan proses infeksi silang serta pencegahannya.
3) Perawatan bokong anak. Feces yang encer akan menyebabkan kemerahan dan ekskoriasi kulit.
Bayi tidak boleh ditinggal berbaring dengan popok yang basah dan kotor. Area popok dibasuh
secara lebih dan diberikan krim pelindung. Meninggalkan bokong dalam kedaan terpapar
merupakan cara yang terbaik untuk mendorong terjadinya penyembuhan.
4) Inspeksi dan perawatan mulut bayi.
5) Dukungan bagi orang tua. Jika terdapat bukti tidak adanya pengertian dalam hal perawatan
anak,ibu harus didorong untuk tinggal bersama anak. Perawatan dapat diawasi dan diberikan
bantuan. Walaupun demikian, harus diingat bahwa banyak bayi yangmenderita gastroenteritis
kendatipun perawatan bayi yang bhaik, dan orang tua tidak boleh disalahkan karena keadaan ini.
6) Persiapan pulang ke rumah. Segera setelah petunjuk pemberian makanan mencapai tingkat
sesuai umur dan kebutuhan anak, dan jika terjadi pertambahan berat badan anak yang
memuaskan dan tidak terdapat muntah atau feces yang encer, maka anak dizinkan pulang. Orang
tua diminta untuk datang ke unit rawat jalan untuk mengubungi dokter umum untuk menilai
kemajuan bayi.
Sedangkan untuk penatalaksanaan gastroenteritis pada anak diantaranya terdiri dari :
1. Simtomatis.
a. Rehidrasi.
Bila keadaan pasien tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman
ringan, sari buah, dan sup. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi
penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik
mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan.
1) Cairan per oral.
Cairan dehidrasi oral (Oral Rehidration Salt)
Formula lengkap (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa.
anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi: kadar natriumnya 90
mEg/l (untuk pencegahan dehidrasi)
anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi : kadar natriumnya 5060 mEg/l.
Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan Sukrosa atau Karbohidrat lain.
Misalnya : larutan gula garam/LGG (1/4 sdt + 1 sdm + 200 ml air), larutan air tajin, garam,
larutan tepung beras garam dsb.
Ditujukan untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum
ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.
2) Cairan parentral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya. Pada rehidrasi ini ada 4 hal yang perlu diperhatikan :
a) Jenis cairan.
Dengan Na (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%)
RL 9 (1 bagian RL + 1 bagian glukosa 5%)
RL (ringen laktat)
3 (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian natrium laktat 1/6 mol/l)
DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%)
RLG 1 : 3 ( 1 bagian RL + 3 bagian glukosa 5%)
Cairan 4 :1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1,5% atau 4 bagian glukosa 5-10%
+ 1 bagian NaCl 0,9%)
b) Jadwal (kecepatan) cairan.
Dehidrasi ringan.
1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari
Kemudian 125 ml / Kg BB / oral
Dehidrasi sedang.
1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral
Kemudian 125 ml / kg BB / hari.
Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau
13 tetes / kg BB / menit.
7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A
intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau
10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
c) Jalan masuk atau cara pemberian cairan.
Parenal untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak mau minum dan kesadaran
baik.
Intragastrik untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak tidak mau minum atau
kesadaran menurun.
Intravena untuk dehidrasi berat.
d) Jumlah cairan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
cara/rumus: Mengukur BJ Plasma.
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
Rasa haus/muntah = 1
BP sistolik 60-90 mmHg = 1
BP sistolik <60 mmHg = 2
Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1
Kesadaran apatis = 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2
Frekuensi napas >30 x/mnt = 1
Facies cholerica = 2
Vox cholerica = 2
Turgor kulit menurun = 1
Washer women’s hand = 1
Ekstremitas dingin = 1
Sianosis
=2
Usia 50-60 tahun = 1
Usia >60 tahun = 2
Jumlah cairan yang hilang menurut derajad dehidrasi pada anak di bawah
2 tahun.
Derajad dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat

PWL
50
75
125

NW
100
100
100

CWL
25
25
25

Jumlah
175
200
250

2. Medika mentosa
a) Paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium.
Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil.
b) Obat yang mengeraskan tinja, apulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap
diare/bab encer sampai diare berhenti.
c) Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase, hidrasec 3 x 1 tab/hari
d) Vitamin dan mineral
e) Aluminium hidroksida, memiliki efek konstipasi dan mengikat empedu.
f) Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
g) Antibiotic
3. Pengobatan dietetic
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg.
Jenis makanan :
a. Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh
misalnya LLM, Almiron).
b. Makanan setengah padat (bubur syusu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau
minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat.
c. Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktose atau susu dengan asam lemak tak
jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
d. Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral.
Bila diberi ASI atau susu Formula, diare masih sering, hendaknya diberikan tambahan oralit
atau air tawar selang-seling dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x
oralit/air tawar atau 1x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar.
e. Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh
f. Hari 6 : Dipulangkan dengan ASI (susu formula sesuai dengan kelainan yang ditemukan
dari pemeriksaan laboratorium)
Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti SGM, Lactogen, Dancow dsb,
dengan menu makan sesuai dengan umur dan BB bayi.
4. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi. Pada diare dengan penyebab
infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
a) Aeromonas dan campylobacter, agen antimicrobial: tmp/smz indikasi untuk terapi
antimikrobial : dysentery-like illness,diare berkepanjangan.
b) Campylobacter agen antimikrobial:erythromycint atau azithromycin: indikasi terapi
antimikrobial : pada awal penyakit.
c) Clostridium difficile agen antimikrobial :metronidazole atau vancomycin indikasi terapi
antimikrobial penyakit sedang hingga berat
d) Escherichia coliagen antimikrobial :metronidazole atau vancomycin
indikasi terapi antimikrobial : penyakit sedang hingga berat.
e) Enterotoxigenic agen antimikrobial : tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial :penyakit berat
atau berkepanjangan
f) Enteropathogenic agen antimikrobial :tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : nursery
epidemics, penyakit pengancam jiwa.
g) Enteroinvasive agen antimikrobial :tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : semua pada kasus
jika organisme rentan
h) Salmonella agen antimikrobial :cefotaxime atau ceftriaxone atau ampicillin atau
chloramphenicol atau tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : pasien bayi
K. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2) Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
3) Pemeriksaan darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam
serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.

More Related Content

What's hot

MAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdf
MAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdfMAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdf
MAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdf
SintaPrihatini
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
masantian
 
Dokumentasi implementasi keperawatan
Dokumentasi implementasi keperawatanDokumentasi implementasi keperawatan
Dokumentasi implementasi keperawatan
Herlin Nuraeni Wijaya
 
Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentri
Sri Nala
 
Makalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletalMakalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletal
Septian Muna Barakati
 
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Dian Malasari
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
W Theresia
 
Makalah tb paru
Makalah tb paruMakalah tb paru
Makalah tb paruKANDA IZUL
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
nanang aw aw
 
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisMiranti Nur Fitriana
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
AULIA SHARA
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
Yabniel Lit Jingga
 
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATANLAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
Widyasari Izmi Haida
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anRismayanti Hairil
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Abdul Rochman
 
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

MAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdf
MAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdfMAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdf
MAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdf
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Dokumentasi implementasi keperawatan
Dokumentasi implementasi keperawatanDokumentasi implementasi keperawatan
Dokumentasi implementasi keperawatan
 
Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentri
 
Makalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletalMakalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletal
 
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
Gaya pada tubuh serta analisa gaya dan kegunaan klinik,ultrasonik dan alat-al...
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 
Makalah tb paru
Makalah tb paruMakalah tb paru
Makalah tb paru
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATANLAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
 

Similar to Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak

Gastroenteritis
GastroenteritisGastroenteritis
Gastroenteritis
Riskita Asari Anggraeni
 
Isi makalah diare.
Isi makalah diare.Isi makalah diare.
Isi makalah diare.
Raup Sutrianto
 
Askep-diare-anak-phatways
Askep-diare-anak-phatwaysAskep-diare-anak-phatways
Askep-diare-anak-phatways
asepcarsa
 
64-Article Text-175-1-10-20200730.pdf
64-Article Text-175-1-10-20200730.pdf64-Article Text-175-1-10-20200730.pdf
64-Article Text-175-1-10-20200730.pdf
AgungAbadi1
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
rialdi aldi
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
ardiners
 
Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Nova Ci Necis
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab munaSeptian Muna Barakati
 
cirit-birit dikalangan kanak-kanak
cirit-birit dikalangan kanak-kanakcirit-birit dikalangan kanak-kanak
cirit-birit dikalangan kanak-kanak
belalangcombat
 
ppt lp kelompok GEA.pptx
ppt lp kelompok GEA.pptxppt lp kelompok GEA.pptx
ppt lp kelompok GEA.pptx
SantriHandayani
 
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Syscha Lumempouw
 
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaPengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaChenk Alie Patrician
 
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
196910295 sl-ff-diare-pada-balita196910295 sl-ff-diare-pada-balita
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
homeworkping3
 
197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2
homeworkping3
 
diare6.pdf
diare6.pdfdiare6.pdf
diare6.pdf
SulaimanStMan
 

Similar to Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak (20)

Gastroenteritis
GastroenteritisGastroenteritis
Gastroenteritis
 
Isi makalah diare.
Isi makalah diare.Isi makalah diare.
Isi makalah diare.
 
Askep-diare-anak-phatways
Askep-diare-anak-phatwaysAskep-diare-anak-phatways
Askep-diare-anak-phatways
 
64-Article Text-175-1-10-20200730.pdf
64-Article Text-175-1-10-20200730.pdf64-Article Text-175-1-10-20200730.pdf
64-Article Text-175-1-10-20200730.pdf
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 
148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis
 
Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi Makalah diare pada neonatus dan bayi
Makalah diare pada neonatus dan bayi
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
 
cirit-birit dikalangan kanak-kanak
cirit-birit dikalangan kanak-kanakcirit-birit dikalangan kanak-kanak
cirit-birit dikalangan kanak-kanak
 
ppt lp kelompok GEA.pptx
ppt lp kelompok GEA.pptxppt lp kelompok GEA.pptx
ppt lp kelompok GEA.pptx
 
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB I Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nyaPengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
Pengertian penyakit diare dan kerangka teori nya
 
Askep klien diare AKPER PEMDA MUNA
Askep klien diare AKPER PEMDA MUNA Askep klien diare AKPER PEMDA MUNA
Askep klien diare AKPER PEMDA MUNA
 
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
196910295 sl-ff-diare-pada-balita196910295 sl-ff-diare-pada-balita
196910295 sl-ff-diare-pada-balita
 
Askep klien diare
Askep klien diareAskep klien diare
Askep klien diare
 
197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2197431179 case-diare-rotasi-2
197431179 case-diare-rotasi-2
 
diare6.pdf
diare6.pdfdiare6.pdf
diare6.pdf
 
Makalah diare
Makalah diareMakalah diare
Makalah diare
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 

Asuhan keperawatan gastroenteritis pada anak

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS PADA ANAK BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus. Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. (Sowden,et all.1996). Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya. (FKUI,1965). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus, dan parasit yang pathogen. (Whaley & Wong’s,1995). Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi, atau keracunan zat makanan. ( Marlenan Mayers,1995 ). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat. (Arif Mansjoer, 1999 : 501). Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. (WHO, 1980). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus. Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen. B. Insiden Gastroenteritis Pada Anak Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada anak-anak. Diperkirakan pada anak setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut, di mana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang sampai berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju. Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke puskesmas.
  • 2. Data Departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kematian diare diindonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yang meninggal karena dehidrasi. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 – 500.000 anak dibawah lima tahun meninggal setiap tahunnya. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia, pada 2001 penyakit diare menempati urutan kedua penyakit mematikan yang berasal dari penyakit infeksi. Jumlah penderita diare di Indonesia pada tahun itu mencapai 4% dan angka kematiannya mencapai 3,8%. Pada bayi, diare menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kematian dengan angka mencapai 9,4% dari seluruh kematian bayi. Keputusan Menkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman pemberantasan penyakit diare dinyatakan bahwa penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar biasa (KLB) yang ditimbulkan. Penyebab utama kematian pada penyakit diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolitnya melalui tinjanya. Di negara berkembang prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. C. Etiologi Penyebab dari diare akut antara lain : 1) Faktor Infeksi Infeksi Virus Retavirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC. Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas. Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan. Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam). Bakteri Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses sel batang dalam darah Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature Muntah tidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan. Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit. Campylobacter Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang terjadi
  • 3. Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering menyerupai apendicitis. Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras. Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2) Faktor Non Infeksiosus Malabsorbsi, Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa. Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride. Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar. Faktor Psikologis, Rasa takut,cemas. D. Manifestasi Klinis a) Diare. b) Muntah. c) Demam. d) Nyeri Abdomen e) Membran mukosa mulut dan bibir kering f) Fontanel Cekung g) Kehilangan berat badan h) Tidak nafsu makan i) Lemah E. Komplikasi a) Dehidrasi b) Renjatan hipovolemik c) Kejang d) Bakterimia e) Mal nutrisi f) Hipoglikemia g) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan). Tanda-tandanya: Berak cair 1-2 kali sehari
  • 4. Muntah tidak ada Haus tidak ada Masih mau makan Masih mau bermain Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Tanda-tandanya: Berak cair 4-9 kali sehari Kadang muntah 1-2 kali sehari Kadang panas Haus Tidak mau makan Badan lesu lemas Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat. Tanda-tandanya: Berak cair terus-menerus Muntah terus-menerus Haus sekali Mata cekung Bibir kering dan biru Tangan dan kaki dingin Sangat lemah Tidak mau makan Tidak mau bermain Tidak kencing 6 jam atau lebih Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi. Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok. b. Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. c. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis. Tingkat dehidrasi Ringan Sedang Berat Parameter Sensori Baik Gelisah Apatis/coma Sirkulasi 120 120 – 140 > 140 Respiratori Biasa Agak cepat Kusmaull Rasa haus + ++ + Oligori Biasa Sedikit -
  • 5. Turgor Tonus Mata UUB Mulut Agak kurang Biasa Agak cekung Agak cekung Normal Kurang Agak Cekung Cekung Agak kering Sangat kurang Menurun Cekung sekali Cekung sekali Kering + sianosis Keterangan : < 1 detik : turgor agak kurang 1-2 detik : turgor kurang > 2 detik : turgor sangat kurang F. Pencegahan Pencegahan adalah cara terbaik untuk menghindari gastroenteritis karena virus. Tidak ada vaksin untuk gastroenteritis karena virus kecuali vaksin rotavirus. Atau Anda dapat menghindari infeksi dengan 1. Mencuci tangan dengan seksama selama 20 detik setelah menggunakan kamar mandi atau mengganti popok. 2. Mencuci tangan dengan seksama selama 20 detik sebelum makan. 3. Membersihkan permukaan-permukaan yang terkontaminasi seperti tempat ganti popok bayi dengan desinfektan. 4. Tidak makan makanan atau minum cairan yang mungkin terkontaminasi. G. Patofisiologi Gastroenteritis Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan elektrolit. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah: 1) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
  • 6. 3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare. H. Dampak Hospitalisasi pada Anak. Separation ansiety 1. Tergantung pada orang tua 2. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti 3. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik diri, sedih, kesepian dan apatis 4. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan I. WOC
  • 7. J. Penatalaksanaan Gastroenteritis Prinsip Pengobatan Dan Managemen Perawatan pada Gastroenteritis pada anak diantaranya : 1. Pengobatan tergantung pada derajat dehidrasi. Pada Dehidrasi ringan . ada kemungkinan lebih disukai untuk merawat anak di rumah, asal diberikan perawatan medis yang efesien. 1) Dihentikannya pemberian susu yang diganti dengan campuran glucose elektrolit (dioralite). 2) Cairan harus diberikan setiap 2 jam pada siang hari dan setiap 4 jam selama malam hari, dilanjutkan selama 24 jam. 3) Setelah 24 jam pemberian susu dimulai kembali, jika diberikan jumlah kecil (15 ml susu krim separuh) setiap 4 jam dengan salin antara waktu makan
  • 8. 4) Dengan ditingkatkannya pemberian susu, jumlah campuran glucose elektrolit diturunkan secara berimbang. Sucrose hanya ditambahkan jika feces mulai berbentuk. Dehidrasi ringan. Pada kasus ini, gambaran klinik ditegakkan secara baik dan bayi mulai dirawat : 1) Dihentikannya pemberian susu 2) Penggantian deficit cairan danelektrolit serta koreksi gangguan asam basa. Ini didasarkan pada penilaian klinis, atau pada rekaman kehi,angan berat badanterakhir. 3) Pergantian dapat dilakukan baik peroral atau intravena dan akan tergantung pada kehilangan air dan elektrolit melalui diare. 4) Perawatan bayi dengan terapi intra vena Pemeriksaan biokimia dan obsevasi klinis untuk menentukan status elektrolit 5) Dimulainya pemberian cairan peroral secara perlahan – lahan untuk kmenentukan kemampuan menerima cairan 6) Dimulainya pemberian susu secara berangsur-angsur seperti yangdiuraikanuntuk dehidrasi ringan 7) Penimbangan berat badan harian dan pengumpilan urin harian Dehidrasi parah. Bayi dalam kedaan sakit parah dengan kegagalan sirkulasi : 1) Infuse intravena dengan larutan yang sesuai dan masukan cairan dengan peningkatan yang seksama 2) Infuse plasma untuk menggantikan penurunan volume plasma Koreksi asidosis merabolik dengan pemberian secara intravena 8,4 % natrium bikarbonat dengan penilaian kembali status asam basa 3) Jika suatu elektrolit dan cairan telah dikoreksi, secara berangsur-angsur susu diberikan kembali seperti yang diuraikan untuk dehidrasi ringan 4) Selama fase akut, bayi dirawat dalam incubator. Diberikan oksigen dan bayi diobservasi secara seksama, karena penurunan kadar kalium serum menimbulkan perubahan aktivitas jantung, dan peningkatan kadar kalium secara cepat membawa resiko henti jantung. 2. Perawatan rutin. 1) Pemberian obat-obatan, terutama antibiotika untuk mengatasu kuman infeksi . jika muntah parah, obat-obatan yang sesuai, seperti kloramfenikol atau streptomisin, dapat diberikan secara parenteral. 2) Isolasi bayi dan pengertian akan proses infeksi silang serta pencegahannya. 3) Perawatan bokong anak. Feces yang encer akan menyebabkan kemerahan dan ekskoriasi kulit. Bayi tidak boleh ditinggal berbaring dengan popok yang basah dan kotor. Area popok dibasuh secara lebih dan diberikan krim pelindung. Meninggalkan bokong dalam kedaan terpapar merupakan cara yang terbaik untuk mendorong terjadinya penyembuhan. 4) Inspeksi dan perawatan mulut bayi. 5) Dukungan bagi orang tua. Jika terdapat bukti tidak adanya pengertian dalam hal perawatan anak,ibu harus didorong untuk tinggal bersama anak. Perawatan dapat diawasi dan diberikan bantuan. Walaupun demikian, harus diingat bahwa banyak bayi yangmenderita gastroenteritis kendatipun perawatan bayi yang bhaik, dan orang tua tidak boleh disalahkan karena keadaan ini. 6) Persiapan pulang ke rumah. Segera setelah petunjuk pemberian makanan mencapai tingkat sesuai umur dan kebutuhan anak, dan jika terjadi pertambahan berat badan anak yang memuaskan dan tidak terdapat muntah atau feces yang encer, maka anak dizinkan pulang. Orang tua diminta untuk datang ke unit rawat jalan untuk mengubungi dokter umum untuk menilai kemajuan bayi.
  • 9. Sedangkan untuk penatalaksanaan gastroenteritis pada anak diantaranya terdiri dari : 1. Simtomatis. a. Rehidrasi. Bila keadaan pasien tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, dan sup. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. 1) Cairan per oral. Cairan dehidrasi oral (Oral Rehidration Salt) Formula lengkap (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa. anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi: kadar natriumnya 90 mEg/l (untuk pencegahan dehidrasi) anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi : kadar natriumnya 5060 mEg/l. Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan Sukrosa atau Karbohidrat lain. Misalnya : larutan gula garam/LGG (1/4 sdt + 1 sdm + 200 ml air), larutan air tajin, garam, larutan tepung beras garam dsb. Ditujukan untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan. 2) Cairan parentral. Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya. Pada rehidrasi ini ada 4 hal yang perlu diperhatikan : a) Jenis cairan. Dengan Na (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%) RL 9 (1 bagian RL + 1 bagian glukosa 5%) RL (ringen laktat) 3 (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian natrium laktat 1/6 mol/l) DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%) RLG 1 : 3 ( 1 bagian RL + 3 bagian glukosa 5%) Cairan 4 :1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1,5% atau 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaCl 0,9%) b) Jadwal (kecepatan) cairan. Dehidrasi ringan. 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari Kemudian 125 ml / Kg BB / oral Dehidrasi sedang. 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral Kemudian 125 ml / kg BB / hari. Dehidrasi berat. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit. 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
  • 10. 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg. 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ). 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg. 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ). 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral. c) Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Parenal untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak mau minum dan kesadaran baik. Intragastrik untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak tidak mau minum atau kesadaran menurun. Intravena untuk dehidrasi berat. d) Jumlah cairan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus: Mengukur BJ Plasma. Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus: Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni: diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB Metode Daldiyono Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut: Rasa haus/muntah = 1 BP sistolik 60-90 mmHg = 1 BP sistolik <60 mmHg = 2 Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1 Kesadaran apatis = 1 Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2 Frekuensi napas >30 x/mnt = 1 Facies cholerica = 2 Vox cholerica = 2 Turgor kulit menurun = 1 Washer women’s hand = 1 Ekstremitas dingin = 1 Sianosis =2 Usia 50-60 tahun = 1 Usia >60 tahun = 2 Jumlah cairan yang hilang menurut derajad dehidrasi pada anak di bawah
  • 11. 2 tahun. Derajad dehidrasi Ringan Sedang Berat PWL 50 75 125 NW 100 100 100 CWL 25 25 25 Jumlah 175 200 250 2. Medika mentosa a) Paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. b) Obat yang mengeraskan tinja, apulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/bab encer sampai diare berhenti. c) Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase, hidrasec 3 x 1 tab/hari d) Vitamin dan mineral e) Aluminium hidroksida, memiliki efek konstipasi dan mengikat empedu. f) Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus. g) Antibiotic 3. Pengobatan dietetic Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg. Jenis makanan : a. Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh misalnya LLM, Almiron). b. Makanan setengah padat (bubur syusu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat. c. Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktose atau susu dengan asam lemak tak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan. d. Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI atau susu Formula, diare masih sering, hendaknya diberikan tambahan oralit atau air tawar selang-seling dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar atau 1x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar. e. Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh f. Hari 6 : Dipulangkan dengan ASI (susu formula sesuai dengan kelainan yang ditemukan dari pemeriksaan laboratorium) Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti SGM, Lactogen, Dancow dsb, dengan menu makan sesuai dengan umur dan BB bayi. 4. Kausal Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi. Pada diare dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya. a) Aeromonas dan campylobacter, agen antimicrobial: tmp/smz indikasi untuk terapi antimikrobial : dysentery-like illness,diare berkepanjangan. b) Campylobacter agen antimikrobial:erythromycint atau azithromycin: indikasi terapi antimikrobial : pada awal penyakit. c) Clostridium difficile agen antimikrobial :metronidazole atau vancomycin indikasi terapi antimikrobial penyakit sedang hingga berat d) Escherichia coliagen antimikrobial :metronidazole atau vancomycin
  • 12. indikasi terapi antimikrobial : penyakit sedang hingga berat. e) Enterotoxigenic agen antimikrobial : tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial :penyakit berat atau berkepanjangan f) Enteropathogenic agen antimikrobial :tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : nursery epidemics, penyakit pengancam jiwa. g) Enteroinvasive agen antimikrobial :tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : semua pada kasus jika organisme rentan h) Salmonella agen antimikrobial :cefotaxime atau ceftriaxone atau ampicillin atau chloramphenicol atau tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : pasien bayi K. Pemeriksaan Diagnostik 1) Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal. 2) Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik. 3) Pemeriksaan darah pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal. 4) Doudenal Intubation Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.