STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PEMASANGAN NGT , STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN NGT, Cara Pemasangan NGT, Tugas Mata Kuliah Sistem Pencernaan , UNSRIT (Universitas Sariputra Indonesia Tomohon) Fakultas Keperawatan Semester 4
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PEMASANGAN NGT , STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN NGT, Cara Pemasangan NGT, Tugas Mata Kuliah Sistem Pencernaan , UNSRIT (Universitas Sariputra Indonesia Tomohon) Fakultas Keperawatan Semester 4
1. ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS PADA ANAK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami
perkembangan diare dan atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses
inflamasi dalam lambung dan usus.
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya. (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam, virus, dan parasit yang pathogen. (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan
oleh infeksi, alergi, atau keracunan zat makanan. ( Marlenan Mayers,1995 ).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat. (Arif Mansjoer, 1999 : 501).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare
yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. (WHO, 1980).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang
air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare
persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung
15-30 hari dan berlangsung terus menerus.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gastroenteritis adalah peradangan
yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih
banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
B. Insiden Gastroenteritis Pada Anak
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada anak-anak. Diperkirakan pada anak setiap
tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika
Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat
di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena diare atau
gastroenteritis.
Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia
lanjut, di mana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang sampai
berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih
banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju.
Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan salah
satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab
kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3
penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke puskesmas.
2. Data Departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kematian diare diindonesia saat ini
adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare
setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah
sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996
didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang
7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan
227 (19,56 %) penderita yang meninggal karena dehidrasi. Sebagian dari penderita (1-2%) akan
jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 – 500.000 anak dibawah lima tahun meninggal
setiap tahunnya.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia, pada 2001 penyakit diare
menempati urutan kedua penyakit mematikan yang berasal dari penyakit infeksi. Jumlah
penderita diare di Indonesia pada tahun itu mencapai 4% dan angka kematiannya mencapai
3,8%. Pada bayi, diare menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kematian dengan angka
mencapai 9,4% dari seluruh kematian bayi.
Keputusan Menkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman pemberantasan penyakit
diare dinyatakan bahwa penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar biasa (KLB)
yang ditimbulkan. Penyebab utama kematian pada penyakit diare adalah dehidrasi sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolitnya melalui tinjanya. Di negara berkembang prevalensi yang
tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan
protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
C. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1) Faktor Infeksi
Infeksi Virus
Retavirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan
muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin. Dapat ditemukan demam
atau muntah. Di dapatkan penurunan HCC.
Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
Bakteri
Stigella, Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September insiden paling tinggi pada umur 1-5
tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah yang tidak menonjol terdapatnya sel
polos dalam feses sel batang dalam darah
Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Menembus dinding usus,
feses berdarah, mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature Muntah tidak menonjol Sel polos
dalam feses Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan pada feses
selama berbulan-bulan.
Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan
entenoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
Campylobacter Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram abdomen yang hebat.
Muntah/dehidrasi jarang terjadi
3. Yersinia Enterecolitica Feses mukosa Sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada
nyeri abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering menyerupai apendicitis.
Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin
sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus, sehingga orang yang
bersangkutan kehilangan banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena lebih dari 2
tahun, terkadang disertai muntah, dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita yang
terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja yang timbul baunya amis dan seperti cucian
beras.
Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2) Faktor Non Infeksiosus
Malabsorbsi,
Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida
(intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy,
dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang
kotor. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
Faktor Psikologis, Rasa takut,cemas.
D. Manifestasi Klinis
a) Diare.
b) Muntah.
c) Demam.
d) Nyeri Abdomen
e) Membran mukosa mulut dan bibir kering
f) Fontanel Cekung
g) Kehilangan berat badan
h) Tidak nafsu makan
i) Lemah
E. Komplikasi
a) Dehidrasi
b) Renjatan hipovolemik
c) Kejang
d) Bakterimia
e) Mal nutrisi
f) Hipoglikemia
g) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tanda-tandanya:
Berak cair 1-2 kali sehari
4. Muntah tidak ada
Haus tidak ada
Masih mau makan
Masih mau bermain
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya:
Berak cair 4-9 kali sehari
Kadang muntah 1-2 kali sehari
Kadang panas
Haus
Tidak mau makan
Badan lesu lemas
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.
Tanda-tandanya:
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Haus sekali
Mata cekung
Bibir kering dan biru
Tangan dan kaki dingin
Sangat lemah
Tidak mau makan
Tidak mau bermain
Tidak kencing 6 jam atau lebih
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang
ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Tingkat dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
Parameter
Sensori
Baik
Gelisah
Apatis/coma
Sirkulasi
120
120 – 140
> 140
Respiratori
Biasa
Agak cepat
Kusmaull
Rasa haus
+
++
+
Oligori
Biasa
Sedikit
-
5. Turgor
Tonus
Mata
UUB
Mulut
Agak kurang
Biasa
Agak cekung
Agak cekung
Normal
Kurang
Agak
Cekung
Cekung
Agak kering
Sangat kurang
Menurun
Cekung sekali
Cekung sekali
Kering +
sianosis
Keterangan :
< 1 detik : turgor agak kurang
1-2 detik : turgor kurang
> 2 detik : turgor sangat kurang
F. Pencegahan
Pencegahan adalah cara terbaik untuk menghindari gastroenteritis karena virus. Tidak ada vaksin
untuk gastroenteritis karena virus kecuali vaksin rotavirus. Atau Anda dapat menghindari infeksi
dengan
1. Mencuci tangan dengan seksama selama 20 detik setelah menggunakan kamar mandi atau
mengganti popok.
2. Mencuci tangan dengan seksama selama 20 detik sebelum makan.
3. Membersihkan permukaan-permukaan yang terkontaminasi seperti tempat ganti popok bayi
dengan desinfektan.
4. Tidak makan makanan atau minum cairan yang mungkin terkontaminasi.
G. Patofisiologi Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa
kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi
dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi
cairan elektrolit.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan
isi rongga usus.
6. 3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
H. Dampak Hospitalisasi pada Anak.
Separation ansiety
1. Tergantung pada orang tua
2. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
3. Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik diri,
sedih, kesepian dan apatis
4. Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan dengan
orang lain dan menyukai lingkungan
I. WOC
7. J. Penatalaksanaan Gastroenteritis
Prinsip Pengobatan Dan Managemen Perawatan pada Gastroenteritis pada anak diantaranya :
1. Pengobatan tergantung pada derajat dehidrasi. Pada Dehidrasi ringan . ada kemungkinan lebih
disukai untuk merawat anak di rumah, asal diberikan perawatan medis yang efesien.
1) Dihentikannya pemberian susu yang diganti dengan campuran glucose elektrolit (dioralite).
2) Cairan harus diberikan setiap 2 jam pada siang hari dan setiap 4 jam selama malam hari,
dilanjutkan selama 24 jam.
3) Setelah 24 jam pemberian susu dimulai kembali, jika diberikan jumlah kecil (15 ml susu krim
separuh) setiap 4 jam dengan salin antara waktu makan
8. 4) Dengan ditingkatkannya pemberian susu, jumlah campuran glucose elektrolit diturunkan
secara berimbang. Sucrose hanya ditambahkan jika feces mulai berbentuk.
Dehidrasi ringan. Pada kasus ini, gambaran klinik ditegakkan secara baik dan bayi mulai dirawat
:
1) Dihentikannya pemberian susu
2) Penggantian deficit cairan danelektrolit serta koreksi gangguan asam basa. Ini didasarkan pada
penilaian klinis, atau pada rekaman kehi,angan berat badanterakhir.
3) Pergantian dapat dilakukan baik peroral atau intravena dan akan tergantung pada kehilangan
air dan elektrolit melalui diare.
4) Perawatan bayi dengan terapi intra vena
Pemeriksaan biokimia dan obsevasi klinis untuk menentukan status elektrolit
5) Dimulainya pemberian cairan peroral secara perlahan – lahan untuk kmenentukan kemampuan
menerima cairan
6) Dimulainya pemberian susu secara berangsur-angsur seperti yangdiuraikanuntuk dehidrasi
ringan
7) Penimbangan berat badan harian dan pengumpilan urin harian
Dehidrasi parah. Bayi dalam kedaan sakit parah dengan kegagalan sirkulasi :
1) Infuse intravena dengan larutan yang sesuai dan masukan cairan dengan peningkatan yang
seksama
2) Infuse plasma untuk menggantikan penurunan volume plasma
Koreksi asidosis merabolik dengan pemberian secara intravena 8,4 % natrium bikarbonat dengan
penilaian kembali status asam basa
3) Jika suatu elektrolit dan cairan telah dikoreksi, secara berangsur-angsur susu diberikan
kembali seperti yang diuraikan untuk dehidrasi ringan
4) Selama fase akut, bayi dirawat dalam incubator. Diberikan oksigen dan bayi diobservasi
secara seksama, karena penurunan kadar kalium serum menimbulkan perubahan aktivitas
jantung, dan peningkatan kadar kalium secara cepat membawa resiko henti jantung.
2. Perawatan rutin.
1) Pemberian obat-obatan, terutama antibiotika untuk mengatasu kuman infeksi . jika muntah
parah, obat-obatan yang sesuai, seperti kloramfenikol atau streptomisin, dapat diberikan secara
parenteral.
2) Isolasi bayi dan pengertian akan proses infeksi silang serta pencegahannya.
3) Perawatan bokong anak. Feces yang encer akan menyebabkan kemerahan dan ekskoriasi kulit.
Bayi tidak boleh ditinggal berbaring dengan popok yang basah dan kotor. Area popok dibasuh
secara lebih dan diberikan krim pelindung. Meninggalkan bokong dalam kedaan terpapar
merupakan cara yang terbaik untuk mendorong terjadinya penyembuhan.
4) Inspeksi dan perawatan mulut bayi.
5) Dukungan bagi orang tua. Jika terdapat bukti tidak adanya pengertian dalam hal perawatan
anak,ibu harus didorong untuk tinggal bersama anak. Perawatan dapat diawasi dan diberikan
bantuan. Walaupun demikian, harus diingat bahwa banyak bayi yangmenderita gastroenteritis
kendatipun perawatan bayi yang bhaik, dan orang tua tidak boleh disalahkan karena keadaan ini.
6) Persiapan pulang ke rumah. Segera setelah petunjuk pemberian makanan mencapai tingkat
sesuai umur dan kebutuhan anak, dan jika terjadi pertambahan berat badan anak yang
memuaskan dan tidak terdapat muntah atau feces yang encer, maka anak dizinkan pulang. Orang
tua diminta untuk datang ke unit rawat jalan untuk mengubungi dokter umum untuk menilai
kemajuan bayi.
9. Sedangkan untuk penatalaksanaan gastroenteritis pada anak diantaranya terdiri dari :
1. Simtomatis.
a. Rehidrasi.
Bila keadaan pasien tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman
ringan, sari buah, dan sup. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi
penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik
mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan.
1) Cairan per oral.
Cairan dehidrasi oral (Oral Rehidration Salt)
Formula lengkap (oralit) mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa.
anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi: kadar natriumnya 90
mEg/l (untuk pencegahan dehidrasi)
anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi : kadar natriumnya 5060 mEg/l.
Formula sederhana (tidak lengkap) mengandung NaCl dan Sukrosa atau Karbohidrat lain.
Misalnya : larutan gula garam/LGG (1/4 sdt + 1 sdm + 200 ml air), larutan air tajin, garam,
larutan tepung beras garam dsb.
Ditujukan untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum
ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.
2) Cairan parentral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya. Pada rehidrasi ini ada 4 hal yang perlu diperhatikan :
a) Jenis cairan.
Dengan Na (1 bagian larutan darrow + 1 bagian glukosa 5%)
RL 9 (1 bagian RL + 1 bagian glukosa 5%)
RL (ringen laktat)
3 (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian natrium laktat 1/6 mol/l)
DG 1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%)
RLG 1 : 3 ( 1 bagian RL + 3 bagian glukosa 5%)
Cairan 4 :1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1,5% atau 4 bagian glukosa 5-10%
+ 1 bagian NaCl 0,9%)
b) Jadwal (kecepatan) cairan.
Dehidrasi ringan.
1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari
Kemudian 125 ml / Kg BB / oral
Dehidrasi sedang.
1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral
Kemudian 125 ml / kg BB / hari.
Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau
13 tetes / kg BB / menit.
7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
10. 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A
intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau
10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
c) Jalan masuk atau cara pemberian cairan.
Parenal untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak mau minum dan kesadaran
baik.
Intragastrik untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak tidak mau minum atau
kesadaran menurun.
Intravena untuk dehidrasi berat.
d) Jumlah cairan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
cara/rumus: Mengukur BJ Plasma.
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
Rasa haus/muntah = 1
BP sistolik 60-90 mmHg = 1
BP sistolik <60 mmHg = 2
Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1
Kesadaran apatis = 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2
Frekuensi napas >30 x/mnt = 1
Facies cholerica = 2
Vox cholerica = 2
Turgor kulit menurun = 1
Washer women’s hand = 1
Ekstremitas dingin = 1
Sianosis
=2
Usia 50-60 tahun = 1
Usia >60 tahun = 2
Jumlah cairan yang hilang menurut derajad dehidrasi pada anak di bawah
11. 2 tahun.
Derajad dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
PWL
50
75
125
NW
100
100
100
CWL
25
25
25
Jumlah
175
200
250
2. Medika mentosa
a) Paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium.
Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil.
b) Obat yang mengeraskan tinja, apulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap
diare/bab encer sampai diare berhenti.
c) Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase, hidrasec 3 x 1 tab/hari
d) Vitamin dan mineral
e) Aluminium hidroksida, memiliki efek konstipasi dan mengikat empedu.
f) Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
g) Antibiotic
3. Pengobatan dietetic
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg.
Jenis makanan :
a. Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh
misalnya LLM, Almiron).
b. Makanan setengah padat (bubur syusu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau
minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat.
c. Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktose atau susu dengan asam lemak tak
jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
d. Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral.
Bila diberi ASI atau susu Formula, diare masih sering, hendaknya diberikan tambahan oralit
atau air tawar selang-seling dengan ASI, misalnya : 2x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x
oralit/air tawar atau 1x ASI/susu formula rendah laktosa, 1 x oralit/air tawar.
e. Hari 2-4 : ASI/susu formula rendah laktosa penuh
f. Hari 6 : Dipulangkan dengan ASI (susu formula sesuai dengan kelainan yang ditemukan
dari pemeriksaan laboratorium)
Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti SGM, Lactogen, Dancow dsb,
dengan menu makan sesuai dengan umur dan BB bayi.
4. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi. Pada diare dengan penyebab
infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
a) Aeromonas dan campylobacter, agen antimicrobial: tmp/smz indikasi untuk terapi
antimikrobial : dysentery-like illness,diare berkepanjangan.
b) Campylobacter agen antimikrobial:erythromycint atau azithromycin: indikasi terapi
antimikrobial : pada awal penyakit.
c) Clostridium difficile agen antimikrobial :metronidazole atau vancomycin indikasi terapi
antimikrobial penyakit sedang hingga berat
d) Escherichia coliagen antimikrobial :metronidazole atau vancomycin
12. indikasi terapi antimikrobial : penyakit sedang hingga berat.
e) Enterotoxigenic agen antimikrobial : tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial :penyakit berat
atau berkepanjangan
f) Enteropathogenic agen antimikrobial :tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : nursery
epidemics, penyakit pengancam jiwa.
g) Enteroinvasive agen antimikrobial :tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : semua pada kasus
jika organisme rentan
h) Salmonella agen antimikrobial :cefotaxime atau ceftriaxone atau ampicillin atau
chloramphenicol atau tmp/smz† indikasi terapi antimikrobial : pasien bayi
K. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2) Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
3) Pemeriksaan darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam
serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.