Dokumen tersebut membahas tentang diare pada anak, penyebabnya, gejalanya, penilaian dan penatalaksanaannya. Diare lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak akibat berbagai faktor seperti infeksi, malabsorpsi, dan faktor makanan. Gejala umumnya adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan tinja cair dan bercampur lendir atau darah. Penatalaksanaannya meliputi rehidrasi, diet
3. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system
gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan,
dikarenakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses
encer; dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah atau lendir saja. menurut Ngastiyah (2005).
4. Anak usia TODDLER adalah anak usia antara 1 sampai 3 tahun (Donna L. Wong)
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus
(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
5. 2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
a. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
b. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang
terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
6. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit
ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
7.
8. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja
makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus
dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa penggantian yang
memadai, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu: berat badan menurun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit kering
Renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat dan lemah bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun, klien tampak
lemah dengan kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang
(oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat,
pernapasan cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).
9. Penatalaksanaan diare akut pada anak:
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Cara menilai derajat dehidrasi
Kehilangan berat badan
2,5 % tidak ada dehidrasi
2,5-5% Dehidrasi ringan
5-10 % dehidrasi sedang
> 10% dehidrasi berat
10. 1.Faeces lengkap
2.Pemeriksaan Asam Basa
3.Pemeriksaan kadar ureum kreatinin
4.Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor) Pada diare dapat
terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan
terjadi penuruna kesadaran dan kejang.
11.
12. 1. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah aliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1
ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan
diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah
dehidrasi dengan segala akibatnya.
13. 2. Jumlah cairan yang hendak
diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan
pengganti yang hendak diberikan
harus sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar dari badan. Jumlah
kehilangan cairan dari badan
dapat dihitung dengan cara/rumus:
14. 3. Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak
diare harus tetap dipertahankan yang meliputi:
Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)
Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)
4. Obat-obatan
Obat obatan yg diberikan pada anak diare adalah:
Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah
diidentifikasi)
15.
16. 1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare
untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam
sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan,
kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk
mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan
data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan
epidemiologi (tempat, waktu dan orang)
17. 2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah
dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor
makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali
dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas,
Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
18. Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi
karena infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare
berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair
berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat
bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan
adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis
menurun dan gejala penurunan kesadaran.
19. 3.Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain
Prenatal :
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti
selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat
mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
Natal :
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan
maturitas organ vital
Post natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat
badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada
usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh
alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
20. 4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan
yang penting karena setiap individu mempunyai ciri-
ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan
pengkajian fisik dan tindakan harus disesuaikan dengan
pertumbuhan dan perkembangan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit
Lingkungan rumah dan komunitas
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Persepsi keluarga
21. 1.Pola Nutrisi
Makanan yg terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh
terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek
dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat
dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/>
1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula
dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan
makananpadat atau makanan cair.
22. 2. Pola Eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat
mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana
lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat
urine.
3. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena
frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel
4. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
23. Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda
yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut
kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat ditemukan
peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan
adanya luka lecet sekitar anus
24. 1. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3
kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope),
peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien
tidak membesar suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-).
Hepar dan lien tidak teraba
25. 2.Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit
kembali dalam :
1 detik = dehidrasi ringan,
1-2 detik = dehidrasi sedang dan
> 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).
26. 1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebih melalui
feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
27. 1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine terkontrol,
mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.
Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal.
Blood Gas Analysis dalam batas normal
28. 1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
Rasional: Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2. Pantau intake dan out put
Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk mengkompensasi
kehilangan cairan.
3.Timbang BB setiap hari
Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.
4. Penatalaksanaan rehidrasi :
Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau pedyalit 10 cc/kg
BB/mencret
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai
ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
29. 5.Kolaborasi dg tim dokter dlm pemberian cairan parenteral (IV line)
sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit penyerta)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan
sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian
cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
6. Kolaborasi :
Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
Rasional : Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit. BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
30. 2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
kriteria hasil :
• Nafsu makan baik
• BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
• Hasil pemeriksaan lab protein dalam batas normal (3-5
mg/dalam)
31. 1.Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat
tinggi, berlemak dan air panas atau dingin)
Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.
2. Timbang BB setiap hari
Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan
peningkatan kebutuhan kalori, protein dan vitamin.
3. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu
sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan
menyenangkan.
32. 4. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai
dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.
Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses
metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh
terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat membuka
jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang diketahuinya.
5. Kolaborasi :
Dietetik
anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula
rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif
sehingga intoleransi laktose.
33. 3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : nyeri teratasi
Kliteria hasil
- TTv normal
- Klien tdk meringis
- Skala nyeri 0-2 (tidak nyeri)
34. 1.Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk
verbal dan non verbal
Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi
selanjutnya
2. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
3.Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti
masase punggung dan kompres hangat abdomen
Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan
meningkatkan kemampuan koping.
4.Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
5.Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai
indikasi
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk
menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.