Meningitis adalah infeksi pada selaput pelindung otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Gejalanya bervariasi mulai dari sakit kepala, demam, gangguan kesadaran hingga kejang. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan cairan serebrospinal yang menunjukkan peningkatan sel dan protein.
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
Referat Meningitis Word
1. i
REFERAT NEUROLOGI
MENINGITIS
Penguji :
Dr. Tumpal A. Siagian, Sp.S.
Disusun oleh:
Fransiska Lumempouw
1261050302
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
PERIODE 13 JUNI 2016 – 23 JULI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2016
2. ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................2
C. Manfaat............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................3
A. Definisi Meningitis............................................................................3
B. Anatomi dan Fisiologis .....................................................................3
C. Klasifikasi dan Etiologi.....................................................................4
D. Patofisiologi......................................................................................8
E. Manifestasi Klinis dan Gejala...........................................................9
F. Diagnosis ...........................................................................................10
G. Tatalaksana .......................................................................................16
H. Prognosis...........................................................................................18
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
3. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi SSP merupakan masalah kesehatan serius yang perlu segera diketahui
dan diobati untuk meminimalkan gejala sisa neurologis yang serius dan memastikan
keselamatan pasien, salah satunya adalah meningitis. Meningitis adalah infeksi pada
selaput pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).
Selaput pelindung otak adalah selaput duramater, araknoid dan piamater. Selain
selaput, infeksi ini juga melibatkan cairan serebrospinal yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang. Meningitis dapat menjadi serius bila tidak ditangani dengan
cepat. Hal ini menyebabkan kerusakan permanen pada saraf dan otak. Meningitis
disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur.1 Infeksi pada meninges menunjukkan
gejala kaku kuduk, sakit kepala, demam, sedangkan bila parenkim otak yang terkena
akan memperlihatkan penurunan tingkat kesadaran, kejang, defisit neurologis fokal,
dan kenaikan tekanan intrakranial. Meningitis dapat menyerang siapa saja, tetapi
paling sering terjadi pada bayi, anak - anak, remaja dan dewasa muda.2
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal
4. iv
yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Mycobacterium
tuberculosa penyebab lainnya sepertivirus, Toxoplasma gondhii, dan Ricketsia.
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakterispesifik
maupun virus. Meningitis Neisseria meningitidis (meningococcus) merupakan
meningitis purulenta yang paling sering terjadi.3
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan refarat ini adalah untuk mengetahui hal - hal
yang berkaitan dengan meningitis dan sebagai salah satu pemenuhan tugas
kepaniteraan ilmu penyakit saraf Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia.
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang Meningitis
2. Sebagai lini utama dalam kesehatan untuk dapat mengenali
Meningitis
5. v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Meningitis
Peradangan atau inflamasi pada selaput otak (meninges) termasuk duramater,
arachnoid dan piamater yang melapisi otak dan medulla spinalis yang dapat
disebabkan oleh beberapa etiologi dan dapat diidentifikasi oleh peningkatan kadar
leukosit dalam liquor cerebrospinal (LCS).3
B. Anatomi Fisiologis
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti oleh meninges yang berasal dari
mesodermal. Fungsinya yang melindungi struktur saraf, membawa pembuluh darah
dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal. Tiga lapisan meninges dari
yang terluar ke dalam :
1. Duramater
Lapisan paling luar, kuat dan keras dan disebut juga “pachymeninx” (membran yang
kuat)
2. Araknoid
Membran avaskular yang tipis dan rapuh yang memisahkan duramater piamater.
Membran ini disebut juga dengan “leptomeninges” (membran yang tipis,rapuh).
6. vi
Ruangan antara araknoid dan piamater (ruangan subaraknoid) berisi cairan
serebrospinal.
3. Piamater
Terdiri dari lapisan – lapisan tipis mesodermal yang menyerupai endotelium.
Piamater menyelipkan dirinya ke dalam sulkus otak.4,5
C. Klasifikasi dan Etiologi
A. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu:
Meningitis serosa
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang
meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling
sering dijumpai adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya
Toxoplasma gondii dan Ricketsia
Meningitis purulenta
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang
bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan
Gambar 1. SelaputOtak
7. vii
oleh bakteri spesifik maupun virus. Penyebabnya antara lain: Diplococcus
pneumonia (pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
B. Berdasarkan mikroorganisme penyebab:
Penyebab tersering dari meningitis adalah mikroorganisme seperti bakteri,
virus, parasit dan jamur. Mikroorganisme ini menginfeksi lapisan otak, darah dan
liquor serebrospinal. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non-infeksi,
seperti pada penyakit AIDS, keganasan, diabetes mellitus, cedera fisik atau obat –
obatan tertentu yang dapat melemahkan sistem imun (imunosupresif).
Meningitis dapat terjadi karena terinfeksi oleh virus, bakteri, jamur maupun parasit :
Virus :
Meningitis virus tidak melibatkan jaringan otak pada proses peradangannya.
Gejalanya ringan sehingga diagnosis meningitis virus luput dibuat. Tetapi pada
lumbal pungsi ditemukan pleitosis limfositer. Enterovirus merupakan penyebab
utama meningitis viral sedangkan sebagian dari enterovirus mengakibatkan
ensefalitis. Maka meningitis virus yang paling berat selalu merupakan komponen
meningoencephalitis. Gejala – gejala beratnya sakit kepala dan nyeri kuduk . Infeksi
virus lain yang dapat menyebabkan meningitis, yakni :
• Virus Mumps
• Virus Herpes, termasuk Epstein-Barr virus, herpes simplexs, varicella-zoster,
8. viii
Measles, and Influenza
• Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya (Arboviruses) 5
Bakterial :
Bakteri meningitidis sangat serius dan dapat mematikan. Kematian dapat
terjadi hanya dalam beberapa jam. Namun banyak juga pasien meningitis yang
sembuh, cacat permanen seperti hilangnya pendengaran, kerusakan otak dan
ketidakmampuan belajar akibat dari infeksinya. Meningitis bakterial akut selalu
bersifat purulenta. Meningitis purulenta dapat menjadi komplikasi dari otitis media.
Ada beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis, seperti
Streptococcus pneumoniae, grup B Streptococcus, Neisseria meningitidis,
Haemophilus influenzae, dan Listeria monocytogenes. Sebagian besar kasus
meningitis pada periode neonatus disebabkan oleh flora dalam saluran genitalia ibu.
Streptococcus grup B berkapsul dan Escherichia coli, khususnya merupakan patogen
penting bagi kelompok usia ini. Pada anak usia 6 bulan atau lebih. Haemophilus
influenzae dahulu merupakan penyebab sebagian meningitis .
Jamur :
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari 2 kelompok yaitu, jamur
patogenik dan opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang
dapat menginfeksi manusia normal setelah inhalasi atau inflantasi spora. Secara
alamiah, manusia dengan penyakit kronis atau keadaan gangguan imunitas lainnya
lebih rentan terserang infeksi jamur dibandingkan manusia normal. Jamur patogenik
9. ix
menyebabkan histoplasmosis, blastomycosis, coccidiodomycosis dan
paracoccidiodomycosis. Kelompok kedua adalah kelompok jamur apportunistik.
Kelompok ini tidak menginfeksi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal,
tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Penyakit
yang termasuk disini adalah aspergilosis, candidiasis, cryptococcosis, mucormycosis
(phycomycosis) dan
nocardiosis.
Infeksi jamur pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan meningitis akut,
subakut dan kronik. Biasanya sering pada anak dengan imunosupresif terutama anak
dengan leukemia dan asidosis. Dapat juga pada pasien yang imunokompeten.
Cryptococcus neoformans dan Coccidioides immitis adalah penyebab utama
meningitis jamur pada pasien imunokompeten. Meningitis Kriptikokus Meningitis
yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat kita
menghirup debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan
kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi
pada orang dengan CD4 di bawah 100. Diagnosis : Darah atau cairan sumsum tulang
belakang dapat dites untuk kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’
mencari antigen (sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’
mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh cairan.Tes CRAG cepat
dilakukan dan dapat memberi hasi pada hari yang sama. Tes biakan membutuhkan
waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang
belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India.5.6
10. x
D. Patofisologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ
atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai
ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput
otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus
dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan
fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan
Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.
Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam
minggu kedua sel- sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan,
bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di
lapisan dalam terdapat makrofag.
7
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
11. xi
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-
neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus,
cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan
oleh bakteri.
E. Manifestasi Klinis dan Gejala
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam
sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran
menurun. Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
virus apa yang menyebabkannya, namun mayoritas gejalanya serupa. Gejala yang
paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang.
Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku,
gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang
terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit,
tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi
gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan.7.8.9
12. xii
F. Diagnosis
Diagnosis Meningitis
Anamnesis
Awitan gejala akut (<24 jam) disertai trias meningitis yaitu demam, nyeri
kepala hebat dan kaku kuduk. Gejala lain yaitu mual, muntah, fotofobia, kejang
fokal atau umum, gangguan kesadaran. Mungkin dapat ditemukan riwayat infeksi
paru-paru, telinga, sinus, ataupun katup jantung. Pada bayi atau neonatus, gejala
bersifat nonspesifik seperti demam, iritabilitas, letargi, muntah, dan kejang.
Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
a. Pemeriksaan Fisik
Terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan
fisis harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien. Dengan
penilaian keadaan umum ini dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam
keadaan yang memerlukan pertolongan segera, atau pasien dalam keadaan
yang relative stabil sehingga pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan fisik yang lebih lengkap.
Pemeriksaan harus mencakup :
1. Tanda vital. Periksa jalan nafas, keadaan respirasi dan sirkulasi. Pastikan
bahwa jalan nafas terbuka dan pasien dapat bernafas. Otak membutuhkan
13. xiii
pasokan oksigen yang kontinu, demikian glukosa. Tanpa oksigen sel-sel
otak akan mati dalam waktu 5 menit. Karena itu, harus ada sirkulasi darah
untuk menyampaikan oksigen dan glukosa ke otak. Jadi waktu untuk
memulihkan pernafasan dan sirkulasi darah adalah singkat.
2. Kulit. Perhatikan tanda trauma, simata penyakit hati, bekas suntikan, kulit
basah karena keringat (misalnya pada hipoglikemi, syok), kulit kering
(misalnya pada koma diabetic), perdarahan misalnya demam berdarah,
DIC).
3. Kepala. Perhatikan tanda trauma, hematoma di kulit kepala, hematoma
disekitar mata, perdarahan di liang telinga dan hidung.
4. Thoraks, jantung, paru, abdomen, ekstremitas.
b. Pemeriksaan Neurologis
a. Pemeriksaan Neurologi
Perhatikan sikap penderita waktu berbaring apakah tenang dan santai yang
menandakan bahwa penurunan kesadaran tidak dalam. Adanya gerakan
menguap dan menelan menandakan bahwa turunnya kesadaran tidak dalam.
Kelopak mata yang terbuka dan rahang yang tergantung di dapatkan pada
penurunan kesadaran yang dalam.
1. GCS (Glasgow Coma Scale)
GCS digunakan untuk memperhatikan tanggapan (respons) penderita
terhadap rangsang dan member nilai pada respons tersebut. Tanggapan /
14. xiv
respons penderita yang perlu diperhatikan adalah : Membuka Mata,
Respons Verbal (Berbicara), Respons Motorik (Gerakan)
2. Nervus Cranialis I - XII
Gambar 2. Saraf Kranial
3. Rangsangan Meningeal
Kaku kuduk merupakan gejala yang sering dijumpai pada kelainan rangsang
selaput otak. Terdapat 3 cara untuk melakukan pemeriksaan kaku kuduk :
1. Flexi Kepala.
Terdapat kaku kuduk, didapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai
dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang
15. xv
berat kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke
belakang.
2. Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)
Tanda brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan flexi kedua
tungkai. Sebelumnya perlu diperhatikan apakah tungkai nya tidak lumpuh,
tentulah tungkai tidak akan diflexikan.
3. Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)
Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai diflexikan pada persendian
panggul, sedangkan tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi
(lurus). Bila tungkai yang satu ini ikut pula terflexikan, maka disebut tanda
brudzinski II positif.
4. Tanda Kernig
Pada pemeriksaan ini, pasien yang sedang berbaring diflexikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 90O. Setelah itu tungkai bawah di
ekstensikan pada persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini
sampai sudut 135O, antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat
tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan bahwa
tanda kernig positif. Pada meningitis tandanya biasanya positif bilateral.
16. xvi
5. Tanda Lasegue
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekananintrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri.
Tabel 1. Perbedaan perubahan LCS pada meningitis
Tes
Meningitis
Bakterial
Meningitis Virus Meningitis TBC
Tekanan LP
Warna
Jumlah sel
Jenis sel
Protein
Meningkat
Keruh
> 1000/ml
Predominan PMN
Sedikit meningkat
Biasanya normal
Jernih
< 100/ml
Predominan MN
Normal/meningkat
Bervariasi
Xanthochromia
Bervariasi
Predominan MN
Meningkat
17. xvii
Glukosa Normal/menurun Biasanya normal Rendah
b. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit dan glukosa.
b. Pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
c. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit,
protein,neutrofil.
c. Pemeriksaan Radiologis
Pada pemeriksaan foto polos kepala, dapat ditentukan apakah terdapat fraktur
tulang tengkorak dan infeksi sinus-sinus paranasales, sebagai penyebab atau
faktor resiko meningitis. Pemeriksan foto dada dilakukan untuk menentukan
adanya pneumonia, abses paru, proses spesifik, dan massa tumor.CT Scan dan
MRI dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat edema
otak, ventrikulitis, hidrosefalus, dan massa tumor.
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinusparanasal, gigi geligi) dan foto dada.
18. xviii
d. Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin dilakukan untuk menentukan adanya proses spesifik.
Pemeriksaan elektrolit perlu dilakukan pada meningitis bakterial karena
dapat terjadi dehidrasi dan hiponatremia terutama dalam 48-72 jam
pertama.10.11
G. Tatalaksana
Terapi meningitis bacterial
terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus sawar darah otak,
contohnya rifampicin, chloramphenicol, dan quinolones (konsentrasi serum
sekitar 30%-50%)
Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan hasil kultur.
Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta unit diberikan
secara intravena setiap 2 jam.
Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta unit/hari, anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg diberikan 4 juta unit/hari.
Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400 mg/KgBB/hari untuk
dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk anak-anak.
19. xix
Untuk pasien yang alergi terhadap penicillin, dapat diberikan sampai 5 hari
bebas panas.
Terapi meningitis TB
diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu kemudian penurunan
dosis (tapering-off) selama 8 minggu sehingga pemberian prednison
keseluruhan tidak lebih dari 2 bulan.
Terapi meningitis viral
diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8 mg IV tiap 8jam,
dosis pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max 4 mg/dosis dan dapat diulang tiap 12
jam
diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya ketika didiagnosis
herpetic meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam
Terapi meningitis jamur
Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur. Dapat digunakan :
Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus
Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan dengan amfoterisin
B dan kapsul flusitosin. Mempunyai efek samping besar pada amfoterisin B,
dapat diatasi dengan pemberian ibuprofen setengah jam sebelum amfoterisin
B dipakai.
20. xx
Terapi suportive
memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit dan oksigenasi
Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit diberikan dengan
pemberian cepat secara intravena dan dipertahankan pada dosis yang cukup
untuk memperpanjang clotting time dan partial thromboplastin time menjadi 2
atau 3 kali harga normal.
Untuk mengontrol kejang diberikan antikonvulsan, contohnya Fenitoin 5
mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
Jika demam diberikan Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis
Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau corticosteroid, tetapi
hanya bila didapatkan tanda awal dari impending herniasi.
H. Prognosis
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental
atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.12.13
22. xxii
BAB III
KESIMPULAN
Meningitis merupakan peradangan atau inflamasi pada selaput otak
(meninges) termasuk duramater, arachnoid dan piamater yang melapisi otak dan
medulla spinalis. Meningitis terjadi karena berbagai penyebab pada umumnya karena
infeksi berbagai macam mikroorganisme, dimana penyebab infeksi terbanyak adalah
virus dan bakteri serta jamur. Gejalanya mayoritas serupa. Keluhan pertama biasanya
nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi
kaku, kesadaran menurun. Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif. demam yang tinggi,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher
terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.
Meningitis akibat virus biasanya dapat sembuh sendirinya, sementara meningitis
karena bakteri dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, morbiditas yang
lama akibat gejala sisa neurologis atau bahkan menyebabkan kematian. Diagnosis
yang segera dan manajemen terapi yang sesuai dapat menghentikan perjalanan
penyakit dan mencegah timbulnya komplikasi. Prognosis meningitis tergantung pada
umur penderita, jenis kuman penyebab, berat ringan infeksi, lama sakit sebelum
mendapat pengobatan, kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan, dan
penanganan penyakit.
23. xxiii
DAFTAR PUSTAKA
1. Centers For Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/meningitis/
diakses 15 Juni 2016
2. Meningitis is an infection of the protective membranes that surround the brain
and spinal cord (meninges). Available from
http://www.nhs.uk/Conditions/Meningitis/Pages/Introduction.aspx diakses
tanggal 15 Juni 2016
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%20II.pdf,
diunduh pada tanggal 16 Juni 2016
4. Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus.Universitas Sumatera
Utara.USU digital. Diakses tanggal 16 Juni 2016.
5. Baehr dan Frothscher. Diagnosis Topik Neurologis DUUS Edisi 4.
Jakarta:EGC.2012:365-368.
6. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention. Available from :
http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes.html.
7. Mardjono,Mahar. Sidharta,Priguna. Neurologis Klinis
Dasar.Jakarta:Dian.Rakyat.
8. New Jersey Departement of Health and Senior Services. Di akses tanggal 15
Juni 2016. Available from http://www.nj.gov/health/
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,.
Meningitis:http://www.depkes.go.id.
10. WHO, 2005. Meningococcal Disease in India. Available in
http://www.who.int/emc/diseases/meningitis
11. Lumbantobing SM.2013. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta:Balai Penerbit FK UI.Hlm. 8–84.
12. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan
tata laksana penyakit saraf. Cetakan Ke-1. Jakarta: EGC; 2009.h.43-8.