Workshop dan seminar Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung membahas identifikasi dan pengendalian lalat buah, termasuk teknik-teknik seperti sanitasi, karantina, pengasapan, dan perangkap lem. Diskusi juga menyentuh implikasi perdagangan internasional terhadap persyaratan kesehatan tanaman seperti yang diatur dalam SPS-WTO serta upaya memenuhi standar tersebut agar akses pasar produk hortikultura dapat terbuka."
Deskripsi Penilaian K13Penilaian kurikulum 2013 pada rapor pendidikan.
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
1. 1
LAPORAN KUNJUNGAN WORKSHOP DAN SEMINAR
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA CABANG BANDUNG
LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
JOSUA CRYSTOVEL
150320160005
Dosen:
Dr. Ir. Danar Dono M.Si
PASCASARJANA AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
2. 2
PEMBAWA MATERI
Agus Susanto: Department Of Plant Protection Faculty Of Agriculture - Universitas
Padjadjaran.
Judul Materi: Pengendalian Lalat Buah
Cahyaniati: Direktorat Perlindungan Hortikultura.
Judul Materi: Kegiatan Perlindungan Hortikultura Dalam Pemenuhan Persyaratan Teknis
Sanitary And Phytosanitary (SPS)-WTO
Indah Arastuti Nasution: Pusat Aplikasi Isotop Dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Judul Materi: Aplikasi Teknologi Nuklir Untuk Pengendalian Hama Lalat Buah
Juju Rukman: Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Hortikultura - BPTPH Provinsi Jawa
Barat.
Judul Materi: Implementasi Pengendalian Lalat Buah Pada Kawasan Hortikultura
Di Jawa Barat
Suputa: Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian - Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
Judul Materi: Identifikasi Lalat Buah
Tati Suryati Syamsudin: Sekolah Ilmu Dan Teknologi Hayati - Institut Teknologi Bandung.
Judul Materi: Ekologi Dan Sistematik Lalat Buah, Jenis Lalat Buah Dan Distribusinya
Wayan Murdita: Balai Besar Peramalan OPT - Jatisari.
Judul Materi: Pengendalian Lalat Buah Dengan VHT
Yusup Hidayat: Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian - Universitas
Padjadjaran.
Judul Materi: Perbanyakan Lalat Buah - Fruit Fly Rearing
3. 3
PENDAHULUAN
Lalat buah atau yang dikenal bahasa latinnya Bactrocera sp. merupakan salah satu hama
yang sangat ganas menyerang tanaman hortikultura, kehadirannya sering menimbulkan
kerugian besar bagi para petani, khususnya petani buah dan sayuran. Sepertinya apalah guna
tanaman sehat dan berbuah lebat jika akhirnya diserang lalat buah. Karena jika sudah
terserang, buah-buah yang lebat dan siap dipetik tersebut akan membusuk dan gugur dalam
sekejap. Hal ini sangat menyedihkan bagi para petani karena hasil panen yang dinanti-nanti
bisa sirna begitu saja. Tidak heran jika lalat buah termasuk hama yang paling ditakutkan oleh
para petani setelah antraknosa (patek). Lalat buah termasuk Ordo Diptera. Famili
Tephtritidae, yang terdiri dari 4000 spesies, terbagi ke dalam 500 genera. Famili ini
merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu famili yang secara
ekonomi sangat merugikan. Di alam ada banyak spesies lalat buah. Beberapa spesies
memiliki efek negatif, beberapa yang lainnya positif. Salah satu spesies yang dikenal sangat
merusak buah adalah Bactrocera sp. Lalat buah menyerang dengan menyuntikkan telur
mereka ke dalam buah. Ini akan menyebabkan buah menjadi busuk dan rontok sebelum dapat
dipetik.
Siklus hidup lalat buah sekitar 20- 28 hari, dan selama hidupnya kawin dan bertelur
dapat menghasilkan 1200 butir! Kehidupan dan perkembangan lalat buah dipengaruhi oleh
banyak faktor, di antaranya suhu, kelembaban dan ketersediaan inang. Ketiga faktor tersebut
cukup terpenuhi di wilayah tropis seperti Indonesia sehingga sangat mendukung
perkembangan populasi lalat buah. Di daerah tropis lalat buah hanya mendapat gangguan
iklim lebih kecil dibandingkan di wilayah lain. misalnya daerah sedang dan dingin. Selain itu,
ketersediaan makanan di wilayah tropis lebih besar oleh karena itu serangga termasuk lalat
buah selalu mendapat pakan yang cukup. Di musim hujan, populasi lalat buah mencapai
puncaknya.
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Diptera
Section: Schizophora
Subsection: Acalyptratae
Superfamily: Tephritoidea
Family: Tephritidae
Tingkatan takson: Genus
4. 4
Secara fisik lalat buah dewasa berukuran sekitar 1-6 mm, berkepala besar, berleher
sangat kecil. Warnanya bervariasi mulai dari kuning cerah, orange, hitam, coklat, atau
kombinasinya. Disebut tephritidae (berarti bor) karena terdapat ovipositor pada lalat betina
yang berfungsi untuk memasukkan telur ke dalam buah.
Tanaman Inang: Sasaran utama dari lalat buah adalah tanaman buah, mulai dari cabai,
tomat, pare, mentimun, terong, melon, semangka, nangka, jeruk, apel, belimbing, mangga,
lengkeng, pepaya, pisang, jambu air, jambu biji, dan banyak lagi.
Menurut Susanto (2010) ketersediaan inang akan berpengaruh terhadap kelimpahan
populasi lalat buah. Peck dan McQuate (2004) dalam Susanto (2010) menyatakan pentingnya
mempertimbangkan keberadaan inang alternatif untuk memahami ekologi lalat buah. Seara
umum dapat diduga bahwa lalat buah dewasa hampir dapat dipastikan masuk ke dalam kebun
oleh adanya pengaruh faktor biotik dan abiotik. Selain itu, kebun mangga menyediakan
tempat perlindungan yang ideal dengan adanya penyangga mikrohabitat (seperti adanya
naungan yang mengurangi fluktuasi temperatur dan kelembaban). Menurut Aluja dkk.,
(1996) dalam Susanto, (2010) perbedaan faktor ekologi yang melingkupi habitat kebun dan
keragaman vegetasi di dalam kebun sangat mempengaruhi populasi lalat buah, hal ini akan
berpengaruh terhadap keseluruhan praktek manajemen pengendalian.
Menurut Muryati (2007), lalat buah merupakan salah satu hama tanaman buah di
Indonesia. Hama ini menyerang sekitar 75% tanaman buah. Jenis lalat buah di Indonesia
termasuk dalam genus Bactrocera. Spesies B. dorsalis Kompleks dapat menyebabkan
kehilangan hasil hingga 100%. B. papaya Drew, B. carambolae Drew & Hancock, B.
cucurbitae Coquillet, dan B. umbrosus Fabricius merupakan spesies yang banyak ditemukan
di sentra produksi buah di Indonesia (Sukarmin, 2010).
Lalat buah merupakan hama yang menyerang tanaman buah mulai stadia buah masih
muda dengan menimbulkan tingkat kerusakan yang parah saat buah menjadi matang.
Kerusakan yang timbul dimulai dari lalat buah betina yang siap meletakkan telurnya di dalam
buah. Telur yang menetas menghasilkan larva (belatung). Selanjutnya larva akan merusak
daging buah sehingga buah menjadi busuk dan gugur sebelum masak (Bangun, 2009).
Di Indonesia pada saat ini terdapat 66 spesies lalat buah, namun baru beberapa spesies
yang diketahui inangnya (Siwi dkk., 2006 ). Menurut Kuswadi (2001) Spesies yang dikenal
sangat merusak adalah Bactrocera spp, yang sasaran utama serangganya antara lain:
belimbing manis, jambu air, jambu biji (jambu Bangkok), mangga, nangka, semangka,
melon, dan cabai. Larva yang menetas dari telur tersebut akan merusak daging buah,
5. 5
sehingga buah menjadi busuk dan gugur. Hal ini dapat menurunkan daya saing komoditas
holtikutura Indonesia di pasar global, bahkan ekspor buah mangga Indonesia pernah ditolak
negara tujuan dengan alasan mengandung lalat buah. Upaya pengendalian lalat buah telah
banyak dilakukan oleh petani, tetapi hasilnya belum memuaskan. Cara pengendalian yang
sederhana yang lazim dilakukan oleh petani adalah pembungkusan buah, tetapi upaya ini
masih terbatas pada buah-buahan tertentu seperti belimbing manis, jambu biji, nangka dan
cempedak. Untuk pohon buah yang tinggi dan berbuah lebat, misalnya mangga, cara
pembungkusan buah sulit dilakukan.
Menurut Iwasahi (1996), berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik
secara tradisional maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Pemantauan lalat buah
secara teratur menggunakan antraktan dapat membantu petani dalam menentukan strategi
pengendalian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui spesies lalat buah dan mengetahui cara
mengendalikan spesies lalat buah (Sukarmin, 2010).
6. 6
PEMBAHASAN
Judul Materi: Pengendalian Lalat Buah
Agus Susanto: Department Of Plant Protection Faculty Of Agriculture - Universitas
Padjadjaran.
Mengapa Lalat Buah Sangat Berbahaya ?
• Merusak Produk Hortikultura
• Memiliki Presensi Tanaman Inang
Yang Tinggi
• Memiliki Kapasitas Reproduksi
Yang Tinggi
• Sulit Dikendalikan
Pengendalian Yang Banyak Dilakukan :
a. Sanitasi
b.Peraturan, Karantina
c. MAT (Male Annihilation
Technique)
d.SIT (Steril Insect Technique)
e. BAT (Bait Application Technique)
f. Pengasapan
g.Pembungkusan
h.Perangkap Lem
i. Pengendalian yang biasa dilakukan
petani adalah dengan menggunakan
insektisida. Berpotensi
membahayakan kesehatan
lingkungan dan manusia serta
tertolaknya ekspor.
Peraturan dan kebijakan
UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman,
PP No. 6 tahun 1995 tentang Sistem
Budidaya Tanaman,
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman
Pengendalian OPT.
7. 7
Judul Materi: Kegiatan Perlindungan Hortikultura Dalam Pemenuhan Persyaratan
Teknis Sanitary And Phytosanitary (SPS)-WTO
Cahyaniati: Direktorat Perlindungan Hortikultura.
IMPLIKASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL >< SPS-WTO
Perdagangan global/internationalekspor dan impor, membawa implikasi:
Risiko terhadap kesehatan masyarakat dari masuknya bahan pangan yang tidak aman
konsumsi
Risiko terhadap kesehatan tanaman dan lingkungan dari masuknya dan OPTK lain invasive
alien species (IAS)
SPS bertujuan untuk melindungi kehidupan manusia, kesehatan hewan, tanaman, dan
lingkungan sehingga negara pengimpor memperketat persyaratan teknis.
HAMBATAN DALAM AKSES PASAR PRODUK HORTIKULTURA
Tiongkok
Produk yang telah diterima Tiongkok : manggis dan salak (2008)
Manggis dihambat karena residu Cadmium (?)
Taiwan Paprika ditolak oleh Taiwan karena lalat buah (2004).
Australia ekspor manggis, proses lama >8 tahun; karena external
insect/kontaminan: semut, kutu
Jepang, Korea: mempersyaratkan perlakuan desinfestasi lalat buah dengan vapor heat
treatment (VHT). Sedang dinegosiasi untuk hot water treatment (HWT).
Saudi Arabia (negara-negara Timur Tengah) ekspor mangga yang mengalami
hambatan karena adanya lalat buah, antraknose, dan stem-end rot.
8. 8
Singapore :
Singapore tidak memberlakukan Pest list
Tetapi produk harus bebas residu pestisida untuk keamanan pangan perlu
pemantauan dan analisis residu pestisida pada produk buah dan sayuran
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
TERKAIT DGN STANDAR KESEHATAN TUMBUHAN (ISPM)
ISPM No. 04: Requirements for the establishment of Pest Free Areas (PFA)
Masih sulit diimplementasikan
ISPM No. 06: Guidelines for Surveillance
Surveillance for pest list untuk komoditas ekspor: mangga, salak, manggis, buah naga
Pelatihan Surveillance
Menyusun draft Peraturan Menteri tentang Surveillance OPT
ISPM No.10: Requirements for the establishment of Pest Free Places of Production (PFPP)
and Pest Free Production Sites (PFPS):
Mulai diimplementasikan (lalat buah: paprika di Jabar, Jatim, salak di Jateng, DIY)
ISPM No. 17: Pest reporting
Sudah disosialisasikan, belum implementasi
Materi terkait : surveilans, pest record, pest status, determination of pest status (presence,
absence, transience), reabilitas
Akses data base: tahap 1 bagi 5 provinsi (2013)
ISPM No. 22: Requirements for the establishment of Areas of Low Pest Prevalence (ALPP):
Sudah ada pedoman ALPP
Mulai diimplementasikan 2009; mangga (Jabar: lalat buah, Jatim : mango seed weevil);
paprika (Jatim: lalat buah); Area wide management for fruit flies (kerjasama ACIAR)
mangga gedong di Indramayu, rencana AWM lalat buah pada mangga Arumanis di
Kabupaten Buleleng, Bali
ISPM No. 26: Establishment of Pest Free Areas for Fruit Flies
Sulit dilaksanakan dan masih perlu kajian lebih lanjut tentang kelayakan aplikasinya di
Indonesia
ISPM No. 29: Recognition of Pest Free Areas (PFA) and Areas of Low Pest Prevalence
(ALPP)
Perlu diperjuangkan untuk memperoleh pengakuan atas status PFPS, ALPP/AWM
ISPM No. 30: Establishment of Areas of Low Pest Prevalence for Fruit Flies (Tephritidae)
9. 9
Area wide management for fruit flies (kerjasama ACIAR) mangga gedong di Indramayu
(2010 – 2014)
Diharapkan ke depan akan terus dievaluasi untuk penyempurnaan dan perluasannya,
baik lokasi dan komoditas sesuai kondisi
pemenuhan persyaratan SPS-WTO menjadi bagian tidak terpisahkan dalam sistem
perlindungan tanaman (hortikultura)
Perlu peningkatan kapasitas LPHP untuk mendukung ekspor pemenuhan
persyaratan teknis SPS-WTO (SDM, sarana/prasarana), sertifikasi LPHP sesuai ISO Sistem
Manajemen Mutu, saat ini telah tersertifikasi: LPHP Temanggung, LPHP DIY, LPHP
Banyumas, LPHP Maros, LPHP Bukittinggi, dan 2016 LPHP Hulu Sungai Selatan
peningkatan ekspor komoditas hortikultura
Persiapan notifikasi AWM, ALPP, PFPS.
10. 10
Judul Materi: Aplikasi Teknologi Nuklir Untuk Pengendalian Hama Lalat Buah
Indah Arastuti Nasution: Pusat Aplikasi Isotop Dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Sinar gamma adalah adalah sebuah bentuk energi dari radiasi elektromagnetik yang
diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya seperti
penghancuran elektron-positron.
Sinar gamma memiliki energi yang dapat menyebabkan mutasi lethal dominan pada sel
maupun organisme, seperti sel kanker dan mikroba, menimbulkan mutasi pada
tanaman, termasuk juga dapat memandulkan dan membunuh serangga.
Di Indonesia penggunaan sinar gamma untuk banyak tujuan seperti untuk :
• Sterilisasi alat-alat kesehatan, kosmetika
• Pengawaten makanan seperti rendang, pepes, bumbu dapur
• Mutasi tanaman (padi, kedelai, kacang tanah, gandum, sorgum)
• Pengendalian dengan Teknik Serangga Mandul (TSM) pada lalat buah dan nyamuk.
• Perlakuan karantina
Perlakuan Iradiasi untuk pengendalian hama
• Teknik Serangga Mandul (TSM) Prapanen
• Perlakuan Fitosanitari Pascapanen
• Teknik Serangga Mandul
Konsep TSM adalah melepas jantan mandul dengan jumlah berkali-kali lipat dari populasi
alam (Knippling 9x). Perkawinan antara jantan mandul dan betina alam diharapkan tidak
menghasilkan keturunan.
• Perlakuan fitosanitari adalah perlakuan yang menyangkut kesehatan tumbuhan.
Karakteristik TSM
• Spesifik pada spesies
• Ramah lingkungan
• Makin rendah populasi makin efektif
• Dapat menekan populasi sampai nol
• Area Wide
• Cocok untuk hama yang mobilitasnya tinggi
11. 11
Judul Materi: Implementasi Pengendalian Lalat Buah Pada Kawasan Hortikultura
Di Jawa Barat
Juju Rukman: Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Hortikultura - BPTPH Provinsi Jawa
Barat.
Pada era perdagangan bebas yang dimulai sejak tahun 2003 melalui AFTA (Asean
Free Trade Agreement) dan ACFTA (Asean Cina Free Trade Agreement) pada tahun 2010
serta Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan berlaku Desember 2015, buah-buahan
Indonesia dapat dijual bebas dengan hambatan minimum ke pasar Asean, asal memenuhi
persyaratan yang telah disepakati. Hal ini akan berimplikasi pada peningkatan standar mutu
yang sesuai dengan keinginan konsumen, sehingga diharapkan buah-buahan Indonesia bisa
bersaing di pasar dalam dan luar negeri.
Untuk mencapai tuntutan tersebut serta menunjang ekspor produk-produk hortikultura,
diperlukan adanya beberapa kegiatan terkait perlindungan hortikultura dari gangguan OPT,
salah satu diantaranya adalah kegiatan pengelolaan lalat buah dalam rangka peningkatan daya
saing produk ekspor sesuai dengan standar internasional yang telah ditentukan.
12. 12
Judul Materi: Identifikasi Lalat Buah
Suputa: Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian - Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
13. 13
Judul Materi: Ekologi Dan Sistematik Lalat Buah, Jenis Lalat Buah Dan Distribusinya
Tati Suryati Syamsudin: Sekolah Ilmu Dan Teknologi Hayati - Institut Teknologi Bandung.
Pendahuluan
• Materi di bagian ini ditujukan untuk memberi contoh beberapa spesies yang sudah umum
dan dijumpai.
• Selama melakukan penelitian, kami menjumpai berbagai spesimen yang berasal dari
beberapa daerah di Indonesia.
• Pengalaman mengikuti kursus / workshop tentang lalat buah.
• Gambar dan karakter dicopy dari materi yang pernah diberikan oleh :
• Mr. Luc Leblanc (Curator of William F. Barr Entomological Museum, University of Idaho,
Department of Plant, Soil and Entomological Sciences) yang disajikan pada Regional
Training Course on Taxonomy and Identification of Fruit Fly Pest Species for Southeast
Asia, 11-15 July 2016, Bangkok, Thailand yang diselenggarakan atas Kerjasama Department
of Agriculture Thailand dan IAEA.
15. 15
Judul Materi: Perbanyakan Lalat Buah - Fruit Fly Rearing
Yusup Hidayat: Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian - Universitas
Padjadjaran.
17. 17
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, 2009. Kajian Beberapa Metode Perangkap Lalat Buah (Diptera : Tephritidae) pada
Pertanaman Jeruk Manis (Citrus spp). Di Desa Sukanalu Kabupaten Karo.
Iwahashi, 2004. Aedegal Length of the Oriental Fruit Fly, Bactrocera dorsalis (Hendel)
(Diptera : Tephritidae), and its Sympatric spesies in Thailand and the Evolution of a
Longer and Shorter Aedegal in the Parapatric spesies of B. dorsalis.
Kuswadi, 2001. Mengakali Lalat Buah. www.scribd.com/doc/61511648/lalat.
Muryati. 2007. The Effect of Fruit Maturity and Climatic Factors on Damage Intensity of.
Citrus Fruit by Fruit Borer Citripestis sagitiferella (Lepidoptera:Pyralidae).
Siwi dkk., 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera :
Tephritidae). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian. Bogor. 65p.
Sukarmin, 2010. Teknik Identifikasi lalat Buah di Kebun Percobaan Aripan dan Sumani,
Sosek. Sumatra Barat. Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika. E-mail:balitbu@litbang.deptan.go.id
Sukarmin, 2010. Teknik Identifikasi lalat Buah di Kebun Percobaan Aripan dan Sumani,
Sosek. Sumatra Barat. Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika. E-mail:balitbu@litbang.deptan.go.id
Susanto, 2010. Estimasi dan Dinamika Populasi Lalat Buah, Bactrocera dorsalis Kompleks
(Diptera : Tephritidae) pada Pertanaman Mangga. Disertasi. Universitas gajah mada.