SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
1
Plant Resistance to Insect
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
JOSUA CRYSTOVEL
150320160005
Dosen:
Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D
PASCASARJANA AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
PENDAHULUAN .....................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
Metabolit Sekunder dan Pertahanan Tumbuhan ....................................................................4
Kutin, Wax dan Suberin .....................................................................................................5
Terpen.................................................................................................................................6
Senyawa Fenol....................................................................................................................7
Senyawa Sekunder Mengandung Nitrogen ......................................................................10
Respon Pertahanan ...............................................................................................................12
Resistensi Sistemik...............................................................................................................15
Mekanisme Dan Tipe Ketahanan Tanaman .........................................................................15
Ketahanan Genetik ...........................................................................................................16
Antixenosis.......................................................................................................................16
Antibios ............................................................................................................................16
Toleran..............................................................................................................................17
Ketahanan Ekologi ( Ecological resistance).....................................................................17
Ketahanan Semu (Pseudoresistance)................................................................................17
Ketahanan Induksi (Induced resistance)...........................................................................17
Tipe Ketahanan Varietas ......................................................................................................18
Ketahanan Vertikal...........................................................................................................18
Ketahanan horizontal........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
3
PENDAHULUAN
Resistensi merupakan salah satu karakter pada tanaman yang dapat diwariskan.
Karakter ini berperan penting dalam menekan gangguan yang dapat disebabkan oleh jasad
pengganggu. Resistensi suatu tanaman dapat dikategorikan tinggi, intermediat, ataupun
rendah. Istilah lain yang masih berkaitan dengan ketahanan tanaman adalah imunitas. Istilah
ini ditujukan pada tanaman yang resisten secara sempurna terhadap serangan suatu patogen.
Imunitas bersifat absolut dan patogen sama sekali tidak dapat menimbulkan gangguan pada
tanaman, bagaimanapun kondisi lingkungannya. Akan tetapi, di alam peristiwa tersebut
merupakan hal yang sangat langkah. Toleran, juga merupakan istilah yang seringkali
digunakan dalam bahasan ketahanan tanaman. Tanaman yang toleran walaupun dapat
diserang oleh jasad pengganggu, namun tidak menunjukkan kehilangan hasil yang signifikan
(Endrizal, 2004). Menurut Painter (1951), terdapat tiga mekanisme yang ditunjukkan
tanaman dalam menghambat serangan hama, yaitu:
1. Antibiosis, yaitu mekanisme yang mempengaruhi atau menghancurkan siklus hidup
hama.
2. Nonpreference (sekarang disebut antixenosis), menghindarkan tanaman dari
serangan hama dalam pencarian makan, peletakan telur, atau tempat tinggal
serangga. Namun, bila hama tak menemukan alternatif tanaman lain, kerusakan
parah pada tanaman tetap dapat terjadi.
3. Toleran, menunjukkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama, misalnya
dengan tetap memberikan hasil tanaman yang baik. Tidak seperti halnya pada
antibiosis dan antixenosis yang berpengaruh terhadap populasi hama, toleran tidak
berpengaruh terhadap populasi hama.
4
PEMBAHASAN
Metabolit Sekunder dan Pertahanan Tumbuhan
Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan yang tidak
memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi, transport solut,
translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrien, diferensiasi, pembentukan karbohidrat, protein
dan lipid. Metabolit sekunder yang seringkali hanya dijumpai pada satu spesies atau
sekelompok spesies berbeda dari metabolit primer (asam amino, nukelotida, gula, lipid) yang
dijumpai hampir di semua kingdom tumbuhan.
Gambar 1. Interaksi Tanaman dengan Serangga
Metabolit sekunder yang merupakan hasil samping atau intermediet metabolisme
primer:
• Berperan penting pada dua strategi resistensi, yaitu: a) level struktur, phenyl propanoid
adalah komponen utama polimer dinding polimer lignin dan suberin, b) menginduksi
antibiotik pertahanan yang berasal dari fenolik dan terpenoid (fitoaleksin)
5
• Melindungi tumbuhan dari gangguan herbivor dan menghindari infeksi yang
disebabkan oleh patogen mikrobia. Tumbuhan menggunakan metabolit sekunder
sebagai antibiotik atau agen sinyal selama interaksi dengan patogen
• Menarik polinator dan hewan penyebar biji
• Berperan sebagai agen kompetisi antar tanaman
• Memberikan kontribusi yang bernilai terhadap hubungan antara tumbuhan dan
lingkungannya
Kelompok utama metabolit sekunder ada tiga, yaitu: terpen, senyawa fenol dan produk
sekunder mengandung nitrogen.
Kutin, Wax dan Suberin
Semua bagian tanaman yang terekspos ke atmosfer maupun yang ada di dalam tanah
diselaputi lapisan lipid untuk mengurangi hilangnya air dan menghalangi masuknya patogen
fungi dan bakteri. Tiga tipe umum lapisan pelindung tersebut adalah kutin, waks dan suberin
yang memiliki kesamaan ciri secara umum, yaitu:
• Disusun oleh senyawa hidrofobik yang bersifat menolak atau kedap air
• Bersifat non-polar
• Asam-asam lemak adalah salah satu senyawa hidrofobik
Kutin :
• banyak dijumpai di bagian tumbuhan yang ada di atas tanah
• makromolekul, polymer yang tersusun dari rantai panjang asam lemak yang saling
berikatan dengan ikatan ester membentuk jaringan tiga dimensi yang rigid
• komponen utama kutikula tanaman, melapisi sebelah luar dinding sel epidermis
Waks:
• Campuran kompleks rantai panjang lipid yang sangat hidrofobik
• Komponen waks yang paling umum adalah rantai lurus alkana dan alkohol yang
tersusun dari 25-35 atom karbon
• Disintesis oleh sel epidermis dan keluar melalui pori di dinding sel epidermis
Suberin:
• Juga disusun dari asam lemak tetapi berbeda dengan struktur pada kutin
• Melindungi terhadap patogen dan kerusakan lain
• Membentuk barriers transport antara tanah dan akar
• Sering terdapat di akar ; akar yang lebih ‘tua’ lebih banyak mengandung suberin
6
• Merupakan konstituen dinding sel endodermis
Terpen
Terpen merupakan klas metabolit sekunder yang terbesar, umumnya tidak larut dalam
air, konstituen minyak esensial, lipid yang disintesis dari asetil KoA atau dari intermediet
glikolisis melalui lintasan asam mevalonat. Semua terpen disusun oleh unit isopren ber-C5.
Pada suhu tinggi terpen dapat didekomposisi menjadi unit-unit isopren. Terpen
diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit isopren. Monoterpen : mengandung 10-karbon
terpen atau 2 unit C5; sesquiterpen: mengandung 15-karbon terpen atau 3 unit C5; diterpen
mengandung 20-karbon terpen atau 4 unit C5. Terpen yang lebih besar termasuk triterpen (30
karbon), tetraterpen (40 karbon) dan politerpen (C5]n, dimana n > 8). Terpen disintesis untuk
“menolak’ serangga, herbivor pemakan, dan untuk menarik insek predator dan parasit
pemakan herbivor.
Biosintesis terpen dapat terjadi melalui dua lintasan, yaitu lintasan asam mevalonat.
Tiga molekul asetil ko-A bergabung membentuk asam mevalonat kemudian intermediet
berkarbon 6 ini mengalami pyrophosphorylasi, dekarboksilasi dan dehidrasi menghasilkan
intermediet isopenthyenyl diphosphate (IPP). IPP adalah struktur ber C5 penyusun terpen.
Lintasan kedua adalah lintasan methylerythritol phosphate (MEP).
Beberapa terpen berperan pada pertumbuhan dan perkembangan. Contoh, giberelin
adalah hormon penting tumbuhan yang termasuk kelompok diterpen. Sterol adalah derivat
triterpen yang merupakan komponen esensial membran sel yang menstabilkan interaksi
fosfolipid. Karotenoid merah, kuning, oranye adalah tetraterpen yang berfungsi sebagai
pigmen asksesori pada fotosintesis dan melindungi jaringan fotosintetik dari fotooksidasi.
Hormon asam absisat adalah terpen C15 yang dihasilkan dari degradasi prekursor karotenoid.
Dapat dikatakan bahwa terpen berfungsi pada :
• Pertumbuhan dan perkembangan : pigmen karotenoid adalah tetraterpen, rantai samping
klorofil adalah diterpen, hormon giberelin adalah diterpen, hormon asam absisat adalah
sesquiterpen, sterol adalah triterpen
• Senyawa penjaga, karena bersifat toksin terhadap insekta dan mamalia : resin pada konifer
adalah monoterpen, minyak esensial dalam rambut kelenjar di epidermis : pepermint, limon.
Beberapa tumbuhan mengandung campuran volatil monoterpen dan sesquiterpen yang
disebut minyak esensial yang memberikan aroma khas pada daunnya. Pepermint, lemon dan
basil merupakan contoh tanaman yang mengandung minyak esensial. Minyak esensial
dikenal sebagai penolak serangga bahkan membuat herbivora tidak tertarik untuk datang,
7
banyak dikandung di rambut kelenjar yang menonjol dari epidermis. Pada rambut-rambut
kelenjar terpen ini disimpan di ruang ekstraselular dinding sel yang termodifikasi. Minyak
volatil tidak hanya melindungi tumbuhan secara langsung dari serangan herbivora tetapi juga
dapat sebagai sinyal tumbuhan untuk menarik predator pemakan herbivora. Minyak esensial
yang secara komersial banyak digunakan sebagai aroma makanan dan membuat parfum dapat
diekstrak dari tumbuhan dengan metode destilasi.
Salah satu senyawa terpen antiherbivora non-volatil adalah limonoid pada buah citrus,
kelompok triterpen yang rasanya pahit. Azadirachtin yang disintesis oleh tanaman
Azadiarchta indica adalah contoh limonoid kompleks.
Terpen yang berperan melawan herbivora vertebrata adalah triterpen (cardenolide dan
saponin). Cardenolide adalah glikosida (senyawa yang mengandung gula), rasanya pahit dan
sangat toksik bagi hewan tingkat tinggi. Saponin adalah steroid dan glikosida triterpen.
Keberadaan kedua elemen yaitu larut lemak (steroid atau terpen) dan larut air (gula) di satu
molekul membuat saponin bersifat seperti sabun (berbuih setelah dikocok dengan air).
Toksisitas saponin disebabkan karena kemampuannya membentuk kompleks dengan sterol.
Saponin dapat menggangu sistem pencernaan atau merusak membran sel setelah diabsorbsi
ke dalam aliran darah.
Senyawa Fenol
Tumbuhan menghasilkan banyak produk sekunder yang mengandung gugus fenol.
Senyawa ini dikelompokkan ke dalam senyawa fenolik yang jumlahnya hampir mencapai
10.000. Beberapa senyawa fenol larut dalam pelarut organik, beberapa adalah glikosida dan
asam karboksilat yang larut air dan sejumlah besar lainnya adalah polimer yang tidak larut.
Phenylalanin adalah intermediate biosintesis sebagian besar fenol tumbuhan
Senyawa aromatik ini dibentuk melalui beberapa lintasan yang berbeda sehingga menyusun
banyak kelompok heterogen. Dua lintasan dasar yang terlibat adalah lintasan asam sikimat
yang berpartisipasi pada sebagian besar fenolik tumbuhan dan lintasan asam malonat.
Lintasan asam sikimat terdapat di tumbuhan, fungi dan bakteri tetapi tidak terdapat di hewan.
Hewan tidak memiliki lintasan untuk mensintesis tiga asam amino aromatik, yaitu
phenilalanin, tyrosin dan tryptophan sehingga ketiganya merupakan nutrien esensial bagi
hewan.
Kelas senyawa sekunder fenolik yang terbanyak di tumbuhan diperoleh dari
phenylalanin melalui eliminasi molekul ammonia dari asam sinamat. Reaksi ini dikatalis oleh
phenylalanine ammonia lyase (PAL), enzim yang paling banyak dipelajari pada metabolisme
8
sekunder tumbuhan. Phenylalanin berada pada titik percabangan antara metabolisme primer
dan sekunder sehingga reaksi yang dikatalisnya adalah tahap regulasi yang penting pada
pembentukan banyak senyawa fenolik. Aktivitas PAL dapat ditingkatkan oleh faktor
lingkungan, seperti nutrien yang rendah, cahaya (melalui pengaruhnya pada fitokrom) dan
infeksi fungi. Kontrolnya terjadi pada inisiasi transkripsi. Contohnya, invasi fungal memicu
transkripsi mRNA yang mengkode PAL, sehingga meningkatkan jumlah PAL di tumbuhan,
yang akan menstimulir sintesis senyawa fenol. Regulasi aktivitas PAL pada tumbuhan
menjadi semakin kompleks adanya banyak gen pengkode berbagai PAL, beberapa
diantaranya hanya diekspresikan pada jaringan spesifik atau hanya dibawah kondisi
lingkungan tertentu. Reaksi-reaksi selanjutnya yang dikatalisis PAL adalah penambahan
gugus hidroksil dan substituen lainnya. Trans-sinamic acid, p-coumaric acid dan derivatnya
adala senyawa fenol sederhana yang disebut phenyl propanoid karena mengandung cincin
benzen.
Beberapa fenolik sederhana diaktivasi cahaya UV
Beberapa senyawa fenolik sederhana adalah 1) phenylpropanoid sederhana seperti:
trans cinnamin acid, p-coumaric acid dan derivatnya seperti cafeic acid, 2) phenylpropanoid
lactone disebut cumarin, 3) derivat asam benzoat. Salah satu senyawa fenol sederhana adalah
furanocoumarin dimana senyawa ini tosisitasnya diaktivasi oleh cahaya. Cahaya UV A pada
daerah 320 – 400 nm mengaktifkan furanocoumarin elektron berenergi tinggi.
Furanocoumarin aktif akan menyisipkan dirinya ke ikatan gadan DNA dan terikat pada basa
pirimidin siton dan timin, memblok transkripsi selanjutnya mengarah pada kematian sel.
Senyawa fenolik yang keluar ke dalam tanah akan menghambat pertumbuhan tumbuhan lain
Dari bagian tumbuhan yang terurai akan mengeluarkan berbagai metabolit primer dan
sekunder ke lingkungan. Jika suatu tumbuhan dapat mereduksi pertumbuhan tumbuhan yang
ada di dekatnya maka dapat meningkatkan aksesnya terhadap cahaya, air dan nutrien.
Senyawa alelopati adalah senyawa yang dikeluarkan tumbuhan yang berpengaruh toksik pada
tumbuhan lain di sekitarnya.
Lignin adalah makromolekul fenolik yang sangat kompleks
Lignin adalah bahan organik terbanyak kedua di tumbuhan setelah selulosa. Lignin
terikat secara kovalen dengan selulosa dan polisakarida lain di dinding sel sehingga sulit
diekstraksi. Lignin umumnya dibentuk dari tiga phenylpropanoid alkohol yang berbeda,
yaitu: coniferyl, coumaryl, dan sinapyl alkohol yang disintesis dari phenylalanin melalui
berbagai derivat asam sinamat. Lignin dijumpai di dinding sel berbagai tipe jaringan
9
pendukung yaitu trakeid dan elemen pembuluh di xilem, terdapat pada penebalan dinding
sekunder tetapi juga ada di dinding primer dan lamela tengah berdekatan dengan selulosa dan
hemiselulosa. Rigiditas lignin memperkuat batang dan jaringan pembuluh, memungkinkan
pertumbuhan ke atas dan membawa air dan minreral di dalam jaringan xilem dibawah
tekanan negatif. Selain berperan dalam suport mekanik lignin juga berfungsi sebagai
pelindung yang signifikan pada tumbuhan. Struktur lignin yang kaku dan kuat menyebabakan
lignin tidak mudah dicerna oleh herbivora atau patogen.
Empat kelompok utama flavonoid
Flavonoid merupakan klas terbesar pada senyawa fenolik tumbuhan, yang berdasarkan
derajat oksidasi pada jembatan berkarbon 3 dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu: a)
anthosianin, b) flavon, c) flavonol dan d) isoflavon.
Anthosianian adalah flavonoid berwarna penarik hewan (serangga)
Pigmen berwarna pada tumbuhan ada dua yaitu karotenoid dan flavonoid. Karotenoid
yang terlihat adalah terpenoid berwarna kuning, oranye dan merah yang berfungsi sebagai
pigmen asesori pada fotosintesis. Flavonoid adalah senyawa fenolik yang menyusun lebih
banyak variasi warna. Flavonoid pigmen yang paling banyak terdistribusi adalah antosianin
yang bertanggungjawab pada sebagian besar warna merah, pink, ungu, dan biru pada bagian-
bagian tumbuhan. Sebagai warna bunga dan buah antosianin penting untuk penarik hewan
pollinator dan penyebar biji. Antosianin adalah glikosida yang memiliki gula pada posisi 3
atau kadang di posisi lain. Antosianin tanpa gula dikenal sebagai antosianidin. Warna
antosianin dipengaruhi beberapa factor termasuk jumlah gugus hidroksi dan metoksil di
cincin B antosianidin, keberadaan asam asomatik yang teresterifikasi di kerangka utama dan
pH vakuola sel dimana senyawa ini disimpan. Antosianin juga dapat berada di kompelks
supra molekul bersama-sama ion ligan pengkelat dan kopigmen flavon. Adanya berbagi
faktor yang mempengaruhi warna antosianin dan kemungkinan keberadaan karotenoid maka
dapat dipahami banyaknya variasi warna bunga dan buah yang dapat dilihat di alam. Evolusi
warna bunga ini dapat disebabkan karena terseleksinya polinator berdasarkan warna bunga
yang disukai. Selain warna sebagai sinyal penarik polinator bunga senyawa volatil khusunya
monoterpen seringkali menghasilkan aroma yang atraktif.
Flavonoid melindungi kerusakan yang disebabkan cahaya ultraviolet
Dua kelompok utama flavonoid yang dijumpai di bunga adalah flavon dan flavonol.
Flavonoid jenis ini mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek
daripada yang diserap antosianin. Namun hal ini menguntungkan lebah untukmengetahui
10
posisi madu di bunga. Flavon dan flavonol tidak terbatas di bunga; senyawa ini juga terdapat
di daun semua tumbuhan hijau. Dua jenis flavonoid ini melindungi sel dari radiasi UV-B
yang berlebih karena senyawa ini terakumulasi di lapisan epidermal daun dan batang dan
mengabsorbsi daerah UV-B sementara panjang gelombang yang dibutuhkan untuk
fotosintesis tetap tidak terganggu.
Isoflavonoid memiliki aktivitas antimikrobial
Isofalvonoid adalah kelompok flavonoid dengan posisi satu cincin aromatik B berubah.
Isoflavon banyak dijumpai di legume. Isoflavon juga dikenal sebagai senyawa fitoaleksin,
senyawa antimicrobial yang disintesis sebagai respon terhadap infeksi bakteri atau fungal
untuk memcegah perluasan invasi patogen.
Tanin mencegah serangan herbivora
Polimer fenol tumbuhan yang bersifat pertahanan selain lignin adalah tanin. Jenis tanin
pertama adalah: tanin terkondensasi, yaitu senyawa yang dibentuk melalui polimerisasi unit
flavonoid, banak terdapat di tumbuhan berkayu. Karena tanin terkondensasi seringkali dapat
dihidrolisis menjadi antosianidin dengan perlakuan asam kuat maka seringkali disebut pro-
antosianidin. Jenis tanin kedua adalah tanin terhidrolisis, yaitu polimer heterogen yang
mengandung asam fenolik, khususnya asam galat dan gula sederhana; lebih kecil dari tanin
terkondensasi sehingga lebih mudah dihidrolisis. Sebagain besar tanin memiliki massa
molekul antara 600-3000. Tanin adalah toksin yang meredukasi pertumbuhan dan ketahanan
herbivora. Buah muda seringkali mengandung tanin dalam jumlah banyak yang
terkonsentrasi di lapisan sel sebelah luar.
Senyawa Sekunder Mengandung Nitrogen
• alkaloid yang terutama disintesis dari asam-asam amino
• Di tumbuhan senyawa ini tidak sebanyak fenolik dan terpenoid
• Senyawa ini penting dalam aktivitasnya sebagai obat dan toksin
• Disintesis dari asam amino aromatik dan alifatik
• Alifatik via siklus TCA
• Aromatik melalui lintasan asam shikimat
Metabolit sekunder tumbuhan banyak yang strukturnya memiliki nitrogen, termasuk alkaloid,
sianogenik, glikosida, glukosinolat dan asam amino non protein.
Alkaloid
• produk sekunder mengandung nitrogen yang terpenting
• dijumpai lebih dari 15.000 senyawa di 20% tanaman berpembuluh
11
• Nitrogen biasanya sebagai bagian dari cincin heterosiklik dengan atom N dan C
• Memiliki efek farmakologi yang cukup besar pada hewan
• Sebagian besar efektif mencegah ‘serangan” herbivora mamalia
• Sering digunakan sebagai obat untuk manusia: morfin, codein, scopolamine
• Kokain, nikotin, kafein digunakan sebagai stimulant dan sedative
Alkaloid memiliki efek fisiologi yang dramatik pada hewan
Alkaloid adalah family metabolit sekunder mengandung nitrogen yang berjumlah lebih
dari 15.000 dan dijumpai di sekitar 20% spesies tumbuhan berpembuluh. Atom nitrogen
biasanya bagian dari cincin heterosiklik, cincin yang mengandung atom nitrogen dan karbon.
Alkaloid adalah kelompok yang memiliki efek farmakologis pada hewan vertebrata.
Sebagaimana namanya, alkaloid adalah alkalin. Pada nilai pH yang umum dijumpai di sitosol
(pH 7.2) atau vakuola (pH 5-6) atom nitrogen bersifat proton, alkaloid bermuatan positif dan
umumnya larut dalam air.
Alkaloid disintesis dari asam amino, khususnya lisin, tirosin dan triptofan. Tetapi
kerangka karbon beberapa alkaloid mengandung komponen yang diperoleh dari lintasan
terpen. Beberapa tipe berbeda termasuk nikotin dan derivatnya diperoleh dari ornitin,
intermediet biosintesis arginin. Vitamin B nicotinic acid (niacin) adalah prekursor cincin
pyridine alkaloid; cincin pyrolidon nikotin muncul dari ornitin. Nicotinic acid juga konstituen
NAD+ dan NADP+ yang merupakan carrier electron pada metabolisme.
Sianogenik Glikosida
• menghasilkan gas hydrogen sianida
• tanaman harus memiliki enzim yang merobak senyawa dan membebaskan molekul gula
yang menghasilkan senyawa yang dapat mendekomposisi untuk membentuk HCN
• glikosida dan enzim yang merombak umumnya terpisah secara spasial, yaitu pada bagian
sel atau jaringan yang berbeda. Manihot esculenta banyak mengandung sianogenik glikosida.
Sianogenik glikosida menghasilkan racun hydrogen sianida
Berbagai senyawa protektif bernitrogen selain alkaloid juga dijumpai di tumbuhan. Dua
kelompok grup ini adalah sianogenik glikosida dan glukosinolat, tidak bersifat toksik tetapi
ketika tanaman hancur akan dirombak menghasilkan racun volatile. Sianogenik glikosida
terkenal dengan gas beracun yang disebut hydrogen sianinda (HCN). Umbi ketela pohon
(manihot esculenta) mengandung sianogenik glikosida tinggi.
12
Glukosinolat
Senyawa ini mengeluarkan bahan untk pertahanan, sring sebagai penolak herbivor
Family brassica (cabbage, broccoli, radish) umumnya memiliki senyawa ini. Glukosinolat
menghasilkan racun volatile. Klas kedua dari glikosida tumbuhan adalah glukosinolat yang
akan diurai menghasilkan senyawa pertahanan bersifat volatile. Banyak dijumpai di
Brasiccaceae dan family sejenis (kubis, brokoli,) yang memiliki aroma dan rasa yang khas.
Asam Amino Non-Protein
Asam amino ini tidak tergabung dalam protein tetapi hanya berperan sebagai senyawa
protektif. Dapat tergabung ke protein secara tidak tepat sehingga menghasilkan protein
nonfungsional.
Asam amino nonprotein sebagai pertahanan terhadap herbivor. Beberapa asam amino
non protein menghasilkan tosisitas dengan berbagai cara. Beberapa menghalangi sintesis atau
pengambilan asam amino. Beberapa protein tumbuhan menghambat pencernaan herbivora.
Metabolit sekunder yang mengandung gugus fungsi hidroksil pada cincin aromatik..
Merupakan gugus heterogen: beberapa larut air hanya di pelarut organic, beberapa larut air
(asam karboksilat dan glikosida), beberapa polimer tak larut. Beberapa sebagai senyawa
melawan herbivor dan patogen. Fungsi lain adalah penarik serangga dan penyebar buah
Respon Pertahanan
Patogen adalah agen penyakit yang dapat disebabkan oleh serangga. Mikroorganisme
menular, seperti jamur, bakteri, dan nematoda, hidup dari tanaman dan merusak jaringannya.
Tanaman memiliki sistem pertahanan untuk mempertahankan diri dari herbivora, infeksi dan
serangan patogen. Herbivora, hewan pemakan tumbuhan dapat menyebabkan stres bagi
tumbuhan. Tanaman telah mengembangkan berbagai strategi untuk mencegah atau
membunuh penyerang. Respon tanaman terhadap serangan herbivor dan patogen: adalah
dengan dengan pertahanan fisik seperti adanya duri dan pertahanan kimia seperti senyawa
toksik/racun. Pertahanan pertama pada tanaman adalah penghalang utuh dan tidak tertembus
yang terdiri dari kulit kayu dan kutikula lilin. Keduanya melindungi tanaman terhadap
patogen. Perlindungan eksterior tanaman mencegah kerusakan mekanis, yang dapat
memberikan titik masuk untuk patogen. Jika garis pertahanan pertama dapat dilalui, tanaman
harus menggunakan mekanisme pertahanan lain, seperti racun dan enzim. Metabolit sekunder
adalah senyawa yang tidak langsung berasal dari fotosintesis dan tidak diperlukan untuk
13
respirasi atau tanaman pertumbuhan dan perkembangan. Banyak metabolit yang beracun dan
bahkan dapat mematikan hewan yang menelannya. Selain itu, tanaman memiliki berbagai
pertahanan yang diinduksi dengan adanya patogen. Selain metabolit sekunder, tanaman
menghasilkan bahan kimia antimikroba, protein antimikroba, dan enzim antimikroba yang
mampu melawan patogen. Tanaman yang dirusak oleh serangga mengeluarkan senyawa
volatile untuk mengingatkan tumbuhan lain. Beberapa tanaman menarik hewan predator
untuk membantu melawan herbivora spesifik. Tanaman bisa menutup stomata untuk
mencegah patogen memasuki jaringan tanaman. Sebuah respon hipersensitif, di mana
tanaman mengalami kematian sel yang cepat untuk melawan infeksi, dapat dimulai dengan
tanaman; atau mungkin menggunakan bantuan endofit: akar melepaskan bahan kimia yang
menarik bakteri menguntungkan lainnya untuk memerangi infeksi. Teknik melukai dan
serangan predator mengaktifkan pertahanan dan mekanisme perlindungan di jaringan yang
rusak dan menimbulkan sinyal jarak jauh atau aktivasi pertahanan dan mekanisme pelindung
di bagian yang jauh dari bagian luka. Beberapa reaksi pertahanan terjadi dalam beberapa
menit, sementara yang lain mungkin memerlukan waktu beberapa jam.
Molekul-molekul volatile dapat berfungsi sebagai early warning system pada tanaman
di sekitarnya. Asam metil jasmonat dapat aktif mengekspresikan gen yang terlibat dalam
pertahanan tanaman.
Pertahanan yang terinduksi:
a. Pengenalan patogen oleh tanaman inang; karbohidrat, asam lemak yang dihasilkan
fungi
b.Transmisi sinyal alarm ke inang; Ca, hidrogen peroksida dan enzim.
Pertahanan secara struktural:
• Hifa yang mengelilingi sitoplasma
• Penebalan dinding sel
• Struktur histologi: lapisan gabus dan akar adventif
• Lapisan absisi
• Tylose dan gum
• Pertahanan nekrotik (respon hipersensitif)
Pertahanan secara biokimia:
• Reaksi-reaksi hipersensitif (fitoalexin, antimkrobial, parasite obligat yang penting)
• Antimiukrobial: fitoaleksin dan fenolik
• Imunisasi
• Resistensi sistemik dan local
14
Fitoaleksin
Metabolit antimikrobial dengan massa molekul rendah yang disintesis dari metabolit
primer sebagai bentuk respon adanya infeksi
• Secara struktur berbeda dengan isoflavonoid
• Fitoaleksin isoflavonoid disintesis dari flavonoid cabang lintasan fenilpropanoid
Produksi fitoaleksin:
• Distimulasi senyawa tertentu yang disevut elisitor
• Senyawa dengan berat molekul tinggi dijumpai did dinding sel seperti glukan,
glikprotein atau polisakarida lainnya
• Gas seperti etilen
• Pada tanaman yang rentan, patogen mencegah pembentukan fitoaleksin melalui aksi
penekanan produksi yang dilakukan oleh patogen
• Yang bertindak sebagai supresor dapat glukan, glikoprotein Atau toksin yang
dihasilkan oleh patogen
Bagaimana fitoaleksin dibentuk:
Lintasan asam shikimat (phenylpropanoid): asam hidroksinamit, koumarin, asam
hidroksibenzoat.
Lintasan asam mevalonat (isoprenoid) : karotenoid dan terpenoid
Kombinasi lintasan Shikimat-Polymalonic: flavonoid dan anthosyanin
Signaling cascade untuk respon pertahanan – sifat molekul elisitor:
Protein dinding sel
Protein intraseluler
Peptida yang diperoleh dari protein yang lebih besar (dari fungi)
Heptaglucan (oligosakarida kecil)
Sinyal-sinyal sekunder:
1.Ca2+, dibutuhkan untuk beberapa langkah. Beberapa gen juga diinduksi oleh cahaya
UV biru, atau stress lainnya
2.H2O2 (hydrogen peroksida), memiliki banyak peran: menginduksi gene pertahanan,
menginduksi apoptosis, menyebabkan cross-lingking pada protein dinding sel
3.Dapat secara langsung membunuh patogen
4.Asam salisilat: dibutuhkan untuk SAR, level meningkat secara lokal pada jarak yang
jauh dari infeksi, sinyal sistemik? Mungkin bukan, tetapi masih belum diketahui.
15
Resistensi Sistemik
Resistensi Sistemik menyebabkan ekspresi gen pertahanan yang sistemik dan respon
yang bersifat long-lasting. Asam salisilat disintesis di sekitar tempat yang terinfeksi dan
sebagai sinyal yang memicu resistensi sistemik. Ketika tumbuhan tahan terhadap infeksi
patogen pada suatu sisi tanaman dapat meningkatkan resistensi untuk serangan berikutnya.
Walaupun tanaman tidak memiliki system imun tanaman memiliki mekanisme sinyal yang
bekerja seperti system imun.
Mekanisme Dan Tipe Ketahanan Tanaman
Ketahanan yang dimaksud adalah ketahanan relatif (tidak permanen) bila populasi
hama atau jumlah hama berada pada ambang kerusakan maupun ambang ekonomi.
Ketahanan tanaman terhadap hama tergantung stadia dan populasi hama yang menyerangnya.
Ketahanan dapat bervariasi antara dua kutub ekstrim imun dan sangat rentan. Tanaman imun
tidak akan menjadi tanaman inang bagi pemakan tumbuhan (herbivora) dan biasanya berada
di laur kisaran tanaman inang untuk serangga.
Gambar 2. Signal Tanaman
Sehubungan dengan tanaman tahan mungkin diklasifikasikan sebagai ketahanan
genetik yang sifat ketahanannya dikendalikan terutama oleh faktor genetik dan ketahanan
lingkungan yang sifat ketahanannya dikendalikan terutama oleh lingkungan.
16
Ketahanan Genetik
Faktor yang menentukan ketahanan tanaman inang terhadap serangga termasuk adanya
pembatas dari stuktur tanaman, allelokimia, dan nutrisi yang tidak seimbang. Kualitas
ketahanan adalah sifat yang diwariskan yang bekerja cenderung memberikan ketidak cocokan
tanaman untuk digunakan serangga. Mekanisme ketahanan disebabkan adanya non
preferensi, antibiosis, dan tolerance (Painter, 1951). Kogan dan Ortman (1978) mengajukan
usulan perbaikan bahwa istilah non preferensi diganti dengan antixenosis, karena adanya
reaksi serangga dan bukan sifat dari tanaman.
Antixenosis
Antixenosis adalah bekerjanya mekanisme ketahanan oleh tanaman untuk menjerakan
atau mereduksi kolonisasi oleh serangga. Umumnya serangga berorientasi sendiri terhadap
tanaman untuk makanan, tempat meletakkan telur, dan atau tempat berlindung. Akan tetapi
disebabkan sifat tertentu, tanaman tidak dapat digunakan karena ada sifat penjeraan bagi
serangga. Dalam situasi tertentu, walaupun serangga datang dan mengadakan kontak dengan
tanaman, sifat antixenosis tanaman tidak memberikan kesempatan kepada serangga untuk
berkoloni. Tanaman yang memperlihatkan ketahanan dengan sifat antixenosis mampu
mengurangi jumlah awal kolonisasi pada satu musim, demikian juga ukuran populasi dapat
direduksi pada tiap-tiap generasi dibanding tanaman yang rentan.
Antibios
Antibiosis adalah mekanisme ketahanan yang bekerja setelah serangga berkolonisasi dan
telah mulai menggukan tanaman untuk kehidupannya. Bila satu serangga makan pada
tanaman yang mumpunyai antibiotik maka tanaman tersebut dapat mempengaruhi serangga
dalam hal pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan kelangsungan hidup. Pengaruh
antibiotik dapat menghasilkan pengurangan berat serangga, mengurangi proses metabolisme,
meningkatkan kegelisahan (restlessness) , benyaknya larva atau serangga pradewasa yang
mati. Secara tidak langsung, antibiosis dapat meningkatkan penyingkapan (exposure)
serangga untuk lebih mudah ditemukan oleh musuh alami. Tanaman yang memperlihatkan
antibiosis dapat mereduksi laju peningkatan populasi dengan mengurangi laju reproduksi dan
kelangsungan hidup serangga (Panda dan Khush, 1995).
17
Toleran
Toleran adalah sifat genetik dari tanaman yang dapat melindungi diri dari serangan
populasi serangga, sehingga tidak ada kehilangan hasil secara ekonomi atau hasil yang
dicapai memberikan kualitas yang dapat diperdagangkan. Toleransi sering keliru dengan
ketahanan rendah atau ketahan sedang (moderate). Mekanisme toleran berbeda dari
antixenosis dan antibiosis. Varietas toleran tidak berpengaruh terhadap laju peningkatan
populasi hama target, tetapi dapat meningkatkan ambang ekonomi yaitu bila ambang
ekonomi suatu varietas tanaman ditentukan sebagai A ekor serangga per rumpun, maka
ambang ekonomi pada varietas toleran adalah (A + x) ekor serangga per rumpun. Toleran
adalah mekanisme adaptasi untuk kelangsungan hidup tanaman dan sedikit banyak bebas dari
pengaruh serangga.
Ketahanan Ekologi ( Ecological resistance)
Ketahanan ekologi telah dikatagorikan sebagai ketahanan semu (pseudoresistance) dan
ketahanan induksi (induced resistance). Ketahanan semu bukan berasal dari sifat genetik yang
dibawa pada tanaman, tetapi dari beberapa perubahan sementara (temporary shifts) dalam
kondisi lingkungan yang cocok bagi varietas rentan. Varietas tanaman yang memperlihatkan
ketahanan semu dipandang penting dalam sistem pengendalian hama terpadu. Adapun
ketahanan induksi terjadi saat tanggap tanaman terhadap kerusakan oleh pathogen, herbivora,
stres lingkungan, atau akibat perlakuan
Ketahanan Semu (Pseudoresistance)
Perubahan dalam pola pertumbuhan tanaman yang dihasilkan dalam ketidak
sinkronan antara serangga dan fenologi tanaman adalah suatu modal untuk mendapatkan
ketahanan semu. Beberapa varietas tanaman menghindar (host evasion ) dari serangan hama
dengan cepat melewati fase pertumbuhan rentan. Tanaman yang matang lebih awal telah
digunakan dalam pertanian sebagai strategi pengelolaan tanaman terpadu yang effektif,
namun demikian tanaman semacam ini akan terserang hebat bila hamanya berkembang biak
lebih awal.
Ketahanan Induksi (Induced resistance)
Ketahanan induksi sangat menakjubkan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif
dari pertahanan tanaman terhadap invasi hama. Ketahanan induksi dapat dihasilkan akibat
perubahan lingkungan yang memungkinkan menjadi keuntungan sementara dari tanaman.
Hal ini terbukti bila menanam varietas padi rentan wereng coklat di musim kemarau jarang
18
sekali terserang wereng coklat, disebabkan perkembangan wereng coklat di musim kemarau
sangat rendah, sulit mencapai ambang ekonomi walaupun pada varietas rentan (Baehaki,
1994). Perkembangan wereng coklat pada varietas tahan IR64 sangat rendah baik di musim
hujan maupun di musim kemarau. Demikian juga dengan irigasi berselang atau gursat
(intermitten irrigation) akan membuat hama wereng coklat kurang berkembang pada sistem
pengairan tersebut (Baehaki et al., 1997).
Ketahanan induksi dapat terjadi saat penggunaan pupuk, herbisida, insektisida,
pengatur tumbuh, dan nutrisi mineral atau variasi dari suhu dan panjang hari, atau serangan
patogen atau hama dapat merubah seluruh unsur kimia dalam jaringan tanaman.
Tipe Ketahanan Varietas
Pada pembahasan ketahan varietas berdasar genetika, maka ketahanan tersebut dapat
dibagi dua yaitu tahan vertikal (vertical resistance) dan tahan horizontal (horizontal
resistance) .
Ketahanan Vertikal
Bila satu varietas lebih tahan terhadap beberapa ras penyakit daripada yang lainnya,
maka ketahanan itu disebut vertikal atau tegak lurus (perpendicular). Ketahanan vertikal
mengurangi inokulum awal yang effektif dari epidemik awal, sehingga akan menunda
serangan penyakit. Namun demikian penampilan varietas akan memberikan kecepatan laju
infeksi seperti pada varietas rentan bila sudah terjadi infeksi awal (Crill, 1977).
Di bidang hama yang dinamakan varietas tahan vertikal yaitu bila ada satu deretan
varietas berbeda akan menunjukkan reaksi yang berbeda bila diinfestasi oleh biotipe hama
yang berbeda. Dengan perkataan lain bila sederetan varietas diinfestasi oleh biotipe yang
sama, maka beberapa varietas akan bereaksi tahan dan yang lainnya bereaksi rentan. Ketahan
vertikal umumnya berada pada tingkat ketahanan tinggi dan dikendalikan oleh gen mayor
atau oligogen yang sedikit stabil.
Ketahanan horizontal
Bila tanaman inang sama efektifnya terhadap semua ras penyakit maka disebut
ketahanan horizoltal atau lateral. Daya kerja tanaman tahan horizontal akan menurunkan
epidemik setelah terjadinya serangan. Dalam bidang hama yang dinamakan tahan horizontal
digambarkan sebagai situasi dimana sederetan varietas berbeda tidak menunjukkan perbedaan
interaksi bila diinfestasi oleh biotipe serangga yang berbeda. Varietas tahan horizontal
19
dikendalikan oleh beberapa gen polygenik atau gen minor, masing-masing dengan
sumbangan yang kecil terhadap ketahanan. Ketahanan horizontal adalah moderat, tidak
menimbulkan tekanan yang tinggi terhadap serangga, sehingga penggunaan varietas tahan
horizontal lebih stabil atau lestari (Panda dan Khush, 1995).
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. 1982. Roles of Mixed-Fuction Oxidates in Insects Herbivory. Proc. 5th int, Symp.
Insect-Plant Relationships, Wageningen.
Beck, S.D. 1965. Resistance of Plant to Insects. Ann. Rev. Entomol.
Bell, W., and Carde, R. T., 1984. Chemical Ecology of Insects. Sinauer Associates,
INCPublisher Sunderland, Massachusetts.
Borror, D,J., Triplehorn, C.A., dan Johnson, N.F., 2005. Study of Insects. 7 th Edition.
Thomson Brooks/Cole. Australia, Canada, Singapura, Spain, United Kingdom, United
Stated.
Campbell, Reece. (2012). Biologi Jilid 2 (Edisi 8). Jakarta: Erlangga.
Liu, J., D. Liu, W. Tao, W. Li, S. Wang, P. Chen, and D. Gao, 2000. Molecular marker-
facilitated pyramiding of different genes for powdery mildew resistance in wheat.
Plant Breeding. 119 : 21-24.
Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Price, P.W., 1998. Insect Ecology. Third Edition. Jhon Wiley & Sons Inc. New York.
Chichester, Weinkeim, Brisbane, Singaopre, Toronto.
Schoonhoven, L.M., Jermy, T and Van Loon, J.J.A., 1997. Insect-Plant Biology (from
Physiology to Evolution). Chapman &Hall. London-Glasgow. New York. Tokyo.
Melbourne. Madras.
Schoonhoven, L.M., T. Jermy and J.J.A. van Loon. 1998. Insect-Plant Biology, from
Physiology to Evolution. London:Chapman & Hall.
Sumarno, 1992. Pemuliaan untuk ketahanan terhadap hama. Prosiding symposium Pemuliaan
Tanaman I. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia, Komisariat Daerah Jawa
Timur.
Wiryadiputra, S., 1996. Resistance of Robusta coffea to coffee root lesion nematode,
Pratylenchus coffeae. Pelita Perkebunan. 12(3) : 137-148.
Witcombe, J.R. and C.T. Hash, 2000. Resistance gen deployment strategies in cereal hybrids
using marker-assisted selection: Gene pyramiding, three-way hybrids, and synthetic
parent population. Euphytica. 112 : 175-186.

More Related Content

What's hot

Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi bijiAlvadoc
 
Metabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanMetabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanawarisusanti
 
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)f' yagami
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Biology Education
 
Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanamanAli Babang
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringanEkal Kurniawan
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
 
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanFaktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanEinjelfin Pongtimbang
 
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemakMakalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemakJessy Damayanti
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...UNESA
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAMTable Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAMRafiBio87
 

What's hot (20)

Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi TumbuhanFisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
 
Metabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanMetabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhan
 
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
 
Tanaman c3
Tanaman c3Tanaman c3
Tanaman c3
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
 
Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhanFaktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
 
Ppt perkecambahan
Ppt perkecambahanPpt perkecambahan
Ppt perkecambahan
 
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemakMakalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
Fisiologi Biji
Fisiologi  BijiFisiologi  Biji
Fisiologi Biji
 
Sifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPTSifat Biologi Tanah PPT
Sifat Biologi Tanah PPT
 
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAMTable Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
Table Perbedaan antara Tanaman C3, C4 dan CAM
 

Similar to RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA

Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2H | Dosen: Y...
Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2H | Dosen: Y...Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2H | Dosen: Y...
Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2H | Dosen: Y...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Macrolides fix pdf
Macrolides fix pdfMacrolides fix pdf
Macrolides fix pdfRhiza Amalia
 
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...FitriYanti680509
 
KELOMPOK_2MAKALAH_MIKROBIOLOGI_INDUSTRI.docx
KELOMPOK_2MAKALAH_MIKROBIOLOGI_INDUSTRI.docxKELOMPOK_2MAKALAH_MIKROBIOLOGI_INDUSTRI.docx
KELOMPOK_2MAKALAH_MIKROBIOLOGI_INDUSTRI.docxAgathaHaselvin
 
Metabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanMetabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanawarisusanti
 
Analisis mikroorganisme pembuat bioetanol
Analisis mikroorganisme pembuat bioetanolAnalisis mikroorganisme pembuat bioetanol
Analisis mikroorganisme pembuat bioetanolAhmad Jihad Almuhdhor
 
7. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN | 2A | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, SSi, MSi | F...
7. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN | 2A | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, SSi, MSi | F...7. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN | 2A | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, SSi, MSi | F...
7. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN | 2A | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, SSi, MSi | F...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN| 1I | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, S.Si, M.Si | Far...
METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN| 1I | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, S.Si, M.Si | Far...METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN| 1I | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, S.Si, M.Si | Far...
METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN| 1I | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, S.Si, M.Si | Far...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderFistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderAprizal Tsumaruto
 
Z REPRODUKSI BAKTERI.docx
Z REPRODUKSI BAKTERI.docxZ REPRODUKSI BAKTERI.docx
Z REPRODUKSI BAKTERI.docxMarfaNis
 
Biologi, Eubacteria & Archaebacteria
Biologi, Eubacteria & ArchaebacteriaBiologi, Eubacteria & Archaebacteria
Biologi, Eubacteria & ArchaebacteriaLisa Tri Setiawati
 
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakterikikikamila
 
FISTUM_5-PROSES_DAN_AKTIVITAS_HIDUP_TUMBUHAN.pptx
FISTUM_5-PROSES_DAN_AKTIVITAS_HIDUP_TUMBUHAN.pptxFISTUM_5-PROSES_DAN_AKTIVITAS_HIDUP_TUMBUHAN.pptx
FISTUM_5-PROSES_DAN_AKTIVITAS_HIDUP_TUMBUHAN.pptxAgathaHaselvin
 

Similar to RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA (20)

Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2H | Dosen: Y...
Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2H | Dosen: Y...Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2H | Dosen: Y...
Makalah Botani Farmasi: 7. Metabolit Sekunder Tumbuhan | Kelas: 2H | Dosen: Y...
 
PPT FITOKIMIA.pptx
PPT FITOKIMIA.pptxPPT FITOKIMIA.pptx
PPT FITOKIMIA.pptx
 
Macrolides fix pdf
Macrolides fix pdfMacrolides fix pdf
Macrolides fix pdf
 
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
 
KELOMPOK_2MAKALAH_MIKROBIOLOGI_INDUSTRI.docx
KELOMPOK_2MAKALAH_MIKROBIOLOGI_INDUSTRI.docxKELOMPOK_2MAKALAH_MIKROBIOLOGI_INDUSTRI.docx
KELOMPOK_2MAKALAH_MIKROBIOLOGI_INDUSTRI.docx
 
Metabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanMetabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhan
 
Presentasi Farmakognosi
Presentasi FarmakognosiPresentasi Farmakognosi
Presentasi Farmakognosi
 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi
 
Analisis mikroorganisme pembuat bioetanol
Analisis mikroorganisme pembuat bioetanolAnalisis mikroorganisme pembuat bioetanol
Analisis mikroorganisme pembuat bioetanol
 
7. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN | 2A | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, SSi, MSi | F...
7. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN | 2A | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, SSi, MSi | F...7. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN | 2A | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, SSi, MSi | F...
7. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN | 2A | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, SSi, MSi | F...
 
METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN| 1I | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, S.Si, M.Si | Far...
METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN| 1I | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, S.Si, M.Si | Far...METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN| 1I | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, S.Si, M.Si | Far...
METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN| 1I | Dosen: Yayuk Putri Rahayu, S.Si, M.Si | Far...
 
Tp ekstraksi bahan alam
Tp ekstraksi bahan alamTp ekstraksi bahan alam
Tp ekstraksi bahan alam
 
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderFistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
 
Konsep anatomi
Konsep anatomiKonsep anatomi
Konsep anatomi
 
Z REPRODUKSI BAKTERI.docx
Z REPRODUKSI BAKTERI.docxZ REPRODUKSI BAKTERI.docx
Z REPRODUKSI BAKTERI.docx
 
Buku
BukuBuku
Buku
 
Buku
BukuBuku
Buku
 
Biologi, Eubacteria & Archaebacteria
Biologi, Eubacteria & ArchaebacteriaBiologi, Eubacteria & Archaebacteria
Biologi, Eubacteria & Archaebacteria
 
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakteri
 
FISTUM_5-PROSES_DAN_AKTIVITAS_HIDUP_TUMBUHAN.pptx
FISTUM_5-PROSES_DAN_AKTIVITAS_HIDUP_TUMBUHAN.pptxFISTUM_5-PROSES_DAN_AKTIVITAS_HIDUP_TUMBUHAN.pptx
FISTUM_5-PROSES_DAN_AKTIVITAS_HIDUP_TUMBUHAN.pptx
 

More from Josua Sitorus

Jamur dan bakteri entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri entomopatogen pptJamur dan bakteri entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri entomopatogen pptJosua Sitorus
 
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen pptJamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen pptJosua Sitorus
 
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANPENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANJosua Sitorus
 
Enzym Toxicity Tanaman
Enzym Toxicity TanamanEnzym Toxicity Tanaman
Enzym Toxicity TanamanJosua Sitorus
 
Sistem Sirkulasi Serangga
Sistem Sirkulasi SeranggaSistem Sirkulasi Serangga
Sistem Sirkulasi SeranggaJosua Sitorus
 
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGAJAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGAJosua Sitorus
 
SPONGOSPORA DAN POLYMYXA
SPONGOSPORA DAN POLYMYXASPONGOSPORA DAN POLYMYXA
SPONGOSPORA DAN POLYMYXAJosua Sitorus
 
Theories Of Host Plant Selection
Theories Of Host Plant SelectionTheories Of Host Plant Selection
Theories Of Host Plant SelectionJosua Sitorus
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...Josua Sitorus
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAHIDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAHJosua Sitorus
 
Ganoderma  Armillaria Fomes
Ganoderma  Armillaria FomesGanoderma  Armillaria Fomes
Ganoderma  Armillaria FomesJosua Sitorus
 
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusJosua Sitorus
 
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURINTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURJosua Sitorus
 
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAJosua Sitorus
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBISIDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBISJosua Sitorus
 
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAJosua Sitorus
 
Gambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
Gambar Jenis Jamur Mikologi TumbuhanGambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
Gambar Jenis Jamur Mikologi TumbuhanJosua Sitorus
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiJosua Sitorus
 

More from Josua Sitorus (20)

Jamur dan bakteri entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri entomopatogen pptJamur dan bakteri entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri entomopatogen ppt
 
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen pptJamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
 
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANPENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
 
Enzym Toxicity Tanaman
Enzym Toxicity TanamanEnzym Toxicity Tanaman
Enzym Toxicity Tanaman
 
Sistem Sirkulasi Serangga
Sistem Sirkulasi SeranggaSistem Sirkulasi Serangga
Sistem Sirkulasi Serangga
 
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGAJAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
 
SPONGOSPORA DAN POLYMYXA
SPONGOSPORA DAN POLYMYXASPONGOSPORA DAN POLYMYXA
SPONGOSPORA DAN POLYMYXA
 
Theories Of Host Plant Selection
Theories Of Host Plant SelectionTheories Of Host Plant Selection
Theories Of Host Plant Selection
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAHIDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
 
Ganoderma  Armillaria Fomes
Ganoderma  Armillaria FomesGanoderma  Armillaria Fomes
Ganoderma  Armillaria Fomes
 
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
 
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURINTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
 
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBISIDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
 
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
 
Gambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
Gambar Jenis Jamur Mikologi TumbuhanGambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
Gambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
 

Recently uploaded

Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocxKAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocxjohan effendi
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 

Recently uploaded (20)

Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocxKAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 

RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA

  • 1. 1 Plant Resistance to Insect RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA JOSUA CRYSTOVEL 150320160005 Dosen: Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D PASCASARJANA AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2016
  • 2. 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI..............................................................................................................................2 PENDAHULUAN .....................................................................................................................3 PEMBAHASAN........................................................................................................................4 Metabolit Sekunder dan Pertahanan Tumbuhan ....................................................................4 Kutin, Wax dan Suberin .....................................................................................................5 Terpen.................................................................................................................................6 Senyawa Fenol....................................................................................................................7 Senyawa Sekunder Mengandung Nitrogen ......................................................................10 Respon Pertahanan ...............................................................................................................12 Resistensi Sistemik...............................................................................................................15 Mekanisme Dan Tipe Ketahanan Tanaman .........................................................................15 Ketahanan Genetik ...........................................................................................................16 Antixenosis.......................................................................................................................16 Antibios ............................................................................................................................16 Toleran..............................................................................................................................17 Ketahanan Ekologi ( Ecological resistance).....................................................................17 Ketahanan Semu (Pseudoresistance)................................................................................17 Ketahanan Induksi (Induced resistance)...........................................................................17 Tipe Ketahanan Varietas ......................................................................................................18 Ketahanan Vertikal...........................................................................................................18 Ketahanan horizontal........................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
  • 3. 3 PENDAHULUAN Resistensi merupakan salah satu karakter pada tanaman yang dapat diwariskan. Karakter ini berperan penting dalam menekan gangguan yang dapat disebabkan oleh jasad pengganggu. Resistensi suatu tanaman dapat dikategorikan tinggi, intermediat, ataupun rendah. Istilah lain yang masih berkaitan dengan ketahanan tanaman adalah imunitas. Istilah ini ditujukan pada tanaman yang resisten secara sempurna terhadap serangan suatu patogen. Imunitas bersifat absolut dan patogen sama sekali tidak dapat menimbulkan gangguan pada tanaman, bagaimanapun kondisi lingkungannya. Akan tetapi, di alam peristiwa tersebut merupakan hal yang sangat langkah. Toleran, juga merupakan istilah yang seringkali digunakan dalam bahasan ketahanan tanaman. Tanaman yang toleran walaupun dapat diserang oleh jasad pengganggu, namun tidak menunjukkan kehilangan hasil yang signifikan (Endrizal, 2004). Menurut Painter (1951), terdapat tiga mekanisme yang ditunjukkan tanaman dalam menghambat serangan hama, yaitu: 1. Antibiosis, yaitu mekanisme yang mempengaruhi atau menghancurkan siklus hidup hama. 2. Nonpreference (sekarang disebut antixenosis), menghindarkan tanaman dari serangan hama dalam pencarian makan, peletakan telur, atau tempat tinggal serangga. Namun, bila hama tak menemukan alternatif tanaman lain, kerusakan parah pada tanaman tetap dapat terjadi. 3. Toleran, menunjukkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama, misalnya dengan tetap memberikan hasil tanaman yang baik. Tidak seperti halnya pada antibiosis dan antixenosis yang berpengaruh terhadap populasi hama, toleran tidak berpengaruh terhadap populasi hama.
  • 4. 4 PEMBAHASAN Metabolit Sekunder dan Pertahanan Tumbuhan Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan yang tidak memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi, transport solut, translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrien, diferensiasi, pembentukan karbohidrat, protein dan lipid. Metabolit sekunder yang seringkali hanya dijumpai pada satu spesies atau sekelompok spesies berbeda dari metabolit primer (asam amino, nukelotida, gula, lipid) yang dijumpai hampir di semua kingdom tumbuhan. Gambar 1. Interaksi Tanaman dengan Serangga Metabolit sekunder yang merupakan hasil samping atau intermediet metabolisme primer: • Berperan penting pada dua strategi resistensi, yaitu: a) level struktur, phenyl propanoid adalah komponen utama polimer dinding polimer lignin dan suberin, b) menginduksi antibiotik pertahanan yang berasal dari fenolik dan terpenoid (fitoaleksin)
  • 5. 5 • Melindungi tumbuhan dari gangguan herbivor dan menghindari infeksi yang disebabkan oleh patogen mikrobia. Tumbuhan menggunakan metabolit sekunder sebagai antibiotik atau agen sinyal selama interaksi dengan patogen • Menarik polinator dan hewan penyebar biji • Berperan sebagai agen kompetisi antar tanaman • Memberikan kontribusi yang bernilai terhadap hubungan antara tumbuhan dan lingkungannya Kelompok utama metabolit sekunder ada tiga, yaitu: terpen, senyawa fenol dan produk sekunder mengandung nitrogen. Kutin, Wax dan Suberin Semua bagian tanaman yang terekspos ke atmosfer maupun yang ada di dalam tanah diselaputi lapisan lipid untuk mengurangi hilangnya air dan menghalangi masuknya patogen fungi dan bakteri. Tiga tipe umum lapisan pelindung tersebut adalah kutin, waks dan suberin yang memiliki kesamaan ciri secara umum, yaitu: • Disusun oleh senyawa hidrofobik yang bersifat menolak atau kedap air • Bersifat non-polar • Asam-asam lemak adalah salah satu senyawa hidrofobik Kutin : • banyak dijumpai di bagian tumbuhan yang ada di atas tanah • makromolekul, polymer yang tersusun dari rantai panjang asam lemak yang saling berikatan dengan ikatan ester membentuk jaringan tiga dimensi yang rigid • komponen utama kutikula tanaman, melapisi sebelah luar dinding sel epidermis Waks: • Campuran kompleks rantai panjang lipid yang sangat hidrofobik • Komponen waks yang paling umum adalah rantai lurus alkana dan alkohol yang tersusun dari 25-35 atom karbon • Disintesis oleh sel epidermis dan keluar melalui pori di dinding sel epidermis Suberin: • Juga disusun dari asam lemak tetapi berbeda dengan struktur pada kutin • Melindungi terhadap patogen dan kerusakan lain • Membentuk barriers transport antara tanah dan akar • Sering terdapat di akar ; akar yang lebih ‘tua’ lebih banyak mengandung suberin
  • 6. 6 • Merupakan konstituen dinding sel endodermis Terpen Terpen merupakan klas metabolit sekunder yang terbesar, umumnya tidak larut dalam air, konstituen minyak esensial, lipid yang disintesis dari asetil KoA atau dari intermediet glikolisis melalui lintasan asam mevalonat. Semua terpen disusun oleh unit isopren ber-C5. Pada suhu tinggi terpen dapat didekomposisi menjadi unit-unit isopren. Terpen diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit isopren. Monoterpen : mengandung 10-karbon terpen atau 2 unit C5; sesquiterpen: mengandung 15-karbon terpen atau 3 unit C5; diterpen mengandung 20-karbon terpen atau 4 unit C5. Terpen yang lebih besar termasuk triterpen (30 karbon), tetraterpen (40 karbon) dan politerpen (C5]n, dimana n > 8). Terpen disintesis untuk “menolak’ serangga, herbivor pemakan, dan untuk menarik insek predator dan parasit pemakan herbivor. Biosintesis terpen dapat terjadi melalui dua lintasan, yaitu lintasan asam mevalonat. Tiga molekul asetil ko-A bergabung membentuk asam mevalonat kemudian intermediet berkarbon 6 ini mengalami pyrophosphorylasi, dekarboksilasi dan dehidrasi menghasilkan intermediet isopenthyenyl diphosphate (IPP). IPP adalah struktur ber C5 penyusun terpen. Lintasan kedua adalah lintasan methylerythritol phosphate (MEP). Beberapa terpen berperan pada pertumbuhan dan perkembangan. Contoh, giberelin adalah hormon penting tumbuhan yang termasuk kelompok diterpen. Sterol adalah derivat triterpen yang merupakan komponen esensial membran sel yang menstabilkan interaksi fosfolipid. Karotenoid merah, kuning, oranye adalah tetraterpen yang berfungsi sebagai pigmen asksesori pada fotosintesis dan melindungi jaringan fotosintetik dari fotooksidasi. Hormon asam absisat adalah terpen C15 yang dihasilkan dari degradasi prekursor karotenoid. Dapat dikatakan bahwa terpen berfungsi pada : • Pertumbuhan dan perkembangan : pigmen karotenoid adalah tetraterpen, rantai samping klorofil adalah diterpen, hormon giberelin adalah diterpen, hormon asam absisat adalah sesquiterpen, sterol adalah triterpen • Senyawa penjaga, karena bersifat toksin terhadap insekta dan mamalia : resin pada konifer adalah monoterpen, minyak esensial dalam rambut kelenjar di epidermis : pepermint, limon. Beberapa tumbuhan mengandung campuran volatil monoterpen dan sesquiterpen yang disebut minyak esensial yang memberikan aroma khas pada daunnya. Pepermint, lemon dan basil merupakan contoh tanaman yang mengandung minyak esensial. Minyak esensial dikenal sebagai penolak serangga bahkan membuat herbivora tidak tertarik untuk datang,
  • 7. 7 banyak dikandung di rambut kelenjar yang menonjol dari epidermis. Pada rambut-rambut kelenjar terpen ini disimpan di ruang ekstraselular dinding sel yang termodifikasi. Minyak volatil tidak hanya melindungi tumbuhan secara langsung dari serangan herbivora tetapi juga dapat sebagai sinyal tumbuhan untuk menarik predator pemakan herbivora. Minyak esensial yang secara komersial banyak digunakan sebagai aroma makanan dan membuat parfum dapat diekstrak dari tumbuhan dengan metode destilasi. Salah satu senyawa terpen antiherbivora non-volatil adalah limonoid pada buah citrus, kelompok triterpen yang rasanya pahit. Azadirachtin yang disintesis oleh tanaman Azadiarchta indica adalah contoh limonoid kompleks. Terpen yang berperan melawan herbivora vertebrata adalah triterpen (cardenolide dan saponin). Cardenolide adalah glikosida (senyawa yang mengandung gula), rasanya pahit dan sangat toksik bagi hewan tingkat tinggi. Saponin adalah steroid dan glikosida triterpen. Keberadaan kedua elemen yaitu larut lemak (steroid atau terpen) dan larut air (gula) di satu molekul membuat saponin bersifat seperti sabun (berbuih setelah dikocok dengan air). Toksisitas saponin disebabkan karena kemampuannya membentuk kompleks dengan sterol. Saponin dapat menggangu sistem pencernaan atau merusak membran sel setelah diabsorbsi ke dalam aliran darah. Senyawa Fenol Tumbuhan menghasilkan banyak produk sekunder yang mengandung gugus fenol. Senyawa ini dikelompokkan ke dalam senyawa fenolik yang jumlahnya hampir mencapai 10.000. Beberapa senyawa fenol larut dalam pelarut organik, beberapa adalah glikosida dan asam karboksilat yang larut air dan sejumlah besar lainnya adalah polimer yang tidak larut. Phenylalanin adalah intermediate biosintesis sebagian besar fenol tumbuhan Senyawa aromatik ini dibentuk melalui beberapa lintasan yang berbeda sehingga menyusun banyak kelompok heterogen. Dua lintasan dasar yang terlibat adalah lintasan asam sikimat yang berpartisipasi pada sebagian besar fenolik tumbuhan dan lintasan asam malonat. Lintasan asam sikimat terdapat di tumbuhan, fungi dan bakteri tetapi tidak terdapat di hewan. Hewan tidak memiliki lintasan untuk mensintesis tiga asam amino aromatik, yaitu phenilalanin, tyrosin dan tryptophan sehingga ketiganya merupakan nutrien esensial bagi hewan. Kelas senyawa sekunder fenolik yang terbanyak di tumbuhan diperoleh dari phenylalanin melalui eliminasi molekul ammonia dari asam sinamat. Reaksi ini dikatalis oleh phenylalanine ammonia lyase (PAL), enzim yang paling banyak dipelajari pada metabolisme
  • 8. 8 sekunder tumbuhan. Phenylalanin berada pada titik percabangan antara metabolisme primer dan sekunder sehingga reaksi yang dikatalisnya adalah tahap regulasi yang penting pada pembentukan banyak senyawa fenolik. Aktivitas PAL dapat ditingkatkan oleh faktor lingkungan, seperti nutrien yang rendah, cahaya (melalui pengaruhnya pada fitokrom) dan infeksi fungi. Kontrolnya terjadi pada inisiasi transkripsi. Contohnya, invasi fungal memicu transkripsi mRNA yang mengkode PAL, sehingga meningkatkan jumlah PAL di tumbuhan, yang akan menstimulir sintesis senyawa fenol. Regulasi aktivitas PAL pada tumbuhan menjadi semakin kompleks adanya banyak gen pengkode berbagai PAL, beberapa diantaranya hanya diekspresikan pada jaringan spesifik atau hanya dibawah kondisi lingkungan tertentu. Reaksi-reaksi selanjutnya yang dikatalisis PAL adalah penambahan gugus hidroksil dan substituen lainnya. Trans-sinamic acid, p-coumaric acid dan derivatnya adala senyawa fenol sederhana yang disebut phenyl propanoid karena mengandung cincin benzen. Beberapa fenolik sederhana diaktivasi cahaya UV Beberapa senyawa fenolik sederhana adalah 1) phenylpropanoid sederhana seperti: trans cinnamin acid, p-coumaric acid dan derivatnya seperti cafeic acid, 2) phenylpropanoid lactone disebut cumarin, 3) derivat asam benzoat. Salah satu senyawa fenol sederhana adalah furanocoumarin dimana senyawa ini tosisitasnya diaktivasi oleh cahaya. Cahaya UV A pada daerah 320 – 400 nm mengaktifkan furanocoumarin elektron berenergi tinggi. Furanocoumarin aktif akan menyisipkan dirinya ke ikatan gadan DNA dan terikat pada basa pirimidin siton dan timin, memblok transkripsi selanjutnya mengarah pada kematian sel. Senyawa fenolik yang keluar ke dalam tanah akan menghambat pertumbuhan tumbuhan lain Dari bagian tumbuhan yang terurai akan mengeluarkan berbagai metabolit primer dan sekunder ke lingkungan. Jika suatu tumbuhan dapat mereduksi pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya maka dapat meningkatkan aksesnya terhadap cahaya, air dan nutrien. Senyawa alelopati adalah senyawa yang dikeluarkan tumbuhan yang berpengaruh toksik pada tumbuhan lain di sekitarnya. Lignin adalah makromolekul fenolik yang sangat kompleks Lignin adalah bahan organik terbanyak kedua di tumbuhan setelah selulosa. Lignin terikat secara kovalen dengan selulosa dan polisakarida lain di dinding sel sehingga sulit diekstraksi. Lignin umumnya dibentuk dari tiga phenylpropanoid alkohol yang berbeda, yaitu: coniferyl, coumaryl, dan sinapyl alkohol yang disintesis dari phenylalanin melalui berbagai derivat asam sinamat. Lignin dijumpai di dinding sel berbagai tipe jaringan
  • 9. 9 pendukung yaitu trakeid dan elemen pembuluh di xilem, terdapat pada penebalan dinding sekunder tetapi juga ada di dinding primer dan lamela tengah berdekatan dengan selulosa dan hemiselulosa. Rigiditas lignin memperkuat batang dan jaringan pembuluh, memungkinkan pertumbuhan ke atas dan membawa air dan minreral di dalam jaringan xilem dibawah tekanan negatif. Selain berperan dalam suport mekanik lignin juga berfungsi sebagai pelindung yang signifikan pada tumbuhan. Struktur lignin yang kaku dan kuat menyebabakan lignin tidak mudah dicerna oleh herbivora atau patogen. Empat kelompok utama flavonoid Flavonoid merupakan klas terbesar pada senyawa fenolik tumbuhan, yang berdasarkan derajat oksidasi pada jembatan berkarbon 3 dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu: a) anthosianin, b) flavon, c) flavonol dan d) isoflavon. Anthosianian adalah flavonoid berwarna penarik hewan (serangga) Pigmen berwarna pada tumbuhan ada dua yaitu karotenoid dan flavonoid. Karotenoid yang terlihat adalah terpenoid berwarna kuning, oranye dan merah yang berfungsi sebagai pigmen asesori pada fotosintesis. Flavonoid adalah senyawa fenolik yang menyusun lebih banyak variasi warna. Flavonoid pigmen yang paling banyak terdistribusi adalah antosianin yang bertanggungjawab pada sebagian besar warna merah, pink, ungu, dan biru pada bagian- bagian tumbuhan. Sebagai warna bunga dan buah antosianin penting untuk penarik hewan pollinator dan penyebar biji. Antosianin adalah glikosida yang memiliki gula pada posisi 3 atau kadang di posisi lain. Antosianin tanpa gula dikenal sebagai antosianidin. Warna antosianin dipengaruhi beberapa factor termasuk jumlah gugus hidroksi dan metoksil di cincin B antosianidin, keberadaan asam asomatik yang teresterifikasi di kerangka utama dan pH vakuola sel dimana senyawa ini disimpan. Antosianin juga dapat berada di kompelks supra molekul bersama-sama ion ligan pengkelat dan kopigmen flavon. Adanya berbagi faktor yang mempengaruhi warna antosianin dan kemungkinan keberadaan karotenoid maka dapat dipahami banyaknya variasi warna bunga dan buah yang dapat dilihat di alam. Evolusi warna bunga ini dapat disebabkan karena terseleksinya polinator berdasarkan warna bunga yang disukai. Selain warna sebagai sinyal penarik polinator bunga senyawa volatil khusunya monoterpen seringkali menghasilkan aroma yang atraktif. Flavonoid melindungi kerusakan yang disebabkan cahaya ultraviolet Dua kelompok utama flavonoid yang dijumpai di bunga adalah flavon dan flavonol. Flavonoid jenis ini mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek daripada yang diserap antosianin. Namun hal ini menguntungkan lebah untukmengetahui
  • 10. 10 posisi madu di bunga. Flavon dan flavonol tidak terbatas di bunga; senyawa ini juga terdapat di daun semua tumbuhan hijau. Dua jenis flavonoid ini melindungi sel dari radiasi UV-B yang berlebih karena senyawa ini terakumulasi di lapisan epidermal daun dan batang dan mengabsorbsi daerah UV-B sementara panjang gelombang yang dibutuhkan untuk fotosintesis tetap tidak terganggu. Isoflavonoid memiliki aktivitas antimikrobial Isofalvonoid adalah kelompok flavonoid dengan posisi satu cincin aromatik B berubah. Isoflavon banyak dijumpai di legume. Isoflavon juga dikenal sebagai senyawa fitoaleksin, senyawa antimicrobial yang disintesis sebagai respon terhadap infeksi bakteri atau fungal untuk memcegah perluasan invasi patogen. Tanin mencegah serangan herbivora Polimer fenol tumbuhan yang bersifat pertahanan selain lignin adalah tanin. Jenis tanin pertama adalah: tanin terkondensasi, yaitu senyawa yang dibentuk melalui polimerisasi unit flavonoid, banak terdapat di tumbuhan berkayu. Karena tanin terkondensasi seringkali dapat dihidrolisis menjadi antosianidin dengan perlakuan asam kuat maka seringkali disebut pro- antosianidin. Jenis tanin kedua adalah tanin terhidrolisis, yaitu polimer heterogen yang mengandung asam fenolik, khususnya asam galat dan gula sederhana; lebih kecil dari tanin terkondensasi sehingga lebih mudah dihidrolisis. Sebagain besar tanin memiliki massa molekul antara 600-3000. Tanin adalah toksin yang meredukasi pertumbuhan dan ketahanan herbivora. Buah muda seringkali mengandung tanin dalam jumlah banyak yang terkonsentrasi di lapisan sel sebelah luar. Senyawa Sekunder Mengandung Nitrogen • alkaloid yang terutama disintesis dari asam-asam amino • Di tumbuhan senyawa ini tidak sebanyak fenolik dan terpenoid • Senyawa ini penting dalam aktivitasnya sebagai obat dan toksin • Disintesis dari asam amino aromatik dan alifatik • Alifatik via siklus TCA • Aromatik melalui lintasan asam shikimat Metabolit sekunder tumbuhan banyak yang strukturnya memiliki nitrogen, termasuk alkaloid, sianogenik, glikosida, glukosinolat dan asam amino non protein. Alkaloid • produk sekunder mengandung nitrogen yang terpenting • dijumpai lebih dari 15.000 senyawa di 20% tanaman berpembuluh
  • 11. 11 • Nitrogen biasanya sebagai bagian dari cincin heterosiklik dengan atom N dan C • Memiliki efek farmakologi yang cukup besar pada hewan • Sebagian besar efektif mencegah ‘serangan” herbivora mamalia • Sering digunakan sebagai obat untuk manusia: morfin, codein, scopolamine • Kokain, nikotin, kafein digunakan sebagai stimulant dan sedative Alkaloid memiliki efek fisiologi yang dramatik pada hewan Alkaloid adalah family metabolit sekunder mengandung nitrogen yang berjumlah lebih dari 15.000 dan dijumpai di sekitar 20% spesies tumbuhan berpembuluh. Atom nitrogen biasanya bagian dari cincin heterosiklik, cincin yang mengandung atom nitrogen dan karbon. Alkaloid adalah kelompok yang memiliki efek farmakologis pada hewan vertebrata. Sebagaimana namanya, alkaloid adalah alkalin. Pada nilai pH yang umum dijumpai di sitosol (pH 7.2) atau vakuola (pH 5-6) atom nitrogen bersifat proton, alkaloid bermuatan positif dan umumnya larut dalam air. Alkaloid disintesis dari asam amino, khususnya lisin, tirosin dan triptofan. Tetapi kerangka karbon beberapa alkaloid mengandung komponen yang diperoleh dari lintasan terpen. Beberapa tipe berbeda termasuk nikotin dan derivatnya diperoleh dari ornitin, intermediet biosintesis arginin. Vitamin B nicotinic acid (niacin) adalah prekursor cincin pyridine alkaloid; cincin pyrolidon nikotin muncul dari ornitin. Nicotinic acid juga konstituen NAD+ dan NADP+ yang merupakan carrier electron pada metabolisme. Sianogenik Glikosida • menghasilkan gas hydrogen sianida • tanaman harus memiliki enzim yang merobak senyawa dan membebaskan molekul gula yang menghasilkan senyawa yang dapat mendekomposisi untuk membentuk HCN • glikosida dan enzim yang merombak umumnya terpisah secara spasial, yaitu pada bagian sel atau jaringan yang berbeda. Manihot esculenta banyak mengandung sianogenik glikosida. Sianogenik glikosida menghasilkan racun hydrogen sianida Berbagai senyawa protektif bernitrogen selain alkaloid juga dijumpai di tumbuhan. Dua kelompok grup ini adalah sianogenik glikosida dan glukosinolat, tidak bersifat toksik tetapi ketika tanaman hancur akan dirombak menghasilkan racun volatile. Sianogenik glikosida terkenal dengan gas beracun yang disebut hydrogen sianinda (HCN). Umbi ketela pohon (manihot esculenta) mengandung sianogenik glikosida tinggi.
  • 12. 12 Glukosinolat Senyawa ini mengeluarkan bahan untk pertahanan, sring sebagai penolak herbivor Family brassica (cabbage, broccoli, radish) umumnya memiliki senyawa ini. Glukosinolat menghasilkan racun volatile. Klas kedua dari glikosida tumbuhan adalah glukosinolat yang akan diurai menghasilkan senyawa pertahanan bersifat volatile. Banyak dijumpai di Brasiccaceae dan family sejenis (kubis, brokoli,) yang memiliki aroma dan rasa yang khas. Asam Amino Non-Protein Asam amino ini tidak tergabung dalam protein tetapi hanya berperan sebagai senyawa protektif. Dapat tergabung ke protein secara tidak tepat sehingga menghasilkan protein nonfungsional. Asam amino nonprotein sebagai pertahanan terhadap herbivor. Beberapa asam amino non protein menghasilkan tosisitas dengan berbagai cara. Beberapa menghalangi sintesis atau pengambilan asam amino. Beberapa protein tumbuhan menghambat pencernaan herbivora. Metabolit sekunder yang mengandung gugus fungsi hidroksil pada cincin aromatik.. Merupakan gugus heterogen: beberapa larut air hanya di pelarut organic, beberapa larut air (asam karboksilat dan glikosida), beberapa polimer tak larut. Beberapa sebagai senyawa melawan herbivor dan patogen. Fungsi lain adalah penarik serangga dan penyebar buah Respon Pertahanan Patogen adalah agen penyakit yang dapat disebabkan oleh serangga. Mikroorganisme menular, seperti jamur, bakteri, dan nematoda, hidup dari tanaman dan merusak jaringannya. Tanaman memiliki sistem pertahanan untuk mempertahankan diri dari herbivora, infeksi dan serangan patogen. Herbivora, hewan pemakan tumbuhan dapat menyebabkan stres bagi tumbuhan. Tanaman telah mengembangkan berbagai strategi untuk mencegah atau membunuh penyerang. Respon tanaman terhadap serangan herbivor dan patogen: adalah dengan dengan pertahanan fisik seperti adanya duri dan pertahanan kimia seperti senyawa toksik/racun. Pertahanan pertama pada tanaman adalah penghalang utuh dan tidak tertembus yang terdiri dari kulit kayu dan kutikula lilin. Keduanya melindungi tanaman terhadap patogen. Perlindungan eksterior tanaman mencegah kerusakan mekanis, yang dapat memberikan titik masuk untuk patogen. Jika garis pertahanan pertama dapat dilalui, tanaman harus menggunakan mekanisme pertahanan lain, seperti racun dan enzim. Metabolit sekunder adalah senyawa yang tidak langsung berasal dari fotosintesis dan tidak diperlukan untuk
  • 13. 13 respirasi atau tanaman pertumbuhan dan perkembangan. Banyak metabolit yang beracun dan bahkan dapat mematikan hewan yang menelannya. Selain itu, tanaman memiliki berbagai pertahanan yang diinduksi dengan adanya patogen. Selain metabolit sekunder, tanaman menghasilkan bahan kimia antimikroba, protein antimikroba, dan enzim antimikroba yang mampu melawan patogen. Tanaman yang dirusak oleh serangga mengeluarkan senyawa volatile untuk mengingatkan tumbuhan lain. Beberapa tanaman menarik hewan predator untuk membantu melawan herbivora spesifik. Tanaman bisa menutup stomata untuk mencegah patogen memasuki jaringan tanaman. Sebuah respon hipersensitif, di mana tanaman mengalami kematian sel yang cepat untuk melawan infeksi, dapat dimulai dengan tanaman; atau mungkin menggunakan bantuan endofit: akar melepaskan bahan kimia yang menarik bakteri menguntungkan lainnya untuk memerangi infeksi. Teknik melukai dan serangan predator mengaktifkan pertahanan dan mekanisme perlindungan di jaringan yang rusak dan menimbulkan sinyal jarak jauh atau aktivasi pertahanan dan mekanisme pelindung di bagian yang jauh dari bagian luka. Beberapa reaksi pertahanan terjadi dalam beberapa menit, sementara yang lain mungkin memerlukan waktu beberapa jam. Molekul-molekul volatile dapat berfungsi sebagai early warning system pada tanaman di sekitarnya. Asam metil jasmonat dapat aktif mengekspresikan gen yang terlibat dalam pertahanan tanaman. Pertahanan yang terinduksi: a. Pengenalan patogen oleh tanaman inang; karbohidrat, asam lemak yang dihasilkan fungi b.Transmisi sinyal alarm ke inang; Ca, hidrogen peroksida dan enzim. Pertahanan secara struktural: • Hifa yang mengelilingi sitoplasma • Penebalan dinding sel • Struktur histologi: lapisan gabus dan akar adventif • Lapisan absisi • Tylose dan gum • Pertahanan nekrotik (respon hipersensitif) Pertahanan secara biokimia: • Reaksi-reaksi hipersensitif (fitoalexin, antimkrobial, parasite obligat yang penting) • Antimiukrobial: fitoaleksin dan fenolik • Imunisasi • Resistensi sistemik dan local
  • 14. 14 Fitoaleksin Metabolit antimikrobial dengan massa molekul rendah yang disintesis dari metabolit primer sebagai bentuk respon adanya infeksi • Secara struktur berbeda dengan isoflavonoid • Fitoaleksin isoflavonoid disintesis dari flavonoid cabang lintasan fenilpropanoid Produksi fitoaleksin: • Distimulasi senyawa tertentu yang disevut elisitor • Senyawa dengan berat molekul tinggi dijumpai did dinding sel seperti glukan, glikprotein atau polisakarida lainnya • Gas seperti etilen • Pada tanaman yang rentan, patogen mencegah pembentukan fitoaleksin melalui aksi penekanan produksi yang dilakukan oleh patogen • Yang bertindak sebagai supresor dapat glukan, glikoprotein Atau toksin yang dihasilkan oleh patogen Bagaimana fitoaleksin dibentuk: Lintasan asam shikimat (phenylpropanoid): asam hidroksinamit, koumarin, asam hidroksibenzoat. Lintasan asam mevalonat (isoprenoid) : karotenoid dan terpenoid Kombinasi lintasan Shikimat-Polymalonic: flavonoid dan anthosyanin Signaling cascade untuk respon pertahanan – sifat molekul elisitor: Protein dinding sel Protein intraseluler Peptida yang diperoleh dari protein yang lebih besar (dari fungi) Heptaglucan (oligosakarida kecil) Sinyal-sinyal sekunder: 1.Ca2+, dibutuhkan untuk beberapa langkah. Beberapa gen juga diinduksi oleh cahaya UV biru, atau stress lainnya 2.H2O2 (hydrogen peroksida), memiliki banyak peran: menginduksi gene pertahanan, menginduksi apoptosis, menyebabkan cross-lingking pada protein dinding sel 3.Dapat secara langsung membunuh patogen 4.Asam salisilat: dibutuhkan untuk SAR, level meningkat secara lokal pada jarak yang jauh dari infeksi, sinyal sistemik? Mungkin bukan, tetapi masih belum diketahui.
  • 15. 15 Resistensi Sistemik Resistensi Sistemik menyebabkan ekspresi gen pertahanan yang sistemik dan respon yang bersifat long-lasting. Asam salisilat disintesis di sekitar tempat yang terinfeksi dan sebagai sinyal yang memicu resistensi sistemik. Ketika tumbuhan tahan terhadap infeksi patogen pada suatu sisi tanaman dapat meningkatkan resistensi untuk serangan berikutnya. Walaupun tanaman tidak memiliki system imun tanaman memiliki mekanisme sinyal yang bekerja seperti system imun. Mekanisme Dan Tipe Ketahanan Tanaman Ketahanan yang dimaksud adalah ketahanan relatif (tidak permanen) bila populasi hama atau jumlah hama berada pada ambang kerusakan maupun ambang ekonomi. Ketahanan tanaman terhadap hama tergantung stadia dan populasi hama yang menyerangnya. Ketahanan dapat bervariasi antara dua kutub ekstrim imun dan sangat rentan. Tanaman imun tidak akan menjadi tanaman inang bagi pemakan tumbuhan (herbivora) dan biasanya berada di laur kisaran tanaman inang untuk serangga. Gambar 2. Signal Tanaman Sehubungan dengan tanaman tahan mungkin diklasifikasikan sebagai ketahanan genetik yang sifat ketahanannya dikendalikan terutama oleh faktor genetik dan ketahanan lingkungan yang sifat ketahanannya dikendalikan terutama oleh lingkungan.
  • 16. 16 Ketahanan Genetik Faktor yang menentukan ketahanan tanaman inang terhadap serangga termasuk adanya pembatas dari stuktur tanaman, allelokimia, dan nutrisi yang tidak seimbang. Kualitas ketahanan adalah sifat yang diwariskan yang bekerja cenderung memberikan ketidak cocokan tanaman untuk digunakan serangga. Mekanisme ketahanan disebabkan adanya non preferensi, antibiosis, dan tolerance (Painter, 1951). Kogan dan Ortman (1978) mengajukan usulan perbaikan bahwa istilah non preferensi diganti dengan antixenosis, karena adanya reaksi serangga dan bukan sifat dari tanaman. Antixenosis Antixenosis adalah bekerjanya mekanisme ketahanan oleh tanaman untuk menjerakan atau mereduksi kolonisasi oleh serangga. Umumnya serangga berorientasi sendiri terhadap tanaman untuk makanan, tempat meletakkan telur, dan atau tempat berlindung. Akan tetapi disebabkan sifat tertentu, tanaman tidak dapat digunakan karena ada sifat penjeraan bagi serangga. Dalam situasi tertentu, walaupun serangga datang dan mengadakan kontak dengan tanaman, sifat antixenosis tanaman tidak memberikan kesempatan kepada serangga untuk berkoloni. Tanaman yang memperlihatkan ketahanan dengan sifat antixenosis mampu mengurangi jumlah awal kolonisasi pada satu musim, demikian juga ukuran populasi dapat direduksi pada tiap-tiap generasi dibanding tanaman yang rentan. Antibios Antibiosis adalah mekanisme ketahanan yang bekerja setelah serangga berkolonisasi dan telah mulai menggukan tanaman untuk kehidupannya. Bila satu serangga makan pada tanaman yang mumpunyai antibiotik maka tanaman tersebut dapat mempengaruhi serangga dalam hal pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan kelangsungan hidup. Pengaruh antibiotik dapat menghasilkan pengurangan berat serangga, mengurangi proses metabolisme, meningkatkan kegelisahan (restlessness) , benyaknya larva atau serangga pradewasa yang mati. Secara tidak langsung, antibiosis dapat meningkatkan penyingkapan (exposure) serangga untuk lebih mudah ditemukan oleh musuh alami. Tanaman yang memperlihatkan antibiosis dapat mereduksi laju peningkatan populasi dengan mengurangi laju reproduksi dan kelangsungan hidup serangga (Panda dan Khush, 1995).
  • 17. 17 Toleran Toleran adalah sifat genetik dari tanaman yang dapat melindungi diri dari serangan populasi serangga, sehingga tidak ada kehilangan hasil secara ekonomi atau hasil yang dicapai memberikan kualitas yang dapat diperdagangkan. Toleransi sering keliru dengan ketahanan rendah atau ketahan sedang (moderate). Mekanisme toleran berbeda dari antixenosis dan antibiosis. Varietas toleran tidak berpengaruh terhadap laju peningkatan populasi hama target, tetapi dapat meningkatkan ambang ekonomi yaitu bila ambang ekonomi suatu varietas tanaman ditentukan sebagai A ekor serangga per rumpun, maka ambang ekonomi pada varietas toleran adalah (A + x) ekor serangga per rumpun. Toleran adalah mekanisme adaptasi untuk kelangsungan hidup tanaman dan sedikit banyak bebas dari pengaruh serangga. Ketahanan Ekologi ( Ecological resistance) Ketahanan ekologi telah dikatagorikan sebagai ketahanan semu (pseudoresistance) dan ketahanan induksi (induced resistance). Ketahanan semu bukan berasal dari sifat genetik yang dibawa pada tanaman, tetapi dari beberapa perubahan sementara (temporary shifts) dalam kondisi lingkungan yang cocok bagi varietas rentan. Varietas tanaman yang memperlihatkan ketahanan semu dipandang penting dalam sistem pengendalian hama terpadu. Adapun ketahanan induksi terjadi saat tanggap tanaman terhadap kerusakan oleh pathogen, herbivora, stres lingkungan, atau akibat perlakuan Ketahanan Semu (Pseudoresistance) Perubahan dalam pola pertumbuhan tanaman yang dihasilkan dalam ketidak sinkronan antara serangga dan fenologi tanaman adalah suatu modal untuk mendapatkan ketahanan semu. Beberapa varietas tanaman menghindar (host evasion ) dari serangan hama dengan cepat melewati fase pertumbuhan rentan. Tanaman yang matang lebih awal telah digunakan dalam pertanian sebagai strategi pengelolaan tanaman terpadu yang effektif, namun demikian tanaman semacam ini akan terserang hebat bila hamanya berkembang biak lebih awal. Ketahanan Induksi (Induced resistance) Ketahanan induksi sangat menakjubkan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dari pertahanan tanaman terhadap invasi hama. Ketahanan induksi dapat dihasilkan akibat perubahan lingkungan yang memungkinkan menjadi keuntungan sementara dari tanaman. Hal ini terbukti bila menanam varietas padi rentan wereng coklat di musim kemarau jarang
  • 18. 18 sekali terserang wereng coklat, disebabkan perkembangan wereng coklat di musim kemarau sangat rendah, sulit mencapai ambang ekonomi walaupun pada varietas rentan (Baehaki, 1994). Perkembangan wereng coklat pada varietas tahan IR64 sangat rendah baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Demikian juga dengan irigasi berselang atau gursat (intermitten irrigation) akan membuat hama wereng coklat kurang berkembang pada sistem pengairan tersebut (Baehaki et al., 1997). Ketahanan induksi dapat terjadi saat penggunaan pupuk, herbisida, insektisida, pengatur tumbuh, dan nutrisi mineral atau variasi dari suhu dan panjang hari, atau serangan patogen atau hama dapat merubah seluruh unsur kimia dalam jaringan tanaman. Tipe Ketahanan Varietas Pada pembahasan ketahan varietas berdasar genetika, maka ketahanan tersebut dapat dibagi dua yaitu tahan vertikal (vertical resistance) dan tahan horizontal (horizontal resistance) . Ketahanan Vertikal Bila satu varietas lebih tahan terhadap beberapa ras penyakit daripada yang lainnya, maka ketahanan itu disebut vertikal atau tegak lurus (perpendicular). Ketahanan vertikal mengurangi inokulum awal yang effektif dari epidemik awal, sehingga akan menunda serangan penyakit. Namun demikian penampilan varietas akan memberikan kecepatan laju infeksi seperti pada varietas rentan bila sudah terjadi infeksi awal (Crill, 1977). Di bidang hama yang dinamakan varietas tahan vertikal yaitu bila ada satu deretan varietas berbeda akan menunjukkan reaksi yang berbeda bila diinfestasi oleh biotipe hama yang berbeda. Dengan perkataan lain bila sederetan varietas diinfestasi oleh biotipe yang sama, maka beberapa varietas akan bereaksi tahan dan yang lainnya bereaksi rentan. Ketahan vertikal umumnya berada pada tingkat ketahanan tinggi dan dikendalikan oleh gen mayor atau oligogen yang sedikit stabil. Ketahanan horizontal Bila tanaman inang sama efektifnya terhadap semua ras penyakit maka disebut ketahanan horizoltal atau lateral. Daya kerja tanaman tahan horizontal akan menurunkan epidemik setelah terjadinya serangan. Dalam bidang hama yang dinamakan tahan horizontal digambarkan sebagai situasi dimana sederetan varietas berbeda tidak menunjukkan perbedaan interaksi bila diinfestasi oleh biotipe serangga yang berbeda. Varietas tahan horizontal
  • 19. 19 dikendalikan oleh beberapa gen polygenik atau gen minor, masing-masing dengan sumbangan yang kecil terhadap ketahanan. Ketahanan horizontal adalah moderat, tidak menimbulkan tekanan yang tinggi terhadap serangga, sehingga penggunaan varietas tahan horizontal lebih stabil atau lestari (Panda dan Khush, 1995).
  • 20. 20 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, S. 1982. Roles of Mixed-Fuction Oxidates in Insects Herbivory. Proc. 5th int, Symp. Insect-Plant Relationships, Wageningen. Beck, S.D. 1965. Resistance of Plant to Insects. Ann. Rev. Entomol. Bell, W., and Carde, R. T., 1984. Chemical Ecology of Insects. Sinauer Associates, INCPublisher Sunderland, Massachusetts. Borror, D,J., Triplehorn, C.A., dan Johnson, N.F., 2005. Study of Insects. 7 th Edition. Thomson Brooks/Cole. Australia, Canada, Singapura, Spain, United Kingdom, United Stated. Campbell, Reece. (2012). Biologi Jilid 2 (Edisi 8). Jakarta: Erlangga. Liu, J., D. Liu, W. Tao, W. Li, S. Wang, P. Chen, and D. Gao, 2000. Molecular marker- facilitated pyramiding of different genes for powdery mildew resistance in wheat. Plant Breeding. 119 : 21-24. Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Price, P.W., 1998. Insect Ecology. Third Edition. Jhon Wiley & Sons Inc. New York. Chichester, Weinkeim, Brisbane, Singaopre, Toronto. Schoonhoven, L.M., Jermy, T and Van Loon, J.J.A., 1997. Insect-Plant Biology (from Physiology to Evolution). Chapman &Hall. London-Glasgow. New York. Tokyo. Melbourne. Madras. Schoonhoven, L.M., T. Jermy and J.J.A. van Loon. 1998. Insect-Plant Biology, from Physiology to Evolution. London:Chapman & Hall. Sumarno, 1992. Pemuliaan untuk ketahanan terhadap hama. Prosiding symposium Pemuliaan Tanaman I. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia, Komisariat Daerah Jawa Timur. Wiryadiputra, S., 1996. Resistance of Robusta coffea to coffee root lesion nematode, Pratylenchus coffeae. Pelita Perkebunan. 12(3) : 137-148. Witcombe, J.R. and C.T. Hash, 2000. Resistance gen deployment strategies in cereal hybrids using marker-assisted selection: Gene pyramiding, three-way hybrids, and synthetic parent population. Euphytica. 112 : 175-186.