SlideShare a Scribd company logo
67
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia,
karena kakao sebagai penghasil devisa Negara, sebagai sumber penghasilan bagi
petani maupun masyarakat lainnya. Indonesia merupakan salah satu produsen
kakao utama di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia mempunyai
tanaman kakao paling luas di dunia yaitu sekitar 1.462.000 ha. yang terdiri dari
90% perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan swasta dan negara, dengan
produksi mencapai 1.315.800 ton/th.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara legal PHT adalah Pengendalian
Hama Terpaadu tetapi secara konseptual PHT adalah Pengelolaan Hama Terpadu.
Pengendalian mengandung makna menguasai tanpa kompromi, pengelolaan
mengandung makna menjaga keselarasan melalui kompromi. Hama dalam
konteks PHT eliputi berbagai macam pengganggu dan gangguan yang dapat
terjadi pada tanaman. Hama dalam konteks PHT mencakup binatang hama,
penyakit, dan gulma.
Pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa
sistim pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta
berwawasan lingkungan. Konsepsi pengendalian yang dikombinasikan dari
berbagai cara dan dikembangkan secara lebih luas yaitu sebagai suatu
sistim pengelolaan populasi hama yang menggunakan semua tehnik yang sesuai
dan kompatibel (saling mendukung) untuk menurunkan populasi sampai tingkat
68
dibawah ambang kerugian ekonomi dan konsep ini dikenal dengan konsep
Pengendalian hama Terpadu (PHT).
PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan
menggunakan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel dan di kembangkan
dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan
kerusakan lingkungan hidup. Sistem penerapan PHT bersifat dinamis, artinya
penerapan PHT bukan dalam bentuk paket teknologi, tetapi dalam bentuk lentur
sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh sebab itu, perlu informasi dan
pengetahuan berupa unsur dasar dan komponen PHT.
Usaha pengembangan kakao sering mengalami berbagai hambatan
terutama oleh hama dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya
beberapa jenis hama /penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis
hama/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama
penggerek buah kakao; (b) kepik penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign;
dan (c) penyakit busuk buah, Phytophthora palmivora.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis hama dan penyakit pada tanaman kakao.
2. Menerapkan beberapa komponen PHT pada tanaman kakao.
3. Mengetaui keuntungan penerapan masing-masing komponen PHT pada
tanaman kakao.
69
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan,
yang secara sistematika mempunyai urutan klasifikasi ilmiah sebagai berikut
(Hutabarat, 2005):
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
Tanaman kakao membutuhkan temperatur rata-rata setahun 25°C dengan
temperatur harian rata-rata terdingin tidak kurang dari 15°C.Suhu minimum tidak
boleh lebih rendah dari 10°C sedangkan maksimumnya sampai sekarang belum
ada ketentuan. Alasan temperatur rendah ini antara lain dapat dikemukakan
sebagai sebab terjadinya pembungan yang terlambat. Akibat dari penurunan
temperatur di bawah 22°C, perkembangan primordia bunga terhenti.
70
Perkembangan akan menjadi normal kembali setelah suhu naik menjadi 25°C
(Siregar, 1998).
Tanaman kakao ini juga tidak tahan terhadap penyimpangan temperatur
yang agak besar tiap harinya. Penyimpangan temperatur harian dari 9°C,
menyebabkan mata-mata tunas akan mengembang dan tumbuh menjadi tunas. Hal
tersebut bila terjadi dengan berulang-ulang maka persediaan makanan di dalam
batangakan habis dan akibatnya pohon akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan, sehingga pembentukan bunga dan buahpun akan terganggu
(Siregar, 1998).
Hama dan penyakit tanaman kakao yang juga merupakan hama utama bagi
para petani kakao adalah hama penggerek batang yang disebabkan oleh sejenis
serangga yang dalam bahasa latinnya Zeuzera coffeae Nietn dan Glenea spp.
Hama ini dialami hampir semua petani kakao kita, apalagi bila sanitasi lahan
jarang dilakukan dan member peluang untuk hama ini berkembang biak dnegan
baik dan secara perlahan dan pasti akan merusak batang kakao sehingga menjadi
salah satu penyebab menurunnya produktivitas kakao petani (Untung, 2002).
Hama yang sering menyerang kakao antara lain kepik pengisap buah
(Helopeltis spp.), dan PBK Conopomorpha cramerella menyerang tanaman
kakao hampir di seluruh daerah utama penghasil kakao di Indonesia. Hama ini
menyerang buah yang masih muda sampai dengan buah yang sudah masak.
Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi buah kakao hingga
lebih dari 80% dan relatif sulit dikendalikan (Sulistyowati, 2003). Selain
menurunkan produksi serangan hama ini juga menyebabkan kualitas biji menjadi
71
rendah (Lim, 1992; Anshary, 2003). Pada tahun 2000 dilaporkan bahwa serangan
hama ini mencapai 60.000 ha dengan kehilangan hasil sebesar Rp
405.643.680.000,-/tahun. Penyebaran hama PBK di Sulawesi dimulai di Sulawesi
Tengah pada tahun 1991 kemudian menyebar ke seluruh areal pertanaman kakao
di Sulawesi (Mardy, 1994).
Selain PBK, hama yang sering dijumpai pada pertanaman kakao adalah
Helopeltis spp. Helopeltis spp. merupakan salah satu hama utama kakao yang
banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis Helopeltis yang
menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu H. antonii, H.
theivora dan H. claviver (Jackson, 2001). Stadium yang merusak dari hama ini
adalah nimfa (serangga muda) dan imagonya. Nimfa dan imago menyerang buah
muda dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan, kemudian
mengisap cairan di dalamnya. Sambil mengisap cairan, kepik tersebut juga
mengeluarkan cairan yang bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan
yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama ini juga menyerang pucuk dan
daun muda.
72
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah kantong
plasik putih (15x35cm), plastik hitam, bambu, gergaji, cangkul, karet gelang, alat
tulis, ember. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kakao yang
sedang berbuah muda dengan diameter 8cm, gula aren, sersah, air, dan pupuk
kandang.
B. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan dipersiapkan.
2. Pergi ke pertanaman kakao.
3. Hama dan penyakit yang ada diamati.
4. Komponen PHT pada tanaman kakao diterapkan dan dievaluasi hasilnya.
73
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Komponen PHT yang dilakukan di pertanaman Kakao saat praktikum ialah :
1. Pemangkasan cabang dan ranting batang pohon meliputi cabang atau
ranting yang tidak sesuai arah tajuk, yang terserang patogen dan hama,
tunas muda yang tidak sesuai, serta yang berdaun terlalu rimbun.
2. Sanitasi tanah dan lingkungan kakao
3. Penyelubungan atau kondomisasi buah kakao yang masih muda dengan
plastik dan karet yang menggunakan media bambu
4. Pemasangan perangkap semut sebagai pemeliharaan agen hayati hama
patogen kakao dengan seresah daun kakao kering, gula jawa dan sedikit
percikan air pada kantong plastik hitam dengan lubang dibawahnya
5. Pemupukan tanah dengan pupuk alami secara merata sesuai dengan
lebar lingkar tajuk
6. Penyiraman sekitar pertanaman kakao
74
B. Pembahasan
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan.
Pengelolaan hama (hama dan penyakit) pada tanaman kakao dilaksanakan
secara terpadu yang menitik beratkan pada “keseimbangan ekosistem” disuatu
pertanaman sehingga mampu menekan populasi hama atau menekan kerusakan
tanaman pada tingkat yang tidak merugikan. Sifat penerapan PHT adalah dinamik
dan lentur sehingga perlu dilandasi oleh informasi dasar tentang ekosistem
maupun sistem sosial ekonomi dari masing-masing kebun. PHT atau yang dikenal
dengan Integrated Pest Management (IPM), merupakan suatu konsep atau
paradigma yang dinamis, tidak statis, yang selalu menyesuaikan dengan dinamika
ekosistem pertanian dan sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
PHT mendorong kemandirian dan keberdayaan dalam pengambilan keputusan
daripada ketergantungan pada pihak-pihak lain (Untung, 2003). Berdasarkan hal
tersebut maka petani yang langsung berhubungan dengan kegiatan pertanian
tersebut diharapkan dapat berperan sebagai manager di kebunnya sendiri , yang
mampu mengambil keputusan dan melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
OPT . Untuk itu petani harus mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai untuk dapat mengelola kebunnya dengan baik yang dapat
diperoleh melalui pelatihan atau pembelajaran di lapangan. Tujuan dari PHT pada
75
tanaman Kakao adalah untuk meminimalisir serangan serangan hama yang dapat
merusak tanaman kakao.
Komponen kegiatan Pengelolaan Hama Terpadu ini dilaksanakan pada
Hari Kamis, 12 Oktober 2017 di Kampus Pertanian Unsoed. Menurut saya
komponen yang paling penting dalam PHT pada Tanaman Kakao adalah
pembrongkosan yang menggunakan musuh alami yaitu semut hitam.
Pengbrongkosan itu sendiri dengan cara memasukkan sisa-sisa daun yang gugur
yang ada dibawah pohon kakao yang dimasukkan kedalam kantung plastik lalu
kemudia di gantung di pergelangan pohon yang bercabang. Mengapa menurut
saya teknik pembrongkosan ini paling penting karena jika dibandingkan dengan
teknik yang lain, cara ini lebih efektif daripada yang lain karena teknik
pembrongkosan menggunakan musuh alami yang dapat menjadi predator
sehingga OPT dapat terbunuh.
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas mutu tanaman perkebunan
khususnya tanaman kakao perawatan kebun kakao merupakan kegiatan yang
harus dilakukan agar memperoleh produksi biji kakao yang tinggi dan terus
berkelanjutan. Perawatan yang harus diprioritaskan, untuk tujuan seperti
memperbaiki kondisi vegetatif tanaman kakao, meningkatkan produktivitas dan
kesinambungan produksi hingga umur ekonomisnya sekitar 28 tahun dan menjaga
kelestarian tanah dan lingkungannya, adalah pemupukan dan pengendalian hama
dan penyakit. Hama utama tanaman kakao, yaitu penggerek buah kakao,
penghisap buah, ulat kilan, ulat api. Sedangkan penyakit utama yang sering
menyerang tanaman kakao di Indonesia adalah:
76
1. Penyakit busuk buah (Phytophtora palmivora)
2. Penyakit kanker batang (Phytophtora palmivora)
3. Penyakit VSD (Oncobasidium theobromae)
4. Penyakit Colletotrichum (Colletotrichum gloeosporioides)
5. Penyakit jamur upas (Corticium salmonicolor)
Menurut Lim (1992), Penerapan PHPT pada tanaman kakao memungkinkan
petani memilih strategi pengelolaan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan.
Penggunaan sistem pengelolaan terpadu mengurangi tingkat serangan hama dan
penyakit pada tanaman kakao, mengurangi penggunaan bahan kimia yang tidak
perlu, menyediakan alternatif pengelolaan hama dan penyakit dan memperbaiki
hasil serta kualitas kakao, oleh karena itu dapat meningkatkan pendapatan petani.
Hasil yang lebih tinggi akan diperoleh karena PHPT meliputi:
1. Perbaikan bahan tanam dari CCI dengan potensi hasil lebih tinggi, tahan
penyakit, dan mempunyai karakteristik unggul.
2. Rehabilitasi yang efektif pada tanaman yang sudah ada akan memperbaiki
tanaman kakao.
3. Pemangkasan tanaman kakao dan tanaman penaung tepat waktu untuk
memperbaiki banyaknya sinar yang masuk dan aliran udara serta merangsang
pertumbuhan.
4. Penerapan sanitasi untuk mengurangi inokulum hama dan penyakit.
5. Penghambatan daur hama dan penyakit serta gerakan vektor.
6. Pengendalian gulma.
77
7. Penggunaan pupuk kandang atau pupuk anorganik untuk memperbaiki nutrisi
kakao.
Dalam budidaya kakao, upaya pengendalian OPT juga dianjurkan untuk
dilakukan secara terpadu. Komponen PHT yang dianjurkan meliputi:
1. Sanitasi
Sanitasi merupakan tindakan pembersihan areal perkebunan kakao dari
sampah seperti ranting, cabang dan daun serta bahan lain seperti sisa-sisa kulit
buah hasil panen termasuk juga buah kakao yang terserang hama penyakit yang
tidak diinginkan yang dikhawatirkan akan menjadi sarang atau sumber
berkembangbiaknya hama dan penyakit. Disamping itu dilakukan juga
pembersihan terhadap gulma atau rumput, biasanya pada tanaman kakao yang
telah menghasilkan atau tajuk tanaman kakao yang sudah besar mampu
membatasi pertumbuhan rumput atau gulma. Dalam kaitannya untuk
Pengendalian hama dan penyakit kakao secara terpadu, tindakan sanitasi sangat
diperlukan (Karmawati,2010).
Untuk mencegah serangan hama PBK, tindakan sanitasi yang sering
dilakukan yaitu dengan melakukan pembersihan buah terserang yang sudah
dipanen. Buah kemudian dibelah, buah busuk, kulit buah, plasenta dan sisa panen
lainnya yang bergejala dimasukkan ke dalam lubang tanah pada hari panen
kemudian ditutup tanah setebal 20-30 cm (Karmawati, 2010). Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah agar hama PBK yang ada dalam sampah tersebut tidak
berkembang dan keluar menyerang buah di pohon sehingga memutus siklus hama
tersebut.
78
Tindakan sanitasi untuk mengatasi penyakit busuk buah oleh Phytophthora
palmivora dapat dilakukan dengan melakukan pemanenan buah-buah yang
menunjukkan gejala terserang kemudian dibenam dalam lobang tanah sedalam 30
cm. Pemanenan buah terserang ini minimal dilakukan 4 minggu sekali, idealnya
satu minggu sekali. Selanjutnya panen buah sehat dilakukan setiap 2 minggu akan
mencegah perkembangan spora di kebun (Jackson and Wright, 2001). Menurut
Dakwa (1988) dalam Opoku (2007) bahwa membuka buah-buah yang terserang
dengan interval 10 hari adalah efektif, meskipun kurang menguntungkan. Buah-
buah yang sakit yang telah dipanen kemudian dibenam dalam tanah. Tindakan
sanitasi yang diterapkan dalam praktikum yaiut dengan membersihkan lingkungan
sekitar pertanaman tersebut dari sampah dan gulma.
2. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan baik terhadap tanaman kakao maupun tanaman
penaungnya. Pada tanaman kakao, dilakukan pangkasan untuk memendekkan
tajuk sampai 4m. Pemangkasan yang dilakukan saat praktikum yaitu dengan
memangkas cabang yang arahnya ke atas (vertikal). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wahyudi (2008) yang menyatakan bahwa pembatasan tinggi
dilakukan dengan memotong semua cabang yang arahnya ke atas, yakni di luar
batas 3-4 m. Pada tanaman dewasa yang belum pernah dipangkas, cabang –
cabang yang diameternya besar harus dipotong. Alat potong yang sebaiknya
digunakan untuk memangkas adalah gergaji yang tajam. Luka bekas potongan
kemudian ditutup denga obat penutup luka. Untuk tanaman dewasa, perlu
diperhatikan bahwa jorket tidak boleh sepenuhnya terbuka untuk menghindari
79
lapuk dan pecahnya jorket. Oleh karena itu, cabang – cabang kecil yang menutup
jorket tersebut perlu dipertahankan. Pelaksanaan pemangkasan sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan. Pengaturan ketinggian tajuk sebaiknya
dilakukan sejak awal pertumbuhan kakao dan dilakukan dua kali setiap tahunnya,
yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Untuk pemeliharaannya, pemangkasan
harus lebih sering dilakukan, misalnya dua bulan sekali. Pemangkasan dilakukan
mulai dari bagian atas tajuk. Selain bertujuan untuk memudahkan panen dan
pelaksanaan pengendalian lainnya, pangkasan juga bertujuan untuk mengurangi
kelembaban kebun. Hal ini mengingat PBK sangat menyukai tempat yang gelap
dan lembab. Pangkasan juga dilakukan terhadap pohon penaung dengan tujuan
mengurangi kelembaban kebun (Wahyudi, 2008).
3. Pemupukan
Penerapan komponen PHT lain yang dilakukan dalam praktikum adalah
pemupukan. Pada saat praktikum, pemupukan dilakukan setelah pemangkasan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyudi (2008) yang menyatakan bahwa
pemupukan dilakukan setelah pemangkasan, yakni dengan jenis, dosis dan waktu
yang tepat. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan
produksi buah. Dengan hasil buah yang banyak, diharapkan akan terjadi
penurunan intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji karena efek pengenceran
menjadi berkurang. Pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk organik dan
anorganik. Penggunaan dosis untuk pemupukan didasarkan atas hasil analisis
tanah dan daun kakao.
80
4. Panen sering
Panen sering pada saat buah masak awal yang diikuti sanitasi bisa menekan
populasi PBK karena pada buah yang masak awal, ulat PBK belum keluar
sehingga ulat yang ada di dalamnya akan mati jika kulit buah dan plasenta
langsung dibenam. Berdasarkan hasil pengamatan, lubang keluar PBK yang
paling banyak dijumpai adalah pada buah yang masak sempurna, yaitu sebesar
55%, sedangkan pada buah hijau sebesar 10% dan pada buah agak menguning
(masak awal) sebesar 35%. Rotasi panen yang dianjurkan adalah selang satu
minggu. Buah yang dipanen dianjurkan untuk segera dipecah pada hari itu juga
untuk mencegah keluarnya ulat dari buah untuk berkepompong. Panen sering
tidak dilakukan pada saat praktikum. Namun, pada saat praktikum dilakukan
pembelahan buah yang terserang.
5. Penyelubungan buah/Kondomisasi
Teknik penanggulangan PBK dengan penyarungan buah menggunakan
kantung plastik sudah direkomendasikan sejak tahun 1980. Cara ini bertujuan
untuk menyelamatkan buah dari serangan PBK, yaitu mencegah imago PBK
bertelur pada buah kakao. Penyarungan dilakukan pada saat buah berukuran
panjang sekitar 8 – 10 cm. Ukuran ini dianggap cukup efektif karena dapat
menyelamatkan 80% buah dari serangan PNK, tetapi teknologi tersebut tidak
diadopsikan kepada petani karena dibutuhkan biaya dan tenaga kerja yang besar
dalam pengaplikasiannya (Wahyudi, 2008).
Komponen PHT dengan penyelubungan buah juga dilakukan pada saat
praktikum dengan menggunakan kantung plastik. Untuk buah kakao yang terletak
81
pada bagian atas dan tidak terjangkau untuk dilakukan penyelubungan dilakukan
dengan alat aplikasi kantung plastik sederhana yang terbuat dari bambu.
Berdasarkan penelitian di Sulawesi Tenggara, diketahui bahwa selain
menggunakan kantung plastik, penyarungan buah juga dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis kantung yang lain, seperti kantung dari kertas non
woven, kertas koran bekas, kertas semen, atau kertas berlapis plastik
(pembungkus nasi). Semua jenis kantung tersebut efektif untuk menekan serangan
PBK, terutama kertas korang bekas yang dapat menekan kehilangan hasil sampai
0%. Selain itu, kantung dari kertas lebih ramah lingkungan dibandingkan kantung
plastik. Kelemahan penggunaan kertas koran bekas adalah mudah rusak bila
terkena air hujan. Oleh karena itu, penggunaannya dianjurkan tidak di daerah yang
bercurah hujan tinggi atau pada saat musim penghujan (Wahyudi, 2008).
6. Pengendalian hayati
Pengendalian hayati PBK dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan
organisme hidup berupa semut hitam (Dolichoderus thoraxicus), jamur
entomopatogen, Beauveria bassiana, dan Phaecilomyces fumosoroseus, serta
parasitoid telur (Trichogrammatoidea spp.). Pemanfaatan semut hitam sudah
banyak dikembangkan penelitiannya untuk pengendalian PBK. Di Malaysia dan
Indonesia, populasi semut hitam yang berlimpat dipertanaman kakao terbukti
dapat menurunkan persentase serangan PBK. Peningkatan populasi semut hitam
dapat dilakukan dengan cara menyediakan sarang yang terbuat dari lipatan daun
kelapa atau daun kakao dan koloni kutu putih yang merupakan sumber makanan
bagi semut hitam (Wahyudi, 2008).
82
Semut hitam memiliki potensi untuk mengendalikan hama utama tanaman
kakao dan cara pengembangbiakannya di kebun kakao. Semut hitam, dikenal
dengan nama ilmiah Dolichoderus thoracicus dahulu nama ilmiahnya adalah
Dolichoderus bituberdulatus, termasuk dalam subfamili Dolichoderinae, famili
Formicidae dan ordo Hymenoptera. Semut hitam dewasa pekerja berukuran 4-5
mm dan biasanya berasosiasi dengan kutu putih Cataenococcul hispidus
(Sastrosiswojo, 1996).
Koloni semut hitam banyak dijumpai di pohon rambutan, sirsak, kelapa, dsb,
dan ciri khas spesies ini adalah apabila istirahat seolah-olah seperti duduk dengan
bagian perut (abdomen) berada menempel pada bagian batang. Semut ini tidak
menggigit, hanya kadang-kadang mengeluarkan asam semut yang terasa pedas
apabila mengenai mata (Siswanto, 1996).
Semut hitam adalah termasuk serangga yang hidup berkelompok atau
disebut juga serangga sosial. Serangga demikian biasanya mendominasi
lingkungan perkembangbiakannya, sehingga apabila ada kelompok serangga lain
atau jenis semut lain yang mendiami tempat perkembangbiakannya pasti akan
diusir atau akan saling menyerang sehingga yang bertahan hanya satu jenis semut
saja. Hal ini perlu diperhatikan dalam memapankan semut hitam dalam suatu
ekosistem. Apabila dijumpai jenis semut lain dalam ekosistem tersebut maka
harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara dikendalikan menggunakan bahan
kimia atau insektisida. Misalnya, yang sering dijumpai di pertanaman kakao
adalah jenis semut angrang (Oesophylla smaragdina), semut gramang
(Anoplolepis longipes) dan Crematogaster spp (Sastrosiswojo, 1996).
83
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam memapankan semut
hitam pada pertanaman kakao adalah:
a. Apabila terdapat jenis semut lain maka semut tersebut harus dihilangkan
terlebih dahulu dengan cara disemprot dengan insektisida yang efektif.
b. Lakukan pemasangan sarang semut menggunakan daun kelapa kering yang
telah diikat atau daun kakao kering yang ditempatkan di dalam kantong
plastik. Juga dapat dibuat menggunakan daun kakao kering yang digulung.
Setiap pohon kakao dipasang minimal 3 buah sarang.
Selain dengan semut hitam pengendalian secara hayati juga dapat dilakukan
dengan cara penyemprotan jamur Beauveria bassiana isolat Bby 725 pada buah
kakao muda dan cabang horizontal terbukti mampu melindungi buah kakao dari
serangan PBK, yakni antara 54-60,5%. Dosis yang digunakan adalah 50 -100
gram spora/ha. Agen hayati ini diberikan sebanyak lima kali, yakni menggunakan
knapsack sprayer dengan volume semprot 250 ml/ph atau 250 l/ha. Selain dapat
menurunkan persentase serangan PBK, penggunaan B. bassiana juga aman
terhadap lingkungan. Penyemprotan jamur P. fumosoroseus isolat Pfr-08 dengan
konsentrasi spora 4 gram/10 liter berdasarkan ambang kerusakan 20% yang
dipadu dengan komponen kultur teknis ternyata dapat menekan intensitas
serangan PBK sebesar 49,07%. Hal ini bisa menyelamatkan kehilangan hasil
sebesar 14,83%. Namun pada realisasinya pengendalian PBK menggunakan jamur
entomopatogen seperti B. bassiana dan P. fumosoroseus sering mengalami
kegagalan di lapangan. Hal ini karena efektivitasnya seringkali kurang konsisten.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, entomopatogen itu sendiri, atau
84
interaksi keduanya. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah sinar ultra violet,
curah hujan, suhu dan kelembaban. Faktor entomopatogen terutama adalah
kualitas dan kuantitas spora yang diaplikasikan (Wahyudi, 2008).
Selama ini dalam menganggulangi hama pada tanaman kakao, petani
cenderung menggunakan cara kimia, yaitu menggunakan pestisida. Padahal
pestisida menimbulkan dampak negatif. Diantaranya yaitu berpengaruh negatif
terhadap kesehatan manusia, terhadap kualitas lingkungan, dan yang ketiga
penggunaan pestisida dapat meningkatkan perkembangan populasi jasad
penganggu tanaman. Melihat dampak negatif tersebut, maka petani perlu
menggunakan alternatif lain dalam pengendalian hama yang tentunya lebih aman
bagi manusia dan lingkungan (Siswanto, 2012).
85
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dan literatur yang didapatkan,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Hama yang menyerang tanaman kakao antara lain adalah penggerek buah
kakao, penghisap buah, ulat kilan, ulat api. Sedangkan penyakit utama yang
sering menyerang tanaman kakao adalah busuk buah, kanker batang, VSD,
Colletotrichum, jamur upas.
2. Penerapan komponen PHT pada kakao antara lain sanitasi, pemangkasan,
kondomisasi, hayati, pemupukan, dan pembenaman daun kakao.
3. Penerapan komponen PHT pada kakao memiliki fungsi masing-masing
antara lain seperti sanitasi berfungsi membersihkan lahan dari gulma,
pemangkasan untuk mengurangi kelembaban, kondomisasi untuk
melindungi buah kakao dari hama dan patogen, pemupukan untuk
menyediakan unsur hara bagi tanaman kakao.
B. Saran
1. Sebaiknya saat penjelasan mengenai PHT tanaman kakao, praktikan diatur
terlebih dahulu agar tertib.
2. Sebaiknya dalam satu kelompok diambil masing-masing perwakilan untuk
mempraktikkan PHT kakao.

More Related Content

What's hot

Halaman seluruhnya
Halaman seluruhnyaHalaman seluruhnya
Halaman seluruhnyaIndri Chayou
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
xie_yeuw_jack
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
Yuliana Wita
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
Eka Kurniati
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Alfian Nopara Saifudin
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
sumitrojait
 
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
f' yagami
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
Py Bayu
 
9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropodaxie_yeuw_jack
 
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjaniPengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Novia Anjani
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Alfian Nopara Saifudin
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmk
Winda Lita
 
Minggu 1 Ii
Minggu 1 IiMinggu 1 Ii
Minggu 1 Ii
sudiono
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
sapri yanto
 
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanPemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Ari Sugiarto
 
Pengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga pptPengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga ppt
Nuroni Harahap
 

What's hot (17)

Halaman seluruhnya
Halaman seluruhnyaHalaman seluruhnya
Halaman seluruhnya
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Pengendalian Hayati
Pengendalian HayatiPengendalian Hayati
Pengendalian Hayati
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda
 
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjaniPengelolaan Hama Terpadu novia anjani
Pengelolaan Hama Terpadu novia anjani
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmk
 
Minggu 1 Ii
Minggu 1 IiMinggu 1 Ii
Minggu 1 Ii
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
 
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanPemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
 
Pengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga pptPengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga ppt
 

Similar to Acara 9 PHPT KAKAO

Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
Andrew Hutabarat
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
Ir. Zakaria, M.M
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
Josua Sitorus
 
COKELAT #10-email_V2
COKELAT #10-email_V2COKELAT #10-email_V2
COKELAT #10-email_V2
Igor Rangga
 
Amrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.PdAmrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.Pd
SMPN 4 Kerinci
 
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategyIntegrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Sri T
 
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianBioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Firman Ali Tatag
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
Andrew Hutabarat
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
Andrew Hutabarat
 
Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...
Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...
Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...
MFaisalFanfani
 
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdfLaporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
SheirindaAkhirusaniS
 
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 JaartaIpa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Liana Susanti SMPN 248
 
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
Septian Muna Barakati
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Warnet Raha
 
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 JakartaBioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Liana Susanti SMPN 248
 
Makalah ilmu penyakit tumbuhan
Makalah ilmu penyakit tumbuhanMakalah ilmu penyakit tumbuhan
Makalah ilmu penyakit tumbuhan
Tidar University
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
Andrew Hutabarat
 

Similar to Acara 9 PHPT KAKAO (20)

Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
 
Laporan Stula
Laporan StulaLaporan Stula
Laporan Stula
 
COKELAT #10-email_V2
COKELAT #10-email_V2COKELAT #10-email_V2
COKELAT #10-email_V2
 
Amrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.PdAmrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.Pd
 
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategyIntegrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
 
Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianBioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanian
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
 
12phtpadisawah
12phtpadisawah12phtpadisawah
12phtpadisawah
 
Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...
Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...
Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...
 
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdfLaporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
 
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 JaartaIpa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
Ipa biologi (bioteknologi) kel.1 kelas ix a SMPN 264 Jaarta
 
Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1Makalah perlintan gulma_arin-1
Makalah perlintan gulma_arin-1
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 JakartaBioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
Bioteknologi friends kelas 9 b SMPN 264 Jakarta
 
Makalah ilmu penyakit tumbuhan
Makalah ilmu penyakit tumbuhanMakalah ilmu penyakit tumbuhan
Makalah ilmu penyakit tumbuhan
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
 

More from Alfian Nopara Saifudin

Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekbenAcara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekbenAcara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekbenAcara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekbenAcara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekbenAcara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekbenAcara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekben
Alfian Nopara Saifudin
 
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Alfian Nopara Saifudin
 
Cover UNSOED
Cover UNSOEDCover UNSOED
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTANAcara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
Alfian Nopara Saifudin
 
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGENAcara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Alfian Nopara Saifudin
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
Alfian Nopara Saifudin
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
Alfian Nopara Saifudin
 
Tugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosperTugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosper
Alfian Nopara Saifudin
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Alfian Nopara Saifudin
 
Kinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensiKinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensi
Alfian Nopara Saifudin
 
Kinematika partikel
Kinematika partikelKinematika partikel
Kinematika partikel
Alfian Nopara Saifudin
 

More from Alfian Nopara Saifudin (20)

Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
 
Acara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekbenAcara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekben
 
Acara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekbenAcara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekben
 
Acara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekbenAcara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekben
 
Acara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekbenAcara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekben
 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
 
Acara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekbenAcara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekben
 
Acara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekbenAcara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekben
 
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
 
Cover UNSOED
Cover UNSOEDCover UNSOED
Cover UNSOED
 
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTANAcara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
 
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGENAcara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
Tugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosperTugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosper
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
 
Kinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensiKinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensi
 
Kinematika partikel
Kinematika partikelKinematika partikel
Kinematika partikel
 

Acara 9 PHPT KAKAO

  • 1. 67 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia, karena kakao sebagai penghasil devisa Negara, sebagai sumber penghasilan bagi petani maupun masyarakat lainnya. Indonesia merupakan salah satu produsen kakao utama di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia mempunyai tanaman kakao paling luas di dunia yaitu sekitar 1.462.000 ha. yang terdiri dari 90% perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan swasta dan negara, dengan produksi mencapai 1.315.800 ton/th. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara legal PHT adalah Pengendalian Hama Terpaadu tetapi secara konseptual PHT adalah Pengelolaan Hama Terpadu. Pengendalian mengandung makna menguasai tanpa kompromi, pengelolaan mengandung makna menjaga keselarasan melalui kompromi. Hama dalam konteks PHT eliputi berbagai macam pengganggu dan gangguan yang dapat terjadi pada tanaman. Hama dalam konteks PHT mencakup binatang hama, penyakit, dan gulma. Pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa sistim pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta berwawasan lingkungan. Konsepsi pengendalian yang dikombinasikan dari berbagai cara dan dikembangkan secara lebih luas yaitu sebagai suatu sistim pengelolaan populasi hama yang menggunakan semua tehnik yang sesuai dan kompatibel (saling mendukung) untuk menurunkan populasi sampai tingkat
  • 2. 68 dibawah ambang kerugian ekonomi dan konsep ini dikenal dengan konsep Pengendalian hama Terpadu (PHT). PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel dan di kembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Sistem penerapan PHT bersifat dinamis, artinya penerapan PHT bukan dalam bentuk paket teknologi, tetapi dalam bentuk lentur sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh sebab itu, perlu informasi dan pengetahuan berupa unsur dasar dan komponen PHT. Usaha pengembangan kakao sering mengalami berbagai hambatan terutama oleh hama dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya beberapa jenis hama /penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis hama/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama penggerek buah kakao; (b) kepik penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign; dan (c) penyakit busuk buah, Phytophthora palmivora. B. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui jenis hama dan penyakit pada tanaman kakao. 2. Menerapkan beberapa komponen PHT pada tanaman kakao. 3. Mengetaui keuntungan penerapan masing-masing komponen PHT pada tanaman kakao.
  • 3. 69 II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara sistematika mempunyai urutan klasifikasi ilmiah sebagai berikut (Hutabarat, 2005): Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvales Familia : Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Tanaman kakao membutuhkan temperatur rata-rata setahun 25°C dengan temperatur harian rata-rata terdingin tidak kurang dari 15°C.Suhu minimum tidak boleh lebih rendah dari 10°C sedangkan maksimumnya sampai sekarang belum ada ketentuan. Alasan temperatur rendah ini antara lain dapat dikemukakan sebagai sebab terjadinya pembungan yang terlambat. Akibat dari penurunan temperatur di bawah 22°C, perkembangan primordia bunga terhenti.
  • 4. 70 Perkembangan akan menjadi normal kembali setelah suhu naik menjadi 25°C (Siregar, 1998). Tanaman kakao ini juga tidak tahan terhadap penyimpangan temperatur yang agak besar tiap harinya. Penyimpangan temperatur harian dari 9°C, menyebabkan mata-mata tunas akan mengembang dan tumbuh menjadi tunas. Hal tersebut bila terjadi dengan berulang-ulang maka persediaan makanan di dalam batangakan habis dan akibatnya pohon akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan, sehingga pembentukan bunga dan buahpun akan terganggu (Siregar, 1998). Hama dan penyakit tanaman kakao yang juga merupakan hama utama bagi para petani kakao adalah hama penggerek batang yang disebabkan oleh sejenis serangga yang dalam bahasa latinnya Zeuzera coffeae Nietn dan Glenea spp. Hama ini dialami hampir semua petani kakao kita, apalagi bila sanitasi lahan jarang dilakukan dan member peluang untuk hama ini berkembang biak dnegan baik dan secara perlahan dan pasti akan merusak batang kakao sehingga menjadi salah satu penyebab menurunnya produktivitas kakao petani (Untung, 2002). Hama yang sering menyerang kakao antara lain kepik pengisap buah (Helopeltis spp.), dan PBK Conopomorpha cramerella menyerang tanaman kakao hampir di seluruh daerah utama penghasil kakao di Indonesia. Hama ini menyerang buah yang masih muda sampai dengan buah yang sudah masak. Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi buah kakao hingga lebih dari 80% dan relatif sulit dikendalikan (Sulistyowati, 2003). Selain menurunkan produksi serangan hama ini juga menyebabkan kualitas biji menjadi
  • 5. 71 rendah (Lim, 1992; Anshary, 2003). Pada tahun 2000 dilaporkan bahwa serangan hama ini mencapai 60.000 ha dengan kehilangan hasil sebesar Rp 405.643.680.000,-/tahun. Penyebaran hama PBK di Sulawesi dimulai di Sulawesi Tengah pada tahun 1991 kemudian menyebar ke seluruh areal pertanaman kakao di Sulawesi (Mardy, 1994). Selain PBK, hama yang sering dijumpai pada pertanaman kakao adalah Helopeltis spp. Helopeltis spp. merupakan salah satu hama utama kakao yang banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis Helopeltis yang menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu H. antonii, H. theivora dan H. claviver (Jackson, 2001). Stadium yang merusak dari hama ini adalah nimfa (serangga muda) dan imagonya. Nimfa dan imago menyerang buah muda dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan, kemudian mengisap cairan di dalamnya. Sambil mengisap cairan, kepik tersebut juga mengeluarkan cairan yang bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama ini juga menyerang pucuk dan daun muda.
  • 6. 72 III. METODE PRAKTIKUM A. Bahan dan Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah kantong plasik putih (15x35cm), plastik hitam, bambu, gergaji, cangkul, karet gelang, alat tulis, ember. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kakao yang sedang berbuah muda dengan diameter 8cm, gula aren, sersah, air, dan pupuk kandang. B. Prosedur Kerja 1. Alat dan bahan dipersiapkan. 2. Pergi ke pertanaman kakao. 3. Hama dan penyakit yang ada diamati. 4. Komponen PHT pada tanaman kakao diterapkan dan dievaluasi hasilnya.
  • 7. 73 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Komponen PHT yang dilakukan di pertanaman Kakao saat praktikum ialah : 1. Pemangkasan cabang dan ranting batang pohon meliputi cabang atau ranting yang tidak sesuai arah tajuk, yang terserang patogen dan hama, tunas muda yang tidak sesuai, serta yang berdaun terlalu rimbun. 2. Sanitasi tanah dan lingkungan kakao 3. Penyelubungan atau kondomisasi buah kakao yang masih muda dengan plastik dan karet yang menggunakan media bambu 4. Pemasangan perangkap semut sebagai pemeliharaan agen hayati hama patogen kakao dengan seresah daun kakao kering, gula jawa dan sedikit percikan air pada kantong plastik hitam dengan lubang dibawahnya 5. Pemupukan tanah dengan pupuk alami secara merata sesuai dengan lebar lingkar tajuk 6. Penyiraman sekitar pertanaman kakao
  • 8. 74 B. Pembahasan Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan. Pengelolaan hama (hama dan penyakit) pada tanaman kakao dilaksanakan secara terpadu yang menitik beratkan pada “keseimbangan ekosistem” disuatu pertanaman sehingga mampu menekan populasi hama atau menekan kerusakan tanaman pada tingkat yang tidak merugikan. Sifat penerapan PHT adalah dinamik dan lentur sehingga perlu dilandasi oleh informasi dasar tentang ekosistem maupun sistem sosial ekonomi dari masing-masing kebun. PHT atau yang dikenal dengan Integrated Pest Management (IPM), merupakan suatu konsep atau paradigma yang dinamis, tidak statis, yang selalu menyesuaikan dengan dinamika ekosistem pertanian dan sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat. PHT mendorong kemandirian dan keberdayaan dalam pengambilan keputusan daripada ketergantungan pada pihak-pihak lain (Untung, 2003). Berdasarkan hal tersebut maka petani yang langsung berhubungan dengan kegiatan pertanian tersebut diharapkan dapat berperan sebagai manager di kebunnya sendiri , yang mampu mengambil keputusan dan melakukan tindakan untuk mengatasi masalah OPT . Untuk itu petani harus mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk dapat mengelola kebunnya dengan baik yang dapat diperoleh melalui pelatihan atau pembelajaran di lapangan. Tujuan dari PHT pada
  • 9. 75 tanaman Kakao adalah untuk meminimalisir serangan serangan hama yang dapat merusak tanaman kakao. Komponen kegiatan Pengelolaan Hama Terpadu ini dilaksanakan pada Hari Kamis, 12 Oktober 2017 di Kampus Pertanian Unsoed. Menurut saya komponen yang paling penting dalam PHT pada Tanaman Kakao adalah pembrongkosan yang menggunakan musuh alami yaitu semut hitam. Pengbrongkosan itu sendiri dengan cara memasukkan sisa-sisa daun yang gugur yang ada dibawah pohon kakao yang dimasukkan kedalam kantung plastik lalu kemudia di gantung di pergelangan pohon yang bercabang. Mengapa menurut saya teknik pembrongkosan ini paling penting karena jika dibandingkan dengan teknik yang lain, cara ini lebih efektif daripada yang lain karena teknik pembrongkosan menggunakan musuh alami yang dapat menjadi predator sehingga OPT dapat terbunuh. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas mutu tanaman perkebunan khususnya tanaman kakao perawatan kebun kakao merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar memperoleh produksi biji kakao yang tinggi dan terus berkelanjutan. Perawatan yang harus diprioritaskan, untuk tujuan seperti memperbaiki kondisi vegetatif tanaman kakao, meningkatkan produktivitas dan kesinambungan produksi hingga umur ekonomisnya sekitar 28 tahun dan menjaga kelestarian tanah dan lingkungannya, adalah pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Hama utama tanaman kakao, yaitu penggerek buah kakao, penghisap buah, ulat kilan, ulat api. Sedangkan penyakit utama yang sering menyerang tanaman kakao di Indonesia adalah:
  • 10. 76 1. Penyakit busuk buah (Phytophtora palmivora) 2. Penyakit kanker batang (Phytophtora palmivora) 3. Penyakit VSD (Oncobasidium theobromae) 4. Penyakit Colletotrichum (Colletotrichum gloeosporioides) 5. Penyakit jamur upas (Corticium salmonicolor) Menurut Lim (1992), Penerapan PHPT pada tanaman kakao memungkinkan petani memilih strategi pengelolaan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Penggunaan sistem pengelolaan terpadu mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit pada tanaman kakao, mengurangi penggunaan bahan kimia yang tidak perlu, menyediakan alternatif pengelolaan hama dan penyakit dan memperbaiki hasil serta kualitas kakao, oleh karena itu dapat meningkatkan pendapatan petani. Hasil yang lebih tinggi akan diperoleh karena PHPT meliputi: 1. Perbaikan bahan tanam dari CCI dengan potensi hasil lebih tinggi, tahan penyakit, dan mempunyai karakteristik unggul. 2. Rehabilitasi yang efektif pada tanaman yang sudah ada akan memperbaiki tanaman kakao. 3. Pemangkasan tanaman kakao dan tanaman penaung tepat waktu untuk memperbaiki banyaknya sinar yang masuk dan aliran udara serta merangsang pertumbuhan. 4. Penerapan sanitasi untuk mengurangi inokulum hama dan penyakit. 5. Penghambatan daur hama dan penyakit serta gerakan vektor. 6. Pengendalian gulma.
  • 11. 77 7. Penggunaan pupuk kandang atau pupuk anorganik untuk memperbaiki nutrisi kakao. Dalam budidaya kakao, upaya pengendalian OPT juga dianjurkan untuk dilakukan secara terpadu. Komponen PHT yang dianjurkan meliputi: 1. Sanitasi Sanitasi merupakan tindakan pembersihan areal perkebunan kakao dari sampah seperti ranting, cabang dan daun serta bahan lain seperti sisa-sisa kulit buah hasil panen termasuk juga buah kakao yang terserang hama penyakit yang tidak diinginkan yang dikhawatirkan akan menjadi sarang atau sumber berkembangbiaknya hama dan penyakit. Disamping itu dilakukan juga pembersihan terhadap gulma atau rumput, biasanya pada tanaman kakao yang telah menghasilkan atau tajuk tanaman kakao yang sudah besar mampu membatasi pertumbuhan rumput atau gulma. Dalam kaitannya untuk Pengendalian hama dan penyakit kakao secara terpadu, tindakan sanitasi sangat diperlukan (Karmawati,2010). Untuk mencegah serangan hama PBK, tindakan sanitasi yang sering dilakukan yaitu dengan melakukan pembersihan buah terserang yang sudah dipanen. Buah kemudian dibelah, buah busuk, kulit buah, plasenta dan sisa panen lainnya yang bergejala dimasukkan ke dalam lubang tanah pada hari panen kemudian ditutup tanah setebal 20-30 cm (Karmawati, 2010). Tindakan ini dilakukan untuk mencegah agar hama PBK yang ada dalam sampah tersebut tidak berkembang dan keluar menyerang buah di pohon sehingga memutus siklus hama tersebut.
  • 12. 78 Tindakan sanitasi untuk mengatasi penyakit busuk buah oleh Phytophthora palmivora dapat dilakukan dengan melakukan pemanenan buah-buah yang menunjukkan gejala terserang kemudian dibenam dalam lobang tanah sedalam 30 cm. Pemanenan buah terserang ini minimal dilakukan 4 minggu sekali, idealnya satu minggu sekali. Selanjutnya panen buah sehat dilakukan setiap 2 minggu akan mencegah perkembangan spora di kebun (Jackson and Wright, 2001). Menurut Dakwa (1988) dalam Opoku (2007) bahwa membuka buah-buah yang terserang dengan interval 10 hari adalah efektif, meskipun kurang menguntungkan. Buah- buah yang sakit yang telah dipanen kemudian dibenam dalam tanah. Tindakan sanitasi yang diterapkan dalam praktikum yaiut dengan membersihkan lingkungan sekitar pertanaman tersebut dari sampah dan gulma. 2. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan baik terhadap tanaman kakao maupun tanaman penaungnya. Pada tanaman kakao, dilakukan pangkasan untuk memendekkan tajuk sampai 4m. Pemangkasan yang dilakukan saat praktikum yaitu dengan memangkas cabang yang arahnya ke atas (vertikal). Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyudi (2008) yang menyatakan bahwa pembatasan tinggi dilakukan dengan memotong semua cabang yang arahnya ke atas, yakni di luar batas 3-4 m. Pada tanaman dewasa yang belum pernah dipangkas, cabang – cabang yang diameternya besar harus dipotong. Alat potong yang sebaiknya digunakan untuk memangkas adalah gergaji yang tajam. Luka bekas potongan kemudian ditutup denga obat penutup luka. Untuk tanaman dewasa, perlu diperhatikan bahwa jorket tidak boleh sepenuhnya terbuka untuk menghindari
  • 13. 79 lapuk dan pecahnya jorket. Oleh karena itu, cabang – cabang kecil yang menutup jorket tersebut perlu dipertahankan. Pelaksanaan pemangkasan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Pengaturan ketinggian tajuk sebaiknya dilakukan sejak awal pertumbuhan kakao dan dilakukan dua kali setiap tahunnya, yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Untuk pemeliharaannya, pemangkasan harus lebih sering dilakukan, misalnya dua bulan sekali. Pemangkasan dilakukan mulai dari bagian atas tajuk. Selain bertujuan untuk memudahkan panen dan pelaksanaan pengendalian lainnya, pangkasan juga bertujuan untuk mengurangi kelembaban kebun. Hal ini mengingat PBK sangat menyukai tempat yang gelap dan lembab. Pangkasan juga dilakukan terhadap pohon penaung dengan tujuan mengurangi kelembaban kebun (Wahyudi, 2008). 3. Pemupukan Penerapan komponen PHT lain yang dilakukan dalam praktikum adalah pemupukan. Pada saat praktikum, pemupukan dilakukan setelah pemangkasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyudi (2008) yang menyatakan bahwa pemupukan dilakukan setelah pemangkasan, yakni dengan jenis, dosis dan waktu yang tepat. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan produksi buah. Dengan hasil buah yang banyak, diharapkan akan terjadi penurunan intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji karena efek pengenceran menjadi berkurang. Pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Penggunaan dosis untuk pemupukan didasarkan atas hasil analisis tanah dan daun kakao.
  • 14. 80 4. Panen sering Panen sering pada saat buah masak awal yang diikuti sanitasi bisa menekan populasi PBK karena pada buah yang masak awal, ulat PBK belum keluar sehingga ulat yang ada di dalamnya akan mati jika kulit buah dan plasenta langsung dibenam. Berdasarkan hasil pengamatan, lubang keluar PBK yang paling banyak dijumpai adalah pada buah yang masak sempurna, yaitu sebesar 55%, sedangkan pada buah hijau sebesar 10% dan pada buah agak menguning (masak awal) sebesar 35%. Rotasi panen yang dianjurkan adalah selang satu minggu. Buah yang dipanen dianjurkan untuk segera dipecah pada hari itu juga untuk mencegah keluarnya ulat dari buah untuk berkepompong. Panen sering tidak dilakukan pada saat praktikum. Namun, pada saat praktikum dilakukan pembelahan buah yang terserang. 5. Penyelubungan buah/Kondomisasi Teknik penanggulangan PBK dengan penyarungan buah menggunakan kantung plastik sudah direkomendasikan sejak tahun 1980. Cara ini bertujuan untuk menyelamatkan buah dari serangan PBK, yaitu mencegah imago PBK bertelur pada buah kakao. Penyarungan dilakukan pada saat buah berukuran panjang sekitar 8 – 10 cm. Ukuran ini dianggap cukup efektif karena dapat menyelamatkan 80% buah dari serangan PNK, tetapi teknologi tersebut tidak diadopsikan kepada petani karena dibutuhkan biaya dan tenaga kerja yang besar dalam pengaplikasiannya (Wahyudi, 2008). Komponen PHT dengan penyelubungan buah juga dilakukan pada saat praktikum dengan menggunakan kantung plastik. Untuk buah kakao yang terletak
  • 15. 81 pada bagian atas dan tidak terjangkau untuk dilakukan penyelubungan dilakukan dengan alat aplikasi kantung plastik sederhana yang terbuat dari bambu. Berdasarkan penelitian di Sulawesi Tenggara, diketahui bahwa selain menggunakan kantung plastik, penyarungan buah juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis kantung yang lain, seperti kantung dari kertas non woven, kertas koran bekas, kertas semen, atau kertas berlapis plastik (pembungkus nasi). Semua jenis kantung tersebut efektif untuk menekan serangan PBK, terutama kertas korang bekas yang dapat menekan kehilangan hasil sampai 0%. Selain itu, kantung dari kertas lebih ramah lingkungan dibandingkan kantung plastik. Kelemahan penggunaan kertas koran bekas adalah mudah rusak bila terkena air hujan. Oleh karena itu, penggunaannya dianjurkan tidak di daerah yang bercurah hujan tinggi atau pada saat musim penghujan (Wahyudi, 2008). 6. Pengendalian hayati Pengendalian hayati PBK dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan organisme hidup berupa semut hitam (Dolichoderus thoraxicus), jamur entomopatogen, Beauveria bassiana, dan Phaecilomyces fumosoroseus, serta parasitoid telur (Trichogrammatoidea spp.). Pemanfaatan semut hitam sudah banyak dikembangkan penelitiannya untuk pengendalian PBK. Di Malaysia dan Indonesia, populasi semut hitam yang berlimpat dipertanaman kakao terbukti dapat menurunkan persentase serangan PBK. Peningkatan populasi semut hitam dapat dilakukan dengan cara menyediakan sarang yang terbuat dari lipatan daun kelapa atau daun kakao dan koloni kutu putih yang merupakan sumber makanan bagi semut hitam (Wahyudi, 2008).
  • 16. 82 Semut hitam memiliki potensi untuk mengendalikan hama utama tanaman kakao dan cara pengembangbiakannya di kebun kakao. Semut hitam, dikenal dengan nama ilmiah Dolichoderus thoracicus dahulu nama ilmiahnya adalah Dolichoderus bituberdulatus, termasuk dalam subfamili Dolichoderinae, famili Formicidae dan ordo Hymenoptera. Semut hitam dewasa pekerja berukuran 4-5 mm dan biasanya berasosiasi dengan kutu putih Cataenococcul hispidus (Sastrosiswojo, 1996). Koloni semut hitam banyak dijumpai di pohon rambutan, sirsak, kelapa, dsb, dan ciri khas spesies ini adalah apabila istirahat seolah-olah seperti duduk dengan bagian perut (abdomen) berada menempel pada bagian batang. Semut ini tidak menggigit, hanya kadang-kadang mengeluarkan asam semut yang terasa pedas apabila mengenai mata (Siswanto, 1996). Semut hitam adalah termasuk serangga yang hidup berkelompok atau disebut juga serangga sosial. Serangga demikian biasanya mendominasi lingkungan perkembangbiakannya, sehingga apabila ada kelompok serangga lain atau jenis semut lain yang mendiami tempat perkembangbiakannya pasti akan diusir atau akan saling menyerang sehingga yang bertahan hanya satu jenis semut saja. Hal ini perlu diperhatikan dalam memapankan semut hitam dalam suatu ekosistem. Apabila dijumpai jenis semut lain dalam ekosistem tersebut maka harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara dikendalikan menggunakan bahan kimia atau insektisida. Misalnya, yang sering dijumpai di pertanaman kakao adalah jenis semut angrang (Oesophylla smaragdina), semut gramang (Anoplolepis longipes) dan Crematogaster spp (Sastrosiswojo, 1996).
  • 17. 83 Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam memapankan semut hitam pada pertanaman kakao adalah: a. Apabila terdapat jenis semut lain maka semut tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara disemprot dengan insektisida yang efektif. b. Lakukan pemasangan sarang semut menggunakan daun kelapa kering yang telah diikat atau daun kakao kering yang ditempatkan di dalam kantong plastik. Juga dapat dibuat menggunakan daun kakao kering yang digulung. Setiap pohon kakao dipasang minimal 3 buah sarang. Selain dengan semut hitam pengendalian secara hayati juga dapat dilakukan dengan cara penyemprotan jamur Beauveria bassiana isolat Bby 725 pada buah kakao muda dan cabang horizontal terbukti mampu melindungi buah kakao dari serangan PBK, yakni antara 54-60,5%. Dosis yang digunakan adalah 50 -100 gram spora/ha. Agen hayati ini diberikan sebanyak lima kali, yakni menggunakan knapsack sprayer dengan volume semprot 250 ml/ph atau 250 l/ha. Selain dapat menurunkan persentase serangan PBK, penggunaan B. bassiana juga aman terhadap lingkungan. Penyemprotan jamur P. fumosoroseus isolat Pfr-08 dengan konsentrasi spora 4 gram/10 liter berdasarkan ambang kerusakan 20% yang dipadu dengan komponen kultur teknis ternyata dapat menekan intensitas serangan PBK sebesar 49,07%. Hal ini bisa menyelamatkan kehilangan hasil sebesar 14,83%. Namun pada realisasinya pengendalian PBK menggunakan jamur entomopatogen seperti B. bassiana dan P. fumosoroseus sering mengalami kegagalan di lapangan. Hal ini karena efektivitasnya seringkali kurang konsisten. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, entomopatogen itu sendiri, atau
  • 18. 84 interaksi keduanya. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah sinar ultra violet, curah hujan, suhu dan kelembaban. Faktor entomopatogen terutama adalah kualitas dan kuantitas spora yang diaplikasikan (Wahyudi, 2008). Selama ini dalam menganggulangi hama pada tanaman kakao, petani cenderung menggunakan cara kimia, yaitu menggunakan pestisida. Padahal pestisida menimbulkan dampak negatif. Diantaranya yaitu berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia, terhadap kualitas lingkungan, dan yang ketiga penggunaan pestisida dapat meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman. Melihat dampak negatif tersebut, maka petani perlu menggunakan alternatif lain dalam pengendalian hama yang tentunya lebih aman bagi manusia dan lingkungan (Siswanto, 2012).
  • 19. 85 V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dan literatur yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Hama yang menyerang tanaman kakao antara lain adalah penggerek buah kakao, penghisap buah, ulat kilan, ulat api. Sedangkan penyakit utama yang sering menyerang tanaman kakao adalah busuk buah, kanker batang, VSD, Colletotrichum, jamur upas. 2. Penerapan komponen PHT pada kakao antara lain sanitasi, pemangkasan, kondomisasi, hayati, pemupukan, dan pembenaman daun kakao. 3. Penerapan komponen PHT pada kakao memiliki fungsi masing-masing antara lain seperti sanitasi berfungsi membersihkan lahan dari gulma, pemangkasan untuk mengurangi kelembaban, kondomisasi untuk melindungi buah kakao dari hama dan patogen, pemupukan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman kakao. B. Saran 1. Sebaiknya saat penjelasan mengenai PHT tanaman kakao, praktikan diatur terlebih dahulu agar tertib. 2. Sebaiknya dalam satu kelompok diambil masing-masing perwakilan untuk mempraktikkan PHT kakao.