Praktikum ini bertujuan untuk mengenali hama dan penyakit pada tanaman kakao serta menerapkan beberapa komponen pengendalian hama terpadu (PHT), seperti pemangkasan, sanitasi, penyelubungan buah, dan pemasangan perangkap hama. Komponen-komponen PHT ini bertujuan untuk meminimalkan kerusakan akibat serangan hama pada tanaman kakao.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hama terpadu pada tanaman kedelai. Secara ringkas:
1. Kedelai menghadapi ancaman serius dari berbagai jenis hama yang dapat menurunkan hasil hingga 80%
2. Pengendalian hama idealnya dilakukan secara terpadu dengan memanfaatkan mekanisme alami ekosistem untuk menekan populasi hama
3. Beberapa hama penting yang sering menyerang kedelai meliputi l
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
Hama adalah binatang yang merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia. Hama dapat berupa serangga, nematoda, siput, dan tikus. Herbivora yang memakan tanaman dianggap sebagai hama karena merugikan kepentingan manusia. Populasi hama meningkat akibat ketersediaan makanan yang sesuai dari tanaman yang ditanam manusia.
Organisme pengganggu merupakan masalah utama dalam pertanian karena menyebabkan kerugian hasil yang besar. Perlindungan tanaman diperlukan untuk mengurangi kerugian hasil akibat serangan organisme pengganggu. Namun, perlindungan tanaman memerlukan sumber daya seperti pengetahuan, bahan, dan tenaga kerja yang harus dipersiapkan secara memadai.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hama terpadu pada tanaman kedelai. Secara ringkas:
1. Kedelai menghadapi ancaman serius dari berbagai jenis hama yang dapat menurunkan hasil hingga 80%
2. Pengendalian hama idealnya dilakukan secara terpadu dengan memanfaatkan mekanisme alami ekosistem untuk menekan populasi hama
3. Beberapa hama penting yang sering menyerang kedelai meliputi l
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
Hama adalah binatang yang merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia. Hama dapat berupa serangga, nematoda, siput, dan tikus. Herbivora yang memakan tanaman dianggap sebagai hama karena merugikan kepentingan manusia. Populasi hama meningkat akibat ketersediaan makanan yang sesuai dari tanaman yang ditanam manusia.
Organisme pengganggu merupakan masalah utama dalam pertanian karena menyebabkan kerugian hasil yang besar. Perlindungan tanaman diperlukan untuk mengurangi kerugian hasil akibat serangan organisme pengganggu. Namun, perlindungan tanaman memerlukan sumber daya seperti pengetahuan, bahan, dan tenaga kerja yang harus dipersiapkan secara memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas beberapa pestisida nabati berbasis atsiri dalam mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK) pada tanaman kakao di Sulawesi Selatan. Hasilnya menunjukkan bahwa formula nimba, CEES 50 EC, bio protector-2, bio protector-1 dan asimba 50 EC paling efektif menekan serangan PBK dengan konsentrasi optimal 5-10 ml/l. Pestisida-pestisida tersebut juga
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Dokumen tersebut membahas tentang potensi tanaman kluwak (Pangium edulis Reinw) sebagai insektisida nabati yang ramah lingkungan. Tanaman kluwak mengandung asam sianida yang berpotensi sebagai pestisida alami karena dapat membunuh hama secara cepat. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan insektisida dari ekstrak biji kluwak untuk mengendalikan hama secara alami dan ramah lingkungan
Hama yang menyerang tanaman cabai di Desa Tambak Sogra adalah belalang dan kutu daun. Belalang menyebabkan bekas gigitan pada daun sedangkan kutu daun menyebabkan daun mengeriting dan mengundang semut.
Dokumen tersebut membahas pengertian dan strategi pengendalian hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Pengendalian hayati bergantung pada predasi, parasitisme, dan mekanisme alam lainnya untuk membatasi populasi organisme pengganggu tanaman. Strateginya meliputi konservasi, introduksi, inokulasi, integrasi, dan augmentasi dari musuh alami hama dan penyakit tanaman.
Dokumen tersebut membahas tentang adaptasi tumbuhan terhadap hama dan penyakit. Tumbuhan dapat beradaptasi dengan mengubah metabolisme, orientasi pertumbuhan, morfologi, dan mensintesis senyawa organik untuk melawan serangan organisme pengganggu tanaman. Adaptasi ini dapat mengurangi kerugian akibat penurunan kuantitas dan kualitas produksi serta biaya pengendalian hama dan penyakit.
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
1. Dokumen ini membahas penerapan sistem pertanian terpadu (PHT) dalam dua sistem yaitu SRI (System of Rice Intensification) dan agroforestri.
2. SRI menerapkan prinsip-prinsip seperti pengolahan tanah yang sempurna, jarak tanam lebar, penggunaan pupuk organik, dan pengaturan pengairan untuk mengendalikan hama secara alami.
3. Agroforestri mencampurkan tanaman tahunan dan semusim unt
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan penyakit tumbuhan yang merupakan bagian integral dari sistem produksi tanaman untuk mengurangi populasi patogen agar tidak merugikan secara ekonomi maupun lingkungan. Pengelolaan penyakit tumbuhan memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor seperti ekonomi, lingkungan, teknik budidaya, genetika, dan mikrobiologi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali penyakit tanaman. Bakteri Bacillus thuringiensis umumnya digunakan karena toksinnya hanya berdampak pada serangga tertentu dan tidak berbahaya bagi spesies lain atau lingkungan. Penggunaan mikroorganisme alami sebagai pengendali hayati di masa depan diyakini memiliki prospek yang baik karena aman, ramah lingkungan, dan d
Dokumen tersebut membahas berbagai alternatif pengendalian serangga, meliputi pendekatan kimia, biologi, fisik, dan genetik. Metode pengendalian serangga yang direkomendasikan adalah penggunaan predator, parasitoid, jamur dan bakteri patogen secara terpadu karena efektif, murah, dan ramah lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah yang mencakup interaksi tanaman dan hama, pengendalian hama secara terpadu, dan beberapa kasus lapangan pengendalian hama utama di Indonesia. Tujuan instruksionalnya adalah agar mahasiswa memahami konsep pengendalian hama secara holistik dan terintegrasi.
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAJosua Sitorus
Workshop dan seminar Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung membahas identifikasi dan pengendalian lalat buah, termasuk teknik-teknik seperti sanitasi, karantina, pengasapan, dan perangkap lem. Diskusi juga menyentuh implikasi perdagangan internasional terhadap persyaratan kesehatan tanaman seperti yang diatur dalam SPS-WTO serta upaya memenuhi standar tersebut agar akses pasar produk hortikultura dapat terbuka."
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas beberapa pestisida nabati berbasis atsiri dalam mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK) pada tanaman kakao di Sulawesi Selatan. Hasilnya menunjukkan bahwa formula nimba, CEES 50 EC, bio protector-2, bio protector-1 dan asimba 50 EC paling efektif menekan serangan PBK dengan konsentrasi optimal 5-10 ml/l. Pestisida-pestisida tersebut juga
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Dokumen tersebut membahas tentang potensi tanaman kluwak (Pangium edulis Reinw) sebagai insektisida nabati yang ramah lingkungan. Tanaman kluwak mengandung asam sianida yang berpotensi sebagai pestisida alami karena dapat membunuh hama secara cepat. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan insektisida dari ekstrak biji kluwak untuk mengendalikan hama secara alami dan ramah lingkungan
Hama yang menyerang tanaman cabai di Desa Tambak Sogra adalah belalang dan kutu daun. Belalang menyebabkan bekas gigitan pada daun sedangkan kutu daun menyebabkan daun mengeriting dan mengundang semut.
Dokumen tersebut membahas pengertian dan strategi pengendalian hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Pengendalian hayati bergantung pada predasi, parasitisme, dan mekanisme alam lainnya untuk membatasi populasi organisme pengganggu tanaman. Strateginya meliputi konservasi, introduksi, inokulasi, integrasi, dan augmentasi dari musuh alami hama dan penyakit tanaman.
Dokumen tersebut membahas tentang adaptasi tumbuhan terhadap hama dan penyakit. Tumbuhan dapat beradaptasi dengan mengubah metabolisme, orientasi pertumbuhan, morfologi, dan mensintesis senyawa organik untuk melawan serangan organisme pengganggu tanaman. Adaptasi ini dapat mengurangi kerugian akibat penurunan kuantitas dan kualitas produksi serta biaya pengendalian hama dan penyakit.
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
1. Dokumen ini membahas penerapan sistem pertanian terpadu (PHT) dalam dua sistem yaitu SRI (System of Rice Intensification) dan agroforestri.
2. SRI menerapkan prinsip-prinsip seperti pengolahan tanah yang sempurna, jarak tanam lebar, penggunaan pupuk organik, dan pengaturan pengairan untuk mengendalikan hama secara alami.
3. Agroforestri mencampurkan tanaman tahunan dan semusim unt
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan penyakit tumbuhan yang merupakan bagian integral dari sistem produksi tanaman untuk mengurangi populasi patogen agar tidak merugikan secara ekonomi maupun lingkungan. Pengelolaan penyakit tumbuhan memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor seperti ekonomi, lingkungan, teknik budidaya, genetika, dan mikrobiologi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali penyakit tanaman. Bakteri Bacillus thuringiensis umumnya digunakan karena toksinnya hanya berdampak pada serangga tertentu dan tidak berbahaya bagi spesies lain atau lingkungan. Penggunaan mikroorganisme alami sebagai pengendali hayati di masa depan diyakini memiliki prospek yang baik karena aman, ramah lingkungan, dan d
Dokumen tersebut membahas berbagai alternatif pengendalian serangga, meliputi pendekatan kimia, biologi, fisik, dan genetik. Metode pengendalian serangga yang direkomendasikan adalah penggunaan predator, parasitoid, jamur dan bakteri patogen secara terpadu karena efektif, murah, dan ramah lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah yang mencakup interaksi tanaman dan hama, pengendalian hama secara terpadu, dan beberapa kasus lapangan pengendalian hama utama di Indonesia. Tujuan instruksionalnya adalah agar mahasiswa memahami konsep pengendalian hama secara holistik dan terintegrasi.
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAJosua Sitorus
Workshop dan seminar Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung membahas identifikasi dan pengendalian lalat buah, termasuk teknik-teknik seperti sanitasi, karantina, pengasapan, dan perangkap lem. Diskusi juga menyentuh implikasi perdagangan internasional terhadap persyaratan kesehatan tanaman seperti yang diatur dalam SPS-WTO serta upaya memenuhi standar tersebut agar akses pasar produk hortikultura dapat terbuka."
Artikel ini membahas tentang upaya menciptakan klon kakao yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap berbagai penyakit seperti Phytophthora palmivora dan vascular streak dieback. Para ahli menjelaskan proses pembuatan klon yang memerlukan waktu lama serta penanganan berbagai faktor lingkungan dan agronomi untuk mendapatkan klon yang tahan terhadap penyakit di lapangan. Saat ini klon Geni J dari Luwu Timur menunjukkan ting
Makalah ini membahas tentang penerapan bioteknologi dalam bidang pangan, pertanian, dan peternakan. Bioteknologi dapat digunakan untuk menghasilkan tanaman dan hewan unggul melalui teknik seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan inseminasi buatan. Bioteknologi konvensional juga telah digunakan untuk mengolah bahan pangan seperti tempe, kecap, yoghurt, dan keju melalui fermentasi.
Pengantar Perlindungan Tanaman: Strategi dan Prinsip Dasar untuk Meningkatkan...MFaisalFanfani
Perlindungan tanaman merupakan aspek penting dalam pertanian modern yang bertujuan untuk meminimalkan kerugian hasil tanaman akibat serangan hama, penyakit, dan gulma. Materi dasar perlindungan tanaman mencakup sejumlah konsep dan teknik yang digunakan untuk menjaga kesehatan tanaman dan meningkatkan produktivitas pertanian. Dalam paparan ini, kita akan membahas secara rinci tentang materi dasar perlindungan tanaman, strategi yang dapat diterapkan, serta implementasi praktis di lapangan.
I. Pengenalan Perlindungan Tanaman
1. Pentingnya Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman sangat penting karena tanaman merupakan sumber utama pangan manusia dan hewan. Serangan hama, penyakit, dan gulma dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil pertanian. Oleh karena itu, perlindungan tanaman diperlukan untuk memastikan keberlanjutan produksi pangan, keamanan pangan, dan kesejahteraan petani.
2. Komponen Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman melibatkan beberapa komponen utama, yaitu:
a. Pengendalian Hama: Upaya untuk mengendalikan populasi hama yang dapat merusak tanaman.
b. Pengendalian Penyakit: Tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit tanaman untuk mencegah penyebaran dan kerugian.
c. Pengendalian Gulma: Manajemen gulma untuk mengurangi kompetisi dengan tanaman utama.
d. Pemupukan dan Nutrisi Tanaman: Memberikan nutrisi yang cukup untuk tanaman agar tetap sehat dan produktif.
3. Prinsip Perlindungan Tanaman
a. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan: Mencegah serangan hama, penyakit, dan gulma lebih efektif daripada mengobati setelah serangan terjadi.
b. Diversifikasi metode: Menggunakan berbagai metode perlindungan tanaman untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko resistensi.
c. Pemahaman ekologi: Memahami ekologi tanaman dan hama membantu merancang strategi perlindungan yang lebih efektif.
d. Pengelolaan resistensi: Mengelola resistensi hama terhadap pestisida dengan menggunakan strategi rotasi dan diversifikasi.
II. Pengendalian Hama
1. Jenis-jenis Hama Tanaman
a. Hama Serangga: Seperti kutu daun, ulat, dan belalang.
b. Hama Tular Tanaman: Misalnya, nematoda yang menyerang akar tanaman.
c. Hama Mikroba: Seperti bakteri, virus, dan jamur yang menyebabkan penyakit tanaman.
2. Strategi Pengendalian Hama
a. Pengendalian Biologis: Menggunakan musuh alami hama, seperti predator dan parasitoid.
b. Pengendalian Kimia: Penggunaan pestisida untuk mengurangi populasi hama.
c. Pengendalian Fisik: Penggunaan perangkap, penghalang fisik, atau metode lain untuk menghentikan hama.
d. Pengendalian Varietas Tahan: Menggunakan varietas tanaman yang tahan terhadap serangan hama tertentu.
III. Pengendalian Penyakit Tanaman
1. Jenis-jenis Penyakit Tanaman
a. Penyakit Jamur: Misalnya, karat, embun tepung, dan antraknosa.
b. Penyakit Bakteri: Seperti layu bakteri dan bercak bakteri.
c. Penyakit Virus: Penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti mosaic pada tanaman tomat.
2. Strategi Pengendalian Penyakit Tanaman
a. Penggunaan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari penyakit tanaman kacang tanah dan cara melakukan pendugaan kehilangan hasil. Tanaman kacang tanah ditanam di petak percobaan dengan pemupukan dan pemeliharaan. Sample tanaman diamati untuk mendeteksi gejala penyakit.
Dokumen tersebut membahas tentang bioteknologi, termasuk pengertian, contoh penerapan, dan dampaknya. Penerapan bioteknologi bermanfaat di bidang pertanian, kesehatan, dan lingkungan, namun juga berpotensi berdampak negatif secara sosial, etika, kesehatan, dan lingkungan.
Bab I membahas latar belakang tentang gulma yang merugikan pertumbuhan tanaman dan lingkungan. Pengendalian gulma secara hayati menggunakan musuh alami gulma seperti hama, penyakit, dan jamur untuk menekan pertumbuhan gulma. Bab II membahas pengendalian gulma secara hayati dengan menggunakan musuh alami gulma dan kelebihan serta kekurangannya. Bab III membahas kesimpulan dan saran dari pengendalian gulma secara
Tiga cara pengendalian hama tanaman sayuran secara alami yang dijelaskan dalam dokumen ini adalah menggunakan perangkap hama, seperti perangkap lengket dan perangkap cahaya, pestisida nabati yang berasal dari tanaman seperti neem dan paprika, serta menggunakan konsep pengendalian hama terpadu yang melibatkan berbagai metode secara terpadu dan ramah lingkungan.
Laporan ini menjelaskan uji tetrazolium untuk mengetahui viabilitas benih kedelai dan jagung. Uji ini melibatkan perendaman benih dalam larutan tetrazolium untuk mendeteksi aktivitas enzim yang menghasilkan warna merah pada jaringan hidup. Hasilnya dapat digunakan untuk membedakan benih hidup dan mati.
Ringkasan:
Praktikum ini menguji imbibisi pada benih hidup dan mati, laju imbibisi dua jenis benih (kacang tanah dan jagung), serta pengaruh kadar air media terhadap imbibisi. Hasilnya menunjukkan presentase imbibisi benih hidup lebih tinggi dari benih mati, kacang tanah menyerap air lebih cepat dari jagung, dan kadar air media berpengaruh terhadap kecepatan dan jumlah benih yang berkecambah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Laporan ini menguji daya perkecambahan dan indeks vigor benih padi dan jagung menggunakan metode kertas gulung dan petridish.
2. Hasilnya menunjukkan daya perkecambahan benih jagung 90% dan indeks vigor serta koefisien vigor benih padi masing-masing 5,45 dan 72,36.
3. Vigor benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan seperti pemupukan yang memp
Laporan praktikum ini membahas tentang praktikum pengelolaan hama dan penyakit terpadu yang dilakukan oleh Alfian Nopara Saifudin pada berbagai tanaman seperti cabai, kakao, dan rambutan. Laporan ini berisi pengenalan agroekosistem, pengamatan serangan hama dan penyakit, serta penerapan pengendalian hama terpadu pada berbagai tanaman.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya tanaman rambutan, meliputi pengenalan tanaman, klasifikasi, tata cara budidaya, dan pengendalian hama. Secara khusus membahas tentang pentingnya melakukan sanitasi lingkungan dan pemangkasan dalam pengendalian hama pada tanaman rambutan.
Dokumen tersebut membahas analisis agroekosistem tanaman cabai yang mengalami serangan penyakit antraknosa dan bercak daun. Kedua penyakit tersebut ditemukan pada tanaman cabai dengan intensitas yang cukup berat, masing-masing sebesar 77,5% untuk antraknosa dan 56,25% untuk bercak daun.
Praktikum ini bertujuan untuk mengenali profil tanah secara lengkap melalui penggalian dan pengamatan lapisan-lapisan tanah secara vertikal. Mahasiswa menggali lubang sedalam 1,5 meter dan mengamati 5 lapisan tanah berdasarkan ciri fisik seperti kedalaman dan warna, untuk mempelajari pembentukan dan karakteristik tanah.
Laporan praktikum ini membahas pengamatan tanah dengan indra. Terdapat 4 jenis tanah yang diamati warna dan teksturnya, yaitu Entisol berwarna dark yellowish brown dengan tekstur lempung berpasir, Vertisol berwarna hitam dengan tekstur liat berdebu, Inseptisol berwarna dark redish brown dengan tekstur liat, dan Andisol berwarna dark red dengan tekstur liat berpasir. Laporan ini juga membahas mengenai latar belak
Dokumen tersebut membahas tentang kinematika partikel dua dimensi, yang mencakup konsep posisi, perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Terdapat pula contoh soal dan penyelesaiannya untuk memahami konsep-konsep tersebut.
1. 67
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia,
karena kakao sebagai penghasil devisa Negara, sebagai sumber penghasilan bagi
petani maupun masyarakat lainnya. Indonesia merupakan salah satu produsen
kakao utama di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia mempunyai
tanaman kakao paling luas di dunia yaitu sekitar 1.462.000 ha. yang terdiri dari
90% perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan swasta dan negara, dengan
produksi mencapai 1.315.800 ton/th.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara legal PHT adalah Pengendalian
Hama Terpaadu tetapi secara konseptual PHT adalah Pengelolaan Hama Terpadu.
Pengendalian mengandung makna menguasai tanpa kompromi, pengelolaan
mengandung makna menjaga keselarasan melalui kompromi. Hama dalam
konteks PHT eliputi berbagai macam pengganggu dan gangguan yang dapat
terjadi pada tanaman. Hama dalam konteks PHT mencakup binatang hama,
penyakit, dan gulma.
Pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa
sistim pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta
berwawasan lingkungan. Konsepsi pengendalian yang dikombinasikan dari
berbagai cara dan dikembangkan secara lebih luas yaitu sebagai suatu
sistim pengelolaan populasi hama yang menggunakan semua tehnik yang sesuai
dan kompatibel (saling mendukung) untuk menurunkan populasi sampai tingkat
2. 68
dibawah ambang kerugian ekonomi dan konsep ini dikenal dengan konsep
Pengendalian hama Terpadu (PHT).
PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan
menggunakan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel dan di kembangkan
dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan
kerusakan lingkungan hidup. Sistem penerapan PHT bersifat dinamis, artinya
penerapan PHT bukan dalam bentuk paket teknologi, tetapi dalam bentuk lentur
sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh sebab itu, perlu informasi dan
pengetahuan berupa unsur dasar dan komponen PHT.
Usaha pengembangan kakao sering mengalami berbagai hambatan
terutama oleh hama dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya
beberapa jenis hama /penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis
hama/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama
penggerek buah kakao; (b) kepik penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign;
dan (c) penyakit busuk buah, Phytophthora palmivora.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jenis hama dan penyakit pada tanaman kakao.
2. Menerapkan beberapa komponen PHT pada tanaman kakao.
3. Mengetaui keuntungan penerapan masing-masing komponen PHT pada
tanaman kakao.
3. 69
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan,
yang secara sistematika mempunyai urutan klasifikasi ilmiah sebagai berikut
(Hutabarat, 2005):
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
Tanaman kakao membutuhkan temperatur rata-rata setahun 25°C dengan
temperatur harian rata-rata terdingin tidak kurang dari 15°C.Suhu minimum tidak
boleh lebih rendah dari 10°C sedangkan maksimumnya sampai sekarang belum
ada ketentuan. Alasan temperatur rendah ini antara lain dapat dikemukakan
sebagai sebab terjadinya pembungan yang terlambat. Akibat dari penurunan
temperatur di bawah 22°C, perkembangan primordia bunga terhenti.
4. 70
Perkembangan akan menjadi normal kembali setelah suhu naik menjadi 25°C
(Siregar, 1998).
Tanaman kakao ini juga tidak tahan terhadap penyimpangan temperatur
yang agak besar tiap harinya. Penyimpangan temperatur harian dari 9°C,
menyebabkan mata-mata tunas akan mengembang dan tumbuh menjadi tunas. Hal
tersebut bila terjadi dengan berulang-ulang maka persediaan makanan di dalam
batangakan habis dan akibatnya pohon akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan, sehingga pembentukan bunga dan buahpun akan terganggu
(Siregar, 1998).
Hama dan penyakit tanaman kakao yang juga merupakan hama utama bagi
para petani kakao adalah hama penggerek batang yang disebabkan oleh sejenis
serangga yang dalam bahasa latinnya Zeuzera coffeae Nietn dan Glenea spp.
Hama ini dialami hampir semua petani kakao kita, apalagi bila sanitasi lahan
jarang dilakukan dan member peluang untuk hama ini berkembang biak dnegan
baik dan secara perlahan dan pasti akan merusak batang kakao sehingga menjadi
salah satu penyebab menurunnya produktivitas kakao petani (Untung, 2002).
Hama yang sering menyerang kakao antara lain kepik pengisap buah
(Helopeltis spp.), dan PBK Conopomorpha cramerella menyerang tanaman
kakao hampir di seluruh daerah utama penghasil kakao di Indonesia. Hama ini
menyerang buah yang masih muda sampai dengan buah yang sudah masak.
Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi buah kakao hingga
lebih dari 80% dan relatif sulit dikendalikan (Sulistyowati, 2003). Selain
menurunkan produksi serangan hama ini juga menyebabkan kualitas biji menjadi
5. 71
rendah (Lim, 1992; Anshary, 2003). Pada tahun 2000 dilaporkan bahwa serangan
hama ini mencapai 60.000 ha dengan kehilangan hasil sebesar Rp
405.643.680.000,-/tahun. Penyebaran hama PBK di Sulawesi dimulai di Sulawesi
Tengah pada tahun 1991 kemudian menyebar ke seluruh areal pertanaman kakao
di Sulawesi (Mardy, 1994).
Selain PBK, hama yang sering dijumpai pada pertanaman kakao adalah
Helopeltis spp. Helopeltis spp. merupakan salah satu hama utama kakao yang
banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis Helopeltis yang
menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu H. antonii, H.
theivora dan H. claviver (Jackson, 2001). Stadium yang merusak dari hama ini
adalah nimfa (serangga muda) dan imagonya. Nimfa dan imago menyerang buah
muda dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan, kemudian
mengisap cairan di dalamnya. Sambil mengisap cairan, kepik tersebut juga
mengeluarkan cairan yang bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan
yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama ini juga menyerang pucuk dan
daun muda.
6. 72
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah kantong
plasik putih (15x35cm), plastik hitam, bambu, gergaji, cangkul, karet gelang, alat
tulis, ember. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kakao yang
sedang berbuah muda dengan diameter 8cm, gula aren, sersah, air, dan pupuk
kandang.
B. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan dipersiapkan.
2. Pergi ke pertanaman kakao.
3. Hama dan penyakit yang ada diamati.
4. Komponen PHT pada tanaman kakao diterapkan dan dievaluasi hasilnya.
7. 73
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Komponen PHT yang dilakukan di pertanaman Kakao saat praktikum ialah :
1. Pemangkasan cabang dan ranting batang pohon meliputi cabang atau
ranting yang tidak sesuai arah tajuk, yang terserang patogen dan hama,
tunas muda yang tidak sesuai, serta yang berdaun terlalu rimbun.
2. Sanitasi tanah dan lingkungan kakao
3. Penyelubungan atau kondomisasi buah kakao yang masih muda dengan
plastik dan karet yang menggunakan media bambu
4. Pemasangan perangkap semut sebagai pemeliharaan agen hayati hama
patogen kakao dengan seresah daun kakao kering, gula jawa dan sedikit
percikan air pada kantong plastik hitam dengan lubang dibawahnya
5. Pemupukan tanah dengan pupuk alami secara merata sesuai dengan
lebar lingkar tajuk
6. Penyiraman sekitar pertanaman kakao
8. 74
B. Pembahasan
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan.
Pengelolaan hama (hama dan penyakit) pada tanaman kakao dilaksanakan
secara terpadu yang menitik beratkan pada “keseimbangan ekosistem” disuatu
pertanaman sehingga mampu menekan populasi hama atau menekan kerusakan
tanaman pada tingkat yang tidak merugikan. Sifat penerapan PHT adalah dinamik
dan lentur sehingga perlu dilandasi oleh informasi dasar tentang ekosistem
maupun sistem sosial ekonomi dari masing-masing kebun. PHT atau yang dikenal
dengan Integrated Pest Management (IPM), merupakan suatu konsep atau
paradigma yang dinamis, tidak statis, yang selalu menyesuaikan dengan dinamika
ekosistem pertanian dan sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
PHT mendorong kemandirian dan keberdayaan dalam pengambilan keputusan
daripada ketergantungan pada pihak-pihak lain (Untung, 2003). Berdasarkan hal
tersebut maka petani yang langsung berhubungan dengan kegiatan pertanian
tersebut diharapkan dapat berperan sebagai manager di kebunnya sendiri , yang
mampu mengambil keputusan dan melakukan tindakan untuk mengatasi masalah
OPT . Untuk itu petani harus mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai untuk dapat mengelola kebunnya dengan baik yang dapat
diperoleh melalui pelatihan atau pembelajaran di lapangan. Tujuan dari PHT pada
9. 75
tanaman Kakao adalah untuk meminimalisir serangan serangan hama yang dapat
merusak tanaman kakao.
Komponen kegiatan Pengelolaan Hama Terpadu ini dilaksanakan pada
Hari Kamis, 12 Oktober 2017 di Kampus Pertanian Unsoed. Menurut saya
komponen yang paling penting dalam PHT pada Tanaman Kakao adalah
pembrongkosan yang menggunakan musuh alami yaitu semut hitam.
Pengbrongkosan itu sendiri dengan cara memasukkan sisa-sisa daun yang gugur
yang ada dibawah pohon kakao yang dimasukkan kedalam kantung plastik lalu
kemudia di gantung di pergelangan pohon yang bercabang. Mengapa menurut
saya teknik pembrongkosan ini paling penting karena jika dibandingkan dengan
teknik yang lain, cara ini lebih efektif daripada yang lain karena teknik
pembrongkosan menggunakan musuh alami yang dapat menjadi predator
sehingga OPT dapat terbunuh.
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas mutu tanaman perkebunan
khususnya tanaman kakao perawatan kebun kakao merupakan kegiatan yang
harus dilakukan agar memperoleh produksi biji kakao yang tinggi dan terus
berkelanjutan. Perawatan yang harus diprioritaskan, untuk tujuan seperti
memperbaiki kondisi vegetatif tanaman kakao, meningkatkan produktivitas dan
kesinambungan produksi hingga umur ekonomisnya sekitar 28 tahun dan menjaga
kelestarian tanah dan lingkungannya, adalah pemupukan dan pengendalian hama
dan penyakit. Hama utama tanaman kakao, yaitu penggerek buah kakao,
penghisap buah, ulat kilan, ulat api. Sedangkan penyakit utama yang sering
menyerang tanaman kakao di Indonesia adalah:
10. 76
1. Penyakit busuk buah (Phytophtora palmivora)
2. Penyakit kanker batang (Phytophtora palmivora)
3. Penyakit VSD (Oncobasidium theobromae)
4. Penyakit Colletotrichum (Colletotrichum gloeosporioides)
5. Penyakit jamur upas (Corticium salmonicolor)
Menurut Lim (1992), Penerapan PHPT pada tanaman kakao memungkinkan
petani memilih strategi pengelolaan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan.
Penggunaan sistem pengelolaan terpadu mengurangi tingkat serangan hama dan
penyakit pada tanaman kakao, mengurangi penggunaan bahan kimia yang tidak
perlu, menyediakan alternatif pengelolaan hama dan penyakit dan memperbaiki
hasil serta kualitas kakao, oleh karena itu dapat meningkatkan pendapatan petani.
Hasil yang lebih tinggi akan diperoleh karena PHPT meliputi:
1. Perbaikan bahan tanam dari CCI dengan potensi hasil lebih tinggi, tahan
penyakit, dan mempunyai karakteristik unggul.
2. Rehabilitasi yang efektif pada tanaman yang sudah ada akan memperbaiki
tanaman kakao.
3. Pemangkasan tanaman kakao dan tanaman penaung tepat waktu untuk
memperbaiki banyaknya sinar yang masuk dan aliran udara serta merangsang
pertumbuhan.
4. Penerapan sanitasi untuk mengurangi inokulum hama dan penyakit.
5. Penghambatan daur hama dan penyakit serta gerakan vektor.
6. Pengendalian gulma.
11. 77
7. Penggunaan pupuk kandang atau pupuk anorganik untuk memperbaiki nutrisi
kakao.
Dalam budidaya kakao, upaya pengendalian OPT juga dianjurkan untuk
dilakukan secara terpadu. Komponen PHT yang dianjurkan meliputi:
1. Sanitasi
Sanitasi merupakan tindakan pembersihan areal perkebunan kakao dari
sampah seperti ranting, cabang dan daun serta bahan lain seperti sisa-sisa kulit
buah hasil panen termasuk juga buah kakao yang terserang hama penyakit yang
tidak diinginkan yang dikhawatirkan akan menjadi sarang atau sumber
berkembangbiaknya hama dan penyakit. Disamping itu dilakukan juga
pembersihan terhadap gulma atau rumput, biasanya pada tanaman kakao yang
telah menghasilkan atau tajuk tanaman kakao yang sudah besar mampu
membatasi pertumbuhan rumput atau gulma. Dalam kaitannya untuk
Pengendalian hama dan penyakit kakao secara terpadu, tindakan sanitasi sangat
diperlukan (Karmawati,2010).
Untuk mencegah serangan hama PBK, tindakan sanitasi yang sering
dilakukan yaitu dengan melakukan pembersihan buah terserang yang sudah
dipanen. Buah kemudian dibelah, buah busuk, kulit buah, plasenta dan sisa panen
lainnya yang bergejala dimasukkan ke dalam lubang tanah pada hari panen
kemudian ditutup tanah setebal 20-30 cm (Karmawati, 2010). Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah agar hama PBK yang ada dalam sampah tersebut tidak
berkembang dan keluar menyerang buah di pohon sehingga memutus siklus hama
tersebut.
12. 78
Tindakan sanitasi untuk mengatasi penyakit busuk buah oleh Phytophthora
palmivora dapat dilakukan dengan melakukan pemanenan buah-buah yang
menunjukkan gejala terserang kemudian dibenam dalam lobang tanah sedalam 30
cm. Pemanenan buah terserang ini minimal dilakukan 4 minggu sekali, idealnya
satu minggu sekali. Selanjutnya panen buah sehat dilakukan setiap 2 minggu akan
mencegah perkembangan spora di kebun (Jackson and Wright, 2001). Menurut
Dakwa (1988) dalam Opoku (2007) bahwa membuka buah-buah yang terserang
dengan interval 10 hari adalah efektif, meskipun kurang menguntungkan. Buah-
buah yang sakit yang telah dipanen kemudian dibenam dalam tanah. Tindakan
sanitasi yang diterapkan dalam praktikum yaiut dengan membersihkan lingkungan
sekitar pertanaman tersebut dari sampah dan gulma.
2. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan baik terhadap tanaman kakao maupun tanaman
penaungnya. Pada tanaman kakao, dilakukan pangkasan untuk memendekkan
tajuk sampai 4m. Pemangkasan yang dilakukan saat praktikum yaitu dengan
memangkas cabang yang arahnya ke atas (vertikal). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wahyudi (2008) yang menyatakan bahwa pembatasan tinggi
dilakukan dengan memotong semua cabang yang arahnya ke atas, yakni di luar
batas 3-4 m. Pada tanaman dewasa yang belum pernah dipangkas, cabang –
cabang yang diameternya besar harus dipotong. Alat potong yang sebaiknya
digunakan untuk memangkas adalah gergaji yang tajam. Luka bekas potongan
kemudian ditutup denga obat penutup luka. Untuk tanaman dewasa, perlu
diperhatikan bahwa jorket tidak boleh sepenuhnya terbuka untuk menghindari
13. 79
lapuk dan pecahnya jorket. Oleh karena itu, cabang – cabang kecil yang menutup
jorket tersebut perlu dipertahankan. Pelaksanaan pemangkasan sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan. Pengaturan ketinggian tajuk sebaiknya
dilakukan sejak awal pertumbuhan kakao dan dilakukan dua kali setiap tahunnya,
yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Untuk pemeliharaannya, pemangkasan
harus lebih sering dilakukan, misalnya dua bulan sekali. Pemangkasan dilakukan
mulai dari bagian atas tajuk. Selain bertujuan untuk memudahkan panen dan
pelaksanaan pengendalian lainnya, pangkasan juga bertujuan untuk mengurangi
kelembaban kebun. Hal ini mengingat PBK sangat menyukai tempat yang gelap
dan lembab. Pangkasan juga dilakukan terhadap pohon penaung dengan tujuan
mengurangi kelembaban kebun (Wahyudi, 2008).
3. Pemupukan
Penerapan komponen PHT lain yang dilakukan dalam praktikum adalah
pemupukan. Pada saat praktikum, pemupukan dilakukan setelah pemangkasan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyudi (2008) yang menyatakan bahwa
pemupukan dilakukan setelah pemangkasan, yakni dengan jenis, dosis dan waktu
yang tepat. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan
produksi buah. Dengan hasil buah yang banyak, diharapkan akan terjadi
penurunan intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji karena efek pengenceran
menjadi berkurang. Pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk organik dan
anorganik. Penggunaan dosis untuk pemupukan didasarkan atas hasil analisis
tanah dan daun kakao.
14. 80
4. Panen sering
Panen sering pada saat buah masak awal yang diikuti sanitasi bisa menekan
populasi PBK karena pada buah yang masak awal, ulat PBK belum keluar
sehingga ulat yang ada di dalamnya akan mati jika kulit buah dan plasenta
langsung dibenam. Berdasarkan hasil pengamatan, lubang keluar PBK yang
paling banyak dijumpai adalah pada buah yang masak sempurna, yaitu sebesar
55%, sedangkan pada buah hijau sebesar 10% dan pada buah agak menguning
(masak awal) sebesar 35%. Rotasi panen yang dianjurkan adalah selang satu
minggu. Buah yang dipanen dianjurkan untuk segera dipecah pada hari itu juga
untuk mencegah keluarnya ulat dari buah untuk berkepompong. Panen sering
tidak dilakukan pada saat praktikum. Namun, pada saat praktikum dilakukan
pembelahan buah yang terserang.
5. Penyelubungan buah/Kondomisasi
Teknik penanggulangan PBK dengan penyarungan buah menggunakan
kantung plastik sudah direkomendasikan sejak tahun 1980. Cara ini bertujuan
untuk menyelamatkan buah dari serangan PBK, yaitu mencegah imago PBK
bertelur pada buah kakao. Penyarungan dilakukan pada saat buah berukuran
panjang sekitar 8 – 10 cm. Ukuran ini dianggap cukup efektif karena dapat
menyelamatkan 80% buah dari serangan PNK, tetapi teknologi tersebut tidak
diadopsikan kepada petani karena dibutuhkan biaya dan tenaga kerja yang besar
dalam pengaplikasiannya (Wahyudi, 2008).
Komponen PHT dengan penyelubungan buah juga dilakukan pada saat
praktikum dengan menggunakan kantung plastik. Untuk buah kakao yang terletak
15. 81
pada bagian atas dan tidak terjangkau untuk dilakukan penyelubungan dilakukan
dengan alat aplikasi kantung plastik sederhana yang terbuat dari bambu.
Berdasarkan penelitian di Sulawesi Tenggara, diketahui bahwa selain
menggunakan kantung plastik, penyarungan buah juga dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis kantung yang lain, seperti kantung dari kertas non
woven, kertas koran bekas, kertas semen, atau kertas berlapis plastik
(pembungkus nasi). Semua jenis kantung tersebut efektif untuk menekan serangan
PBK, terutama kertas korang bekas yang dapat menekan kehilangan hasil sampai
0%. Selain itu, kantung dari kertas lebih ramah lingkungan dibandingkan kantung
plastik. Kelemahan penggunaan kertas koran bekas adalah mudah rusak bila
terkena air hujan. Oleh karena itu, penggunaannya dianjurkan tidak di daerah yang
bercurah hujan tinggi atau pada saat musim penghujan (Wahyudi, 2008).
6. Pengendalian hayati
Pengendalian hayati PBK dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan
organisme hidup berupa semut hitam (Dolichoderus thoraxicus), jamur
entomopatogen, Beauveria bassiana, dan Phaecilomyces fumosoroseus, serta
parasitoid telur (Trichogrammatoidea spp.). Pemanfaatan semut hitam sudah
banyak dikembangkan penelitiannya untuk pengendalian PBK. Di Malaysia dan
Indonesia, populasi semut hitam yang berlimpat dipertanaman kakao terbukti
dapat menurunkan persentase serangan PBK. Peningkatan populasi semut hitam
dapat dilakukan dengan cara menyediakan sarang yang terbuat dari lipatan daun
kelapa atau daun kakao dan koloni kutu putih yang merupakan sumber makanan
bagi semut hitam (Wahyudi, 2008).
16. 82
Semut hitam memiliki potensi untuk mengendalikan hama utama tanaman
kakao dan cara pengembangbiakannya di kebun kakao. Semut hitam, dikenal
dengan nama ilmiah Dolichoderus thoracicus dahulu nama ilmiahnya adalah
Dolichoderus bituberdulatus, termasuk dalam subfamili Dolichoderinae, famili
Formicidae dan ordo Hymenoptera. Semut hitam dewasa pekerja berukuran 4-5
mm dan biasanya berasosiasi dengan kutu putih Cataenococcul hispidus
(Sastrosiswojo, 1996).
Koloni semut hitam banyak dijumpai di pohon rambutan, sirsak, kelapa, dsb,
dan ciri khas spesies ini adalah apabila istirahat seolah-olah seperti duduk dengan
bagian perut (abdomen) berada menempel pada bagian batang. Semut ini tidak
menggigit, hanya kadang-kadang mengeluarkan asam semut yang terasa pedas
apabila mengenai mata (Siswanto, 1996).
Semut hitam adalah termasuk serangga yang hidup berkelompok atau
disebut juga serangga sosial. Serangga demikian biasanya mendominasi
lingkungan perkembangbiakannya, sehingga apabila ada kelompok serangga lain
atau jenis semut lain yang mendiami tempat perkembangbiakannya pasti akan
diusir atau akan saling menyerang sehingga yang bertahan hanya satu jenis semut
saja. Hal ini perlu diperhatikan dalam memapankan semut hitam dalam suatu
ekosistem. Apabila dijumpai jenis semut lain dalam ekosistem tersebut maka
harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara dikendalikan menggunakan bahan
kimia atau insektisida. Misalnya, yang sering dijumpai di pertanaman kakao
adalah jenis semut angrang (Oesophylla smaragdina), semut gramang
(Anoplolepis longipes) dan Crematogaster spp (Sastrosiswojo, 1996).
17. 83
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam memapankan semut
hitam pada pertanaman kakao adalah:
a. Apabila terdapat jenis semut lain maka semut tersebut harus dihilangkan
terlebih dahulu dengan cara disemprot dengan insektisida yang efektif.
b. Lakukan pemasangan sarang semut menggunakan daun kelapa kering yang
telah diikat atau daun kakao kering yang ditempatkan di dalam kantong
plastik. Juga dapat dibuat menggunakan daun kakao kering yang digulung.
Setiap pohon kakao dipasang minimal 3 buah sarang.
Selain dengan semut hitam pengendalian secara hayati juga dapat dilakukan
dengan cara penyemprotan jamur Beauveria bassiana isolat Bby 725 pada buah
kakao muda dan cabang horizontal terbukti mampu melindungi buah kakao dari
serangan PBK, yakni antara 54-60,5%. Dosis yang digunakan adalah 50 -100
gram spora/ha. Agen hayati ini diberikan sebanyak lima kali, yakni menggunakan
knapsack sprayer dengan volume semprot 250 ml/ph atau 250 l/ha. Selain dapat
menurunkan persentase serangan PBK, penggunaan B. bassiana juga aman
terhadap lingkungan. Penyemprotan jamur P. fumosoroseus isolat Pfr-08 dengan
konsentrasi spora 4 gram/10 liter berdasarkan ambang kerusakan 20% yang
dipadu dengan komponen kultur teknis ternyata dapat menekan intensitas
serangan PBK sebesar 49,07%. Hal ini bisa menyelamatkan kehilangan hasil
sebesar 14,83%. Namun pada realisasinya pengendalian PBK menggunakan jamur
entomopatogen seperti B. bassiana dan P. fumosoroseus sering mengalami
kegagalan di lapangan. Hal ini karena efektivitasnya seringkali kurang konsisten.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, entomopatogen itu sendiri, atau
18. 84
interaksi keduanya. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah sinar ultra violet,
curah hujan, suhu dan kelembaban. Faktor entomopatogen terutama adalah
kualitas dan kuantitas spora yang diaplikasikan (Wahyudi, 2008).
Selama ini dalam menganggulangi hama pada tanaman kakao, petani
cenderung menggunakan cara kimia, yaitu menggunakan pestisida. Padahal
pestisida menimbulkan dampak negatif. Diantaranya yaitu berpengaruh negatif
terhadap kesehatan manusia, terhadap kualitas lingkungan, dan yang ketiga
penggunaan pestisida dapat meningkatkan perkembangan populasi jasad
penganggu tanaman. Melihat dampak negatif tersebut, maka petani perlu
menggunakan alternatif lain dalam pengendalian hama yang tentunya lebih aman
bagi manusia dan lingkungan (Siswanto, 2012).
19. 85
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dan literatur yang didapatkan,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Hama yang menyerang tanaman kakao antara lain adalah penggerek buah
kakao, penghisap buah, ulat kilan, ulat api. Sedangkan penyakit utama yang
sering menyerang tanaman kakao adalah busuk buah, kanker batang, VSD,
Colletotrichum, jamur upas.
2. Penerapan komponen PHT pada kakao antara lain sanitasi, pemangkasan,
kondomisasi, hayati, pemupukan, dan pembenaman daun kakao.
3. Penerapan komponen PHT pada kakao memiliki fungsi masing-masing
antara lain seperti sanitasi berfungsi membersihkan lahan dari gulma,
pemangkasan untuk mengurangi kelembaban, kondomisasi untuk
melindungi buah kakao dari hama dan patogen, pemupukan untuk
menyediakan unsur hara bagi tanaman kakao.
B. Saran
1. Sebaiknya saat penjelasan mengenai PHT tanaman kakao, praktikan diatur
terlebih dahulu agar tertib.
2. Sebaiknya dalam satu kelompok diambil masing-masing perwakilan untuk
mempraktikkan PHT kakao.