Praktikum identifikasi dan taksonomi kutu daun pada tanaman kubis mengidentifikasi jenis kutu daun sebagai Myzus persicae berdasarkan ciri morfologi seperti bentuk antena, siphunculi, dan kauda. Kutu daun ini menyerang berbagai tanaman dan menyebabkan kerusakan ringan hingga berat serta menularkan virus.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hayati yang mencakup konsep, prinsip, contoh-contoh, dan aplikasinya untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, kerusakan tanaman, dan gulma. Agen biologis seperti bakteri, jamur, serangga, dan nematoda dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati untuk menekan populasi organisme merugikan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kultur teknis sebagai cara perlindungan tanaman dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman tetapi tidak oleh pengganggu. Diberikan contoh kultur teknis seperti penggunaan mulsa jerami dan sistem tanam serempak. Tujuan kultur teknis adalah menemukan kelemahan siklus musiman hama. Dokumen ini juga menjelaskan sasaran dan mekanisme kultur te
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi pestisida, termasuk bahan aktif, bahan tidak aktif seperti adjuvant dan carrier, serta klasifikasi formulasi pestisida menurut CropLife.
Laporan ini menjelaskan 7 jenis penyakit tanaman yang diamati pada berbagai tanaman seperti kakao, cabai, pisang, tomat dan singkong. Jenis penyakitnya meliputi busuk buah, mosaik, antraknosa, bercak daun, nematoda bengkak akar, dan bercak coklat. Gejala dan penyebab masing-masing penyakit dijelaskan beserta gambar atau foto ilustrasi.
Dokumen tersebut merangkum berbagai penyakit yang dapat menyerang tanaman kelapa, mulai dari bibit, tanaman muda hingga tanaman yang menghasilkan. Beberapa penyakit utama yang disebutkan antara lain penyakit bercak daun, busuk janur pada bibit, busuk tunas dan sarang laba-laba pada tanaman muda, serta busuk pucuk, layu Natuna, dan bercak daun pada tanaman menghasilkan. Dokumen tersebut juga
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian hayati yang mencakup konsep, prinsip, contoh-contoh, dan aplikasinya untuk mengendalikan hama penyakit tanaman, kerusakan tanaman, dan gulma. Agen biologis seperti bakteri, jamur, serangga, dan nematoda dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati untuk menekan populasi organisme merugikan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kultur teknis sebagai cara perlindungan tanaman dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman tetapi tidak oleh pengganggu. Diberikan contoh kultur teknis seperti penggunaan mulsa jerami dan sistem tanam serempak. Tujuan kultur teknis adalah menemukan kelemahan siklus musiman hama. Dokumen ini juga menjelaskan sasaran dan mekanisme kultur te
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi pestisida, termasuk bahan aktif, bahan tidak aktif seperti adjuvant dan carrier, serta klasifikasi formulasi pestisida menurut CropLife.
Laporan ini menjelaskan 7 jenis penyakit tanaman yang diamati pada berbagai tanaman seperti kakao, cabai, pisang, tomat dan singkong. Jenis penyakitnya meliputi busuk buah, mosaik, antraknosa, bercak daun, nematoda bengkak akar, dan bercak coklat. Gejala dan penyebab masing-masing penyakit dijelaskan beserta gambar atau foto ilustrasi.
Dokumen tersebut merangkum berbagai penyakit yang dapat menyerang tanaman kelapa, mulai dari bibit, tanaman muda hingga tanaman yang menghasilkan. Beberapa penyakit utama yang disebutkan antara lain penyakit bercak daun, busuk janur pada bibit, busuk tunas dan sarang laba-laba pada tanaman muda, serta busuk pucuk, layu Natuna, dan bercak daun pada tanaman menghasilkan. Dokumen tersebut juga
Teks tersebut membahas tentang kultur jaringan dan hidroponik. Kultur jaringan adalah cara memperbanyak tanaman dengan mengisolasi bagian tanaman seperti sel dan jaringan lalu menumbuhkannya di kondisi steril. Hidroponik adalah budidaya tanaman tanpa tanah dengan menggunakan larutan nutrisi yang disiramkan ke akar tanaman. Teks ini juga menjelaskan proses kultur jaringan, jenis media tanam hidroponik, dan contoh
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
1. Serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman melalui penularan patogen seperti jamur.
2. Jenis serangga vektor penyakit antara lain nyamuk dan lalat. Serangga ini dapat menularkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit lainnya.
3. Jamur dapat hidup sebagai parasit atau saprofit pada tanaman atau hewan lain, dan berperan sebagai patogen penyakit.
Studi budidaya ulat hongkong sebagai pakan burung dan ikan hias menunjukkan bahwa ulat hongkong kaya akan protein dan lemak serta mudah dibudidayakan. Ulat hongkong dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan burung dan ikan, meski pemberian secara berlebihan dapat menyebabkan efek negatif. Strategi pemasaran ulat hongkong melalui distributor perlu ditingkatkan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang hama dan penyakit utama pada beberapa tanaman perkebunan seperti kakao, kopi, teh, dan lada beserta penjelasan mengenai klasifikasi, morfologi, siklus hidup, gejala, dan cara pengendaliannya.
Dokumen tersebut membahas tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi, meliputi ulat grayak, wereng hijau, keong mas, tikus sawah, dan penyakit blas. Disebutkan pula gejala serangan, cara klasifikasi, dan pengendalian masing-masing organisme perusak tersebut.
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURJosua Sitorus
Dokumen tersebut membahas tentang jamur patogen dan interaksinya dengan tanaman. Jamur merupakan patogen penyebab penyakit tanaman yang paling banyak dibanding patogen lain. Jamur hidup sebagai saprofit, parasit, atau melalui simbiosis dengan tanaman. Beberapa contoh jamur patogen yang merugikan tanaman dan manusia dijelaskan.
Laporan praktikum isolasi jamur Colletotrichum dan Cercospora mendeskripsikan proses isolasi kedua jamur penyebab penyakit pada tanaman cabai dan kacang tanah. Isolasi dilakukan dengan mengambil bagian yang terinfeksi, menanamkannya pada media PDA, dan mengamati pertumbuhannya selama seminggu. Hasilnya menunjukkan Colletotrichum tumbuh lebih cepat dari Cercospora."
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan berbagai jenis pestisida dan alat aplikasi pestisida yang digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Dibahas pula mengenai mekanisme kerja masing-masing alat seperti knapsack sprayer, autometic sprayer, mist duster sprayer, swing fog, soil injection, micron ulva, dan emposan.
1. Pengetian Globalisasi
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Globalisasi
Teks tersebut membahas tentang kultur jaringan dan hidroponik. Kultur jaringan adalah cara memperbanyak tanaman dengan mengisolasi bagian tanaman seperti sel dan jaringan lalu menumbuhkannya di kondisi steril. Hidroponik adalah budidaya tanaman tanpa tanah dengan menggunakan larutan nutrisi yang disiramkan ke akar tanaman. Teks ini juga menjelaskan proses kultur jaringan, jenis media tanam hidroponik, dan contoh
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
1. Serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman melalui penularan patogen seperti jamur.
2. Jenis serangga vektor penyakit antara lain nyamuk dan lalat. Serangga ini dapat menularkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit lainnya.
3. Jamur dapat hidup sebagai parasit atau saprofit pada tanaman atau hewan lain, dan berperan sebagai patogen penyakit.
Studi budidaya ulat hongkong sebagai pakan burung dan ikan hias menunjukkan bahwa ulat hongkong kaya akan protein dan lemak serta mudah dibudidayakan. Ulat hongkong dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan burung dan ikan, meski pemberian secara berlebihan dapat menyebabkan efek negatif. Strategi pemasaran ulat hongkong melalui distributor perlu ditingkatkan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang hama dan penyakit utama pada beberapa tanaman perkebunan seperti kakao, kopi, teh, dan lada beserta penjelasan mengenai klasifikasi, morfologi, siklus hidup, gejala, dan cara pengendaliannya.
Dokumen tersebut membahas tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi, meliputi ulat grayak, wereng hijau, keong mas, tikus sawah, dan penyakit blas. Disebutkan pula gejala serangan, cara klasifikasi, dan pengendalian masing-masing organisme perusak tersebut.
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURJosua Sitorus
Dokumen tersebut membahas tentang jamur patogen dan interaksinya dengan tanaman. Jamur merupakan patogen penyebab penyakit tanaman yang paling banyak dibanding patogen lain. Jamur hidup sebagai saprofit, parasit, atau melalui simbiosis dengan tanaman. Beberapa contoh jamur patogen yang merugikan tanaman dan manusia dijelaskan.
Laporan praktikum isolasi jamur Colletotrichum dan Cercospora mendeskripsikan proses isolasi kedua jamur penyebab penyakit pada tanaman cabai dan kacang tanah. Isolasi dilakukan dengan mengambil bagian yang terinfeksi, menanamkannya pada media PDA, dan mengamati pertumbuhannya selama seminggu. Hasilnya menunjukkan Colletotrichum tumbuh lebih cepat dari Cercospora."
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan berbagai jenis pestisida dan alat aplikasi pestisida yang digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Dibahas pula mengenai mekanisme kerja masing-masing alat seperti knapsack sprayer, autometic sprayer, mist duster sprayer, swing fog, soil injection, micron ulva, dan emposan.
1. Pengetian Globalisasi
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Globalisasi
Maarten Verschuere - A perfect storm: when market research and data science meetBAQMaR
This document discusses how market research and data science can be combined to create a perfect storm of 360-degree customer insight. Customer data is collected from various sources like surveys and purchase histories and enriched with additional context to build an actionable database. Predictive modeling is then used to segment customers into groups based on patterns identified in the database.
1. Pengetian Globalisasi
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Globalisasi
Dokumen tersebut membahas struktur integumen atau ekoskeleton luar serangga. Sistem integumen terdiri atas empat lapisan utama yaitu epidermis, membran basal, kutikula, dan epikutikula. Epidermis berperan memproduksi kutikula dan membran basal sebagai pemisah antara epidermis dengan rongga tubuh. Kutikula merupakan lapisan paling tebal yang terdiri atas epikutikula, prokutikula, dan endokutikula, dimana
1. Spongospora subterranea f.sp. subterranea is a soil-borne protist pathogen that causes powdery scab disease in potato and tomato plants. It has a worldwide distribution.
2. The pathogen has an obligate biotrophic relationship with its host plants. Its life cycle involves the formation of resting spores in plant roots that release zoospores to infect new roots.
3. Infection leads to abnormal root tissues and above-ground symptoms like wilting, discoloration, and reduced yield. The pathogen poses an economic threat to potato production.
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAJosua Sitorus
1. Dokumen tersebut membahas tentang metabolit sekunder dan perananannya dalam pertahanan tanaman terhadap serangan serangga, termasuk kutin, wax, suberin, terpen, dan senyawa fenol.
2. Tanaman mengandung berbagai metabolit sekunder seperti terpen dan senyawa fenol yang berperan sebagai antibiotik alami untuk melindungi tanaman dari herbivora dan patogen.
3. Metabolit sekunder seperti minyak esensial dan senyawa fenolik
Tiga kalimat:
1. Dokumen ini mendeskripsikan anatomi saluran pencernaan larva serangga Belgica antarctica yang endemik di Antartika.
2. Saluran pencernaan terdiri dari foregut pendek, usus tengah yang lebih panjang, dan hindgut dengan empat tubulus Malpighi.
3. Studi ini menunjukkan adaptasi struktural sel epitel usus yang mungkin memfasilitasi pertukaran air cepat dengan lingkungan untuk menoleransi stres lingkungan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(i) Tanaman memiliki berbagai mekanisme pertahanan aktif dan pasif untuk melawan serangan patogen, termasuk membran, dinding sel, ledakan oksidatif, dan sintesis fitoaleksin. (ii) Tanaman dapat mengenali patogen melalui elisitor genetik dan non-genetik yang memicu respon pertahanan. (iii) Evolusi kekhususan tanaman inang dan patogen terjadi melalui interaksi antara gen av
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...Josua Sitorus
Laporan praktikum ini mendeskripsikan hasil identifikasi serangga jenis lalat buah Bactrocera umbrosa. Praktikum dilakukan untuk mengenali morfologi lalat buah dan menggunakan aplikasi Delta Inkey untuk mencocokkan fitur-fitur yang diamati dengan referensi taksonomi. Hasil identifikasi menunjukkan cocok dengan karakteristik B. umbrosa berdasarkan bentuk sayap, warna, dan struktur tubuh lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi ikan, dimulai dari pendahuluan yang menjelaskan latar belakang dan tujuan praktikum identifikasi ikan. Kemudian membahas tinjauan pustaka mengenai bagian-bagian tubuh ikan, rangka, bentuk tubuh, sirip, struktur kulit, dan klasifikasi beberapa jenis ikan seperti ikan mas, patin, nilem, lele, dan tongkol.
Teks tersebut membahas tentang keanekaragaman makhluk hidup dan klasifikasi makhluk hidup. Makhluk hidup memiliki berbagai bentuk, ukuran, dan habitat. Untuk mempelajari dan mengelompokkan makhluk hidup yang beragam, dilakukan klasifikasi dengan menempatkan makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dalam satu kelompok. Sistem klasifikasi terus berkembang dengan menambah jumlah kingdom.
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAHJosua Sitorus
Laporan praktikum ini membahas identifikasi dan taksonomi serangga jenis lalat buah. Mahasiswa melakukan pengamatan mikroskopis pada bagian tubuh dan pola warna sayap lalat buah untuk mengidentifikasi jenisnya, yaitu Bactrocera papayae, Bactrocera conformis atau Bactrocera sp. "Malaysian B". Laporan ini berisi gambar hasil pengamatan dan pembahasan kecocokan ciri-ciri lalat buah yang
This document lists 25 different fungal genera or families that are known to infect plants. Some of the more common fungal genera included are Alternaria, Fusarium, Penicillium, Rhizoctonia, and Sclerotium. A wide range of fungal types are represented from molds and mildews to rusts and smuts.
Dokumen tersebut membahas tentang interaksi hama dengan tanaman. Terdapat beberapa teori seleksi inang tanaman oleh hama seperti Teori Diskriminasi Ganda, Teori Ketidakseimbangan Nutrisi, dan Teori Seleksi Inang dari pengaruh dasar kandungan bahan kimia. Dokumen ini juga menyebutkan berbagai kasus ledakan populasi hama di Indonesia serta metode pengendalian hama secara kimiawi, hayati, dan kultur teknis.
1. Penelitian ini memetakan morfologi integumen Diaphorina citri betina dewasa menggunakan mikroskop elektron dan teknik histologi untuk mengidentifikasi daerah yang lebih rentan terhadap patogen.
2. Hasilnya menunjukkan wilayah dorsal memiliki kutikula dan sensilla lebih tebal daripada wilayah ventral, membuat wilayah ventral lebih rentan terhadap infeksi.
3. Informasi ini dapat mendukung peng
Dokumen tersebut membahas tentang hama dan penyakit penting pada tanaman cabai serta cara pengendaliannya. Disebutkan beberapa hama utama seperti thrips, lalat buah, kutu kebul, dan kutu daun yang menyebabkan kerusakan pada tanaman cabai. Juga disebutkan beberapa penyakit seperti layu fusarium, penyakit bakteri, antraknosa, dan virus yang merugikan tanaman cabai. Dijelaskan gejala dan cara pengendal
Praktikum ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak kencur sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama kecoa. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kencur tidak efektif membunuh kecoa, meskipun kecoa menjadi lemas setelah terkena ekstrak."
Jurnal ini membahas tentang pengenalan ordo Lepidoptera khususnya ulat api (Setora nitens). Ulat api termasuk famili Limacodidae dari ordo Lepidoptera. Ulat ini tidak berkaki meskipun memiliki struktur mirip mangkuk pengisap di bagian ventral. Ulat api merupakan hama penting tanaman kelapa sawit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi nematoda entomopatogen (NEP) dari Pulau Madura yang tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan, untuk mengendalikan hama tembakau Heliothis asulta dan Spodoptera litura. Metode yang digunakan meliputi isolasi NEP dari tanah, identifikasi NEP hasil isolasi, uji screening NEP terhadap hama, produksi massal NEP, dan pengujian efektivitas NEP di rumah kaca dan lapangan. Dihar
Ringkasan dokumen:
Jurnal ini membahas pengenalan dua jenis serangga dari ordo Hemiptera yaitu Leptocorixa acuta (walang sangit) dan Nezara viridula (kepik hijau). Dibahas morfologi, siklus hidup, gejala serangan, dan pengendaliannya terhadap tanaman padi dan kedelai. Praktikum dilaksanakan di laboratorium dengan mengamati morfologi masing-masing serangga.
PKM PE: Studi Habitat dan Fenetik Taksonomi Mudskipper Sebagai Upaya Konserva...UNESA
Proposal ini membahas studi habitat dan fenetik taksonomi ikan Mudskipper di Pantai Kenjeran Surabaya. Tujuannya adalah mengidentifikasi jenis ikan Mudskipper berdasarkan karakter morfologi dan lingkungan hidupnya."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Laporan praktikum identifikasi serangga pada tanaman cabai di kebun percobaan hama dan penyakit tanaman Universitas Padjadjaran.
2) Diidentifikasi 8 jenis serangga yang ditemukan pada tanaman cabai beserta morfologi, siklus hidup, dan cara pengendaliannya.
3) Serangga-serangga tersebut antara lain belalang kayu, walang sangit, kepik, kutu daun, l
Buku ini merangkum hasil penelitian tanaman obat yang dilakukan di beberapa perguruan tinggi di Indonesia antara tahun 1994-1997. Buku ini berisi abstrak dari 562 penelitian tanaman obat dan mencakup indeks nama latin tanaman serta indeks nama penulis.
Kangkung darat tumbuh dengan baik selama 5 minggu praktikum. Jumlah daun dan tinggi tanaman meningkat setiap minggunya. Pada minggu ke-5, jumlah daun mencapai rata-rata 34 dan tinggi tanaman mencapai rata-rata 22 cm. Luas daun dihitung untuk mengukur indeks luas daun.
1. Dokumen tersebut membahas identifikasi hama ulat pada tanaman kubis di Kabupaten Magetan sebagai sumber belajar biologi.
2. Beberapa jenis hama ulat yang menyerang tanaman kubis di antaranya adalah ulat tritip, ulat krop, ulat krop bergaris, dan ulat grayak.
3. Hasil identifikasi akan dijadikan poster sebagai sumber belajar tentang hama dan penyakit tumbuhan untuk siswa SMP.
Dokumen tersebut memberikan pedoman teknis budidaya kentang mulai dari persyaratan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, hama penyakit dan panen. Kentang dapat dibudidayakan pada ketinggian 1.000-3.000 m dpl dengan curah hujan 1500 mm/tahun menggunakan umbi bibit berat 30-50 gram dan varietas unggul. Teknik budidaya mencakup pemupukan, penanaman jarak 80x40 cm, pemeliharaan
Fungi ditempatkan dalam kingdom tersendiri berdasarkan ciri-ciri khususnya. Makalah ini membahas tentang perbedaan fungi dari organisme lain dan pengklasifikasiannya ke dalam divisi, kelas, dan bangsa berdasarkan karakteristik morfologi dan filogenetiknya.
Similar to IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS (20)
Dokumen tersebut membahas tentang tiga jenis jamur yaitu Ganoderma, Armillaria, dan Fomes. Ganoderma adalah jamur saprofit dan parasit yang dapat menyebabkan busuk akar dan batang pada tanaman. Armillaria adalah jamur parasit yang hidup pada pohon dan semak berkayu yang dapat menyebabkan "busuk putih" pada akar hutan. Fomes adalah jamur kayu yang tumbuh menempel pada batang pohon dan memiliki bentuk seperti
Dokumen tersebut membahas tentang tiga jenis jamur, yaitu Penicillium, Paecilomyces, dan Aspergillus. Penicillium adalah jamur yang membentuk konidium dan digunakan untuk memproduksi antibiotik penicillin. Paecilomyces adalah jamur filamen yang ditemukan di tanah dan tanaman busuk, sementara Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen dan konidiospora yang dapat ditemukan di berbagai lingkungan.
Dokumen ini membahas tentang resistensi pertahanan tanaman terhadap serangga. Ada dua jenis mekanisme pertahanan tanaman, yaitu pertahanan pasif yang tidak tergantung infeksi patogen dan terdiri atas mekanisme fisik dan biokimia, serta pertahanan aktif yang hanya muncul saat tanaman diinfeksi. Faktor tanaman, serangga, dan lingkungan mempengaruhi ketahanan tanaman, yang dapat berupa ketahanan ekologis, genetis
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAJosua Sitorus
Workshop dan seminar Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bandung membahas identifikasi dan pengendalian lalat buah, termasuk teknik-teknik seperti sanitasi, karantina, pengasapan, dan perangkap lem. Diskusi juga menyentuh implikasi perdagangan internasional terhadap persyaratan kesehatan tanaman seperti yang diatur dalam SPS-WTO serta upaya memenuhi standar tersebut agar akses pasar produk hortikultura dapat terbuka."
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
1. 1
LAPORAN PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
JOSUA CRYSTOVEL
150320160005
Dosen:
Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D
PASCASARJANA AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
2. 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
PENDAHULUAN .....................................................................................................................3
Latar Belakang .......................................................................................................................3
Tujuan.....................................................................................................................................4
METODOLOGI.........................................................................................................................5
Lokasi dan Waktu Praktikum.................................................................................................5
Alat dan Bahan.......................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
Hasil Praktikum......................................................................................................................6
Aphididae ...............................................................................................................................6
Identifikasi Foto Menggunakan Mikroskop...........................................................................8
Kutu Daun Myzus Persicae..................................................................................................10
Morfologi/Bioekologi.......................................................................................................10
Gejala Serangan................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
3. 3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kutu daun menyerang berbagai macam tanaman termasuk kubis dengan cara
menghisap cairan daun sehingga mengakibatkan daun keriput, berwarna kekuningan, dan
terpuntir. Akibat lebih jauh adalah dapat mengakibatkan kerdilnya pertumbuhan tanaman.
Hama kutu daun merupakan vektor yang dapat menularkan penyakit, yaitu embun jelaga dan
virus, serta dapat mengundang dsemut. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida yang berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos secara bergantian. Kutu
daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda
tanaman kubis. Ia mengisap cairan daun, pucuk tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain
sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya berlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.
Melalui angin kutu ini menyebar menyebar keareal kebun. Efek dari kutu ini menyebabkan
tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil. Kutu ini mengeluarkan cairan manis
yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga
menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Kutu (Aphids) mengeluarkan cairan manis yang disebut (honeydew) yakni zat lengket
seperti gula (mirip pada buah melon). Untuk memenuhi kebutuhan protein, si kutu menyerap
sejumlah besar getah (tanaman) dan mengeluarkan kelebihan karbohidratnya. Maka dari itu
sangat dianjurkan tidak memberikan pupuk tanaman secara berlebihan, supaya kutu tidak bisa
dapat makanan.
Sedikitnya ada 4.400 spesies dari 10 keluarga kutu (Aphid) yang telah diketahui. Secara
historis, keluarganya jauh lebih sedikit, karena sebagian besar species termasuk ke dalam
keluarga Aphidae. Sekitar 250 spesies merupakan hama serius bagi pertanian dan hutan.
Hasil survai di beberapa lokasi sentra sayur kota Palembang menunjukkan bahwa kutu daun
dapat menyebabkan tanaman kerdil, daun keriting, menggulung dan mozaik. Pada kasus yang
ekstrim, kutu daun yang berkoloni dapat mengugurkan daun dan buah .
Konservasi agen-agen biologi kontrol pada tanaman pangan monokultur semusim sulit
dilakukan, karena lingkungan habitat musuh alami seperti predator terganggu. Perubahan
pola tanam dengan pertanian organik dapat membantu konservasi musuh alami. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan populasi Kutu daun adalah keberadaan musuh alami seperti
predator, parasitoid dan entomopatogen. Sebaiknya mempertahankan musuh alami kutu daun
diperantarai dengan cara memanipulasi habitat sekitar tanaman budidaya. Keanekaragam
4. 4
tumbuhan yang berada di sekitar tanaman budidaya mempengaruhi kehadiran predator dan
parasitoid kutu daun (Hochberg dan Ives, 2000).
Kutu daun dapat menusukkan bagian mulutnya ke daun, tunas dan batang, lalu
mengisap nutrisi tumbuhan inang. Tunas-tunas yang dimakan daunnya menjadi terganggu.
Pada kepadatan yang tinggi, kutu daun dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan layu.
Kerusakan pada ujung tumbuhan dapat mengurangi jumlah bunga. Kutu daun tidak hanya
mengisap sari makanan tanaman, tetapi juga sebagai agen penyebar penyakit virus.
Penggunaan insektisida oleh petani menyebabkan kutu daun menjadi resisten dan mematikan
musuh alaminya. Agroekosistem yang baik, yaitu banyak ditemukan musuh alami kutu daun,
namun karena tanaman semusim konservasi musuh alami di agroekosistem sayur sulit
dilakukan.
Tujuan
Tujuan pengamatan praktikum ini dengan materi “Identifikasi dan taksonomi serangga
jenis kutu daun pada tanaman kubis” adalah:
• Menambah wawasan tentang pemahaman secara langsung jenis apa kutu daun yang
menyerang dan terdapat pada tanaman kubis.
• Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh lebih spesifik
serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan
penglasifikasian/identifikasi di lapangan mengenai kutu daun.
• Mengenali gejala secara langsung akibat jenis-jenis serangga yang bersifat
merugikan bagi tanaman kubis yang disebabkan kutu daun.
5. 5
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Praktikum
Kegiatan Praktikum ini dilaksanakan di Laboratium Entomologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat pada hari Sabtu, 3 Desember
2016.
Alat dan Bahan
Pengamatan dilakukan secara menggunakan peralatan dan bahan cukup sederhana di
Ruangan Laboratium Entomologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yaitu:
a. Alat :
- Mikroskop
- Gelas
- Potongan Kertas
- Buku Identifikasi
Aphids on the World's Crops: An Identification and Information Guide, 2nd Edition
(Blackman and Eastop, 2000)
- Buku
- Kuas
- Alat Tulis
- Kamera Handphone
b. Bahan :
- Air Panas
- Potongan daun Kubis yang terdapat serangga kutu daun
6. 6
PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
Gambar 1. Buku yang identifikasi yang digunakan saat praktikum
Identifikasi serangga kutu daun menggunakan buku acuan Aphids Of The World’s
Crops (Blackman and Eastop, 2000) dan beberapa literatur lain. Identifikasi dilakukan
dengan cara mencocokan sampel yang diperoleh di lapangan dengan gambar spesies yang
terdapat pada buku referensi di atas.
Kegiatan Praktikum ini dilaksanakan di Laboratium Entomologi pada hari Sabtu
tanggal 3 Desember 2016. Berikut adalah foto identifikasi kutu daun menggunakan
mikroskop:
Gambar 2. Serangga kutu daun jenis Famili Aphididae daun kubis
Aphididae
Ciri-cirinya :
Pada Famili Aphididae tubuh lunak berbentuk buah pear, panjang tubuh 4-8 mm.
Umumnya berwarna hijau. Antena panjang, 3-7 ruas, tidak aktif. Kaki panjang dan ramping,
tidak untuk melompat, mempunyai bangunan seperti tanduk sangat kecil di ujung abdomen.
7. 7
Ada yang bersayap dan ada yang tidak. Ditemukan di batang, daun, bunga dan kadang-
kadang kulit buah berbagai tanaman (khususnya yang muda). Nimfa yang baru lahir langsung
menghisap cairan tanaman secara bergerombol.
Buku Panduan:
Cabbage Brassica oleracea
Six aphid species recorded form cabbage are inciud in the key:
Brevicoryne brassicae Pemphighus populitrabsversus
Lipaphis pseudobrassicae Smynthurodes betae
Myzus ascolonicus. M. Persicae
[Aphsi gssypii has been occasionally recorded form cabbage, but is not included inthe key.]
1. Terminal process of anntena longer than base of last antennal segment. Siphunculi
present. (on aerial parts)
- Terminal process of antenna much shorter than base of last anntennal segment (figs
18.,b). Siphunculi absent. (On roots)
2. Siphunchuli pale, more than 1.5 times longer than cauda. Antennal tubercles well-
developed (e.g. Fig f, g)
- Siphunculi dusky or dark, less than 1.5 times longer than cauda. Antennal
tuberclespoorly developed (e.g. Fig. 5c)
3. Siphunculi a little longer than antennal segment III, with minimum diameter of
proximal part greater than midlle diameter of hind tibia (Fig. 18d). Antennal tubercles
with inner faces converegent in dorsal view (e.g. Fig. 23b)
Myzus persicae
- Siphunculi shoter than antennal segment III, an minimum diameter of proximal part a
litlle less than midlle diameter of hind tibia (Fig. 18e) inner faces of antennal tubercles
nearly parrarel in dorsal view ( Fig. 23a)
Myzus ascolonicus
4. Cauda broadly triangular in dorsal view (Fig. 18f). Antennal segment III 2.5-3.7 times
longer than siphunchulus
Brevicoryne brassicae
8. 8
- Cauda tongue-shaped (Fig. 18g). Antennal segment III 1.2-1.7 times longer than
shipunchulus
Lipaphis pseudobrassicae
5. Body and appendages with numerous hairs. Wax pore-plates on posteriorabdominal
segments (Fig. 18h)
Pemphighus populitrabsversus
Gambar 3. Buku panduan dari bentuk siphunculi dan kauda serangga
Identifikasi Foto Menggunakan Mikroskop
Gambar 4. Identifikasi panjang antena dan bentuk antena
9. 9
Gambar 5. Identifikasi bentuk kepala dan antena serangga
Gambar 6. Identifikasi bentuk shipunculi
Gambar 7. Identifikasi bentuk dan warna kauda
Hasil kecocokan identifikasi buku acuan Aphids Of The World’s Crops (Blackman and
Eastop, 2000):
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Genus : Myzus
Spesies : Myzus persicae
10. 10
Kutu Daun Myzus Persicae
Kutu Daun Myzus Persicae merupakan hama utama pada tanaman, bersifat polyfag,
hampir semua jenis tumbuhan terserang oleh serangga ini. Tingkat kerusakan yang
ditimbulkan mulai dari sedang hingga tinggi. Pada serangan berat, bisa mengakibatkan gagal
panen. Kutu Daun Myzus Persicae merupakan serangga vektor penular berbagai jenis virus
pada tanaman, sehingga keberadaannya sangat membahayakan petani.
Anggota family Aphididae ini selalu berwarna hijau ketika fase bersayap (dewasa).
Sedangkan pada fase aptarae bisa berwarna kuning, hijau atau merah. Keturunannya
mengikuti warna induknya. Siklus hidupnya identik dengan family aphididae lain (Kutu Daun
Aphis Gossypii). Serangga betina bersifat partenogenesis, mampu menghasilkan keturunan
meskipun tanpa kehadiran serangga jantan. Kutu betina bagaikan mesin, akan menghasilkan
keturunan setiap 20 menit. Kutu Daun Myzus Persicae menjadi momok bagi petani, terutama
petani hortikultura.
Resiko kerugian akibat serangan hama ini sangat tinggi, karena menjadi penular virus.
Jika populasi tidak terkendali, area pertanaman bisa habis tertular virus. Beberapa jenis
tanaman terserang antara lain kentang, tembakau, cabe, tomat, terung, jagung, kacang
panjang, buncis, semangka, melon, timun, anggrek, jambu, jeruk, dll.
Morfologi/Bioekologi
Di Indonesia serangga ini tidak bertelur tetapi melahirkan nimfa (kutu daun
muda/pradewasa). Kutu daun umumnya hidup dalam koloni pada bagian tanaman yang masih
muda. Kutu daun tinggal pada bagian bawah daun, batang bunga, bakal bunga dan dalam
lipatan daun yang keriting. Kerusakan terjadi karena nimfa dan imago mengisap cairan daun.
Tubuh nimfa berwarna kuning pucat, hijau, merah jambu, atau merah yang biasanya
bercampur di dalam suatu koloni dengan panjang tubuh instar terakhir 0,8 –1,0 mm. Fase
dewasa kutu daun ada dua bentuk, yaitu bentuk bersayap/alatae dan bentuk tidak
bersayap/apterae. Imago bersayap biasanya muncul kalau populasi sudah padat dan
sumberdaya yang ada tidak mendukung lagi. Mereka berperan untuk melakukan pemencaran.
Tubuh imago bersayap berwarna hitam atau abu – abu gelap, sementara yang tidak
bersayap berwarna merah, kuning atau hijau. Panjang tubuh 2 mm; pada fase dewasa kutu
daun ini panjang antena = panjang tubuh. Tubuh imago tidak bersayap berwarna hijau
keputihan, kuning hijau pucat, abu - abu hijau, agak hijau, merah atau hampir hitam. Warna
tubuh hampir seragam dan tidak mengkilap. Imago bersayap memiliki bercak pada bagian
11. 11
punggunggnya, ukuran panjang tubuh antara 1,2 – 2,1 mm. Siklus hidup 7 – 10 hari, dan
seekor kutu dapat menghasilkan keturunan 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai
2 bulan.
Gejala Serangan
Biasanya terdapat sekumpulan serangga terutama pada daun muda. Pertumbuhan tunas
akan terganggu, daun mengerupuk, tanaman tampak mengerdil. Serangan pada bunga dapat
mengakibatkan kerontokkan. Serangga ini tergolong sangat rakus, bagian tanaman yang
sudah terpotong tetap dihisap cairannya. Biasanya bersembunyi pada permukaan daun bagian
bawah atau pada lipatan tunas yang baru tumbuh. Pada tanaman kentang, kutu daun lebih
berperan sebagai pembawa virus daripada sebagai serangga hama.
Dampak langsung serangan : Gejala awal berupa bercak kering pada daun dan
menyebabkan tanaman mengering, keriput, tumbuh kerdil, warna daun kekuningan,
terpelintir, layu dan mati. Kutu biasanya berkelompok di bawah permukaan daun, menusuk
dan menghisap cairan daun muda serta bagian tanaman yang masih muda (pucuk). Eksudat
yang dikeluarkan kutu mengandung madu, sehingga mendorong tumbuhnya cendawan
embun jelaga pada daun yang dapat menghambat proses fotosintesa. Kerugian yang
ditimbulkan oleh kutu daun persik sebagai hama langsung maupun sebagai vektor virus dapat
mencapai 25 – 90%.
Dampak secara tidak langung : kutu daun merupakan vektor lebih dari 150 strain virus,
terutama penyakit virus menggulung daun kentang (PLRV) dan PVY (Potato Virus Y).
Hama ini bersifat polifag, dengan lebih dari 40 famili yang berbeda yang menjadi
inangnya, antara lain famili Brassicaceae, Solanaceae, Poaceae, Leguminosae, Cyperaceae,
Convolvulaceae, Chenopodiaceae, Compositae, Cucurbitaceae and Umbelliferae. Inang
lainnya selain kentang antara lain kubis, tomat, tembakau, petsai, sawi, terung, ketimun,
buncis, semangka, jagung, jeruk, dan kacang – kacangan.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Auclair, J. L. 1963. Aphid’s fedding and nutrition. Ann. Rev. Entomology.
Blackman, R.L and V.F. Eastop. 1985. Aphids on The World’s Crops. Departemen of
Entomology. British Museun Natural History. New York.
Herlinda, S., Irwanto, T., Adam, T. dan Irsan, T. 2009. Perkembangan populasi
Aphisgossypii Glover (Homoptera: Aphididae) dan kumbang lembing pada
tanamancabai merah dan rawit di Inderalaya. Makalah Seminar Nasional
PerlindunganTanaman, Bogor, 5-6 Agustus 2009.
Hochberg, M.E., Ives, A.R. 2000. Parasitoid population biology. Princeton UniversityPress
Princeton and Oxford. New Jersey. United Kingdom.
Jumar. 2000. Etomology Pertanian. Jakarta. Rineka Cipta.
Mau. F. L. Ronald and Jaima L. Martin Kessing: Myzus persicae Sulzer http://www. Extento.
Hawai. Edu/ Kbase/Crop/Type/ myzus.
Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 418 hal.
Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta 147 hal.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 273 hal