SlideShare a Scribd company logo
Jenis-jenis dan golongan OPT/OPTK
(Patogen)
PASAR BEBAS DAN OPTK
• Sistem ekonomi berpaham perdagangan bebas dalam
era globalisasi yang bertujuan menghilangkan
kebijakan ekonomi proteksionisme
• Era perdagangan bebas, terutama Perdagangan
komoditas pertanian yang merupakan media
pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK), akan meningkatkan risiko
masuknya OPTK ke dalam suatu negara.
• Ketentuan karantina tumbuhan terhadap pemasukan
media pembawa OPTK ke suatu negara diserahkan
kepada otoritas negara ybs didasarkan pada justifikasi
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan,
transparan, tidak diskriminasi, dan ditujukan untuk
melindungi kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan yang mengacu pada ketentuan, standar,
dan rekomendasi internasional.
• Media pembawa OPTK yang diproduksi di area bebas OPTK
(Pest Free Area atau PFA) tertentu di negara asal yang
dikirim ke Indonesia, di tempat pemasukan tidak dikenakan
tindakan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi OPTK
tersebut
• Terhadap media pembawa tersebut dibebaskan dari
persyaratan sebagai kewajiban tambahan atas OPTK
tertentu tersebut.
• Status area bebas OPTK tertentu tersebut harus terlebih
dahulu diakui oleh Indonesia atas permohonan negara asal
• Prosedur pengakuan area bebas OPTK tertentu mengacu
kepada standar dan rekomendasi yang diterbitkan oleh
Sekretariat International Plant Protection Convention
(IPPC).
National Plant Protection Organization/NPPO
(Organisasi Perlindungan Tumbuhan Nasional),
• Di Indonesia terdapat beberapa organisasi
NPPO dan focal point nya adalah Badan
Karantina Pertanian
• PFI (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia),
PEI (Perhimpunan Entomologi Indonesia),
Pernemi (Perhimpunan Nematologi
Indonesia), Peragi (Perhimpunan Agronomi
Indonesia, termasuk urusan gulma)
OPT DAN OPTK
1.Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah semua
organisme yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan;
2.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina adalah
semua Organisme PengangguTumbuhan yang
ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya
kedalam dan tersebarnya di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia;
3.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
Golongan I adalah Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina yang tidak dapat
dibebaskan dari Media Pembawanya dengan
cara perlakuan
4.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
Golongan II adalah semua Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina yang dapat
dibebaskan dari Media Pembawanya dengan
cara perlakuan
Golongan OPTK
Kategori OPTK
• Kategori A1 yaitu jenis-jenis organisme
pengganggu tumbuhan karantina yang belum
terdapat di dalam Wilayah Negara Republik
indonesia.
• Kategori A2 yaitu jenis-jenis organisme
pengganggu tumbuhan karantina yang sudah
terdapat di dalam Wilayah Negara Republik
Indonesi
• 5.Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting
adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan
selain Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina, yang keberadaannya pada benih
tanaman yang dilalulintaskan dapat
menimbulkan pengaruh yang merugikan
secara ekonomis terhadap tujuan penggunaan
benih tanaman tersebut dan ditetapkan oleh
Menteri untuk dikenai tindakan Karantina
Tumbuhan
MEDIA PEMBAWA OPTK
• Media Pembawa Organisme Pengganggu
Tumbuhan yang selanjutnya disebut Media
Pembawa adalah tumbuhan dan bagian-
bagiannya dan/atau benda lain yang dapat
membawa Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina
• Karantina membatasi kebebasan
perdagangan bahan tanaman
• Pembatasan ini bertujuan untuk melindungi
kepentingan masyarakat banyak
Persyaratan Karantina Tumbuhan
• Setiap Media Pembawa yang dimasukkan kedalam
wilayah Negara RepublikIndonesia, wajib:
• a. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari
negara asal dan negara transit bagi tumbuhan dan
bagian-bagiannya, kecuali Media Pembawa yang
tergolong benda lain;
• b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditetapkan;
• c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
KarantinaTumbuhan ditempat-tempat pemasukan
untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan
• Kewajiban tambahan berupa persyaratan
teknis dan/atau kelengkapan dokumen yang
ditetapkan berdasarkan analisis Organisme
Pengganggu Tumbuhan
• Produk pertanian akan semakin dibutuhkan di
masa mendatang
• Globalisasi diikuti oleh lalu-lintas produk
pertanian akan semakin ramai
• Oleh karenanya, peran karantina tumbuhan
semakin strategis
Contoh-contoh OPTK
Acidovorax avenae subsp.citrulli (Gol I Katagori A1)
Inang Media Pembawa Daerah Sebar
(P): Cucumis melo
(melon, melon),
Citrullus vulgaris
(semangka,
watermelon),
Cucurbita maxima
(waluh, labu parang,
pumpkin), Cucumis
sativus (mentimun,
cucumber)
benih/biji
(seed/grain), buah
(fruit), batang (stem)
Asia: .
:
Oceania: , Guam,
Northern
P.carotovorum var.
atrosepticum ,
Gol I Kategori A1
(P): Solanum tuberosum
(kentang, potato)
(S): Saccharum
officinarum (tebu,
sugarcane), Brassica ceae,
Allium ascalonicum
(bawang merah, shallot),
Asparagus officinalis
(asparagus, asparagus),
Carica papaya (pepaya,
pawpaw), Coffea spp.
(kopi, coffee), Cucumis
sativus (mentimun,
cucumber), Daucus carota
(wortel, carrot), Glycine
max(kedelai, soybean),
Helianthus annuus (bunga
matahari, sunflower), Iris
spp., Lycopersicum
esculentum (tomat,
tomato), Musa spp.
(pisang, banana),
Nicotiana tabacum
(tembakau, tobacco),
Vigna spp. (buncis,
cowpea), Zea mays
(jagung, corn, maize).
umbi (tuber/corm), daun
(leaf), akar (root), batang
(stem), bagian lain dari
tanaman (other part of
plant), tanah (soil).
Europe: Austria, Bulgaria,
Cyprus, Czech, Slovakia,
Denmark, Estonia,
Finland, France, Germany,
Greece, Iceland, Ireland,
Italy, Latvia, Lithuania,
Malta, Netherlands,
Norway, Poland, Portugal,
Romania, Russian
Federation, Spain,
Sweden, Switzerlands, UK,
Yugoslavia.
Asia: , , PR
of , , , , , , , , , .
Africa: , , , , , , , , .
America: Argentina,
Belize, Bermuda, Bolivia,
Brazil, Canada, Chile,
Colombia, Costa Rica,
Cuba, Dominican Republic,
France West Indies,
Guadeloupe, Honduras,
Martinique, Mexico, Peru,
St. Lucia, Grenadines,
Suriname, Trinidad,
Tobago, USA.
Oceania: Australia, New
Zealand.
Ascochyta
boltshauseri
(Gol I Kategori A1)
African cassava mosaic bigeminivirus (ACMV)
Gol 1 Kategori A1
Lihat Daftar PDF utk OPTK
Bakteri, Jamur, dan Virus
Antisipasi & Pengelolaan OPTK
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI
PERTANIAN
NOMOR :
09/Permentan/OT.140/2/2009
TANGGAL : 6 Februari 2009
TATACARA PELAKSANAAN
ANALISIS RISIKO ORGANISME
PENGGANGGU TUMBUHAN (AROPT)
Pengertian Umum
a. Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, pulau,
atau kelompok pulau di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
b. Komoditas adalah jenis tumbuhan, hasil tumbuhan,
atau bahan lain yang dipindahkan/diangkut dari suatu
tempat ke tempat lain untuk perdagangan atau tujuan
lain.
c. Area Bebas OPT adalah suatu area yang tidak
terjangkit OPT tertentu yang didukung bukti-bukti ilmiah
yang layak, dan berada dalam pengendalian resmi oleh
pemerintah.
d. Tempat Produksi Bebas OPT adalah suatu tempat
produksi yang tidak terjangkit OPT tertentu yang
didukung oleh bukti ilmiah yang layak dan berada
dalam pengendalian resmi untuk periode yang
ditentukan.
e. Penilaian Risiko OPT adalah penilaian terhadap peluang
masuknya dan penyebaran OPT serta konsekuensi yang
berkaitan dengan potensi ekonomi.
f. Pengelolaan Risiko OPT adalah penentuan pilihan-
pilihan pengelolaan risiko OPT untuk menghilangkan
atau mengurangi masuknya, menet apnya, dan
menyebarnya OPT ke suat u area baru.
Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan
(AROPT)
• AROPT merupakan metode yang sangat penting di dalam
menentukan st at us suat u OPT dan menent ukan
persyarat an maupun tata cara pelaksanaan tindakan
karantina tumbuhan yang harus dilakukan bagi importasi
komoditas pertanian yang memiliki risiko membawa suatu
OPT/OPTK.
• Pencegahan masuknya OPT/OPTK melalui pemasukan
media pembawa ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia dilakukan dengan menetapkan persyaratkan
teknis terhadap pemasukan media pembawa tersebut
berdasarkan hasil kajian secara menyeluruh suatu OPT
melalui AROPT
g. Karantina Pasca Masuk adalah tindakan karantina yang
dilakukan terhadap suatu barang kiriman setelah
masuk.
h. Tindakan Karantina Tumbuhan di Negara Asal adalah
tindakan sertifikasi dan/atau kliren yang dilaksanakan di
negara asal di bawah pengawasan/supervise petugas
NPPO negara tujuan.
i. Pelarangan adalah peraturan phytosanitari yang
melarang pemasukan atau perpindahan/pengangkutan
komoditas atau OPT tertentu.
PENYUSUNAN AROPT
.
• Dalam penyusunan AROPT diperlukan
informasi-informasi penting terkait dengan
status komoditas yang akan diimpor, data
serangan dan daerah sebar OPT pada suatu
komoditas di negara asalnya.
• Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh
melalui Lembaga atau Organisasi Perlindungan
Tanaman (NPPO) negara asal komoditas atau
dari sumber-sumber lain yang kredibel.
PENILAIAN RISIKO
Ketegorisasi/Penggolongan OPT.
Kategorisasi OPT dilakukan melalui proses pengujian
terhadap semua OPT yang informasinya telah dihimpun
berdasarkan kriteria tertentu untuk dapat ditentukan
sebagai OPTK sesuai dengan definisinya, mencakup
antara lain:
a. Identitas OPT (Klasifikasi dan tata nama).
b. Identitas OPT adalah penggolongan OPT berdasarkan
klasifikasi ilmiah:
- Bakteri, cendawan, nematoda, dan serangga meliputi:
kingdom, filum, klas, ordo, famili, genus, spesies.
- Virus meliputi: famili, genus, spesies.
Penilaian OPT
• Penilaian dilakukan terhadap setiap individu
OPT yang berpotensi sebagai OPTK dan dibagi
kedalam 8 kriteria yang akan dinilai.
• Informasi tentang 8 kriteria untuk masing-
masing OPT yang akan dinilai, dapat diperoleh
dari referensi ilmiah yang tersedia.
• Apabila informasi sulit diperoleh, maka
penilaian dapat dilakukan dengan
menganalogikan pada kasus serupa, atau
mempergunakan informasi ilmiah lain yang
secara logika dibenarkan.
• Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor
38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-Jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II
Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media
Pembawa dan Daerah Sebarnya, merupakan
sumber i nf ormasi penti ng yang ti dak bol eh
di abai kan.
• Daftar OPT yang sudah terdapat di Indonesia
(pest list) pada tanaman pangan, tanaman
perkebunan dan tanaman hortikultura juga
sangat diperlukan.
Delapan kriteria penilaian OPT
A. Kemampuan reproduksi dan dispersi (penyebaran)
Faktor yang dinilai:
1). Penyebaran secara pasif
Kategori penilaian:
- Disebarkan oleh faktor abiotik: angin, air, alsintan,
alat angkut, tanah atau media pertumbuhan lainnya dan bahan
pembungkus;
- Disebarkan oleh faktor biotik: benih, bagian tanaman untuk
tujuan perbanyakan, vektor yang ada di Indonesia (serangga,
cendawan dan nematoda), manusia dan hewan.
2). Penyebaran secara aktif (terbang, loncat, dll).
Pergerakan OPT secara aktif menginfeksi atau menyerang
tanaman inangnya.
B. Tingkat kesulitan membebaskan media
pembawa dari OPT (P)
Kategori penilaian:
- Dapat dibebaskan .
- Tidak dapat dibebaskan
C. Dampak secara ekonomi dan sosial (Ek)
Kategori penilaian:
- nilai penting ekonomis dari komoditas yang akan diimpor
dan tanaman inang berpotensi (potential hosts);
- mengurangi hasil t anaman i nang, mort alit as tanaman
dan sebagai vektor patogen lain;
- mengurangi nil ai komodit as (mengurangi harga
produksi, harga
- pasar atau keduanya);
- kehilangan pasar atau kerugian pasar;
- kehilangan lapangan kerja;
- besarnya biaya pengendalian
D. Kemampuan bertahan hidup (B)
Kategori penilaian:
- Memiliki struktur bertahan (antara lain: sklerotia,
klamidosopra, spora seksual, spora bakteri, sista, telur
serangga hama, pupa, biji, miselium resisten).
- Bersifat saprofit fakultatif (tanah, sisa tanaman, media
lain).
- Memiliki inang lain (alternative host) dan inang antara
(alternate host) di area AROPT.
- Bertahan dalam tubuh vektor atau bertahan dalam
saluran pencernaan ternak.
- Bersifat laten pada benih (biji/bibit) atau tanaman.
E. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan OPT
Kategori penilaian:
- Lingkungan biotik: musuh alami, tanaman inang;
- Lingkungan abiotik: suhu, kelembaban relatif (RH),
cahaya, curah hujan, angin, iklim, altitude dan
latitude, kondisi tanah (fisik dan kimia).
F. Inang potensial yang ada di Indonesia (I)
Inang utama, Inang sekunder, dan Inang liar OPT yang
terdapat di Indonesia.
G. Tingkat kesulitan eradikasi pasca masuk (incursion)
(Er)
Kategori penilaian:
- Tidak dapat dieradikasi.
- Dapat dieradikasi akan tetapi sulit.
- Mudah dilakukan eradikasi.
H. Kemampuan deteksi (D)
Kategori penilaian:
- Belum tetapi terbatas dalam sarana dan prasarana;
- Mampu mampu melakukan deteksi;
- Mampu melakukan deteksi.
Faktor yang berpengaruh dalam penilaian, kategori penilaian dan
skoring
Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Kemampuan
Reproduksi dan
Dispersi/menyebar
(M)
a. Menyebar secara
pasif
b. Menyebar secara
aktif (terbang,
loncat, dll.)
a. Disebarkan oleh
_ngina abiotik:
_ngina, air, alsintan, alat
angkut,
tanah dan media
pertumbuhan
lainnya, bahan
pembungkus
b. Disebarkan oleh
_ngina _ngina;
benih, bagian tanaman
untuk
tujuan perbanyakan,
_ngina
(serangga, nematode,
cendawan), manusia
dan hewan
3
2
1
Bila penyebaran melalui benih
(bagian tanaman untuk bahan
perbanyakan), _ngina, air, tanah,
vector, (serangga, nematode,
cendawan) dan dapat menyebar
secara aktif
Bila disebarkan oleh manusia,
hewan dan media pertumbuhan
Bila disebarkan oleh alsintan,
alat
angkut, bahan pembungkus
Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Tingkat kesulitan
dapat dibebaskan
membebaskan
media
pembawa dari
OPT/OPTK
Dampak Ekonomi
dan sosial (Ek)
a. Tidak dapat dibebaskan
b. Dapat dibebaskan
a. Nilai ekonomi komoditi
yag akan diimpor
b. Mengurangi hasil
tanaman inang, kematian
dan sebagai vektor
c. Mengurangi nilai
komoditi (harga produksi,
harga pasar atau keduanya)
d. Kehilangan pasar atau
kerugian pasar
e. Kehilangan lapangan
kerja
3
2
1
3
2
1
Tidak dapat dibebaskan
Hanya dapat dibebaskan dengan
lebih dari 1 jenis perlakuan/sulit
Dibebaskan
Dapat dibebaskan dengan 1 jenis
perlakuan/mudah dibebaskan
Bila memenuhi 3-5 kategori
Penilaian
Bila memenuhi 2 kategori
Penilaian
Bila memenuhi 1 kategori
penilaian
Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Kemampuan
bertahan
hidup
a. Memiliki struktur bertahan
(sklerotium, klamidospora,
spora seksual, spora bakteri,
sista, telur , pupa, biji,
miselium seristen, dll.)
b. Bersifat saprofit fakultatif
(tanah, sisa tanaman, media
lainnya)
c. Memiliki inang alternatif
(alternative hosts) dan inang
antara (alternate hosts)
d. Bertahan pada tubuh
vektor, atau di dalam saluran
pencernaan hewan
e. Bersifat laten pada benih
(biji/bibit) atau pada
tanaman
3
2
1
Bila memenuhi 3-5 kategori
Penilaian
Bila memenuhi 2 kategori
Penilaian
Bila memenuhi 1 kategori
penilaian
Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Lingkungan
yang
mempengaruhi
perkembangan
OPT
a. Lingkungan biotik: musuh
alami,
tanaman inang, dll.
b. Lingkungan abiotik: suhu,
kelembaban relatif, cahaya,
curah
hujang, angin, iklim, altitude,
latitude, kondisi tanah (fisik
dan
kimia)
3
2
1
Sesuai dengan kondisi
lingkungan biotik dan abiotik di
seluruh area pertanaman di
Indonesia
Sesuai dengan kondisi
lingkungasn biotik dan abiotik di
sebagian area pertanaman di
Indonesia
Tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan biotik dan abiotik di
area pertanaman di Indonesia
Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Ketersediaan
inang
potensial di
Indonesia
Tingkat
kesulitan
eradikasi/incurs
ion
Kemampuan
deteksi
OPT
Inang utama, inang sekunder
dan inang liar
a. Tidak dapat dieradikasi
b. Sulit dilakukan eradikasi
c. Eradikasi mudah dilakukan
a. Belum mampu melakukan
deteksi
b. Mampu tetapi terbatas
dalam
sarana dan prasarana
c. Mampu melakukan deteksi
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Menyerang 2 atau lebih species
dalam 2 atau lebih famili
Tumbuhan
Menyerang 2 atau lebih genus
dalam 1 famili tumbuhan
Menyerang 1 species atau
beberapa species dalam 1 genus
Tidak dapat dieradikasi
Eradikasi sulit dilakukan
Eradikasi mudah dilakukan
Belum mampu melakukan
deteksi
Mampu tetapi terbatas dalam
sarana dan prasarana
Mampu melakukan deteksi
Pengelolaan Resiko
• Hasil penilaian risiko dilanjutkan dengan tahap
pengelolaan risiko, yaitu penentuan persyaratan
teknis atau tindakanan yang akan dilakukan terhadap
importasi suatu media pembawa.
• Berhubung kriteria zer o-ri sk sangat sulit ditentukan,
maka pengelolaan risiko diarahkan untuk mencapai
tingkat keamanan yang diperlukan didasarkan pada
alasan-alasan ilmiah, sehingga diperoleh solusi dalam
mengelola risiko, dengan telah mempertimbangkan
sumber daya yang jumlahnya terbatas.
• Pengelolaan risiko adalah proses identifikasi dan evaluasi
efektivitas cara untuk mengatasi risiko, berupa opsi yang
paling tepat untuk mencapai tingkat aman yang diperlukan.
• Tindakan ini dilakukan terhadap media pembawa yang
merupakan inang OPTK di negara asalnya dan di negara
tujuan.
• Tindakan yang akan dilakukan terhadap media pembawa di
tempat asalnya maupun di negara tujuan agar benar-benar
tepat, sehingga tidak berpotensi menjadi penghambat
perdagangan atau tidak sejalan dengan prinsip-prinsip yang
berlaku dalam sistem perdagangan bebas.
Persyaratan dan tindakan yang
harus dilakukan
Risiko Rendah
a. Di Negara Asal
- Disertai dengan Phytosanitary Certificate.
- Media pembawa bebas dari tanah, kompos,
dan kotoran lainnya.
- Media pembawa dikemas menggunakan
kemasan yang menjamin tidak akan terjadi re-
infestasi OPT/K
b. Di Indonesia
- Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditetapkan;
- Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
Karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan
tindakan Karantina Tumbuhan;
- Dikenakan tindakan pemeriksaan (metode
pengujian yang valid)
- Dikenakan tindakan perlakuan; atau
- Dikenakan tindakan penolakan; atau
- Dikenakan tindakan penahanan; atau
- Dikenakan tindakan pemusnahan; atau
- Dikenakan tindakan pembebasan
Risiko Sedang
a. Di Negara Asal
- Disertai dengan Phytosanitary Csertificate;
- Dilengkapi dengan hasil pengujian kesehatan benih yang menggunakan
metode pengujian yang valid;
- Media pembawa berasal dari Area of Low Pest Prevalence (ALPP) atau tempat
produksi yang bebas dari OPTK (PFPS);
- Media pembawa harus berasal dari produsen yang teregristrasi;
- Media pembawa diberi perlakuan;
- Media pembawa bebas dari tanah, kompos, dan kotoran lainnya;
- Media pembawa dikemas menggunakan kemasan yang menjamin tidak akan
terjadi re-infestasi OPT/OPTK;
- Tindakan pemeriksaan Karantina Tumbuhan di negara asal (opsional);
- Pre Clearance Inspection (Penilaian status fitosanitari sumber produksi)
(opsional)
b. Di Indonesia
- Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditetapkan;
- Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk
keperluan tindakan karantina Tumbuhan;
- Dikenakan tindakan pemeriksaan atau (Metode
pengujian yang valid);
- Dikenakan tindakan perlakuan; atau
- Dikenakan tindakan penolakan; atau
- Dikenakan tindakan penahanan; atau
- Dikenakan tindakan pemusnahan; atau
- Dikenakan tindakan pembebasan
Risiko Tinggi
a. Di Negara Asal
- Disertai dengan Phytosanitary Certificate;
- Dilengkapi dengan hasil pengujian kesehatan benih yang
menggunakan metode pengujian yang valid;
- Media pembawa berasal dari Area yang bebas
OPTK (PFA) atau tempat produksi yang bebas dari
OPTK (PFPS);
- Media pembawa harus berasal dari Produsen yang teregistrasi;
- Media pembawa diberi perlakuan;
- Media pembawa bebas dari tanah, kompos, dan kotoran lainnya;
- Volume pemasukan media pembawa dibatasi sesuai dengan
kemampuan dalam melakukan deteksi dan pengelolaan risiko
OPTK;
- Media pembawa dikemas menggunakan kemasan
yang menjamin tidak akan terjadi re-infestasi
OPT/OPTK;
- Tindakan Pemeriksaan Karantina Tumbuhan di
negara asal;
- Pre Clearance Inspection ( Penilaian status
fitosanitari sumber produksi);
- Dikenakan tindakan pelarangan.
b. Tindakan di Negara Ketiga (karantina antara)
Melalui karantina antara di negara ke-tiga, observasi
medi a pembawa, pengganti an kemasan, perl akuan
ulang dan tindakan lain yang diperlukan.
c. Di Indonesia
- Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
- Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas
Karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan
tindakan karantina tumbuhan;
- Dikenakan tindakan pemeriksaan (Metode pengujian yang
valid);
- Dikenakan tindakan pengasingan dan pengamatan;
- Dikenakan tindakan perlakuan; atau
- Dikenakan tindakan penolakan; atau
- Dikenakan tindakan penahanan; atau
- Dikenakan tindakan pemusnahan; atau
- Dikenakan tindakan pembebasan.
Kesimpulan Pengelolaan Risiko
Tahap akhir dari penyusunan pengelolaan risiko adalah
suatu kesimpulan yang berisikan tentang tindakan
maupun persyaratan karantina yang akan
direkomendasikan untuk dilaksanakan dalam
kegiatan importasi media pembawa.
Apabila di dalam satu media pembawa terdapat lebih
dari satu kategori risiko, maka kesimpulan
pengelolaan risiko yang diambil berdasarkan risiko
tertinggi

More Related Content

What's hot

Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanJidun Cool
 
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanPemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Ari Sugiarto
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Ankardiansyah Pandu Pradana
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
Repository Ipb
 
Tanaman pangan
Tanaman panganTanaman pangan
Tanaman pangan
Muhammad Danial Machbubi
 
Diagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: HamaDiagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: Hama
Nurma Fauzaniar
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Tidar University
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
tochi run
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
UNESA
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
novhitasari
 
5. peluang dan kendala sektor hortikultura
5. peluang dan kendala sektor hortikultura5. peluang dan kendala sektor hortikultura
5. peluang dan kendala sektor hortikulturaUniversity of Brawijaya
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
dyahpuspita73
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Warnet Raha
 
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
irhamakbar7
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Ankardiansyah Pandu Pradana
 

What's hot (20)

Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
 
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanPemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit Tanaman
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Tanaman pangan
Tanaman panganTanaman pangan
Tanaman pangan
 
Diagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: HamaDiagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: Hama
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Dormansi
DormansiDormansi
Dormansi
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
5. peluang dan kendala sektor hortikultura
5. peluang dan kendala sektor hortikultura5. peluang dan kendala sektor hortikultura
5. peluang dan kendala sektor hortikultura
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Hama teh
 
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
 

Similar to Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen

Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Tata Naipospos
 
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Tata Naipospos
 
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.pptKEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
eeqra
 
Lecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
Lecture 11 prosedur karantina impor dan eksporLecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
Lecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
Andrew Hutabarat
 
Persyaratan impor benih
Persyaratan impor benihPersyaratan impor benih
Persyaratan impor benih
Wahono Diphayana
 
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Tata Naipospos
 
Persyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar areaPersyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar area
Wahono Diphayana
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tata Naipospos
 
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Tata Naipospos
 
Pp14 2002
Pp14 2002Pp14 2002
Pp14 2002
Zya2009
 
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Tata Naipospos
 
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Tata Naipospos
 
Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia
Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di IndonesiaAspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia
Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia
Wahono Diphayana
 
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Tata Naipospos
 
Biosekuriti di Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 8-10 J...
Biosekuriti di Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 8-10 J...Biosekuriti di Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 8-10 J...
Biosekuriti di Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 8-10 J...
Tata Naipospos
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
Repository Ipb
 
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
AdityaPratama976144
 
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Tata Naipospos
 
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Tata Naipospos
 

Similar to Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen (20)

Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
Kajian Sistim Perkarantinaan Hewan di Indonesia - Pusat KH dan Kehani, BARANT...
 
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
Perjanjian Internasional yang Mengikat Negara Dalam Isu Veteriner - LKKV PDHI...
 
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.pptKEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
 
Lecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
Lecture 11 prosedur karantina impor dan eksporLecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
Lecture 11 prosedur karantina impor dan ekspor
 
Persyaratan impor benih
Persyaratan impor benihPersyaratan impor benih
Persyaratan impor benih
 
Omkaba karkes
Omkaba karkesOmkaba karkes
Omkaba karkes
 
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober ...
 
Persyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar areaPersyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar area
 
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
Tinjauan Prinsip dan Pedoman Kompartemen Bebas AI Sesuai Standar Internasiona...
 
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
Kompartemen Bebas African Swine Fever (ASF) - Ditkeswan, Jakarta, 16-17 Maret...
 
Pp14 2002
Pp14 2002Pp14 2002
Pp14 2002
 
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
Komunikasi Risiko Pemasukan Ternak & Produk Hewan dari Negara Belum Bebas PMK...
 
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
Penyampaian Pendapat Ahli Mahkamah Konstitusi Tentang Zona Bebas PMK - Kement...
 
Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia
Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di IndonesiaAspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia
Aspek Hukum dan Tindakan Karantina Tumbuhan di Indonesia
 
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
Wawasan Kesehatan Hewan Global - Pelatihan Medik Veteriner Karantina, BARANTA...
 
Biosekuriti di Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 8-10 J...
Biosekuriti di Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 8-10 J...Biosekuriti di Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 8-10 J...
Biosekuriti di Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 8-10 J...
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
 
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
 
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
 
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
 

More from Andrew Hutabarat

Jabs 0910 213
Jabs 0910 213Jabs 0910 213
Jabs 0910 213
Andrew Hutabarat
 
Format proposal 2
Format proposal 2Format proposal 2
Format proposal 2
Andrew Hutabarat
 
Format laporan acara 1
Format laporan acara 1Format laporan acara 1
Format laporan acara 1
Andrew Hutabarat
 
Sistem Komputer
Sistem KomputerSistem Komputer
Sistem Komputer
Andrew Hutabarat
 
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada TanamanKonsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Andrew Hutabarat
 
Contoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiahContoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiah
Andrew Hutabarat
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Andrew Hutabarat
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 indKuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Andrew Hutabarat
 
Integrated weed
Integrated weedIntegrated weed
Integrated weed
Andrew Hutabarat
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
Andrew Hutabarat
 
The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014
Andrew Hutabarat
 
Site dan mode of action
Site dan mode of actionSite dan mode of action
Site dan mode of action
Andrew Hutabarat
 
Seed bank
Seed bankSeed bank
Seed bank
Andrew Hutabarat
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
Andrew Hutabarat
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Andrew Hutabarat
 
I gulma l2
I gulma l2I gulma l2
I gulma l2
Andrew Hutabarat
 
Ecologi gulma
Ecologi gulmaEcologi gulma
Ecologi gulma
Andrew Hutabarat
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Andrew Hutabarat
 
Ekotanjut1
Ekotanjut1Ekotanjut1
Ekotanjut1
Andrew Hutabarat
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
Andrew Hutabarat
 

More from Andrew Hutabarat (20)

Jabs 0910 213
Jabs 0910 213Jabs 0910 213
Jabs 0910 213
 
Format proposal 2
Format proposal 2Format proposal 2
Format proposal 2
 
Format laporan acara 1
Format laporan acara 1Format laporan acara 1
Format laporan acara 1
 
Sistem Komputer
Sistem KomputerSistem Komputer
Sistem Komputer
 
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada TanamanKonsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
 
Contoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiahContoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiah
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 indKuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
 
Integrated weed
Integrated weedIntegrated weed
Integrated weed
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014
 
Site dan mode of action
Site dan mode of actionSite dan mode of action
Site dan mode of action
 
Seed bank
Seed bankSeed bank
Seed bank
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
 
I gulma l2
I gulma l2I gulma l2
I gulma l2
 
Ecologi gulma
Ecologi gulmaEcologi gulma
Ecologi gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
 
Ekotanjut1
Ekotanjut1Ekotanjut1
Ekotanjut1
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
 

Recently uploaded

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 

Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen

  • 1. Jenis-jenis dan golongan OPT/OPTK (Patogen)
  • 2. PASAR BEBAS DAN OPTK • Sistem ekonomi berpaham perdagangan bebas dalam era globalisasi yang bertujuan menghilangkan kebijakan ekonomi proteksionisme • Era perdagangan bebas, terutama Perdagangan komoditas pertanian yang merupakan media pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK), akan meningkatkan risiko masuknya OPTK ke dalam suatu negara. • Ketentuan karantina tumbuhan terhadap pemasukan media pembawa OPTK ke suatu negara diserahkan kepada otoritas negara ybs didasarkan pada justifikasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, transparan, tidak diskriminasi, dan ditujukan untuk melindungi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan yang mengacu pada ketentuan, standar, dan rekomendasi internasional.
  • 3. • Media pembawa OPTK yang diproduksi di area bebas OPTK (Pest Free Area atau PFA) tertentu di negara asal yang dikirim ke Indonesia, di tempat pemasukan tidak dikenakan tindakan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi OPTK tersebut • Terhadap media pembawa tersebut dibebaskan dari persyaratan sebagai kewajiban tambahan atas OPTK tertentu tersebut. • Status area bebas OPTK tertentu tersebut harus terlebih dahulu diakui oleh Indonesia atas permohonan negara asal • Prosedur pengakuan area bebas OPTK tertentu mengacu kepada standar dan rekomendasi yang diterbitkan oleh Sekretariat International Plant Protection Convention (IPPC).
  • 4. National Plant Protection Organization/NPPO (Organisasi Perlindungan Tumbuhan Nasional), • Di Indonesia terdapat beberapa organisasi NPPO dan focal point nya adalah Badan Karantina Pertanian • PFI (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia), PEI (Perhimpunan Entomologi Indonesia), Pernemi (Perhimpunan Nematologi Indonesia), Peragi (Perhimpunan Agronomi Indonesia, termasuk urusan gulma)
  • 5. OPT DAN OPTK 1.Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan; 2.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina adalah semua Organisme PengangguTumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya kedalam dan tersebarnya di dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
  • 6. 3.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang tidak dapat dibebaskan dari Media Pembawanya dengan cara perlakuan 4.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan II adalah semua Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang dapat dibebaskan dari Media Pembawanya dengan cara perlakuan Golongan OPTK
  • 7. Kategori OPTK • Kategori A1 yaitu jenis-jenis organisme pengganggu tumbuhan karantina yang belum terdapat di dalam Wilayah Negara Republik indonesia. • Kategori A2 yaitu jenis-jenis organisme pengganggu tumbuhan karantina yang sudah terdapat di dalam Wilayah Negara Republik Indonesi
  • 8. • 5.Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan selain Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, yang keberadaannya pada benih tanaman yang dilalulintaskan dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan secara ekonomis terhadap tujuan penggunaan benih tanaman tersebut dan ditetapkan oleh Menteri untuk dikenai tindakan Karantina Tumbuhan
  • 9. MEDIA PEMBAWA OPTK • Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah tumbuhan dan bagian- bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina • Karantina membatasi kebebasan perdagangan bahan tanaman • Pembatasan ini bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat banyak
  • 10. Persyaratan Karantina Tumbuhan • Setiap Media Pembawa yang dimasukkan kedalam wilayah Negara RepublikIndonesia, wajib: • a. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali Media Pembawa yang tergolong benda lain; • b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; • c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas KarantinaTumbuhan ditempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan
  • 11. • Kewajiban tambahan berupa persyaratan teknis dan/atau kelengkapan dokumen yang ditetapkan berdasarkan analisis Organisme Pengganggu Tumbuhan • Produk pertanian akan semakin dibutuhkan di masa mendatang • Globalisasi diikuti oleh lalu-lintas produk pertanian akan semakin ramai • Oleh karenanya, peran karantina tumbuhan semakin strategis
  • 13. Acidovorax avenae subsp.citrulli (Gol I Katagori A1) Inang Media Pembawa Daerah Sebar (P): Cucumis melo (melon, melon), Citrullus vulgaris (semangka, watermelon), Cucurbita maxima (waluh, labu parang, pumpkin), Cucumis sativus (mentimun, cucumber) benih/biji (seed/grain), buah (fruit), batang (stem) Asia: . : Oceania: , Guam, Northern
  • 14. P.carotovorum var. atrosepticum , Gol I Kategori A1 (P): Solanum tuberosum (kentang, potato) (S): Saccharum officinarum (tebu, sugarcane), Brassica ceae, Allium ascalonicum (bawang merah, shallot), Asparagus officinalis (asparagus, asparagus), Carica papaya (pepaya, pawpaw), Coffea spp. (kopi, coffee), Cucumis sativus (mentimun, cucumber), Daucus carota (wortel, carrot), Glycine max(kedelai, soybean), Helianthus annuus (bunga matahari, sunflower), Iris spp., Lycopersicum esculentum (tomat, tomato), Musa spp. (pisang, banana), Nicotiana tabacum (tembakau, tobacco), Vigna spp. (buncis, cowpea), Zea mays (jagung, corn, maize). umbi (tuber/corm), daun (leaf), akar (root), batang (stem), bagian lain dari tanaman (other part of plant), tanah (soil). Europe: Austria, Bulgaria, Cyprus, Czech, Slovakia, Denmark, Estonia, Finland, France, Germany, Greece, Iceland, Ireland, Italy, Latvia, Lithuania, Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Russian Federation, Spain, Sweden, Switzerlands, UK, Yugoslavia. Asia: , , PR of , , , , , , , , , . Africa: , , , , , , , , . America: Argentina, Belize, Bermuda, Bolivia, Brazil, Canada, Chile, Colombia, Costa Rica, Cuba, Dominican Republic, France West Indies, Guadeloupe, Honduras, Martinique, Mexico, Peru, St. Lucia, Grenadines, Suriname, Trinidad, Tobago, USA. Oceania: Australia, New Zealand.
  • 16. African cassava mosaic bigeminivirus (ACMV) Gol 1 Kategori A1
  • 17. Lihat Daftar PDF utk OPTK Bakteri, Jamur, dan Virus
  • 19. LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009 TANGGAL : 6 Februari 2009 TATACARA PELAKSANAAN ANALISIS RISIKO ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (AROPT)
  • 20. Pengertian Umum a. Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, pulau, atau kelompok pulau di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. b. Komoditas adalah jenis tumbuhan, hasil tumbuhan, atau bahan lain yang dipindahkan/diangkut dari suatu tempat ke tempat lain untuk perdagangan atau tujuan lain. c. Area Bebas OPT adalah suatu area yang tidak terjangkit OPT tertentu yang didukung bukti-bukti ilmiah yang layak, dan berada dalam pengendalian resmi oleh pemerintah.
  • 21. d. Tempat Produksi Bebas OPT adalah suatu tempat produksi yang tidak terjangkit OPT tertentu yang didukung oleh bukti ilmiah yang layak dan berada dalam pengendalian resmi untuk periode yang ditentukan. e. Penilaian Risiko OPT adalah penilaian terhadap peluang masuknya dan penyebaran OPT serta konsekuensi yang berkaitan dengan potensi ekonomi. f. Pengelolaan Risiko OPT adalah penentuan pilihan- pilihan pengelolaan risiko OPT untuk menghilangkan atau mengurangi masuknya, menet apnya, dan menyebarnya OPT ke suat u area baru.
  • 22. Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) • AROPT merupakan metode yang sangat penting di dalam menentukan st at us suat u OPT dan menent ukan persyarat an maupun tata cara pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan yang harus dilakukan bagi importasi komoditas pertanian yang memiliki risiko membawa suatu OPT/OPTK. • Pencegahan masuknya OPT/OPTK melalui pemasukan media pembawa ke dalam wilayah negara Republik Indonesia dilakukan dengan menetapkan persyaratkan teknis terhadap pemasukan media pembawa tersebut berdasarkan hasil kajian secara menyeluruh suatu OPT melalui AROPT
  • 23. g. Karantina Pasca Masuk adalah tindakan karantina yang dilakukan terhadap suatu barang kiriman setelah masuk. h. Tindakan Karantina Tumbuhan di Negara Asal adalah tindakan sertifikasi dan/atau kliren yang dilaksanakan di negara asal di bawah pengawasan/supervise petugas NPPO negara tujuan. i. Pelarangan adalah peraturan phytosanitari yang melarang pemasukan atau perpindahan/pengangkutan komoditas atau OPT tertentu.
  • 24. PENYUSUNAN AROPT . • Dalam penyusunan AROPT diperlukan informasi-informasi penting terkait dengan status komoditas yang akan diimpor, data serangan dan daerah sebar OPT pada suatu komoditas di negara asalnya. • Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui Lembaga atau Organisasi Perlindungan Tanaman (NPPO) negara asal komoditas atau dari sumber-sumber lain yang kredibel.
  • 25. PENILAIAN RISIKO Ketegorisasi/Penggolongan OPT. Kategorisasi OPT dilakukan melalui proses pengujian terhadap semua OPT yang informasinya telah dihimpun berdasarkan kriteria tertentu untuk dapat ditentukan sebagai OPTK sesuai dengan definisinya, mencakup antara lain: a. Identitas OPT (Klasifikasi dan tata nama). b. Identitas OPT adalah penggolongan OPT berdasarkan klasifikasi ilmiah: - Bakteri, cendawan, nematoda, dan serangga meliputi: kingdom, filum, klas, ordo, famili, genus, spesies. - Virus meliputi: famili, genus, spesies.
  • 26. Penilaian OPT • Penilaian dilakukan terhadap setiap individu OPT yang berpotensi sebagai OPTK dan dibagi kedalam 8 kriteria yang akan dinilai. • Informasi tentang 8 kriteria untuk masing- masing OPT yang akan dinilai, dapat diperoleh dari referensi ilmiah yang tersedia. • Apabila informasi sulit diperoleh, maka penilaian dapat dilakukan dengan menganalogikan pada kasus serupa, atau mempergunakan informasi ilmiah lain yang secara logika dibenarkan.
  • 27. • Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya, merupakan sumber i nf ormasi penti ng yang ti dak bol eh di abai kan. • Daftar OPT yang sudah terdapat di Indonesia (pest list) pada tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman hortikultura juga sangat diperlukan.
  • 28. Delapan kriteria penilaian OPT A. Kemampuan reproduksi dan dispersi (penyebaran) Faktor yang dinilai: 1). Penyebaran secara pasif Kategori penilaian: - Disebarkan oleh faktor abiotik: angin, air, alsintan, alat angkut, tanah atau media pertumbuhan lainnya dan bahan pembungkus; - Disebarkan oleh faktor biotik: benih, bagian tanaman untuk tujuan perbanyakan, vektor yang ada di Indonesia (serangga, cendawan dan nematoda), manusia dan hewan. 2). Penyebaran secara aktif (terbang, loncat, dll). Pergerakan OPT secara aktif menginfeksi atau menyerang tanaman inangnya.
  • 29. B. Tingkat kesulitan membebaskan media pembawa dari OPT (P) Kategori penilaian: - Dapat dibebaskan . - Tidak dapat dibebaskan
  • 30. C. Dampak secara ekonomi dan sosial (Ek) Kategori penilaian: - nilai penting ekonomis dari komoditas yang akan diimpor dan tanaman inang berpotensi (potential hosts); - mengurangi hasil t anaman i nang, mort alit as tanaman dan sebagai vektor patogen lain; - mengurangi nil ai komodit as (mengurangi harga produksi, harga - pasar atau keduanya); - kehilangan pasar atau kerugian pasar; - kehilangan lapangan kerja; - besarnya biaya pengendalian
  • 31. D. Kemampuan bertahan hidup (B) Kategori penilaian: - Memiliki struktur bertahan (antara lain: sklerotia, klamidosopra, spora seksual, spora bakteri, sista, telur serangga hama, pupa, biji, miselium resisten). - Bersifat saprofit fakultatif (tanah, sisa tanaman, media lain). - Memiliki inang lain (alternative host) dan inang antara (alternate host) di area AROPT. - Bertahan dalam tubuh vektor atau bertahan dalam saluran pencernaan ternak. - Bersifat laten pada benih (biji/bibit) atau tanaman.
  • 32. E. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan OPT Kategori penilaian: - Lingkungan biotik: musuh alami, tanaman inang; - Lingkungan abiotik: suhu, kelembaban relatif (RH), cahaya, curah hujan, angin, iklim, altitude dan latitude, kondisi tanah (fisik dan kimia). F. Inang potensial yang ada di Indonesia (I) Inang utama, Inang sekunder, dan Inang liar OPT yang terdapat di Indonesia.
  • 33. G. Tingkat kesulitan eradikasi pasca masuk (incursion) (Er) Kategori penilaian: - Tidak dapat dieradikasi. - Dapat dieradikasi akan tetapi sulit. - Mudah dilakukan eradikasi. H. Kemampuan deteksi (D) Kategori penilaian: - Belum tetapi terbatas dalam sarana dan prasarana; - Mampu mampu melakukan deteksi; - Mampu melakukan deteksi.
  • 34. Faktor yang berpengaruh dalam penilaian, kategori penilaian dan skoring Faktor yang berpengaruh Kategori penilaian Skor Uraian Kemampuan Reproduksi dan Dispersi/menyebar (M) a. Menyebar secara pasif b. Menyebar secara aktif (terbang, loncat, dll.) a. Disebarkan oleh _ngina abiotik: _ngina, air, alsintan, alat angkut, tanah dan media pertumbuhan lainnya, bahan pembungkus b. Disebarkan oleh _ngina _ngina; benih, bagian tanaman untuk tujuan perbanyakan, _ngina (serangga, nematode, cendawan), manusia dan hewan 3 2 1 Bila penyebaran melalui benih (bagian tanaman untuk bahan perbanyakan), _ngina, air, tanah, vector, (serangga, nematode, cendawan) dan dapat menyebar secara aktif Bila disebarkan oleh manusia, hewan dan media pertumbuhan Bila disebarkan oleh alsintan, alat angkut, bahan pembungkus
  • 35. Faktor yang berpengaruh Kategori penilaian Skor Uraian Tingkat kesulitan dapat dibebaskan membebaskan media pembawa dari OPT/OPTK Dampak Ekonomi dan sosial (Ek) a. Tidak dapat dibebaskan b. Dapat dibebaskan a. Nilai ekonomi komoditi yag akan diimpor b. Mengurangi hasil tanaman inang, kematian dan sebagai vektor c. Mengurangi nilai komoditi (harga produksi, harga pasar atau keduanya) d. Kehilangan pasar atau kerugian pasar e. Kehilangan lapangan kerja 3 2 1 3 2 1 Tidak dapat dibebaskan Hanya dapat dibebaskan dengan lebih dari 1 jenis perlakuan/sulit Dibebaskan Dapat dibebaskan dengan 1 jenis perlakuan/mudah dibebaskan Bila memenuhi 3-5 kategori Penilaian Bila memenuhi 2 kategori Penilaian Bila memenuhi 1 kategori penilaian
  • 36. Faktor yang berpengaruh Kategori penilaian Skor Uraian Kemampuan bertahan hidup a. Memiliki struktur bertahan (sklerotium, klamidospora, spora seksual, spora bakteri, sista, telur , pupa, biji, miselium seristen, dll.) b. Bersifat saprofit fakultatif (tanah, sisa tanaman, media lainnya) c. Memiliki inang alternatif (alternative hosts) dan inang antara (alternate hosts) d. Bertahan pada tubuh vektor, atau di dalam saluran pencernaan hewan e. Bersifat laten pada benih (biji/bibit) atau pada tanaman 3 2 1 Bila memenuhi 3-5 kategori Penilaian Bila memenuhi 2 kategori Penilaian Bila memenuhi 1 kategori penilaian
  • 37. Faktor yang berpengaruh Kategori penilaian Skor Uraian Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan OPT a. Lingkungan biotik: musuh alami, tanaman inang, dll. b. Lingkungan abiotik: suhu, kelembaban relatif, cahaya, curah hujang, angin, iklim, altitude, latitude, kondisi tanah (fisik dan kimia) 3 2 1 Sesuai dengan kondisi lingkungan biotik dan abiotik di seluruh area pertanaman di Indonesia Sesuai dengan kondisi lingkungasn biotik dan abiotik di sebagian area pertanaman di Indonesia Tidak sesuai dengan kondisi lingkungan biotik dan abiotik di area pertanaman di Indonesia
  • 38. Faktor yang berpengaruh Kategori penilaian Skor Uraian Ketersediaan inang potensial di Indonesia Tingkat kesulitan eradikasi/incurs ion Kemampuan deteksi OPT Inang utama, inang sekunder dan inang liar a. Tidak dapat dieradikasi b. Sulit dilakukan eradikasi c. Eradikasi mudah dilakukan a. Belum mampu melakukan deteksi b. Mampu tetapi terbatas dalam sarana dan prasarana c. Mampu melakukan deteksi 3 2 1 3 2 1 3 2 1 Menyerang 2 atau lebih species dalam 2 atau lebih famili Tumbuhan Menyerang 2 atau lebih genus dalam 1 famili tumbuhan Menyerang 1 species atau beberapa species dalam 1 genus Tidak dapat dieradikasi Eradikasi sulit dilakukan Eradikasi mudah dilakukan Belum mampu melakukan deteksi Mampu tetapi terbatas dalam sarana dan prasarana Mampu melakukan deteksi
  • 39. Pengelolaan Resiko • Hasil penilaian risiko dilanjutkan dengan tahap pengelolaan risiko, yaitu penentuan persyaratan teknis atau tindakanan yang akan dilakukan terhadap importasi suatu media pembawa. • Berhubung kriteria zer o-ri sk sangat sulit ditentukan, maka pengelolaan risiko diarahkan untuk mencapai tingkat keamanan yang diperlukan didasarkan pada alasan-alasan ilmiah, sehingga diperoleh solusi dalam mengelola risiko, dengan telah mempertimbangkan sumber daya yang jumlahnya terbatas.
  • 40. • Pengelolaan risiko adalah proses identifikasi dan evaluasi efektivitas cara untuk mengatasi risiko, berupa opsi yang paling tepat untuk mencapai tingkat aman yang diperlukan. • Tindakan ini dilakukan terhadap media pembawa yang merupakan inang OPTK di negara asalnya dan di negara tujuan. • Tindakan yang akan dilakukan terhadap media pembawa di tempat asalnya maupun di negara tujuan agar benar-benar tepat, sehingga tidak berpotensi menjadi penghambat perdagangan atau tidak sejalan dengan prinsip-prinsip yang berlaku dalam sistem perdagangan bebas.
  • 41. Persyaratan dan tindakan yang harus dilakukan Risiko Rendah a. Di Negara Asal - Disertai dengan Phytosanitary Certificate. - Media pembawa bebas dari tanah, kompos, dan kotoran lainnya. - Media pembawa dikemas menggunakan kemasan yang menjamin tidak akan terjadi re- infestasi OPT/K
  • 42. b. Di Indonesia - Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; - Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas Karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan; - Dikenakan tindakan pemeriksaan (metode pengujian yang valid) - Dikenakan tindakan perlakuan; atau - Dikenakan tindakan penolakan; atau - Dikenakan tindakan penahanan; atau - Dikenakan tindakan pemusnahan; atau - Dikenakan tindakan pembebasan
  • 43. Risiko Sedang a. Di Negara Asal - Disertai dengan Phytosanitary Csertificate; - Dilengkapi dengan hasil pengujian kesehatan benih yang menggunakan metode pengujian yang valid; - Media pembawa berasal dari Area of Low Pest Prevalence (ALPP) atau tempat produksi yang bebas dari OPTK (PFPS); - Media pembawa harus berasal dari produsen yang teregristrasi; - Media pembawa diberi perlakuan; - Media pembawa bebas dari tanah, kompos, dan kotoran lainnya; - Media pembawa dikemas menggunakan kemasan yang menjamin tidak akan terjadi re-infestasi OPT/OPTK; - Tindakan pemeriksaan Karantina Tumbuhan di negara asal (opsional); - Pre Clearance Inspection (Penilaian status fitosanitari sumber produksi) (opsional)
  • 44. b. Di Indonesia - Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; - Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina Tumbuhan; - Dikenakan tindakan pemeriksaan atau (Metode pengujian yang valid); - Dikenakan tindakan perlakuan; atau - Dikenakan tindakan penolakan; atau - Dikenakan tindakan penahanan; atau - Dikenakan tindakan pemusnahan; atau - Dikenakan tindakan pembebasan
  • 45. Risiko Tinggi a. Di Negara Asal - Disertai dengan Phytosanitary Certificate; - Dilengkapi dengan hasil pengujian kesehatan benih yang menggunakan metode pengujian yang valid; - Media pembawa berasal dari Area yang bebas OPTK (PFA) atau tempat produksi yang bebas dari OPTK (PFPS); - Media pembawa harus berasal dari Produsen yang teregistrasi; - Media pembawa diberi perlakuan; - Media pembawa bebas dari tanah, kompos, dan kotoran lainnya; - Volume pemasukan media pembawa dibatasi sesuai dengan kemampuan dalam melakukan deteksi dan pengelolaan risiko OPTK;
  • 46. - Media pembawa dikemas menggunakan kemasan yang menjamin tidak akan terjadi re-infestasi OPT/OPTK; - Tindakan Pemeriksaan Karantina Tumbuhan di negara asal; - Pre Clearance Inspection ( Penilaian status fitosanitari sumber produksi); - Dikenakan tindakan pelarangan. b. Tindakan di Negara Ketiga (karantina antara) Melalui karantina antara di negara ke-tiga, observasi medi a pembawa, pengganti an kemasan, perl akuan ulang dan tindakan lain yang diperlukan.
  • 47. c. Di Indonesia - Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; - Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan; - Dikenakan tindakan pemeriksaan (Metode pengujian yang valid); - Dikenakan tindakan pengasingan dan pengamatan; - Dikenakan tindakan perlakuan; atau - Dikenakan tindakan penolakan; atau - Dikenakan tindakan penahanan; atau - Dikenakan tindakan pemusnahan; atau - Dikenakan tindakan pembebasan.
  • 48. Kesimpulan Pengelolaan Risiko Tahap akhir dari penyusunan pengelolaan risiko adalah suatu kesimpulan yang berisikan tentang tindakan maupun persyaratan karantina yang akan direkomendasikan untuk dilaksanakan dalam kegiatan importasi media pembawa. Apabila di dalam satu media pembawa terdapat lebih dari satu kategori risiko, maka kesimpulan pengelolaan risiko yang diambil berdasarkan risiko tertinggi