Teks tersebut membahas tentang jenis-jenis dan golongan OPT/OPTK, sistem ekonomi perdagangan bebas dan risiko masuknya OPTK, serta pengertian umum terkait analisis risiko organisme pengganggu tumbuhan (AROPT) seperti definisi area, komoditas, area bebas OPT, dan tata cara pelaksanaan AROPT.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
This material is my class lesson at Faculty of Agriculture, UNSOED, Purwokerto. The material is use also for another classes due to 5 parallel classes of Element of Soil Sciences Lecturing. In this Paper we make Chapter 5 (Soil Chemistry) and Chapter 6 (Essential Plant Nutrient) are merge as PDF File for Slide Share. I am (Purwandaru Widyasunu) proudly share this material for my student and also for another classes.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
This material is my class lesson at Faculty of Agriculture, UNSOED, Purwokerto. The material is use also for another classes due to 5 parallel classes of Element of Soil Sciences Lecturing. In this Paper we make Chapter 5 (Soil Chemistry) and Chapter 6 (Essential Plant Nutrient) are merge as PDF File for Slide Share. I am (Purwandaru Widyasunu) proudly share this material for my student and also for another classes.
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
Di bidang pertanian, mikroba berperan penting dalam beberapa aspek seperti penyubur tanah, pembentukan humus, fiksasi nitrogen, sebagai faktor dekomposisi,
pemacu pertumbuhan tanaman dan kesehatan tanaman, serta Agen Pengendali Penyakit pada Tanaman.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Agen Pengendali Penyakit TanamanAri Sugiarto
Di bidang pertanian, mikroba berperan penting dalam beberapa aspek seperti penyubur tanah, pembentukan humus, fiksasi nitrogen, sebagai faktor dekomposisi,
pemacu pertumbuhan tanaman dan kesehatan tanaman, serta Agen Pengendali Penyakit pada Tanaman.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Dalam presentasi ini dijelaskan persyaratan karantina tumbuhan untuk impor benih tanaman dari luar negeri ke Indonesia (Plant Quarantine requirements for importation of plant seeds into Indonesia are reviewed in the presentation)
Persyaratam karantina tumbuhan di Indonesia untuk ekspor dan pengiriman antar area (antar pulau) komoditas wajib periksa karantina dijelaskan dalam presentasi ini.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. PASAR BEBAS DAN OPTK
• Sistem ekonomi berpaham perdagangan bebas dalam
era globalisasi yang bertujuan menghilangkan
kebijakan ekonomi proteksionisme
• Era perdagangan bebas, terutama Perdagangan
komoditas pertanian yang merupakan media
pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK), akan meningkatkan risiko
masuknya OPTK ke dalam suatu negara.
• Ketentuan karantina tumbuhan terhadap pemasukan
media pembawa OPTK ke suatu negara diserahkan
kepada otoritas negara ybs didasarkan pada justifikasi
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan,
transparan, tidak diskriminasi, dan ditujukan untuk
melindungi kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan yang mengacu pada ketentuan, standar,
dan rekomendasi internasional.
3. • Media pembawa OPTK yang diproduksi di area bebas OPTK
(Pest Free Area atau PFA) tertentu di negara asal yang
dikirim ke Indonesia, di tempat pemasukan tidak dikenakan
tindakan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi OPTK
tersebut
• Terhadap media pembawa tersebut dibebaskan dari
persyaratan sebagai kewajiban tambahan atas OPTK
tertentu tersebut.
• Status area bebas OPTK tertentu tersebut harus terlebih
dahulu diakui oleh Indonesia atas permohonan negara asal
• Prosedur pengakuan area bebas OPTK tertentu mengacu
kepada standar dan rekomendasi yang diterbitkan oleh
Sekretariat International Plant Protection Convention
(IPPC).
4. National Plant Protection Organization/NPPO
(Organisasi Perlindungan Tumbuhan Nasional),
• Di Indonesia terdapat beberapa organisasi
NPPO dan focal point nya adalah Badan
Karantina Pertanian
• PFI (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia),
PEI (Perhimpunan Entomologi Indonesia),
Pernemi (Perhimpunan Nematologi
Indonesia), Peragi (Perhimpunan Agronomi
Indonesia, termasuk urusan gulma)
5. OPT DAN OPTK
1.Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah semua
organisme yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan;
2.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina adalah
semua Organisme PengangguTumbuhan yang
ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya
kedalam dan tersebarnya di dalam wilayah Negara
Republik Indonesia;
6. 3.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
Golongan I adalah Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina yang tidak dapat
dibebaskan dari Media Pembawanya dengan
cara perlakuan
4.Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
Golongan II adalah semua Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina yang dapat
dibebaskan dari Media Pembawanya dengan
cara perlakuan
Golongan OPTK
7. Kategori OPTK
• Kategori A1 yaitu jenis-jenis organisme
pengganggu tumbuhan karantina yang belum
terdapat di dalam Wilayah Negara Republik
indonesia.
• Kategori A2 yaitu jenis-jenis organisme
pengganggu tumbuhan karantina yang sudah
terdapat di dalam Wilayah Negara Republik
Indonesi
8. • 5.Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting
adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan
selain Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina, yang keberadaannya pada benih
tanaman yang dilalulintaskan dapat
menimbulkan pengaruh yang merugikan
secara ekonomis terhadap tujuan penggunaan
benih tanaman tersebut dan ditetapkan oleh
Menteri untuk dikenai tindakan Karantina
Tumbuhan
9. MEDIA PEMBAWA OPTK
• Media Pembawa Organisme Pengganggu
Tumbuhan yang selanjutnya disebut Media
Pembawa adalah tumbuhan dan bagian-
bagiannya dan/atau benda lain yang dapat
membawa Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina
• Karantina membatasi kebebasan
perdagangan bahan tanaman
• Pembatasan ini bertujuan untuk melindungi
kepentingan masyarakat banyak
10. Persyaratan Karantina Tumbuhan
• Setiap Media Pembawa yang dimasukkan kedalam
wilayah Negara RepublikIndonesia, wajib:
• a. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari
negara asal dan negara transit bagi tumbuhan dan
bagian-bagiannya, kecuali Media Pembawa yang
tergolong benda lain;
• b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditetapkan;
• c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
KarantinaTumbuhan ditempat-tempat pemasukan
untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan
11. • Kewajiban tambahan berupa persyaratan
teknis dan/atau kelengkapan dokumen yang
ditetapkan berdasarkan analisis Organisme
Pengganggu Tumbuhan
• Produk pertanian akan semakin dibutuhkan di
masa mendatang
• Globalisasi diikuti oleh lalu-lintas produk
pertanian akan semakin ramai
• Oleh karenanya, peran karantina tumbuhan
semakin strategis
19. LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI
PERTANIAN
NOMOR :
09/Permentan/OT.140/2/2009
TANGGAL : 6 Februari 2009
TATACARA PELAKSANAAN
ANALISIS RISIKO ORGANISME
PENGGANGGU TUMBUHAN (AROPT)
20. Pengertian Umum
a. Area adalah meliputi daerah dalam suatu pulau, pulau,
atau kelompok pulau di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
b. Komoditas adalah jenis tumbuhan, hasil tumbuhan,
atau bahan lain yang dipindahkan/diangkut dari suatu
tempat ke tempat lain untuk perdagangan atau tujuan
lain.
c. Area Bebas OPT adalah suatu area yang tidak
terjangkit OPT tertentu yang didukung bukti-bukti ilmiah
yang layak, dan berada dalam pengendalian resmi oleh
pemerintah.
21. d. Tempat Produksi Bebas OPT adalah suatu tempat
produksi yang tidak terjangkit OPT tertentu yang
didukung oleh bukti ilmiah yang layak dan berada
dalam pengendalian resmi untuk periode yang
ditentukan.
e. Penilaian Risiko OPT adalah penilaian terhadap peluang
masuknya dan penyebaran OPT serta konsekuensi yang
berkaitan dengan potensi ekonomi.
f. Pengelolaan Risiko OPT adalah penentuan pilihan-
pilihan pengelolaan risiko OPT untuk menghilangkan
atau mengurangi masuknya, menet apnya, dan
menyebarnya OPT ke suat u area baru.
22. Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan
(AROPT)
• AROPT merupakan metode yang sangat penting di dalam
menentukan st at us suat u OPT dan menent ukan
persyarat an maupun tata cara pelaksanaan tindakan
karantina tumbuhan yang harus dilakukan bagi importasi
komoditas pertanian yang memiliki risiko membawa suatu
OPT/OPTK.
• Pencegahan masuknya OPT/OPTK melalui pemasukan
media pembawa ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia dilakukan dengan menetapkan persyaratkan
teknis terhadap pemasukan media pembawa tersebut
berdasarkan hasil kajian secara menyeluruh suatu OPT
melalui AROPT
23. g. Karantina Pasca Masuk adalah tindakan karantina yang
dilakukan terhadap suatu barang kiriman setelah
masuk.
h. Tindakan Karantina Tumbuhan di Negara Asal adalah
tindakan sertifikasi dan/atau kliren yang dilaksanakan di
negara asal di bawah pengawasan/supervise petugas
NPPO negara tujuan.
i. Pelarangan adalah peraturan phytosanitari yang
melarang pemasukan atau perpindahan/pengangkutan
komoditas atau OPT tertentu.
24. PENYUSUNAN AROPT
.
• Dalam penyusunan AROPT diperlukan
informasi-informasi penting terkait dengan
status komoditas yang akan diimpor, data
serangan dan daerah sebar OPT pada suatu
komoditas di negara asalnya.
• Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh
melalui Lembaga atau Organisasi Perlindungan
Tanaman (NPPO) negara asal komoditas atau
dari sumber-sumber lain yang kredibel.
25. PENILAIAN RISIKO
Ketegorisasi/Penggolongan OPT.
Kategorisasi OPT dilakukan melalui proses pengujian
terhadap semua OPT yang informasinya telah dihimpun
berdasarkan kriteria tertentu untuk dapat ditentukan
sebagai OPTK sesuai dengan definisinya, mencakup
antara lain:
a. Identitas OPT (Klasifikasi dan tata nama).
b. Identitas OPT adalah penggolongan OPT berdasarkan
klasifikasi ilmiah:
- Bakteri, cendawan, nematoda, dan serangga meliputi:
kingdom, filum, klas, ordo, famili, genus, spesies.
- Virus meliputi: famili, genus, spesies.
26. Penilaian OPT
• Penilaian dilakukan terhadap setiap individu
OPT yang berpotensi sebagai OPTK dan dibagi
kedalam 8 kriteria yang akan dinilai.
• Informasi tentang 8 kriteria untuk masing-
masing OPT yang akan dinilai, dapat diperoleh
dari referensi ilmiah yang tersedia.
• Apabila informasi sulit diperoleh, maka
penilaian dapat dilakukan dengan
menganalogikan pada kasus serupa, atau
mempergunakan informasi ilmiah lain yang
secara logika dibenarkan.
27. • Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor
38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-Jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II
Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media
Pembawa dan Daerah Sebarnya, merupakan
sumber i nf ormasi penti ng yang ti dak bol eh
di abai kan.
• Daftar OPT yang sudah terdapat di Indonesia
(pest list) pada tanaman pangan, tanaman
perkebunan dan tanaman hortikultura juga
sangat diperlukan.
28. Delapan kriteria penilaian OPT
A. Kemampuan reproduksi dan dispersi (penyebaran)
Faktor yang dinilai:
1). Penyebaran secara pasif
Kategori penilaian:
- Disebarkan oleh faktor abiotik: angin, air, alsintan,
alat angkut, tanah atau media pertumbuhan lainnya dan bahan
pembungkus;
- Disebarkan oleh faktor biotik: benih, bagian tanaman untuk
tujuan perbanyakan, vektor yang ada di Indonesia (serangga,
cendawan dan nematoda), manusia dan hewan.
2). Penyebaran secara aktif (terbang, loncat, dll).
Pergerakan OPT secara aktif menginfeksi atau menyerang
tanaman inangnya.
29. B. Tingkat kesulitan membebaskan media
pembawa dari OPT (P)
Kategori penilaian:
- Dapat dibebaskan .
- Tidak dapat dibebaskan
30. C. Dampak secara ekonomi dan sosial (Ek)
Kategori penilaian:
- nilai penting ekonomis dari komoditas yang akan diimpor
dan tanaman inang berpotensi (potential hosts);
- mengurangi hasil t anaman i nang, mort alit as tanaman
dan sebagai vektor patogen lain;
- mengurangi nil ai komodit as (mengurangi harga
produksi, harga
- pasar atau keduanya);
- kehilangan pasar atau kerugian pasar;
- kehilangan lapangan kerja;
- besarnya biaya pengendalian
31. D. Kemampuan bertahan hidup (B)
Kategori penilaian:
- Memiliki struktur bertahan (antara lain: sklerotia,
klamidosopra, spora seksual, spora bakteri, sista, telur
serangga hama, pupa, biji, miselium resisten).
- Bersifat saprofit fakultatif (tanah, sisa tanaman, media
lain).
- Memiliki inang lain (alternative host) dan inang antara
(alternate host) di area AROPT.
- Bertahan dalam tubuh vektor atau bertahan dalam
saluran pencernaan ternak.
- Bersifat laten pada benih (biji/bibit) atau tanaman.
32. E. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan OPT
Kategori penilaian:
- Lingkungan biotik: musuh alami, tanaman inang;
- Lingkungan abiotik: suhu, kelembaban relatif (RH),
cahaya, curah hujan, angin, iklim, altitude dan
latitude, kondisi tanah (fisik dan kimia).
F. Inang potensial yang ada di Indonesia (I)
Inang utama, Inang sekunder, dan Inang liar OPT yang
terdapat di Indonesia.
33. G. Tingkat kesulitan eradikasi pasca masuk (incursion)
(Er)
Kategori penilaian:
- Tidak dapat dieradikasi.
- Dapat dieradikasi akan tetapi sulit.
- Mudah dilakukan eradikasi.
H. Kemampuan deteksi (D)
Kategori penilaian:
- Belum tetapi terbatas dalam sarana dan prasarana;
- Mampu mampu melakukan deteksi;
- Mampu melakukan deteksi.
34. Faktor yang berpengaruh dalam penilaian, kategori penilaian dan
skoring
Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Kemampuan
Reproduksi dan
Dispersi/menyebar
(M)
a. Menyebar secara
pasif
b. Menyebar secara
aktif (terbang,
loncat, dll.)
a. Disebarkan oleh
_ngina abiotik:
_ngina, air, alsintan, alat
angkut,
tanah dan media
pertumbuhan
lainnya, bahan
pembungkus
b. Disebarkan oleh
_ngina _ngina;
benih, bagian tanaman
untuk
tujuan perbanyakan,
_ngina
(serangga, nematode,
cendawan), manusia
dan hewan
3
2
1
Bila penyebaran melalui benih
(bagian tanaman untuk bahan
perbanyakan), _ngina, air, tanah,
vector, (serangga, nematode,
cendawan) dan dapat menyebar
secara aktif
Bila disebarkan oleh manusia,
hewan dan media pertumbuhan
Bila disebarkan oleh alsintan,
alat
angkut, bahan pembungkus
35. Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Tingkat kesulitan
dapat dibebaskan
membebaskan
media
pembawa dari
OPT/OPTK
Dampak Ekonomi
dan sosial (Ek)
a. Tidak dapat dibebaskan
b. Dapat dibebaskan
a. Nilai ekonomi komoditi
yag akan diimpor
b. Mengurangi hasil
tanaman inang, kematian
dan sebagai vektor
c. Mengurangi nilai
komoditi (harga produksi,
harga pasar atau keduanya)
d. Kehilangan pasar atau
kerugian pasar
e. Kehilangan lapangan
kerja
3
2
1
3
2
1
Tidak dapat dibebaskan
Hanya dapat dibebaskan dengan
lebih dari 1 jenis perlakuan/sulit
Dibebaskan
Dapat dibebaskan dengan 1 jenis
perlakuan/mudah dibebaskan
Bila memenuhi 3-5 kategori
Penilaian
Bila memenuhi 2 kategori
Penilaian
Bila memenuhi 1 kategori
penilaian
36. Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Kemampuan
bertahan
hidup
a. Memiliki struktur bertahan
(sklerotium, klamidospora,
spora seksual, spora bakteri,
sista, telur , pupa, biji,
miselium seristen, dll.)
b. Bersifat saprofit fakultatif
(tanah, sisa tanaman, media
lainnya)
c. Memiliki inang alternatif
(alternative hosts) dan inang
antara (alternate hosts)
d. Bertahan pada tubuh
vektor, atau di dalam saluran
pencernaan hewan
e. Bersifat laten pada benih
(biji/bibit) atau pada
tanaman
3
2
1
Bila memenuhi 3-5 kategori
Penilaian
Bila memenuhi 2 kategori
Penilaian
Bila memenuhi 1 kategori
penilaian
37. Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Lingkungan
yang
mempengaruhi
perkembangan
OPT
a. Lingkungan biotik: musuh
alami,
tanaman inang, dll.
b. Lingkungan abiotik: suhu,
kelembaban relatif, cahaya,
curah
hujang, angin, iklim, altitude,
latitude, kondisi tanah (fisik
dan
kimia)
3
2
1
Sesuai dengan kondisi
lingkungan biotik dan abiotik di
seluruh area pertanaman di
Indonesia
Sesuai dengan kondisi
lingkungasn biotik dan abiotik di
sebagian area pertanaman di
Indonesia
Tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan biotik dan abiotik di
area pertanaman di Indonesia
38. Faktor yang
berpengaruh
Kategori penilaian Skor Uraian
Ketersediaan
inang
potensial di
Indonesia
Tingkat
kesulitan
eradikasi/incurs
ion
Kemampuan
deteksi
OPT
Inang utama, inang sekunder
dan inang liar
a. Tidak dapat dieradikasi
b. Sulit dilakukan eradikasi
c. Eradikasi mudah dilakukan
a. Belum mampu melakukan
deteksi
b. Mampu tetapi terbatas
dalam
sarana dan prasarana
c. Mampu melakukan deteksi
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Menyerang 2 atau lebih species
dalam 2 atau lebih famili
Tumbuhan
Menyerang 2 atau lebih genus
dalam 1 famili tumbuhan
Menyerang 1 species atau
beberapa species dalam 1 genus
Tidak dapat dieradikasi
Eradikasi sulit dilakukan
Eradikasi mudah dilakukan
Belum mampu melakukan
deteksi
Mampu tetapi terbatas dalam
sarana dan prasarana
Mampu melakukan deteksi
39. Pengelolaan Resiko
• Hasil penilaian risiko dilanjutkan dengan tahap
pengelolaan risiko, yaitu penentuan persyaratan
teknis atau tindakanan yang akan dilakukan terhadap
importasi suatu media pembawa.
• Berhubung kriteria zer o-ri sk sangat sulit ditentukan,
maka pengelolaan risiko diarahkan untuk mencapai
tingkat keamanan yang diperlukan didasarkan pada
alasan-alasan ilmiah, sehingga diperoleh solusi dalam
mengelola risiko, dengan telah mempertimbangkan
sumber daya yang jumlahnya terbatas.
40. • Pengelolaan risiko adalah proses identifikasi dan evaluasi
efektivitas cara untuk mengatasi risiko, berupa opsi yang
paling tepat untuk mencapai tingkat aman yang diperlukan.
• Tindakan ini dilakukan terhadap media pembawa yang
merupakan inang OPTK di negara asalnya dan di negara
tujuan.
• Tindakan yang akan dilakukan terhadap media pembawa di
tempat asalnya maupun di negara tujuan agar benar-benar
tepat, sehingga tidak berpotensi menjadi penghambat
perdagangan atau tidak sejalan dengan prinsip-prinsip yang
berlaku dalam sistem perdagangan bebas.
41. Persyaratan dan tindakan yang
harus dilakukan
Risiko Rendah
a. Di Negara Asal
- Disertai dengan Phytosanitary Certificate.
- Media pembawa bebas dari tanah, kompos,
dan kotoran lainnya.
- Media pembawa dikemas menggunakan
kemasan yang menjamin tidak akan terjadi re-
infestasi OPT/K
42. b. Di Indonesia
- Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditetapkan;
- Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
Karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan
tindakan Karantina Tumbuhan;
- Dikenakan tindakan pemeriksaan (metode
pengujian yang valid)
- Dikenakan tindakan perlakuan; atau
- Dikenakan tindakan penolakan; atau
- Dikenakan tindakan penahanan; atau
- Dikenakan tindakan pemusnahan; atau
- Dikenakan tindakan pembebasan
43. Risiko Sedang
a. Di Negara Asal
- Disertai dengan Phytosanitary Csertificate;
- Dilengkapi dengan hasil pengujian kesehatan benih yang menggunakan
metode pengujian yang valid;
- Media pembawa berasal dari Area of Low Pest Prevalence (ALPP) atau tempat
produksi yang bebas dari OPTK (PFPS);
- Media pembawa harus berasal dari produsen yang teregristrasi;
- Media pembawa diberi perlakuan;
- Media pembawa bebas dari tanah, kompos, dan kotoran lainnya;
- Media pembawa dikemas menggunakan kemasan yang menjamin tidak akan
terjadi re-infestasi OPT/OPTK;
- Tindakan pemeriksaan Karantina Tumbuhan di negara asal (opsional);
- Pre Clearance Inspection (Penilaian status fitosanitari sumber produksi)
(opsional)
44. b. Di Indonesia
- Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah
ditetapkan;
- Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas
karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk
keperluan tindakan karantina Tumbuhan;
- Dikenakan tindakan pemeriksaan atau (Metode
pengujian yang valid);
- Dikenakan tindakan perlakuan; atau
- Dikenakan tindakan penolakan; atau
- Dikenakan tindakan penahanan; atau
- Dikenakan tindakan pemusnahan; atau
- Dikenakan tindakan pembebasan
45. Risiko Tinggi
a. Di Negara Asal
- Disertai dengan Phytosanitary Certificate;
- Dilengkapi dengan hasil pengujian kesehatan benih yang
menggunakan metode pengujian yang valid;
- Media pembawa berasal dari Area yang bebas
OPTK (PFA) atau tempat produksi yang bebas dari
OPTK (PFPS);
- Media pembawa harus berasal dari Produsen yang teregistrasi;
- Media pembawa diberi perlakuan;
- Media pembawa bebas dari tanah, kompos, dan kotoran lainnya;
- Volume pemasukan media pembawa dibatasi sesuai dengan
kemampuan dalam melakukan deteksi dan pengelolaan risiko
OPTK;
46. - Media pembawa dikemas menggunakan kemasan
yang menjamin tidak akan terjadi re-infestasi
OPT/OPTK;
- Tindakan Pemeriksaan Karantina Tumbuhan di
negara asal;
- Pre Clearance Inspection ( Penilaian status
fitosanitari sumber produksi);
- Dikenakan tindakan pelarangan.
b. Tindakan di Negara Ketiga (karantina antara)
Melalui karantina antara di negara ke-tiga, observasi
medi a pembawa, pengganti an kemasan, perl akuan
ulang dan tindakan lain yang diperlukan.
47. c. Di Indonesia
- Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
- Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas
Karantina Tumbuhan di tempat pemasukan untuk keperluan
tindakan karantina tumbuhan;
- Dikenakan tindakan pemeriksaan (Metode pengujian yang
valid);
- Dikenakan tindakan pengasingan dan pengamatan;
- Dikenakan tindakan perlakuan; atau
- Dikenakan tindakan penolakan; atau
- Dikenakan tindakan penahanan; atau
- Dikenakan tindakan pemusnahan; atau
- Dikenakan tindakan pembebasan.
48. Kesimpulan Pengelolaan Risiko
Tahap akhir dari penyusunan pengelolaan risiko adalah
suatu kesimpulan yang berisikan tentang tindakan
maupun persyaratan karantina yang akan
direkomendasikan untuk dilaksanakan dalam
kegiatan importasi media pembawa.
Apabila di dalam satu media pembawa terdapat lebih
dari satu kategori risiko, maka kesimpulan
pengelolaan risiko yang diambil berdasarkan risiko
tertinggi