SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Integrated pesticide management in Agriculture and implementation strategy
1 INTRODUCTION
Background
Pestisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan serangga
yang merusak tanaman pertanian. Dalam dunia pertanian pestisida yang digunakan
saat ini sangat beragam. Keanekaragaman pestsida tersebut dimulai dari perbedaan
merek dagang, bahan aktif dan cara kerjanya. Petani sebagai pelaku pelaksana dalam
produksi tanaman pertanian khususnya petani buah-buahan dan sayuran di Provinsi
Sumatera Utara, atau daerah yang sangat terkenal ‘Tanah Karo” sering kali tidak
memahami bagaimana penggunaan dan pengelolaan pestisida tersebut selama
budidaya tanaman buah dan sayuran. Hal tersebut mengakibatkan produksi buah dan
sayuran yang melimpah tinggi, didistribusikan ke pasar mengandung residu pestisida
yang tinggi sehingga menyebabkan produk sayuran dan buah khas ‘Tanah karo” tidak
mampu masuk ke perdagangan ekspor luar negri, padahal secara kuantitas sudah
memenuhi namun belum secara kualitas.
Hampir 80 % petani di Tanah karo menggunakan pestisida sintetik (kimiawi)
dalam budidaya tanaman khusunya buah jeruk. Sekitar 60 % areal tanah karo di
Sumatera ditanami dengan komoditas jeruk. Permasalahan yang selalu muncul adalah
produktivitas tinggi, namun tingkat residu pada produk buah tersebut setelah panen
sangat tinggi. Petani sebagai pengelola pokok dalam membudidayakan tanaman di
lahan mereka tidak memahami bagaimana melakukan pengelolaan pestisida yang
baik bagi tanaman dan sehat bagi manusia.
Praktek proteksi tanaman pada komoditas jeruk di tanah karo, sangat tinggi
frekuensi petani melakukan penyemprotan dapat mencapai 4 kali dalam sebulan.
Petani jeruk mengakui hal tersebut membuat mereka merasa aman karena masih
memperoleh keuntungan dari kegiatan memanen jeruknya. Dalam melakukan
penyemprotan pestisida, pemilihan merek dagang oleh petani didasarkan atas
pengetahuan teman, bukan berdasarkan pola pemikiran terkait hama yang ingin
dikendalikan dalam upaya mencegah kehilangan hasil yang tinggi. Perilaku petani
dalam aplikasi pestisida, secara kajian ekotoksikologi akan merugikan manusia
(sebagai konsumen), hewan (di kolam, danau, dan sungai), dan tanah
(mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah).
Berkaitan dengan permasalahan di atas, perlu disusun program kerja yang perlu
distandarkan oleh pemerintah khusunya pemerintah Tanah Karo yang mendukung
suksesnya program ini terkait pengelolaan penggunaan pestisida pada komoditi jeruk
di Tanah Karo. Harapan dari program kerja yang telah disusun tersebut diharapkan
dapat membimbing para petani jeruk dalam upaya bagaimana menciptakan komoditi
jeruk yang menghasilkan produktivitas tinggi, residu rendah, aman bagi konsumen
dan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui suksesnya program ekspor jeruk
khas daerah tanah karo ke luar negri.
LITERATURE REVIEW
Konsep umum penggunaan pestisida dalam mengendalikan hama
Biologi hama lalat buah dan gejala serangannya
Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah jeruk atau di dalam
luka atau cacat buah secara berkelompok (Borror, 1996). Lalat buah betina bertelur
sekitar 120-150 butir dan menetas dalam watu 8-16 jam. Pada suhu rendah yaitu
diantara 12-13oC telur tidak akan menetas. Lalat buah betina dapat meletakkan telur
1-40 butir/buah/hari. Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan
salah satu ujungnya runcing yang berukuran kurang lebih 1 m (BKP Pangkalpinang,
2012). Larva yang muncul dari telur berwarna putih kekuningan, panjang 12-13
mm. Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari.
Larva mulai menggerogoti daging buah atau jaringan batang dan matang setelah tujuh
sampai sepuluh hari. Larva kemudian berpupa di dalam tanah (Wahyono dan Tarigan,
2007). Pupa berwarna coklat tua, berbentuk oval dengan panjang 5 mm dan tidak
bergerak. Fase ini berlangsung pada musim panas siang hari pada suhu 30-35oC,
kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450-900 meter.
Masa pupa rata-rata 19 hari, dan sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban tanah,
yaitu umur pupa lebih pendek pada kelembaban lebih tinggi (Montoya, 2008). Lalat
dewasa berwarna merah kecoklatan. Lalat dewasa panjangnya lebih kurang 1/4 inci,
dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam di bagian thoraksnya. Siklus hidup
dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 -20 hari. Lalat buah dewasa sudah
siap untuk bereproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur
sampai 5 (lima) kali. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya
lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer (Putra, 1997).
Gambar 4. Imago Bactrocera sp.
Sumber : http://www.labscorner.org
Lalat betina dewasa mengeluarkan feromon seks untuk memikat lalat
jantan. Telur akan diletakkan pada jaringan tumbuhan yang cocok (cukup nutrisi)
bagi keturunannya. Penelitian oleh Messina et al (1991) dan Putra (1997)
membuktikan bahwa lalat buah memilih buah yang mulai masak agar lebih mudah
ditembus oleh ovipositor, memiliki kandungan gula yang mulai meningkat,
kandungan air yang makin rendah, dan ukuran yang makin besar.
Gejala serangan Bactrocera sp.
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.
Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak
telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Noda-noda kecil bekas
tusukan ovipositor merupakan gejala awal serangan lalat buah. Selanjutnya
karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi
meluas.
Pestisida Sintetik yang umum digunakan
Cara kerja pestisida yang umum diadopsi oleh petani
DISCUSSION
Monitoring sebagai dasar pengambilan keputusan (dilakukan penyemprotan
atau tidak)
Kegiatan Monitoring Status OPT bertujuan untuk mengetahui prilaku hama,
dinamika perkembangan populasi, tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh OPT. kegiatan
monitoring sangat membantu dalam meberikan infiormasi dalam mengambil keputusan,
karena dari melaksanakan monitoring kita dapat mengetahui keberadaan OPT dan
mengambil keputusan tindakan pengendalian dilakukan atau tidak.
Gambar 1 Asumsi dasar pengendalian dengan pestsida dilakukan (Sumber :www.
extension.org)
Figure 1. Sweep net sampling for insects. Photo credit: Norman E. Rees, USDA
Agricultural Research Service, ipmimages.org
Penyemprotan pestisida dilakukan ketika 3 minggu setelah tanaman jeruk
berbunga, dan 1 bulan sebelum panen. Dalam aplikasinya petani harus
memperhatikan jenis bahan aktif yang cocok untuk mengendalikan, cara kerja, dan
konsentrasi yang digunakan saat melakukan penyemprotan. Selama melakukan
penyemprotan, petani harus memakai masker,pakaian berlengan panjang, tidak
merokok, dan menggunakan peralatan yang khusus dalam praktek aplikasi pestisida
(ember penampung, pengaduk (kayu), selang, dan mesin pompa), dan melakukan saat
cuaca tidak mendung atau akan turun hujan. Setelah selesai melakukan penyemprotan
petani harus mengumpulkan bungkus, wadah pestisida ke dalam satu tempat, dan
tidak membuang di sembarang tempat, mencuci peralatan yang dipakai selama
melakukan penyemprotan di tempat khusus, dan 1 hari setelah melakukan
penyemprotan petani harus melakukan evaluasi/ monitoring di area/lahan terkait
informasi populasi hama yang dikendalikan. Hal tersebut diharapkan dapat
menyelamatkan tanaman jeruk dari kehilangan hasil akibat serangan lalat buah dan
menghasilkan produk jeruk yang sehat (mengandung residu yang rendah atau dapat
ditolerir oleh manusia), menghasilkan pendapatan petani yang diharapkan serta
lingkungan yang sehat.
Penyemprotan pestisida dilakukan ketika 3 minggu setelah tanaman jeruk
berbunga, dan 1 bulan sebelum panen. Dalam aplikasinya petani harus
memperhatikan jenis bahan aktif yang cocok untuk mengendalikan, cara kerja, dan
konsentrasi yang digunakan saat melakukan penyemprotan. Selama melakukan
penyemprotan, petani harus memakai masker,pakaian berlengan panjang, tidak
merokok, dan menggunakan peralatan yang khusus dalam praktek aplikasi pestisida
(ember penampung, pengaduk (kayu), selang, dan mesin pompa), dan melakukan saat
cuaca tidak mendung atau akan turun hujan. Setelah selesai melakukan penyemprotan
petani harus mengumpulkan bungkus, wadah pestisida ke dalam satu tempat, dan
tidak membuang di sembarang tempat, mencuci peralatan yang dipakai selama
melakukan penyemprotan di tempat khusus, dan 1 hari setelah melakukan
penyemprotan petani harus melakukan evaluasi/ monitoring di area/lahan terkait
informasi populasi hama yang dikendalikan. Hal tersebut diharapkan dapat
menyelamatkan tanaman jeruk dari kehilangan hasil akibat serangan lalat buah dan
menghasilkan produk jeruk yang sehat (mengandung residu yang rendah atau dapat
ditolerir oleh manusia), menghasilkan pendapatan petani yang diharapkan serta
lingkungan yang sehat.

More Related Content

What's hot

Produksi Tanaman Kacang Panjang
Produksi Tanaman Kacang PanjangProduksi Tanaman Kacang Panjang
Produksi Tanaman Kacang PanjangRozi Aziz
 
Laporan Biogul
Laporan Biogul Laporan Biogul
Laporan Biogul Ardianti
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulmaDina akib
 
Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiDesti Diana Putri
 
Produksi Tanaman Mentimun
Produksi Tanaman MentimunProduksi Tanaman Mentimun
Produksi Tanaman MentimunRozi Aziz
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiMarta Adinata
 
Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Andrew Hutabarat
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optAndrew Hutabarat
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifSeptian Muna Barakati
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUsapri yanto
 
Produksi Tanaman Kentang
Produksi Tanaman KentangProduksi Tanaman Kentang
Produksi Tanaman KentangRozi Aziz
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulmamamad9009
 
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ipPaper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ipFebrina Tentaka
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiFebrina Tentaka
 

What's hot (17)

Produksi Tanaman Kacang Panjang
Produksi Tanaman Kacang PanjangProduksi Tanaman Kacang Panjang
Produksi Tanaman Kacang Panjang
 
Laporan Biogul
Laporan Biogul Laporan Biogul
Laporan Biogul
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Pengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayatiPengendalian gulma secara hayati
Pengendalian gulma secara hayati
 
Cara cara pengendalian gulma
Cara cara pengendalian gulmaCara cara pengendalian gulma
Cara cara pengendalian gulma
 
Pengendalian Hayati
Pengendalian HayatiPengendalian Hayati
Pengendalian Hayati
 
Produksi Tanaman Mentimun
Produksi Tanaman MentimunProduksi Tanaman Mentimun
Produksi Tanaman Mentimun
 
Tpt semangka
Tpt semangkaTpt semangka
Tpt semangka
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
 
Makalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventifMakalah pengendalian gulma secara preventif
Makalah pengendalian gulma secara preventif
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
 
Produksi Tanaman Kentang
Produksi Tanaman KentangProduksi Tanaman Kentang
Produksi Tanaman Kentang
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulma
 
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ipPaper agroteknologi tanaman pangan i ip
Paper agroteknologi tanaman pangan i ip
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan ii
 

Viewers also liked

Viewers also liked (10)

Trinity Kings World Leadership: Portraits of a Leader
Trinity Kings World Leadership: Portraits of a LeaderTrinity Kings World Leadership: Portraits of a Leader
Trinity Kings World Leadership: Portraits of a Leader
 
Papu Health CV
Papu Health CVPapu Health CV
Papu Health CV
 
certificado
certificadocertificado
certificado
 
SCI02 Assignment
SCI02 AssignmentSCI02 Assignment
SCI02 Assignment
 
Ortega Maila-El Universo
Ortega Maila-El UniversoOrtega Maila-El Universo
Ortega Maila-El Universo
 
Aditzak NOR-NORI
Aditzak NOR-NORIAditzak NOR-NORI
Aditzak NOR-NORI
 
A romantic moment
A romantic momentA romantic moment
A romantic moment
 
Alzad las manos
Alzad las manosAlzad las manos
Alzad las manos
 
NLMB: Slides 67 to 73
NLMB: Slides 67 to 73NLMB: Slides 67 to 73
NLMB: Slides 67 to 73
 
ATENCIÓN A LA DIVERSIDAD
ATENCIÓN A LA DIVERSIDAD ATENCIÓN A LA DIVERSIDAD
ATENCIÓN A LA DIVERSIDAD
 

Similar to Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy

INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAJosua Sitorus
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmkWinda Lita
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraSurya Agus
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Moh Masnur
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Irt Elims
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi beniharzaka
 
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanDewi Ayu Maryati
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan BiopestisidaMateri Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan BiopestisidaNike Triwahyuningsih
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 

Similar to Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy (20)

INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
PESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudangPESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudang
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmk
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT Hemiptera
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
 
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
 
6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan BiopestisidaMateri Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Makalah_26 Laporan praktikum 2 pemurnian benih kel3
Makalah_26 Laporan praktikum 2 pemurnian benih kel3Makalah_26 Laporan praktikum 2 pemurnian benih kel3
Makalah_26 Laporan praktikum 2 pemurnian benih kel3
 
Makalah Sambiloto
Makalah Sambiloto Makalah Sambiloto
Makalah Sambiloto
 
Acara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAOAcara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAO
 

Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy

  • 1. Integrated pesticide management in Agriculture and implementation strategy 1 INTRODUCTION Background Pestisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan serangga yang merusak tanaman pertanian. Dalam dunia pertanian pestisida yang digunakan saat ini sangat beragam. Keanekaragaman pestsida tersebut dimulai dari perbedaan merek dagang, bahan aktif dan cara kerjanya. Petani sebagai pelaku pelaksana dalam produksi tanaman pertanian khususnya petani buah-buahan dan sayuran di Provinsi Sumatera Utara, atau daerah yang sangat terkenal ‘Tanah Karo” sering kali tidak memahami bagaimana penggunaan dan pengelolaan pestisida tersebut selama budidaya tanaman buah dan sayuran. Hal tersebut mengakibatkan produksi buah dan sayuran yang melimpah tinggi, didistribusikan ke pasar mengandung residu pestisida yang tinggi sehingga menyebabkan produk sayuran dan buah khas ‘Tanah karo” tidak mampu masuk ke perdagangan ekspor luar negri, padahal secara kuantitas sudah memenuhi namun belum secara kualitas. Hampir 80 % petani di Tanah karo menggunakan pestisida sintetik (kimiawi) dalam budidaya tanaman khusunya buah jeruk. Sekitar 60 % areal tanah karo di Sumatera ditanami dengan komoditas jeruk. Permasalahan yang selalu muncul adalah produktivitas tinggi, namun tingkat residu pada produk buah tersebut setelah panen sangat tinggi. Petani sebagai pengelola pokok dalam membudidayakan tanaman di lahan mereka tidak memahami bagaimana melakukan pengelolaan pestisida yang baik bagi tanaman dan sehat bagi manusia. Praktek proteksi tanaman pada komoditas jeruk di tanah karo, sangat tinggi frekuensi petani melakukan penyemprotan dapat mencapai 4 kali dalam sebulan. Petani jeruk mengakui hal tersebut membuat mereka merasa aman karena masih memperoleh keuntungan dari kegiatan memanen jeruknya. Dalam melakukan penyemprotan pestisida, pemilihan merek dagang oleh petani didasarkan atas pengetahuan teman, bukan berdasarkan pola pemikiran terkait hama yang ingin dikendalikan dalam upaya mencegah kehilangan hasil yang tinggi. Perilaku petani dalam aplikasi pestisida, secara kajian ekotoksikologi akan merugikan manusia (sebagai konsumen), hewan (di kolam, danau, dan sungai), dan tanah (mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah). Berkaitan dengan permasalahan di atas, perlu disusun program kerja yang perlu distandarkan oleh pemerintah khusunya pemerintah Tanah Karo yang mendukung suksesnya program ini terkait pengelolaan penggunaan pestisida pada komoditi jeruk di Tanah Karo. Harapan dari program kerja yang telah disusun tersebut diharapkan dapat membimbing para petani jeruk dalam upaya bagaimana menciptakan komoditi jeruk yang menghasilkan produktivitas tinggi, residu rendah, aman bagi konsumen dan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui suksesnya program ekspor jeruk khas daerah tanah karo ke luar negri.
  • 2. LITERATURE REVIEW Konsep umum penggunaan pestisida dalam mengendalikan hama Biologi hama lalat buah dan gejala serangannya Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah jeruk atau di dalam luka atau cacat buah secara berkelompok (Borror, 1996). Lalat buah betina bertelur sekitar 120-150 butir dan menetas dalam watu 8-16 jam. Pada suhu rendah yaitu diantara 12-13oC telur tidak akan menetas. Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari. Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing yang berukuran kurang lebih 1 m (BKP Pangkalpinang, 2012). Larva yang muncul dari telur berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mulai menggerogoti daging buah atau jaringan batang dan matang setelah tujuh sampai sepuluh hari. Larva kemudian berpupa di dalam tanah (Wahyono dan Tarigan, 2007). Pupa berwarna coklat tua, berbentuk oval dengan panjang 5 mm dan tidak bergerak. Fase ini berlangsung pada musim panas siang hari pada suhu 30-35oC, kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450-900 meter. Masa pupa rata-rata 19 hari, dan sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban tanah, yaitu umur pupa lebih pendek pada kelembaban lebih tinggi (Montoya, 2008). Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan. Lalat dewasa panjangnya lebih kurang 1/4 inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam di bagian thoraksnya. Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 -20 hari. Lalat buah dewasa sudah siap untuk bereproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer (Putra, 1997). Gambar 4. Imago Bactrocera sp. Sumber : http://www.labscorner.org Lalat betina dewasa mengeluarkan feromon seks untuk memikat lalat
  • 3. jantan. Telur akan diletakkan pada jaringan tumbuhan yang cocok (cukup nutrisi) bagi keturunannya. Penelitian oleh Messina et al (1991) dan Putra (1997) membuktikan bahwa lalat buah memilih buah yang mulai masak agar lebih mudah ditembus oleh ovipositor, memiliki kandungan gula yang mulai meningkat, kandungan air yang makin rendah, dan ukuran yang makin besar. Gejala serangan Bactrocera sp. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor merupakan gejala awal serangan lalat buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Pestisida Sintetik yang umum digunakan Cara kerja pestisida yang umum diadopsi oleh petani DISCUSSION Monitoring sebagai dasar pengambilan keputusan (dilakukan penyemprotan atau tidak) Kegiatan Monitoring Status OPT bertujuan untuk mengetahui prilaku hama, dinamika perkembangan populasi, tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh OPT. kegiatan monitoring sangat membantu dalam meberikan infiormasi dalam mengambil keputusan, karena dari melaksanakan monitoring kita dapat mengetahui keberadaan OPT dan mengambil keputusan tindakan pengendalian dilakukan atau tidak.
  • 4. Gambar 1 Asumsi dasar pengendalian dengan pestsida dilakukan (Sumber :www. extension.org) Figure 1. Sweep net sampling for insects. Photo credit: Norman E. Rees, USDA Agricultural Research Service, ipmimages.org
  • 5. Penyemprotan pestisida dilakukan ketika 3 minggu setelah tanaman jeruk berbunga, dan 1 bulan sebelum panen. Dalam aplikasinya petani harus memperhatikan jenis bahan aktif yang cocok untuk mengendalikan, cara kerja, dan konsentrasi yang digunakan saat melakukan penyemprotan. Selama melakukan penyemprotan, petani harus memakai masker,pakaian berlengan panjang, tidak merokok, dan menggunakan peralatan yang khusus dalam praktek aplikasi pestisida (ember penampung, pengaduk (kayu), selang, dan mesin pompa), dan melakukan saat cuaca tidak mendung atau akan turun hujan. Setelah selesai melakukan penyemprotan petani harus mengumpulkan bungkus, wadah pestisida ke dalam satu tempat, dan tidak membuang di sembarang tempat, mencuci peralatan yang dipakai selama melakukan penyemprotan di tempat khusus, dan 1 hari setelah melakukan penyemprotan petani harus melakukan evaluasi/ monitoring di area/lahan terkait informasi populasi hama yang dikendalikan. Hal tersebut diharapkan dapat menyelamatkan tanaman jeruk dari kehilangan hasil akibat serangan lalat buah dan menghasilkan produk jeruk yang sehat (mengandung residu yang rendah atau dapat ditolerir oleh manusia), menghasilkan pendapatan petani yang diharapkan serta lingkungan yang sehat.
  • 6. Penyemprotan pestisida dilakukan ketika 3 minggu setelah tanaman jeruk berbunga, dan 1 bulan sebelum panen. Dalam aplikasinya petani harus memperhatikan jenis bahan aktif yang cocok untuk mengendalikan, cara kerja, dan konsentrasi yang digunakan saat melakukan penyemprotan. Selama melakukan penyemprotan, petani harus memakai masker,pakaian berlengan panjang, tidak merokok, dan menggunakan peralatan yang khusus dalam praktek aplikasi pestisida (ember penampung, pengaduk (kayu), selang, dan mesin pompa), dan melakukan saat cuaca tidak mendung atau akan turun hujan. Setelah selesai melakukan penyemprotan petani harus mengumpulkan bungkus, wadah pestisida ke dalam satu tempat, dan tidak membuang di sembarang tempat, mencuci peralatan yang dipakai selama melakukan penyemprotan di tempat khusus, dan 1 hari setelah melakukan penyemprotan petani harus melakukan evaluasi/ monitoring di area/lahan terkait informasi populasi hama yang dikendalikan. Hal tersebut diharapkan dapat menyelamatkan tanaman jeruk dari kehilangan hasil akibat serangan lalat buah dan menghasilkan produk jeruk yang sehat (mengandung residu yang rendah atau dapat ditolerir oleh manusia), menghasilkan pendapatan petani yang diharapkan serta lingkungan yang sehat.