Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
2. MORFOLOGI PENYAKIT KULIT
(EFLORESENSI)
Penting mengetahui
Berbagai ujud kelainan kulit, diagnosis
secara klinis
Tempat terang
Perhatikan lokasi lesi secara keseluruhan,
baru kemudian perhatikan lebih seksama
UKK yang dominan maupun yang
menyertai serta distribusinya.
12. PAPULA
Terjadi karena adanya proses:
A. Infiltrat pada papilla dermis
• proses infiltrasi selular pada kasus
lichen nitidus
• proses non-selular pada kasus
lichen amiloidosis
B. Hiperplasi epidermis
• Veruka
• molluscum contagiosum
16. PLAK (PLAQUE)
Kelainan kulit seperti papula
dengan permukaan datar dan
diameter > 1 cm. Plak dapat
terjadi karena perluasan suatu
papula, tetapi dapat juga karena
gabungan atau konfluensi dari
beberapa papula
18. PLAK (PLAQUE)
Eczema
Papulosquamous (papular
and scaling) lesions
Discoid lupus
erythematosus
Lichen planus
Pityriasis rosea
Psoriasis
Seborrheic dermatitis
Syphilis (secondary)
Tinea corporis
Tinea pedis
Tinea versicolor
19. Urtika (Wheal)
Penonjolan kulit, batas tegas, timbulnya cepat,
hilang cepat, warna kemerahan dan pucat di bagian
tengah, sering terdapat pseudopodia (kaki semu)
Penyebab : adanya edema interselular yang
biasanya merupakan kelanjutan dari meningkatnya
permeabilitas kapiler dan hampir tidak pernah
dijumpai adanya infiltrat radang
Biasanya urtika timbul akibat adanya reaksi alergi,
atau reaksi hipersensitifitas. Urtika yang timbul di
jaringan yang longgar, seperti di kelopak mata,
bibir, dan scrotum biasanya berukuran besar (luas)
dan dinamakan angioedema.
21. Nodul
Penonjolan kulit dengan batas tegas, letaknya dalam, diameternya > 1
cm. Nodul terjadi karena adanya infiltrasi yang bersifat massif pada
dermis dan subkutis.
Tumor sebenarnya juga seperti nodul, hanya istilah tumor digunakan
untuk nodul dengan diameter yang besar.
Tetapi skr ini istilah tumor sering untuk kelainan-kelainan yang
bersifat neoplastik saja.
24. Lokasi pus intra epidermal atau sub
epidermal.
a) Pustula intraepidermal
subcorneal: subcorneal pustular
dermatosis
intracorneal: candidiasis
spongiform: psoriasis pustulosa
b) Pustula subepidermal
Contoh: infeksi sekunder dari dermatitis
herpetiformis
26. Vesikel dan Bulla
Penonjolan kulit dengan batas tegas, berisi
cairan serous. Diameter > 1 cm bula.
Diameter < 1 cm vesikel
Vesikel dan Bulla
27. Vesikel dan Bulla
Vesikel / bula terjadi di lokasi berbeda
pada lapisan kulit
1. Vesikel/bula intraepidermal atau
suprabasal
a. spongiosis:
vesikel atau bula yang terjadi karena proses
spongiosis dimulai dengan terjadinya edema
interselular di antara sel-sel keratinosit yang
terisi cairan.
Contoh: dermatitis kontak alergi (DKA)
b. degenerasi balon:
vesikel atau bula terjadi karena proses
degenerasi dimulai dengan terjadinya edema
intraselular biasanya karena adanya suatu
proses infeksi.
Contoh: herpes zoster, herpes simplex
28. c. akantolisis:
vesikel atau bula terjadi karena adanya
proses akantolisis, yakni hilangnya spina atau
akanta atau jembatan antar sel, sehingga
ikatan antara sel menjadi hilang atau lepas,
dan akhirnya akan terbentuk celah atau
rongga yang berisi cairan.
Contoh: pemfigus
d. sub-corneal:
vesikel atau bula terbentuk karena lepasnya
stratum korneum dari lapisan di bawahnya.
Contoh: impetigo, miliaria kristalina
Vesikel dan Bula
29.
30. Vesikel dan Bula
2. Vesikel/bula subepidermal atau
infrabasal atau intradermal:
Vesikel atau bula infrabasal terjadi
karena lepasnya lapisan basal dari
membrana basalis. Vesikel atau bula
yang terbentuk biasanya akibat
proses autoimun,
misalnya: bullous pemphigoid,
dermatitis herpetiformis.
31. Komedo
Penonjolan kulit karena adanya
pelebaran infundibulum folikel
rambut yang terisi masa keratin,
sebum & mikroorganisme
tertentu.
Komedo terjadi pada kasus: acne,
komedo senilis