SlideShare a Scribd company logo
1 of 116
PULMONOLOGI
(ILMU PENYAKIT PARU dan
SALURAN NAFAS)
Dr.Dr. NILAS WARLEMNILAS WARLEM, SpP, SpP
Standar kompetensi dokter indonesia
- Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 4A
- Tuberkulosis dengan HIV 3A
- Multi Drug Resisten (MDR) 2
Tujuan umum
Secara profesional memahami prinsip biomedis,klinis
dan ilmu kesehatan masyarakat dalam pengelolaan
masalah TB pada induvidu dan komunitas secara
komprehensif dengan selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
tenteng TB.
Tujuan khusus
Menjelaskan etika moral dan profesionalisme dalam
penanggulangan TB
Menjelaskan konsep kerahasiaan dan pengambilan
keputusan dalam pengelolaan pasien TB
Memahami tindak lanjut penderita TB pada kondisi
khusus( HIV,DM,gannguan hepar ,gangguan ginjal
dan kehamilan )
Memahami sistim rujukan kasus TB
Menjelaskankan pencegahan primer,skunder dan
tertier pada pengendaliaan infeksi TB
Memahami cara edukasi pada pasien terkait preventf
 menjelaskan
epidemiologi,etiologi,patofisiologi,imunopatogenesis
pada TB
 Menjelaskan diagnosis penunjang (laboratorium dan
radiologis ) pada kasus TB.
BUKU - BUKU
1. RESPIRATORY DISEASE
Crofton & Douglas
2. TEXTBOOK OF PULMONARY DISEASE
Baum
3. DIAGNOSIS OF DISEASES OF THE CHEST
Fraser & Pare
4. PULMONARY DISEASES AND DISORDERS
Fishman
5. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia
PDPI
TUBERKULOSIS PARU
DEFINISI :
Penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh
mikobakterium tuberkulosis komplek.
Ada 3 varian utama M. Tuberkulosis
Var. Humanus
Var. Bovinum
Var. Avium
Yang paling banyak ditemukan pada manusia :
M. Tuberkulosis Humanus
Robert Koch Mycobacterium tuberculosisMycobacterium tuberculosis
Robert Koch pertama kali menemukan kuman TB, 24 Maret 1882
PENYAKIT INI MASIH MERUPAKAN MASALAH
KESEHATAN MASYARAKAT DI NEGARA BERKEMBANG
WHO :
Keterlambatan dan ketidak patuhan, TB menularkan
penyakit thd lingkungannya
Global emergenci  1992
Perkiraan kasus TB secara global 2009
- Insiden kasus : 9,4 juta
- Prevalensi kasus : 14 juta
- Kasus meninggal (HIV - ) : 1,3 juta
- Kasus meninggal (HIV + ) : 0,38 juta
Jumlah kasus terbanyak regio asia tenggara
(35%)
TB HIV terbanyak regio afrika 80% dari kasus
Tahun 2009 kasus TB MDR diperkirakan 250
kasus tetapi hanya 30 000 kasus yang
dikonfirmasi
Target 2050mengurangi insiden global kasus TB,
1 kasus per 1 juta populasi per tahun
TB sebagai
“Global Emergency”
(WHO, 1992)
KASUS & KEMATIAN MENINGKAT
ECONOMIC LOSS TINGGI
KEGAGALAN PEMBERANTASAN SELAMA INI TIDAK
MEMADAINYA
 KOMITMEN,
 DANA,
 MANAJEMEN KASUS,
 SISTEM / ORGANISASI PELAYANAN
KEMISKINAN
PERUBAHAN DEMOGRAFI (KOMPOSISI PENDUDUK)
DAMPAK PANDEMI HIV
BERKEMBANGNYA MDR-TB
DI INDONESIA
1979 : TB BTA + 0,29%
1986 : TB Paru penyebab kesakitan No. 10
penyebab kematian No. 4
1992 : TB Paru penyebab kematian No. 2 sesudah
kardiovakuler
WHO memperkirakan kematian 175000/th dan
550000 kasus/th
Tiga perempat kasus pada usia 15-49th
Sumatera Barat 1985 : BTA (+) pada usiaSumatera Barat 1985 : BTA (+) pada usia >> 15 tahun15 tahun
: 5,3 %: 5,3 %
 PesselPessel : 18 %: 18 %oo
 Kodya PayakumbuhKodya Payakumbuh : 1 %: 1 %oo
SURVEYSURVEY
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis
dengan sifat-sifat :
 Tahan asam
 Pertumbuhan lambat
 Tahan lama dalam keadaan kering berminggu-minggu
 Tidak tahan sinar matahari, sinar ultraviolet, suhu > 600
C
Sifat-sifat kuman TB
Ukuran 4 x 0,3 x 0,6 μ
Suhu optimal 37 C
Tumbuh optimal Ph 6.4-7
Dinding kuman
Fat 30% (lam )lipoarabinomanan, as stearat,
milosik, mycosides
Protein tuberkulo protein
MASUKNYA KUMAN KEDALAM TUBUH MANUSIA
Inhalasi
- > 90%, Droplet nuclei 1-5 µ
Melalui saluran cerna
Melalui kulit (luka)
• Patolog
• Tukang daging
Intra uterina (melalui plasenta)
Sebagai sumber penularan :
Penderita TB Paru dengan BTA + pada sputumnya
GAMBAR
Saluran lymph
Fokus primer
Kel. Lymph hilus
(regional)
Komplex PrimerKomplex Primer
KOMPLEX PRIMER
Pada manusia :
Lesi permulaan
Pada organ
Lesi pada
Kelenjar regional
Selain di paru, lesi primer bisa di :
Tonsil
Usus
kulit
Lesi primer pada
Subpleura bag. Tengah
(GHON FOCUS)
Lesi pada
Kelenjar di hilus
+
+
Kompleks primer
TERGANTUNG KEPADA :
Dosis
virulensi
Sembuh
Meluas
kuman ~
Daya tahan
Imunitas
hipersensitiviti
Akan tetapi sebagian terbesar Komplex
Primer SEMBUH
Komp Primer ( sebagian besar sembuh )M.TB di bunuh
DisseminationTB Primer
Akut
(meningitis, milier, tulang
Ginjal dll)
Stabil
(Laten)
Reaktivasi
( TB – pos primer / tb sekunder )
Stabil
(Laten)
Inhalasi M.TB
TB PARU
TB Paru post primer :
Paling banyak
Sumber penularan
Primer Post primer
Terjadinya TB Paru post primer
1. Perluasan langsung lesi primer terutama
bila infeksi primer terjadi pada masa
pubertas.
2. Reaktivasi lesi primer yang sudah tenang,
terutama karena daya tahan tubuh
menurun
3. Penyebaran secara hematogen dari fokus
primer
4. Superinfeksi eksogen
(infeksi baru dari luar)
Yang terpenting dari 4 kemungkinan
di atas adalah No. 1 dan 2
TUBERKULOSIS PRIMER
TUBERKULOSIS POST PRIMER
SEMBUH SEMBUH DGN : FIBROSIS
PERKAPURAN
KAVITAS
AKTIF LAGI
KAVITAS
MELUAS TUBERKULOMA SEMBUH
SEMBUH AKTIF LAGI
KAVITAS
Sakit atau tidaknya setelah terinfeksi
tergantung kepada:
1. Jumlah kuman yang masuk
2. Virulensi kuman
3. Derajat hipersensitiviti tuan rumah
4. Daya tahan (resistensi) tuan rumah
Virulensi kuman
Tidak disebabkan oleh bahan toksik yg dihasilkan oleh
kuman TB
Ditentukan oleh kemampuan kuman meloloskan diri
dari sistim pertahanan spt;
Dinding kuman tebal
Memproduksi SOD (superoksid)
 Menonaktifkan radikal toksik
memproduksi amoniak
 Melawan fagosom
Setelah difagosit mampu bertahan terhadap
 Enzym lisosom
Sistim pertahanan tubuh terhadap TB
Sistim humoral kurang berperan
 Pertahanan seluler
Makrofag memfagosit TB di alveoli dan KGB
Kemampuan memfagosit ok adanya reseptor
Dalam makrofag kuman TB mengalami
Dihancurkan oleh ( oksigen dan nitrogen
sebagai radikal bebas, enzim lisosom,
pengasaman fagosom )
Berkembang biak intra seluler
Makrofag yang mengandung TB akan mengasilkan
mediator ( IL1, IL6, IL8,) akan meningkatkan pros
inflamasi
SIST PERTAHANAN DIPENGARUHI OLEH
1. Umur
2. Status gizi
3. Faktor toxic :
 Rokok
 Alkohol
 Kortikosteroid
1. Adanya penyakit lain :
 DM  TB paru 2 X
 Leukemia
 HIV
 Penyakit ginjal kronik
5. Kemiskinan
 Lingkungan kerja jelek
 Gizi jelek
5. Ras
 Negro
 Eskimo
 Indian
TB nya lebih berat
Dari kulit putih
PATOLOGI
Ada beberapa perubahan patologi anatomi yang
terjadi pada paru setelah mengalami infeksi
Mikobakterium Tuberkulosis
1. REAKSI PERMULAAN
“initial response”
Oedema
Pengerahan sel sel “makrofage” untuk memakan
dan membunuh kuman yang masuk
Makrofage adalah sel monosit di intravaskuler dan
pindah ke jar sec kemotaksis
2. PRODUCTIVE REACTION
Merupakan gambaran yang dominan pada infeksi
TB bila terdapat keseimbangan antara :
Jumlah
Virulensi
kuman
Daya tahan
tubuh
Gambaran tersebut berupa :
• tuberkel
• perkejuan
• cavitasi
• fibrosis
~
3. “EXUDATIVE REACTION”
Terjadi bila
Jumlah
Virulensi
“ initial respons” merupakan exudativa reaction
Kuman Daya tahan
tubuh>
Akan tetapi pada exudativa reaction tidak
banyak usaha tubuh untuk melokalisirnya,
sehingga infeksi meluas kesebagian besar /
keseluruhan satu lobus
“caseous pneumonia”
Cavitas (caverne) yang besar
PENYEMBUHAN
Sebagian besar infeksi TB Paru pada manusia
cenderung untuk sembuh
Bentuk bentuk penyembuhan
Resolution (penyembuhan tanpa bekas)
Fibrosis
Kalsifikasi
ossifikasi
Secara alamiah perjalanan penyakit /
proses TB Paru bisa terjadi secara
bersamaan antara proses penyembuhan
dan proses perluasan
Akibatnya :
pada seorang penderita TB Paru; pada
parunya bisa terdapat :
 tuberkel
 Caverne / cavitas
 Perkejuan
 Fibrosis
 kalsifikasi
Pada waktu yang bersamaan
Penyebaran / perluasan infeksi TB pada
jaringan paru :
Secara langsung
Bronkogen
Limfogen
hematogen
GAMBARAN KLINIS
Tanpa keluhan:
Terutama pada kasus ringan atau dini
Diketahui secara kebetulan
Pemeriksaan radiologi
Rutin
Check up
Kalau sudah ada keluhan:
Keluhan umum
Keluhan lokal (sal. Nafas)
KELUHAN UMUM
Cepat lelah
Malaise (tak enak badan)
Anoreksia
Berat badan menurun
Demam
Nadi cepat
Keringat malam
Amenorrhea
KELUHAN PARU
Batuk baru terjadi setelah proses mengenai
percabanganbronkus
Batuk : tak ada yang khas untuk TB Paru.
Batuk > 2- 3 minggu harus dicurigai TB Paru.
Sputum : Mengeluarkan dahak. Juga tidak ada yang khas.
Batuk darah = hemaptoe = hemoptysis. Bervariasi : sedikit
masif
Nyeri dada
Sesak nafas :
Proses luas
Ada efusi pleura
Ada pneumotoraks
KELAINAN FISIK
Keadaan umum
Bisa baik; bahkan kadang pada kasus-kasus
yang secara radiologis relatif sudah lanjut.
Kelihatan sakit sedang.
Jelek pada kasus lanjut.
Demam terutama pada sore hari (subfebril)
Nadi relatif cepat dibanding kenaikan suhu.
Nafas cepat :
Pada yang lanjut (luas)
Komplikasi : - Pneumotoraks
- Efusi pleura, empiema
- bronkiektasis
- milier, meningitis, spondilitis
KELAINAN TORAKS
Bisa tak ditemukan kelainan:
Pada yang dini / minimal
Kadang-kadang pada kelainan radiologis yang
relatif luas.
Adanya ronkhi basah halus (krepitasi) sesudah
batuk pada lapangan atas paru merupakan
kelainan yang dini.
Tanda-tanda konsolidasi (pemadatan) jaringan
paru: - Redup
- Suara nafas bronkial
- Fremitus meningkat
TERUTAMA PADA LAPANGAN ATAS PARU
PADA KASUS-KASUS YANG SEDANG / LUAS
Pemeriksaan bakteriologi
1. Bahan pemeriksaan (sputum, cairan pleura,liquor
cerebrospinal,bilasan bronkus,bilasan lambung, urin,
feses, biopsi jarum halus/BJH.
2. Cara pengumpulan dan pengiriman
cara pengumpulan 3 x minimal 1 x pagi
3. Cara pemeriksaan
- Mikroskopis (pewarnaan ziehl-Nielsen,
 auramin-rhodamin )
Sputum: membuktikan adanya mikobakterium
tuberkulosis dalam sputum sangat penting artinya
untuk;
Diagnosa
Menilai hasil pengobatan ( KONVERSI ).
Pemeriksaan sputum:
Pewarnaan langsung (+ ) jumlah kmn > 50.000/cc sputum
Kultur (pembiakan) butuh waktu antara 4
– 8 minggu (+) jmlh kmn > 5000/ cc sputum
- Biakan (lowenstein-jensen,Ogawa,kudoh, Middle brook,
Bactec ( becton dickinson diagnostic instrument
system ) radiometrik
Tb metabolisme as fat co2
co2 dideteksi sebagai growth index)
- Uji molekuler (Polymerase chain reaction/PCR,
restriction fragmen length polymorphism/RFLP
- Pemeriksaan histopatologi jaringan
- Pemeriksaan darah LED sebagai indikator
penyembuhan pasien, LED normal tidak menyingkirkan
TB. Limposit kurang spesifik
- Analisa cairan pleura
Tuberkulin test positif : (telah terinfeksi M. Tuberkulosis)Tuberkulin test positif : (telah terinfeksi M. Tuberkulosis)
1 – 6 tahun1 – 6 tahun 23,6 %23,6 %
7 – 14 tahun7 – 14 tahun 42,0 %42,0 %
>> 15 tahun15 tahun 76,0 %76,0 %
Rata – rataRata – rata 50,0 %50,0 %
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS TB
PARU
1. Kelainan terutama pada lapangan atas
paru atau lobus bawah apical (B6).
2. Bayangan bercak-bercak atau noduler.
3. Adanya kavitas (caverne).
4. Adanya kalsifikasi.
5. Kelainan bilateral di lapangan atas.
6. Kelainan menetap setelah beberapa
minggu.
7. Bayangan milier.
8. Bayangan fibrosis.
KAVERNE
TB.MILIER PADA ANAK
TUBERKULOMA
Derajat kelainan paru sec radiologis ATS
Minimal
Cavitas (-)
Infiltrat tipis setinggi kondro sternal junction
iga 2
Moderate
Cavitas (+) diameter < 4 cm
Infiltrat tipis satu paru
Infiltrat tebal satu lobus
Severe
Kelainan lebih berat dari moderate
DIAGNOSA TB PARU
Klinis :
anamnesa
pemeriksaan fisik
Radiologis : Rontgen Foto toraks
Bakteriologis :
Pemeriksaan sputum
BTA langsung
kultur
BTA cairan pleura
BTA bilasan bronkus
Tersangka Penderita Tuberkulosis
AB non quinolon
BTA 3X (-), ro toraks PA
Perbaikan
BTA 1X (+)BTA 2-3 X (+)
BTA 3X (-)
Penderita TB
Bukan TB
Perbaikan (-)
RO Torak +
Atau BTA +
KLASIFIKASI DIAGNOSA
1. TB Paru tersangka
2. TB PARU
3. Tb paru putus berobat
4. TB relap
5. Bekas TB paru (tidak sakit)
TB PARU TERSANGKATB PARU TERSANGKA
semua penderita TB paru dengan BTA (-)semua penderita TB paru dengan BTA (-) atauatau
belum ada pemeriksaanbelum ada pemeriksaan atauatau belum lengkap.belum lengkap.
 Bila klinis (+), radiologis (+) pengobatan dapatBila klinis (+), radiologis (+) pengobatan dapat
dimulai akan tetapi maksimal dalam 3 bulan harusdimulai akan tetapi maksimal dalam 3 bulan harus
dapat dipastikan apakah termasuk:dapat dipastikan apakah termasuk:
 TB paruTB paru
 Bekas TB paruBekas TB paru
 Bukan TB paruBukan TB paru
TB PARUTB PARU
a.a. - Klinis (+)- Klinis (+)
- Radiologis (+)- Radiologis (+)
- Bakteriologis (+)- Bakteriologis (+)
b.b. - Klinis (+)- Klinis (+)
- Radiologis (+)- Radiologis (+)
- Bakteriologis (-)- Bakteriologis (-)
- memperlihatkan perbaikan dengan- memperlihatkan perbaikan dengan
pemberian obat anti TB (OAT)pemberian obat anti TB (OAT)
. TB Paru putus berobat
Definisi : Penderita TB paru yang Menghentikan
pengobatan OAT selama fase intensif atau fase
lanjutan yang belum dinyatakan sembuh oleh
dokter :
Penderita menghentikan pengobatan < 2 minggu :
pengobatan OAT dilanjutkan sesuai jadwal
. TB Paru putus berobat
Penderita menghentikan pengobatan ≥ 2 minggu
 Berobat ≥ 4 bulan , BTA, klinis dan radiologis negatif ;
pengobatan OAT STOP
 Berobat > 4 bulan, BTA positif : pengobatan dengan paduan
obat yang lebih kuat dan jangka waktu yang lebih lama
 Berobat < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari
awal dengan paduan obat yang sama
 Berobat < 4 bulan , berhenti berobat > 1 bulan , BTA negatif,
akan tetapi klinis dan atau radiologis positif : pengobatan
dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama
 Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2 - 4
minggu pengobatan diteruskan kembali sesuai jadwal
.
 TB relap
Pasien pernah makan OAT lengkap dan dinyatakan
sembuh oleh dokter kembali dengan keluhan sep
 batuk2 , batuk darah, sesak nafas
dan di tambah dengan:
 Hasil lab BTA + atau
 Hasil serial ro torak yang perburukan
o Riwayat TB paru dimasa lalu (+) dengan
pengobatan yg adekuat dan telah di
nyatakan sembuh oleh dokter.
o Ro torak N atau ada kelainan ( fibrosis,
kalsifikasi, penebalan pleura )
o BTA (-)
o Perburukan dari serial radiologis tidak
ada
o Gejala klinis seperti batuk, batuk darah
atau sesak nafas bisa ( -/+ )
Tidak perlu diobati
Bekas TB Paru
Bila seseorang telah didiagnosa sebagai TB paru,
pengobatan tergantung kepada:
Hasil pemeriksaan BTA
ada kelainan secara radiologis
Riwayat pengobatan sebelumnya
PENGOBATANPENGOBATAN
TujuanTujuan : memusnahkan kuman yang ada dalam: memusnahkan kuman yang ada dalam
tubuh penderita.tubuh penderita.
Tapi kita tak tahu pasti kapan hal ini terjadi.Tapi kita tak tahu pasti kapan hal ini terjadi.
Dalam prakteknyaDalam prakteknya ::
Tujuan pengobatan membuat sekret bronkusTujuan pengobatan membuat sekret bronkus
(sputum) bebas dari kuman TB yang dibuktikan(sputum) bebas dari kuman TB yang dibuktikan
dengan hasildengan hasil kultur yang negatifkultur yang negatif..
PENJELASAN TERHADAP PENDERITA
DAN KELUARGANYA
 Apanya yang sakit
 Penyebabnya
 Penularannya
 Rencana pengobatan
 Lamanya pengobatan
 Cara makan obat
 Kemungkinan efek samping obat
 Melaporkan kepada dokter / petugas jika
mengalami efek samping yang tidak bisa
ditolerir
 Jangan sekali-kali menghentikan
pengobatan sebelum disuruh dokter
 Walaupun keluhan sudah hilang semuanya,
tidak berarti penyakit sudah sembuh
Menyembuhkan
yaitu membuat sekret bronkus (sputum) bebas
dari kuman TB yang dibuktikan dengan hasil kultur
yang negatif atau BTA langsung 3 kali.
Radiologis; tidak selalu kembali normal hal ini
tergantung kepada luasnya kerusakan jaringan
paru
Populasi kuman ada 4 gol
Pop A
Pertumbuhan cepat, ph netral, dinding cavitas
Pop B
Pertumbuhan sangat lambat, Ph rendah
Pop C
Dorman hampir sepanjang waktu
Pop D
Sepenuhnya dorman, sehingga tidak di pengaruhi oleh
OAT
Hanya dapat dimusnahkan oleh mek pertahanan tubuh
SYARAT-SYARAT PENGOBATAN PARU
1. Kombinasi obat minimal 2 obat
Kenapa harus kombinasi ?
Fall and rise phenomena
1. Terus menerus tidak boleh terputus
2. Jangka lama
Dulu 1 – 2 tahun
Kini 6 bulan
1. Dosis adekuat
2. Kuman harus sensitif terhadap obat yang
diberikan.
Prasyarat utama OAT yang bermanfaat
1. Aktiviti bakterisidal dini
2. Aktiviti sterilisasi
3. Kemampuan untuk mencegah terjadinya resistensi
terhadap obat penyerta
Tabel . Derajat aktiviti OAT
AktivitiAktiviti PencegahanPencegahan
resistensiresistensi
Bakterisidal diniBakterisidal dini SterilisasiSterilisasi
TinggiTinggi INHINH
RifampisinRifampisin
EtambutolEtambutol
StreptomisinStreptomisin
INHINH
EtambutolEtambutol
RifampisinRifampisin
RifampisinRifampisin
PirazinamidPirazinamid
INHINH
RendahRendah
PirazinamidPirazinamid
TiosetasonTiosetason
StreptomisinStreptomisin
PirazinamidePirazinamide
TioasetasonTioasetason
StreptomisinStreptomisin
TioasetasonTioasetason
etambutoletambutol
Aktivititi bakterisidal dini
Definisi : kemampuan obat untuk membunuh
kuman tb pada beberapa hari setelah
pengobatan
Pada pasien TB kombinasi pada 2 minggu
pertama  tidak ada obat lain ataupun
kombinasi yang lebih superior dari INH pada 2
hari pertama
INH  aktiviti bakterisidal dininya sangat tinggi
Aktiviti sterilisasi
Definisi ; kemampuan untuk membunuh kuman persister
Grosset membagi 2 komponen dari kemoterapi
- ketidakmampuan membunuh kuman yg tumbuh cepat
berlokalisasi sebagian besar di ekstraselular 
meningkatkan gagal terapi
- Ketidakmampuan membunuh persister meningkatkan
kekambuhan
Persister ;metabolik aktiviti rendah replikasi lambat
daripada kuman yang berada di dinding kaviti
 R  mempunyai kemampuan sebagai aktiviti sterilisasi
Kemampuan untuk mencegah resistensi terhadap
obat penyerta
Kemampuan obat untuk mencegah seleksi mutan
yang resisten terhadap obat penyerta
Tidak semua OAT mempunyai kemampuan yang
sama untuk mencegah resistensi terhadap obat
penyerta
M. TB Robert Koch - 1882
Sinar X untuk diagnosa TB Paru - 1920
Streptomisin sebagai obat anti
TB pertama -
1944
PAS - 1946
INH - 1952
Pengobatan TB paru baru memberikan hasil
yang baik untuk pertama kalinya adalah setelah
mengkombinasikan:
Streptomisin + INH + PAS selama 1 - 2 tahun
kombinasi Streptomisin + INH + PAS
memerlukan masa pengobatan 1 – 2 tahun
(jangka panjang)
kelemahan :
 Terlalu lama
 Efek samping obat
 Harus disuntikkan (S)
Akibatnya banyak drop out
(tidak meneruskan pengobatan)
Jenis oabat lini pertama
1. Isoniazid = isonicotinic acid hidrazid
= INH (H) -
1952
2. Rifampisin (R)
3. Pirazinamid (Z)
4. Etambutol (E)
5. Streptomisin (S) - 1944
OBAT-OBAT ANTI TB
Jenis obat lini kedua
1. Sikloserin (Cyc)
2. Protionamid (Pro)
3. Kapreomisin (Cap)
4. Etionamid (Eth)
5. Viomisin (Vio)
6. Kanamisin (Kan)
7. Amikasin
8. Ofloxacin
9. Ciprofloxacin
10. PAS = para amino salicylic acid - 1946
OAT lini kedua digunakan pada kasus resisten
(Efek samping obat akan sering menyebabkan
terjadinya putus berobat)
Kemasan
Obat tunggal,obat yang disajikan secara terpisah,
masing-masing
INH,rifampisin,pirazinamid,ethambutol
Obat kombinasi dosis tetap/KDT(fixed dose
combination/FDC) kombinasi dosis tetap terdiri dari 2
sampai 4 dosis dalam satu kaplet
Dosis OAT
Obat Dosis
(Mg/Kg
BB/hari
)
Dosis yang
dianjurkan
Harian Intermiten
Dosis
Maks/har
i
(mg)
Dosis (mg)/berat
Berat badan
(Kg)/hr
<40 40-60 >60
R 8 -12 10 10 600 300 450 600
H 4 – 6 5 10 300 300 300 300
Z 20 – 30 25 35 750 1000 1500
E 15 – 20 15 30 750 1000 1500
S 15 - 18 15 15 1000 SESUAI BB
Dosis OAT Kombinasi Dosis Tetap/FDC
Fase intensif Fase lanjutan
2 – 3 bulan 4 bulan
BB harian Harian 3x/minggu
(RHZE) (RH) (RH)
150/75/400/275 150/75 150/150
30-37 2 2 2
38-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>71 5 5 5
Kasus baru TB paru BTA (+)
Kasus baru TB paru BTA (-) tapi kelainan
radiologisnya moderatatau severe.
Kasus baru dengan kerusakan yang berat pada TB
ekstra pulmoner
FASE AWAL FASE LANJUTAN
(PILIH SALAH SATU)
2 RHZE 4 R3H3
4 RH 6 HE
TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya ,
dan kasus Kambuh
FASE AWAL FASE LANJUTAN
(PILIH SALAH SATU)
2 RHZES + 1 RHZE 5 R3H3E3
5 RHE
Kasus kronis
(sputum BTA tetap positif, setelah pengobatan
ulang)
PENGOBATAN
Merujuk ke pedoman WHO
untuk menggunakan obat pilihan
di pusat spesialistik.
TB Paru Kronik
Definisi : TB paru dg sputum BTA positif
setelah pengobatan ulang dengan pengawasan
yang baik
Lakukan uji resistensi
Jika ada hasil uji resistensi, berikan minimal 2 OAT
yang sensitif ditambah dengan obat lain seperti
kuinolon, betalaktam, makrolid
Jika tak mampu diberikan INH seumur hidup
Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan
kemungkinan penyembuhan Kasus TB paru kronik
Mono-resistance, yaitu kebal terhadap salah satu
OAT lini pertama.
Poly-resistance, yaitu kekebalan terhadap lebih
dari satu OAT lini pertama, tapitidak resisten
terhadap INH dan Rifampisin secara bersama-
sama.
TB Paru Resistensi Ganda = MDR TB
TB paru resisten; Rifampisin dan INH
+/- dg OAT lainnya
MDR primer dan sekunder
TB paru kronik sering disebabkan MDR
Pengobatan yang dianjurkan sesuai uji resistensi
dengan menggunakan minimal 2-3 OAT yang
sensitif ditambah obat baru
Paduan yang dianjurkan:
OAT yang sensitf minimal 2-3 ditambah dg Obat baru (
kuinolon),; Ciprofloksasin 2 x 500 mg / 1 x 750 mg,
Ofloksasin 1 x 400 mg, dll
Umumnya pengobatan minimal 12 bulan
TB Paru Resistensi Ganda = MDR TB
TB paru resisten; Rifampisin dan INH
+/- dg OAT lainnya
 Secara umum resistensi terhadap OAT dibagi
menjadi:
1. Resistensi primer
2. Resistensi inisial
3. Resistensi skunder
MDR pertama dilaporkan oleh AS dgn kematian
70%-90%.
WHO (2004),terinfeksi MDR > 50 juta orang
TB paru kronik sering disebabkan MDR
Faktor klinis yang menyebabkan
resistensi obat
Terlambatnya diagnosis dan isolasi.
Penggunaan obat tunggal
Penggunaan paduan obat yang tidak tepat.
pengobatan awal yang tidak adekwat
pengobatan yang tidak lengkap
 modifikasi obat yang tidak tepat.
penambahan satu obat pada kegagalan
pengobatan/Fenomena addition syndrome
penggunaan kemoprofilaksis yang tidak tepat
Kurang patuh dan pengobatan tidak lengkap
Gagal mengisolasi penderita MDR TB
 Pelaksanaan DOTS yang kurang baik
Kurangnya pengetahuan tentang TB
 Obat kurang berkualitas
TB Paru Resistensi Ganda = MDR
TB
Pengobatan yang dianjurkan sesuai uji resistensi
dengan menggunakan minimal 2-3 OAT yang sensitif
ditambah obat baru
Paduan yang dianjurkan:
OAT yang sensitf minimal 2-3 ditambah dg Obat baru (
kuinolon),; Ciprofloksasin 2 x 500 mg / 1 x 750 mg,
Ofloksasin 1 x 400 mg, dll
Umumnya pengobatan minimal 18 bulan
TB Paru Resistensi Ganda = MDR
TB
 Pemberian OAT yang benar dan pengawasan yang baik
kunci paling penting mecegah MDR. Konsep DOTS
upaya penting menjamin keteraturan berobat.
Prioriti yang dianjurkan bukan penngobatan MDR,
tetapi pencegahan MDR-TB.
XDR-TB (TB.Extensively drug-resistant)
Sub kelompok MDR-TB dengan tambahan resisten
segala jenis fluroquinolone dan salah satu dari tiga
suntikan,kanamisin (KM), amikasin (PM) dan
kapreomisin (CM).
XDR-TB pertama kali dilaporkan pada awal tahun
2006, prognosis yang sangat buruk, dengan kegagalan
pengobatan dan tingkat kematian yang sangat tinggi.
WHO, memperkirakan sekitar 500.000 MDR-TB dan
40.000 kasus XDR-TB muncul setiap tahun di seluruh
dunia.
Totally drug resistance, yaitu resistensi total ini
dikenal dengan istilah super XDR-TB, didefinisikan
dengan kuman yang sudah resisten dengan seluruh
OAT lini pertama (INH, rifampisin, etambutol,
streptomisin, pirazinamid) dan OAT linikedua
(amikasin, kanamisin, kapreomisin, florokuinolon,
tionamid, PAS).
Prinsip Penatalaksanaan
MDR/XDR
Gunakan DOT dengan cara yang berpihak
kepada pasien selama masa pengobatan.
 Catat obat yang diberikan, hasil bakteriologis,
gambar foto toraks, dan kejadian efek samping
obat.
Optimalkan penatalaksanaan penyakit yang
mendasari dan status nutrisi.
Tambahan Pertimbangan
Pengobatan
Gunakan DOT utk semua dosis
Gunakan pemberian harian, tidak intermitten
Lama pengobatan minimum 18-24 bulan
Bila mungkin, teruskan obat suntik paling tidak
6 bulan setelah konversi biakan
STRATEGI “DOTS”
DOTS = Directly observed treatment short
course.
Directly ; penemuan kasus sec aktif
Observed :
Menjamin seluruh dosis obat yang telah
direncanakan dimakan oleh penderita di depan
petugas atau PMO.
PENGAWAS MENELAN OBAT
(PMO)
Dikenal, dipercaya dan disetujui, , disegani dan
dihormati oleh pasien.
Tinggal dekat dengan pasien.
Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan
bersama dengan pasien
 Petugas kesehatan, kader kesehatan, anggota PPTI,
anggota PKK
Komitmen politis
1
Directly Observed
Treatment Short-course
WHO 1991
5 Komponen DOTS5 Komponen DOTS
2
Diagnosa dengan
mikroskop
3
Pengobatan dengan
pengawasan langsung
4
4
Jaminan
Ketersediaan OAT
Yg bermutu
Monitoring
dan evaluasi
5
principles of do+s
Directly Observed
Treatment Short-course
MENEMUKAN DAN
MENYEMBUHKAN
PENDERITA TB
BUKAN SEKEDAR MENGOBATI SAJA TANPA
ADA JAMINAN AKAN KESEMBUHAN
PENDERITA
DOTS
 DOTS strategi penanggulangan yang
cost-effective
 Ekspansi harus dilakukan secara
bertahap dan terkontrol agar bermutu dan
mencegah berkembangnya MDR-TB
dikemudian hari
 Sustainability penanggulangan TB
memerlukan komitmen semua pihak
terkait
Komponen DOTS plus
Komitmen Politik terhadap masalah MDR/XDR
Diagnosis akurat,dengan pemeriksaan biakan dan
uji kepekaan pada laboratorium yang sudah teruji
kualitasnya
Pengobatan dengan OAT lini kedua dengan
manajemen yang baik
Terjaminnya suplai OAT MDR yang berkualitas
(suplai cukup, masa pakai pendek,adanya
refrigerator)
Sistem Komponen DOTS plus standar
TB pada keadaan khusus
TB dengan HIV/AIDS
 Tujuannya adalah untuk mempercepat
diagnosis dan pengobatan tb pada pasien hiv
dan sebaliknya mempercepat diagnosis dan
pengobatan hiv pada pasien tb
 TB penyebab utama kematian pada HIV.
Hiv merupakan faktor resiko terbesar dalam
konversi kasus TB laten menjadi TB aktif
Surveilans HIV/AIDS bila ditemukan 2 tanda mayor dan
minimal 1 tanda minor
Tanda mayor :
1. Penurunan BB >10%
2.Diare kronik > 1 bulan
3. Demam ringan > 1 bulan
Tanda minor
1. Batuk persisten > 1 bulan
2.Dermatitis pruritik generalisata
3. Riwayat hepez zoster
4.Kandidiasis orofaring
5.hairy leukoplakia oral
6.Infeksi herpez simplex
7.Limpadenopati generalisata
Pemeriksaan penunjang
1. Mikroskopis BTA sputum
2.Pemeriksaan radiologi
HIV dini ,ditemukan infiltrat lobus atas
HIV lanjut,gambaran infiltrat dilobus
bawah,,milier,hilus
3. Tes HIV/ rapid tes
4. Uju serologi (ELISA) untuk infeksi HIV
5. Hitung limposit CD4 ( jumlah CD4 menentukan
status imunitas pasien  HIV mempunyai afinitas
terhadap molekul permukaan CD4. CD4 berfungsi
mengkoordinasi sejumlah fungsi imunologis hilngnya
fungsi ini  ggn respon imunologis
Pengobatan
Kategori pengobatan TB dengan HIV tidak
dipengaruhi oleh status HIV
Paduan obat sama dengan TB tanpa HIV
Prisip pengobatan TB dengan HIV harus diberikan
sesegera mungkin,pengobatan ARV dimulai sesudah
pengobatan TB , dianjurkan diberikan paling cepat 2
minggu dan paling lambat 8 minggu
Pasien TB-HIV dalam pengobatan ARV rujuk ke RS
yang memberikan pelayannan ko-Infeksi TB-HIV.
ODHA dengan TB perlu diberikan Pengobatan
pencegahan kotrimoksazol (PPK).
Sebaiknya hindari obat suntik dan Tiasetazon
( toksik pada kulit )
Bila terjadi MDR sesuai uji resistensi
TB dengan hepatitis/ ggn faal hepar
Klinis ( ikterik, mual, muntah )
Pemeriksaan fisis mata ikterik
Lab;
 Bil > 2, SGOT & SGPT > 5 X OAT stop
 SGOT & SGPT > 3 X gejala + OAT stop
 SGOT & SGPT > 3X gejala -, OAT lanjut dalam pengawasan
Paduan OAT yg dianjurkan
Yang aman diberikan ethambutol dan streptomisin
RHZ hepatotoksik
TB dengan kehamilan
Tidak ada indikasi pengguguran
OAT aman diberikan kecuali obat gol aminoglikosida ;
streptomisin, kanamisin dll
Pada ibu menyusui anak sehat tetap diberikan
Jika bayi dapat OAT sebaiknya tidak disusui
Wanita produktif sebaiknya tidak pakai kontrasepsi
hormonal
 Efektifitas berkurang oleh Rif
TB pada gagal ginjal kronik
Dosis disesuaikan dengan faal ginjal ( ureum,
kreatinin, CCT )
Jangan menggunakan aminoglikosida
Etambutol dosisnya dikurangi
TB pada DM
Prinsip pemberian OAT sama dengan kasusTB
paru tanpa DM
Hati-hati pemberian etambutol
Rif akan mengurangi efektivitas sulfonil urea
OAT berikan lebih lama biasanya 9 bln
Efek samping dan interaksi obatEfek samping dan interaksi obat
1. Rifampicin : - Sindrom flu,sindrom perut,sindrom
kulit
- hepatitis imbas obat,purpura, anemia
hemolitik akut,sindroma respirasi
- mempercepat metabolisme OAD
- kebutuhan insulin↑
Dapat menyebabkan warna merah pada air seni,
keringat, air mata dan air liur
2. INH (H)
Dapat menembus jaringan plasenta kadar
sedikit
Efek teratogenik : (-)
Tanda-tanda keracunan syaraf tepi.(tambahkan
piridoksin)
Hepatitis imbas obat
3. Etambutol (E)
Dapat menembus jaringan plasenta
Efek teratogenik (-)
dapat terjadi gangguan pada mata atau sistem
saraf pusat
Perkembangan janin di uterus tak terganggu
4. Pirazinamid (Z)
Data teratogenik : tidak adekuat
Tidak ditemukan data pada binatang dan penelitian
epidemiologik adanya anomali kongenital
Dalam ASI konsentrasi kecil
Tetap dapat diberikan pada perempuan hamil
Hapatitis imbas obat
Nyeri sendi
5. Golongan aminoglikosida (Streptomisin,kanamisin,
(SK)
Menyebabkan kerusakan pada saraf kranial VIII
. Kerusakan bervariasi : vestibular ringan tuli
bilateral
Dapat menembus plasenta
Dapat dikeluarkan melalui ASI
Tidak dianjurkan untuk perempuan hamil
 Demam, sakit kepala,muntah dan eritema pada
kulit
6. OAT lainnya
Belum ada data yang cukup
Sebaiknya dihindari
Tb

More Related Content

What's hot

232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-pptdini dimas
 
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema parusu darto
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxAditAditya19
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Cara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometriCara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometriAndi Kristian
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaPhil Adit R
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointDwika Marbun
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Ajo Yayan
 

What's hot (20)

232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema paru
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Giovanni status bedah
Giovanni   status bedahGiovanni   status bedah
Giovanni status bedah
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Cara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometriCara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometri
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpoint
 
Skrofuloderma
SkrofulodermaSkrofuloderma
Skrofuloderma
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 

Similar to Tb (20)

penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptxpenatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
 
Sitem pernafasan
Sitem pernafasanSitem pernafasan
Sitem pernafasan
 
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tb paru
Askep tb paruAskep tb paru
Askep tb paru
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
power point tb paru 4.pptx
power point tb paru 4.pptxpower point tb paru 4.pptx
power point tb paru 4.pptx
 
TB FINAL.pptx
TB FINAL.pptxTB FINAL.pptx
TB FINAL.pptx
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Makalah TBC
Makalah TBCMakalah TBC
Makalah TBC
 
copy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptxcopy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptx
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Makalah tuberculosis
Makalah tuberculosisMakalah tuberculosis
Makalah tuberculosis
 
Askep hiv
Askep hivAskep hiv
Askep hiv
 
Tb
TbTb
Tb
 
Tbc ppt
Tbc pptTbc ppt
Tbc ppt
 

More from fikri asyura

More from fikri asyura (20)

Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 a
 
Sistosomiasis
SistosomiasisSistosomiasis
Sistosomiasis
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Askariasis
AskariasisAskariasis
Askariasis
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Ankilostomiasis
AnkilostomiasisAnkilostomiasis
Ankilostomiasis
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
P petri dbd
P petri dbdP petri dbd
P petri dbd
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 
P petri malaria
P petri malariaP petri malaria
P petri malaria
 
P petri leptospirosis
P petri leptospirosisP petri leptospirosis
P petri leptospirosis
 
P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 

Recently uploaded

HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 

Recently uploaded (17)

HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 

Tb

  • 1. PULMONOLOGI (ILMU PENYAKIT PARU dan SALURAN NAFAS) Dr.Dr. NILAS WARLEMNILAS WARLEM, SpP, SpP
  • 2. Standar kompetensi dokter indonesia - Tuberkulosis paru tanpa komplikasi 4A - Tuberkulosis dengan HIV 3A - Multi Drug Resisten (MDR) 2
  • 3. Tujuan umum Secara profesional memahami prinsip biomedis,klinis dan ilmu kesehatan masyarakat dalam pengelolaan masalah TB pada induvidu dan komunitas secara komprehensif dengan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi tenteng TB.
  • 4. Tujuan khusus Menjelaskan etika moral dan profesionalisme dalam penanggulangan TB Menjelaskan konsep kerahasiaan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan pasien TB Memahami tindak lanjut penderita TB pada kondisi khusus( HIV,DM,gannguan hepar ,gangguan ginjal dan kehamilan ) Memahami sistim rujukan kasus TB Menjelaskankan pencegahan primer,skunder dan tertier pada pengendaliaan infeksi TB Memahami cara edukasi pada pasien terkait preventf
  • 5.  menjelaskan epidemiologi,etiologi,patofisiologi,imunopatogenesis pada TB  Menjelaskan diagnosis penunjang (laboratorium dan radiologis ) pada kasus TB.
  • 6. BUKU - BUKU 1. RESPIRATORY DISEASE Crofton & Douglas 2. TEXTBOOK OF PULMONARY DISEASE Baum 3. DIAGNOSIS OF DISEASES OF THE CHEST Fraser & Pare 4. PULMONARY DISEASES AND DISORDERS Fishman 5. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia PDPI
  • 7. TUBERKULOSIS PARU DEFINISI : Penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis komplek. Ada 3 varian utama M. Tuberkulosis Var. Humanus Var. Bovinum Var. Avium Yang paling banyak ditemukan pada manusia : M. Tuberkulosis Humanus
  • 8. Robert Koch Mycobacterium tuberculosisMycobacterium tuberculosis Robert Koch pertama kali menemukan kuman TB, 24 Maret 1882
  • 9. PENYAKIT INI MASIH MERUPAKAN MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI NEGARA BERKEMBANG WHO : Keterlambatan dan ketidak patuhan, TB menularkan penyakit thd lingkungannya Global emergenci  1992 Perkiraan kasus TB secara global 2009 - Insiden kasus : 9,4 juta - Prevalensi kasus : 14 juta - Kasus meninggal (HIV - ) : 1,3 juta - Kasus meninggal (HIV + ) : 0,38 juta
  • 10. Jumlah kasus terbanyak regio asia tenggara (35%) TB HIV terbanyak regio afrika 80% dari kasus Tahun 2009 kasus TB MDR diperkirakan 250 kasus tetapi hanya 30 000 kasus yang dikonfirmasi Target 2050mengurangi insiden global kasus TB, 1 kasus per 1 juta populasi per tahun
  • 11. TB sebagai “Global Emergency” (WHO, 1992) KASUS & KEMATIAN MENINGKAT ECONOMIC LOSS TINGGI KEGAGALAN PEMBERANTASAN SELAMA INI TIDAK MEMADAINYA  KOMITMEN,  DANA,  MANAJEMEN KASUS,  SISTEM / ORGANISASI PELAYANAN KEMISKINAN PERUBAHAN DEMOGRAFI (KOMPOSISI PENDUDUK) DAMPAK PANDEMI HIV BERKEMBANGNYA MDR-TB
  • 12. DI INDONESIA 1979 : TB BTA + 0,29% 1986 : TB Paru penyebab kesakitan No. 10 penyebab kematian No. 4 1992 : TB Paru penyebab kematian No. 2 sesudah kardiovakuler WHO memperkirakan kematian 175000/th dan 550000 kasus/th Tiga perempat kasus pada usia 15-49th
  • 13. Sumatera Barat 1985 : BTA (+) pada usiaSumatera Barat 1985 : BTA (+) pada usia >> 15 tahun15 tahun : 5,3 %: 5,3 %  PesselPessel : 18 %: 18 %oo  Kodya PayakumbuhKodya Payakumbuh : 1 %: 1 %oo SURVEYSURVEY
  • 14. Etiologi Mycobacterium tuberculosis dengan sifat-sifat :  Tahan asam  Pertumbuhan lambat  Tahan lama dalam keadaan kering berminggu-minggu  Tidak tahan sinar matahari, sinar ultraviolet, suhu > 600 C
  • 15. Sifat-sifat kuman TB Ukuran 4 x 0,3 x 0,6 μ Suhu optimal 37 C Tumbuh optimal Ph 6.4-7 Dinding kuman Fat 30% (lam )lipoarabinomanan, as stearat, milosik, mycosides Protein tuberkulo protein
  • 16. MASUKNYA KUMAN KEDALAM TUBUH MANUSIA Inhalasi - > 90%, Droplet nuclei 1-5 µ Melalui saluran cerna Melalui kulit (luka) • Patolog • Tukang daging Intra uterina (melalui plasenta) Sebagai sumber penularan : Penderita TB Paru dengan BTA + pada sputumnya
  • 17.
  • 18. GAMBAR Saluran lymph Fokus primer Kel. Lymph hilus (regional) Komplex PrimerKomplex Primer
  • 19. KOMPLEX PRIMER Pada manusia : Lesi permulaan Pada organ Lesi pada Kelenjar regional Selain di paru, lesi primer bisa di : Tonsil Usus kulit Lesi primer pada Subpleura bag. Tengah (GHON FOCUS) Lesi pada Kelenjar di hilus + +
  • 20. Kompleks primer TERGANTUNG KEPADA : Dosis virulensi Sembuh Meluas kuman ~ Daya tahan Imunitas hipersensitiviti Akan tetapi sebagian terbesar Komplex Primer SEMBUH
  • 21. Komp Primer ( sebagian besar sembuh )M.TB di bunuh DisseminationTB Primer Akut (meningitis, milier, tulang Ginjal dll) Stabil (Laten) Reaktivasi ( TB – pos primer / tb sekunder ) Stabil (Laten) Inhalasi M.TB
  • 22. TB PARU TB Paru post primer : Paling banyak Sumber penularan Primer Post primer
  • 23. Terjadinya TB Paru post primer 1. Perluasan langsung lesi primer terutama bila infeksi primer terjadi pada masa pubertas. 2. Reaktivasi lesi primer yang sudah tenang, terutama karena daya tahan tubuh menurun 3. Penyebaran secara hematogen dari fokus primer 4. Superinfeksi eksogen (infeksi baru dari luar) Yang terpenting dari 4 kemungkinan di atas adalah No. 1 dan 2
  • 24. TUBERKULOSIS PRIMER TUBERKULOSIS POST PRIMER SEMBUH SEMBUH DGN : FIBROSIS PERKAPURAN KAVITAS AKTIF LAGI KAVITAS MELUAS TUBERKULOMA SEMBUH SEMBUH AKTIF LAGI KAVITAS
  • 25. Sakit atau tidaknya setelah terinfeksi tergantung kepada: 1. Jumlah kuman yang masuk 2. Virulensi kuman 3. Derajat hipersensitiviti tuan rumah 4. Daya tahan (resistensi) tuan rumah
  • 26. Virulensi kuman Tidak disebabkan oleh bahan toksik yg dihasilkan oleh kuman TB Ditentukan oleh kemampuan kuman meloloskan diri dari sistim pertahanan spt; Dinding kuman tebal Memproduksi SOD (superoksid)  Menonaktifkan radikal toksik memproduksi amoniak  Melawan fagosom Setelah difagosit mampu bertahan terhadap  Enzym lisosom
  • 27. Sistim pertahanan tubuh terhadap TB Sistim humoral kurang berperan  Pertahanan seluler Makrofag memfagosit TB di alveoli dan KGB Kemampuan memfagosit ok adanya reseptor Dalam makrofag kuman TB mengalami Dihancurkan oleh ( oksigen dan nitrogen sebagai radikal bebas, enzim lisosom, pengasaman fagosom ) Berkembang biak intra seluler Makrofag yang mengandung TB akan mengasilkan mediator ( IL1, IL6, IL8,) akan meningkatkan pros inflamasi
  • 28. SIST PERTAHANAN DIPENGARUHI OLEH 1. Umur 2. Status gizi 3. Faktor toxic :  Rokok  Alkohol  Kortikosteroid 1. Adanya penyakit lain :  DM  TB paru 2 X  Leukemia  HIV  Penyakit ginjal kronik
  • 29. 5. Kemiskinan  Lingkungan kerja jelek  Gizi jelek 5. Ras  Negro  Eskimo  Indian TB nya lebih berat Dari kulit putih
  • 30. PATOLOGI Ada beberapa perubahan patologi anatomi yang terjadi pada paru setelah mengalami infeksi Mikobakterium Tuberkulosis
  • 31. 1. REAKSI PERMULAAN “initial response” Oedema Pengerahan sel sel “makrofage” untuk memakan dan membunuh kuman yang masuk Makrofage adalah sel monosit di intravaskuler dan pindah ke jar sec kemotaksis
  • 32. 2. PRODUCTIVE REACTION Merupakan gambaran yang dominan pada infeksi TB bila terdapat keseimbangan antara : Jumlah Virulensi kuman Daya tahan tubuh Gambaran tersebut berupa : • tuberkel • perkejuan • cavitasi • fibrosis ~
  • 33. 3. “EXUDATIVE REACTION” Terjadi bila Jumlah Virulensi “ initial respons” merupakan exudativa reaction Kuman Daya tahan tubuh>
  • 34. Akan tetapi pada exudativa reaction tidak banyak usaha tubuh untuk melokalisirnya, sehingga infeksi meluas kesebagian besar / keseluruhan satu lobus “caseous pneumonia” Cavitas (caverne) yang besar
  • 35. PENYEMBUHAN Sebagian besar infeksi TB Paru pada manusia cenderung untuk sembuh Bentuk bentuk penyembuhan Resolution (penyembuhan tanpa bekas) Fibrosis Kalsifikasi ossifikasi
  • 36. Secara alamiah perjalanan penyakit / proses TB Paru bisa terjadi secara bersamaan antara proses penyembuhan dan proses perluasan Akibatnya : pada seorang penderita TB Paru; pada parunya bisa terdapat :  tuberkel  Caverne / cavitas  Perkejuan  Fibrosis  kalsifikasi Pada waktu yang bersamaan
  • 37. Penyebaran / perluasan infeksi TB pada jaringan paru : Secara langsung Bronkogen Limfogen hematogen
  • 38. GAMBARAN KLINIS Tanpa keluhan: Terutama pada kasus ringan atau dini Diketahui secara kebetulan Pemeriksaan radiologi Rutin Check up Kalau sudah ada keluhan: Keluhan umum Keluhan lokal (sal. Nafas)
  • 39. KELUHAN UMUM Cepat lelah Malaise (tak enak badan) Anoreksia Berat badan menurun Demam Nadi cepat Keringat malam Amenorrhea
  • 40. KELUHAN PARU Batuk baru terjadi setelah proses mengenai percabanganbronkus Batuk : tak ada yang khas untuk TB Paru. Batuk > 2- 3 minggu harus dicurigai TB Paru. Sputum : Mengeluarkan dahak. Juga tidak ada yang khas. Batuk darah = hemaptoe = hemoptysis. Bervariasi : sedikit masif Nyeri dada Sesak nafas : Proses luas Ada efusi pleura Ada pneumotoraks
  • 41. KELAINAN FISIK Keadaan umum Bisa baik; bahkan kadang pada kasus-kasus yang secara radiologis relatif sudah lanjut. Kelihatan sakit sedang. Jelek pada kasus lanjut. Demam terutama pada sore hari (subfebril) Nadi relatif cepat dibanding kenaikan suhu. Nafas cepat : Pada yang lanjut (luas) Komplikasi : - Pneumotoraks - Efusi pleura, empiema - bronkiektasis - milier, meningitis, spondilitis
  • 42. KELAINAN TORAKS Bisa tak ditemukan kelainan: Pada yang dini / minimal Kadang-kadang pada kelainan radiologis yang relatif luas. Adanya ronkhi basah halus (krepitasi) sesudah batuk pada lapangan atas paru merupakan kelainan yang dini. Tanda-tanda konsolidasi (pemadatan) jaringan paru: - Redup - Suara nafas bronkial - Fremitus meningkat TERUTAMA PADA LAPANGAN ATAS PARU PADA KASUS-KASUS YANG SEDANG / LUAS
  • 43. Pemeriksaan bakteriologi 1. Bahan pemeriksaan (sputum, cairan pleura,liquor cerebrospinal,bilasan bronkus,bilasan lambung, urin, feses, biopsi jarum halus/BJH. 2. Cara pengumpulan dan pengiriman cara pengumpulan 3 x minimal 1 x pagi 3. Cara pemeriksaan - Mikroskopis (pewarnaan ziehl-Nielsen,  auramin-rhodamin )
  • 44. Sputum: membuktikan adanya mikobakterium tuberkulosis dalam sputum sangat penting artinya untuk; Diagnosa Menilai hasil pengobatan ( KONVERSI ). Pemeriksaan sputum: Pewarnaan langsung (+ ) jumlah kmn > 50.000/cc sputum Kultur (pembiakan) butuh waktu antara 4 – 8 minggu (+) jmlh kmn > 5000/ cc sputum
  • 45. - Biakan (lowenstein-jensen,Ogawa,kudoh, Middle brook, Bactec ( becton dickinson diagnostic instrument system ) radiometrik Tb metabolisme as fat co2 co2 dideteksi sebagai growth index) - Uji molekuler (Polymerase chain reaction/PCR, restriction fragmen length polymorphism/RFLP - Pemeriksaan histopatologi jaringan - Pemeriksaan darah LED sebagai indikator penyembuhan pasien, LED normal tidak menyingkirkan TB. Limposit kurang spesifik - Analisa cairan pleura
  • 46. Tuberkulin test positif : (telah terinfeksi M. Tuberkulosis)Tuberkulin test positif : (telah terinfeksi M. Tuberkulosis) 1 – 6 tahun1 – 6 tahun 23,6 %23,6 % 7 – 14 tahun7 – 14 tahun 42,0 %42,0 % >> 15 tahun15 tahun 76,0 %76,0 % Rata – rataRata – rata 50,0 %50,0 %
  • 47. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS TB PARU 1. Kelainan terutama pada lapangan atas paru atau lobus bawah apical (B6). 2. Bayangan bercak-bercak atau noduler. 3. Adanya kavitas (caverne). 4. Adanya kalsifikasi. 5. Kelainan bilateral di lapangan atas. 6. Kelainan menetap setelah beberapa minggu. 7. Bayangan milier. 8. Bayangan fibrosis.
  • 48.
  • 52. Derajat kelainan paru sec radiologis ATS Minimal Cavitas (-) Infiltrat tipis setinggi kondro sternal junction iga 2 Moderate Cavitas (+) diameter < 4 cm Infiltrat tipis satu paru Infiltrat tebal satu lobus Severe Kelainan lebih berat dari moderate
  • 53. DIAGNOSA TB PARU Klinis : anamnesa pemeriksaan fisik Radiologis : Rontgen Foto toraks Bakteriologis : Pemeriksaan sputum BTA langsung kultur BTA cairan pleura BTA bilasan bronkus
  • 54. Tersangka Penderita Tuberkulosis AB non quinolon BTA 3X (-), ro toraks PA Perbaikan BTA 1X (+)BTA 2-3 X (+) BTA 3X (-) Penderita TB Bukan TB Perbaikan (-) RO Torak + Atau BTA +
  • 55. KLASIFIKASI DIAGNOSA 1. TB Paru tersangka 2. TB PARU 3. Tb paru putus berobat 4. TB relap 5. Bekas TB paru (tidak sakit)
  • 56. TB PARU TERSANGKATB PARU TERSANGKA semua penderita TB paru dengan BTA (-)semua penderita TB paru dengan BTA (-) atauatau belum ada pemeriksaanbelum ada pemeriksaan atauatau belum lengkap.belum lengkap.  Bila klinis (+), radiologis (+) pengobatan dapatBila klinis (+), radiologis (+) pengobatan dapat dimulai akan tetapi maksimal dalam 3 bulan harusdimulai akan tetapi maksimal dalam 3 bulan harus dapat dipastikan apakah termasuk:dapat dipastikan apakah termasuk:  TB paruTB paru  Bekas TB paruBekas TB paru  Bukan TB paruBukan TB paru
  • 57. TB PARUTB PARU a.a. - Klinis (+)- Klinis (+) - Radiologis (+)- Radiologis (+) - Bakteriologis (+)- Bakteriologis (+) b.b. - Klinis (+)- Klinis (+) - Radiologis (+)- Radiologis (+) - Bakteriologis (-)- Bakteriologis (-) - memperlihatkan perbaikan dengan- memperlihatkan perbaikan dengan pemberian obat anti TB (OAT)pemberian obat anti TB (OAT)
  • 58. . TB Paru putus berobat Definisi : Penderita TB paru yang Menghentikan pengobatan OAT selama fase intensif atau fase lanjutan yang belum dinyatakan sembuh oleh dokter : Penderita menghentikan pengobatan < 2 minggu : pengobatan OAT dilanjutkan sesuai jadwal
  • 59. . TB Paru putus berobat Penderita menghentikan pengobatan ≥ 2 minggu  Berobat ≥ 4 bulan , BTA, klinis dan radiologis negatif ; pengobatan OAT STOP  Berobat > 4 bulan, BTA positif : pengobatan dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu yang lebih lama  Berobat < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama  Berobat < 4 bulan , berhenti berobat > 1 bulan , BTA negatif, akan tetapi klinis dan atau radiologis positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama  Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2 - 4 minggu pengobatan diteruskan kembali sesuai jadwal
  • 60. .  TB relap Pasien pernah makan OAT lengkap dan dinyatakan sembuh oleh dokter kembali dengan keluhan sep  batuk2 , batuk darah, sesak nafas dan di tambah dengan:  Hasil lab BTA + atau  Hasil serial ro torak yang perburukan
  • 61. o Riwayat TB paru dimasa lalu (+) dengan pengobatan yg adekuat dan telah di nyatakan sembuh oleh dokter. o Ro torak N atau ada kelainan ( fibrosis, kalsifikasi, penebalan pleura ) o BTA (-) o Perburukan dari serial radiologis tidak ada o Gejala klinis seperti batuk, batuk darah atau sesak nafas bisa ( -/+ ) Tidak perlu diobati Bekas TB Paru
  • 62. Bila seseorang telah didiagnosa sebagai TB paru, pengobatan tergantung kepada: Hasil pemeriksaan BTA ada kelainan secara radiologis Riwayat pengobatan sebelumnya
  • 63. PENGOBATANPENGOBATAN TujuanTujuan : memusnahkan kuman yang ada dalam: memusnahkan kuman yang ada dalam tubuh penderita.tubuh penderita. Tapi kita tak tahu pasti kapan hal ini terjadi.Tapi kita tak tahu pasti kapan hal ini terjadi. Dalam prakteknyaDalam prakteknya :: Tujuan pengobatan membuat sekret bronkusTujuan pengobatan membuat sekret bronkus (sputum) bebas dari kuman TB yang dibuktikan(sputum) bebas dari kuman TB yang dibuktikan dengan hasildengan hasil kultur yang negatifkultur yang negatif..
  • 64. PENJELASAN TERHADAP PENDERITA DAN KELUARGANYA  Apanya yang sakit  Penyebabnya  Penularannya  Rencana pengobatan  Lamanya pengobatan  Cara makan obat  Kemungkinan efek samping obat
  • 65.  Melaporkan kepada dokter / petugas jika mengalami efek samping yang tidak bisa ditolerir  Jangan sekali-kali menghentikan pengobatan sebelum disuruh dokter  Walaupun keluhan sudah hilang semuanya, tidak berarti penyakit sudah sembuh
  • 66. Menyembuhkan yaitu membuat sekret bronkus (sputum) bebas dari kuman TB yang dibuktikan dengan hasil kultur yang negatif atau BTA langsung 3 kali. Radiologis; tidak selalu kembali normal hal ini tergantung kepada luasnya kerusakan jaringan paru
  • 67. Populasi kuman ada 4 gol Pop A Pertumbuhan cepat, ph netral, dinding cavitas Pop B Pertumbuhan sangat lambat, Ph rendah Pop C Dorman hampir sepanjang waktu Pop D Sepenuhnya dorman, sehingga tidak di pengaruhi oleh OAT Hanya dapat dimusnahkan oleh mek pertahanan tubuh
  • 68. SYARAT-SYARAT PENGOBATAN PARU 1. Kombinasi obat minimal 2 obat Kenapa harus kombinasi ? Fall and rise phenomena 1. Terus menerus tidak boleh terputus 2. Jangka lama Dulu 1 – 2 tahun Kini 6 bulan 1. Dosis adekuat 2. Kuman harus sensitif terhadap obat yang diberikan.
  • 69. Prasyarat utama OAT yang bermanfaat 1. Aktiviti bakterisidal dini 2. Aktiviti sterilisasi 3. Kemampuan untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap obat penyerta
  • 70. Tabel . Derajat aktiviti OAT AktivitiAktiviti PencegahanPencegahan resistensiresistensi Bakterisidal diniBakterisidal dini SterilisasiSterilisasi TinggiTinggi INHINH RifampisinRifampisin EtambutolEtambutol StreptomisinStreptomisin INHINH EtambutolEtambutol RifampisinRifampisin RifampisinRifampisin PirazinamidPirazinamid INHINH RendahRendah PirazinamidPirazinamid TiosetasonTiosetason StreptomisinStreptomisin PirazinamidePirazinamide TioasetasonTioasetason StreptomisinStreptomisin TioasetasonTioasetason etambutoletambutol
  • 71. Aktivititi bakterisidal dini Definisi : kemampuan obat untuk membunuh kuman tb pada beberapa hari setelah pengobatan Pada pasien TB kombinasi pada 2 minggu pertama  tidak ada obat lain ataupun kombinasi yang lebih superior dari INH pada 2 hari pertama INH  aktiviti bakterisidal dininya sangat tinggi
  • 72. Aktiviti sterilisasi Definisi ; kemampuan untuk membunuh kuman persister Grosset membagi 2 komponen dari kemoterapi - ketidakmampuan membunuh kuman yg tumbuh cepat berlokalisasi sebagian besar di ekstraselular  meningkatkan gagal terapi - Ketidakmampuan membunuh persister meningkatkan kekambuhan Persister ;metabolik aktiviti rendah replikasi lambat daripada kuman yang berada di dinding kaviti  R  mempunyai kemampuan sebagai aktiviti sterilisasi
  • 73. Kemampuan untuk mencegah resistensi terhadap obat penyerta Kemampuan obat untuk mencegah seleksi mutan yang resisten terhadap obat penyerta Tidak semua OAT mempunyai kemampuan yang sama untuk mencegah resistensi terhadap obat penyerta
  • 74. M. TB Robert Koch - 1882 Sinar X untuk diagnosa TB Paru - 1920 Streptomisin sebagai obat anti TB pertama - 1944 PAS - 1946 INH - 1952 Pengobatan TB paru baru memberikan hasil yang baik untuk pertama kalinya adalah setelah mengkombinasikan: Streptomisin + INH + PAS selama 1 - 2 tahun
  • 75. kombinasi Streptomisin + INH + PAS memerlukan masa pengobatan 1 – 2 tahun (jangka panjang) kelemahan :  Terlalu lama  Efek samping obat  Harus disuntikkan (S) Akibatnya banyak drop out (tidak meneruskan pengobatan)
  • 76. Jenis oabat lini pertama 1. Isoniazid = isonicotinic acid hidrazid = INH (H) - 1952 2. Rifampisin (R) 3. Pirazinamid (Z) 4. Etambutol (E) 5. Streptomisin (S) - 1944 OBAT-OBAT ANTI TB
  • 77. Jenis obat lini kedua 1. Sikloserin (Cyc) 2. Protionamid (Pro) 3. Kapreomisin (Cap) 4. Etionamid (Eth) 5. Viomisin (Vio) 6. Kanamisin (Kan) 7. Amikasin 8. Ofloxacin 9. Ciprofloxacin 10. PAS = para amino salicylic acid - 1946 OAT lini kedua digunakan pada kasus resisten (Efek samping obat akan sering menyebabkan terjadinya putus berobat)
  • 78. Kemasan Obat tunggal,obat yang disajikan secara terpisah, masing-masing INH,rifampisin,pirazinamid,ethambutol Obat kombinasi dosis tetap/KDT(fixed dose combination/FDC) kombinasi dosis tetap terdiri dari 2 sampai 4 dosis dalam satu kaplet
  • 79. Dosis OAT Obat Dosis (Mg/Kg BB/hari ) Dosis yang dianjurkan Harian Intermiten Dosis Maks/har i (mg) Dosis (mg)/berat Berat badan (Kg)/hr <40 40-60 >60 R 8 -12 10 10 600 300 450 600 H 4 – 6 5 10 300 300 300 300 Z 20 – 30 25 35 750 1000 1500 E 15 – 20 15 30 750 1000 1500 S 15 - 18 15 15 1000 SESUAI BB
  • 80. Dosis OAT Kombinasi Dosis Tetap/FDC Fase intensif Fase lanjutan 2 – 3 bulan 4 bulan BB harian Harian 3x/minggu (RHZE) (RH) (RH) 150/75/400/275 150/75 150/150 30-37 2 2 2 38-54 3 3 3 55-70 4 4 4 >71 5 5 5
  • 81. Kasus baru TB paru BTA (+) Kasus baru TB paru BTA (-) tapi kelainan radiologisnya moderatatau severe. Kasus baru dengan kerusakan yang berat pada TB ekstra pulmoner FASE AWAL FASE LANJUTAN (PILIH SALAH SATU) 2 RHZE 4 R3H3 4 RH 6 HE
  • 82. TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya , dan kasus Kambuh FASE AWAL FASE LANJUTAN (PILIH SALAH SATU) 2 RHZES + 1 RHZE 5 R3H3E3 5 RHE
  • 83. Kasus kronis (sputum BTA tetap positif, setelah pengobatan ulang) PENGOBATAN Merujuk ke pedoman WHO untuk menggunakan obat pilihan di pusat spesialistik.
  • 84. TB Paru Kronik Definisi : TB paru dg sputum BTA positif setelah pengobatan ulang dengan pengawasan yang baik Lakukan uji resistensi Jika ada hasil uji resistensi, berikan minimal 2 OAT yang sensitif ditambah dengan obat lain seperti kuinolon, betalaktam, makrolid Jika tak mampu diberikan INH seumur hidup Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan Kasus TB paru kronik
  • 85. Mono-resistance, yaitu kebal terhadap salah satu OAT lini pertama. Poly-resistance, yaitu kekebalan terhadap lebih dari satu OAT lini pertama, tapitidak resisten terhadap INH dan Rifampisin secara bersama- sama.
  • 86. TB Paru Resistensi Ganda = MDR TB TB paru resisten; Rifampisin dan INH +/- dg OAT lainnya MDR primer dan sekunder TB paru kronik sering disebabkan MDR Pengobatan yang dianjurkan sesuai uji resistensi dengan menggunakan minimal 2-3 OAT yang sensitif ditambah obat baru Paduan yang dianjurkan: OAT yang sensitf minimal 2-3 ditambah dg Obat baru ( kuinolon),; Ciprofloksasin 2 x 500 mg / 1 x 750 mg, Ofloksasin 1 x 400 mg, dll Umumnya pengobatan minimal 12 bulan
  • 87. TB Paru Resistensi Ganda = MDR TB TB paru resisten; Rifampisin dan INH +/- dg OAT lainnya  Secara umum resistensi terhadap OAT dibagi menjadi: 1. Resistensi primer 2. Resistensi inisial 3. Resistensi skunder MDR pertama dilaporkan oleh AS dgn kematian 70%-90%. WHO (2004),terinfeksi MDR > 50 juta orang TB paru kronik sering disebabkan MDR
  • 88. Faktor klinis yang menyebabkan resistensi obat Terlambatnya diagnosis dan isolasi. Penggunaan obat tunggal Penggunaan paduan obat yang tidak tepat. pengobatan awal yang tidak adekwat pengobatan yang tidak lengkap  modifikasi obat yang tidak tepat.
  • 89. penambahan satu obat pada kegagalan pengobatan/Fenomena addition syndrome penggunaan kemoprofilaksis yang tidak tepat Kurang patuh dan pengobatan tidak lengkap Gagal mengisolasi penderita MDR TB  Pelaksanaan DOTS yang kurang baik Kurangnya pengetahuan tentang TB  Obat kurang berkualitas
  • 90. TB Paru Resistensi Ganda = MDR TB Pengobatan yang dianjurkan sesuai uji resistensi dengan menggunakan minimal 2-3 OAT yang sensitif ditambah obat baru Paduan yang dianjurkan: OAT yang sensitf minimal 2-3 ditambah dg Obat baru ( kuinolon),; Ciprofloksasin 2 x 500 mg / 1 x 750 mg, Ofloksasin 1 x 400 mg, dll Umumnya pengobatan minimal 18 bulan
  • 91. TB Paru Resistensi Ganda = MDR TB  Pemberian OAT yang benar dan pengawasan yang baik kunci paling penting mecegah MDR. Konsep DOTS upaya penting menjamin keteraturan berobat. Prioriti yang dianjurkan bukan penngobatan MDR, tetapi pencegahan MDR-TB.
  • 92. XDR-TB (TB.Extensively drug-resistant) Sub kelompok MDR-TB dengan tambahan resisten segala jenis fluroquinolone dan salah satu dari tiga suntikan,kanamisin (KM), amikasin (PM) dan kapreomisin (CM). XDR-TB pertama kali dilaporkan pada awal tahun 2006, prognosis yang sangat buruk, dengan kegagalan pengobatan dan tingkat kematian yang sangat tinggi. WHO, memperkirakan sekitar 500.000 MDR-TB dan 40.000 kasus XDR-TB muncul setiap tahun di seluruh dunia.
  • 93. Totally drug resistance, yaitu resistensi total ini dikenal dengan istilah super XDR-TB, didefinisikan dengan kuman yang sudah resisten dengan seluruh OAT lini pertama (INH, rifampisin, etambutol, streptomisin, pirazinamid) dan OAT linikedua (amikasin, kanamisin, kapreomisin, florokuinolon, tionamid, PAS).
  • 94. Prinsip Penatalaksanaan MDR/XDR Gunakan DOT dengan cara yang berpihak kepada pasien selama masa pengobatan.  Catat obat yang diberikan, hasil bakteriologis, gambar foto toraks, dan kejadian efek samping obat. Optimalkan penatalaksanaan penyakit yang mendasari dan status nutrisi.
  • 95. Tambahan Pertimbangan Pengobatan Gunakan DOT utk semua dosis Gunakan pemberian harian, tidak intermitten Lama pengobatan minimum 18-24 bulan Bila mungkin, teruskan obat suntik paling tidak 6 bulan setelah konversi biakan
  • 96. STRATEGI “DOTS” DOTS = Directly observed treatment short course. Directly ; penemuan kasus sec aktif Observed : Menjamin seluruh dosis obat yang telah direncanakan dimakan oleh penderita di depan petugas atau PMO.
  • 97. PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) Dikenal, dipercaya dan disetujui, , disegani dan dihormati oleh pasien. Tinggal dekat dengan pasien. Bersedia membantu pasien dengan sukarela. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama dengan pasien  Petugas kesehatan, kader kesehatan, anggota PPTI, anggota PKK
  • 98. Komitmen politis 1 Directly Observed Treatment Short-course WHO 1991 5 Komponen DOTS5 Komponen DOTS 2 Diagnosa dengan mikroskop 3 Pengobatan dengan pengawasan langsung 4 4 Jaminan Ketersediaan OAT Yg bermutu Monitoring dan evaluasi 5
  • 99. principles of do+s Directly Observed Treatment Short-course MENEMUKAN DAN MENYEMBUHKAN PENDERITA TB BUKAN SEKEDAR MENGOBATI SAJA TANPA ADA JAMINAN AKAN KESEMBUHAN PENDERITA
  • 100. DOTS  DOTS strategi penanggulangan yang cost-effective  Ekspansi harus dilakukan secara bertahap dan terkontrol agar bermutu dan mencegah berkembangnya MDR-TB dikemudian hari  Sustainability penanggulangan TB memerlukan komitmen semua pihak terkait
  • 101. Komponen DOTS plus Komitmen Politik terhadap masalah MDR/XDR Diagnosis akurat,dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan pada laboratorium yang sudah teruji kualitasnya Pengobatan dengan OAT lini kedua dengan manajemen yang baik Terjaminnya suplai OAT MDR yang berkualitas (suplai cukup, masa pakai pendek,adanya refrigerator) Sistem Komponen DOTS plus standar
  • 102. TB pada keadaan khusus TB dengan HIV/AIDS  Tujuannya adalah untuk mempercepat diagnosis dan pengobatan tb pada pasien hiv dan sebaliknya mempercepat diagnosis dan pengobatan hiv pada pasien tb  TB penyebab utama kematian pada HIV. Hiv merupakan faktor resiko terbesar dalam konversi kasus TB laten menjadi TB aktif
  • 103. Surveilans HIV/AIDS bila ditemukan 2 tanda mayor dan minimal 1 tanda minor Tanda mayor : 1. Penurunan BB >10% 2.Diare kronik > 1 bulan 3. Demam ringan > 1 bulan Tanda minor 1. Batuk persisten > 1 bulan 2.Dermatitis pruritik generalisata 3. Riwayat hepez zoster 4.Kandidiasis orofaring 5.hairy leukoplakia oral 6.Infeksi herpez simplex 7.Limpadenopati generalisata
  • 104. Pemeriksaan penunjang 1. Mikroskopis BTA sputum 2.Pemeriksaan radiologi HIV dini ,ditemukan infiltrat lobus atas HIV lanjut,gambaran infiltrat dilobus bawah,,milier,hilus 3. Tes HIV/ rapid tes 4. Uju serologi (ELISA) untuk infeksi HIV 5. Hitung limposit CD4 ( jumlah CD4 menentukan status imunitas pasien  HIV mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. CD4 berfungsi mengkoordinasi sejumlah fungsi imunologis hilngnya fungsi ini  ggn respon imunologis
  • 105. Pengobatan Kategori pengobatan TB dengan HIV tidak dipengaruhi oleh status HIV Paduan obat sama dengan TB tanpa HIV Prisip pengobatan TB dengan HIV harus diberikan sesegera mungkin,pengobatan ARV dimulai sesudah pengobatan TB , dianjurkan diberikan paling cepat 2 minggu dan paling lambat 8 minggu Pasien TB-HIV dalam pengobatan ARV rujuk ke RS yang memberikan pelayannan ko-Infeksi TB-HIV. ODHA dengan TB perlu diberikan Pengobatan pencegahan kotrimoksazol (PPK). Sebaiknya hindari obat suntik dan Tiasetazon ( toksik pada kulit ) Bila terjadi MDR sesuai uji resistensi
  • 106. TB dengan hepatitis/ ggn faal hepar Klinis ( ikterik, mual, muntah ) Pemeriksaan fisis mata ikterik Lab;  Bil > 2, SGOT & SGPT > 5 X OAT stop  SGOT & SGPT > 3 X gejala + OAT stop  SGOT & SGPT > 3X gejala -, OAT lanjut dalam pengawasan Paduan OAT yg dianjurkan Yang aman diberikan ethambutol dan streptomisin RHZ hepatotoksik
  • 107. TB dengan kehamilan Tidak ada indikasi pengguguran OAT aman diberikan kecuali obat gol aminoglikosida ; streptomisin, kanamisin dll Pada ibu menyusui anak sehat tetap diberikan Jika bayi dapat OAT sebaiknya tidak disusui Wanita produktif sebaiknya tidak pakai kontrasepsi hormonal  Efektifitas berkurang oleh Rif
  • 108. TB pada gagal ginjal kronik Dosis disesuaikan dengan faal ginjal ( ureum, kreatinin, CCT ) Jangan menggunakan aminoglikosida Etambutol dosisnya dikurangi
  • 109. TB pada DM Prinsip pemberian OAT sama dengan kasusTB paru tanpa DM Hati-hati pemberian etambutol Rif akan mengurangi efektivitas sulfonil urea OAT berikan lebih lama biasanya 9 bln
  • 110. Efek samping dan interaksi obatEfek samping dan interaksi obat 1. Rifampicin : - Sindrom flu,sindrom perut,sindrom kulit - hepatitis imbas obat,purpura, anemia hemolitik akut,sindroma respirasi - mempercepat metabolisme OAD - kebutuhan insulin↑ Dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan air liur
  • 111. 2. INH (H) Dapat menembus jaringan plasenta kadar sedikit Efek teratogenik : (-) Tanda-tanda keracunan syaraf tepi.(tambahkan piridoksin) Hepatitis imbas obat
  • 112. 3. Etambutol (E) Dapat menembus jaringan plasenta Efek teratogenik (-) dapat terjadi gangguan pada mata atau sistem saraf pusat Perkembangan janin di uterus tak terganggu
  • 113. 4. Pirazinamid (Z) Data teratogenik : tidak adekuat Tidak ditemukan data pada binatang dan penelitian epidemiologik adanya anomali kongenital Dalam ASI konsentrasi kecil Tetap dapat diberikan pada perempuan hamil Hapatitis imbas obat Nyeri sendi
  • 114. 5. Golongan aminoglikosida (Streptomisin,kanamisin, (SK) Menyebabkan kerusakan pada saraf kranial VIII . Kerusakan bervariasi : vestibular ringan tuli bilateral Dapat menembus plasenta Dapat dikeluarkan melalui ASI Tidak dianjurkan untuk perempuan hamil  Demam, sakit kepala,muntah dan eritema pada kulit
  • 115. 6. OAT lainnya Belum ada data yang cukup Sebaiknya dihindari