Dokumen tersebut membahas berbagai jenis infeksi kulit, baik yang disebabkan bakteri maupun virus. Termasuk di dalamnya adalah pioderma yang disebabkan Staphylococcus dan Streptococcus, serta infeksi non-pioderma seperti kusta, varicella, dan herpes zoster. Diberikan pula penjelasan mengenai gejala, patogenesis, dan penatalaksanaan masing-masing kondisi tersebut.
4. PIODERMA
• Infesi kulit yang di sebabkan oleh bakteri golongan
Staphilococcus & Streptococcus namanya
PIODERMA .
• Klasifikasi berdasarkan etiologi:
Streptococcus ᵦ hemoliticus Staphilococcus aureus
• Impetigo krustosa
• Ektima
• Erisipelas
• Selulitis
• Flegmon
• Impetigo bulosa
• Folikulitis
• Furunkel & furunkulosis
• Karbunkel
• S4
• Abses Kelenjar keringat
• Hidranesis Supuratif
5. IMPETIGO KRUSTOSA VS BULOSA
• Impetigo Krustosa
– Etiologi: streptococcus B
hemolyticus
– Predileksi: di muka,
sekitar hidung dan mulut.
– Efloresensi: eritema dan
vesikel yang cepat
memecah, krusta tebal
kekuningan seperti madu
(Honey bee)
• Impetigo Bulosa
– Etiologi: Staphylococcus
aureus
– Predileksi: di ketiak, dada,
punggung.
– `Efloresensi: Eritema,bula
hipopion Bula pecah
kolaret warna coklat.
7. EKTIMA
• Infeksi di epidermis & dermis
• Etiologi: Streptococus B
hemolitic
• Predileksi : Tempat yg sering
terjadi trauma (tungkai bawah)
• Usia : Anak -anak, dewasa
• Efloresensi : Eritema
vesikel Pecah Krusta tebal
kekuningan sulit di angkat dan di
bawahnya ada Ulkus dangkal.
8. FOLIKULITIS, FURUNKEL, KARBUNKEL
ETIOLOGI: Staphilococcus Aureus
FOLIKULITIS FURUNKEL KARBUNKEL
Radang pada folikel rambut Radang folikel rambut &
jaringan sekitarnya. Jika > 1
Furunkulosis.
Kumpulan Furunke l
membentuk nodus
besar isinya jaringan
nekrotik
PREDILEKSI: Daerah yg
byk rambutnya (Kulit
kepala ,tungkai bawah)
PREDILEKSI: Aksila , Bokong
EFLORESENSI: Makula
eritem dgn papul, pustul di
tengahnya ada rambutnya.
EFLORESENSI: Makula
eritema Nodus kerucut ada
pustul di tengah Abses jika
pecah Fistel
17. KUSTA/LEPRA/MORBUS HANSEN
• Etiologi : Mycobacterium Leprae
• Cara Penularan: Kontak langsung yang lama
• Masa Inkubasi: 40 hari – 40 tahun
• Cardinal Sign
– Kelainan Kulit : Lesi Hipopigmentasi /eritema di sertai dgn
hilangnya sensasi (Hyposthesia/Anasthesia )
– Penebalan saraf tepi di sertai hilangnya sensasi (paling
sering n. Auricula magnus, N.ulnaris)
– Kerokan Kulit : BTA (+)
18. Klasifikasi
1. WHO (1980)
a. Pausibaciler(PB):
Sedikit basil
b. Multibasiler(MB):
Banyak basil
2. Ridley – Joplin (1962)
a. TT BT
b. BB BL LL
19. Klasifikasi WHO (1980)
KARAKTERISTIK PAUSIBASILER (PB) MULTIIBASILER (MB)
Jumlah lesi 1-5 > 5
Efloresensi Kulit
Makula,
Hipopigmentasi ,papul, nodul
, eritema
Makula,
hipopigmentasi, papul,
nodul ,eritema
Distribusi lesi Asimetris Unilateral /
Bilateral
Simetris Bilateral
Kerusakan syaraf Hanya 1 cabang Syaraf Banyak Cabang
Anastesi Jelas Tidak jelas
BTA
Lepromin
(-)
(+)
(+)
(-)
20. Kriteria Ridley & joplin
PAUSI BASILER (PB)
TIPE LESI BATAS PERMUKAAN BTA LEPROMIN
I Makula hipopigmentasi Jelas Halus agak berkilat,
anestesi
- +
TT Makula eritematosa
bulat/lonjong, bagian tengah
sembuh
Jelas Kering bersisik, anestesi - + kuat
BT Makula eritematosa tidak
teratur, mula-mula ada
tanda kontraktur
Jelas Kering bersisik, anestesi +/- + lemah
MULTIBASILER (MB)
TIPE LESI BATAS PERMUKAAN BTA LEPROMIN
BB Plakat, dome-shaped,
punched-out
Agak jelas Agak kasar, agak
berkilat
+ -
BL Makula infiltrat merah Agak jelas Halus berkilat + -
LL Makula infiltrat difus
berupa nodus simetri, saraf
terasa sakit
Tidak jelas Halus berkilat + kuat -
21. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan gangguan syaraf tepi
– Tes Sensitibilitas (Tes Suhu, Tes Raba, Tes Nyeri)
• Pemeriksaan Lab
1. Pemeriksaan BTA
– Diambil dari 3 tempat (kedua kuping telinga & lesi
paling aktif)
– Kerokan kulit Pewarnaan Zeil Nelson
2. Serologi
– Uji MLPA (Micobacterium Lepra micro aglutinasi)
– ML dipstik
3. Tes Lepromin
4. Tes Histopatologi : Sel datia Langhans, atau sel Virchow
22. Penatalaksanan
1. Tipe MB
• Rifampicin 600mg / bulan + Dapson(DDS) 100
mg/hr + Klofazimin ( Lampren) 300mg/bulan
50 mg / hari selama 12 bulan
2. Tipe PB 1 Lesi ROM
• Rifampicin 600 mg + Ofloksasin 400 mg +
Minosiklin 100 mg satu kali pakai
3. Tipe PB banyak lesi
• Rifampisin 600 mg/bulan + Dapson (DDS) 100
mg/hari selama 6 bulan
23.
24. Efek samping obat : Rifampicin : Air seni berwarna , Ikterus (kuning),
Clofazimin : Perubahan warna kulit menjadi coklat , Dapson : Anemia
Efek samping obat
25. Reaksi Kusta
• Ingat muncul saat pengobatan Karena Infeksi sudah
menurun tapi imunitasnya terlalu berlebih.
• Reaksi Kusta
1) Reaksi Reversal (Upgrading)/ Reaksi Type 1
– Akibat peningkatan sistem imun melawan basil lepra
Hipersensitivitas type IV
2) Reaksi Eritema Nodosum Leprae (ENL)/Reaksi tipe II
– Akibat jumlah basil yang banyak terbunuh
melepaskan antigen reaksi alergi
Hipersensitifitas tipe III
– Muncul pada tibe MB
3) Fenomena Lucio
26. RR vs ENL
1. Reaksi Reversal
• Kondisi cukup baik
• Sebagian/semua lesi
bertambah aktif atau
muncul lesi baru
• Bisa terjadi neuritis
akut (nyeri syaraf)
2. Eritema Nodosum Leprosom
• Muncul pada tipe lepromatosa
( LL & BL)
• Muncul nodus eritem nyeri,
keras
• Ada gelaja sistemik : Artritis,
neuritis, limfadenitis.
27. 3. Fenomena Lucio
• Reaksi sangat berat pada
tipe lepromatosa non
nodular difus (hanya pada
tipe MB)
• Nekrosis epidermal iskemik
dengan nekrosis pembuluh
darah superfisial, edema,
dan proliferasi endotel
pembuluh darah dalam
Fenomena Lucio
28. Tatalaksana Reaksi Kusta
• Prednison
– 2 Minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah
makan
– 2 Minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
– 2 Minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
– 2 Minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah
makan
– 2 Minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah
makan
– 2 Minggu Keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah
makan Bila terdapat ketergantungan terhadap Prednison, dapat
diberikan Lampren lepas.
29. Kecacatan Pada Kusta
• Cacat pada tangan dan kaki
– tingkat 0 : gang.sensibilitas (-),deformitas (-)
– tingkat 1 : gang.sensibilitas (+), deformitas (-)
– tingkat 2 : gang.sensibilitas (+), deformitas (+)
• Cacat pada mata
– tingkat 0 : gang.pada mata (-), gang.penglihatan (-)
– tingkat 1 : gang.pada mata (+), gang.penglihatan (+) visus
6/60 atau lebih baik (dpt menghitung jari pada jarak 6 meter)
– tingkat 2 : gang.penglihatan berat (visus <6/60)
• Deformitas termasuk ulserasi, kontraktur, absorbsi, mutilasi
• Gangguan pada mata termasuk anestesi kornea, iridosiklitis,
lagoftalmus
31. VARICELLA ZOSTER VIRUS
• VARICELLA
– Etiologi : Virus Varicella Zozter
(VVZ)
– Masa inkubasi : 17-21 hari
– Manifestasi Klinis
• Stasdium Prodromal : Demam,
malaise,nyeri kepala dlm brp jam
timbul erupsi
• Stadium Erupsi : Papul
Eritromatous vesikel dgn dasar
eritromatous bentuk seperti
tetesan air (Tear Drop)
menyebar dari badan ke
extremitas.
• Pemeriksaan penunjang
– Tzank test
– Bahan dr kerokan di
dasar vesikel
– Gambaran : Multi
nukleid giant cell (Sel
besar berinti banyak)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
32. Penatalaksanaan
• Simtomatis
– Oral : Antipiretik + Analgetik
– Lokal : Bedak salicil mentol (biar
vesikel tdk pecah)
– Anti Histamin
• Antiviral efektif jika di
berikan 48 jam
– Dewasa: Acyclofir 5x800 mg
selama 7 hari
– Anak: Acyclovir 4 x 20 mg/KgBB
selama 7 hari
– Valasiklovir: Dewasa 3 x 1000
mg/hari
33. • HERPES ZOOZTER
– Etiologi: Reaktifasi Virus
Varicella Zoster yg dormant di
ganglion posterior & ganglion
cranial
– Predileksi: Lokasi unilateral &
mengikuti dermatom syaraf
– Manifestasi klinis
• Gejala prodromal sistemik
(demam, pusing, malaise) &
lokal (myalgia, gatal, pegal)
• Timbul vesikel berkelompok
dengan dasar eritematosa
dermatom pecah mjd krusta.
• Pemeriksaan Penunjang
– Tzank Test
– Bahan dr kerokan di dasar
vesikel
– Gambaran : Multi nukleid
giant cell (Sel besar berinti
banyak)
34. Klasifikasi
Herpes Zoster
Optalmicus
Syndroma Ramsay Hunt Herpes Zoster
Genelarisata
Mengenai N V/I • Paralisis N facialis & otikus
• Tinitus
• Vertigo
• Nistagmus
Vesicel tersebar
disket & merata
pada pasien
Imunokompromais
35. Tatalaksana-Komplikasi
• Simtomatis
– Oral : Antipiretik +
Analgetik
– Lokal : Bedak salicil mentol
(biar vesikel tdk pecah)
– Anti Histamin
• Antiviral
– Dewasa: Acyclofir 5x800 mg
selama 7 hari
– Anak: Acyclovir 4 x 20
mg/KgBB selama 7 hari
– Valasiklovir: Dewasa 3 x
1000 mg/hari
• Komplikasi
A. Neuralgia Pasca Herpetik
– Rasa nyeri yg timbul
pada bekas lesi
– Bisa berlangsung
beberapa bulan – tahun
– Usia > 40 th
– Thx : Gabapentin
B. Parasilis motorik
C. Neuritis optik
36. SMALL POX VIRUS
• MOLOSKUM KONTAGINOSUM
– Etiologi: Pox virus
– Transmisi : Kontak laksung
– Masa inkubasi : 1 minggu
– Predileksi: muka badan, ekstremitas,
pubis (hanya pada dewasa)
– Effloresensi : Papul milier kadang
lentikuler dan berwarna putih spt lilin,
bentuk kubah di bagian tengahnya
terdapat lekukan, jika di pijat keluar
masa spt nasi
37. Pemeriksaan-Tatalaksana
• Pemeriksaan penunjang
– Mikrobiologi dgn pewarnaan
Giemsa
– Gambaran Moloskum Body
(Henderson-paterson bodies)
– Diagnosa pasti : Biopsi dgn
pewarnaan HE
• Penatalaksanaan
– Prinsip mengeluarkan masa
(enokulasi) dgn Bedah Beku
(CO2,N2) Elektrocauter
38. PARAMYXOVIRUS
• MORBILI/ Campak/ Rubeola
– Stadium
1. Stadium Prodromal : 3 C (Cough, Coriza,
Conjungtivitis), Koplik spot di mukosa pipi
2. Stadium Erupsi :Ruam makopapuler, muncul dari
belakang telinga, menyebar ke leher, badan &
ekstremitas.
3. Stadium Konvalensi: setelah 3 hari ruam
perlahan menghilang
– Patognomonik: Koplik’s spot & Erupsi eritema
makulo papular muncul dari belakang telinga
kemudian ke badan
39. Tatalaksana & Komplikasi
Tatalaksana
• Simtomatis
• Vitamin A
– < 6 bln : 50.000 UI (2 hari)
– 6-12 bln: 100.000 UI (2 hari)
– > 12 bln: 200.000 UI (2 hari)
– Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah
pemberian kedua
• Pencegahan : Imunisasi Campak pada umur 9 bulan.
Komplikasi
– Otitis Media
– Bronchopneumonia
– Encephalitis
– Pericarditis
40. HUMAN PAPILOMA VIRUS (HPV)
• VERUCA (Kutil)
– Hiperplasi epidermis akibat
pertumbuhan epithel yang
disebabkan oleh Human
Papilloma Virus
– Klasifikasi
1. Verruca Vulgaris: predileksi
khususnya di ekstremitas
bagian ekstensor (warna abu-
abu)
2. Verruca Plantaris:
Predileksi pada telapak kaki
3. Verruca Plana : Predileksi
pada muka dan leher
• Penatalaksanaan
– Bahan kaustik: larutan
AgNO3 25% asam
triklorasetat 50%, asam
salisilat 50 %
– Bedah : Bedah beku (CO2,
N2, N2O), Bedah skalpel ,
Bedah listrik, Bedah laser.
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
41. • CONDILOMA AKUMINATA
– Etiologi : HPV tipe 6&11,HPV
tipe 16 & 18 (penyebab ca cervix)
– Termasuk dalam PMS
– Predileksi
• Laki-laki: perineum, sulkus
koronarius,gland penis, anus
• perempuan : vulva, introitus
vagina
– Efloresensi : Vegetasi bertangkai,
warna kemerahan atau kehitaman ,
permukaan papilomatosa
(berjonjot).
44. DERMATOFITOSIS
• Dermatofitosis: Infeksi oleh jamur
dermatofita pada jaringan yg
mengandung keratin (kulit, rambut,
kuku)
• Dermatofita: Golongan jamur
yang dpt mencerna keratin dgn
enzim keratinase
• 3 genus: Microsporum,
Tricophyton, Epidermophyton
• Morfologi Khas
– Apapun tineanya punya bentuk
khas, kecuali T.Kapitis
– Kelainan berbatas tegas
– Polimorfik (papul, vesikel,
skuama, dll)
– Tepi lebih aktif ,Tengah tenang
(central healing)
– Disertai rasa gatal ,↑↑ jika
berkeringat
45. Klasifikasi Berdasarkan Letak
• TINEA KAPITIS (Kulit
kepala)
– Terutama pada anak
– Stadium klinis bisa: kronik, subakut,
akut
– Tiga bentuk klinis
A. Gray patch: Warna abu-abu
LampuWood: M.canis
fluoresensi hijau
B. Black dot: Rambut patah di
muara folikel
C. Kerion: inflamasi bengkak,
mirip sarang lebah
46. • TINEA KRURIS : Daerah
genitokrural, sekitar anus, bokong, &
perut bagian bawah.
• TINEA PEDIS ET MANUM :
pada kaki dan tangan
• TINEA UNGUINUM : pada kuku
jari tangan dan kaki
• TINEA KORPORIS: pada kulit
tidak berambut (glabrous skin)
47. Pemeriksaan Penunjang
• Kerokan kulit KOH
– KOH 10% untuk rambut, KOH 20% utk kuku & kulit
– Gambaran : Hifa panjang bersekat (hifa sejati) Arthospora,
microspora, makrospora.
• Lampu wood : Kuning kehijauan
• Biakan: Media agar sabaround
48. Penatalaksanaan
• Edukasi : Faktor presdiposisi & higine
• Farmakologi
Obat Topikal
– Bila lesi terbatas ,Vehikulum sesuai stadium lesi
– Obat: Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat
(6-12%) dlm bentuk salep Whitfield, ketokonazol 1%
Obat sistemik
– Lesi luas , tdk resposnif terhadap obat topikal, Kronik
berulang
– Obat: Gliseofulfin 1x500 mg/hr selama 14 hr,
Ketokonazol 1x200mg/hr selama 5-14 hari
– Itrakonazol 1x100/hr
49. NON-DERMATOFITOSIS
• CANDIDIASIS
– Etiologi : Genus Candida
– Faktor Presdiposisi
• Endogen: perubahan fisiologik (kehamilan, obesitas, iatrogenik,
DM, penyakit kronik), usia (orang tua & bayi), imunologik
• Eksogen: iklim panas, kelembaban tinggi, kebiasaan berendam
kaki, kontak dengan penderita
– Klasifikasi
1. Kandidosis mukosa: kandidosis oral, perleche, vulvovaginitis,
balanitis, mukokutan kronik, bronkopulmonar
2. Kandidosis kutis: lokalisata, generalisata, paronikia &
onikomikosis, granulomatosa
3. Kandidosis sistemik: endokarditis,meningitis, pyelonefritis,
50. Bentuk Klinis
• Kandidosis intertriginosa
– Predileksi: lipatan kulit ketiak, lipat paha,
intergluteal, lipat payudara, sela jari, glans
penis, dan umbilikus berupa bercak berbatas
tegas, bersisik, basah, eritematosa.
– Khas : Lesi satelit, hen and chicken
• Kandidosis perianal:Lesi berupa
maserasi seperti dermatofit tipe basah
• Kandidosis kutis generalisata: Lesi
terdapat pada glabrous skin.
51. Diagnosa- Tatalaksana
• Pemeriksaan Penunjang
– KOH : blastospora, hifa semu.
– Kultur di agar Sabouraud : Bulat dengan
permukaan sedikit cembung, halus, licin,
Warna koloni putih kekuningan dan berbau
asam seperti aroma tape.
• Pengobatan
– Hindari faktor predisposisi
– Antifungal :Gentian violet 0,5-1%,Nistatin,
amfoterisin B, grup azole
52. PTIRIASIS VERSICOLOR (Panu)
• Etiologi : Infeksi superficial kulit oleh
Malassezia furfur
• Predileksi : bagian atas dada, lengan, leher,
perut, kaki, ketiak, lipat paha, muka dan
kepala
• Faktor resiko : cuaca yg lembab dan panas,
banyak keringat, memakai pakaian yg ketat
• Patognomonis : makula hipopigmentasi
,berskuama halus, dengan batas tegas atau
tidak tegas. Skuama biasanya tipis seperti
sisik & hanya dapat tampak dengan
menggores kulit (finger nail sign).
• Gejala :Bisanya Asimtomatik, gatal ringan
dmn gatal ↑ jika berkeringat.
53. Diagnosis-Tatalaksana
• Pemeriksaan Penunjang
– KOH : Hifa pendek, sprora bulat
berkelompok (Spagetti and Meat Ball)
– Lampu wood : Kuning keemasan
• Tatalaksana
– Edukasi pasien utk tdk menggunakan
pakaian yg lembab & pemakaian bersama
– Farmakologi: Topikal (Shampo selenium
sulfida 1,8%, Derivat azol topikal)
– Sistemik: Jika lesi luas / penggunaan obat
topikal tidak berhasil (Ketokonazol 1 x
200 mg selama 10 hari)
55. SCABIES
• Etiologi : infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var
hominis
• Transmisi: kontak langsung (skin to skin), tidak langsung (pakaian)
• Predileksi : Sela jari tangan, pergelangan tangan bag volar, siku luar,
lipat ketiak depan, areola mammae, umbilikus, bokong, genitalia
eksterna, perut bawah .
• Cardinal Sign
1. Pruritus nokturnal
2. Menyerang manusia secara kelompok
3. Adanya terowongan (kunikulus) yang berwarna
putih/keabuan, lurus/berkelok, panjang 1 cm, pada ujung
didapatkan papul/vesikel.
4. Pada kerokan kulit: ditemukan tungau
56. Diagnosa- Tatalaksana
• Pemeriksaan Penunjang
– Burrow Ink Test untuk
melihat terowongan
– Kerokan Kulit : Menemukan
telor, tungau.
• Penatalaksanaan
– Sulfur presipitatum
10% Aman untuk ibu
hamil & anak kurang
dari 2 tahun. Tidak efektif
untuk stadium telur
sehingga harus digunakan
>3 hari
– Emulsi benzil benzoas
20%
– Gameksan 5%
hindari untuk anak < 6
tahun & wanita
hamil,efek neurotoksik &
teratogenik
– Permetrin 5%
kontraindikasi anak usia
< 2 bulan
57. PEDICULOSIS
• Etiologi: Pedikulus humanus var
• Cara penularan : kontak langsung, kontak tak langsung,
Kontak seksual
• Klasifikasi
1. Pedikulosis kapitis : Kulit kepala.
2. Pedikulosis korporis: pinggang,ketiak
3. Pedikulosis pubis :pada rambut didaerah pubis dan sekitarnya.
• Gejala klinis
– Gatal timbul akibat liur dan ekskreta kutu yg dimasukkan ke kulit
saat menghisap darah
– Pada Pedikulosis Pubis , terdapat bercak berwarna abu-abu kebiruan
yg disebut makula serulae (blue sky)
– Black dot, bercak hitam yg tampak pada celana dalam berwarna putih
(krusta dari darah)
58. Talaksanaan
• Pengobatan
– Permetrin 1 %, Gameksan 1% atau
emulsi benzil benzoat 25% dioleskan
seluruh tubuh kecuali muka dan
didiamkan 24 jam, diulangi 4 hari
kemudian
– Malathion 1-2 %
• Pencegahan
– Penderita dipisahkan
– Alat selah dipakai dibersihkan, di cuci, di
desinfeksi.
– Pada pthiriasis pubis , rambut pubis di
cukur, pakaian dalam di rebus.
60. DERMATITIS KONTAK
GAMBARAN UMUM DKA DKI
ETIOLOGI Bahan sehari- hari Bahan iritan
PATOFISIOLOGI Hipersensitifitas tipe IV Iritasi langsung
ONSET Setelah terpajan dua kali Setelah terpajan kronik /
bisa akut
SIAPA YANG KENA Orang yg alergi Semua orang
TAMPILAN KLINIS Nyeri gatal,papul,vesikel Likenifikasi,fisusra
BATAS Tegas Tdk tegas
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Uji tempel ( Patch test)
Reaksi Cresendo
Uji tempel ( Patch test)
Reaksi descresendo
61. • Patch Test
– Dilakukan untuk membuktikan suatu
zat adalah alergen penyebab.
– Cara
• Antigen dibiarkan menempel
selama 48 jam
• Pembacaan dilakukan 2 kali:
pertama dilakukan 15-30 menit
setelah dilepas; kedua dilakukan
72-96 jam setelah dilepas
• Bila reaksi bertambah
(crescendo) di antara kedua
pembacaan, cenderung ke
respons alergi.
64. DERMATITIS ATOPIK
• Definisi: Peradangan pada kulit kronis, residif, yg berkaitan dgn
kadar IgE serta riwayat atopi keluarga atau penderita.
• Gambaran umum
– Onset: Umumnya anak-anak
– Riwayat atopi (rhinitis alergi,asma,konjungtivitis vernalis)
– Gatal hilang timbul sepanjang hari
• Predileksi : Flexor & muka
• Efloresensi: Eritema, papul ,skuama sampai likenifikasi, kulit
menjadi kering.
65. Klasifikasi
1. Tipe infantil (2 bln-2 th)
• Predileksi : Dahi, pipi , leher, kulit kepala,
pergelangan tangan & tungkai.
• Efloresensi : eritema, papulo-vesikel yang
halus, eksudatif, krusta (lesi basah)
2. Tipe anak
• Predileksi : Lipat siku, lipat lutut,
pergelangan tangan bagian dalam, leher
• Efloresensi : Papul , squama, likenifikasi
3. Tipe juvenil
• Predileksi : Lipat siku, lutut, leher, dahi,
tangan , & pergelangan tangan.
• Efloresensi: Plak papular-eritematosa &
berskuama, plak, likenifikasi yang gatal,
terjadi hiperpigmentasi
66. Kriteria Diagnosa (Wiliams 1994)
KRITERIA MAYOR KRITERIA MINOR
• Pruritus
• Dermatitis di muka/ekstensor pd bayi &
anak
• Dermatitis di fleksura pada dewasa
• Dermatitis kronis atau residif
• Riwayat atopi pada penderita/ keluarga
Xerosis, infeksi kulit, dermatitis non
spesifik, iktiosis, pitiriasis alba, dermatitis
di papila mamae, white demographism,
kelitis, lipatan infra orbital, konjungtivitis
berulang, keratokonus, katarak
subskapular anterior, orbita gelap,muka
pucat/eritem, gatal bila berkeringat,
intolerans terhadap wol, aksentuasi
perifolikular, hipersensitif terhadap
makanan, dipengaruhi lingkungan, tes
kulit alergi (+), igE serum meningkat,
awitan usia dini.
Diagnosa : 3 Kriteria Mayor + 3 Kriteria Minor
More Info:
Kriteria dignosa pada bayi di modifikasi menjadi
3 Kriteria mayor: Riwayat atopi keluarga,dermatitis di muka & extensor,Pruritus
3 Kriteria minor: Xerosis, Fisura di belakang telinga,Squama di Scap yg kronis
68. DERMATITIS NUMULARIS
• Faktor resiko: Pria, Riwayat
trauma, riwayat infeksi kulit
sebelumnya, stres emosi.
• Predileksi: Tungkai bawah,
badan, lengan, punggung
tangan.
• Efloresensi : Lesi akut: vesikel
dan papulo vesikel, berbentuk
uang logam, eritematosa,
sedikit edema, & berbatas
tegas.
• Penatalaksanaan
– Nonfarmakologi:
Menghindari faktor yang
mungkin memprovokasi
seperti stres
– Farmakologi : Topikal, Lesi
basah Kompres larutan PK
1/10000 sampi lesi
mengering, Kortokosteroid
topikal. Oral : Antihistamin
sedatif pilihan utama
69. NEURODERMATITIS
(Liken Simplex Kronik)
• Faktor resiko : Wanita > laki-
laki ,di hubungkan dgn stress
Psikis
• Keluhan: sangat gatal, sehingga
pendertita akan terus menggaruk
sampai luka
• Predileksi : Daerah tengkuk,
tangan,tungkai
• Efloresensi: Lesi awal papul-
eritema, squama ,
hiperpigmentasi di pinggir ,
bentuk lesi umumnya lentikuler
& plakat, khas kulit menebal spt
batang kayu akibat garukan
berulang.
• Tatalaksana
– Edukasi pasien jgn di garuk
,hindari stress psikis
• Farmakologi
– Topikal : Kortikosteroid
topical
– Oral : Anti histamin sedatif
70.
71. URTIKARIA/ Biduran
• Reaksi vaskular pada kulit
• Ditandai : edema setempat yang
timbul mendadak dan menghilang
perlahan-lahan,berwarna pucat dan
kemerahan, meninggi di permukaan
kulit, sekitarnya dapat dikelilingi
halo.
• Etiologi: obat, makanan, gigitan
serangga, bahan fotosensitizer,
inhalan, kontaktan, trauma fisik,
infeksi, psikis, genetik, atau
penyakit sistemik
72. Klasifikasi Urtikaria
BERDASARKAN WAKTU
• Akut : < 6 minggu
• Kronik : > 6 minggu
BERDASARKAN MORFOLOGI
• Papular : Berbentuk papul
• Gutata : Sebesar tetesan air
• Girata : Besar-besar
BERDASARKAN LUAS
• Lokal,Generalisata
• Angioderma
BERDASARKAN PENYEBAB
• Reaksi imunologik
• Keterlibatan IgE : Hipersensitivitas type I atopi, karena antigen spesifik
• Ikut sertanya komplemen: Hipersensitivitas tipe II & III, def C1 esterase inhibitor
• Reaksi alergi tipe IV
• Reaksi non imunologik: Obat-obatan, Trauma fisik
• Idiopatik
73. Pemeriksaan-tatalaksana
• Pemeriksaan Penunjang
– Urtikaria alergi :Skin prick test / IgE RAST
– Urtikaria Kontak : Uji gores (Scratch Test) utk melihat
dermografisme
– Tes eliminasi makanan
– Urikaria dingin : Ice Tube test
– Urikaria Kronik : LED,CRP, Test fungsi hati mencari
penyebab urtikaria
• Tatalaksana : Anti-Histamin sedatif lini I
74. Angioderma
• Bentuk lebih berat dari urtikaria
adalah angioedema (patofisiologinya
sama)
• Pada angioedema, terjadi edema di
dalam jaringan subkutis akibat
kebocoran vaskular
• Tampilan klinis: Edema berbatas tegas
yang tidak eritema dan tidak gatal.
Biasanya menyerang wajah dan bibir,
tapi bisa juga menyerang saluran GI
dan laring (kegawatdaruratan).
• Tatalaksana
– Ringan: antihistamin generasi 2
– Sedang: difenhidramin IV +
kortikosteroid
– Berat: epinefrin
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
75. FIX DRUG ERUPTION
• Kelainan erupsi kulit,terjadi berkali-kali
di tempat yg sama.
• Patogenesis: Hipersensitifitas tipe II
(sitotoksik)
• Klinis: Kemerahan, luka pada kulit
setelah mengkonsumsi obat
(Sulfonamid,analgenik, tmp)
• Predileksi : mulut, bibir, vulva, penis.
• Efloresensi khas: Vesikel, eritema, lesi
terget bentuk lonjong, bulat / numular,
bercak hiperpigmentasi dgn kemerahan
di tepinya .
• Terapi : Antihistamin + Steroidf
76. SJS vS NET
STEVEN JOHNSON
SYNDROM
NECROTYCAN
EPIDERMOLYSISTOXIC
PATOGENESIS • Reaksi hipersensitivitas tipe
III & IV
• Reaksi hipersensitivitas tipe III & IV
KLINIS • TRIAS KELAINAN
– Kelainan kulit: eritema,
vesikel, bula
– Kelainan mukosa
– Kelainan Mata:
Konjungtivitis
• Tanpa Epidermolisis
• Keadaan umum lebih baik
di banding NET
• Bentuk berat dari SJS
• SJS + Epidermolisis generalisata
• Nikolsky’s Sign (+)
• Keadaan umum buruk
TERAPI • Steroid, antibiotik,
suppurotif
• Steroid, antibiotik, suppurotif
78. PEMFIGUS
VULGARIS
PEMFIGOI
D BULOSA
ETIOLOGI Auto imun Autoimun
KLINIS Bula kronik
berdinding kendur,
jika pecah menjadi
krusta.
Keadaan umum buruk
Bula
berdinding
tegang,
Keadaan
umum baik
Nikolsky’s Sign Positif (+) Negatif (-)
PREDILEKSI Generalisata +
Mukosa > 60%
Perut,
lengan,flexor,
lipat paha
HISTOLOGIS Bula
intradermal,akantolisis
Celah antara
dermal-
epidermal ,
Bula
subdermal
IMUNOFLORE
SENS
IgG & komplemen di
epidermis
IgG linier di
membran
basal
TERAPI Steroid ( Prednison) Steroid
82. PSORIASIS VULGARIS
• Patofisiologi
– Genetik: berkaitan dengan HLA
– Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T,sel penyaji antigen dermal, dan
proliferasi keratinosit → peningkatan turn over epidermis
• Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan
metabolisme, obat, alkohol, dan merokok
• Tanda khas
A. Fenomena tetesan lilin skuama yang digores seperti lilin yang digores
B. Fenomena Kobner: trauma pada kulit normal menimbulkan lesi
psoriasis
C. Tanda Auspitz: pengerokan lesi bertahap menyebabkan tampak bintik-
bintik pembuluh darah (papilomatosis)
84. PTIRIASIS ROSEA
• Dermatitis eritroskuamosa yang
disebabkan oleh infeksi virus (self-
limiting disease)
• Bentuk klinis
– Dimulai dengan lesi inisial
berbentuk eritema berskuama
halus dengan kolaret (herald
patch)
– Disusul dengan lesi yang lebih
kecil di badan, paha dan lengan
atas, tersusun sejajar costae, spt
pohon cemara (inverted christmas
tree appearance)
• Tatalaksana : Simtomatis (self-
limiting disease)
85. DERMATITIS SEBOROIK
• Definisi : Kelainan kulit yg di dasari oleh faktor konstitusi
predileksi pada tempat yg byk kel sebumnya.
• Faktor presdiposisi : Genetik, stres emosional, defisiensi
imun, Jenis kelamin pria lebih sering dari pada wanita,kurang
tidur.
• Predileksi : Kulit kepala, dahi, glabela, alis mata,k elopak
mata
• Klinis : Awalnya berupa ketombe ringan pada kulit , sampai
keluhan lanjut berupa keropeng yang berbau tidak sedap &
terasa gatal.
• Efloresensi : Papul sampai plak eritema, Skuama berminyak
agak kekuningan, batas tidak tegas .
86.
87. Tatalaksana
• Non-farmakologi: Hidari faktor
presdiposisi
• Farmakologi
– Topikal
oBayi : asam salisilat 3%, Krim
Hidrokortison 1%
oDewasa pada kulit kepala:
Shampo Selenium sulfida 1.8
jika terjadi inflamasi
betametason valeat 0, 1%)
– Oral : Antihistamin
89. AKNE VULGARIS
• Inflamasi kronik folikel pilosebasea yg di tandai dgn komedo,
papul, pustul, nodus & kista.
• Faktor
– Perubahan pola keratinisasi dalam folikel
– produksi sebum ↑
– peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes
– pembentukan circulating antibodies,↑ kadar hormon androgen,
– stress psikis, faktor lain (usia, ras, familial, makanan, cuaca)
• Predileksi: Muka, bahu, dada atas, punggung atas
• Gejala klinis
– Tanpa peradangan komedo, papula tidak beradang
– Meradang : pustula, nodus, kista beradang
90. Derajat-Tatalaksana Acne
DERAJAT RINGAN DERAJAT SEDANG DERAJAT BERAT
Komedo <20 Komedo 20-100 Kista <5 atau komedo >100
Lesi inflamasi <15 Lesi inflamasi 15-50 Lesi inflamasi >50
Total lesi <30 Total lesi 30-125 Total lesi >125
91. Terapi
• DERAJAT RINGAN
– Komedo : Retinoid topikal
– Papular/pustular:Retinoid topikal +AB topikal (klindamisin
atau eritromisin)
• DERAJAT SEDANG
– Papular/pustular:Ab oral (tetrasiklin, doksisiklin,
klindamisin)+ Retinoid topikal
– Nodular: Ab oral (tetrasiklin, doksisiklin, klindamisin) +
Retinoid topikal
• DERAJAT BERAT
– Dular/konglobata: isotretinoin oral (1stchoice), alternatif
Ab oral dosis tinggi + retinoid topikal
92. ROSASEA
• Radang kronis di sentral wajah
ditandai eritem persisten &
teleangiektaksis disertai peradangan
erosi, papul, pustula, edem.
• Gejala : Mata kering, tekstur dan
nyeri kulit, wajah memerah setelah
kepanasan, makanan pedas dan
alkohol.
• Jenis Rosacea
– Erythemato telangiectatic
rosacea
– Phymatous rosacea
– Papulo pustular rosacea
– Ocular rosacea
• Terapi
– Hindari sinar matahari
– Antibiotik topikal dan
tetrasiklin oral untuk
meringankan peradangan
– Minocycline, doxycycline dan
tetrasiklin.
93. MILIARIA
MILIARIA
KRISTALINA
• Di stratum korneum
• LESI: vesikel
bergerombol
berukuran 1-2mm
tanpa tanda radang
• PREDILEKSI:
tempat tertutup
pakaian
• Muncul terutama saat
setelah banyak
berkeringat
• Tidak memberi
keluhan & sembuh
dengan sisik yang
halus
MILIARIA RUBRA
• Di epidermis
• > berat dari miliaria
kristalina,Terasa
sangat gatal dan pedih
• PREDILEKSI:badan
yang sering terkena
tekanan atau gesekan
• LESI: papul merah
atau papul vesikular
ekstra folikular
• Th/:Bedak salisil 2%
dengan mentol 0,25-
2%
MILIARIA
PROFUNDA
• Di dermo epidermal
jungtion
• LESI: papul putih,
keras
• LESI: > papul dri
pada vesikel
• PREDILEKSI:badan
& extremitas
• Tidak gatal & tidak
terdapat eritema
• Th/ Losio calamin
dengan atau tanpa
mentol 0,25%
95. BILA KENCING NANAH
• URETRITIS GO
– ETIOLOGI: Neisseria gonorrhoeae
diplococcus gram (-) inta&ekstrasel
– Masa tunas 2-5 hari
– KLINIS: Gatal & panas di uretra
distal dysuria, Polakisuria,
OUE:ektropion (Mount Fish), Sekret
Mukopurulen.
– PX PENUNJANG : Pewarnaan gram
di temukan diplokokus gram negatif
spt biji kopi.
– Kultur: Agar Thayer-Martin
– TH/: FIRST LINE: Ceftriaxone 250
mg IM single dose / Cefixime 400 mg
PO single dose + Azitromicin 1 g PO,
single dose atau Doxycicline 100 mg
PO 2x 1 selama 7 hri.
• URETRITIS NON GO
– ETIOLOGI: Chlamydia
trachomatis
– Masa Inkubasi : 1- 3 minggu
– KLINIS: Duh mukoid
mukopurulen, kadang
purulen ,dysuria, pilakisuria
– PX PENUNJANG:
Pemeriksaan Gram
leukosit > 5 Lpd ,
Pemeriksaan Gram GO tidak
ditemukan
– TH/: Azitromicin 1 g PO,
single dose atau Doxycicline
100 mg PO 2x 1 selama 7 hri
96. BILA MUNCUL LUKA ?
• SIFILIS
– Etiologi:Treponema pallidum
– Stadium Penyakit
1. STADIUM I ( Primer)
• Ulkus Durum: Dasar bersih, ulkus
dinding tidak bergaung, (tdk nyeri)
indolen, teraba indurasi (keras) , tidak
ada radang akut
2. STADIUM II (sifilis sekunder)
• The great imitator
• Condiloma lata : papul lentikuler
permukaan datar
3. STADIUM III (sifilis tersier)
• Guma, Sifilis kardiovaskular, Otak
( Neurosifilis)
97. Diagnosa - Tatalaksana
• Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Mikroskop lapang gelap (Dark field) bakteri
bentuk spiral
2. Pemeriksaan Serologi
A. Non treponemal
• VDRL(Venereal Disease Research Laboratory)
• Sensitif tapi tdk spesifik
• Digunakan utk screaning & menilai hasil pengobatan
B. Treponemal
• TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay
• Spesifik & Sensitif
• TERAPI: Peniciline G prokain 600.000 UI / Peniciline G benzatin
2,4 Jt UI selam 10-14 hari
98. Versi gampangnya DD lecet di kemaluan
ULKUS DURUM ULKUS MOLE (Chancroid) HERPES SIMPLEX
ETIOLOGI • Treponema Pallidum
( Sifilis Stadium II)
• Haemophilus ducreyi
• Coccus gram(-)
• HVS tipe I
• HVS Tipe II daerah
umbilicus ke bawah
KLINIS • ULKUS
• DASAR BERSIH
• TDK BERGAUNG
• TDK NYERI (indolen)
• INDURASI (keras)
• TANDA RADANG (-)
• ULKUS
• DASAR KOTOR
• MUDAH BERDARAH
• SANGAT NYERI
• LUNAK MULTIPLE
• TEPI ULKUS
MENGAUNG
• Pembesaran KGB
inguinal + sakit ( Bubo
Formation)
• Vesikel berkelompok dgn
dasar eritem
• Vesikel pecah ulkus
• Sangat nyeri
• Pembesaran KGB
inguinal + sakit ( Bubo
Formation)
•
PX Mikroskop lapang gelap ,
VDRL, TPHA
Gram, wright, Giemsa Tzank test Multinukleid
giant cell
TH/ Penicilin G benzanthin
2,4 juta IU
Ciprofloxacin 2x500mg 3
hari, eritromisin 4x500mg.
1 g azithromycin, single dose
oral /
ceftriaxone 250 mg IM, single
Asiklovir 3x400mg
Asiklovir 5 x 200 mg/hari
selama 7-10 hari.
99.
100. BILA MUNCUL DUH ?
Bakterial
Vagigosis
• Etiologi: Gardnela Vaginalis
• Manifestasi: Duh warna Jernih, Berbau amis (fishy odor),tanda radang (-)
• Kriteria Diagnosa (Amsel)
1. Sekret Homogen Tipis
2. PH > 4,5
3. KOH”wift Test”: (+)
4. Nacl : Clue Cell (+) ≥ 20%
• Tatalaksana : Metrionidazol 2x 500 mg selama 7 hari
Trikomoniasis • Etiologi: Trickomonas Vaginalis
• Klinis: Duh kuning-kehijauan, Berbusa (Froty), Dyspareuni, Strawberry
Cervix
• Pemeriksaan NaCL: Sel berflagel & mortil.
• Tatalaksana: Metrionidazol 2x 500 mg selama 7 hari
Candidiasis
Vulvovagina
• Etiologi :Candida Albican
• Klinis: Duh putih seperti susu (Cottage Chese),tdk berbau, gatal, eritema.
• KOH test: Pseudohifa,Sel ragi,Blastospora
• Tatalaksana: Flukonazol 150mg / nistatin 100.000 IU intravagina selama
14 hr
101. BILA MUNCUL SEPERTI TUMOR
CONDILOMA LATA CONDILOMAAKUMINATA
• ETIOLOGI: Triponema Pallidum
(sifilis stadium II
• KLINIS: Papul lentikuler
permukaan datar
• PREDILEKSI: Genital, perineum,
anus, aksila.
• TH: Penicilin G
• ETIOLOGI: HPV Tipe 6 & 11 ,
Tipe 16&18 penyebab ca cervix.
• KLINIS: Vegetasi bertangkai,
berjonjot berwarna coklat kemerahan
tampak seperti kembang kol.
• PREDILEKSI: Pria: glans, sulcus
coronarius, frenulum, batang penis
Wanita: introitus posterior, labia)
• TH: Kemoterapi:Tingtur pedofilin
25%, Asam trioasetat 50% 5-
fluourasil 1-5%,
• Bedah: elektrocauter, bedah beku,
bedah skapel
102.
103. KEGANASAN KULIT
Karsinoma Sel Squamosa
Karsinoma Sel Basal
Basal cell karsinoma 2
Melanoma Maligna 1
Squamos sell Karsinoma 2
104. BASAL CELL KARSINOMA
• Asal : sel epidermal pluripoten.
• Faktor predisposisi: lingkungan
(radiasi, arsen, paparan sinar
matahari, trauma, ulkus sikatriks),
genetik , Usia > 40 th
• Biasanya di daerah berambut, invasif,
jarang metastasis .
• Bentuk: nodulus menyerupai kutil,
tidak berambut, berwarna
coklat/hitam, berkilat (pearly), bila
melebar pinggirannya meninggi di
tengah menjadiulkus (ulcus rodent)
kadang di sertai talangiektasis,
terabak eras
105. KARSINOMA SEL SQUAMOSA
• Berasal dari sel epidermis.
• Etiologi: sinar matahari, genetik,
arsen, Radiasi.
• Usia tersering 40-50 tahun
• Dapat bentuk invasif: mula mula
berbentuk nodus keras, licin,
kemudian berkembang menjadi
verukosa/papiloma. Fase lanjut
tumor menjadi keras, bertambah
besar, invasif, dapat terjadi
ulserasi.
• Metastasis biasanya melalui
KGB.
106. MELANOMA MALIGNA
• Etiologi belum pasti. Mungkin
faktor herediter atau iritasi berulang
pada tahi lalat
• Usia 30-60 tahun
• Bentuk
– Superfisial: Bercak dengan warna
bervariasi, tidak teratur, berbatas
tegas, sedikit penonjolan
– Nodular: nodus berwarna biru
kehitaman dengan batas tegas
– Lentigo melanoma maligna:
plakat berbatas tegas, coklat,
kehitaman, meliputi muka
• Prognosis buruk
107. JIKA KAMU TIDAK TAHAN PEDIHNYA BELAJAR, MAKA KAMU
HARUS TAHAN PEDIHNYA KEBODOHAN
SELAMAT BELAJAR