SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
LBM 4

                                       Bercak Merah Dan Bersisik

STEP 1

         Central healing:
            o Pola bentuk luka yang pada bagian tengahnya tenang/anti inflamasi (kering
                 keputihan),tepinya aktif(basah kemerahan dan gatal)
            o Penyembuhan yang dimulai dari bagian tengah

         Lesi bentuk polisiklis:
             o Lesi pinggirnya saling bergabung,bentuk bervariasi
             o Lesi saling mengait membentuk pola lingkaran

         Eritematousa:
             o Kelainan kuli berwarna merah yang disebabkan karena vasodilatasi


STEP 2

  1.     Mengapa lesi berbentuk polisiklis dan erimatousa?
  2.     Mengapa muncul merah bersisik yang tepinya meninggi dan rasa gatal pada telapak kaki?
  3.     Apa yang menyebabkan bercak merah meluas ke punggung kaki?
  4.     Mengapa gatal semakin mengganggu saat berkeringat dan memakai sepatu?
  5.     Diagnosis dari skenario?mengapa?
  6.     Bagaimana patogenesis dari penyakit tersebut?
  7.     Lesi berbentul polisiklis yang eritematousa tepi aktif dan terdapat central healing,termasuk
         ciri khas dari penyakit apa?
  8.     Manifestasi klinis dari skenario?
  9.     Etiologi ?
  10.    Penatalaksanaan?
  11.    Klasifikasi dermatomikosis?
  12.    Apa itu mikosis?definisi,etiologi,klasifikasi,penyakit yang ditimbulkan?
  13.    Apa itu dermatofitosis?
  14.    Dermatomikosis menular atau tidak?perantaranya apa?
  15.    Apa faktor” yang mempengaruhi pertumbuhan jamur?
  16.    Mengapa penyembuhan dari tengah?


STEP 3

  1. Mengapa lesi berbentuk polisiklis dan erimatousa?
         Karena pola garukan
         Eritema karena vasodilatasi pembuluh darah
         Eritematousa karena proses peradangan
2. Mengapa muncul merah bersisik yang tepinya meninggi dan rasa gatal pada telapak kaki?
           Salah satu dari penyakit karena jamur, bisa karena kontak langsung atau dari makanan
           Pada kaki (lembab), mudah terkena jamur
           Bersisik karena skuama
           Bersisik karena jamurnya tipe yang makan keratin
   3. Apa yang menyebabkan bercak merah meluas ke punggung kaki?
             Spora jamur menyebar karena garukan

   4. Mengapa gatal semakin mengganggu saat berkeringat dan memakai sepatu?
            Reflek gatal menimbulkan eritema, pori” melebar, keringat masuk ke pori”  perih

   5. Diagnosis dari skenario?mengapa?
             Tinus pedis et manum  disebabkan oleh dermatophyte
             Tanda klinis: fissura yang dilingkari sisik, maserasi(kulitnya putih dan rapuh yang
             mengelupas)
             Eritematousa,papula dan vesikel.adanya central healing
             Tinea pedis  di sebabkan oleh dermatophyte (tricophiton rubrum)
             Tinea pedis  pada kaki
             Tinea manum  pada tangan dan interdigitalis tangan

   6. Bagaimana patogenesis dari penyakit tersebut?
             Menyerang orang yang bekerja dengan kaki tertutup
             Jamur tumbuh karena ada sari makanan dalam tubuh yang dibutuhkan jamur
             ada 3 cara menginfeksi:
             o Molekul dermatophyte mengikat keratin untuk mengambil nutrisi
             o Penetrasi(masuknya) ke jaringan atau melalui dan di antara sel
             o Terbentuknya respon imun
            Jamur mengeluarkan enzim keratinase stratum korneum berskuama  invasi sel
            sekitar

Tinea pedis dan tinea manuum adalah infeksi jamur pada kaki dan tangan. Mungkin merupakan
infeksi jamur yang paling sering terjadi. T. Rubrum dapat menimbulkan bercak bersquama disertai
eritema pada telapak kaki dan tangan. Yang sering kali terserang adalah kedua kaki dan hanya satu
tangan. T. Mentagrophytes menimbulkan peradangan erupsi pustular, berkusta pada kaki. tinea
pedis manum dan kruris dapat dipastikan melalui pemeriksaan mikroskopikk kerokan kulit dengan
KOH.

Infeksi pada kuku atau onikomikosis, di tandai dengan kuku yang distrofilik. Pasien mengalami
hiperkeratosis sub ungual dan pemisahan lempeng kuku dari bantalan kuku. Diagnosis dipastikan
dengan biakan jamur dan KOH. Tinea versikolor (panu) disebabkan oleh pityrosporum orbiculare.
Bercaknya berbatas sangat jelas, bersquama, berwarna putih atau kecoklatan.

PATOFISIOLOGI JILID 2
7. Lesi berbentuk polisiklis yang eritematousa tepi aktif dan terdapat central healing,termasuk
      ciri khas dari penyakit apa?

Tinea

Definisi

Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas
pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita
(jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar anus, bokong dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah.

Gejala

Biasanya lokasi pada daerah selangkangan atau sisi paha atas bagian dalam, dapat terjadi di
kedua paha atau di salah satu paha saja. Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat.
Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-
lenting kemerahan, atau kadang terlihat lenting-lenting yang berisi nanah. Bagian tengah
menyembuh berupa daerah coklat kehitaman bersisik. Garukan terus-menerus dapat
menimbulkan gambaran penebalan kulit. Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan,
meskipun pemeriksaan jamur dapat positif, hal yang berbeda dengan kandidiasis yang sering
menunjukkan keterlibatan pada buah zakar dan penis.

PATOFISIOLOGI untuk Pemula – graha ilmu

Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat
UKK : makula atau plak eritematosa berbatas tegas, skuama sedikit, tepi
meninggi/aktifdengancentral healing, biasanya tidak simetris
Px. penunjang :KOH10% didapatkangambaranhifa

Ilmu penyakit dalam




   8. Manifestasi klinis dari skenario?
            Khas : lesi polisiklis,central healing,gatal telapak tangan dan kaki
            Umum: vesikel,papul, etitem, skuama dan maserasi

Gejala
Tinea cenderung membentuk ruam kemerahan atau kecoklatan yang berpola seperti cincin di sekeliling kulit normal. Infeksi ini
biasanya tidak serius, tetapi dapat merusak penampilan dan membuat rasa gatal yang tidak nyaman. Jika seseorang memiliki
sistem kekebalan tubuh lemah karena kondisi medis seperti HIV atau kanker, infeksi jamur mungkin lebih parah.

Gejala tinea tergantung pada daerah tubuh yang terkena:

Tinea barbae (jenggot)
Tinea barbae terbatas di wilayah janggut dan leher dan umumnya hanya menjangkiti pria remaja dan dewasa. Presentasi klinis
tinea barbae termasuk inflamasi, plak dalam dan bercak dangkal tanpa peradangan yang menyerupai tinea corporis.

Tinea capitis (kepala)
Dermatofitosis ini biasanya menyerang anak-anak usia 3-7 tahun, kebanyakan pada anak laki-laki. Selain menimbulkan bercak
    merah di kepala dan rasa gatal, tinea capitis dapat menyebabkan pengelupasan kulit kepala yang merontokkan rambut. Ada
    tiga jenis tinea capitis, yaitu:

   Ectothrix yang merusak kutikula rambut. Rambut yang terinfeksi biasanya berpendar kuning cerah kehijauan di bawah sinar
    ultraviolet karena adanya fosfor.

   Endothrix yang mengisi batang rambut dengan cabang (hifa) dan sporanya. Jenis ini tidak merusak kutikula rambut.

   Favus yang menghasilkan kerak kuning dan kerontokan rambut.

    Tinea corporis (tubuh)
    Tinea corporis membentuk lesi kulit yang memiliki plak bersisik melingkar dengan tepi menonjol. Orang awam menyebutnya
    panu. Biasanya lesi menyebar pada kulit badan, lengan, dan kaki.
    Tinea cruris (pangkal paha/selangkangan)
    Tinea cruris membentuk ruam yang dimulai pada daerah selangkangan, terutama di lipatan antara bagian atas paha dan alat
    kelamin. Ruam ini gatal, memiliki perbatasan merah, dan bisa menyebar. Ruam seringkali menyebar ke bagian dalam kedua
    paha. Infeksi dapat menyebar ke kulit bagian lain dari tubuh (atau mungkin pertama kali dimulai pada daerah lain, seperti kaki).
    Tinea faciei (wajah)
    Tinea feciei hanya menyerang wajah. Gejala tinea faciei termasuk bercak bulat kemerahan yang gatal dan terlihat menonjol
    dan kasar, memiliki batas bersisik dan mungkin tampak lebih gelap dari kulit di sekitarnya.
    Tinea manuum (tangan)
    Tinea manuum biasanya bersamaan dengan tinea pedis dan hanya mempengaruhi satu tangan. Lesinya kemerahan dan
    menonjol.

    Tinea pedis (kaki)
    Disebut juga penyakit kaki atlet (athelete’s foot), tinea pedis memengaruhi sela-sela jari kaki sehingga terasa gatal, terbakar
    dan pecah-pecah. Tanpa perawatan, kaki atlet bisa memburuk dan menyebabkan kulit mengelupas.
    Tinea unguium (kuku)
    Infeksi jamur ini sering mempengaruhi kuku jempol kaki. Tinea unguium atau dermatofit onikomikosis dapat diklasifikasikan
    menjadi dua jenis utama, yaitu yang non-invasif atau terbatas pada retakan/lubang pada permukaan kuku dan yang invasif
    menyerang dari pinggir kuku sampai ke seluruh lempeng kuku, menyebabkan penebalan dan perubahan warna kuku menjadi
    kekuningan. Onkolisis atau pemisahan kuku dari kuku sering terjadi.

    Jamur kuku ini cenderung lebih umum pada orang yang memiliki kaki atlet untuk beberapa lama.


    Diagnosis
    Diagnosis tinea secara menyeluruh hanya dapat dilakukan oleh dokter kulit, yaitu dokter yang mengkhususkan diri dalam
    pengobatan kondisi medis, pembedahan, dan kosmetika rambut, kulit, dan kuku.

    Pada dermatofitosis di kulit, dokter mengambil sampel dengan mengikis lesi jamur menggunakan pisau tumpul, pinset, atau
    kuret tulang. Pada dermatofitosis kuku, kuku harus dikupas dan dikerik menggunakan pisau bedah tumpul sampai
    mendapatkan runtuhan keratin kuku. Pemeriksaan mikroskopis atas spesimen kulit dan kuku tersebut dapat mengungkapkan
    hifa dan spora jamur yang menyebabkan infeksi.


    http://majalahkesehatan.com/tinea-jamur-kulit-yang-paling-umum/

        9. Etiologi ?
                    Terjadi karena jamur dermatophyte

    Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok jamur
    yang tumbuh di lapisan kulit mati (keratin). Dermatofit memiliki kemampuan memanfaatkan keratin sebagai sumber gizi karena
    memiliki kapasitas enzimatik yang unik (keratinase). Pertumbuhan tinea terbatas pada lapisan kulit mati, tetapi didukung oleh
    lingkungan setempat yang lembab dan hangat. Jamur ini telah berevolusi sehingga kelangsungan hidup dan penyebaran
    spesiesnya tergantung pada infeksi manusia atau hewan. Anda bisa mendapatkannya dengan menyentuh orang yang
    terinfeksi, dari permukaan lembab seperti lantai kamar mandi, atau bahkan dari binatang peliharaan.

    http://majalahkesehatan.com/tinea-jamur-kulit-yang-paling-umum/
Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah, E.Floccosum, T.
Rubrum, dan T. Mentagrophytes.

Pria lebih sering terkena daripada wanita. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan
peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris
biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda
yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-
lain.

Jamur dermatofita E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes menyebabkan tinea
kruris. Biasanya mengenai daerah selangkangan atau sisi paha atas bagian dalam, dapat
terjadi di kedua paha atau di salah satu paha saja. Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat
hebat, terlebih jika kondisi kulit berkeringat. Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat
berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting kemerahan, atau kadang terlihat lenting-
lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman
bersisik. Garukan terus-menerus dapat menimbulkan gambaran penebalan kulit.

Mikologi Dasar Klinik – Graha ilmu

   10. Penatalaksanaan?
              Obat topikal : mikonazol, bifonazol, ketokonazol, terbinafin
              Kelemahan: tidak bisa membunuh spora, bersifat mikostatik (sementara)
              Obat oral: terbinafin, griseofulfin, itraconazol
              Itraconazol dapat membunuh spora sampai tuntas tapi mahal
              Griseofulfin itu obat generik

Penatalaksanaan

Menghilangkan faktor penunjang sangat penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu
kering dengan memakai baju yang menyerap keringat. Obat antijamur yang dioleskan adalah
terapi pilihan untuk lesi yang terbatas dan dapat dijangkau. Berbagai macam obat imidazol
dan alilamin tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi
yang tinggi (70-100%) dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore
hari selama sekurang-kurangnya 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm di luar batas lesi
dan     diteruskan    sekurang-kurangnya      2    minggu    setelah   lesi  menyembuh.
Pengobatan dengan obat yang diminum diperlukan jika lesi luas atau gagal dengan
pengobatan topikal. Obat oral yang dapat digunakan adalah.

       griseofulvin microsized 500-1000 mg/hari selam 2-6 minggu, meskipun beberapa
       laporan menunjukkan kemungkinan kasus kebal terhadap pengobatan
       ketokonazol 200 mg/hari selama kurang lebih 4 minggu
       itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 1 minggu
       terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu
Mengobati atau menghilangkan sumber penularan merupakan hal penting untuk mencegah
penularan jamur kembali dan penyebaran lebih lanjut kepada manusia

Ilmu penyakit dalam


   11. Klasifikasi dermatomikosis?
                Superficialis: dermatofitosis(jamur memakan keratin) dan non dermatofitosis (tidak
                makan keratin)

               Dermatomikosis superfisialis dapat disebabkan oleh jamur dermatofit
               (dermatofitosis), spesies candida biasanya C. Albicans (kandidosis), dan Malassezia
               furfur (pitiriasis versikolor).

Dermatomikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang dan merupakan fungi patogen
terbesar pada manusia. Dikenal tiga genera penyebab yaitu trichoplhyton, microsporum dan
epidermophyton. Fase aseksual pada kapang kapang tersebut menyebabkan mikrokondria
amerospora (hanya satu sel) yang tidak berpigmen, berbentuk seperti tetesan air mata dan
berdinding halus. Disamping itu juga dihasilkan makrokonida yang terbentuk pada bagian tepi atau
pada ujung hifa, berbentuk silindris atau seperti cerutu atau seperti gelendong berdinding halus dan
tipis

Mikologi dasar dan terapan – Indrawati Gandjar (buku obor)

               Intermediate
               Profunda : jamur masuk ke organ
               Kutan
               Subkutan
               Endemik(primer, sistemik)
               Oportunistik

Dermatomikosis (Dharmojono 2001) adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur.
Dermatomikosis oleh jamur juga dikenal dengan nama dermatofitosis. Berdasarkan proliferasinya,
mikosis dibagi menjadi 2 golongan sebagai berikut:

1. Sistemik mikosis, yaitu infeksi oleh jamur (fungus) yang melibatkan salah satu atau beberapa
organ dalam seperti Histomonas sp., Crytococcosis sp., dll.
2. Kutaneus mikosis, yaitu infeksi jamur yang hanya melibatkan jaringan kulit atau disebut dengan
dermatomikosis. Berdasarkan agen penyebabnya dermatomikosis terbagi menjadi:

a.Dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur seperti Microsporum sp., dan Trichophyton sp.
b.Dermatofitosis yang disebabkan infeksi sejenis yeast (ragi) seperti Pitirosporum sp., Malassezia sp.
dll.
Dermatofitosis pada hewan menurut angka kejadian dan patogenitasnya disebabkan oleh
Microsporum sp., dan Trichophyton sp. yang dikenal sebagai ringworm atau tineasis (infeksi oleh
Tinea sp.). Sedangkan infeksi oleh bangsa yeast yang patogen sering disebabkan oleh Malassezia sp.
dan Candida sp. (Pitirosporus). PARASITOLOGI - Dharmojono (2001)
12. Apa itu mikosis?definisi,etiologi,klasifikasi,penyakit yang ditimbulkan?
    Mikosis: penyakit karena jamur
    Kelainan di kulit, kuku, dan rambut
    klasifikasi
             Superficialis: dermatofitosis(jamur memakan keratin) dan non dermatofitosis (tidak
             makan keratin)
             Intermediate
             Profunda : jamur masuk ke organ
             Kutan
             Subkutan
             Endemik(primer, sistemik)
             Oportunistik
             MIKOSIS



            Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat
            mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis
            dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis
            superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi
            yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau
            berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder
            akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari
            mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat
            menunjang proses penyembuhan.

            Mikosis Superfisial

            Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial,
            yaitu kulit, rambut, kuku.

            1. Tinea versicolor : Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat
            pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal
            sebagai                                                                          panu.
            Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung,
            axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami
            depigmentasi.
            Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari
            penularan.
            Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit
            kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan
            mengangkat kateter yang terpasang.

            2. Tinea nigra : Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan
            Exophiala                                                            weneckii.
Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut
terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap
terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti
sisik              ataupun               reaksi             yang              lain)
Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari
penularan.
Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.

3. Piedra : Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh
Trichosporon Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra)
terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.



4. Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan
berkuku
disebabkan                oleh                 Trichopyton              schoenleinii.
Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar
membentuk kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat
akan meninggalkan luka basah. Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap.

5. Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan
Aspergillus,         Penicillium,         Mocor,            Rhizpus,          Candida.
Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi
infeksi skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah.

Mikosis Kutan

Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial
yang terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.

1. Tinea pedis (kaki atlet) : Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan
berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan
encer,     disebabkan        oleh   Trichophyton    rubrum,  T.     Mentagrophytes,
Epidemirmophyton                                                         floccosum.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat
juga                       terjadi                  infeksi                 skunder.
Pencegahan          :       Jaga     kebersihan       badan     dan     lingkungan.
Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai
peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam
salisilat,        krim          asam        undersilat,     krim        mikonazol).
Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan
bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.
2. Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap) : Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut,
disebabkan oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa
tumbuh aktif ke arah pinggir cincin stratum korneum yan belum terserang.
Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik
dikelilingi oleh pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa
menjadi tua dan memisahkan diri menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung
artrosphora mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang
bersih                      pada                      lesi                     kurap.
Pencegahan         :     Jaga       kebersihan      badan       dan       lingkungan.
Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim
mikonazol.

3.   Tinea     kaptitis   (kurap    kulit    kepala)    :    Infeksi   microsporum

terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa
puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati
akan                     menetap                    sampai                 dewasa.
Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah
mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar
rambut. Rambut menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek.
Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan
membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan
dan mengarah pada mikosis sistemik.

Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya
diperoleh dari anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur
untuk    bersama.     Hindari    kontak   dengan     orang    yang    terinfeksi.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering
keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.
Treatment of Dermatophytes


Mikosis Subkutan

Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit
meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.

1. Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan
habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui
trauma,       kemudian       menyebar        melalui      aliran    getah     bening.
Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi
tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga
pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan
menahun,                                  dan                                nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun
menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama
beberapa minggu.

2. Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan
oleh Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa,
Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam
tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur
masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk
pertumbuhan        mirip     kutil   tersebar     di     aliran     getah     bening
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka (
lapangan               tanah,             sawah,              kebun              dll.)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi
yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.

3. Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh
jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang
disebut                         Actinomycotic                         mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang
bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses
yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula
padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke
dalam      dan    ke    perifer    sehingga     berakibat    pada     derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka (
lapangan             tanah,             sawah,             kebun             dll.)
Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan
dapson pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui
pembedahan dapat membantu penyembuhan.




Mikosis Sistemik

Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.
Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah.
Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat
dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap
pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan
akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya
infeksi skunder.

1. Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada
kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur
Blastomycetes         dermatitidis         dan         Blastomycetes        brasieliensi
Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat
sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat
dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat
malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada
kulit   di     permukaan      terbuka    (leher,muka,     lengan  dan       kaki).
Pengobatan      :     melalui   pemberian     ketokonazol     dan   intrakonazol
selama 6 bulan akan bermanfaat.

2. Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah,
mikosis                     ini                   menyerang                   paru-paru.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam,
batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau
desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya
telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan
difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral
dalam beberapa bulan.

3. Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada
tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran
unggas                                    atau                                  ternak)
Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh
makrovag areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi
dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang
timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus
penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya
pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak
pada          hidung,         mulut         lidah,       dan        usus         halus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam
tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah
menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan
tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.



4. Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides
brasiliensis ( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses
pernafasan.
Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau
gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru,
kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.
Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada
Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang
berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka
digunakan Amfoterisin
Zigomikosis
Zigomikosis merupakan infeksi jamur oportunis ketiga paling umum pada host
yang tertekan sistem kekebalannya, dengan mewakili 5 hingga 15 persen dari
semua infeksi jamur. Istilah zigomikosis digunakan untuk sekelompok infeksi
jamur yang disebabkan oleh Zygomycetes yang ditemukan dalam tanah dan
zat-zat yang meluruh. Infeksi pada manusia paling banyak disebabkan oleh
ordo Mucorales (mucormycosis) dan mencakup genus Mucor, Rhizopus,
Absidia, Mortierella, dan Cunninghamella. Istilah zigomikosis sekarang ini
lebih dipilih ketimbang mukormikosis karena istilah ini cakupannya lebih luas
dan lebih relevan apabila organisme tidak dapat diidentifikasi secara pasti.
Seperti halnya aspergillosis, zigomikosis jarang pada individu yang tidak
memiliki imunodefisiensi atau kondisi-kondisi predisposisi. Pertahanan host
biasanya mencegah pertumbuhan spora selama inokulasi tidak terlalu besar,
seperti pada luka trauma atau luka bedah. Kondisi-kondisi kronis yang
mengenai fungsi makrofage, seperti diabetes atau imunosupresi yang
ditimbulkan kortikosteroid, berujung pada ketidakmampuan untuk
menghambat pertumbuhan spora, dan pasien-pasien ini memiliki risiko infeksi
yang meningkat. Faktor risiko tambahan selain imunosupresi mencakup
overload zat besi, luka bakar, penggunaan obat terlarang lewat intravena, dan
gizi                              tidak                             seimbang.


Infeksi utama bisa terjadi melalui penghirupan, melalui inokulasi langsung ke
dalam kulit yang rusak, atau melalui pencernaan. Pasien yang mengalami
neutropenia berkepanjangan paling sering menunjukkan penyakit paru dan
diseminasi. Tingkat mortalitas pada individu-individu ini sangat tinggi. Pasien
diabetes yang mengalami hyperglikemia dan asidosis metabolik rentan
terhadap rhinoserebral primer (66 persen) dan infeksi paru (16 persen).
Malnutrisi dan penyakit gastrointestinal menyebabkan predisposisi pasien
terhadap infeksi saluran gastrointestinal primer. Luka dan lecur (burn)
menyebabkan predisposisi terhadap infeksi kutaneous primer. Masing-masing
jenis infeksi primer bisa mengarah pada penyebaran hematogen dan infeksi
diseminata        dari      berbagai       organ       (khususnya         otak).

Penanda kliniko-patologi dari zigomikosis kutan adalah invasi vaskular,
infarksi ischemik, dan nekrosis, yang menghasilkan nodul eritematosa dan
plak-plak yang berulserasi dengan cepat dan membentuk jaringan parut palsu
(eschar) berwarna hitam. Zigomikosis rhinoserebral biasanya dimulai dengan
edema facial dan eritema (Gbr. 29-4), keluar cairan darah di hidung, dan
ulserasi septum palatal atau nasal. Dalam beberapa hari, lesi-lesi kulit nekrotik,
sakit kepala, gangguan neurologis, eksofthalmos, dan pengaburan penglihatan
terjadi dan bisa berlanjut menjadi seizure, stupor, koma, dan kematian.
Manifestasi klinis dari penyakit kutan primer berkisar mulai dari papula-papula
nekrotik sampai selulitis, nodula subkutan, bula, dan jaringan parut palsu
(eschar). Diagnosis zigomikosis biasanya ditegakkan dengan adanya hifa tidak
berseptum (dengan percabangan pada sudut-sudut kanan) dalam jaringan yang
terinfeksi. Pengobatan yang dipilih untuk penyakit diseminata adalah preparasi
lipid dari amfoterisin B nitravena dan debridema bedah. Jika memungkinkan,
penghilangan kondisi predisposisi bersangkutan harus diupayakan.
Zigomikosis (Mukormikosis, Pikomikosis)
Zigomikosis merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh jamur
zygomicetes seperti Rhizomucor, Absidia, dan Rhizopus. Cuninghamella
bertholletiae dan Saksenaea vasiformis merupakan penyebab yang kurang
umum. Zygomycetes menyebabkan penyakit pada pasien diabetes, neutropenia,
atau gagal ginjal yang tidak ditangani dengan baik. Invasi langsung oleh jamur
melalui luka sobekan telah dilaporkan terjadi setelah trauma akibat bencana
alam (seperti selama terjadinya banjir lumpur atau tsunami). Jamur ini bisa
memasuki daerah-daerah luka bakar nekrotis atau melibatkan kulit wajah
setelah infeksi invasif pada sinus paranasal (Gbr. 190-19). Infeksi-infeksi
zygomycetes juga telah disebabkan oleh aposisi dekat dari kulit yang memiliki
material penutup terkontaminasi pada kasus R. rhizopodiformis atau dengan
depresor lidah dari kayu pada kasus R. microsporus. Jamur zygomycetes
memiliki kencederungan untuk menginvasi pembuluh darah, menyebabkan
infarksi yang luas. Infeksi bisa merespon terhadap amfoterisin intravena, dan
laporan terbaru untuk formulasi amfoterisin B yang terkait lipid.

Mykosis oportunis lainnya
Jamur lain yang menyebabkan infeksi sistemik juga bisa menghasilkan lesi
kulit dalam proses penyebaran aliran darah. Yang paling terkenal adalah
Aspergillus, Scedosporium, Trichosporon, dan Fusarium. Infeksi kulit
utamanya ditemukan pada pasien yang sangat terganggu sistem kekebalannya
seperti              yang            menderita               neutropenia.

Aspergillus bisa menghasilkan lesi-lesi nekrotik luas seperti gangrenosum
echtyma, tetapi papula-papula yang lebih kecil dan abses juga bisa terjadi.
Infeksi Fusarium bisa menghasilkan lesi-lesi mirip-target yang tersebar luas
yang bisa mengalami nekrosis memusat, dan pada beberapa kasus, selulitis
digital dan onikomikosis superfisial. Pengobatan untuk semua infeksi ini
biasanya                adalah                amfoterisin                 B.

Temuan laboratorium. Pembuktian diagnosis dengan tes laboratorium sangat
sulit utamanya karena banyak dari organisme ini yang juga hidup
berdampingan pada bagian-bagian tubuh manusia; karena organisme ini
terdapat pada pasien yang sakit parah, maka kapasitas untuk menghasilkan titer
antibodi diagnostik akan terganggu. Interpretasi data laboratorium dengan
demikian sulit dan harus dikaitkan dengan status klinis dari pasien. Idealnya,
diagnosis histologis harus ditegakkan, walaupun biopsi tidak memungkinkan
karena risiko perdarahan. Pada banyak kasus, diagnosis mykosis sistemik
hanya didasarkan pada dugaan, dan dengan demikian pengobatan diberikan
secara                                                                empiris.

Mukormikosis Rhinoserebral. Mukormikosis rhinoserebral disebabkan oleh
Zygomycetes (Mucor dan Rhizopus sp.). Penyakit ini sering muncul disertai
sakit kepala, demam, dan letargi, disamping penyumbatan hidung dan nyeri
serta pembengkakan facial-okular. Temuan-temuan selanjutnya mencakup
proptosis unilateral, ofthalmoplegia, dan nerosis palatal atau nasokutan.
Sebanyak 75 hingga 80 persen dari semua kasus terjadi pada pasien yang
mengalami diabetes, dan ketoasidosis diabetik merupakan faktor risiko yang
paling penting. Ketoasidosis dilaporkan mempertumpul aktivitas inhibitory
               normal dari serum terhadap Rhizopus. Amfoterisin B dan debridema bedah
               adalah pengobatan yang dipilih. Virokonazol, caspofungin, dan azol-azol
               lainnya tidak efektif terhadap Zygomycetes. Triazol, posakonazol, bisa efektif
               pada infeksi-infeksi ini. Tingkat mortalitas untuk mukormikosis dilaporkan
               mencapai 50%. Spesies Mucor juga telah diamati, sehingga semakin
               memperumit bisul-bisul kulit pada kaki dan tangan pasien diabetes melitus.

http://www.scribd.com/doc/48401928/MIKOSIS

   13. Apa itu dermatofitosis?
       Penyakit yang disebabkan oleh jamur dermatophyte (makan keratin)
       Ada 8 jenis berdasarkan etiologinya

Definisi

Dermatofitosis (disebut juga tinea, dermatomikosis, ringworm) adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur golongan dermatofit, yaitu jamur-jamur yang tergolong dalam
genera Microsporum, Trichophyton, danEpidermophyton. Jamur-jamur ini memiliki sifat sebagai
pencerna zat tanduk (keratin) pada kulit, baik pada hewan maupun manusia.



Epidemiologi

Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang beriklim tropis (hangat dan lembab). Penularan terjadi
dari penderita ke orang lain melalui kontak langsung (rambut atau kulit). ataupun kontak melalui
medium yang dipakai bersama seperti sisir, kolam renang, bak mandi, dan sebagainya.
Infeksi pada Manusia

Waktu yang dibutuhkan sejak seseorang terpapar jamur sampai timbul gejala infeksi, atau masa
inkubasi, biasanya berkisar antara 1-2 minggu. Jamur hanya tumbuh di daerah kulit yang memiliki
selaput tanduk atau keratin; antara lain kulit kepala (tinea capitis), lipat paha (tinea cruris), badan
dan anggota gerak (tinea corporis). tangan (tinea manuum), kaki (tinea pedis), dan kuku (tinea
unguium). Dermatofit tidak menyerang daerah bermukosa seperti mata, rongga mulut, dan organ
kemaluan bagian dalam. Dermatofitosis pada manusia umumnya tidak fatal. Namun apabila sudah
terjadi infeksi bersama dengan bakteri (sering pada penderita diabetes), kerusakan kulit dapat
terjadi cukup luas dan serius.



Gejala dan Tanda

Gejala utama yang paling sering dikeluhkan adalah gatal. Lesi kulit yang ditemukan berupa daerah
dengan peradangan (kemerahan, kadang bersisik, atau ada lentingan) yang umumnya lebih berat di
bagian tepi daripada tengahnya. Jika yang terserang adalah kulit kepala, dapat terjadi kerontokan
rambut. Jika yang terserang adalah kaki, gejala utama adalah adanya sisik dan maserasi (basah) di
sela-sela jari kaki. Sedangkan jika yang kuku terserang, kuku akan mengalami penebalan dan
perubahan warna, lebih rapuh, bergelombang, dan pertumbuhannya terganggu.



Pemeriksaan

Dokter mendiagnosis seseorang menderita infeksi jamur dermatofit dengan menggunakan sinar
Wood atau pemeriksaan KOH. Pemeriksaan sinar Wood dilakukan di ruang gelap untuk melihat
warna fluoresensi dermatofit, yang bermanfaat untuk membantu memperkirakan jenis jamur yang
menyerang. Sedangkan pemeriksaan KOH membutuhkan kerokan dari kulit / kuku / rambut yang
terinfeksi, kemudian pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop.



Tindak Lanjut

Dermatofitosis biasanya diterapi dengan antijamur sistemik (ketokonazole), kecuali apabila infeksi
ditemukan hanya meliputi daerah yang tidak luas (contohnya tinea manuum). Pemberian obat jamur
topikal/oles (clotrimazol, miconazole) dan sampo khusus antijamur dapat membantu mengurangi
atau membantu menghambat pertumbuhan jamur dan sporanya. Pemberian obat dapat
berlangsung selama 4 minggu.
Di samping pemberian obat, tindakan suportif juga diperlukan; antara lain menjaga kulit tetap bersih
dan kering (hindari kelembaban berlebihan), dan cuci pakaian dan alas tidur setiap hari selama sakit.
Jika ada kecurigaan bahwa dermatofitosis didapat dari hewan, hewan penular juga sebaiknya
diterapi.



Pencegahan Infeksi

Berbagai upaya mencegah dermatofitosis yaitu:

Menjaga kulit, termasuk telapak kaki dan tangan, tetap bersih dan kering.

Keramas dengan sampo secara teratur, terutama sehabis pulang dari salon.

Jangan tukar pakaian dengan orang lain, apabila pakaian tersebut belum dicuci. Hindari pula
pemakaian sikat gigi, topi, dan alat cukur bersama dengan orang lain tanpa pencucian terlebih
dahulu.

Gunakan alas kaki di tempat-tempat umum yang lembab seperti kolam renang atau gym.



Jamur-jamur dermatofit dapat dimusnahkan dengan disinfektan, antara lain benzalkonium klorida
dan detergen. Klorheksidin tidak efektif untuk dekontaminasi jamur-jamur ini.



 Institute for International Cooperation in Animal Biologics / The Center for Food Security and Public
Health Iowa State University. Dermatophytosis. Available from URL http://www.cfsph.iastate.edu
(last updated in 2005; accessed August 23, 2011)

DERMATOFITOSIS
Deskripsi
Dermatofitosis (tinea atau ringworm) dari kulit kepala, kulit yang tidak berambut, dan
kuku disebabkan oleh kelompok jamur yang dikenal sebagai dermatofita yang memiliki
kemampuan untuk menggunakan keratin sebagai sumber makanannya, karena mereka
memiliki kapasitas enzim yang unik [keratinase].
Proses penyakit dermatofitosis unik karena dua alasan: Pertama, tidak ada jaringan hidup
yang diinvasi, stratum korneum yang dikeratinasi hanya dikolonisasi. Meskipun
demikian, keberadaan jamur dan produk metabolitnya biasanya menimbulkan respon
alergi dan peradangan eksim pada hospes.
Jenis dan beratnya respon hospes sering berhubungan dengan spesies dan strain dari
dermatofita yang menyebabkan infeksi. Kedua, dermatofita adalah satu-satunya jamur
yang bergantung pada infeksi pada manusia atau binatang untuk bertahan dan
menyebarkan spesies mereka.
Manifestasi Klinis
Spesies antropofilik terutama bersifat parasit pada manusia (Tabel 1). Mereka tidak dapat
berkoloni pada binatang lain dan mereka tidak memiliki lingkungan yang lain. Dengan
kata lain, spesies geofilik secara normal tinggal di tanah dimana mereka diyakini
membusukkan debris yang bersifat keratin.
Beberapa spesies dapat menyebabkan infeksi pada binatang dan manusia setelah kontak
dengan tanah. Spesies zoofilik terutama menjadi parasit pada binatang dan infeksinya
dapat ditularkan kepada manusia setelah kontak dengan hospes binatang (Tabel 1).
Infeksi zoofilik biasanya merangsang respon hospes yang kuat dan pada kulit dimana
kontak dengan binatang infektif telah terjadi, misalnya pada tangan, tungkai bawah,
tubuh atau muka.




MIKOLOGI DASAR KLINIK – Graha ilmu

  14. Dermatomikosis menular atau tidak?perantaranya apa?
      Menular
      Perantaranya: pakai spora, jamur sexual (spora)
      Penularan: atrofilik(antar manusia),zoofilik(hewan mencit,kucing,kuda),geofilik (dari tanah)
15. Apa faktor” yang mempengaruhi pertumbuhan jamur?
               Suhu
               Kelembaban
               Pertumbuhan jamur(nutrisi)
               Penyinaran matahari
               Penggunaan obat steroid
               Imunitas
         Udara panas, HS yg , sosek .
         Kegemukan
         Pemakaian obat yang lama (Antibiotika,
         Pil Kontrasepsi & Kortikosteroid)
         Penyakit kronis (TBC, Keganasan)
         Penyakit hormonal: DM

Mikologi Dasar Klinik – Graha Ilmu

   16. Mengapa penyembuhan dari tengah?
         Central healing adalah proses penyembuhan yang berada di bagian tengah lesi,
         sedangkan bagian tepi lesi masih aktif. Umumnya central healing terjadi pada
         penyakit yang disebabkan oleh jamur dikarenakan sifat jamur yang tumbuh secara
         radier dan adanya produksi enzim keratolisis.
         Potcket atlas of dermatolofy – Gled Klaus (THIEME)



STEP 4


                                        fungi



                langsung                                    Tidak langsung




                                       manusia




                                       mikosis
profunda   superfisialis


                                    Reaksi imun +
                                    patogenesis

                    Tinea pedis



STEP 7

More Related Content

What's hot (16)

Tinea
TineaTinea
Tinea
 
Makalah furunkel
Makalah furunkelMakalah furunkel
Makalah furunkel
 
Bisulan
BisulanBisulan
Bisulan
 
furunkel
furunkelfurunkel
furunkel
 
Sap yiyik
Sap yiyikSap yiyik
Sap yiyik
 
Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
Penyakit Kulit Yang Umum Di IndonesiaPenyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
 
Tinea favosa
Tinea favosaTinea favosa
Tinea favosa
 
Bisul AKPER PEMKAB MUNA
Bisul AKPER PEMKAB MUNA Bisul AKPER PEMKAB MUNA
Bisul AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
Awatan gangguan telinga luar juli AKPER PEMKAB MUNA
 
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
Materi juliana AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebra
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 

Similar to Modul 7 lbm 4 ukkie...

Similar to Modul 7 lbm 4 ukkie... (20)

12b. DERMATOFITOSIS 2014.ppt
12b. DERMATOFITOSIS 2014.ppt12b. DERMATOFITOSIS 2014.ppt
12b. DERMATOFITOSIS 2014.ppt
 
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slideInfeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
 
Inf.jamur (1) new 2
Inf.jamur (1) new 2Inf.jamur (1) new 2
Inf.jamur (1) new 2
 
4. dermatomikosis definition,etiology,clinical manifestation (wulan).pptx
4. dermatomikosis definition,etiology,clinical manifestation (wulan).pptx4. dermatomikosis definition,etiology,clinical manifestation (wulan).pptx
4. dermatomikosis definition,etiology,clinical manifestation (wulan).pptx
 
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Kulit part 1
Kulit part 1Kulit part 1
Kulit part 1
 
Dermatitis r i3
Dermatitis r i3Dermatitis r i3
Dermatitis r i3
 
Psoriasis vulgaris
Psoriasis vulgarisPsoriasis vulgaris
Psoriasis vulgaris
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnya
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnyaBerbagai jenis penyakit kulit dan obatnya
Berbagai jenis penyakit kulit dan obatnya
 
Leaflet dermatitis
Leaflet dermatitisLeaflet dermatitis
Leaflet dermatitis
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...nadyahermawan
 
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptxKEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptxFATMAWATIMADYA
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxcheatingw995
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio PerawatMovieWulandari
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxDwiDamayantiJonathan1
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaYosuaNatanael1
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 

Recently uploaded (20)

FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptxKEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 

Modul 7 lbm 4 ukkie...

  • 1. LBM 4 Bercak Merah Dan Bersisik STEP 1 Central healing: o Pola bentuk luka yang pada bagian tengahnya tenang/anti inflamasi (kering keputihan),tepinya aktif(basah kemerahan dan gatal) o Penyembuhan yang dimulai dari bagian tengah Lesi bentuk polisiklis: o Lesi pinggirnya saling bergabung,bentuk bervariasi o Lesi saling mengait membentuk pola lingkaran Eritematousa: o Kelainan kuli berwarna merah yang disebabkan karena vasodilatasi STEP 2 1. Mengapa lesi berbentuk polisiklis dan erimatousa? 2. Mengapa muncul merah bersisik yang tepinya meninggi dan rasa gatal pada telapak kaki? 3. Apa yang menyebabkan bercak merah meluas ke punggung kaki? 4. Mengapa gatal semakin mengganggu saat berkeringat dan memakai sepatu? 5. Diagnosis dari skenario?mengapa? 6. Bagaimana patogenesis dari penyakit tersebut? 7. Lesi berbentul polisiklis yang eritematousa tepi aktif dan terdapat central healing,termasuk ciri khas dari penyakit apa? 8. Manifestasi klinis dari skenario? 9. Etiologi ? 10. Penatalaksanaan? 11. Klasifikasi dermatomikosis? 12. Apa itu mikosis?definisi,etiologi,klasifikasi,penyakit yang ditimbulkan? 13. Apa itu dermatofitosis? 14. Dermatomikosis menular atau tidak?perantaranya apa? 15. Apa faktor” yang mempengaruhi pertumbuhan jamur? 16. Mengapa penyembuhan dari tengah? STEP 3 1. Mengapa lesi berbentuk polisiklis dan erimatousa? Karena pola garukan Eritema karena vasodilatasi pembuluh darah Eritematousa karena proses peradangan
  • 2. 2. Mengapa muncul merah bersisik yang tepinya meninggi dan rasa gatal pada telapak kaki? Salah satu dari penyakit karena jamur, bisa karena kontak langsung atau dari makanan Pada kaki (lembab), mudah terkena jamur Bersisik karena skuama Bersisik karena jamurnya tipe yang makan keratin 3. Apa yang menyebabkan bercak merah meluas ke punggung kaki? Spora jamur menyebar karena garukan 4. Mengapa gatal semakin mengganggu saat berkeringat dan memakai sepatu? Reflek gatal menimbulkan eritema, pori” melebar, keringat masuk ke pori”  perih 5. Diagnosis dari skenario?mengapa? Tinus pedis et manum  disebabkan oleh dermatophyte Tanda klinis: fissura yang dilingkari sisik, maserasi(kulitnya putih dan rapuh yang mengelupas) Eritematousa,papula dan vesikel.adanya central healing Tinea pedis  di sebabkan oleh dermatophyte (tricophiton rubrum) Tinea pedis  pada kaki Tinea manum  pada tangan dan interdigitalis tangan 6. Bagaimana patogenesis dari penyakit tersebut? Menyerang orang yang bekerja dengan kaki tertutup Jamur tumbuh karena ada sari makanan dalam tubuh yang dibutuhkan jamur ada 3 cara menginfeksi: o Molekul dermatophyte mengikat keratin untuk mengambil nutrisi o Penetrasi(masuknya) ke jaringan atau melalui dan di antara sel o Terbentuknya respon imun Jamur mengeluarkan enzim keratinase stratum korneum berskuama  invasi sel sekitar Tinea pedis dan tinea manuum adalah infeksi jamur pada kaki dan tangan. Mungkin merupakan infeksi jamur yang paling sering terjadi. T. Rubrum dapat menimbulkan bercak bersquama disertai eritema pada telapak kaki dan tangan. Yang sering kali terserang adalah kedua kaki dan hanya satu tangan. T. Mentagrophytes menimbulkan peradangan erupsi pustular, berkusta pada kaki. tinea pedis manum dan kruris dapat dipastikan melalui pemeriksaan mikroskopikk kerokan kulit dengan KOH. Infeksi pada kuku atau onikomikosis, di tandai dengan kuku yang distrofilik. Pasien mengalami hiperkeratosis sub ungual dan pemisahan lempeng kuku dari bantalan kuku. Diagnosis dipastikan dengan biakan jamur dan KOH. Tinea versikolor (panu) disebabkan oleh pityrosporum orbiculare. Bercaknya berbatas sangat jelas, bersquama, berwarna putih atau kecoklatan. PATOFISIOLOGI JILID 2
  • 3. 7. Lesi berbentuk polisiklis yang eritematousa tepi aktif dan terdapat central healing,termasuk ciri khas dari penyakit apa? Tinea Definisi Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar anus, bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah. Gejala Biasanya lokasi pada daerah selangkangan atau sisi paha atas bagian dalam, dapat terjadi di kedua paha atau di salah satu paha saja. Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat. Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting- lenting kemerahan, atau kadang terlihat lenting-lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman bersisik. Garukan terus-menerus dapat menimbulkan gambaran penebalan kulit. Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan, meskipun pemeriksaan jamur dapat positif, hal yang berbeda dengan kandidiasis yang sering menunjukkan keterlibatan pada buah zakar dan penis. PATOFISIOLOGI untuk Pemula – graha ilmu Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat UKK : makula atau plak eritematosa berbatas tegas, skuama sedikit, tepi meninggi/aktifdengancentral healing, biasanya tidak simetris Px. penunjang :KOH10% didapatkangambaranhifa Ilmu penyakit dalam 8. Manifestasi klinis dari skenario? Khas : lesi polisiklis,central healing,gatal telapak tangan dan kaki Umum: vesikel,papul, etitem, skuama dan maserasi Gejala Tinea cenderung membentuk ruam kemerahan atau kecoklatan yang berpola seperti cincin di sekeliling kulit normal. Infeksi ini biasanya tidak serius, tetapi dapat merusak penampilan dan membuat rasa gatal yang tidak nyaman. Jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah karena kondisi medis seperti HIV atau kanker, infeksi jamur mungkin lebih parah. Gejala tinea tergantung pada daerah tubuh yang terkena: Tinea barbae (jenggot) Tinea barbae terbatas di wilayah janggut dan leher dan umumnya hanya menjangkiti pria remaja dan dewasa. Presentasi klinis tinea barbae termasuk inflamasi, plak dalam dan bercak dangkal tanpa peradangan yang menyerupai tinea corporis. Tinea capitis (kepala)
  • 4. Dermatofitosis ini biasanya menyerang anak-anak usia 3-7 tahun, kebanyakan pada anak laki-laki. Selain menimbulkan bercak merah di kepala dan rasa gatal, tinea capitis dapat menyebabkan pengelupasan kulit kepala yang merontokkan rambut. Ada tiga jenis tinea capitis, yaitu:  Ectothrix yang merusak kutikula rambut. Rambut yang terinfeksi biasanya berpendar kuning cerah kehijauan di bawah sinar ultraviolet karena adanya fosfor.  Endothrix yang mengisi batang rambut dengan cabang (hifa) dan sporanya. Jenis ini tidak merusak kutikula rambut.  Favus yang menghasilkan kerak kuning dan kerontokan rambut. Tinea corporis (tubuh) Tinea corporis membentuk lesi kulit yang memiliki plak bersisik melingkar dengan tepi menonjol. Orang awam menyebutnya panu. Biasanya lesi menyebar pada kulit badan, lengan, dan kaki. Tinea cruris (pangkal paha/selangkangan) Tinea cruris membentuk ruam yang dimulai pada daerah selangkangan, terutama di lipatan antara bagian atas paha dan alat kelamin. Ruam ini gatal, memiliki perbatasan merah, dan bisa menyebar. Ruam seringkali menyebar ke bagian dalam kedua paha. Infeksi dapat menyebar ke kulit bagian lain dari tubuh (atau mungkin pertama kali dimulai pada daerah lain, seperti kaki). Tinea faciei (wajah) Tinea feciei hanya menyerang wajah. Gejala tinea faciei termasuk bercak bulat kemerahan yang gatal dan terlihat menonjol dan kasar, memiliki batas bersisik dan mungkin tampak lebih gelap dari kulit di sekitarnya. Tinea manuum (tangan) Tinea manuum biasanya bersamaan dengan tinea pedis dan hanya mempengaruhi satu tangan. Lesinya kemerahan dan menonjol. Tinea pedis (kaki) Disebut juga penyakit kaki atlet (athelete’s foot), tinea pedis memengaruhi sela-sela jari kaki sehingga terasa gatal, terbakar dan pecah-pecah. Tanpa perawatan, kaki atlet bisa memburuk dan menyebabkan kulit mengelupas. Tinea unguium (kuku) Infeksi jamur ini sering mempengaruhi kuku jempol kaki. Tinea unguium atau dermatofit onikomikosis dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu yang non-invasif atau terbatas pada retakan/lubang pada permukaan kuku dan yang invasif menyerang dari pinggir kuku sampai ke seluruh lempeng kuku, menyebabkan penebalan dan perubahan warna kuku menjadi kekuningan. Onkolisis atau pemisahan kuku dari kuku sering terjadi. Jamur kuku ini cenderung lebih umum pada orang yang memiliki kaki atlet untuk beberapa lama. Diagnosis Diagnosis tinea secara menyeluruh hanya dapat dilakukan oleh dokter kulit, yaitu dokter yang mengkhususkan diri dalam pengobatan kondisi medis, pembedahan, dan kosmetika rambut, kulit, dan kuku. Pada dermatofitosis di kulit, dokter mengambil sampel dengan mengikis lesi jamur menggunakan pisau tumpul, pinset, atau kuret tulang. Pada dermatofitosis kuku, kuku harus dikupas dan dikerik menggunakan pisau bedah tumpul sampai mendapatkan runtuhan keratin kuku. Pemeriksaan mikroskopis atas spesimen kulit dan kuku tersebut dapat mengungkapkan hifa dan spora jamur yang menyebabkan infeksi. http://majalahkesehatan.com/tinea-jamur-kulit-yang-paling-umum/ 9. Etiologi ? Terjadi karena jamur dermatophyte Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok jamur yang tumbuh di lapisan kulit mati (keratin). Dermatofit memiliki kemampuan memanfaatkan keratin sebagai sumber gizi karena memiliki kapasitas enzimatik yang unik (keratinase). Pertumbuhan tinea terbatas pada lapisan kulit mati, tetapi didukung oleh lingkungan setempat yang lembab dan hangat. Jamur ini telah berevolusi sehingga kelangsungan hidup dan penyebaran spesiesnya tergantung pada infeksi manusia atau hewan. Anda bisa mendapatkannya dengan menyentuh orang yang terinfeksi, dari permukaan lembab seperti lantai kamar mandi, atau bahkan dari binatang peliharaan. http://majalahkesehatan.com/tinea-jamur-kulit-yang-paling-umum/
  • 5. Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah, E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes. Pria lebih sering terkena daripada wanita. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain- lain. Jamur dermatofita E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes menyebabkan tinea kruris. Biasanya mengenai daerah selangkangan atau sisi paha atas bagian dalam, dapat terjadi di kedua paha atau di salah satu paha saja. Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat, terlebih jika kondisi kulit berkeringat. Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting kemerahan, atau kadang terlihat lenting- lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman bersisik. Garukan terus-menerus dapat menimbulkan gambaran penebalan kulit. Mikologi Dasar Klinik – Graha ilmu 10. Penatalaksanaan? Obat topikal : mikonazol, bifonazol, ketokonazol, terbinafin Kelemahan: tidak bisa membunuh spora, bersifat mikostatik (sementara) Obat oral: terbinafin, griseofulfin, itraconazol Itraconazol dapat membunuh spora sampai tuntas tapi mahal Griseofulfin itu obat generik Penatalaksanaan Menghilangkan faktor penunjang sangat penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu kering dengan memakai baju yang menyerap keringat. Obat antijamur yang dioleskan adalah terapi pilihan untuk lesi yang terbatas dan dapat dijangkau. Berbagai macam obat imidazol dan alilamin tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi (70-100%) dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari selama sekurang-kurangnya 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm di luar batas lesi dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh. Pengobatan dengan obat yang diminum diperlukan jika lesi luas atau gagal dengan pengobatan topikal. Obat oral yang dapat digunakan adalah. griseofulvin microsized 500-1000 mg/hari selam 2-6 minggu, meskipun beberapa laporan menunjukkan kemungkinan kasus kebal terhadap pengobatan ketokonazol 200 mg/hari selama kurang lebih 4 minggu itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 1 minggu terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu
  • 6. Mengobati atau menghilangkan sumber penularan merupakan hal penting untuk mencegah penularan jamur kembali dan penyebaran lebih lanjut kepada manusia Ilmu penyakit dalam 11. Klasifikasi dermatomikosis? Superficialis: dermatofitosis(jamur memakan keratin) dan non dermatofitosis (tidak makan keratin) Dermatomikosis superfisialis dapat disebabkan oleh jamur dermatofit (dermatofitosis), spesies candida biasanya C. Albicans (kandidosis), dan Malassezia furfur (pitiriasis versikolor). Dermatomikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang dan merupakan fungi patogen terbesar pada manusia. Dikenal tiga genera penyebab yaitu trichoplhyton, microsporum dan epidermophyton. Fase aseksual pada kapang kapang tersebut menyebabkan mikrokondria amerospora (hanya satu sel) yang tidak berpigmen, berbentuk seperti tetesan air mata dan berdinding halus. Disamping itu juga dihasilkan makrokonida yang terbentuk pada bagian tepi atau pada ujung hifa, berbentuk silindris atau seperti cerutu atau seperti gelendong berdinding halus dan tipis Mikologi dasar dan terapan – Indrawati Gandjar (buku obor) Intermediate Profunda : jamur masuk ke organ Kutan Subkutan Endemik(primer, sistemik) Oportunistik Dermatomikosis (Dharmojono 2001) adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur. Dermatomikosis oleh jamur juga dikenal dengan nama dermatofitosis. Berdasarkan proliferasinya, mikosis dibagi menjadi 2 golongan sebagai berikut: 1. Sistemik mikosis, yaitu infeksi oleh jamur (fungus) yang melibatkan salah satu atau beberapa organ dalam seperti Histomonas sp., Crytococcosis sp., dll. 2. Kutaneus mikosis, yaitu infeksi jamur yang hanya melibatkan jaringan kulit atau disebut dengan dermatomikosis. Berdasarkan agen penyebabnya dermatomikosis terbagi menjadi: a.Dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur seperti Microsporum sp., dan Trichophyton sp. b.Dermatofitosis yang disebabkan infeksi sejenis yeast (ragi) seperti Pitirosporum sp., Malassezia sp. dll. Dermatofitosis pada hewan menurut angka kejadian dan patogenitasnya disebabkan oleh Microsporum sp., dan Trichophyton sp. yang dikenal sebagai ringworm atau tineasis (infeksi oleh Tinea sp.). Sedangkan infeksi oleh bangsa yeast yang patogen sering disebabkan oleh Malassezia sp. dan Candida sp. (Pitirosporus). PARASITOLOGI - Dharmojono (2001)
  • 7. 12. Apa itu mikosis?definisi,etiologi,klasifikasi,penyakit yang ditimbulkan? Mikosis: penyakit karena jamur Kelainan di kulit, kuku, dan rambut klasifikasi Superficialis: dermatofitosis(jamur memakan keratin) dan non dermatofitosis (tidak makan keratin) Intermediate Profunda : jamur masuk ke organ Kutan Subkutan Endemik(primer, sistemik) Oportunistik MIKOSIS Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses penyembuhan. Mikosis Superfisial Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitu kulit, rambut, kuku. 1. Tinea versicolor : Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu. Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi. Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan. Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang. 2. Tinea nigra : Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.
  • 8. Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain) Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan. Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol. 3. Piedra : Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae. Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut. Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal. 4. Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan berkuku disebabkan oleh Trichopyton schoenleinii. Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah. Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap. 5. Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan Aspergillus, Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida. Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah. Mikosis Kutan Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial yang terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam. 1. Tinea pedis (kaki atlet) : Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum. Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi skunder. Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol). Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.
  • 9. 2. Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap) : Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin stratum korneum yan belum terserang. Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi oleh pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada lesi kurap. Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol. 3. Tinea kaptitis (kurap kulit kepala) : Infeksi microsporum terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati akan menetap sampai dewasa. Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan dan mengarah pada mikosis sistemik. Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi. Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.
  • 10. Treatment of Dermatophytes Mikosis Subkutan Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang. 1. Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah bening. Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis. Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun
  • 11. menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu. 2. Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit. Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah bening Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.) Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol. 3. Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma. Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas. Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.) Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu penyembuhan. Mikosis Sistemik Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder. 1. Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat
  • 12. sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki). Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol selama 6 bulan akan bermanfaat. 2. Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini menyerang paru-paru. Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan. 3. Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak) Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung, mulut lidah, dan usus halus. Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus. 4. Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis ( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan. Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit. Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin
  • 13. Zigomikosis Zigomikosis merupakan infeksi jamur oportunis ketiga paling umum pada host yang tertekan sistem kekebalannya, dengan mewakili 5 hingga 15 persen dari semua infeksi jamur. Istilah zigomikosis digunakan untuk sekelompok infeksi jamur yang disebabkan oleh Zygomycetes yang ditemukan dalam tanah dan zat-zat yang meluruh. Infeksi pada manusia paling banyak disebabkan oleh ordo Mucorales (mucormycosis) dan mencakup genus Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunninghamella. Istilah zigomikosis sekarang ini lebih dipilih ketimbang mukormikosis karena istilah ini cakupannya lebih luas dan lebih relevan apabila organisme tidak dapat diidentifikasi secara pasti. Seperti halnya aspergillosis, zigomikosis jarang pada individu yang tidak memiliki imunodefisiensi atau kondisi-kondisi predisposisi. Pertahanan host biasanya mencegah pertumbuhan spora selama inokulasi tidak terlalu besar, seperti pada luka trauma atau luka bedah. Kondisi-kondisi kronis yang mengenai fungsi makrofage, seperti diabetes atau imunosupresi yang ditimbulkan kortikosteroid, berujung pada ketidakmampuan untuk menghambat pertumbuhan spora, dan pasien-pasien ini memiliki risiko infeksi yang meningkat. Faktor risiko tambahan selain imunosupresi mencakup overload zat besi, luka bakar, penggunaan obat terlarang lewat intravena, dan gizi tidak seimbang. Infeksi utama bisa terjadi melalui penghirupan, melalui inokulasi langsung ke dalam kulit yang rusak, atau melalui pencernaan. Pasien yang mengalami neutropenia berkepanjangan paling sering menunjukkan penyakit paru dan diseminasi. Tingkat mortalitas pada individu-individu ini sangat tinggi. Pasien diabetes yang mengalami hyperglikemia dan asidosis metabolik rentan terhadap rhinoserebral primer (66 persen) dan infeksi paru (16 persen). Malnutrisi dan penyakit gastrointestinal menyebabkan predisposisi pasien terhadap infeksi saluran gastrointestinal primer. Luka dan lecur (burn) menyebabkan predisposisi terhadap infeksi kutaneous primer. Masing-masing jenis infeksi primer bisa mengarah pada penyebaran hematogen dan infeksi diseminata dari berbagai organ (khususnya otak). Penanda kliniko-patologi dari zigomikosis kutan adalah invasi vaskular, infarksi ischemik, dan nekrosis, yang menghasilkan nodul eritematosa dan plak-plak yang berulserasi dengan cepat dan membentuk jaringan parut palsu (eschar) berwarna hitam. Zigomikosis rhinoserebral biasanya dimulai dengan edema facial dan eritema (Gbr. 29-4), keluar cairan darah di hidung, dan ulserasi septum palatal atau nasal. Dalam beberapa hari, lesi-lesi kulit nekrotik, sakit kepala, gangguan neurologis, eksofthalmos, dan pengaburan penglihatan terjadi dan bisa berlanjut menjadi seizure, stupor, koma, dan kematian. Manifestasi klinis dari penyakit kutan primer berkisar mulai dari papula-papula nekrotik sampai selulitis, nodula subkutan, bula, dan jaringan parut palsu (eschar). Diagnosis zigomikosis biasanya ditegakkan dengan adanya hifa tidak berseptum (dengan percabangan pada sudut-sudut kanan) dalam jaringan yang terinfeksi. Pengobatan yang dipilih untuk penyakit diseminata adalah preparasi lipid dari amfoterisin B nitravena dan debridema bedah. Jika memungkinkan, penghilangan kondisi predisposisi bersangkutan harus diupayakan.
  • 14. Zigomikosis (Mukormikosis, Pikomikosis) Zigomikosis merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh jamur zygomicetes seperti Rhizomucor, Absidia, dan Rhizopus. Cuninghamella bertholletiae dan Saksenaea vasiformis merupakan penyebab yang kurang umum. Zygomycetes menyebabkan penyakit pada pasien diabetes, neutropenia, atau gagal ginjal yang tidak ditangani dengan baik. Invasi langsung oleh jamur melalui luka sobekan telah dilaporkan terjadi setelah trauma akibat bencana alam (seperti selama terjadinya banjir lumpur atau tsunami). Jamur ini bisa memasuki daerah-daerah luka bakar nekrotis atau melibatkan kulit wajah setelah infeksi invasif pada sinus paranasal (Gbr. 190-19). Infeksi-infeksi zygomycetes juga telah disebabkan oleh aposisi dekat dari kulit yang memiliki material penutup terkontaminasi pada kasus R. rhizopodiformis atau dengan depresor lidah dari kayu pada kasus R. microsporus. Jamur zygomycetes memiliki kencederungan untuk menginvasi pembuluh darah, menyebabkan infarksi yang luas. Infeksi bisa merespon terhadap amfoterisin intravena, dan laporan terbaru untuk formulasi amfoterisin B yang terkait lipid. Mykosis oportunis lainnya Jamur lain yang menyebabkan infeksi sistemik juga bisa menghasilkan lesi kulit dalam proses penyebaran aliran darah. Yang paling terkenal adalah Aspergillus, Scedosporium, Trichosporon, dan Fusarium. Infeksi kulit utamanya ditemukan pada pasien yang sangat terganggu sistem kekebalannya seperti yang menderita neutropenia. Aspergillus bisa menghasilkan lesi-lesi nekrotik luas seperti gangrenosum echtyma, tetapi papula-papula yang lebih kecil dan abses juga bisa terjadi. Infeksi Fusarium bisa menghasilkan lesi-lesi mirip-target yang tersebar luas yang bisa mengalami nekrosis memusat, dan pada beberapa kasus, selulitis digital dan onikomikosis superfisial. Pengobatan untuk semua infeksi ini biasanya adalah amfoterisin B. Temuan laboratorium. Pembuktian diagnosis dengan tes laboratorium sangat sulit utamanya karena banyak dari organisme ini yang juga hidup berdampingan pada bagian-bagian tubuh manusia; karena organisme ini terdapat pada pasien yang sakit parah, maka kapasitas untuk menghasilkan titer antibodi diagnostik akan terganggu. Interpretasi data laboratorium dengan demikian sulit dan harus dikaitkan dengan status klinis dari pasien. Idealnya, diagnosis histologis harus ditegakkan, walaupun biopsi tidak memungkinkan karena risiko perdarahan. Pada banyak kasus, diagnosis mykosis sistemik hanya didasarkan pada dugaan, dan dengan demikian pengobatan diberikan secara empiris. Mukormikosis Rhinoserebral. Mukormikosis rhinoserebral disebabkan oleh Zygomycetes (Mucor dan Rhizopus sp.). Penyakit ini sering muncul disertai sakit kepala, demam, dan letargi, disamping penyumbatan hidung dan nyeri serta pembengkakan facial-okular. Temuan-temuan selanjutnya mencakup proptosis unilateral, ofthalmoplegia, dan nerosis palatal atau nasokutan. Sebanyak 75 hingga 80 persen dari semua kasus terjadi pada pasien yang mengalami diabetes, dan ketoasidosis diabetik merupakan faktor risiko yang
  • 15. paling penting. Ketoasidosis dilaporkan mempertumpul aktivitas inhibitory normal dari serum terhadap Rhizopus. Amfoterisin B dan debridema bedah adalah pengobatan yang dipilih. Virokonazol, caspofungin, dan azol-azol lainnya tidak efektif terhadap Zygomycetes. Triazol, posakonazol, bisa efektif pada infeksi-infeksi ini. Tingkat mortalitas untuk mukormikosis dilaporkan mencapai 50%. Spesies Mucor juga telah diamati, sehingga semakin memperumit bisul-bisul kulit pada kaki dan tangan pasien diabetes melitus. http://www.scribd.com/doc/48401928/MIKOSIS 13. Apa itu dermatofitosis? Penyakit yang disebabkan oleh jamur dermatophyte (makan keratin) Ada 8 jenis berdasarkan etiologinya Definisi Dermatofitosis (disebut juga tinea, dermatomikosis, ringworm) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofit, yaitu jamur-jamur yang tergolong dalam genera Microsporum, Trichophyton, danEpidermophyton. Jamur-jamur ini memiliki sifat sebagai pencerna zat tanduk (keratin) pada kulit, baik pada hewan maupun manusia. Epidemiologi Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang beriklim tropis (hangat dan lembab). Penularan terjadi dari penderita ke orang lain melalui kontak langsung (rambut atau kulit). ataupun kontak melalui medium yang dipakai bersama seperti sisir, kolam renang, bak mandi, dan sebagainya.
  • 16. Infeksi pada Manusia Waktu yang dibutuhkan sejak seseorang terpapar jamur sampai timbul gejala infeksi, atau masa inkubasi, biasanya berkisar antara 1-2 minggu. Jamur hanya tumbuh di daerah kulit yang memiliki selaput tanduk atau keratin; antara lain kulit kepala (tinea capitis), lipat paha (tinea cruris), badan dan anggota gerak (tinea corporis). tangan (tinea manuum), kaki (tinea pedis), dan kuku (tinea unguium). Dermatofit tidak menyerang daerah bermukosa seperti mata, rongga mulut, dan organ kemaluan bagian dalam. Dermatofitosis pada manusia umumnya tidak fatal. Namun apabila sudah terjadi infeksi bersama dengan bakteri (sering pada penderita diabetes), kerusakan kulit dapat terjadi cukup luas dan serius. Gejala dan Tanda Gejala utama yang paling sering dikeluhkan adalah gatal. Lesi kulit yang ditemukan berupa daerah dengan peradangan (kemerahan, kadang bersisik, atau ada lentingan) yang umumnya lebih berat di bagian tepi daripada tengahnya. Jika yang terserang adalah kulit kepala, dapat terjadi kerontokan rambut. Jika yang terserang adalah kaki, gejala utama adalah adanya sisik dan maserasi (basah) di sela-sela jari kaki. Sedangkan jika yang kuku terserang, kuku akan mengalami penebalan dan perubahan warna, lebih rapuh, bergelombang, dan pertumbuhannya terganggu. Pemeriksaan Dokter mendiagnosis seseorang menderita infeksi jamur dermatofit dengan menggunakan sinar Wood atau pemeriksaan KOH. Pemeriksaan sinar Wood dilakukan di ruang gelap untuk melihat warna fluoresensi dermatofit, yang bermanfaat untuk membantu memperkirakan jenis jamur yang menyerang. Sedangkan pemeriksaan KOH membutuhkan kerokan dari kulit / kuku / rambut yang terinfeksi, kemudian pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. Tindak Lanjut Dermatofitosis biasanya diterapi dengan antijamur sistemik (ketokonazole), kecuali apabila infeksi ditemukan hanya meliputi daerah yang tidak luas (contohnya tinea manuum). Pemberian obat jamur topikal/oles (clotrimazol, miconazole) dan sampo khusus antijamur dapat membantu mengurangi atau membantu menghambat pertumbuhan jamur dan sporanya. Pemberian obat dapat berlangsung selama 4 minggu.
  • 17. Di samping pemberian obat, tindakan suportif juga diperlukan; antara lain menjaga kulit tetap bersih dan kering (hindari kelembaban berlebihan), dan cuci pakaian dan alas tidur setiap hari selama sakit. Jika ada kecurigaan bahwa dermatofitosis didapat dari hewan, hewan penular juga sebaiknya diterapi. Pencegahan Infeksi Berbagai upaya mencegah dermatofitosis yaitu: Menjaga kulit, termasuk telapak kaki dan tangan, tetap bersih dan kering. Keramas dengan sampo secara teratur, terutama sehabis pulang dari salon. Jangan tukar pakaian dengan orang lain, apabila pakaian tersebut belum dicuci. Hindari pula pemakaian sikat gigi, topi, dan alat cukur bersama dengan orang lain tanpa pencucian terlebih dahulu. Gunakan alas kaki di tempat-tempat umum yang lembab seperti kolam renang atau gym. Jamur-jamur dermatofit dapat dimusnahkan dengan disinfektan, antara lain benzalkonium klorida dan detergen. Klorheksidin tidak efektif untuk dekontaminasi jamur-jamur ini. Institute for International Cooperation in Animal Biologics / The Center for Food Security and Public Health Iowa State University. Dermatophytosis. Available from URL http://www.cfsph.iastate.edu (last updated in 2005; accessed August 23, 2011) DERMATOFITOSIS Deskripsi Dermatofitosis (tinea atau ringworm) dari kulit kepala, kulit yang tidak berambut, dan kuku disebabkan oleh kelompok jamur yang dikenal sebagai dermatofita yang memiliki kemampuan untuk menggunakan keratin sebagai sumber makanannya, karena mereka memiliki kapasitas enzim yang unik [keratinase]. Proses penyakit dermatofitosis unik karena dua alasan: Pertama, tidak ada jaringan hidup yang diinvasi, stratum korneum yang dikeratinasi hanya dikolonisasi. Meskipun demikian, keberadaan jamur dan produk metabolitnya biasanya menimbulkan respon alergi dan peradangan eksim pada hospes. Jenis dan beratnya respon hospes sering berhubungan dengan spesies dan strain dari dermatofita yang menyebabkan infeksi. Kedua, dermatofita adalah satu-satunya jamur yang bergantung pada infeksi pada manusia atau binatang untuk bertahan dan menyebarkan spesies mereka. Manifestasi Klinis Spesies antropofilik terutama bersifat parasit pada manusia (Tabel 1). Mereka tidak dapat berkoloni pada binatang lain dan mereka tidak memiliki lingkungan yang lain. Dengan kata lain, spesies geofilik secara normal tinggal di tanah dimana mereka diyakini membusukkan debris yang bersifat keratin.
  • 18. Beberapa spesies dapat menyebabkan infeksi pada binatang dan manusia setelah kontak dengan tanah. Spesies zoofilik terutama menjadi parasit pada binatang dan infeksinya dapat ditularkan kepada manusia setelah kontak dengan hospes binatang (Tabel 1). Infeksi zoofilik biasanya merangsang respon hospes yang kuat dan pada kulit dimana kontak dengan binatang infektif telah terjadi, misalnya pada tangan, tungkai bawah, tubuh atau muka. MIKOLOGI DASAR KLINIK – Graha ilmu 14. Dermatomikosis menular atau tidak?perantaranya apa? Menular Perantaranya: pakai spora, jamur sexual (spora) Penularan: atrofilik(antar manusia),zoofilik(hewan mencit,kucing,kuda),geofilik (dari tanah)
  • 19. 15. Apa faktor” yang mempengaruhi pertumbuhan jamur? Suhu Kelembaban Pertumbuhan jamur(nutrisi) Penyinaran matahari Penggunaan obat steroid Imunitas  Udara panas, HS yg , sosek .  Kegemukan  Pemakaian obat yang lama (Antibiotika,  Pil Kontrasepsi & Kortikosteroid)  Penyakit kronis (TBC, Keganasan)  Penyakit hormonal: DM Mikologi Dasar Klinik – Graha Ilmu 16. Mengapa penyembuhan dari tengah? Central healing adalah proses penyembuhan yang berada di bagian tengah lesi, sedangkan bagian tepi lesi masih aktif. Umumnya central healing terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh jamur dikarenakan sifat jamur yang tumbuh secara radier dan adanya produksi enzim keratolisis. Potcket atlas of dermatolofy – Gled Klaus (THIEME) STEP 4 fungi langsung Tidak langsung manusia mikosis
  • 20. profunda superfisialis Reaksi imun + patogenesis Tinea pedis STEP 7