1. LBM 4
Bercak Merah Dan Bersisik
STEP 1
Central healing:
o Pola bentuk luka yang pada bagian tengahnya tenang/anti inflamasi (kering
keputihan),tepinya aktif(basah kemerahan dan gatal)
o Penyembuhan yang dimulai dari bagian tengah
Lesi bentuk polisiklis:
o Lesi pinggirnya saling bergabung,bentuk bervariasi
o Lesi saling mengait membentuk pola lingkaran
Eritematousa:
o Kelainan kuli berwarna merah yang disebabkan karena vasodilatasi
STEP 2
1. Mengapa lesi berbentuk polisiklis dan erimatousa?
2. Mengapa muncul merah bersisik yang tepinya meninggi dan rasa gatal pada telapak kaki?
3. Apa yang menyebabkan bercak merah meluas ke punggung kaki?
4. Mengapa gatal semakin mengganggu saat berkeringat dan memakai sepatu?
5. Diagnosis dari skenario?mengapa?
6. Bagaimana patogenesis dari penyakit tersebut?
7. Lesi berbentul polisiklis yang eritematousa tepi aktif dan terdapat central healing,termasuk
ciri khas dari penyakit apa?
8. Manifestasi klinis dari skenario?
9. Etiologi ?
10. Penatalaksanaan?
11. Klasifikasi dermatomikosis?
12. Apa itu mikosis?definisi,etiologi,klasifikasi,penyakit yang ditimbulkan?
13. Apa itu dermatofitosis?
14. Dermatomikosis menular atau tidak?perantaranya apa?
15. Apa faktor” yang mempengaruhi pertumbuhan jamur?
16. Mengapa penyembuhan dari tengah?
STEP 3
1. Mengapa lesi berbentuk polisiklis dan erimatousa?
Karena pola garukan
Eritema karena vasodilatasi pembuluh darah
Eritematousa karena proses peradangan
2. 2. Mengapa muncul merah bersisik yang tepinya meninggi dan rasa gatal pada telapak kaki?
Salah satu dari penyakit karena jamur, bisa karena kontak langsung atau dari makanan
Pada kaki (lembab), mudah terkena jamur
Bersisik karena skuama
Bersisik karena jamurnya tipe yang makan keratin
3. Apa yang menyebabkan bercak merah meluas ke punggung kaki?
Spora jamur menyebar karena garukan
4. Mengapa gatal semakin mengganggu saat berkeringat dan memakai sepatu?
Reflek gatal menimbulkan eritema, pori” melebar, keringat masuk ke pori” perih
5. Diagnosis dari skenario?mengapa?
Tinus pedis et manum disebabkan oleh dermatophyte
Tanda klinis: fissura yang dilingkari sisik, maserasi(kulitnya putih dan rapuh yang
mengelupas)
Eritematousa,papula dan vesikel.adanya central healing
Tinea pedis di sebabkan oleh dermatophyte (tricophiton rubrum)
Tinea pedis pada kaki
Tinea manum pada tangan dan interdigitalis tangan
6. Bagaimana patogenesis dari penyakit tersebut?
Menyerang orang yang bekerja dengan kaki tertutup
Jamur tumbuh karena ada sari makanan dalam tubuh yang dibutuhkan jamur
ada 3 cara menginfeksi:
o Molekul dermatophyte mengikat keratin untuk mengambil nutrisi
o Penetrasi(masuknya) ke jaringan atau melalui dan di antara sel
o Terbentuknya respon imun
Jamur mengeluarkan enzim keratinase stratum korneum berskuama invasi sel
sekitar
Tinea pedis dan tinea manuum adalah infeksi jamur pada kaki dan tangan. Mungkin merupakan
infeksi jamur yang paling sering terjadi. T. Rubrum dapat menimbulkan bercak bersquama disertai
eritema pada telapak kaki dan tangan. Yang sering kali terserang adalah kedua kaki dan hanya satu
tangan. T. Mentagrophytes menimbulkan peradangan erupsi pustular, berkusta pada kaki. tinea
pedis manum dan kruris dapat dipastikan melalui pemeriksaan mikroskopikk kerokan kulit dengan
KOH.
Infeksi pada kuku atau onikomikosis, di tandai dengan kuku yang distrofilik. Pasien mengalami
hiperkeratosis sub ungual dan pemisahan lempeng kuku dari bantalan kuku. Diagnosis dipastikan
dengan biakan jamur dan KOH. Tinea versikolor (panu) disebabkan oleh pityrosporum orbiculare.
Bercaknya berbatas sangat jelas, bersquama, berwarna putih atau kecoklatan.
PATOFISIOLOGI JILID 2
3. 7. Lesi berbentuk polisiklis yang eritematousa tepi aktif dan terdapat central healing,termasuk
ciri khas dari penyakit apa?
Tinea
Definisi
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas
pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita
(jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar anus, bokong dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
Gejala
Biasanya lokasi pada daerah selangkangan atau sisi paha atas bagian dalam, dapat terjadi di
kedua paha atau di salah satu paha saja. Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat.
Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-
lenting kemerahan, atau kadang terlihat lenting-lenting yang berisi nanah. Bagian tengah
menyembuh berupa daerah coklat kehitaman bersisik. Garukan terus-menerus dapat
menimbulkan gambaran penebalan kulit. Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan,
meskipun pemeriksaan jamur dapat positif, hal yang berbeda dengan kandidiasis yang sering
menunjukkan keterlibatan pada buah zakar dan penis.
PATOFISIOLOGI untuk Pemula – graha ilmu
Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat
UKK : makula atau plak eritematosa berbatas tegas, skuama sedikit, tepi
meninggi/aktifdengancentral healing, biasanya tidak simetris
Px. penunjang :KOH10% didapatkangambaranhifa
Ilmu penyakit dalam
8. Manifestasi klinis dari skenario?
Khas : lesi polisiklis,central healing,gatal telapak tangan dan kaki
Umum: vesikel,papul, etitem, skuama dan maserasi
Gejala
Tinea cenderung membentuk ruam kemerahan atau kecoklatan yang berpola seperti cincin di sekeliling kulit normal. Infeksi ini
biasanya tidak serius, tetapi dapat merusak penampilan dan membuat rasa gatal yang tidak nyaman. Jika seseorang memiliki
sistem kekebalan tubuh lemah karena kondisi medis seperti HIV atau kanker, infeksi jamur mungkin lebih parah.
Gejala tinea tergantung pada daerah tubuh yang terkena:
Tinea barbae (jenggot)
Tinea barbae terbatas di wilayah janggut dan leher dan umumnya hanya menjangkiti pria remaja dan dewasa. Presentasi klinis
tinea barbae termasuk inflamasi, plak dalam dan bercak dangkal tanpa peradangan yang menyerupai tinea corporis.
Tinea capitis (kepala)
4. Dermatofitosis ini biasanya menyerang anak-anak usia 3-7 tahun, kebanyakan pada anak laki-laki. Selain menimbulkan bercak
merah di kepala dan rasa gatal, tinea capitis dapat menyebabkan pengelupasan kulit kepala yang merontokkan rambut. Ada
tiga jenis tinea capitis, yaitu:
Ectothrix yang merusak kutikula rambut. Rambut yang terinfeksi biasanya berpendar kuning cerah kehijauan di bawah sinar
ultraviolet karena adanya fosfor.
Endothrix yang mengisi batang rambut dengan cabang (hifa) dan sporanya. Jenis ini tidak merusak kutikula rambut.
Favus yang menghasilkan kerak kuning dan kerontokan rambut.
Tinea corporis (tubuh)
Tinea corporis membentuk lesi kulit yang memiliki plak bersisik melingkar dengan tepi menonjol. Orang awam menyebutnya
panu. Biasanya lesi menyebar pada kulit badan, lengan, dan kaki.
Tinea cruris (pangkal paha/selangkangan)
Tinea cruris membentuk ruam yang dimulai pada daerah selangkangan, terutama di lipatan antara bagian atas paha dan alat
kelamin. Ruam ini gatal, memiliki perbatasan merah, dan bisa menyebar. Ruam seringkali menyebar ke bagian dalam kedua
paha. Infeksi dapat menyebar ke kulit bagian lain dari tubuh (atau mungkin pertama kali dimulai pada daerah lain, seperti kaki).
Tinea faciei (wajah)
Tinea feciei hanya menyerang wajah. Gejala tinea faciei termasuk bercak bulat kemerahan yang gatal dan terlihat menonjol
dan kasar, memiliki batas bersisik dan mungkin tampak lebih gelap dari kulit di sekitarnya.
Tinea manuum (tangan)
Tinea manuum biasanya bersamaan dengan tinea pedis dan hanya mempengaruhi satu tangan. Lesinya kemerahan dan
menonjol.
Tinea pedis (kaki)
Disebut juga penyakit kaki atlet (athelete’s foot), tinea pedis memengaruhi sela-sela jari kaki sehingga terasa gatal, terbakar
dan pecah-pecah. Tanpa perawatan, kaki atlet bisa memburuk dan menyebabkan kulit mengelupas.
Tinea unguium (kuku)
Infeksi jamur ini sering mempengaruhi kuku jempol kaki. Tinea unguium atau dermatofit onikomikosis dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis utama, yaitu yang non-invasif atau terbatas pada retakan/lubang pada permukaan kuku dan yang invasif
menyerang dari pinggir kuku sampai ke seluruh lempeng kuku, menyebabkan penebalan dan perubahan warna kuku menjadi
kekuningan. Onkolisis atau pemisahan kuku dari kuku sering terjadi.
Jamur kuku ini cenderung lebih umum pada orang yang memiliki kaki atlet untuk beberapa lama.
Diagnosis
Diagnosis tinea secara menyeluruh hanya dapat dilakukan oleh dokter kulit, yaitu dokter yang mengkhususkan diri dalam
pengobatan kondisi medis, pembedahan, dan kosmetika rambut, kulit, dan kuku.
Pada dermatofitosis di kulit, dokter mengambil sampel dengan mengikis lesi jamur menggunakan pisau tumpul, pinset, atau
kuret tulang. Pada dermatofitosis kuku, kuku harus dikupas dan dikerik menggunakan pisau bedah tumpul sampai
mendapatkan runtuhan keratin kuku. Pemeriksaan mikroskopis atas spesimen kulit dan kuku tersebut dapat mengungkapkan
hifa dan spora jamur yang menyebabkan infeksi.
http://majalahkesehatan.com/tinea-jamur-kulit-yang-paling-umum/
9. Etiologi ?
Terjadi karena jamur dermatophyte
Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok jamur
yang tumbuh di lapisan kulit mati (keratin). Dermatofit memiliki kemampuan memanfaatkan keratin sebagai sumber gizi karena
memiliki kapasitas enzimatik yang unik (keratinase). Pertumbuhan tinea terbatas pada lapisan kulit mati, tetapi didukung oleh
lingkungan setempat yang lembab dan hangat. Jamur ini telah berevolusi sehingga kelangsungan hidup dan penyebaran
spesiesnya tergantung pada infeksi manusia atau hewan. Anda bisa mendapatkannya dengan menyentuh orang yang
terinfeksi, dari permukaan lembab seperti lantai kamar mandi, atau bahkan dari binatang peliharaan.
http://majalahkesehatan.com/tinea-jamur-kulit-yang-paling-umum/
5. Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah, E.Floccosum, T.
Rubrum, dan T. Mentagrophytes.
Pria lebih sering terkena daripada wanita. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan
peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris
biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda
yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-
lain.
Jamur dermatofita E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes menyebabkan tinea
kruris. Biasanya mengenai daerah selangkangan atau sisi paha atas bagian dalam, dapat
terjadi di kedua paha atau di salah satu paha saja. Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat
hebat, terlebih jika kondisi kulit berkeringat. Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat
berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting kemerahan, atau kadang terlihat lenting-
lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman
bersisik. Garukan terus-menerus dapat menimbulkan gambaran penebalan kulit.
Mikologi Dasar Klinik – Graha ilmu
10. Penatalaksanaan?
Obat topikal : mikonazol, bifonazol, ketokonazol, terbinafin
Kelemahan: tidak bisa membunuh spora, bersifat mikostatik (sementara)
Obat oral: terbinafin, griseofulfin, itraconazol
Itraconazol dapat membunuh spora sampai tuntas tapi mahal
Griseofulfin itu obat generik
Penatalaksanaan
Menghilangkan faktor penunjang sangat penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu
kering dengan memakai baju yang menyerap keringat. Obat antijamur yang dioleskan adalah
terapi pilihan untuk lesi yang terbatas dan dapat dijangkau. Berbagai macam obat imidazol
dan alilamin tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi
yang tinggi (70-100%) dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore
hari selama sekurang-kurangnya 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm di luar batas lesi
dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh.
Pengobatan dengan obat yang diminum diperlukan jika lesi luas atau gagal dengan
pengobatan topikal. Obat oral yang dapat digunakan adalah.
griseofulvin microsized 500-1000 mg/hari selam 2-6 minggu, meskipun beberapa
laporan menunjukkan kemungkinan kasus kebal terhadap pengobatan
ketokonazol 200 mg/hari selama kurang lebih 4 minggu
itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 1 minggu
terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu
6. Mengobati atau menghilangkan sumber penularan merupakan hal penting untuk mencegah
penularan jamur kembali dan penyebaran lebih lanjut kepada manusia
Ilmu penyakit dalam
11. Klasifikasi dermatomikosis?
Superficialis: dermatofitosis(jamur memakan keratin) dan non dermatofitosis (tidak
makan keratin)
Dermatomikosis superfisialis dapat disebabkan oleh jamur dermatofit
(dermatofitosis), spesies candida biasanya C. Albicans (kandidosis), dan Malassezia
furfur (pitiriasis versikolor).
Dermatomikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang dan merupakan fungi patogen
terbesar pada manusia. Dikenal tiga genera penyebab yaitu trichoplhyton, microsporum dan
epidermophyton. Fase aseksual pada kapang kapang tersebut menyebabkan mikrokondria
amerospora (hanya satu sel) yang tidak berpigmen, berbentuk seperti tetesan air mata dan
berdinding halus. Disamping itu juga dihasilkan makrokonida yang terbentuk pada bagian tepi atau
pada ujung hifa, berbentuk silindris atau seperti cerutu atau seperti gelendong berdinding halus dan
tipis
Mikologi dasar dan terapan – Indrawati Gandjar (buku obor)
Intermediate
Profunda : jamur masuk ke organ
Kutan
Subkutan
Endemik(primer, sistemik)
Oportunistik
Dermatomikosis (Dharmojono 2001) adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur.
Dermatomikosis oleh jamur juga dikenal dengan nama dermatofitosis. Berdasarkan proliferasinya,
mikosis dibagi menjadi 2 golongan sebagai berikut:
1. Sistemik mikosis, yaitu infeksi oleh jamur (fungus) yang melibatkan salah satu atau beberapa
organ dalam seperti Histomonas sp., Crytococcosis sp., dll.
2. Kutaneus mikosis, yaitu infeksi jamur yang hanya melibatkan jaringan kulit atau disebut dengan
dermatomikosis. Berdasarkan agen penyebabnya dermatomikosis terbagi menjadi:
a.Dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur seperti Microsporum sp., dan Trichophyton sp.
b.Dermatofitosis yang disebabkan infeksi sejenis yeast (ragi) seperti Pitirosporum sp., Malassezia sp.
dll.
Dermatofitosis pada hewan menurut angka kejadian dan patogenitasnya disebabkan oleh
Microsporum sp., dan Trichophyton sp. yang dikenal sebagai ringworm atau tineasis (infeksi oleh
Tinea sp.). Sedangkan infeksi oleh bangsa yeast yang patogen sering disebabkan oleh Malassezia sp.
dan Candida sp. (Pitirosporus). PARASITOLOGI - Dharmojono (2001)
7. 12. Apa itu mikosis?definisi,etiologi,klasifikasi,penyakit yang ditimbulkan?
Mikosis: penyakit karena jamur
Kelainan di kulit, kuku, dan rambut
klasifikasi
Superficialis: dermatofitosis(jamur memakan keratin) dan non dermatofitosis (tidak
makan keratin)
Intermediate
Profunda : jamur masuk ke organ
Kutan
Subkutan
Endemik(primer, sistemik)
Oportunistik
MIKOSIS
Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat
mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis
dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis
superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi
yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau
berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder
akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari
mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat
menunjang proses penyembuhan.
Mikosis Superfisial
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial,
yaitu kulit, rambut, kuku.
1. Tinea versicolor : Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat
pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal
sebagai panu.
Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung,
axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami
depigmentasi.
Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari
penularan.
Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit
kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan
mengangkat kateter yang terpasang.
2. Tinea nigra : Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan
Exophiala weneckii.
8. Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut
terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap
terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti
sisik ataupun reaksi yang lain)
Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari
penularan.
Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.
3. Piedra : Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh
Trichosporon Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra)
terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.
4. Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan
berkuku
disebabkan oleh Trichopyton schoenleinii.
Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar
membentuk kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat
akan meninggalkan luka basah. Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap.
5. Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan
Aspergillus, Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.
Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi
infeksi skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah.
Mikosis Kutan
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial
yang terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.
1. Tinea pedis (kaki atlet) : Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan
berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan
encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes,
Epidemirmophyton floccosum.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat
juga terjadi infeksi skunder.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai
peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam
salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol).
Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan
bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.
9. 2. Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap) : Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut,
disebabkan oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa
tumbuh aktif ke arah pinggir cincin stratum korneum yan belum terserang.
Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik
dikelilingi oleh pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa
menjadi tua dan memisahkan diri menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung
artrosphora mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang
bersih pada lesi kurap.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim
mikonazol.
3. Tinea kaptitis (kurap kulit kepala) : Infeksi microsporum
terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa
puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati
akan menetap sampai dewasa.
Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah
mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar
rambut. Rambut menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek.
Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan
membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan
dan mengarah pada mikosis sistemik.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya
diperoleh dari anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur
untuk bersama. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering
keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.
10. Treatment of Dermatophytes
Mikosis Subkutan
Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit
meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.
1. Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan
habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui
trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah bening.
Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi
tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga
pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan
menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun
11. menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama
beberapa minggu.
2. Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan
oleh Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa,
Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam
tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur
masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk
pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah bening
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka (
lapangan tanah, sawah, kebun dll.)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi
yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.
3. Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh
jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang
disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang
bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses
yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula
padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke
dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka (
lapangan tanah, sawah, kebun dll.)
Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan
dapson pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui
pembedahan dapat membantu penyembuhan.
Mikosis Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.
Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah.
Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat
dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap
pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan
akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya
infeksi skunder.
1. Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada
kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur
Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi
Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat
12. sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat
dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat
malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada
kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol
selama 6 bulan akan bermanfaat.
2. Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah,
mikosis ini menyerang paru-paru.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam,
batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau
desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya
telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan
difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral
dalam beberapa bulan.
3. Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada
tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran
unggas atau ternak)
Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh
makrovag areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi
dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang
timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus
penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya
pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak
pada hidung, mulut lidah, dan usus halus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam
tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah
menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan
tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.
4. Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides
brasiliensis ( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses
pernafasan.
Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau
gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru,
kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.
Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada
Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang
berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka
digunakan Amfoterisin
13. Zigomikosis
Zigomikosis merupakan infeksi jamur oportunis ketiga paling umum pada host
yang tertekan sistem kekebalannya, dengan mewakili 5 hingga 15 persen dari
semua infeksi jamur. Istilah zigomikosis digunakan untuk sekelompok infeksi
jamur yang disebabkan oleh Zygomycetes yang ditemukan dalam tanah dan
zat-zat yang meluruh. Infeksi pada manusia paling banyak disebabkan oleh
ordo Mucorales (mucormycosis) dan mencakup genus Mucor, Rhizopus,
Absidia, Mortierella, dan Cunninghamella. Istilah zigomikosis sekarang ini
lebih dipilih ketimbang mukormikosis karena istilah ini cakupannya lebih luas
dan lebih relevan apabila organisme tidak dapat diidentifikasi secara pasti.
Seperti halnya aspergillosis, zigomikosis jarang pada individu yang tidak
memiliki imunodefisiensi atau kondisi-kondisi predisposisi. Pertahanan host
biasanya mencegah pertumbuhan spora selama inokulasi tidak terlalu besar,
seperti pada luka trauma atau luka bedah. Kondisi-kondisi kronis yang
mengenai fungsi makrofage, seperti diabetes atau imunosupresi yang
ditimbulkan kortikosteroid, berujung pada ketidakmampuan untuk
menghambat pertumbuhan spora, dan pasien-pasien ini memiliki risiko infeksi
yang meningkat. Faktor risiko tambahan selain imunosupresi mencakup
overload zat besi, luka bakar, penggunaan obat terlarang lewat intravena, dan
gizi tidak seimbang.
Infeksi utama bisa terjadi melalui penghirupan, melalui inokulasi langsung ke
dalam kulit yang rusak, atau melalui pencernaan. Pasien yang mengalami
neutropenia berkepanjangan paling sering menunjukkan penyakit paru dan
diseminasi. Tingkat mortalitas pada individu-individu ini sangat tinggi. Pasien
diabetes yang mengalami hyperglikemia dan asidosis metabolik rentan
terhadap rhinoserebral primer (66 persen) dan infeksi paru (16 persen).
Malnutrisi dan penyakit gastrointestinal menyebabkan predisposisi pasien
terhadap infeksi saluran gastrointestinal primer. Luka dan lecur (burn)
menyebabkan predisposisi terhadap infeksi kutaneous primer. Masing-masing
jenis infeksi primer bisa mengarah pada penyebaran hematogen dan infeksi
diseminata dari berbagai organ (khususnya otak).
Penanda kliniko-patologi dari zigomikosis kutan adalah invasi vaskular,
infarksi ischemik, dan nekrosis, yang menghasilkan nodul eritematosa dan
plak-plak yang berulserasi dengan cepat dan membentuk jaringan parut palsu
(eschar) berwarna hitam. Zigomikosis rhinoserebral biasanya dimulai dengan
edema facial dan eritema (Gbr. 29-4), keluar cairan darah di hidung, dan
ulserasi septum palatal atau nasal. Dalam beberapa hari, lesi-lesi kulit nekrotik,
sakit kepala, gangguan neurologis, eksofthalmos, dan pengaburan penglihatan
terjadi dan bisa berlanjut menjadi seizure, stupor, koma, dan kematian.
Manifestasi klinis dari penyakit kutan primer berkisar mulai dari papula-papula
nekrotik sampai selulitis, nodula subkutan, bula, dan jaringan parut palsu
(eschar). Diagnosis zigomikosis biasanya ditegakkan dengan adanya hifa tidak
berseptum (dengan percabangan pada sudut-sudut kanan) dalam jaringan yang
terinfeksi. Pengobatan yang dipilih untuk penyakit diseminata adalah preparasi
lipid dari amfoterisin B nitravena dan debridema bedah. Jika memungkinkan,
penghilangan kondisi predisposisi bersangkutan harus diupayakan.
14. Zigomikosis (Mukormikosis, Pikomikosis)
Zigomikosis merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh jamur
zygomicetes seperti Rhizomucor, Absidia, dan Rhizopus. Cuninghamella
bertholletiae dan Saksenaea vasiformis merupakan penyebab yang kurang
umum. Zygomycetes menyebabkan penyakit pada pasien diabetes, neutropenia,
atau gagal ginjal yang tidak ditangani dengan baik. Invasi langsung oleh jamur
melalui luka sobekan telah dilaporkan terjadi setelah trauma akibat bencana
alam (seperti selama terjadinya banjir lumpur atau tsunami). Jamur ini bisa
memasuki daerah-daerah luka bakar nekrotis atau melibatkan kulit wajah
setelah infeksi invasif pada sinus paranasal (Gbr. 190-19). Infeksi-infeksi
zygomycetes juga telah disebabkan oleh aposisi dekat dari kulit yang memiliki
material penutup terkontaminasi pada kasus R. rhizopodiformis atau dengan
depresor lidah dari kayu pada kasus R. microsporus. Jamur zygomycetes
memiliki kencederungan untuk menginvasi pembuluh darah, menyebabkan
infarksi yang luas. Infeksi bisa merespon terhadap amfoterisin intravena, dan
laporan terbaru untuk formulasi amfoterisin B yang terkait lipid.
Mykosis oportunis lainnya
Jamur lain yang menyebabkan infeksi sistemik juga bisa menghasilkan lesi
kulit dalam proses penyebaran aliran darah. Yang paling terkenal adalah
Aspergillus, Scedosporium, Trichosporon, dan Fusarium. Infeksi kulit
utamanya ditemukan pada pasien yang sangat terganggu sistem kekebalannya
seperti yang menderita neutropenia.
Aspergillus bisa menghasilkan lesi-lesi nekrotik luas seperti gangrenosum
echtyma, tetapi papula-papula yang lebih kecil dan abses juga bisa terjadi.
Infeksi Fusarium bisa menghasilkan lesi-lesi mirip-target yang tersebar luas
yang bisa mengalami nekrosis memusat, dan pada beberapa kasus, selulitis
digital dan onikomikosis superfisial. Pengobatan untuk semua infeksi ini
biasanya adalah amfoterisin B.
Temuan laboratorium. Pembuktian diagnosis dengan tes laboratorium sangat
sulit utamanya karena banyak dari organisme ini yang juga hidup
berdampingan pada bagian-bagian tubuh manusia; karena organisme ini
terdapat pada pasien yang sakit parah, maka kapasitas untuk menghasilkan titer
antibodi diagnostik akan terganggu. Interpretasi data laboratorium dengan
demikian sulit dan harus dikaitkan dengan status klinis dari pasien. Idealnya,
diagnosis histologis harus ditegakkan, walaupun biopsi tidak memungkinkan
karena risiko perdarahan. Pada banyak kasus, diagnosis mykosis sistemik
hanya didasarkan pada dugaan, dan dengan demikian pengobatan diberikan
secara empiris.
Mukormikosis Rhinoserebral. Mukormikosis rhinoserebral disebabkan oleh
Zygomycetes (Mucor dan Rhizopus sp.). Penyakit ini sering muncul disertai
sakit kepala, demam, dan letargi, disamping penyumbatan hidung dan nyeri
serta pembengkakan facial-okular. Temuan-temuan selanjutnya mencakup
proptosis unilateral, ofthalmoplegia, dan nerosis palatal atau nasokutan.
Sebanyak 75 hingga 80 persen dari semua kasus terjadi pada pasien yang
mengalami diabetes, dan ketoasidosis diabetik merupakan faktor risiko yang
15. paling penting. Ketoasidosis dilaporkan mempertumpul aktivitas inhibitory
normal dari serum terhadap Rhizopus. Amfoterisin B dan debridema bedah
adalah pengobatan yang dipilih. Virokonazol, caspofungin, dan azol-azol
lainnya tidak efektif terhadap Zygomycetes. Triazol, posakonazol, bisa efektif
pada infeksi-infeksi ini. Tingkat mortalitas untuk mukormikosis dilaporkan
mencapai 50%. Spesies Mucor juga telah diamati, sehingga semakin
memperumit bisul-bisul kulit pada kaki dan tangan pasien diabetes melitus.
http://www.scribd.com/doc/48401928/MIKOSIS
13. Apa itu dermatofitosis?
Penyakit yang disebabkan oleh jamur dermatophyte (makan keratin)
Ada 8 jenis berdasarkan etiologinya
Definisi
Dermatofitosis (disebut juga tinea, dermatomikosis, ringworm) adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur golongan dermatofit, yaitu jamur-jamur yang tergolong dalam
genera Microsporum, Trichophyton, danEpidermophyton. Jamur-jamur ini memiliki sifat sebagai
pencerna zat tanduk (keratin) pada kulit, baik pada hewan maupun manusia.
Epidemiologi
Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang beriklim tropis (hangat dan lembab). Penularan terjadi
dari penderita ke orang lain melalui kontak langsung (rambut atau kulit). ataupun kontak melalui
medium yang dipakai bersama seperti sisir, kolam renang, bak mandi, dan sebagainya.
16. Infeksi pada Manusia
Waktu yang dibutuhkan sejak seseorang terpapar jamur sampai timbul gejala infeksi, atau masa
inkubasi, biasanya berkisar antara 1-2 minggu. Jamur hanya tumbuh di daerah kulit yang memiliki
selaput tanduk atau keratin; antara lain kulit kepala (tinea capitis), lipat paha (tinea cruris), badan
dan anggota gerak (tinea corporis). tangan (tinea manuum), kaki (tinea pedis), dan kuku (tinea
unguium). Dermatofit tidak menyerang daerah bermukosa seperti mata, rongga mulut, dan organ
kemaluan bagian dalam. Dermatofitosis pada manusia umumnya tidak fatal. Namun apabila sudah
terjadi infeksi bersama dengan bakteri (sering pada penderita diabetes), kerusakan kulit dapat
terjadi cukup luas dan serius.
Gejala dan Tanda
Gejala utama yang paling sering dikeluhkan adalah gatal. Lesi kulit yang ditemukan berupa daerah
dengan peradangan (kemerahan, kadang bersisik, atau ada lentingan) yang umumnya lebih berat di
bagian tepi daripada tengahnya. Jika yang terserang adalah kulit kepala, dapat terjadi kerontokan
rambut. Jika yang terserang adalah kaki, gejala utama adalah adanya sisik dan maserasi (basah) di
sela-sela jari kaki. Sedangkan jika yang kuku terserang, kuku akan mengalami penebalan dan
perubahan warna, lebih rapuh, bergelombang, dan pertumbuhannya terganggu.
Pemeriksaan
Dokter mendiagnosis seseorang menderita infeksi jamur dermatofit dengan menggunakan sinar
Wood atau pemeriksaan KOH. Pemeriksaan sinar Wood dilakukan di ruang gelap untuk melihat
warna fluoresensi dermatofit, yang bermanfaat untuk membantu memperkirakan jenis jamur yang
menyerang. Sedangkan pemeriksaan KOH membutuhkan kerokan dari kulit / kuku / rambut yang
terinfeksi, kemudian pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop.
Tindak Lanjut
Dermatofitosis biasanya diterapi dengan antijamur sistemik (ketokonazole), kecuali apabila infeksi
ditemukan hanya meliputi daerah yang tidak luas (contohnya tinea manuum). Pemberian obat jamur
topikal/oles (clotrimazol, miconazole) dan sampo khusus antijamur dapat membantu mengurangi
atau membantu menghambat pertumbuhan jamur dan sporanya. Pemberian obat dapat
berlangsung selama 4 minggu.
17. Di samping pemberian obat, tindakan suportif juga diperlukan; antara lain menjaga kulit tetap bersih
dan kering (hindari kelembaban berlebihan), dan cuci pakaian dan alas tidur setiap hari selama sakit.
Jika ada kecurigaan bahwa dermatofitosis didapat dari hewan, hewan penular juga sebaiknya
diterapi.
Pencegahan Infeksi
Berbagai upaya mencegah dermatofitosis yaitu:
Menjaga kulit, termasuk telapak kaki dan tangan, tetap bersih dan kering.
Keramas dengan sampo secara teratur, terutama sehabis pulang dari salon.
Jangan tukar pakaian dengan orang lain, apabila pakaian tersebut belum dicuci. Hindari pula
pemakaian sikat gigi, topi, dan alat cukur bersama dengan orang lain tanpa pencucian terlebih
dahulu.
Gunakan alas kaki di tempat-tempat umum yang lembab seperti kolam renang atau gym.
Jamur-jamur dermatofit dapat dimusnahkan dengan disinfektan, antara lain benzalkonium klorida
dan detergen. Klorheksidin tidak efektif untuk dekontaminasi jamur-jamur ini.
Institute for International Cooperation in Animal Biologics / The Center for Food Security and Public
Health Iowa State University. Dermatophytosis. Available from URL http://www.cfsph.iastate.edu
(last updated in 2005; accessed August 23, 2011)
DERMATOFITOSIS
Deskripsi
Dermatofitosis (tinea atau ringworm) dari kulit kepala, kulit yang tidak berambut, dan
kuku disebabkan oleh kelompok jamur yang dikenal sebagai dermatofita yang memiliki
kemampuan untuk menggunakan keratin sebagai sumber makanannya, karena mereka
memiliki kapasitas enzim yang unik [keratinase].
Proses penyakit dermatofitosis unik karena dua alasan: Pertama, tidak ada jaringan hidup
yang diinvasi, stratum korneum yang dikeratinasi hanya dikolonisasi. Meskipun
demikian, keberadaan jamur dan produk metabolitnya biasanya menimbulkan respon
alergi dan peradangan eksim pada hospes.
Jenis dan beratnya respon hospes sering berhubungan dengan spesies dan strain dari
dermatofita yang menyebabkan infeksi. Kedua, dermatofita adalah satu-satunya jamur
yang bergantung pada infeksi pada manusia atau binatang untuk bertahan dan
menyebarkan spesies mereka.
Manifestasi Klinis
Spesies antropofilik terutama bersifat parasit pada manusia (Tabel 1). Mereka tidak dapat
berkoloni pada binatang lain dan mereka tidak memiliki lingkungan yang lain. Dengan
kata lain, spesies geofilik secara normal tinggal di tanah dimana mereka diyakini
membusukkan debris yang bersifat keratin.
18. Beberapa spesies dapat menyebabkan infeksi pada binatang dan manusia setelah kontak
dengan tanah. Spesies zoofilik terutama menjadi parasit pada binatang dan infeksinya
dapat ditularkan kepada manusia setelah kontak dengan hospes binatang (Tabel 1).
Infeksi zoofilik biasanya merangsang respon hospes yang kuat dan pada kulit dimana
kontak dengan binatang infektif telah terjadi, misalnya pada tangan, tungkai bawah,
tubuh atau muka.
MIKOLOGI DASAR KLINIK – Graha ilmu
14. Dermatomikosis menular atau tidak?perantaranya apa?
Menular
Perantaranya: pakai spora, jamur sexual (spora)
Penularan: atrofilik(antar manusia),zoofilik(hewan mencit,kucing,kuda),geofilik (dari tanah)
19. 15. Apa faktor” yang mempengaruhi pertumbuhan jamur?
Suhu
Kelembaban
Pertumbuhan jamur(nutrisi)
Penyinaran matahari
Penggunaan obat steroid
Imunitas
Udara panas, HS yg , sosek .
Kegemukan
Pemakaian obat yang lama (Antibiotika,
Pil Kontrasepsi & Kortikosteroid)
Penyakit kronis (TBC, Keganasan)
Penyakit hormonal: DM
Mikologi Dasar Klinik – Graha Ilmu
16. Mengapa penyembuhan dari tengah?
Central healing adalah proses penyembuhan yang berada di bagian tengah lesi,
sedangkan bagian tepi lesi masih aktif. Umumnya central healing terjadi pada
penyakit yang disebabkan oleh jamur dikarenakan sifat jamur yang tumbuh secara
radier dan adanya produksi enzim keratolisis.
Potcket atlas of dermatolofy – Gled Klaus (THIEME)
STEP 4
fungi
langsung Tidak langsung
manusia
mikosis