SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
FILARIASIS
Dr.Wisda Widiastuti SpPD
Fakultas kedokteran
Universitas baiturrahmah 4A
BATASAN
 Penyakit yang disebabkan oleh infeksi
cacing nematoda dari subfamili
Filarioidea, yang menyerang sistem
getah bening dan jaringan subkutan
ETIOLOGI
Spesies Vektor
Wuchereria
bancrofti
Nyamuk culex,
Aedes, Anopheles
Brugia malayi Nyamuk Mansonia,
Anopheles
Brugia timori Nyamuk Mansonia,
Anopheles
EPIDEMIOLOGI
 Menginfeksi 200-300 juta jiwa
penduduk dunia
 Terutama daerah tropis, subtropis
termasuk Asia, Afrika dan Amerika
Selatan
 Cacing dewasa hidup di saluran getah
bening manusia
 Jantan lebih kecil
 Cacing betina bersifat viviparous 
mengeluarkan larva yg disebut
mikrofilaria
 Dalam tubuh nyamuk berkembang
menjadi larva infektif (larva
filariform)
 Bersifat periodik diurnal (mikrofilaria
berada dalam darah hanya pada
malam hari (jam 21.00-02.00)
 Penyakit ini sebabkan cacat seumur
hidup  ELEFANTISIS
Siklus hidup Filaria
 Mikrofilaria membutuhkan vektor, tanpa
bantuan vektor  1-2 th akan mati
 Mikrofilaria dalam vektor  bermigrasi ke
otot vektor (1-2 mgg)  stadium infektif
 Larva infektif ditemukan di mulut vektor 
siap dipindahkan ke manusia
 Larva filaria kulit  sirkulasi sistemik 
cacing dewasa (3-15 bln)  mikrofilaria
 Waktu dimana mikrofilaria optimal dalam
sikulasi sistemik  periodisitas
 W. bancrofti dan B. malayi  periodik
diurnal (malam hari)  pagi dan sore hari
sembunyi dikapiler paru  perubahan
tekanan O2 yang tidak menguntungkan
Prinsip patologi
 Cacing dewasa yang hidup di limfatik atau
sinus nodus limfatik  Reaksi inflamasi 
Terjadi dilatasi dan penebalan dinding
pembuluh limfe
 Cacing dewasa dan mikrofilaria  reaksi
hipersensitivitas tipe cepat (immediate
type) berupa infiltrasi sel limfosit, sel
plasma dan easinofil  hiperplasi endotel
dinding saluran getah bening, gejala
limfangitis akut dan trombosis
 Cacing mati  reaksi imunologis yang lebih
berat  Granulomatous reaction  obstruksi
saluran getah bening temporer
 Infeksi berulang sebabkan obstruksi saluran
getah bening permanen
 Infeksi kuman sreptokokkus sering terjadi 
reaksi radang dan obstuksi sal limfe berat
 Jaringan dinding saluran getah bening menebal
mengalami edema  proses fibrotik
 Obstruksi  Elefantiasis (pada tungkai)
“KAKI GAJAH”
 Bila pecah  Chyluria, chylothrax,
chylascites dsb
 Elefantiasis terjadi penderita pendatang
yang rentan
 Bila tidak terjadi infeksi berulang  Self
limiting disease karena terbentuk antibodi
GEJALA KLINIS
 Bervariasi tergantung :
 Daerah geografi
 Spesies parasit
 Respon imun penderita
 Intensitas infeksi
 Gejala tampak setelah 3 bulan infeksi
(masa tunas 8-12 bulan)
 Fase akut limfangitis dan limfadenitis
 Sembuh spontan bbrp hari
 kambuh
 Fase kronik  obstruksi  Elefantiasis
 Jarang < 20 tahun
 Sering dengan radang akut
 Fase akut limfangitis dan limfadenitis
 Demam sampai beberapa minggu
(40,60C, menggigil, berkeringat) nyeri
kepala, mual, muntah, fotofobi, nyeri otot.
 Acute abdomen  sal getah bening
abdominal
 Orchitis, epididymitis atau funiculitis yang
nyeri
 Limfadenitis  kelenjar getah bening
inguinal, femoral dan epitokanter
 Abses pecah  hiliran (sinus)
 Kelainan ginjal dikaitkan dengan adanya
mikrofilaria dalam darah  hematuria dan
proteinuria
 Tropical pulmonary eosinophilia 
 Kadar eosinofilia yang sangat tinggi
 Gejala mirip asma
 Penyakit paru restriktif (kadang
obstrukdif)
 Kadar antibodi spesifik anti filaria sangat
tinggi
 Respon pengobatan baik dengan terapi
anti filaria (DEC)
LABORATORIUM
 Pemeriksaan parasit sulit
 Pemeriksaan mikrofilaria 
 darah dan cairan tubuh lainnya
 sampel diambil malam hari (jam 22.00-
02.00) pada cuping telinga dengan
pewarnaan giemsa atau wright
 Pemeriksaan serologis  kurang
bermanfaat (tidak spesifik dan sensitif) 
IHA, bentonite flocculation dan tes IFA FA
DIAGNOSIS
 Anamnesis  berasal dari daerah
endemis
 Gejala saluran getah bening yang khas
 Diagnosis pasti
 Ditemukan parasit  sulit
 Ditemukan mikrofilaria pada sedian
hapus darah
 Mikrofilaria ditemukan juga dalam sedian
cairan getah bening, cairan hidrokel,
asites dan cairan pleura
TERAPI
 DIETILKARBAMASIN
 Dosis 2 mg/kgBB tiga kali sehari selama
3-4 minggu
 Membinasakan mikrofilaria dalam darah
dan cacing dewasa mandul
 Mikrofilaria yang mati  reaksi alergi
(demam tinggi)  aspirin, antihistamin
atau kortikosteroid
 Cegah reaksi alergi  antihistamin
sebelum diberikan dietilkarbamasin
PROGNOSIS
Elefantiasis  tidak baik
Bebat tekan atau operasi
plastik  hasil tidak
memuaskan
PENCEGAHAN
 Kontrol vektor nyamuk ( penyemprotan,
bunuh jentik2, cegah tempat nyamuk
bertelur)
 Pengobatan massal  dietilkarbamasin 4-
6mg/kgbb/mgg selama 12-24 mgg
Filariasis

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Giardia Lamblia
Giardia LambliaGiardia Lamblia
Giardia Lamblia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
 
Definisi etiologi non dermato dan dermato
Definisi etiologi non dermato dan dermatoDefinisi etiologi non dermato dan dermato
Definisi etiologi non dermato dan dermato
 
IDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUKIDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUK
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Filariasis limfatik
Filariasis limfatikFilariasis limfatik
Filariasis limfatik
 
Ppt DBD
Ppt DBDPpt DBD
Ppt DBD
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
 
Soal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban BakteriologiSoal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban Bakteriologi
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Demam Malaria
Demam MalariaDemam Malaria
Demam Malaria
 
Program filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmasProgram filariasis di puskesmas
Program filariasis di puskesmas
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
patofisiologfi diagnosis dan penatalaksanaan HIV aids
patofisiologfi diagnosis dan penatalaksanaan HIV aids patofisiologfi diagnosis dan penatalaksanaan HIV aids
patofisiologfi diagnosis dan penatalaksanaan HIV aids
 
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
 

Similar to Filariasis (20)

Askep elephantiasis
Askep elephantiasisAskep elephantiasis
Askep elephantiasis
 
Sistosomiasis
SistosomiasisSistosomiasis
Sistosomiasis
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Filariasis
Filariasis Filariasis
Filariasis
 
Ankilostmiasis dan necatoriasis
Ankilostmiasis dan necatoriasisAnkilostmiasis dan necatoriasis
Ankilostmiasis dan necatoriasis
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Yersinia sp
Yersinia spYersinia sp
Yersinia sp
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
 
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
 
Infeksi Parasit
Infeksi ParasitInfeksi Parasit
Infeksi Parasit
 
Makalah kaki gajah
Makalah kaki gajahMakalah kaki gajah
Makalah kaki gajah
 
Makalah kaki gajah
Makalah kaki gajahMakalah kaki gajah
Makalah kaki gajah
 
6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf
 
Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2Makalah kaki gajah 2
Makalah kaki gajah 2
 

More from fikri asyura (20)

Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Tb
TbTb
Tb
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Askariasis
AskariasisAskariasis
Askariasis
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Ankilostomiasis
AnkilostomiasisAnkilostomiasis
Ankilostomiasis
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
P petri dbd
P petri dbdP petri dbd
P petri dbd
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 
P petri malaria
P petri malariaP petri malaria
P petri malaria
 
P petri leptospirosis
P petri leptospirosisP petri leptospirosis
P petri leptospirosis
 
P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 
P 4a hepatitis a
P 4a hepatitis aP 4a hepatitis a
P 4a hepatitis a
 
P 4a gerd
P 4a gerdP 4a gerd
P 4a gerd
 

Recently uploaded

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 

Recently uploaded (20)

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 

Filariasis

  • 1. FILARIASIS Dr.Wisda Widiastuti SpPD Fakultas kedokteran Universitas baiturrahmah 4A
  • 2. BATASAN  Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing nematoda dari subfamili Filarioidea, yang menyerang sistem getah bening dan jaringan subkutan
  • 3. ETIOLOGI Spesies Vektor Wuchereria bancrofti Nyamuk culex, Aedes, Anopheles Brugia malayi Nyamuk Mansonia, Anopheles Brugia timori Nyamuk Mansonia, Anopheles
  • 4.
  • 5. EPIDEMIOLOGI  Menginfeksi 200-300 juta jiwa penduduk dunia  Terutama daerah tropis, subtropis termasuk Asia, Afrika dan Amerika Selatan  Cacing dewasa hidup di saluran getah bening manusia  Jantan lebih kecil
  • 6.
  • 7.  Cacing betina bersifat viviparous  mengeluarkan larva yg disebut mikrofilaria  Dalam tubuh nyamuk berkembang menjadi larva infektif (larva filariform)  Bersifat periodik diurnal (mikrofilaria berada dalam darah hanya pada malam hari (jam 21.00-02.00)  Penyakit ini sebabkan cacat seumur hidup  ELEFANTISIS
  • 8. Siklus hidup Filaria  Mikrofilaria membutuhkan vektor, tanpa bantuan vektor  1-2 th akan mati  Mikrofilaria dalam vektor  bermigrasi ke otot vektor (1-2 mgg)  stadium infektif  Larva infektif ditemukan di mulut vektor  siap dipindahkan ke manusia
  • 9.  Larva filaria kulit  sirkulasi sistemik  cacing dewasa (3-15 bln)  mikrofilaria  Waktu dimana mikrofilaria optimal dalam sikulasi sistemik  periodisitas  W. bancrofti dan B. malayi  periodik diurnal (malam hari)  pagi dan sore hari sembunyi dikapiler paru  perubahan tekanan O2 yang tidak menguntungkan
  • 10.
  • 11. Prinsip patologi  Cacing dewasa yang hidup di limfatik atau sinus nodus limfatik  Reaksi inflamasi  Terjadi dilatasi dan penebalan dinding pembuluh limfe  Cacing dewasa dan mikrofilaria  reaksi hipersensitivitas tipe cepat (immediate type) berupa infiltrasi sel limfosit, sel plasma dan easinofil  hiperplasi endotel dinding saluran getah bening, gejala limfangitis akut dan trombosis
  • 12.  Cacing mati  reaksi imunologis yang lebih berat  Granulomatous reaction  obstruksi saluran getah bening temporer  Infeksi berulang sebabkan obstruksi saluran getah bening permanen  Infeksi kuman sreptokokkus sering terjadi  reaksi radang dan obstuksi sal limfe berat  Jaringan dinding saluran getah bening menebal mengalami edema  proses fibrotik
  • 13.  Obstruksi  Elefantiasis (pada tungkai) “KAKI GAJAH”  Bila pecah  Chyluria, chylothrax, chylascites dsb  Elefantiasis terjadi penderita pendatang yang rentan  Bila tidak terjadi infeksi berulang  Self limiting disease karena terbentuk antibodi
  • 14. GEJALA KLINIS  Bervariasi tergantung :  Daerah geografi  Spesies parasit  Respon imun penderita  Intensitas infeksi  Gejala tampak setelah 3 bulan infeksi (masa tunas 8-12 bulan)
  • 15.  Fase akut limfangitis dan limfadenitis  Sembuh spontan bbrp hari  kambuh  Fase kronik  obstruksi  Elefantiasis  Jarang < 20 tahun  Sering dengan radang akut
  • 16.  Fase akut limfangitis dan limfadenitis  Demam sampai beberapa minggu (40,60C, menggigil, berkeringat) nyeri kepala, mual, muntah, fotofobi, nyeri otot.  Acute abdomen  sal getah bening abdominal  Orchitis, epididymitis atau funiculitis yang nyeri  Limfadenitis  kelenjar getah bening inguinal, femoral dan epitokanter  Abses pecah  hiliran (sinus)
  • 17.  Kelainan ginjal dikaitkan dengan adanya mikrofilaria dalam darah  hematuria dan proteinuria  Tropical pulmonary eosinophilia   Kadar eosinofilia yang sangat tinggi  Gejala mirip asma  Penyakit paru restriktif (kadang obstrukdif)  Kadar antibodi spesifik anti filaria sangat tinggi  Respon pengobatan baik dengan terapi anti filaria (DEC)
  • 18.
  • 19.
  • 20. LABORATORIUM  Pemeriksaan parasit sulit  Pemeriksaan mikrofilaria   darah dan cairan tubuh lainnya  sampel diambil malam hari (jam 22.00- 02.00) pada cuping telinga dengan pewarnaan giemsa atau wright  Pemeriksaan serologis  kurang bermanfaat (tidak spesifik dan sensitif)  IHA, bentonite flocculation dan tes IFA FA
  • 21. DIAGNOSIS  Anamnesis  berasal dari daerah endemis  Gejala saluran getah bening yang khas  Diagnosis pasti  Ditemukan parasit  sulit  Ditemukan mikrofilaria pada sedian hapus darah  Mikrofilaria ditemukan juga dalam sedian cairan getah bening, cairan hidrokel, asites dan cairan pleura
  • 22. TERAPI  DIETILKARBAMASIN  Dosis 2 mg/kgBB tiga kali sehari selama 3-4 minggu  Membinasakan mikrofilaria dalam darah dan cacing dewasa mandul  Mikrofilaria yang mati  reaksi alergi (demam tinggi)  aspirin, antihistamin atau kortikosteroid  Cegah reaksi alergi  antihistamin sebelum diberikan dietilkarbamasin
  • 23. PROGNOSIS Elefantiasis  tidak baik Bebat tekan atau operasi plastik  hasil tidak memuaskan
  • 24. PENCEGAHAN  Kontrol vektor nyamuk ( penyemprotan, bunuh jentik2, cegah tempat nyamuk bertelur)  Pengobatan massal  dietilkarbamasin 4- 6mg/kgbb/mgg selama 12-24 mgg