SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG
KARSINOMA MAMMAE
Pembimbing:
dr. khomeini Sp.B
TINJAUAN PUSTAKA
 Eropa Utara, Amerika Utara merupakan area insiden tinggi, Eropa
Selatan, Amerika Selatan merupakan area insiden sedang, Asia,
Afrika merupakan area insiden rendah.
*Sumber: http://www.news-medical.net/health/Breast-Cancer-Epidemiology.aspx
Epidemiologi
Epidemiologi di Indonesia
 Menempati urutan kedua setelah kanker mulut rahim
 Rata-rata 10 dari 100.000 wanita di Indonesia menderita
kanker payudara
 Karsinoma mammae jarang sebelum umur 25 tahun dan
tidak biasa sebelum umur 30 tahun, tetapi insidensinya
meningkat dengan cepat setelah umur 30 tahun dengan
rata-rata medium age 60 tahun.
Sumber: Data Departemen Kesehatan RI tahun 2010
Etiologi dan Faktor Risiko
 Etiologi: belum ada penyebab spesifik.
Faktor
resiko
Unchangeable
1. Umur > 45 tahun
2. Menarche usia dini
3. Menopause usia lanjut
4. Riwayat keluarga
5. Riwayat penyakit payudara
jinak
Changeable
1. Riwayat kehamilan
2. Obesitas & konsumsi lemak tinggi
3. Penggunaan hormon & kontrasepsi
oral
4. Konsumsi alkohol dan rokok
5. Riwayat keterpaparan radiasi
Anatomi Payudara
 Payudara terdiri atas 12 sampai
dengan 20 lobulus kelenjar yang
masing-masing mempunyai saluran
ke papilla mammae, yang disebut
duktus laktiferus.
 Bagian lateral atasnya, jaringan ini
keluar dari bulatannya ke arah
aksila, disebut penonjolan Spence
atau ekor payudara.
 Di antara kelenjar susu dan fascia
pektoralis, juga di antara kulit dan
kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak.
 Di antara lobulus tersebut terdapat
jaringan ikat yang disebut
ligamentum cooper yang memberi
rangka untuk payudara.
 Payudara diinervasi atau diperdarahi oleh cabang :
1. a.mammaria interna yang mendarahi tepi medial
2. a.thorakalis lateralis (mammaria eksterna) yang mendarahi bagian
lateral
3. a.thorako-akromialis yang mendarahi bagian dalam
4. a.thorako-dorsalis yang mandarahi m.latissimus dorsi dan m.serratus
magnus
 Aliran limfe dari payudara dibagi menjadi 3:
1. dari kulit payudara yang mengalir ke supraclavicula, mammaria
interna, dan pektoralis
2. dari papilla dan areola mengalir ke plexus subareola
3. dari jaringan payudara yang mengalir ke plexus pektoralis.
FISIOLOGIPAYUDARA
Pubertas: duktus
laktiferus
berkembang
Siklus menstruasi: hari ke 8
haid, payudara menjadi lebih
besar. Pembesaran maksimal
setelah beberapa hari haid.
Beberapa hari menjelang haid,
payudara tegang dan nyeri
Hamil dan menyusui: payudara
menjadi besar karena epitel
duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi dan tumbuh duktus
baru. Sekresi hormon prolaktin
dari hipofisis anterior memicu
proses laktasi, air susu diproduksi
oleh sel alveolus dan mengisi
asinus yang kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.
Manifestasi Klinis
1. Bejolan keras di payudara (tidak
nyeri, kecilbesar, melekat pada
kulit)
2. Puting berubah (masuk ke dalam /
retraksi, terasa sakit,
mengeluarkan cairan / darah)
3. Perubahan pada kulit payudara:
berkerut, iritasi seperti kulit jeruk
4. Benjolan-benjolan kecil
5. Luka di payudara yang sulit sembuh
6. Payudara terasa panas, merah &
bengkak
7. Gatal di daerah sekitar puting
8. Benjolan keras terfiksasi
9. Bila benjolan itu kanker, awalnya
biasanya pada 1 payudara saja
Patofisiologi
Klasifikasi CA Mammae
In situ breast cancer
Ductal
carsinoma
in situ
(DCIS)
Lobular
carsinoma
in situ
(LCIS)
Invasive breast
cancer
Invasive Ductal
Carsinoma (IDC )
Invasive Lobular
Carsinoma ( ILC )
Tipe yang jarang
Medullary Carcinoma
Tubular carcinoma
Sarcoma
Micropapillary
carcinoma
Penyakit
Paget
Ukuran
Tumor (T)
Interpretasi
T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor
Tis Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in
situ (DCIS), atau Paget’s disease
T1 Diameter tumor ≤ 2cm
T1a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T1b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T2 Diameter tumor 2-5 cm
T2a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T2b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T3 Diameter tumor > 5 cm
T3a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T3b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis
T4 Berapa pun diameternya, tumor telah melekat pada
dinding dada dan mengenai pectoral lymph node
T4a Dengan fiksasi ke dinding toraks
T4b Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi di kulit
STADIUM
TUMOR
Palpable Lymph Node (N) Interpretasi
N0 Kanker belum menyebar ke lymph node
N1 Kanker telah menyebar ke axillary lymph
node ipsilateral dan dapat digerakkan
N2 Kanker telah menyebar ke axillary lymph
node ipsilateral dan melekat antara satu
sama lain (konglumerasi) atau melekat
pada struktur lengan
N3 Kanker telah menyebar ke mammary
lymph node atau supraclavicular lymph
node ipsilateral
Metastase Interpretasi
M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh
M1 Metastase ke organ jauh
Stadium Ukuran
Tumor
Palpable
Lymph Node
Metastase
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T1
T2
N1
N0
M0
M0
IIB T2
T3
N1
N0
M0
M0
IIIA T1, T2
T3
N2
N1
M0
M0
IIIB T4 N3 M0
IV T N M1
Stadium I T1a, T1b N0, N1a, N1b M0
Tumor terbatas pada payudara
dan dapat digerakkan dari otot
dinding dada
Stadium II T0, T1a, T1b
T2a, T2b
T2a, T2b
N1b
N0, N1a
N1b
M0
M0
M0
Tumor terbatas pada payudara,
dapat digerakkan dari
muskulus
pektoralis dan teraba kelenjar
aksiler yang masih dapat
digerakkan.
Stadium IIIa
Stadium IIIb
T3a, T3b
T1a,b, T2a,b, T3
T1a,b, T2a,b, T3a, b
T4a,b,c
N0, N1
N2
N3
Setiap N
M0
M0
M0
M0
Tumor melekat pada muskulus
pektoralis atau dinding dada.
Infiltrasi
kulit yang luas atau terdapat
"Pear e'orange" (kulit berkerut
seperti
kulit jeruk). Kelenjar aksiler
tidak dapat digerakkan atau
teraba
kelenjar limfe supraklavikuler
atau kelenjar limfa aksiler yang
berlawanan (kontra-lateral).
Stadium IV Setiap T Setiap N MI Metastasis di tulang, paru-paru,
hati, otak, dan lain-lain
Diagnosis
Anamnesis
• Letak benjolan, sejak kapan mulai timbul, kecepatan tumbuhnya,
gejala penyerta seperti ada tidaknya nyeri, jenis dan jumlah cairan
yang keluar dari puting, perubahan bentuk dan besar payudara,
hubungannya dengan haid, perubahan pada kulit, dan retraksi puting
susu.
• Faktor risiko yang perlu diketahui antara lain: riwayat keluarga yang
terkena kanker payudara dan atau kanker ovarium, riwayat obstetri
dan ginekologi, terapi hormonal, riwayat operasi/aspirasi benjolan di
payudara sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Pasien duduk tegak , tangan diangkat lurus keatas  Bentuk
payudara, warna kulit, dimpling, retraksi papil, kulit jeruk.
 Palpasi
- Berbaring dengan bantal tipis di punggung  Palpasi benjolan
(jumlah, ukuran, bentuk, batas, mobile/tidak, nyeri/-), memijat
halus puting susu keluar cairan/darah)
- Duduk  Perabaan KGB aksila, supraklavikula.
SADARI
Mammografi
Massa padat dengan atau tanpa
gambaran seperti bintang (stellate),
penebalan asimetris jaringan
mammae dan kumpulan
mikrokalsifikasi
Pemeriksaan penunjang
 Mammografi
• memperlihatkan kelainan pada payudara dalam
bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi.
• akurasi sampai 90%.
USG
Kista mammae mempunyai
gambaran dengan batas yang tegas
dengan batas yang halus dan daerah
bebas echo di bagian tengahnya.
Massa payudara jinak biasanya
menunjukkan kontur yang halus,
berbentuk oval atau bulat, echo yang
lemah di bagian sentral dengan batas
yang tegas.
Karsinoma mammae disertai
dengan dinding yang tidak beraturan,
tetapi dapat juga berbatas tegas
dengan peningkatan akustik.
MRI
Dapat menentukan penyebaran
dari karsinoma terutama
karsinoma lobuler atau
menentukan respon terhadap
kemoterapi neoadjuvan.
 PET Scan
• menggambarkan anatomi dan metabolisme sel
kanker.
• digunakan sebagai pelengkap data dari hasil
CTscan, MRI.
BIOPSI
Fine-needle
aspiration biopsy
(FNAB) dilanjutkan deng
an pemeriksaan sitologi
merupakan cara praktis
dan lebih murah daripada
biopsi eksisional dengan
resiko yang rendah.
Insidensi false-positive
dalam diagnosis adalah
sangat rendah, sekitar 1-
2% dan tingkat false-
negative sebesar 10%.
Large-needle (core-needle) biopsy
mengambil bagian sentral atau inti jaringan
dengan jarum yang besar. Mudah dilakukan
diklinik dan cost-effective
Open biopsy
dapat berupa biopsy insisional at
au biopsi eksisional. Pada biopsi
insisional mengambil sebagian
massa payudara yang dicurigai,
dilakukan bila tidak tersedianya
core-needle biopsy
Pada biopsi eksisional, seluruh
massa payudara diambil.
FNAB ( Fine Needle Aspiration Biopsy)
BIOMARKER
Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae
antara lain petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen
(PNCA), BrUdr dan Ki-67; petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2;
petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth
factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; growth factors dan
growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-2/
neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan p53.
Skrinning kanker payudara
American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan
Breast Self Examination secara rutin setiap bulan mulai usia 20 tahun,
clinical breast examination oleh seorang tenaga kesehatan
Professional
 Setiap 3 tahun untuk wanita usia antara 20-39 tahun
 Setiap tahunnya setelah usia 40 tahun,
 Mamografi dilakukan setiap tahunnya untuk usia 40 tahun ke atas.
 Untuk wanita yang termasuk risiko tinggi, disarankan untuk
melakukan mamografi saat usia 35 atau 40 tahun, kemudian tiap 2-
3 tahun sampai usia 50 tahun.
 Untuk wanita usia 50-69 tahun, mamografi dan CBE dianjurkan
setiap1-2 tahun. Setelah usia 70 tahun,keuntungan mamografi
sedikit sekali dilaporkan.
 Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk membedakan apakah
Benjolan merupakan lesi nodular atau kistik
Prognosis
Stadium Angka kelangsungan hidup
5 tahun
0
I
IIA
IIB
IIIA
IIIB
IV
100%
98%
88%
76%
56%
49%
16%
Tatalaksana
 Stadium I, II, II awal (stadium operable) : sifat
pengobatannya kuratif
Stadium I, II pengobatan : radikal mastektomi atau
modified radikal mastektomi dengan atau tanpa
radiasi dan sitostatika ajuvan
Stadium IIIA : simple mastektomi dengan radiasi
dengan sitostatika ajuvan
 Stadium IIIB dan IV : sifat pengobatan : paliatif
Operatif
 Operabel locally advanced : Mastektomi radikal Modified
atau mastektomi radikal klasik, dilanjutkan dengan
radioterapi dan kemoterapi adjuvant
 Inoperabel locally advanced:
Diberikan neoadjuvan kemoterapi 3 siklus, nilai respon.
Bila respon parsial atau kompletdilakukan mastektomi
radika modified atau mastektomi radikal klasik. Bila
respon minimal atau rogresif ganti regimen kemoterapi
dengan second line kemoterapi dan radioterapi. Paska
pembedahan kemoterapi dilengkapi sampai 6 siklus, 1
bulan paska kemoterapi diberikan radiasi lokoregional.
Hormonal terapi diberikan bila ER atau PR positif.
PROGNOSIS
Five years survival stadium IIIB : 49 %
Modalitas terapi pada kanker payudara
terdiri atas:
1. Operatif
Jenis operasi yang dapat digunakan untuk terapi kanker
payudara adalah:
- BCS (Breast Conserving Surgery)
Merupakan tindakan operasi yang dapat dilakukan
apabila penderita masih ingin mempertahankan
payudaranya. BCS merupakan pilihan apabila tumor tidak
multipel,tidak terletak di sentral, mamografi tidak
memperlihatkan adanya tanda keganasan lain yang difus :
penderita belum pernah mendapatkan terapi radiasi di
dada, dapat kontrol teratur, dan tersedia sarana radio
terapi yang memadai.
Pembedahan
- Lumpektomi:
Operasi ini hanya
menghilangkan benjolan
payudara dan beberapa
jaringan normal di
sekitarnya. Pengobatan
radiasi biasanya diberikan
setelah operasi jenis ini.
- Mastektomi:
Mengangkat semua jaringan payudara, jaringan terdekat
lainnya juga ikut diangkat
a. Mastektomi total / sederhana
Seluruh payudara diangkat, tetapi tidak termasuk kelenjar
limfe aksila dan otot pektoralis
b. Mastektomi radikal termodifikasi
Operasi ini melibatkan pengangkatan seluruh payudara
serta beberapa kelenjar getah bening di bawah lengan
tetapi tetap mempertahankan otot pektoralis mayor dan
minor
c. Mastektomi radikal klasik
Mengangkat seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan
minor serta kelenjar limfe aksila
Radioterapi
Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi
tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker
ataupun menyusutkan ukuran tumornya
Penggunaan obat pembunuh sel kanker. Obat ini bisa
dimasukkan melalui infus vena, suntikan, dalam
bentuk pil atau cairan.
1. Kemoterapi ajuvan
2. Kemoterapi neoajuvan
3. Kemoterapi untuk kanker payudara stadium lanjut
Kemoterapi
 Kemoterapi dalam penatalaksanaan kanker payudara
haruslah kombinasi. Adapun kombinasi yang sering
dipakai antara lain:
o CMF (Cyclophospamide, Metotreksat, 5 Fluoro Uracil)
o CEF (Cyclophospamide, Epirubicin, 5 Fluoro Uracil)
o CAF (Cyclophospamide, Adriamycin , 5 Fluoro Uracil)
o Taxane + Doxorubicin
o Capecetabin
Terapi Hormon
Obat-obatan yang digunakan dalam terapi hormon:
1. Tamoxifen ® dan toremifene (Fareston ®)
2. Fulvestrant
3. Aromatase inhibitor
Terapi hormonal dapat terdiri dari :
- Ablative : bilateral ovarektomi
- Additive: Tamoxifen
- Optional: aromatase inhibitor, GnRH
Terima Kasih
Terapi biologis (molecular targetting therapy)
Adapun terapi yang dilakukan terbagi atas :
a. Kanker payudara stadium 0 : Dilakukan BCS atau mastektomi
simpel
b. Kanker payudara stadium dini atau operabel : Dilakukan tindakan
pembedahan ( BCS, mastektomi radikal, atau mastektomi radikal
modifikasi), yang disertai dengan pemberian terapi adjuvant (baik
berupa radiasi, kemoterapi, maupun terapi hormonal)
c. Kanker Payudara lokal lanjut
 Operabel : Mastektomi simpel + radiasi kuratif + kemoterapi
adjuvant + terapi hormonal
 Inoperabel:
1. Radiasi kuratif +kemoterapi + Terapi hormonal
2. Radiasi + operasi + kemoterapi + terapi hormonal
3. Kemoterapi Neoadjuvant + Operasi + Kemoterapi +
Radiasi + Terapi hormonal
4. Kanker Payudara Lanjut metastase Jauh
 Sifat terapi paliatif
 Terapi primer berupa terapi sistemik (kemoterapi
dan terapi hormonal)
 Terapi Tokoregional (radiasi dan pembedahan)
apabila diperlukan

More Related Content

What's hot

10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsiaJoni Iswanto
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
PPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokPPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokesty lebi
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviksDea Fahmi
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalTri Kusniati
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitAzis Aimaduddin
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary surveyIra Rahmawati
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 

What's hot (20)

Shock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi CairanShock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi Cairan
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
PPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokPPT macam-macam syok
PPT macam-macam syok
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviks
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Referat mioma uteri
Referat mioma uteriReferat mioma uteri
Referat mioma uteri
 
Referat low back pain
Referat low back painReferat low back pain
Referat low back pain
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 

Similar to KANKER PAYUDARA (20)

Carcinoma mammae (1).pptx
Carcinoma mammae (1).pptxCarcinoma mammae (1).pptx
Carcinoma mammae (1).pptx
 
130565941 ca-mamae-ppt
130565941 ca-mamae-ppt130565941 ca-mamae-ppt
130565941 ca-mamae-ppt
 
Askep ca mamae
Askep ca mamaeAskep ca mamae
Askep ca mamae
 
Askep ca mamae
Askep ca mamaeAskep ca mamae
Askep ca mamae
 
Medis mamae
Medis mamaeMedis mamae
Medis mamae
 
Medis mamae
Medis mamaeMedis mamae
Medis mamae
 
Tumor Payudara (1).ppt
Tumor Payudara (1).pptTumor Payudara (1).ppt
Tumor Payudara (1).ppt
 
Ginekologi kanker payudara
Ginekologi   kanker payudaraGinekologi   kanker payudara
Ginekologi kanker payudara
 
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
 
Mencegah kanker payudara
Mencegah kanker payudaraMencegah kanker payudara
Mencegah kanker payudara
 
Mencegah kanker payudara
Mencegah kanker payudaraMencegah kanker payudara
Mencegah kanker payudara
 
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
Maternitas AKPER PEMKAB MUNA
 
Ca mammae AKPER PEMKAB MUNA
Ca mammae AKPER PEMKAB MUNA Ca mammae AKPER PEMKAB MUNA
Ca mammae AKPER PEMKAB MUNA
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Kanker payudara
Kanker payudaraKanker payudara
Kanker payudara
 
Kanker payudara
Kanker payudaraKanker payudara
Kanker payudara
 
Ppt kelompok iii
Ppt kelompok iiiPpt kelompok iii
Ppt kelompok iii
 
Tumor Payudara.pptx
Tumor Payudara.pptxTumor Payudara.pptx
Tumor Payudara.pptx
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 

More from fikri asyura (20)

Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Tb
TbTb
Tb
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 a
 
Sistosomiasis
SistosomiasisSistosomiasis
Sistosomiasis
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Askariasis
AskariasisAskariasis
Askariasis
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Ankilostomiasis
AnkilostomiasisAnkilostomiasis
Ankilostomiasis
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
P petri dbd
P petri dbdP petri dbd
P petri dbd
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 
P petri malaria
P petri malariaP petri malaria
P petri malaria
 

Recently uploaded

Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 

Recently uploaded (20)

Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 

KANKER PAYUDARA

  • 1. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG KARSINOMA MAMMAE Pembimbing: dr. khomeini Sp.B
  • 3.  Eropa Utara, Amerika Utara merupakan area insiden tinggi, Eropa Selatan, Amerika Selatan merupakan area insiden sedang, Asia, Afrika merupakan area insiden rendah. *Sumber: http://www.news-medical.net/health/Breast-Cancer-Epidemiology.aspx Epidemiologi
  • 4. Epidemiologi di Indonesia  Menempati urutan kedua setelah kanker mulut rahim  Rata-rata 10 dari 100.000 wanita di Indonesia menderita kanker payudara  Karsinoma mammae jarang sebelum umur 25 tahun dan tidak biasa sebelum umur 30 tahun, tetapi insidensinya meningkat dengan cepat setelah umur 30 tahun dengan rata-rata medium age 60 tahun. Sumber: Data Departemen Kesehatan RI tahun 2010
  • 5. Etiologi dan Faktor Risiko  Etiologi: belum ada penyebab spesifik. Faktor resiko Unchangeable 1. Umur > 45 tahun 2. Menarche usia dini 3. Menopause usia lanjut 4. Riwayat keluarga 5. Riwayat penyakit payudara jinak Changeable 1. Riwayat kehamilan 2. Obesitas & konsumsi lemak tinggi 3. Penggunaan hormon & kontrasepsi oral 4. Konsumsi alkohol dan rokok 5. Riwayat keterpaparan radiasi
  • 6. Anatomi Payudara  Payudara terdiri atas 12 sampai dengan 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus laktiferus.  Bagian lateral atasnya, jaringan ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara.  Di antara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.  Di antara lobulus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara.
  • 7.  Payudara diinervasi atau diperdarahi oleh cabang : 1. a.mammaria interna yang mendarahi tepi medial 2. a.thorakalis lateralis (mammaria eksterna) yang mendarahi bagian lateral 3. a.thorako-akromialis yang mendarahi bagian dalam 4. a.thorako-dorsalis yang mandarahi m.latissimus dorsi dan m.serratus magnus  Aliran limfe dari payudara dibagi menjadi 3: 1. dari kulit payudara yang mengalir ke supraclavicula, mammaria interna, dan pektoralis 2. dari papilla dan areola mengalir ke plexus subareola 3. dari jaringan payudara yang mengalir ke plexus pektoralis.
  • 8.
  • 9. FISIOLOGIPAYUDARA Pubertas: duktus laktiferus berkembang Siklus menstruasi: hari ke 8 haid, payudara menjadi lebih besar. Pembesaran maksimal setelah beberapa hari haid. Beberapa hari menjelang haid, payudara tegang dan nyeri Hamil dan menyusui: payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu proses laktasi, air susu diproduksi oleh sel alveolus dan mengisi asinus yang kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
  • 10. Manifestasi Klinis 1. Bejolan keras di payudara (tidak nyeri, kecilbesar, melekat pada kulit) 2. Puting berubah (masuk ke dalam / retraksi, terasa sakit, mengeluarkan cairan / darah) 3. Perubahan pada kulit payudara: berkerut, iritasi seperti kulit jeruk 4. Benjolan-benjolan kecil 5. Luka di payudara yang sulit sembuh 6. Payudara terasa panas, merah & bengkak 7. Gatal di daerah sekitar puting 8. Benjolan keras terfiksasi 9. Bila benjolan itu kanker, awalnya biasanya pada 1 payudara saja
  • 12. Klasifikasi CA Mammae In situ breast cancer Ductal carsinoma in situ (DCIS) Lobular carsinoma in situ (LCIS) Invasive breast cancer Invasive Ductal Carsinoma (IDC ) Invasive Lobular Carsinoma ( ILC ) Tipe yang jarang Medullary Carcinoma Tubular carcinoma Sarcoma Micropapillary carcinoma Penyakit Paget
  • 13. Ukuran Tumor (T) Interpretasi T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor Tis Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in situ (DCIS), atau Paget’s disease T1 Diameter tumor ≤ 2cm T1a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis T1b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis T2 Diameter tumor 2-5 cm T2a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis T2b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis T3 Diameter tumor > 5 cm T3a Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis T3b Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis T4 Berapa pun diameternya, tumor telah melekat pada dinding dada dan mengenai pectoral lymph node T4a Dengan fiksasi ke dinding toraks T4b Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi di kulit STADIUM TUMOR
  • 14. Palpable Lymph Node (N) Interpretasi N0 Kanker belum menyebar ke lymph node N1 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan dapat digerakkan N2 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan melekat antara satu sama lain (konglumerasi) atau melekat pada struktur lengan N3 Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau supraclavicular lymph node ipsilateral Metastase Interpretasi M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh M1 Metastase ke organ jauh
  • 15. Stadium Ukuran Tumor Palpable Lymph Node Metastase 0 Tis N0 M0 I T1 N0 M0 IIA T1 T2 N1 N0 M0 M0 IIB T2 T3 N1 N0 M0 M0 IIIA T1, T2 T3 N2 N1 M0 M0 IIIB T4 N3 M0 IV T N M1
  • 16. Stadium I T1a, T1b N0, N1a, N1b M0 Tumor terbatas pada payudara dan dapat digerakkan dari otot dinding dada Stadium II T0, T1a, T1b T2a, T2b T2a, T2b N1b N0, N1a N1b M0 M0 M0 Tumor terbatas pada payudara, dapat digerakkan dari muskulus pektoralis dan teraba kelenjar aksiler yang masih dapat digerakkan. Stadium IIIa Stadium IIIb T3a, T3b T1a,b, T2a,b, T3 T1a,b, T2a,b, T3a, b T4a,b,c N0, N1 N2 N3 Setiap N M0 M0 M0 M0 Tumor melekat pada muskulus pektoralis atau dinding dada. Infiltrasi kulit yang luas atau terdapat "Pear e'orange" (kulit berkerut seperti kulit jeruk). Kelenjar aksiler tidak dapat digerakkan atau teraba kelenjar limfe supraklavikuler atau kelenjar limfa aksiler yang berlawanan (kontra-lateral). Stadium IV Setiap T Setiap N MI Metastasis di tulang, paru-paru, hati, otak, dan lain-lain
  • 17. Diagnosis Anamnesis • Letak benjolan, sejak kapan mulai timbul, kecepatan tumbuhnya, gejala penyerta seperti ada tidaknya nyeri, jenis dan jumlah cairan yang keluar dari puting, perubahan bentuk dan besar payudara, hubungannya dengan haid, perubahan pada kulit, dan retraksi puting susu. • Faktor risiko yang perlu diketahui antara lain: riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan atau kanker ovarium, riwayat obstetri dan ginekologi, terapi hormonal, riwayat operasi/aspirasi benjolan di payudara sebelumnya. Pemeriksaan Fisik
  • 18. Pemeriksaan Fisik  Inspeksi Pasien duduk tegak , tangan diangkat lurus keatas  Bentuk payudara, warna kulit, dimpling, retraksi papil, kulit jeruk.  Palpasi - Berbaring dengan bantal tipis di punggung  Palpasi benjolan (jumlah, ukuran, bentuk, batas, mobile/tidak, nyeri/-), memijat halus puting susu keluar cairan/darah) - Duduk  Perabaan KGB aksila, supraklavikula.
  • 20. Mammografi Massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi
  • 21. Pemeriksaan penunjang  Mammografi • memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi. • akurasi sampai 90%.
  • 22. USG Kista mammae mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik.
  • 23. MRI Dapat menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.
  • 24.  PET Scan • menggambarkan anatomi dan metabolisme sel kanker. • digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan, MRI.
  • 25. BIOPSI Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan deng an pemeriksaan sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan resiko yang rendah. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1- 2% dan tingkat false- negative sebesar 10%. Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan jarum yang besar. Mudah dilakukan diklinik dan cost-effective Open biopsy dapat berupa biopsy insisional at au biopsi eksisional. Pada biopsi insisional mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-needle biopsy Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara diambil.
  • 26. FNAB ( Fine Needle Aspiration Biopsy)
  • 27. BIOMARKER Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-67; petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2; petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; growth factors dan growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-2/ neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan p53.
  • 28. Skrinning kanker payudara American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan Breast Self Examination secara rutin setiap bulan mulai usia 20 tahun, clinical breast examination oleh seorang tenaga kesehatan Professional  Setiap 3 tahun untuk wanita usia antara 20-39 tahun  Setiap tahunnya setelah usia 40 tahun,  Mamografi dilakukan setiap tahunnya untuk usia 40 tahun ke atas.  Untuk wanita yang termasuk risiko tinggi, disarankan untuk melakukan mamografi saat usia 35 atau 40 tahun, kemudian tiap 2- 3 tahun sampai usia 50 tahun.  Untuk wanita usia 50-69 tahun, mamografi dan CBE dianjurkan setiap1-2 tahun. Setelah usia 70 tahun,keuntungan mamografi sedikit sekali dilaporkan.  Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk membedakan apakah Benjolan merupakan lesi nodular atau kistik
  • 30. Stadium Angka kelangsungan hidup 5 tahun 0 I IIA IIB IIIA IIIB IV 100% 98% 88% 76% 56% 49% 16%
  • 31. Tatalaksana  Stadium I, II, II awal (stadium operable) : sifat pengobatannya kuratif Stadium I, II pengobatan : radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika ajuvan Stadium IIIA : simple mastektomi dengan radiasi dengan sitostatika ajuvan  Stadium IIIB dan IV : sifat pengobatan : paliatif
  • 32. Operatif  Operabel locally advanced : Mastektomi radikal Modified atau mastektomi radikal klasik, dilanjutkan dengan radioterapi dan kemoterapi adjuvant  Inoperabel locally advanced: Diberikan neoadjuvan kemoterapi 3 siklus, nilai respon. Bila respon parsial atau kompletdilakukan mastektomi radika modified atau mastektomi radikal klasik. Bila respon minimal atau rogresif ganti regimen kemoterapi dengan second line kemoterapi dan radioterapi. Paska pembedahan kemoterapi dilengkapi sampai 6 siklus, 1 bulan paska kemoterapi diberikan radiasi lokoregional. Hormonal terapi diberikan bila ER atau PR positif.
  • 33. PROGNOSIS Five years survival stadium IIIB : 49 %
  • 34. Modalitas terapi pada kanker payudara terdiri atas: 1. Operatif Jenis operasi yang dapat digunakan untuk terapi kanker payudara adalah: - BCS (Breast Conserving Surgery) Merupakan tindakan operasi yang dapat dilakukan apabila penderita masih ingin mempertahankan payudaranya. BCS merupakan pilihan apabila tumor tidak multipel,tidak terletak di sentral, mamografi tidak memperlihatkan adanya tanda keganasan lain yang difus : penderita belum pernah mendapatkan terapi radiasi di dada, dapat kontrol teratur, dan tersedia sarana radio terapi yang memadai.
  • 35. Pembedahan - Lumpektomi: Operasi ini hanya menghilangkan benjolan payudara dan beberapa jaringan normal di sekitarnya. Pengobatan radiasi biasanya diberikan setelah operasi jenis ini.
  • 36. - Mastektomi: Mengangkat semua jaringan payudara, jaringan terdekat lainnya juga ikut diangkat a. Mastektomi total / sederhana Seluruh payudara diangkat, tetapi tidak termasuk kelenjar limfe aksila dan otot pektoralis
  • 37. b. Mastektomi radikal termodifikasi Operasi ini melibatkan pengangkatan seluruh payudara serta beberapa kelenjar getah bening di bawah lengan tetapi tetap mempertahankan otot pektoralis mayor dan minor
  • 38. c. Mastektomi radikal klasik Mengangkat seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor serta kelenjar limfe aksila
  • 39. Radioterapi Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan ukuran tumornya
  • 40. Penggunaan obat pembunuh sel kanker. Obat ini bisa dimasukkan melalui infus vena, suntikan, dalam bentuk pil atau cairan. 1. Kemoterapi ajuvan 2. Kemoterapi neoajuvan 3. Kemoterapi untuk kanker payudara stadium lanjut Kemoterapi
  • 41.  Kemoterapi dalam penatalaksanaan kanker payudara haruslah kombinasi. Adapun kombinasi yang sering dipakai antara lain: o CMF (Cyclophospamide, Metotreksat, 5 Fluoro Uracil) o CEF (Cyclophospamide, Epirubicin, 5 Fluoro Uracil) o CAF (Cyclophospamide, Adriamycin , 5 Fluoro Uracil) o Taxane + Doxorubicin o Capecetabin
  • 42. Terapi Hormon Obat-obatan yang digunakan dalam terapi hormon: 1. Tamoxifen ® dan toremifene (Fareston ®) 2. Fulvestrant 3. Aromatase inhibitor Terapi hormonal dapat terdiri dari : - Ablative : bilateral ovarektomi - Additive: Tamoxifen - Optional: aromatase inhibitor, GnRH
  • 44. Terapi biologis (molecular targetting therapy) Adapun terapi yang dilakukan terbagi atas : a. Kanker payudara stadium 0 : Dilakukan BCS atau mastektomi simpel b. Kanker payudara stadium dini atau operabel : Dilakukan tindakan pembedahan ( BCS, mastektomi radikal, atau mastektomi radikal modifikasi), yang disertai dengan pemberian terapi adjuvant (baik berupa radiasi, kemoterapi, maupun terapi hormonal) c. Kanker Payudara lokal lanjut  Operabel : Mastektomi simpel + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant + terapi hormonal  Inoperabel: 1. Radiasi kuratif +kemoterapi + Terapi hormonal 2. Radiasi + operasi + kemoterapi + terapi hormonal 3. Kemoterapi Neoadjuvant + Operasi + Kemoterapi + Radiasi + Terapi hormonal
  • 45. 4. Kanker Payudara Lanjut metastase Jauh  Sifat terapi paliatif  Terapi primer berupa terapi sistemik (kemoterapi dan terapi hormonal)  Terapi Tokoregional (radiasi dan pembedahan) apabila diperlukan