Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Dokumen ini menjelaskan pengertian, anatomi, fisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis keperawatan, dan tujuan intervensi untuk dermatitis.
2. PENGERTIAN
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis,
dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor
eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa eflorresensik polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skauma, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar
(eksogen) misalnya bahan kimia contohnya : detergen,
asam, basa, oli, semen) fisik (contoh : sinar,suhu),
(mikroorganisme: bakteri, jamur. Dapat pula dari dalam
(endogen) misalnya dermatitis atopik.
3.
4. ANATOMI & FISIOLOGI
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-
kira 15% BB. Kulit merupakan organ yang ensesial dan vital dan sangat
kompleks juga elastis dan sesitive dan bervariasi pada keadaan iklim, umur,
seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda
serta lembut, tiis dan tebalnya.
Kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama
1. Lapisan Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang terususun dari epitel
bertingkat dan tidak mempunyai pembuluh darah. Lapisan epidermis
terdiri atas :
a. Stratum Korneum,
b. Stratum Lusidium,
c. Stratum Granulosom,
d. Stratum Spinosum,
e. Stratum basal,
5. 2. Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis terutama disusun oleh sitem jaringan penyambung. Dermis
menjadi bantalan pelindung untuk struktur yang lebih dalam, yang melindungi
mereka dari trauma, dan lapisan ini juga memberi makanan epidermis dan
berperan penting dalam penyembuhan luka. Dermis mempunyai jumlah sel
khusus, misalnya sel mast, dan fibroblas juga : pembuluh darah, limpatik,
saraf, kelenjar keringat.
Dermis memiliki 2 lapisan:
a. Dermis papilaris superfisial
b. Dermis retikularis
3. Lapisan Subkutis
adalah kelanjutan dermis, teridiri atas jaringan ikat longgar berisi sel
sel lemak di dalamnya. Lapisan sel sel lemak disebut panikulus adiposa,
berfungsi sebgai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat ujungujung saraf
tepi, pembuluh darah, dan getah bening.
6. FUNGSI KULIT
1. Fungsi proteksi
kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat zat kimia
terutama yang bersifat iritan. Contohnya : lisol, karbol, asam dan alkali kuat
lainnya ; ganguan yang bersifat panas.
2. Fungsi Absorpsi
Kemampun absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
3. Fungsi ekresi, kelenjar kelenjar kulit mengeluarkan zat zat yang tidak
berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea,asam urat
dan amonia.
4. Fungsi presepsi
kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Dingin oleh bada badan Krause di dermis. Rabaan oleh badan taktil Meissner
di papila dermis. Tekanan oleh badan Vater Paccini di epdermis. Saraf-saraf
sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
7. 5. Fungsi Termogulasi
kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah. Kulit kaya akan pembuluh
darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal: melanosit adalah 10 : 1. Jumlah
melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan
warna kulit, ras, maupun individu.
7. Fungsi Kreatinisasi
lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya
menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit
menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung seumur hidup dan sampai
sekarang belum sepenuhnya dimengerti.
8. Fungsi Pembentukan Vit.D
dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari
11. MANIFESTASI KLINIS
1. Dematitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang
terjadi kontak
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul
sebelum 24-48 jam
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi 2, akut dan
kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan sampai terasa perih dan lecet. Gejala dimulai
dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi
kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis iritan , gatal dan merasa terbakarnya lebih terasa
dibandingkan dengan tipe alergi.
12. c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi 2, akut dan kronis. Saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih
dan lecet. Gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang
yang akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis iritan , gatal dan merasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan
dengan tipe alergi.
2. Dermatitis Atopik (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu :
a. DA infantil (2 bulan-2tahun), Lesi mula-mula tampak didaerah muka
berupa eritema, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi
eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta.
b. DA anak (2-10 tahun), Dapat berupa lanjutan dari DA infantil ataupun
timbul sendiri. Lokasi lesi dilipatan siku / lutut, pergelangan tangan ,
kelopak mata dan juga leher. DA berat yang lebih dari 50% dapat
menggangu pertumbuhan.
13. c. DA pada remaja dan dewasa, Pada remaja Lokasi di lipatan siku/lutut ,
samping leher, dahi, sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang
kalakteristik sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula
berlokasi setempat misalnya pada bibir vulva , puting / skalp.
3. Neurodermatitis sirkumsripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal didaerah leher , pergelangan tangan, lengan bawah, paha
atau mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal , kulit yang bersisik akibat
garukan atau penggosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun
4. Dermatitis nurmularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat sehingga dapat menggangu
b. Lesi berupa vesikel dan papulavesikel
c. Lamabat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
14. 5. Dermatitis statis
a. bercak-bercak dan bintik berwarna merah yang bersisik
b. Borok atau bisul pada kulit
c. Luka (lesi ) kulit
d. Rasa gatal dan kesemutan pada daerah yang terkena
15. -Fisik (sinar,suhu)
-mikroorganisme (bakteri, jamur)
Faktor dari dalem
(endogen)Faktor dari luar (eksogen)
Faktor yang berhubungan
- Genetik
- Lingkungan n
- Farmakologik
- Imunologik
Dermatitis
Dermatitis kontak (sabun, detergen,
zat kimia)
Berhubungan dengan peningkatan
kadar IgE dlm serum
Allergen sensitizen
Dermatitis atopic
Reaksi hipersensitivitas
Sel T
Iritan primer
Sensitisasi sel T oleh saluran limfe
Sel Langerhans dan makrofag
Mengiritasi kulit
Asma bronchial, rhinitis alergik
Kerusakan intrgritas kulitPeradangan kulit (lesi)
Ketidakefektifan pola nafas
Nyeri akut
Resiko infeksi
Gangguan citra tubuh
16. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola jalan nafas terganggu akibat
spasme otot-otot pernafasan, kerusakan neurologis.
2. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi
inflamasi.
3. Gangguan citra tubuh b.d perasaan malu terhadap
penampakan diri dan persepsi diri tentang
ketidakbersihan.
4. Nyeri akut b.d lesi kulit
5. Risiko infeksi b.d lesi, bercak-bercak merah pada
kulit.
17. Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, Pernafasan
kembali normal dengan
kriteria hasil:
- Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih , tidak ada sianosis dan
dypsneu
- Menujukan jalan napas yang
paten.
- Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
1. Buka jalan napas
2. Posisikan klien
dengan posisi semi
fowler
3. Auskultasi suara
napas
4. Lakukan batuk
efektif atau suction
5. Lakukan fisioterafi
dada
1. Untuk mempatenkan
jalan napas
2. Untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Untuk mengetahui
adanya suara napas
tambahan.
4. Untuk mengeluarkan
secret
5. Untuk mengeluarkan
secret
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, kulit kembali
normal dengan kriteria hasil:
- Tidak ada lesi kulit
- Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan
- Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembapan kulit dan
perawatan kulit alami
1. Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pakaian yang
longgar
2. Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih
dan kering
3. Monitor kulit
4. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai
1. Untuk menghindari
gesekan pada luka
2. Untuk meminimalisir
infeksi yang mungkin
terjadi
3. Untuk mengetahui ada
tidaknya kolor, tumor,
dolor, rubor, fungsio laesa
4. Untuk mrminimalisir
infeksi yang mungkin
terjadi
18. 3 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, citra tubuh
kembali normal dengan
kriteria hasil:
- Mampu mengidentifikasi
kekuatan personal
- Mendeskripsikan secara
factual perubahan fungsi
tubuh
- Mempertahankan
interaksi sosial
1. Kaji secara verbal dan
nonverbal respon klien
terhadap tubuhnya
2. Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
3. Dorong klien
mengungkapkan
perasaan
4. Jelaskan tentang
pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis
penyakit.
1. Untuk mengetahui ada
tidak nya kemajuan
pada klien
2. Untuk membangun rasa
percaya dirinya
3. Untuk mengetahui ada
tidak nya kemajuan
pada klien
4. Untuk memberikan
pendidikan kesehatan
pada klien
4 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, nyeri hilang
dan kulit kembali normal
dengan kriteria hasil:
- Mampu mengontrol diri
- Mampu mengenali diri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
- Mengatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara kompresensif
2. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
4. Berikan analgesik
1. Untuk mengetahui lokasi,
karakteristik, durasi ,
frekuensi , kualitas dan
faktor presipitasi
2. Untuk mengetahui
penanganan yang tepat
3. Untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan
4. Untuk memfasilitasi
pengobatan secara
farmakologi
19. Dx Tujuan Intervensi Rasional
5 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan,
infeksi hilang dan tubuh
kembali normal dengan
kriteria hasil:
- Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
- Menunjukan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi systemic dan lokal
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. Pertahankan tehnik isolasi
4. Bersihkan lingkungan
setelah di pakai pasien lain
1. Untuk
mengetahui
derajat infeksi
2. Untuk mencegah
penyebaran
infeksi pada
anggota tubuh
yang lain
3. Untuk terhindar
dari infeksi
4. Untuk terhindar
dari penularan
infeksi
20. Daptar Pustaka
Peate, Nair. 2015. Dasar-dasar Patofisiologi Terapan.
Jakarta: Bumi MedikaNuralif, Amin Huda. 2015. Aplikasi
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediactionGuyton.2014.Fisiologi
Kedokteran.Singapura:ElseiverAmzafi, S. : Excited Skin
Syndrome pada penderita dermatitis kontak karena
logam (skripsi bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
FKUI, 1989)