Dokumen tersebut membahas persyaratan status bebas Brucellosis menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Secara umum, dibahas status bebas pada tingkat negara, zona, dan kelompok ternak, baik dengan atau tanpa vaksinasi. Juga dijelaskan definisi komponen-komponen penting seperti kasus, infeksi, zona, dan kelompok ternak.
1. Persyaratan Status Bebas
Brucellosis Berdasarkan OIE
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Ketua Komisi Ahli Kesehatan Hewan,
Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Karantina Hewan
Pertemuan Pembahasan Persyaratan Teknis
Zona/Kompartemen Bebas Brucellosis – Purwokerto, 15-16 Desember 2020
2. Status bebas penyakit negara, zona
dan kompartemen menurut OIE
• African horse sickness (AHS)
• Bovine spongiform encephalopathy
(BSE)
• Classical swine fever CSF)
Status Bebas OIE TAHC (2019) Keterangan
Negara Artikel 1.7. s/d 1.12.
Aplikasi untuk pengakuan resmi
oleh OIE untuk status bebas
(6 penyakit)
Zona Artikel 4.4.
Prinsip menetapkan zona dan
kompartementalisasi
Kompartemen Artikel 4.4. – 4.5. Aplikasi kompartementalisasi
• Contagious bovine pleuropneumonia
(CBPP)
• Foot and mouth disease (FMD)
• Peste des petits ruminants (PPR)
3. Pertimbangan umum dalam menentukan
zona/kompartemen (Artikel 4.4.2.)
1. Mendefinisikan secara jelas subpopulasi sesuai dengan rekomendasi
dalam bab-bab yang relevan dari OIE Code, termasuk mengenai:
• surveilans;
• identifikasi dan penelusuran ternak; dan
• program pengendalian resmi.
2. Prosedur yang digunakan untuk menetapkan dan mempertahankan
status kesehatan hewan tertentu dari zona atau kompartemen
bergantung pada:
• epidemiologi penyakit, termasuk keberadaan dan peran vektor dan
satwa liar yang peka dan faktor-faktor lingkungan;
• sistim produksi hewan; serta
• aplikasi tindakan-tindakan biosekuriti dan sanitary, termasuk
pengendalian lalu lintas ternak.
4. Tanggung jawab Veterinary Service dalam
zona/kompartemen (Artikel 4.4.2.)
1. Memiliki laboratorium yang harus beroperasi sesuai dengan Bab
3.1. dan 3.2., untuk memberikan kepercayaan terhadap integritas
zona atau kompartemen.
• Bab 3.1. – Veterinary Services
• Bab 3.2. – Evaluation of Veterinary Services.
2. Menerbitkan sertifikasi lalulintas, jika diperlukan, melakukan
inspeksi yang terdokumentasi secara periodik terhadap fasilitas,
biosekuriti, catatan (records) dan prosedur surveilans.
3. Melakukan audit surveilans, pelaporan (reporting), pemeriksaan
diagnostik laboratorium dan, jika relevan, vaksinasi.
5. Zona bebas (Artikel 4.4.4.)
• Zona bebas adalah salah satunya dimana tidak ada infeksi atau
infestasi tertentu dalam populasi hewan yang telah ditunjukkan
sesuai dengan persyaratan yang relevan dari OIE TAHC.
• Status bebas bisa diaplikasikan pada satu atau lebih populasi
spesies hewan, domestik atau liar.
• Selama surveilans yang sedang berlangsung menunjukkan tidak
ada kejadian infeksi atau infestasi tertentu, dan prinsip-prinsip
yang ditentukan untuk definisi dan penetapannya dipatuhi, zona
dapat dikatakan mampu mempertahankan status bebasnya.
6. Persyaratan OIE TAHC yang terkait
dengan zona bebas
• Bersama dengan Artikel 4.4.2. dan 4.4.3., dan bergantung dengan
situasi epidemiologi yang berlaku, pencapaian atau
mempertahankan status bebas mungkin memerlukan surveilans dan
surveilans vektor yang spesifik di masa lalu atau yang sedang
berlangsung, serta tindakan-tindakan biosekuriti dan sanitary yang
sesuai, di dalam zona dan di perbatasannya.
• Artikel 4.4.2. – Pertimbangan Umum
• Artikel 4.4.3. – Prinsip mendefinisikan dan menetapkan zona atau
kompartemen.
• Surveilans harus dilakukan sesui dengan Chapter 1.4. dan chapter-
chapter relevan dalam OIE TAHC.
• Chapter 1.4. – Surveilans kesehatan hewan
7. Prinsip-prinsip Kompartemen
• Rencana biosekuriti/Biosecurity plan (pemisahan subpopulasi
hewan menurut epidemiologi penyakit tertentu, sumberdaya manusia
dan keuangan, faktor-faktor lingkungan, kepadatan ternak, situasi
penyakit dll.).
• Berdasarkan manajemen dan praktik-praktik budidaya peternakan
(infrastruktur yang sesuai, catatan – kelahiran, kematian, wabah
penyakit, pengobatan, vaksinasi, sumber pakan, pelaporan penyakit
dll oleh industri dan VS).
• Pengendalian lalulintas ternak.
• Identifikasi dan penelusuran hewan (identifikasi hewan individual….
kecuali seperti untuk anak ayam umur sehari/doc, ayam potong)
• Surveilans dan pelaporan penyakit (di dalam dan di luar
kompartemen, kedekatan dengan kompartemen penyakit tertentu).
• Di bawah supervisi Otoritas Veteriner.
8. Kompartemen bebas penyakit
menurut OIE
Penyakit
Kompartemen
Ya Tidak
Multipel spesies: Anthrax; B. abortus, B. melitensis,
B. suis; Rabies; TB complex
Sapi: FMD, BSE, CBPP, EBL
Sapi: IBR, Trichomonosis, Genital camphylobacteriosis
Domba & kambing: Scrapie, PPR
Babi: ASF, CSF, PRRS
Unggas: IB, ILT, Avian mycoplasmosis, Pullorum, IBD
Unggas: AI, ND
Kuda: Equine influenza
9. Kelompok ternak bebas penyakit
(herd free) menurut OIE
Keterangan: * flock free
Penyakit
‘Herd free’
Ya Tidak
Multipel spesies: B. abortus, B. melitensis, B. suis;
TB complex
Sapi: EBL, IBR/IPV
Domba & kambing: Chlamydia abortus (enzootic
abortion of ewes, ovine chlamydiosis)*, Ovine
epididymitis (brucella ovis)*
10. Definisi ‘kompartemen’ dan ‘herd’
menurut OIE
• KOMPARTEMEN artinya:
• subpopulasi hewan yang ada di dalam satu atau lebih perusahaan
peternakan, dipisahkan dari populasi yang peka oleh sistim
manajemen biosekuriti umum, dan dengan status kesehatan
hewan tertentu dengan satu atau lebih infeksi atau infestasi
dimana surveilans, biosekuriti dan tindakan-tindakan pengendalian
telah diterapkan untuk tujuan perdagangan internasional atau
pencegahan dan pengendalian penyakit di negara atau zona.
• ‘HERD’ (KELOMPOK) artinya:
• sejumlah hewan dari satu jenis yang dipelihara bersama-sama di
bawah kendali manusia atau kongregasi dari satwa liar yang
cenderung hidup berkelompok. Suatu ‘herd’ biasanya dianggap
sebagai suatu unit epidemiologi.
11. Peta distribusi Brucellosis (Jul-Des 2019)
Brucellosis masih merupakan penyakit utama dengan penyebaran
di seluruh dunia.
12. Ketentuan umum Brucella (Artikel 8.4.1.)
• Tujuan: untuk memitigasi risiko penyebaran penyakit, dan risiko
kesehatan manusia dari Brucella abortus, B. melitensis, dan B.
suis pada hewan.
• ‘Brucella’: artinya Brucella abortus, B. melitensis, dan B. suis, tidak
termasuk strain vaksin.
• ‘Kasus’ adalah seekor hewan terinfeksi dengan Brucella.
• Tidak hanya mencakup kejadian dengan gejala klinis yang disebabkan
infeksi Brucella, tetapi juga keberadaan infeksi Brucella pada kejadian
tanpa gejala klinis.
• ‘Infeksi Brucella’:
• Brucella telah diisolasi dari sampel seekor hewan; ATAU
• Hasil positif terhadap suatu uji diagnostik telah diperoleh, dan
memiliki hubungan epidemiologik dengan kasus tersebut.
13. Hasil pembahasan OIE Ad hoc Group
on Brucellosis (2013)
• Menyetujui untuk membagi artikel tentang status bebas penyakit
berdasarkan spesies yang relevan, yaitu:
• status bebas dalam negara, zona atau ‘herd’, dengan atau tanpa
vaksinasi untuk sapi, domba dan kambing;
• hanya status bebas tanpa vaksinasi yang dapat dipertimbangkan
untuk unta dan rusa karena kurangnya vaksin yang sesuai untuk
spesies ini.
• Tidak menggunakan konsep kompartemen dalam bab OIE karena
status bebas ‘herd’ cukup memadai untuk mengelola risiko yang
ditimbulkan oleh Brucella - bab spesifik tentang kompartemen dalam
Kode Terestrial dapat digunakan jika diperlukan.
Sumber: Report of the Meeting of the OIE Ad Hoc Group on Brucellosis. Paris, 9-11 January 2013
14. Negara/zona bebas infeksi Brucella
menurut OIE
Status negara/zona Status vaksinasi
1. Bebas historis (Artikel 8.4.3.)
2. Bebas infeksi Brucella pada sapi (Artikel 8.4.4.
dan 8.4.5.)
Tanpa
vaksinasi
(8.4.4.)
Dengan
vaksinasi
(8.4.5.)
3. Bebas infeksi Brucella pada domba dan
kambing (Artikel 8.4.6. dan 8.4.7.)
Tanpa
vaksinasi
(8.4.6.)
Dengan
vaksinasi
(8.4.7.)
4. Bebas infeksi Brucella pada unta (Artikel 8.4.8.)
5. Bebas infeksi Brucella pada rusa (Artikel 8.4.9.)
15. Persyaratan ‘herd’ bebas infeksi
Brucella (Artikel 8.4.10.-8.4.11.)
Persyaratan
Tanpa vaksinasi
(Artikel 8.4.10.)
1. ‘Herd’ di negara atau zona bebas infeksi Brucella tanpa
vaksinasi dari kategori hewan yang relevan dan disertifikasi
bebas tanpa vaksinasi oleh Otoritas Veteriner; ATAU
2. ‘Herd’ di negara atau zona bebas infeksi Brucella dengan
vaksinasi dari kategori hewan yang relevan dan disertifikasi
bebas tanpa vaksinasi oleh Otoritas Veteriner; dan tidak ada
hewan dari ‘herd’ telah divaksinasi dalam 3 tahun terakhir;
ATAU
3. Lihat slide berikutnya.
Dengan
vaksinasi (Artikel
4.4.11.)
1. ‘Herd’ di negara atau zona bebas infeksi Brucella dengan
vaksinasi untuk kategori hewan yang relevan dan disertifikasi
bebas dengan vaksinasi oleh Otoritas Veteriner; ATAU
2. Lihat slide berikutnya.
16. Persyaratan ‘herd’ bebas infeksi Brucella
tanpa vaksinasi (Artikel 8.4.10.)
1) Infeksi Brucella pada hewan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan (notifiable)
di seluruh negeri;
2) Tidak ada hewan dalam kategori yang relevan dalam ‘herd’ yang telah divaksinasi
dalam 3 tahun terakhir;
3) Tidak ada kasus terdeteksi dalam ‘herd’ setidaknya setahun yang lalu;
4) Hewan yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan infeksi Brucella seperti
keguguran yang telah dilakukan uji diagnostik yang diperlukan dengan hasil negatif;
5) Untuk setidaknya setahun yang lalu, tidak ada bukti infeksi Brucella di ‘herd’ yang
lain dalam satu peternakan, atau tindakan-tindakan telah diimplementasikan untuk
mencegah setiap penularan infeksi Brucella dari ‘herd’ yang lain;
6) Dua kali uji telah dijalankan dengan hasil negatif terhadap semua hewan dewasa
kelamin, yaitu kecuali jantan dikastrasi dan betina disterilkan, yang ada dalam ‘herd’
pada saat pengujian, uji pertama dilakukan setidaknya sebelum 3 bulan setelah
pemotongan kasus terakhir dan uji kedua dilakukan dengan interval lebih dari 6 dan
kurang dari 12 bulan.
17. Persyaratan mempertahankan status ‘herd’ bebas
infeksi Brucella tanpa vaksinasi (Artikel 8.4.10)
1. Seluruh persyaratan ‘herd’ bebas infeksi telah terpenuhi;
2. Uji regular, dengan frekuensi bergantung pada prevalensi atau infeksi ‘herd’ di
negara atau zona, yang menunjukkan tidak ada infeksi Brucella yang berkelanjutan;
3. Hewan dari kategori yang relevan diintroduksi ke dalam ‘herd’ disertai dengan
sertifikat dari Dokter Hewan Berwenang (Official Veterinarian) yang menyatakan
bahwa hewan tersebut berasal dari:
a) negara atau zona bebas infeksi Brucella dalam kategori yang relevan tanpa
vaksinasi; ATAU
b) negara atau zona bebas infeksi Brucella dengan vaksinasi dan hewan dari
kategori yang relevan tidak divaksinasi dalam 3 tahun terakhir; ATAU
c) ‘herd’ bebas infeksi Brucella dengan atau tanpa vaksinasi dan hewan tersebut
tidak divaksinasi dalam 3 tahun terakhir dan diuji untuk infeksi Brucella antara
30 hari sebelum pengapalan dengan hasil negatif, dalam kasus betina setelah
kebuntingan (post partum), uji dilakukan setidaknya 30 hari setelah melahirkan.
Uji ini tidak diperlukan untuk hewan yang belum dewasa kelamin termasuk
jantan dikastrasi dan betina disterilkan.
18. Persyaratan ‘herd’ bebas infeksi Brucella
dengan vaksinasi (Artikel 8.4.11.)
1) Infeksi Brucella pada hewan merupakan penyakit yang wajib dilaporkan (notifiable)
di seluruh negeri;
2) Hewan yang divaksinasi dari kategori hewan yang relevan telah diidentifikasi secara
permanen sedemikian rupa;
3) Tidak ada kasus terdeteksi dalam ‘herd’ setidaknya setahun yang lalu;
4) Hewan yang menunjukkan gejala klinis konsisten dengan infeksi Brucella seperti
keguguran yang telah dilakukan uji diagnostik yang diperlukan dengan hasil negatif;
5) Untuk setidaknya setahun yang lalu, tidak ada bukti infeksi Brucella di ‘herd’ yang
lain dalam satu peternakan, atau tindakan-tindakan telah diimplementasikan untuk
mencegah setiap penularan infeksi Brucella dari ‘herd’ yang lain;
6) Dua kali uji telah dijalankan dengan hasil negatif terhadap semua hewan dewasa
secara kelamin yang ada dalam ‘herd’ pada saat pengujian, uji pertama dilakukan
setidaknya sebelum 3 bulan setelah pemotongan kasus terakhir dan uji kedua
dilakukan dengan interval lebih dari 6 dan kurang dari 12 bulan.
19. Persyaratan mempertahankan status ‘herd’ bebas
infeksi Brucella dengan vaksinasi (Artikel 8.4.11)
1. Seluruh persyaratan ‘herd’ bebas infeksi telah terpenuhi;
2. Uji regular, dengan frekuensi bergantung pada prevalensi atau infeksi ‘herd’ di
negara atau zona, yang menunjukkan tidak ada infeksi Brucella yang berkelanjutan;
3. Hewan dari kategori yang relevan diintroduksi ke dalam ‘herd’ disertai dengan
sertifikat dari Dokter Hewan Berwenang (Official Veterinarian) yang menyatakan
bahwa hewan tersebut berasal dari:
a) negara atau zona bebas infeksi Brucella dalam kategori yang relevan tanpa
vaksinasi; ATAU
b) ‘herd’ bebas infeksi Brucella dengan atau tanpa vaksinasi dan hewan tersebut
tidak divaksinasi dalam 3 tahun terakhir dan diuji untuk infeksi Brucella antara
30 hari sebelum pengapalan dengan hasil negatif, dalam kasus betina setelah
kebuntingan (post partum), uji dilakukan setidaknya 30 hari setelah melahirkan.
Uji ini tidak diperlukan untuk hewan yang belum dewasa kelamin atau hewan
yang divaksinasi berumur kurang dari 18 bulan.
20. Rekomendasi surveilans untuk
brucellosis menurut OIE
• Mengingat brucellosis biasanya tidak dapat didiagnosa secara
klinis, maka diperlukan teknologi diagnostik laboratorium.
• Isolasi Brucella adalah “gold standard” untuk diagnosis. Suatu
alat yang sangat baik tetapi secara teknis sangat sulit untuk
dilakukan karena banyak faktor seperti waktu, biaya dan peluang
yang rendah untuk mengisolasi organisme tersebut.
• Kebanyakan diagnosis dilakukan hanya melalui investigasi
epidemiologi.
• Sebagian besar metoda mengandalkan aplikasi uji serologis yang
benar untuk mengindikasikan infeksi brucellosis.
Sumber: Sammartino LE et al. Capacity building for
surveillance and control of bovine and caprine brucellosis.
21. Monitoring ‘herd’ bebas brucellosis
• Lalu lintas/pergerakan hewan yang berpotensi terinfeksi ke
area tersebut harus dilarang.
• Importasi hewan harus diizinkan hanya dari peternakan atau
area yang bersertikasi bebas brucellosis (certified brucellosis-
free). Pengendalian lalu lintas dari hewan dan produk hewan
dari wilayah yang berisiko lebih tinggi harus dilakukan secara
ketat.
• Hewan yang negatif secara serologis harus disertai dengan
sertifikasi asli, yang harus diperiksa ketika hewan tersebut tiba di
tujuan akhir.
Sumber: Sammartino LE et al. Capacity building for
surveillance and control of bovine and caprine brucellosis.
22. Penghilangan hewan terinfeksi – Kebijakan
‘test and slaughter’
• Menurut pengalaman sebelumnya, kebijakan ‘test and slaughter’ bisa
dijustifikasi oleh alasan ekonomi hanya ketika prevalensi hewan yang
terinfeksi di suatu daerah sekitar 2% atau kurang.
• Program sukarela atau kompulsif – harus diputuskan apakah salah satu
opsi ini yang akan dipilih, sesuai dengan kondisi lokal.
• Hewan harus diidentifikasi secara individual dan Veterinary Service
yang efektif dan terorganisir dengan baik diperlukan untuk menjalankan
surveilans dan uji laboratorium.
• ‘Herd’ yang terinfeksi harus dikarantina.
• Kerjasama penuh peternak adalah isu penting yang perlu diingat jika
kebijakan ini diadopsi.
• Kompensasi ekonomi atau penggantian ternak harus dipertimbangkan.
Sumber: Sammartino LE et al. Capacity building for
surveillance and control of bovine and caprine brucellosis.
23. Imunisasi hewan peka
• Pengendalian brucellosis dapat dicapai dengan menggunakan
vaksinasi untuk meningkatkan resistensi populasi terhadap
penyakit.
• Vaksinasi hewan muda: vaksinasi anak sapi dengan B. abortus
S19 atau RB51.
• Vaksinasi seluruh ‘herd’: sapi dewasa dengan B. abortus S19
atau RB51 (dosis penuh atau dikurangi).
• Kombinasi dari kedua alternatif di atas.
• Vaksinasi masif direkomendasikan dimana ada prevalensi
brucellosis yang tinggi dan uji diagnostik serologis tidak dapat
dilakukan.
Sumber: Sammartino LE et al. Capacity building for
surveillance and control of bovine and caprine brucellosis.
24. Amerika Serikat: Aplikasi sertifikasi
‘brucellosis free-herd’
• Regulasi: 9 CFR Part 78 [Docket No. APHIS–
2009–0083] RIN 0579–AD22 Brucellosis Class
Free States and Certified Brucellosis-Free
Herds; Revisions to Testing and Certification
Requirements.
• Status sertifikasi ‘brucellosis free-herd’ hanya
berlaku untuk ‘herd’ individu dan termasuk
keturunannya.
• Suatu ‘herd’ disertifikasi selama 12 bulan.
• Obtaining (memperoleh), maintaining
(mempertahankan), terminating (mengakhiri)
dan re-instating (memulihkan) status sertifikasi.
Sumber: https://www.govinfo.gov/content/pkg/FR-2010-12-27/pdf/2010-32371.pdf
25. Amerika Serikat: Sertifikasi ‘brucellosis-
free herd’
1) Dengan melakukan setidaknya dua uji darah terhadap ‘herd’ dengan
hasil negatif berturut-turut tidak kurang dari 10 bulan atau tidak lebih
14 bulan secara terpisah; ATAU
2) Sebagai alternatif untuk sapi perah, dengan melakukan minimal
empat ‘ring test’ dengan hasil negatif berturut-turut, atau uji susu
(milk test) brucellosis resmi lainnya yang disetujui Administrator, pada
interval tidak kurang dari 90 hari, diikuti dengan uji darah negatif
dalam interval 90 hari setelah ‘ring test’ brucellosis negatif terakhir
atau uji susu brucellosis resmi lainnya yang disetujui Administrator.
Status sertifikasi ‘brucellosis-free herd’ akan tetap berlaku selama
1 (satu) tahun dimulai dari tanggal penerbitan sertifikat.
26. Amerika Serikat: Mempertahankan
sertifikat ‘brucellosis-free herd’
1) Uji darah terhadap ‘herd’ dengan hasil negatif harus dilakukan dalam 10– 12
bulan dari tanggal sertifikasi terakhir untuk status yang berkelanjutan.
Sertifikasi yang cacat dapat dipulihkan jika uji darah terhadap ‘herd’.
dilakukan dalam waktu 14 bulan sejak tanggal sertifikasi terakhir. Tanggal uji
dari sertifikasi ulang yang baru dapat ditetapkan jika diminta oleh pemilik dan
jika ‘herd’ negatif terhadap uji darah pada tanggal tersebut, asalkan tanggal
tersebut dalam waktu 1 tahun dari tanggal sertifikasi sebelumnya.
2) Sebagai alternatif untuk sapi perah, minimal empat ‘ring test’ dengan hasil
negatif berturut-turut, atau ‘milk test’ brucellosis resmi lainnya yang disetujui
Administrator, yang harus dilakukan pada interval sekitar 90 hari, dengan uji
ke-empat dilakukan antara 60 hari sebelum peringatan 1 tahun dari tanggal
sertifikasi sebelumnya.
3) Administrator dapat mengizinkan protokol pengujian lain untuk digunakan jika
Administrator menentukan bahwa protokol semacam itu memadai untuk
menentukan tidak ada bukti brucellosis dalam ‘herd’.
27. Studi brucellosis di Kabupaten Pinrang,
Sulawesi Selatan
• Rata-rata seropositif brucellosis pada sapi Bali adalah:
• 18,3% (95% CI, 17–21) dengan RBT;
• 19,3% (95% CI, 17–22) dengan CFT; dan
• 21,9% (kisaran, 3,4-50%) untuk kedua uji digabungkan.
• Informasi mengenai masalah reproduksi dikumpulkan dari peternak di
Kecamatan Lembang. Kepadatan sapi di kecamatan adalah 23,7 km2
dan tingkat seropositif CFT adalah 30,2% (95% CI, I28–33).
• Kegagalan reproduksi dilaporkan 39,0% dari induk sapi mengalami
kehilangan anak sapi karena keguguran atau mati tidak lama setelah
lahir sebanyak 19,3%. Namun, kegagalan reproduksi tidak berkorelasi
dengan seropositif CFT (RP = 1,21; P = 0,847).
Sumber: Muflihanah H et al. (2013). BMC Veterinary Research 2013, 9:233.
28. Status bebas brucellosis di Indonesia
(2004-2019)
No Provinsi/Pulau/Balai Status bebas Tahun Aktif?
1. Pulau Kalimantan Zona 2009 11 tahun
2. Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kep.
Riau
Zona 2009 11 tahun
3. Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung dan Kep. Bangka Belitung
Zona 2011 9 tahun
4. Pulau Sumba Zona 2015 5 tahun
5. Pulau Madura Zona 2015 5 tahun
6. Provinsi Sumatera Utara Zona 2016 4 tahun
7. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul
dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden
Kompartemen 2018 2 tahun
8. Pulau Simeulue Zona 2019 1 tahun
9. Provinsi Banten Zona 2019 1 tahun
Sumber: http://keswan.ditjenpkh.pertanian.go.id/?page_id=2464
29. Provinsi/pulau bebas brucellosis di
Indonesia
• 9 provinsi: Sumut, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Sumsel,
Lampung, Kep. Babel,
• 3 pulau: Kalimantan, Madura, Sumba
?
30. Selandia Baru: Menegaskan kembali
kebebasan dari brucellosis
• Isolasi terakhir Brucella abortus pada 1988.
• Deklrasi bebas brucellosis pada 1991 dan pada 1966
mempresentasikan kasus yang komprehensif untuk
kebebasan secara biologis ke OIE.
• OIE TAHC menyatakan behwa suatu negara bebas
dari B abortus dapat menentukan sistim untuk
pengendalian lebih lanjut.
• Selandia Baru mempertahankan pengendalian
mengikuti rekomendasi OIE yaitu “Code for imports of
risk goods” dan telah diadopsi melalui strategi pasif
surveilans pada ternak domestik.
• Satu komponen dari strategi tersebut adalah
investigasi setiap hasil uji serologis positif yang
diperoleh pada uji pra-ekspor sapi dan uji pra-
pemasukan sapi bibit ke pusat-pusat perbibitan.
31. Bahan ceklis biosekuriti di kompartemen
(contoh: dari BBPTUHPT Baturaden)
• Biosekuriti kendaraan masuk
• SOP lalu lintas tamu
• SOP sanitasi kendaraan di pintu masuk
• Sanitasi dan desinfeksi kandang, ternak, lingkungan
• Pengawasan lalu lintas ternak di peternakan
• SOP kunjungan dan pembatasan lalulintas di areal peternakan
• SOP sanitasi tamu magang/kerja praktik masuk kandang
• SOP keluar masuk kandang
• SOP lalu lintas petugas
• SOP sanitasi ternak dewasa
• SOP sanitasi ternak pedet
• SOP jika ada ternak abortus
• Pengamanan ternak sakit/mati, limbah
Sumber: Manajemen Penanganan dan Penanggulangan Brucellosis di BBPTUHPT Baturaden.
32. Evaluasi pemasukan ternak ke dalam
‘kompartemen’ BBPTUHPT Baturaden
• Pembatasan ternak masuk dari wilayah tanpa proses karantina
(penjaringan).
• Melakukan tindakan karantina terhadap ternak baru yang akan
masuk areal peternakan.
• Importasi ternak mengikuti animal health requirements dan
dilakukan tindakan karantina.
• Tidak memasukkan ternak balai yang sudah keluar dari balai ke
masyarakat.
Sumber: Manajemen Penanganan dan Penanggulangan
Brucellosis di BBPTUHPT Baturaden.
33. Evaluasi hasil laboratorium sampel BBPTUHPT
Tahun Limpakuwus Tegalsari Manggala
# sampel # positif # sampel # positif # sampel # positif
2012 422 0 488 0 - -
2013 422 0 630 0 - -
2014 502 0 450 0 307 0
Tahun Layanan Sapi perah Kambing perah
# sampel # positif # sampel # positif
2015 Aktif 1310 0 98 0
Pasif 1171 0 - -
2016 Aktif 1381 0 3 3
Pasif 1904 0 86 0
2017 Aktif 2837 0 382 0
Pasif 7 0 591 0
Sumber: BBVet Wates (2015). Data Situasi Brucellosis Baturraden 2012-2017.
34. Penutup
• Melakukan evaluasi terhadap status bebas brucellosis yang sudah lama
ditetapkan terhadap sejumlah zona (seperti Pulau Kalimantan – 2009;
Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kep. Riau – 2009; Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung dan Kep. Bangka Belitung – 2011).
• Mengadopsi persyaratan penetapan zona tanpa vaksinasi (Artikel 8.4.10.)
dan dengan vaksinasi (Artikel 8.4.11.) sesuai dengan rekomendasi OIE.
• Menyusun pedoman sertifikasi status bebas Brucellosis di tingkat zona dan
kompartemen (dengan pendekatan ‘herd’) dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
• Penetapan jangka waktu sertifikasi bebas.
• Monitoring masuk dan keluar ternak dari ‘herd’.
• Lalu lintas/pergerakan hanya ternak yang hasil negatif serologis.
• Pemisahan ‘herd’ berdasarkan kategori hewan dalam satu
kompartemen (contoh: BBPTUHPT Baturaden ada sapi perah dan
kambing).