Kompartementalisasi adalah konsep pemisahan subpopulasi hewan berdasarkan manajemen biosekuriti dan status kesehatan hewan. Kompartemen harus memenuhi standar OIE terkait biosekuriti, surveilans, penelusuran, dan dokumentasi untuk mendapat pengakuan sebagai unit terpisah secara epidemiologi. Negara pengekspor dan pengimpor harus bekerja sama dalam proses pengakuan kompartemen untuk memfasilitasi perdagangan internasional.
Prinsip-prinsip Kompartementalisasi - DItkeswan - Presentasi Zoom, 5 Oktober 2020
1. Prinsip-prinsip
Kompartementalisasi
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Ketua Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Karantina Hewan
Pembahasan Hasil Penilaian Dokumen dan Persiapan Audit Lapang
Kompartemen Bebas ASF PT FSI – Presentasi Zoom, 5 Oktober 2020
2. “
Kompartementalisasi bukanlah suatu
konsep baru; pada kenyataannya telah
diterapkan sejak lama untuk banyak
program pengendalian penyakit yang
didasarkan atas konsep bebas penyakit
pada kelompok atau flok ternak
(Chapter 4.5. OIE TAHC)
2
3. Kompartemen menurut OIE
▫ Kompartemen berarti:
Subpopulasi hewan yang ada di satu atau lebih perusahaan
peternakan, yang dipisahkan dari populasi rentan lainnya
oleh sistim manajemen biosekuriti umum, dan dengan status
kesehatan hewan tertentu berkaitan dengan satu atau lebih
penyakit dimana telah diterapkan tindakan-tindakan
surveilans, pengendalian dan biosekuriti yang diperlukan
untuk tujuan perdagangan internasional atau pencegahan dan
pengendalian penyakit di suatu negara atau zona
4. Konsep kompartemen
▫ Persyaratan mendasar kompartemen adalah implementasi
dan dokumentasi manajemen dan biosekuriti untuk
menciptakan pemisahan fungsional
▫ Konsep kompartemen memperluas penerapan ‘batas risiko’
(risk boundary) di luar keterkaitan geografisnya dan
mempertimbangkan semua faktor epidemiologi yang dapat
membantu menciptakan pemisahan spesifik penyakit yang
efektif antara subpopulasi
4
5. Aplikasi Kompartementalisasi
▫ Tidak semua situasi dengan sendirinya dapat digunakan untuk
penerapan kompartemen
▫ Pelaksanaan efektif kompartemen dipengaruhi oleh isu-isu
teknis:
- Epidemiologi penyakit
- Faktor negara dan infrastruktur
- Faktor lingkungan
- Tindakan-tindakan biosekuriti yang dapat diaplikasikan
- Status kesehatan hewan di wilayah yang berdekatan
- Surveilans yang diperlukan, di dalam dan di luar kompartemen
5Sumber: Presentasi Dr. Etienne Bonbon. OIE Standards on biosecurity and compartmentalization.
6. Kompartemen bebas penyakit
▫ Di suatu negara atau zona bebas penyakit, kompartemen
sebaiknya ditentukan sebelum terjadinya wabah penyakit
▫ Jika terjadi wabah atau di negara atau zona yang tertular,
kompartemen dapat digunakan untuk memfasilitasi
perdagangan
▫ Untuk tujuan perdagangan internasional, kompartemen harus
berada di bawah tanggung jawab Otoritas Veteriner suatu
negara. Untuk tujuan ini, pemenuhan Negara Anggota OIE
terhadap Chapter 1.1. dan 3.1. adalah prasyarat esensial
Sumber: Presentasi Dr. Etienne Bonbon. OIE Standards on biosecurity and compartmentalization.
7. Standar internasional
▫ Pelaporan penyakit ke OIE (Chapter 1.1.)
▫ Evaluasi lembaga Otovet (Chapter 3.1.)
▫ Kompartementalisasi (Chapter 4.4. dan
4.5.)
▫ Surveilans (Chapter 1.4.)
▫ Identifikasi dan penelusuran (Chapter 4.2.)
▫ Penyakit yang spesifik (Chapter 15.1. –
African swine fever)
7
8. Prinsip penentuan kompartemen
▫ Kompartemen harus ditetapkan sehubungan dengan suatu
penyakit tertentu atau sejumlah penyakit tertentu
▫ Kompartemen harus ditetapkan secara jelas, mengindikasikan
lokasi dari seluruh komponennya termasuk bangunan
kandang, begitu juga unit fungsional terkait (seperti pabrik
pakan, rumah potong, rendering plant, dsb.), keterkaitannya
dan kontribusinya dalam pemisahan epidemiologi antara
hewan di dalam kompartemen dan subpopulasi dengan status
kesehatan hewan yang berbeda.
8
9. Pemisahan Kompartemen (Artikel 4.5.3.)
▫ Manajemen kompartemen harus mempersiapkan dan
menyampaikan kepada Otoritas Veteriner:
1. Faktor-faktor fisik dan spasial yang mempengaruhi
biosekuriti
2. Rencana Biosekuriti (Biosecurity Plan)
3. Faktor-faktor infrastruktur
4. Sistim penelusuran (Traceability system)
9Sumber: Presentasi Dr. Etienne Bonbon. OIE Standards on biosecurity and compartmentalization.
10. 1. Faktor fisik atau spasial
1. Status penyakit di area yang berdekatan dan area yang secara
epidemiologik terkait dengan kompartemen
2. Lokasi, status penyakit dan biosekuriti dari unit epidemiologi
atau peternakan terdekat.
3. Pertimbangan harus diberikan terhadap jarak dan pemisahan
fisik dari:
a. Flok atau kelompok ternak dengan status kesehatan hewan
berbeda yang berdekatan dengan kompartemen, termasuk
satwa liar dan rute migrasi burung
b. Rumah potong, pabrik pakan atau rendering plant
c. Pasar, pameran, ekshibisi, lomba, kebun binatang, sirkus dan
titik-titik lain dimana hewan terkonsentrasi
10
11. 2. Biosecurity Plan (1)
1. Jalur potensial introduksi dan penyebaran agen penyakit ke dalam
kompartemen, meliputi pergerakan hewan, rodensia, hewan,
aerosol, arthropoda, kendaraan, orang, produk biologik, peralatan,
fomit, aliran air, drainase atau cara lain.
2. Titik kendali kritis (critical control point) untuk setiap jalur;
3. Tindakan-tindakan untuk memitigasi paparan untuk setiap titik
kendali kristis (CCP);
4. Standar operasional prosedur meliputi:
a. Implementasi, pemeliharaan, monitoring tindakan-tindakan;
b. Aplikasi tindakan koreksi;
c. Verifikasi proses;
d. Pencatatan (record keeping)
11
12. 2. Biosecurity Plan (2)
5. Rencana kontinjensi (contingency plan) yang mengatasi setiap
potensi perubahan faktor risiko di masa depan;
6. Prosedur pelaporan ke Otoritas Veteriner;
7. Program untuk edukasi dan pelatihan pekerja untuk memastikan
bahwa semua orang yang terlibat memiliki pengetahuan luas dan
terinformasikan mengenai prinsip dan praktik biosekuriti;
8. Program surveilans yang berjalan dengan baik
12
13. 3. Faktor infrastruktur (1)
1. Pemagaran atau pemisahan fisik lainnya yang efektif;
2. Fasilitas untuk orang masuk termasuk kendali akses, area
ganti pakaian dan mandi (shower);
3. Akses kendaraan termasuk prosedur pencucian dan
disinfeksi;
4. Fasilitas bongkar (unloading) dan muat (loading) ternak;
5. Fasilitas isolasi hewan yang baru masuk;
6. Fasilitas material dan peralatan yang baru masuk;
7. Infrastruktur untuk penyimpanan pakan dan obat hewan;
8. Disposal karkas, kotoran hewan dan limbah;
13
14. 3. Faktor infrastruktur (2)
9. Suplai air;
10. Tindakan-tindakan untuk mencegah paparan terhadap
vektor mekanis atau biologis yang hidup seperti serangga,
hewan pengerat (rodensia) dan burung liar;
11. Suplai udara;
12. Suplai atau sumber pakan
14
15. 4. Sistim penelusuran
▫ Prasyarat untuk menilai integritas kompartemen adalah
adanya sistim penelusuran (traceability) yang valid
▫ Semua hewan dalam kompartemen diidentifikasi dan
diregistrasi secara individual sedemikian rupa sehingga
sejarah dan pergerakannya dapat didokumentasikan dan
diaudit
▫ Semua pergerakan hewan ke dalam dan ke luar kompartemen
harus dicatat di tingkat kompartemen, dan ketika diperlukan,
berdasarkan penilaian risiko, disertifikasi oleh Otovet
15
16. Dokumentasi (Artikel 4.5.4.) (1)
▫ Dokumentasi yang menunjukkan bukti bahwa biosekuriti,
surveilans, penelusuran dan praktik manajemen di komparteman
diterapkan secara efektif dan konsisten
▫ Selain informasi pergerakan hewan, dokumentasi yang diperlukan
juga meliputi catatan produksi kelompok atau flok, sumber pakan,
uji laboratorium, catatan kelahiran dan kematian, buku harian
pengunjung, sejarah morbiditas, catatan pengobatan dan
vaksinasi, biosecurity plan, dokumentasi pelatihan dan kriteria
lainnya yang diperlukan untuk evaluasi tidak adanya penyakit
16
17. Dokumentasi (Artikel 4.5.4.) (2)
▫ Status histori dari kompartemen harus terdokumentasi dan dapat
mendemonstrasikan persyaratan bebas yang relevan (Artikel 15.1.5.
untuk kompartemen bebas ASF)
▫ Kompartemen yang ingin mendapatkan pengakuan harus
menyampaikan ke Otovet suatu laporan dasar kesehatan hewan yang
mengindikasikan ada atau tidak adanya penyakit daftar OIE
(Chapter 1.3.) untuk spesies hewan yang menjadi perhatian dari
kompartemen. Laporan ini harus secara regular di perbaharui untuk
merefleksikan situasi kesehatan hewan dari kompartemen
▫ Catatan vaksinasi termasuk jenis vaksin dan frekuensi pemberian
harus tersedia untuk memungkinkan interpretasi data surveilans
17
18. Kompartemen bebas ASF (Artikel 15.1.5.)
▫ Penetapan kompartemen bebas ASF harus mengikuti persyaratan
yang relevan dari Chapter 15.1. dan prinsip-prinsip dalam
Chapter 4.4. dan 4.5.
▫ Rekomendasi importasi dari negara, zona atau kompartemen
bebas ASF (Artikel 15.1.8.) – babi domestik
1. Babi tidak menunjukkan gejala klinis ASF pada hari pengapalan;
2. Babi dipelihara di negara, zona atau kompartemen bebas ASF sejak
lahir atau setidaknya dalam 3 bulan terakhir;
3. Babi diekspor dari zona atau kompartemen bebas dalam negara atau
zona tertular, tindakan kehati-hatian harus diambil untuk mencegah
kontak dengan setiap sumber virus ASF sampai pengapalan
18
19. Surveilans penyakit (1)
1. Surveilans internal
▫ Surveilans harus meliputi pengumpulan dan analisis data
penyakit sehingga Otovet dapat mensertifikasi subpopulasi
hewan yang ada di dalam semua kandang telah mematuhi
status yang ditetapkan untuk kompartemen
▫ Sistim surveilans yang mampu untuk memastikan deteksi
dini dalam kejadian dimana agen penyakit masuk ke
subpopulasi adalah esensial
19
20. Surveilans penyakit (2)
2. Surveilans eksternal
▫ Tindakan-tindakan biosekuriti yang diterapkan dalam
kompartemen harus tepat pada tingkat paparan (level of
exposure) dari kompartemen
▫ Surveilans eksternal akan membantu mengidentifikasi
perubahan tingkat paparan yang signifikan untuk jalur
introduksi penyakit yang diidentifikasi ke dalam
kompartemen
▫ Kombinasi surveilans aktif dan pasif yang tepat diperlukan
untuk mencapai sasaran yang diuraikan diatas
20
21. Respon darurat dan Pelaporan
▫ Jika ada kecurigaan terjadinya penyakit di kompartemen yang
telah ditetapkan, status bebas kompartemen harus segera
ditangguhkan
▫ Jika dikonfirmasi, status kompartemen harus segera dicabut dan
negara-negara pengimpor harus diberitahu mengikuti ketentuan
Artikel 5.3.7. (Prosedur OIE mengenai Perjanjian SPS WTO)
▫ Jika kompartemen berisiko dari perubahan di sekitar
kompartemen, Otovet harus mengevaluasi ulang tanpa menunda
status kompartemen dan mempertimbangkan apakah tindakan
biosekuriti tambahan diperlukan untuk memastikan bahwa
integritas kompartemen dapat dipertahankan
21
22. Hak negara pengekspor (1)
1. Negara pengekspor memeriksa ‘biosecurity plan’
kompartemen dan konfirmasi melalui audit bahwa:
a. Kompartemen tertutup secara epidemiologis sepanjang
dilakukan prosedur operasi rutin sebagai hasil penerapan yang
efektif dari ‘biosecurity plan’; dan
b. Program surveilans dan monitoring yang diberlakukan adalah
tepat untuk memverifikasi status subpopulasi tersebut
berkaitan dengan penyakit yang dimaksud
2. Negara pengekspor menjelaskan kompartemen sesusi
dengan Chapter 4.4. dan 4.5.
22
23. Hak negara pengekspor (2)
2. Negara pengeskpor menyediakan:
a. Informasi diatas kepada negara pengimpor, dengan
penjelasan mengapa subpopulasi seperti itu dapat
diperlakukan sebagai kompartemen terpisah secara
epidemiologis untuk tujuan perdagangan internasional; dan
b. Akses yang memungkinkan prosedur atau sistim yang
menetapkan kompartemen untuk diperiksa dan dievaluasi
atas permintaan negara pengimpor
23
24. Hak negara pengimpor (1)
1. Negara pengimpor menentukan apakah menerima
subpopulasi seperti itu sebagai kompartemen untuk importasi
hewan atau produk hewan, dengan mempertimbangkan:
a. Evaluasi kelembagaan Otovet (Veterinary Services) negara
pengekspor;
b. Hasil penilaian risiko (risk assessment) berdasarkan informasi
yang disediakan negara pengekspor dan penelitian sendiri;
c. Situasi kesehatan hewan di negaranya sendiri terkait dengan
penyakit yang bersangkutan; dan
d. Standar atau pedoman OIE yang relevan
24
25. Hak negara pengimpor (2)
2. Negara pengimpor memberitahukan negara pengekspor
mengenai hasil keputusannya dan alasannya, dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama, yaitu:
a. mengakui kompartemen; atau
b. meminta informasi lebih lanjut; atau
c. menolak subpopulasi seperti itu sebagai kompartemen untuk
tujuan perdagangan internasional
25
26. Standar Operasional Prosedur
▫ Pelatihan personil (personnel training)
▫ Pengendalian lalu lintas hewan
▫ Catatan Kesehatan hewan (animal health records)
▫ Pengendalian pergerakan orang
▫ Pengendalian atas kendaraan dan peralatan
▫ Keamanan sumber pakan dan air
26Sumber: Presentasi Dr. Etienne Bonbon. OIE Standards on biosecurity and compartmentalization.
27. Tanggung jawab Manager Kompartemen
▫ Mengembangkan kemitraan efektif dengan Otovet
▫ Bekerjasama dengan Otovet dalam mengembangkan ‘Biosecurity
Plan’ spesifik dan operasinya dalam kompartemen
▫ Meningkatkan kesadaran pemilik dan para pekerja di sektor
produksi dan non-produksi, mengenai prinsip-prinsip biosekuriti
umum
▫ Melapor secara akurat dan cepat ke Otovet mengenai dugaan
dan insiden penyakit yang terjadi dalam kompartemen
▫ Mendorong semua bangunan kandang dikelola secara aman
(biosecure), melalui kode praktik dan SOP yang ada
27
28. Tanggung jawab Otoritas Veteriner
▫ Otoritas Veteriner bertanggung jawab atas infrastruktur
nasional yang esensial sehingga kompartemen dapat
diterapkan secara efektif; ini harus diberlakukan
sebelum penetapan setiap kompartemen
▫ Lembaga Otovet (Veterinary Services) telah dievaluasi,
setidaknya sehubungan dengan kemampuannya untuk
mengawasi pembentukan/manajemen kompartemen
28
30. Kesepakatan bilateral
▫ Otoritas Veteriner dari negara pengimpor dan pengekspor
harus menyepakati secara resmi (formal agreement) tentang
pengakuan kompartemen
▫ ‘Proses Resolusi’ (misalnya menggunakan prosedur informal
OIE untuk mediasi sengketa)
▫ Tidak ada prosedur pengakuan OIE untuk kompartemen
(bertentangan dengan pengakuan status resmi negara atau
zona atau pengesahan program pengendalian nasional -
Chapter 1.6 TAHC)
30Sumber: Presentasi Dr. Nadège Leboucq (2014). OIE Standards and guidelines on biosecurity and compartmentalisation
31. Penutup
▫ Standar OIE mengenai kompartementalisasi (Chapter 4.5.)
dapat dimanfaatkan untuk menetapkan suatu kompartemen
untuk perdagangan internasional yang aman di dalam suatu
negara tertular (infected countries)
▫ Kompartementalisasi mengharuskan kemitraan yang kuat
antara Otoritas Veteriner dengan sektor swasta
▫ Otoritas Veteriner dari negara pengimpor dan pengekspor
adalah pemegang otoritas paling akhir (final)
▫ Transparansi dan kepercayaan adalah fondasi dari
kompartementalisasi
31