Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 10 Juni 2020
1. Aspek Epidemiologi dan
Pengendalian Brucellosis
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komis Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Karantina Hewan
Rapat Koordinasi Pembebasan Brucellosis Provinsi Jawa Tengah
Presentasi zoom, 10 Juni 2020
2. Brucellosis pada manusia
• Brucellosis adalah zoonosis yang paling menyebar luas di
dunia, tetapi juga menempati urutan ke-7 penyakit yang
paling terabaikan menurut WHO
• Dilaporkan ada 500.000 kasus insidens brucellosis pada
manusia per tahun. Namun demikian insidens yang
sesungguhnya diestimasi antara 5.000.000 sampai
12.500.000 kasus per tahun
• Begitu didiagnosa, fokus tertuju pada pengobatan individu
pasien dengan rejim antibiotik, namun secara keseluruhan
mengabaikan hewan sebagi reservoir penyakit
• Negara-negara dengan insidens tertinggi brucellosis pada
manusia adalah Syria (1.603,4 kasus per 1.000.000
individu), Mongolia (391,0), dan Tajikistan (211,9)
Sumber: Hull N.C. and Schumaker B.A. (2018). INFECTION
ECOLOGY & EPIDEMIOLOGY, VOL. 8, 1500846
3. Brucellosis pada hewan
• Surveilans pada populasi hewan masih kurang dilakukan di
banyak negara maju dan berkembang
• Menurut Database OIE, Mexico memiliki jumlah terbanyak
wabah yang dilaporkan yaitu 5.514 pada 2014
• Mexico diikuti dengan China (2.138), Yunani (1.268), dan
Brazil (1.142)
• Mayoritas wabah ini adalah Brucella abortus, agen
penyebab dari bovine brucellosis
• Kesenjangan pengetahuan mengenai penyakit ini masih
ada dan ada kebutuhan untuk diagnostik dan vaksin yang
lebih baik untuk membuat terobosan menuju pengendalian
dan pemberantasan
Sumber: Hull N.C. and Schumaker B.A. (2018). INFECTION
ECOLOGY & EPIDEMIOLOGY, VOL. 8, 1500846
4. Jumlah wabah brucellosis pada
ternak (WAHIS, 2014)
Tidak
ada
data
Laporan
wabah nol
Jumlah wabah
rendah
Jumlah wabah tinggi
(Mexico 5,514)
5. Kunci pokok epidemiologi
brucellosis pada hewan
• B. abortus menyebabkan brucellosis pada sapi, tetapi
B. melitensis dan B. suis juga dapat menyebabkan
infeksi pada sapi
• B. melitensis adalah penyebab utama brucellosis pada
domba dan kambing dan B. suis pada babi
• Penularan terjadi karena kontak langsung dan
kontaminasi lingkungan setelah kejadian abortus
• Penularan seksual dan/atau inseminasi buatan juga
penting
• Infeksi sero-negatif yang laten dapat terjadi
Sumber: WHO, FAO and OIE (2006). Brucellosis in humans
and animals. WHO/CDS/EPR/2006.7
6. Kunci pokok pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan brucellosis pada hewan (1)
• Pencegahan brucellosis pada hewan yang paling baik
adalah dengan manajemen dan higiene kelompok ternak
yang cermat
• Vaksinasi adalah berguna untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi
• B. abortus strain 19 dan RB 51 adalah vaksin yang
direkomendasikan untuk pencegahan brucellosis pada sapi
• B. melitensis Rev 1 adalah vaksin yang direkomendasikan
untuk pencegahan infeksi B. melitensis pada domba dan
kambing
• Efikasi vaksin mungkin terbatas dalam menghadapi
paparan yang berat
Sumber: WHO, FAO and OIE (2006). Brucellosis in humans
and animals. WHO/CDS/EPR/2006.7
7. Kunci pokok pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan brucellosis pada hewan (2)
• Skema pengendalian dan pencegahan memerlukan
kolaborasi yang efektif antara semua komunitas terkait
• Program pengendalian harus direncanakan,
dikoordinasikan dan disumberdayakan secara tepat
• Program-program edukasi dan informasi adalah esensial
untuk memastikan kerjasama di semua tingkatan
masyarakat
• Eradikasi hanya dapat dicapai dengan ‘uji-dan-potong’
(test-and-slaughter) dikombinasikan dengan tindakan
pencegahan dan pengendalian lalu-lintas ternak yang
efektif
Sumber: WHO, FAO and OIE (2006). Brucellosis in humans
and animals. WHO/CDS/EPR/2006.7
8. Standar brucellosis pada OIE
Code sebelum 2014
• Tiga spesies Brucella (B. abortus, B. melitensis dan B. suis) secara genetik
sangat homolog, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai suatu spesies
bakteri tunggal
• Di sejumlah negara, B. abortus hanya satu-satunya spesies yang
menginfeksi sapi. Sebaliknya, di banyak negara, dimana beberapa spesies
hewan saling kontak, B melitensis dan kadang-kadang B. suis seringkali
diisolasi dan menyebabkan penyakit pada beberapa spesies, termasuk sapi
No OIE TAHC 2013 OIE TAHC 2014
1 Section 11 BOVIDAE
Chapter 11.3. Bovine brucellosis
SECTION 8 MULTIPLE
SPECIES
Chapter 8.4. Infection with
Brucella abortus, B. melitensis
and B. suis
2 Section 14 OVIDAE AND
CAPTIDAE
Chapter 14.1. Caprine and Ovine
brucellosis (excluding Brucella ovis)
3 Section 15 SUIDAE
Chapter 15.3. Porcine brucellosis
9. Perbedaan standar brucellosis
sebelum dan sesudah 2014
No OIE TAHC 2013 OIE TAHC 2014
1 Artikel 11.3.2
Negara atau zona bebas bovine
brucellosis
Artikel 8.4.3.
Negara atau zona bebas secara
historis dari infeksi Brucella pada
kategori hewan tertentu
2 Artikel 11.3.3.
Kelompok ternak (herd) bebas
bovine brucellosis secara resmi
(officially)
Artikel 8.4.4.
Negara atau zona bebas dari
infeksi Brucella pada bovid tanpa
vaksinasi
3 Artikel 11.3.4.
Kelompok ternak (herd) bebas
bovine brucellosis
Artikel 8.4.5.
Negara atau zona bebas dari
infeksi Brucella pada bovid dengan
vaksinasi
Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Code 2013 dan 2014
10. Persyaratan bebas infeksi brucellosis
menurut OIE Code 2013 (Artikel 11.3.2.)
• Kasus brucellosis pada sapi atau terduga wajib dilaporkan di negara
atau di zona tersebut
• Populasi sapi di seluruh wilayah negara atau sebagian wilayah
negara harus berada di bawah kendali pihak kesehatan hewan
berwenang dan dipastikan tingkat prevalensi brucellosis pada
kelompok sapi di negara atau di zona tersebut tidak lebih dari 0,2%
• Uji serologis brucellosis pada sapi telah dilakukan secara berkala
pada setiap kelompok ternak, dengan atau tanpa dilakukan uji cincin
susu (milk ring test)
• Tidak ada sapi yang divaksinasi terhadap brucellosis setidaknya
dalam 3 tahun terakhir
• Semua reaktor telah dipotong
• Pemasukan sapi ke wilayah negara/zona bebas hanya berasal dari
kelompok ternak yang bebas brucellosis secara resmi atau yang
bebas brucellosis
Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Code 2013
11. 2 (dua) kriteria baru bebas brucellosis
(perubahan dalam OIE Code)
1. Negara atau zona bebas infeksi Brucella pada
bovid tanpa vaksinasi (Artikel 8.4.4.)
2. Negara atau zona bebas infeksi Brucella pada
bovid dengan vaksinasi (Artikel 8.4.5.)
'Brucella’ artinya B. abortus, B. melitensis or B. suis, tidak
termasuk strain vaksin
‘Bovid’: istilah ini artinya sapi (Bos taurus, B. indicus, B.
frontalis, B. javanicus dan B. grunniens), bison (Bison
bison dan B. bonasus) dan kerbau rawa (Bubalus bubalis)
12. Persyaratan bebas infeksi Brucella pada
sapi tanpa vaksinasi (OIE Artikel 8.4.4.)
• Infeksi dengan Brucella pada hewan adalah penyakit yang wajib
dilaporkan (notifiable disease) di seluruh wilayah negara
• Tidak ada kasus tercatat pada sapi setidaknya dalam 3 tahun terakhir
• Pengujian regular seluruh kelompok ternak (herd) telah dijalankan
dalan 3 tahun terakhir; dan pengujian menunjukkan bahwa selama
periode tersebut, infeksi Brucella tidak ada setidaknya pada 99,8%
kelompok ternak yang mewakili setidaknya 99,9% sapi di dalam
negara atau zona
• Tindakan regulatori telah diimplementasikan untuk deteksi dini infeksi
Brucella pada sapi, termasuk setidaknya pengiriman sampel secara
regular dari kasus abortus ke laboratorium diagnostik
• Tidak ada sapi yang divaksinasi terhadap infeksi Brucella setidaknya
dalam 3 tahun terakhir, dan tidak ada sapi yang diintrodusir ke dalam
negara atau zona yang divaksinasi setidaknya dalam 3 tahun terakhir
• Sapi dan material genetik yang diintroduksikan ke dalam negara atau
zona memenuhi rekomendasi OIE
13. Persyaratan bebas infeksi Brucella pada
sapi dengan vaksinasi (OIE Artikel 8.4.5.)
• Infeksi dengan Brucella pada hewan adalah penyakit yang wajib
dilaporkan (notifiable disease) di seluruh wilayah negara
• Tidak ada kasus tercatat pada sapi setidaknya dalam 3 tahun
terakhir
• Pengujian regular seluruh kelompok ternak (herd) telah dijalankan
dalan 3 tahun terakhir; dan pengujian menunjukkan bahwa selama
periode tersebut, infeksi Brucella tidak ada setidaknya pada 99,8%
kelompok ternak yang mewakili setidaknya 99,9% sapi di dalam
negara atau zona
• Tindakan regulatori telah diimplementasikan untuk deteksi dini
infeksi Brucella pada sapi, termasuk setidaknya pengiriman sampel
secara regular dari kasus abortus ke laboratorium diagnostik
• Sapi yang divaksinasi harus diidentifikasi secara permanen
• Sapi dan material genetik yang diintroduksikan ke dalam negara atau
zona memenuhi rekomendasi OIE
Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Code 2020
14. Pertimbangan ilmiah OIE untuk
merubah standar brucellosis
• Infeksi Brucella di suatu negara bisa berada dalam
prevalensi yang ekstrim rendah. Untuk itu diperlukan
pengujian dari semua kelompok ternak (herd) dalam upaya
mendeteksi semua kelompok ternak yang terinfeksi,
terutama ternak yang terinfeksi secara laten, untuk
menjamin kebebasan dari infeksi Brucella
• Namun pada tingkat kelompok ternak (herd level),
pengambilan sampel ternak secara statistik dalam
kelompok ternak mungkin dapat menentukan status
kelompok ternak tersebut
• Penting untuk menunjukkan bahwa referensi periode 3
tahun dikaitkan dengan tingkat kebebasan yang harus
dijaga sepanjang periode tersebut
15. Mengapa pelaporan dan pengiriman
sampel kasus abortus penting?
• Pengujian wajib sampel dari
kasus abortus adalah salah satu
tindakan yang paling efisien
untuk deteksi dini dari
kemunculan kembali atau
reintroduksi infeksi Brucella di
suatu negara atau zona bebas
infeksi Brucella
• Tindakan pengendalian ini harus
dipertahankan untuk tujuan
peringatan dini (early warning) di
semua wilayah negara secara
keseluruhan
16. Mengapa diperlukan 3 tahun tidak ada
vaksinasi terhadap infeksi brucella?
• Ketentuan ini dikembangkan dalam
upaya untuk mencegah introduksi
ternak yang baru saja divaksinasi,
tetapi 3 tahun dianggap cukup
untuk mengurangi risiko ‘shedding’
strain vaksin ke tingkat yang dapat
diabaikan (negligible)
• Selain itu, di negara penerima yang
bebas infeksi Brucella tanpa
vaksinasi, mungkin ada bagian dari
populasi ternak yang telah
divaksinasi terhadap infeksi
Brucella lebih dari 3 tahun yang lalu
17. Kunci pokok surveilans pada
manusia dan hewan
• Surveilans berkelanjutan adalah esensial untuk
memonitor ada/tidaknya brucellosis dan efikasi program
pengendalian
• Kunci surveilans yang efektif adalah definisi kasus (case
definition), pelaporan, analisis data dan penyebaran
informasi untuk tindakan
• Program surveilans harus dirancang menurut strategi
pengendalian yang diterapkan
• Kasus pada manusia dapat menjadi indikasi pertama
untuk infeksi pada populasi hewan
Sumber: WHO, FAO and OIE (2006). Brucellosis in humans
and animals. WHO/CDS/EPR/2006.7
18. Jenis-jenis surveilans brucellosis
1. Surveilans pasif
a) Pelaporan kasus abortus dan pengiriman sampel ke
laboratorium diagnostik
b) Pengujian rutin sampel di perusahaan peternakan (seperti:
sampel susu atau darah)
c) Surveilans di pasar hewan, rumah potong hewan atau
karantina hewan
2. Surveilans aktif
a) Sero-surveilans – pengambilan sampel random (probability-
based sampling), dimana kelompok dan individual ternak
memiliki peluang yang sama untuk diambil sampelnya
b) Sero-surveilans – pengambilan sampel tidak random
(purposive sampling), dimana kelompok ternak berisiko
tinggi yang diambil sampelnya
Sumber: FAO Animal Health and Production Paper 156
19. Uji serologis brucellosis
• Kebanyakan studi serologis untuk diagnosis brucellosis
berdasarkan atas deteksi antibodi
• Ini mencakup:
▪ Rose Bengal test (RBT)
▪ Complement fixation test (CFT)
▪ Serum agglutination test (SAT)
▪ Competitive enzyme-linked immunosorbent assay
(cELISA)
▪ Indirect ELISA (iELISA)
▪ Milk ring test (MRT)
▪ Indirect ELISA atau or milk ring test dilakukan pada
sampel susu dalam tangki/kontaner (bulk milk samples)
adalah efektif untuk skrining dan monitoring sapi perah
(OIE Manual)
20. Sensitivitas dan spesifitas uji
• RBT dan CFT digunakan dalam kombinasi untuk
mengkonfirmasikan brucellosis pada sapi di banyak negara
(Nielsen 2002; OIE 2012)
• RBT digunakan karena sensitivitasnya tinggi, sedangkan CFT
digunakan karena spesifisitasnya tinggi (Nielsen 2002; OIE
2012)
• Esensial untuk mengidentifikasi uji diagnostik yang dapat
diandalkan, spesifik, hemat biaya dan mudah dilakukan, yang
akan memastikan bahwa tidak ada hewan yang tidak
terinfeksi dimusnahkan atau tidak ada hewan terinfeksi yang
tetap berada dalam kelompok karena kesalahan klasifikasi
• Uji ELISA dikembangkan menjadi lebih sensitif dan alternatif
spesifik dibandingkan uji konvensional (Gall & Nielsen 2004)
21. Prosedur surveilans yang direkomendasikan
untuk penilaian epidemiologi brucellosis
JENIS TERNAK PROSEDUR SURVEILANS
SAPI PERAH • Milk ring test (MRT) untuk mengidentifikasi kelompok
ternak terinfeksi dan menetapkan prevalensi kelompok
ternak yang terinfeksi di berbagai daerah. Sampel darah
dari kelompok ternak positif untuk menetapkan prevalensi
reaktor pada kelompok ternak terinfeksi
• Kultur sampel susu dari kelompok ternak positif untuk
mendukung data serologis dan mengidentifikasi
penyebab spesies Brucella dan biovar
• Kultur material abortus
SAPI POTONG • Uji serologis sampel darah dari sapi betina bibit yang
dikirim ke RPH, diikuti dengan identifikasi setiap
peternakan yang terinfeksi
• Sampel darah dari peternakan yang terinfeksi
• Kultur limphonoda dan material abortus
Sumber: WHO, FAO and OIE (2006). Brucellosis in humans
and animals. WHO/CDS/EPR/2006.7
22. Contoh Investigasi kasus abortus pada
sapi di Kabupaten Sleman, DI Yoyakarta
No. Waktu Lokasi Jenis ternak RBT+ CFT+ Abortus
1 Feb 2016 KT Mekar PFH 2 NA -
2 Feb 2017 KT Mekar PFH 2 2 -
3 Des 2016 Ruslan PFH - NA 1
4 Jan 2017 Ruslan PLim NA NA 1
5 Feb 2017 Ruslan PSim 2 2 -
6 Feb 2017 Paryono PFH 1 1 -
7 Apr 2016 KT Boyong PFH NA NA 3
8 Mei 2016 KT Boyong PFH NA NA 2
9 Jun 2016 KT Boyong PFH NA NA 1
10 Nov 2016 KT Boyong PFH NA NA 1
11 Des 2016 KT Boyong PFH NA NA 1
12 Feb 2017 KT Boyong PHH 6 6 -
Sumber: Kristiyanti F. et al. (2018). Proc. of the 20th FAVA CONGRESS & The
15th KIVNAS PDHI, Bali Nov 1-3, 2018.
23. Prevalensi brucellosis dan kejadian
abortus pada sapi perah
• Prevalensi brucellosis di desa Hargobinangun pada
Februari 2017 = 11/518 (2,12%)
• Kejadian abortus 8 ekor pada kelompok ternak
Boyong dan 2 ekor pada peternakan milik Ruslan
tidak dilakukan pengujian RBT atau CFT, karena
ternak sudah dijual
• Hasil investigasi menyimpulkan bahwa penyebab
abortus yang terjadi di wilayah Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman pada tahun 2017 diduga
disebabkan karena brucellosis
Sumber: Kristiyanti F. et al. (2018). Proc. of the 20th FAVA CONGRESS & The
15th KIVNAS PDHI, Bali Nov 1-3, 2018.
24. Permasalahan lama pengendalian
brucellosis pada sapi di Pulau Jawa
1. Ternak brucellosis biasanya tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi
produksi susu tetap tinggi dan abortus biasanya terjadi satu kali pada
kebuntingan pertama, sehingga petani enggan melakukan pemotongan
2. Pemberian kompensasi oleh pemerintah terhadap ternak brucellosis
menghadapi kendala berupa tidak sesuainya jumlah ternak yang
dipotong dengan kompensasi. Selain itu turunnya dana kompensasi
tidak bersamaan dengan hasil uji serologis sehingga memungkinkan
terjadinya penularan
3. Pengawasan lalu-lintas ternak antar wilayah di Pulau Jawa sangat
kompleks sehingga sangat sulit untuk melakukan pengawasan
pergerakannya
4. Pelaksanaan ‘Uji dan Potong’ belum dapat dilakukan secara serentak
dan optimal karena keterbatasan dana, sumber daya manusia dan
belum optimalnya sosialisasi program
5. Adanya pemakaian vaksin B. abortus S19 di beberapa daerah yang
mengakibatkan kesulitan untuk membedakan dengan infeksi alam
Sumber: Susan Maphilindawati Noor (2014)
25. Elemen kunci untuk desain dan adopsi
tindakan pengendalian terhadap brucellosis
• Situasi epidemiologi brucellosis yang aktual
• Kapasitas teknis kelembagaan otoritas veteriner
dalam mengendalikan penyakit dan diagnosis
laboratorium
• Dukungan finansial jangka panjang (ketersediaan
anggaran) untuk mengimplementasikan
pengendalian penyakit dan diagnosis laboratorium
• Fasilitas yang memadai untuk diagnosis
laboratorium
Sumber: FAO (2010). The 3rd FAO-APHCA/OIE Regional
Workshop on Brucellosis Diagnosis and Control.