Faktor-faktor risiko yang perlu diantisipasi terhadap penyebaran penyakit dari pulau karantina meliputi:
1) Studi cross sectional dan case control perlu dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko penularan penyakit;
2) Berdasarkan pembelajaran dari negara lain, faktor-faktor risiko yang perlu diantisipasi meliputi kepadatan ternak, lalu lintas ternak, dan kontak antara ternak dan satwa liar.
1. Faktor Risiko Yang Perlu
Diantisipasi Terhadap
Penyebaran Penyakit Dari
Pulau Karantina
Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
Komisi Ahli Karantina Hewan Kementerian Pertanian
Bogor, 26 September 2016
2. Virus PMK
• suatu virus RNA kecil yang termasuk ke dalam
keluarga Picornaviridae.
• merupakan penyakit vesikular sangat menular
yang menjangkiti lebih dari 70 spesies berkuku
belah dua
• terdiri dari 7 serotipe yang berbeda: O, A, C,
Asia1, SAT1, SAT2, dan SAT3
• sejumlah besar subtipe terbentuk dalam masing-
masing serotipe (> 60 subtipe)
5. Spesies yang terinfeksi PMK
• Sapi, kambing, domba dan babi adalah spesies utama yang
terinfeksi.
• Kerbau air (Bubalus bubalis) dapat terinfeksi dan juga dapat
menularkan infeksi ke spesies lain (hospes ‘reservoir’).
• Kambing dan domba tidak mudah menunjukkan gejala
klinis, sehingga dianggap sebagai bahaya riil
• PMK tidak dipertimbangkan sebagai zoonosis, meskipun
kasus klinis pernah dibuktikan pada manusia, tetapi sangat
jarang sekali terjadi karena selalu dikaitkan dengan
pendedahan ke manusia selama berlangsungnya wabah
(Sellers et al. 1970).
6. Ekskresi Virus PMK
• PMK pada babi
menyebar secara cepat,
karena babi
mengeksresikan 30–100
kali lebih banyak virus
secara aerosol daripada
domba atau sapi.
• Seekor babi terinfeksi
dapat menghasilkan 100
juta dosis infeksius per
hari.
7. Penularan PMK
• Infeksi virus PMK pada sapi terutama ditularkan dari
hewan terinfeksi ke hewan peka yang ada di area
yang sama melalui udara, karena sapi sensitif
terhadap infeksi pernafasan (Kitching, 2005).
• Virus PMK ditemukan pada seluruh ekskresi dan
sekresi dari hewan terinfeksi.
• Virus PMK dapat berada dalam susu dan semen
lebih dari 4 hari sebelum sapi menunjukkan gejala
klinis (OIE, General Diseases Information Sheets).
8. Infeksi PMK
• Sejumlah strain virus PMK menyerang spesies
tertentu lebih dari yang lain.
• Penularan, kekebalan dan status ‘carrier’ bervariasi
antar spesies.
• > 50% ruminansia terinfeksi menjadi ‘carrier’:
– Kerbau Afrika: 5 tahun
– Sapi: 3 tahun
– Domba: 9 bulan
– Kambing: 4 bulan
• Babi tidak dapat menjadi ‘carrier’
Sumber: Hammond J. M. (2011)
9. Sistem pemeliharaan
• Sistem pemeliharaan kambing dengan sapi
dapat meningkatkan risiko terinfeksi PMK,
karena kambing sangat peka sekali terhadap
virus PMK dan menyebarkan virus lewat udara
(Kitching and Hughes, 2002).
10. Zona bebas PMK tanpa vaksinasi vs Zona
dengan vaksinasi (OIE, 2016)
Zona bebas PMK tanpa vaksinasi Zona bebas PMK dengan vaksinasi
Zona di suatu negara bebas PMK dimana
vaksinasi diterapkan atau di suatu negara dimana
sebagian wilayahnya masih tertular PMK.
Zona di suatu negara bebas PMK dimana
vaksinasi tidak diterapkan atau di suatu negara
dimana sebagian wilayahnya masih tertular PMK.
Ada batasan fisik atau geografis antara zona dengan setiap negara atau zona tetangga yang tertular,
dengan membentuk zona proteksi (protection zone).
Harus dibuktikan bahwa:
1) Tidak ada kasus PMK selama 12 bulan
terakhir;
2) Tidak ada vaksinasi terhadap PMK selama 12
bulan terakhir; dan
3) Tidak ada infeksi PMK pada hewan yang
divaksin selama12 bulan terakhir.
Harus dibuktikan bahwa:
1) Tidak ada kasus PMK selama 2 tahun terakhir;
2) Tidak ada bukti penularan PMK selama 12
bulan terakhir;
3) Tidak ada infeksi PMK pada hewan yang tidak
divaksin; dan
4) Tidak ada bukti penularan PMK pada hewan
yang divaksin.
11. Zona bebas PMK tanpa vaksinasi Zona bebas PMK dengan vaksinasi
Ada dokumentasi mengenai:
1) Batasan dari zona tersebut;
2) Batasan dan tindakan-tindakan yang
dilakukan di zona proteksi;
3) Sistem untuk mencegah masuknya virus PMK
ke dalam zona;
4) Pengendalian lalu lintas hewan peka, daging
dan produk lainnya ke dalam zona
5) Tidak ada hewan yang divaksin
diperbolehkan masuk ke dalam zona, kecuali
sesuai aturan OIE.
Ada dokumentasi mengenai:
1) Batasan dari zona tersebut;
2) Batasan dan tindakan-tindakan yang
dilakukan di zona proteksi;
3) Sistem untuk mencegah masuknya virus PMK
ke dalam zona;
4) Pengendalian lalu lintas hewan peka dan
produknya ke dalam zona
Apabila suatu negara memiliki zona bebas PMK dengan vaksinasi ingin berubah statusnya menjadi
zona bebas PMK tanpa vaksinasi, negara tersebut harus menunggu 12 bulan setelah vaksinasi
berakhir dan menyediakan bukti tidak ada infeksi virus PMK selama jangka waktu dimaksud.
Zona bebas PMK tanpa vaksinasi vs Zona
dengan vaksinasi (OIE, 2016) - Lanjutan
12. Vaksinasi PMK
• Pada sapi, diketahui vaksinasi mencegah terjadinya
gejala klinis PMK, dan vaksinasi satu kali
mengurangi transmisi virus (Donaldson & Kitching,
1989, Orsel et al., 2005, Orsel et al., 2006).
• Vaksinasi dapat menutupi infeksi atau menyebabkan
timbulnya hewan ‘carrier’ yang menyebabkan virus
PMK tetap bertahan dalam populasi yang divaksin
(Department for Environment, Food and Rural
Affairs 2001).
13. Ternak ‘carrier’ PMK
• Istilah hewan carrier secara epidemiologi
dimaksudkan sebagai hewan yang mampu
menyebarkan infeksi meskipun secara klinis normal
(Martin S.W. et al. 1987).
• Hewan dimana virus PMK tetap ada di wilayah
oesafagus-faring lebih dari 4 minggu setelah infeksi
disebut sebagai hewan carrier (Sutmoller P. et al.
1968; Salt J.S. 1993).
• Status carrier merupakan hambatan teknis utama
dalam praktek penggunaan vaksinasi dalam
pengendalian PMK (Anon. 2002)
14. ‘Vaccinated carrier’
• Meskipun vaksinasi itu sendiri tidak menyebabkan
carrier, tetapi hewan yang divaksin (vaccinated animals)
yang terdedah dengan virus PMK diantaranya ada yang
dapat menjadi carrier (vaccinated carrier).
• Mengingat kenyataannya hewan-hewan yang divaksin
yang terdedah dengan virus PMK tersebut terlihat sehat,
maka importasi hewan yang divaksin dilarang untuk
diimpor ke negara-negara bebas PMK – sesuai Artikel
8.8.2. angka 4 huruf e dalam OIE Code) (Sutmoller P.
and Olascoaga R.C. 2003).
15. Apa itu ‘Faktor risiko’?
• Faktor risiko adalah:
– setiap atribut, karakteristik atau pendedahan terhadap
hewan yang dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya suatu penyakit (modifikasi dari definisi WHO).
– suatu variabel yang berhubungan dengan peningkatan
suatu penyakit atau infeksi (Free Encyclopedia)
– suatu kondisi, perilaku atau faktor lain yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit atau
gangguan kesehatan (Free Dictionary)
16. Bagaimana menentukan faktor risiko?
• Studi cross sectional yaitu studi yang mempelajari faktor
risiko dengan menghubungkan dinamikanya dengan
dampak PMK yang dilakukan pada suatu saat.
– Contoh: faktor-faktor risiko yang dihubungkan dengan
penularan PMK antar peternakan dalam suatu area wabah.
• Kasus kontrol/case control yaitu studi yang mempelajari
faktor risiko dengan membandingkan antara peternakan
yang memiliki kasus PMK dan peternakan yang tidak
memiliki kasus dalam jangka waktu tertentu.
– Contoh: faktor-faktor risiko yang dihubungkan dengan sero-
prevalensi PMK dari tahun 2007 sampai 2008 dalam suatu
area wabah.
17. Faktor risiko relevan dengan penyakit lintas
batas (transbundary animal diseases)
Faktor-faktor risiko
yang relevan
dengan ternak
Faktor-faktor risiko
yang relevan
dengan satwa liar
Faktor-faktor risiko
yang relevan
dengan peluang
alamiah
Faktor-faktor risiko
yang relevan
dengan lingkungan
sosio-ekonomi
Faktor-faktor risiko
yang relevan
dengan kesehatan
manusia
Sumber: Okamoto K. (The way towards global control of
Transboundary Animal Diseases)
18. Faktor risiko penyebaran PMK (A.S.)
• Kepadatan ternak
• Pusat-pusat konsentrasi ternak
• Lalu lintas ternak
– Pasar hewan
– Kandang penjualan
– Pameran dan pertunjukan ternak
• Lalu lintas orang
• Satwa liar
• Iklim
Sumber: USDA (Foot-and-Mouth Disease
Attack on the Midewest U.S.)
19. Multifaktor yang berhubungan dengan
wabah PMK pada sapi (Laos, 2009)
Manajemen peternakan: pembersihan dan
disinfeksi, kepadatan ternak, pekerja kandang
atau praktek di peternakan
Sumber pakan ternak: penggunaan bersama
areal penggembalaan dan sumber air dengan
ternak terinfeksi
Perdagangan ternak: mernasukkan ternak baru
ke dalam suatu kelompok ternak atau
peternakan
Cara beternak: memelihara sapi bersamaan
dengan ruminansia kecil
Geografi: ketinggian dataran rendah, kedekatan
jarak peternakan dengan area wabah
P M K
Referensi:
Intha Phouangsouvanh (2009)
20. Faktor risiko munculnya PMK (Zambia)
• Stres dikaitkan dengan:
– Kekeringan - Peningkatan kontak antara ternak dan satwa
liar;
– Banjir - Peningkatan kontak antara ternak dan satwa liar;
– Wabah penyakit lain – menimbulkan kekebalan yang
rendah;
– Perubahan sistem kekebalan kerbau yang menyebabkan
peningkatan virus yang keluar (shedding).
• Lalu lintas sapi terinfeksi
Sumber: Sinkala et al. (Risk Factors for Foot and Mouth Disease
Outbreak in Zambia)
21. Faktor risiko penyebaran PMK (Zambia)
• Kepadatan ternak sapi
• Lalu lintas sapi yang tidak dibatasi – pastoral,
pencurian ternak
• Perdagangan dan pasar hewan
• Penggembalaan bersama
• Pelarangan lalu lintas
• Perburuan
Sumber: Sinkala et al. (Risk Factors for Foot and Mouth Disease
Outbreak in Zambia)
22. Faktor risiko dari berbagai literatur
Faktor Risiko Referensi Negara
Pembelian dan penjualan sapi selama wabah C. Cleland1996
Bronsvoort 2004
Weland et al. 2015
Thailand
Kamerun
Mongolia
Manajemen dan lokasi peternakan Muroga et al. 2013 Jepang
Jarak dari RPH & lalu lintas sapi yang divaksinasi Ann et al. 2007 Ekuador
Aktivitas dan lalu lintas orang Picado et al. 2011 Tanzania
Aktivitas orang sepanjang jalan utama Chandana 2008
R. Hamoongaa et al. 2014
Srilangka
Zambia
Kelompok ternak digembalakan secara bebas,
lahan basah, dan kondisi cuaca
C. Cleland 1996
Bronsvoort 2004
Phouangsouvanh 2009
Dukpa 2011
Thailand
Kamerun
Laos
Bhutan
Kontak ternak antar desa terdekat Phouangsouvanh 2009
Picadi et al. 2011
Laos
Tanzania
Agregasi ternak dekat dengan sumber air minum
bersama
C. Cleland 1996
Bronsvoort 2004
R. Hamoongaa et al. 2014
Thailand
Kamerun
Zambia
Pemberian pakan komersial Bronsvoort 2004 Kamerun
Sistem peternakan dan pengaruh musim S. Sarker 2011 Bangladesh
23. Faktor risiko dari berbagai literatur (lanjutan)
Faktor Risiko Referensi Negara
Perbedaan lokasi geografis, kelompok umur dan
besaran kelompok ternak (herd size)
T. S. Jenbere et al. 2011 Ethiopia
Keberadaan anak sapi di bawah umur 6 bulan E. Elnekave et al. 2015 Israel
Lalu lintas orang dan kendaraan Muroga et al. 2013 Jepang
Pembelian ternak dari pasar, percampuran ternak
pada saat digembalakan and dimandikan, dan
pendapatan dari pertanian merupakan sumber
tunai yang paling penting untuk desa
Baldock F.C. et al. 1994 Thailand
Lalu lintas ternak, populasi orang dan ternak Senturk B. et al. 2015 Turki
Kelompok ternak bergerak lebih dari 2 km per hari,
akses sapi yang seringkali ke tempat pemotongan,
penempatan sapi di kandang dalam kondisi lumpur
untuk beberapa bulan, introduksi ternak baru ke
dalam kelompok ternak
Kirunda H. et al. 2014 Uganda
Operasi ‘feedlot’, pembelian ternak dari pasar,
kedekatan jarak dengan pasar dan RPH
Lindholm et al. 2007 Ekuador
24. R i n g k a s a n
• Untuk membuktikan faktor-faktor risiko yang signifikan
terhadap penularan HPHK harus dilakukan dengan studi
cross sectional atau studi case control.
• Dari pembelajaran di negara-negara lain, maka faktor-
faktor risiko yang diasumsikan perlu diantisipasi
terhadap penyebaran HPHK di Indonesia antara lain:
– Hewan divaksinasi di negara asal
– Stres akibat perubahan pola pemeliharaan
– Pengapalan ternak ke daerah penyebaran
– Pemeliharaan dekat dengan sapi rakyat di daerah
penyebaran
– Penggembalaan secara berkelompok/bersama
– Pemeliharaan sapi bersamaan dengan domba/kambing