Tiga metode utama surveilans penyakit mulut dan kuku menurut standar Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) adalah surveilans klinis, virulogis, dan serologis. Surveilans klinis melibatkan pelaporan kasus mencurigakan oleh peternak dan dokter hewan serta pemeriksaan klinis untuk konfirmasi. Surveilans virulogis digunakan untuk isolasi virus dan karakterisasi epidemiologi. Sedangkan surveilans serologis bert
1. Surveilans dan Monitoring
Vaksinasi Untuk Pengendalian
Penyakit Mulut dan Kuku
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan
Hewan Veteriner dan Karantina Hewan
Rapat Koordinasi PMK Regional II
Balai Veteriner Bukittinggi – Pakan Baru, Riau
14-16 September 2022
2. Pendahuluan
◆ Virus PMK ada dalam 7 serotipe berbeda yang terdiri dari O, A, C, Asia-1 dan South
African Territories (SAT-) 1-3, dan banyak subtipe (topotipe, lineage, sublineage)
karena tingginya tingkat mutasi virus.
◆ ‘Antigenic drift’ yang konstan karena kurangnya proteksi yang sering terjadi
setelah pemulihan dari infeksi dengan satu serotipe tertentu atau bahkan subtipe
dalam serotipe.
◆ PMK adalah endemik di wilayah yang luas di Afrika dan Asia, meskipun
pengendalian yang ketat terhadap importasi hewan dan produk pertanian
memungkinkan Eropa, Amerika Utara dan Australia mampu mempertahankan
status bebas tanpa vaksinasi.
◆ Selama beberapa tahun terakhir, negara-negara Amerika Selatan telah
menginvestasikan sumber daya yang substansial ke dalam pengendalian PMK
dengan melakukan kampanye vaksinasi dan surveilans, sehingga memperoleh
kemajuan ke arah pemberantasan.
2
Sumber: Segundo (2017). Foot-and-mouth disease vaccines. Veterinary Microbiology, Volume 206, 102-112.
3. Tantangan berantas PMK
◆ Tingginya tingkat morbiditas, jangkauan
hospes yang kompleks dan keragaman
genetik yang luas membuat pencegahan
dan pengendalian PMK sangat menantang.
◆ Meskipun vaksin PMK tersedia selama lebih
70 tahun, pencegahan penyakit hanya
berhasil di wilayah terbatas di dunia.
◆ Kemajuan substansial dalam penelitian
virus PMK di tingkat molekuler, seluler dan
hewan hidup telah diperoleh dalam
beberapa dekade terakhir.
3
Sumber: Segundo (2017). Foot-and-mouth disease vaccines. Veterinary Microbiology, Volume 206, 102-112.
Virus PMK serotipe O dibagi menjadi
8 topotype berdasarkan
perbandingan sekuens gen VP1.
4. Wabah PMK berskala luas
◆ Sebagian besar serangan virus
PMK mengarah ke wabah yang
relatif kecil, tetapi dalam beberapa
kesempatan ada yang besar
(termasuk Indonesia): MENGAPA?
▪ Deteksi terlambat?
▪ Lalu lintas ternak?
▪ Strain virulen?
▪ Kepadatan ternak?
4
5. Grafik wabah PMK di Indonesia
5
-1000
1000
3000
5000
7000
9000
11000
13000
15000 1
Mei
2022
3
Mei
2022
5
Mei
2022
7
Mei
2022
9
Mei
2022
11
Mei
2022
13
Mei
2022
15
Mei
2022
17
Mei
2022
19
Mei
2022
21
Mei
2022
23
Mei
2022
25
Mei
2022
27
Mei
2022
29
Mei
2022
31
Mei
2022
2
Juni
2022
4
Juni
2022
6
Juni
2022
8
Juni
2022
10
Juni
2022
12
Juni
2022
14
Juni
2022
16
Juni
2022
18
Juni
2022
20
Juni
2022
22
Juni
2022
24
Juni
2022
26
Juni
2022
28
Juni
2022
30
Juni
2022
2
Juli
2022
4
Juli
2022
6
Juli
2022
8
Juli
2022
10
Juli
2022
12
Juli
2022
14
Juli
2022
16
Juli
2022
18
Juli
2022
20
Juli
2022
22
Juli
2022
24
Juli
2022
26
Juli
2022
28
Juli
2022
30
Juli
2022
1
Agustus
2022
3
Agustus
2022
5
Agustus
2022
7
Agustus
2022
9
Agustus
2022
11
Agustus
2022
13
Agustus
2022
Mei s/d pertengahan
Agustus 2022
Hari Raya
Idul Adha 2022
Sumber: I-SIKHNAS (2022)
Total kasus = 485.351
6. Pentingnya surveilans
◆ Sebagai bagian dari pengendalian PMK, surveilans mewakili bagian sangat
penting yang terkait langsung dengan diagnostik.
◆ Surveilans membutuhkan upaya bersama oleh individu pemilik ternak, dokter
hewan swasta dan layanan kesehatan hewan pemerintah.
◆ Negara-negara dengan pemilik ternak yang dianggap memiliki pengetahuan yang
memadai dan layanan dokter hewan yang terlatih, wabah PMK masih mungkin
tidak terdeteksi sampai penyakit ini menyebar di luar lokasi infeksi awal.
◆ Sebagian dapat disebabkan oleh gejala klinis penyakit PMK yang ringan atau
tidak teridentifikasi, keterlambatan dalam melaporkan kasus indeks, atau
kurangnya pelaporan karena pergerakan hewan ilegal atau produk hewan yang
terkontaminasi (Mahy, 2005).
◆ Beberapa studi yang menilai data surveilans (Chen et al., 2011; Kasanga et al.,
2012) menyoroti pentingnya memahami faktor-faktor budaya dan sosial yang
mempengaruhi masyarakat pertanian untuk melaporkan wabah PMK.
6
7. Proses menuju pemberantasan
7
Endemik
Program
pengenda-
lian resmi
Bebas
dengan
vaksinasi
Bebas
tanpa
vaksinasi
• Tidak ada kasus (1 tahun)
• Tidak ada vaksinasi
(1 tahun)
• Tidak ada kasus
(2 tahun)
• Tidak ada bukti
penularan (1 tahun)
• Tidak ada bukti infeksi
virus pada hewan yang
tidak divaksinasi;
• Tidak ada bukti
penularan virus pada
hewan yang divaksinasi
• Pelaporan penyakit yang
regular dan cepat
• Siskeswanas mampu
mengendalikan PMK
• Rencana terperinci
pengendalian
• Gambaran terperinci
epidemiologi PMK
• Bukti surveilans telah
berjalan baik
Sasaran:
PENGENDALIAN
atau
PEMBERANTASAN?
8. 1. Surveilans menurut
persyaratan WOAH
8
Diperlukan untuk mendapatkan, mempertahankan atau
memulihkan kebebasan dari PMK di tingkat negara, zona
atau kompartemen, dan dukungan untuk program
pengendalian resmi PMK.
9. Standar WOAH untuk surveilans PMK
◆ Bab FMD dalam WOAH Code
◆ Standar lain yang relevan, tidak hanya Bab FMD dalam
WOAH Code:
▪ Surveilans Bab 1.4. dalam WOAH Code
▪ WOAH manual uji diagnostik dan vaksin
▪ Pedoman monitoring pasca vaksinasi
9
Artikel Judul Artikel
Artikel 8.8.40. Prinsip-prinsip umum surveilans
Artikel 8.8.41. Metoda surveilans
Artikel 8.8.42. Penggunaan dan interpretasi uji serologis
10. Artikel 8.8.40. Prinsip-prinsip umum surveilans
1. Deteksi dini
2. Pembuktian bebas
3. Program pengendalian resmi WOAH
4. Strategi surveilans
5. Tindak lanjut kasus yang dicurigai dan
interpretasi hasil
6. Kekebalan populasi (population immunity)
10
11. Artikel 8.8.40. (1) Deteksi dini
◆ Tanggung jawab dari Otoritas Veteriner.
◆ Sistim peringatan dini untuk melaporkan
kasus yang dicurigai PMK di seluruh
proses produksi, pemasaran dan rantai
pemrosesan.
◆ Prosedur pengumpulan dan transpor
sampel ke laboratorium untuk
diagnosis/konfirmasi PMK.
11
12. Artikel 8.8.40. (2) Pembuktian bebas
◆ Dijalankan pada tingkat kepercayaan yang dapat diterima.
◆ Diadaptasikan dengan situasi lokal.
◆ Dijalankan secara berkelanjutan.
◆ Bergantung pada historis situasi epidemiologi.
◆ Untuk mendukung kebebasan PMK:
12
Di mana vaksinasi tidak
dipraktikkan
Pembuktian tidak ada infeksi
Di mana vaksinasi dipraktikkan Pembuktian tidak ada penularan pada
populasi yang rentan
Untuk kompartemen Identifikasi prevalensi, distribusi dan
karakteristik PMK di luar kompartemen
13. Klarifikasi istilah (Artikel 8.8.1.)
◆ Infeksi PMK
a) Virus PMK telah diisolasi dari sampel; atau
b) Antigen virus PMK atau virus RNA telah diidentifikasi, atau
c) Antibodi terhadap protein struktural (SP) atau non-structural
(NSP) virus PMK, yang bukan merupakan konsekuensi vaksinasi
telah diidentifikasi.
◆ Penularan PMK (populasi yang divaksinasi)
▪ Ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam bukti virulogis
atau serologis yang mengindikasikan adanya infeksi, bahkan
dalam keadaan tanpa gejala klinis.
13
14. Artikel 8.8.40. (3) Program pengendalian
resmi WOAH
◆ Surveilans harus menunjukkan:
▪ Efektivitas dari vaksinasi yang dijalankan.
▪ Kemampuan untuk mendeteksi dengan cepat semua wabah PMK.
◆ Surveilans menunjukkan untuk seluruh wilayah/bagian wilayah:
▪ Bebas dari infeksi dan penularan virus PMK.
▪ Pemahaman epidemiologi PMK.
▪ Semua faktor risiko, termasuk peran satwa liar (apabila ada),
telah diidentifikasi dan dikelola.
▪ Penyediaan data pendukung yang berbasis saintifik.
14
15. Artikel 8.8.40. (4) Strategi surveilans
◆ Strategi harus menetapkan secara jelas:
▪ Prevalensi infeksi dengan virus PMK; atau
▪ Bukti kebebasan dari infeksi atau penularan virus PMK:
o Investigasi klinis atau pengambilan sampel secara random atau bertarget
pada tingkat kepercayaan statistik yang dapat diterima.
o Pengambilan sampel yang ditargetkan mungkin sesuai jika peningkatan
kemungkinan infeksi di daerah atau spesies tertentu dapat diidentifikasi.
◆ Justifikasi strategi surveilans yang dipilih dan frekuensi pengambilan
sampel untuk mendeteksi keberadaan infeksi atau penularan virus PMK.
◆ Ukuran sampel (sample size) harus memadai untuk mendeteksi infeksi
atau penularan virus PMK.
◆ Ukuran sampel dan prevalensi yang diharapkan menentukan tingkat
kepercayaan hasil surveilans.
15
16. Artikel 8.8.40. (5) Tindak lanjut kasus yang
dicurigai dan interpretasi hasil
◆ Identifikasi kasus terduga yang memerlukan tindak lanjut yang cepat dan
investigasi.
◆ Sampel harus diambil dan dikirimkan untuk pengujian diagnostik, atau
dikesampingkan melalui investigasi epidemiologi dan klinis.
◆ Rincian kejadian, investigasi dan hasil akhir dari kasus terduga harus
didokumentasikan:
▪ Hasil pengujian diagnostik;
▪ Tindakan-tindakan pengendalian.
◆ Sensitivitas dan spesifisitas uji diagnostik, termasuk performans uji
konfirmatori adalah faktor kunci dalam desain, penentuan ukuran sampel
dan interpretasi hasil.
16
17. Artikel 8.8.40. (6) Kekebalan populasi
◆ Setelah vaksinasi rutin diperlukan bukti mengenai efektivitas
program vaksinasi:
▪ cakupan vaksinasi (vaccination coverage) yang memadai; dan
▪ kekebalan populasi (population immunity)
◆ Untuk mengestimasi kekebalan populasi, pengumpulan sampel
darah harus dikelompokkan berdasarkan umur untuk
memperhitungkan jumlah vaksinasi yang telah diterima.
17
Pengambilan sampel Informasi yang diperoleh
1 – 2 bulan pasca vaksinasi Efisiensi program vaksinasi
Pada saat vaksinasi ulang Durasi kekebalan
19. Artikel 8.8.41. Metoda surveilans (1)
Surveilans klinis
◆ Lapor setiap kasus yang terduga di sepanjang rantai ternak oleh
peternak, paramedis, dokter hewan dan diagnostisian.
◆ Pemeriksaan klinis dan pengujian diagnostik harus dilakukan untuk
mengklarifikasi status terduga.
◆ Keterbatasan:
▪ Kekurangan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan klinis.
▪ Spesies domestik biasanya tidak menunjukkan gejala klinis.
▪ Satwa liar sulit dimonitor.
▪ Vaksinasi menutupi penyakit.
▪ Waktu tidak memadai untuk mengungkapkan penyakit.
19
20. Artikel 8.8.41. Metoda surveilans (2)
Surveilans virulogis
◆ Pembentukan karakteristik molekuler, antigenik dan biologik lainnya dari
virus PMK, begitu juga sumbernya, sebagian besar bergantung pada
surveilans klinis untuk adanya sampel yang tersedia.
◆ Isolat virus PMK harus dikirim secara regular ke Laboratorium Referensi
WOAH di Pirbright, Inggris, sebagai database virus PMK dunia.
◆ Tujuan:
▪ Konfirmasi kasus terduga klinis;
▪ Tindakan lebih lanjut hasil serologis positif;
▪ Karakterisasi isolat untuk studi epidemiologi dan ‘vaccine matching’;
▪ Monitor populasi berisiko (at risk) untuk keberadaan dan penularan
virus PMK.
20
21. Artikel 8.8.41. Metoda surveilans (3)
Surveilans serologis
◆ Tujuan untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan dari
infeksi atau vaksinasi menggunakan uji NSP atau SP.
◆ Digunakan untuk:
▪ mengestimasi prevalensi atau membuktikan
kebebasan dari infeksi atau penularan virus PMK;
▪ monitor kekebalan populasi setelah vaksinasi.
◆ Hasil surveilans secara random atau bertarget adalah
penting dalam memberikan bukti yang dapat
diandalkan tentang situasi PMK di suatu negara, zona
atau kompartemen.
21
22. Artikel 8.8.42. Penggunaan & interpretasi
uji serologi
◆ Uji antibodi
▪ ‘Structural protein’ (SP) virus PMK (ELISA dan VNT)
▪ ‘Non-structural protein’ (NSP) virus PMK (ELISA dan western blot)
◆ Hasil uji antibodi positif memiliki 4 kemungkinan penyebab:
▪ Infeksi virus PMK;
▪ Vaksinasi terhadap PMK;
▪ Antibodi maternal (umumnya sampai 6 bulan pada sapi);
▪ Reaktivitas yang non-spesifik.
22
24. Vaksinasi PMK
◆ Vaksinasi adalah alat penting untuk memproteksi hewan terhadap PMK.
◆ Selain kuantitas vaksin, kualitas menjadi isu utama.
◆ Dari pengalaman negara lain, wabah PMK sering dilaporkan pada hewan
bahkan setelah vaksinasi:
▪ Vaksin PMK yang diproduksi lokal – isu massa antigenik dan kontrol
kualitas (quality control).
▪ Vaksin PMK impor – kekhawatiran adanya strain yang tidak mampu
memproteksi virus PMK yang bersirkulasi.
▪ Vaksin PMK yang tersedia secara informal – sebagian besar
diselundupkan tanpa rantai dingin.
◆ Isu lain, peternak ragu bahwa vaksinasi dapat memberikan proteksi
pada ternak mereka.
24
25. Jumlah sakit, sembuh, potong bersyarat dan
vaksinasi (ekor)
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
1
Mei
2022
3
Mei
2022
5
Mei
2022
7
Mei
2022
9
Mei
2022
11
Mei
2022
13
Mei
2022
15
Mei
2022
17
Mei
2022
19
Mei
2022
21
Mei
2022
23
Mei
2022
25
Mei
2022
27
Mei
2022
29
Mei
2022
31
Mei
2022
2
Juni
2022
4
Juni
2022
6
Juni
2022
8
Juni
2022
10
Juni
2022
12
Juni
2022
14
Juni
2022
16
Juni
2022
18
Juni
2022
20
Juni
2022
22
Juni
2022
24
Juni
2022
26
Juni
2022
28
Juni
2022
30
Juni
2022
2
Juli
2022
4
Juli
2022
6
Juli
2022
8
Juli
2022
10
Juli
2022
12
Juli
2022
14
Juli
2022
16
Juli
2022
18
Juli
2022
20
Juli
2022
22
Juli
2022
24
Juli
2022
26
Juli
2022
28
Juli
2022
30
Juli
2022
1
Agustus
2022
3
Agustus
2022
5
Agustus
2022
7
Agustus
2022
9
Agustus
2022
11
Agustus
2022
13
Agustus
2022
Total sakit (ekor) Total sembuh (ekor) Total potong bersyarat (ekor) Vaksinasi (ekor)
Total vaksinasi per 13 Agustus 2022
= 1.451.370 ekor
Sumber: I-SIKHNAS (2022)
26. Monitoring vaksinasi
◆ Komponen utama dari sistim surveilans adalah monitoring kegiatan
vaksinasi dan efektivitasnya.
◆ Evaluasi kekebalan populasi setelah kampanye vaksinasi adalah penting
karena beberapa alasan:
▪ menilai suksesnya kampanye vaksinasi dalam memenuhi tujuannya
(misal cakupan populasi, tingkat kekebalan kelompok dlsb.).
▪ menilai realibilitas deklarasi peternak tentang vaksinasi yang dilakukan.
▪ mendeteksi dan menganalisis kekurangan kampanye vaksinasi untuk
perencanaan yang tepat dan kampanye berikutnya.
▪ menyediakan informasi yang diperlukan untuk melakukan penilaian
risiko tentang konsekuensi masuknya infeksi ke dalam populasi.
▪ menyediakan bagian dari informasi yang diperlukan untuk menargetkan
‘surveilans berbasis risiko’ dengan benar.
26
27. Monitoring vaksinasi
◆ Monitor implementasi:
▪ Cakupan vaksinasi (vaccination coverage)
▪ Kekebalan populasi (population immunity)
◆ Monitor hasil vaksinasi:
▪ Surveilans dan investigasi wabah
▪ Sero-surveilans NSP
27
28. Tujuan uji serologi untuk PMK
1) untuk mensertifikasi individu hewan sebelum impor atau ekspor (misalnya
untuk perdagangan);
2) untuk mengkonfirmasi kasus-kasus terduga atau yang dicurigai PMK;
3) untuk membuktikan tidak adanya infeksi;
4) untuk menunjukkan efikasi vaksinasi.
Uji serologi untuk PMK ada 2 jenis:
▪ uji yang mendeteksi antibodi terhadap ‘structural protein’ (SP) virus
PMK; dan
▪ Uji yang mendeteksi antibodi terhadap ‘nonstructural protein’ (NSP)
virus PMK.
28
Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021).
29. PMK genom dan protein yang diproduksi
pada saat replikasi
29
◆ Setelah hewan terinfeksi, sejumlah
NSP diproduksi selama siklus
replikasi di dalam sel.
◆ Beberapa di antaranya antigenik,
terutama 2C, 3A, 3D and
polyprotein 3ABC. Ini menunjukkan
keseluruhan NSP yang kompleks.
◆ Di antara NSP, 3ABC menunjukkan
yang paling berbeda dalam
membedakan hewan yang
divaksinasi dari yang terinfeksi.
30. Penggunaan uji NSP untuk DIVA
◆ Uji serologis digunakan secara luas untuk memonitor
status kekebalan hewan yang terekspos virus PMK
atau yang divaksinasi PMK.
◆ Satu aplikasi dari uji ini adalah untuk mengidentifikasi
hewan dalam kelompok yang divaksinasi yang telah
terinfeksi dengan virus PMK. Ini dikenal sebagai DIVA
(differentiating infected from vaccinated animals).
◆ DIVA adalah:
prinsip yang mengeksploitasi perbedaan antibodi
(humoral) respons yang dihasilkan oleh hewan yang
divaksinasi dibandingkan dengan hewan yang secara
alami terinfeksi virus PMK (apakah hewan telah
divaksinasi atau belum).
30
31. Deteksi antibodi dengan Uji NSP
◆ NSP dari virus PMK dapat digunakan untuk mengidentifikasi infeksi
di masa lalu atau saat ini dengan salah satu dari 7 serotipe virus,
terlepas dari apakah hewan tersebut telah divaksinasi atau tidak.
◆ Uji NSP digunakan untuk:
▪ untuk mengkonfirmasi kasus-kasus terduga PMK; dan
▪ untuk mengevaluasi prevalensi infeksi atau
▪ untuk membuktikan kebebasan dari infeksi berbasis populasi.
◆ Untuk mensertifikasi hewan untuk lalu lintas atau perdagangan, uji
NSP memiliki keunggulan dibandingkan uji SP karena serotipe tidak
harus diketahui.
31
Sumber: WOAH Terrestrial Animal Health Code (2021). CHAPTER 3 .1. 8 .
32. DIVA
◆ Uji NSP antibodi digunakan untuk 4 (empat) tujuan:
1) membuktikan tidak adanya infeksi atau sirkulasi virus.
2) mensertifikasi individu hewan bebas PMK sebelum dilalu lintaskan atau
diperdagangkan.
3) mengkonfirmasi kasus terduga (suspected case).
4) membedakan hewan yang terinfeksi dengan yang divaksinasi (DIVA).
32
Hasil serologi
Uji konvensional
(LBP, VN)
FMDV NSP
test
Vaksinasi Terinfeksi + +
Vaksinasi Tidak terinfeksi + -
Tidak divaksinasi Terinfeksi + +
Tidak divaksinasi Tidak terinfeksi - -
33. Contoh uji NSP komersial
RAPID TEST
◆ Sentinel® FMDV Non Structural Protein Antibody Rapid Test
◆ FMD NSP Bovine Veterinary Rapid Test Kit (VECHEK)
ELISA TEST KIT
◆ Sentinel ® FMDV NSP Ab ELISA test kit
◆ PrioCHECK ® FMDV NS ELISA kit
33
34. Penutup
◆ Pilar dari sistim surveilans suatu negara yang ingin percaya diri dan
mendapatkan pengakuan bebas dari PMK:
▪ Surveilans bertarget (berbasis risiko) yang berkelanjutan;
▪ Sistim deteksi dini;
▪ Pelaporan penyakit/sistim notifikasi;
▪ Monitoring vaksinasi.
◆ Tujuan utama dari sistim surveilans PMK adalah manajemen
pengendalian penyakit. Bukti tidak ada penyakit dan tidak ada sirkulasi
virus adalah “konsekuensial”.
◆ Dalam melakukan surveilans, dokter hewan lapangan dan laboratorium
harus beroperasi dalam bentuk terintegrasi dan memiliki akses resiprokal
yang cepat ke data.
34