High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
1.
2.
3. Sistem biliaris merupakan suatu saluran yang
mengalirkan empedu dari hepar ke dalam
duodenum.
Berdasarkan lokasinya terbagi menjadi
intrahepatik dan ekstrahepatik.
Saluran Biliaris intrahepatik terdiri atas
kanalikuli biliaris dan duktuli biliaris.
Saluran Biliaris ekstrahepatik terdiri atas
duktus hepatikus kiri dan kanan, duktus
hepatikus komunis, duktus sistikus, dan duktus
koledokus serta vesica fellea
5. Keluar dari hepar pada
porta hepatis.
Ductus kanan-kiri bersatu
ductus hepaticus
communis
Panjang 4 cm.
Pinggir kanan bersatu
dengan ductus cysticus
(dari vesica fellea)
Ductus
choledochus
6. Bentuk huruf “S”
Panjang 4 cm.
Menghubungkan collum vesica fellea dgn
ductus hepaticus communis membentuk
ductus choledochus.
7. Panjang 8 cm.
Bersatu dengan ductus
pancreaticus
Bermuara pada ampulla
vateri (dinding duodenum).
Bagian distal ductus
choledochus & ampulla
dikelilingi M. sphincter oddi
8. Terdiri dr :
Fundus.
Corpus.
Collum berlanjut
sbg. ductus cysticus
10. Obstruksi Jaundice
Kelainan kongenital
Fistel
Radang saluran empedu/cholangitis
Cholesterolosis/disebabkan oleh penimbunan
kolesterol dalam epitel kandung empedu
Cholelitiasis/batu KE
Tumor (adenokarsinoma) menyebabkan ikterus
obstruktif (cholestasis)
Ikterus : perubahan warna kulit dan mukosa
menjadi kuning akibat peningkatan kadar
bilirubin serum yang abnormal.
11. Alergi terhadap media kontras.
Keadaan umum penderita yang jelek
12. Saat ini sudah sangat jarang dilakukan
digantikan oleh imaging lain (ERCP,
USG, CT, MRI)
Mungkin gagal bila kadar bilirubin serum >
34 mol/L
Indikasi :
Imaging pada patologi VF bila tidak
tersedia alat USG atau bila USG gagal
menampakkan VF
13. PENGERTIAN :
Adalah pemeriksaan secara radiologi
kandung empedu danductus ductusnya.
Dengan menggunakan media kontras yang
dimasukkan lewat mulut.
Tujua dari pemeriksaan ini adalah untuk
menggambarkan anatomi, fisiologi dan
patologi dari kandung empedu dan ductus
ductusnya
14. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
Indikasi
Colelitiasis (batu empedu)
Colecytitis (radang empedu)
Penyumbatan pada ductus-ductus
Kelainan fungsi kandung empedu
Kontra Indikasi
Alergi terhadap media kontras
15. PESAWAT SINAR-
X
Kaset dan film 24 x 30 cm
Grid/lysolm
Gonad shield
Marker
Time marker
Tempat mengaduk kontras
Sendok, Gelas
Media kontras
1. Biloptin(kapssul/granula/liquid)
2. Solubiloptin (podwer sachet)
3. Telepaque (tablet/podwer/liquid)
4. Biliodyl (tablet)
5. Orabilix
16. MEDIA KONTRAS
Dipergunakan media kontras senyawa
iodium
Mersifat fat saluble (larut dalam lemak)
Dapat diberikan dengan single dosis
sekaligus 12 tablet atau dengan
metode fraksi (6 tablet sebelum
diperiksa dan 6 tablet sebelum
pemeriksaan
17. Derivat dari asam tri-iodobenzoat
Oral : Telepaque (Asam iopanoat),
Biloptin (Na-iopodate) 6 capsul
@500 mg
Larut lemak dan air
Diserap usus dan masuk VF
melalui sistem porta hepar
diambil oleh sel hepar ekskresi
ke dalam VF (maksimal dalam 12
jam) dibuang bersama feses
IV : Biliscopin (Meglumine iotroxat)
Masuk melalui A. hepatica ke
hepar
18. Tahap I : persiapan
Tahap II : preliminary film
Tahap III : kolesistografi
19. PERSIAPAN PASIEN
24 jam sebelum pemeriksaan
pasien diet makanan berlemak
dan berserat
12 jam sebelum pemeriksaan
minum obat kontras 6 tablet
8 jam sebelum pemeriksaan
minum obat pencahar
Sebelum pemeriksaan pasien
minum obat kontras lagi sebanyak
6 tablet
20. 7. Central Point
Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin
terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
TEKNIK PEMERIKSAAN
Proyeksi PA (abdomen kanan atas)
(untuk melihat gambaran kandung empedu secara
umum.
1. Posisi pasien : Prone diatas meja pemeriksaan.
2. Posisi Objek : MSP tubuh pada pertengahan
kaset, batas bawah SIAS, Batas samping kanan
tepi tubuh, batas atas dan kiri mrnyesuaikan.
3. CP :
4. CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
5. Menggunakan kaset ukuran 24x 30
21.
22.
23. Central Point
Kurang lebih 7,5 cm kearah kanan dari Lumbal ke-3
LANJUTAN
FOTO LAO
(untuk melihat gambaran kandung empedu dan
ductus-ductusnya
1. Posisi Pasien : Prone diatas meja pemeriksaan
2. Posisi objek : menentukan batas abawah SIAS,
Batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan
kiri menyesuaikan.
3. CP : Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari
margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP)
4. CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
24.
25. Central Point
Setengah bagian kanan abdomen
FOTO RLD
(untuk melihat gambaran kandung empedu dan
ductus-ductusnya)
1. Posisi Pasien : recumben diatas meja
pemeriksaan
2. Posisi Object : menentukan batas bawah SIAS,
batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan
kiri menyesuaikan.
3. CP : Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari
margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
4. CR : Horizontal tegak lurus
5. Kaset : 24 x 30
26.
27. Posisi Pasien Supine
Posisi Obyek
•Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh
menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri
tubuh menyudut 10-200 dengan meja pemeriksaan.
• Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
Central Ray
Vertikal/tegak lurus
Central Point
Sekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar
7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3 dan 2 inchi
superior).
FFD 100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
30. LANJUTAN
Jika gambaran kandung empedu terlihat (terisi
kontras). Pasien diberikan makanan yang berupa
lemak,(susu,roti mentega dan telur)
2 jam sesudah makan dibuat foto dengan posisi
yang sama (PA, LAO, dan RLD)
Berikutnya dibuat spot foto sampai dengan4 jam
dengan selang waktu setengah jam
Foto ini bertujua untuk melihat pengosongan
kandung empedu
31. Foto AFM (After Fatty Meal) :
Prone 20 derajat LAO
30 menit pasca makan / minum
yang berlemak fungsi
pengosongan VF dan melihat batu
kecil
32.
33. Jika gambaran kandung empedu tidak terlihat
maka fotodihentikan.
Indikasi terjadinya sumbatan pada ductus.
34.
35. Gangguan saluran cerna ringan (mual,
muntah, diare)
Reaksi alergi pada kulit (urtikaria, gatal,
kemerahan)
Hati-hati pada pasien gout (asam urat tinggi)
memicu serangan akut
36. PENGERTIAN
pemeriksaaan radiografi pada traktus biliaris dengan
memasukkan media kontras positif secara intravena.
IVC jarang dilakukan karena angka kejadian reaksi media
kontras cukup tinggi dan adanya prosedur/modalitas lainnya.
INDIKASI
•Untuk evaluasi duktus biliaris pada pasien dengan
cholecystectomi.
•Untuk evaluasi duktus biliaris pada non-cholecystectomi
pasien.
• Pada kasus dimana biliary tract tidak nampak pada
pemeriksaan OCG.
•Pada kasus dimana karena vomiting dan diarrhea, pasien
tidak mampu menerima pemasukan media kontras secara
oral.
37. KONTRA INDIKASI
•Pasien dengan liver desease.
• Non-intact duktus biliaris.
• Pasien dengan peningkatan bilirubin (lebih dari 2
mg/dl).
•Untuk pasien dengan obstructive jaundice dan post
cholecystectomy.
PERSIAPANALAT
•Pesawat sinar-x
• Kaset dan film 24 x 30, Grid/lysolm, Marker
• Kapas alkohol atau wipes.
• Handuk atau spon untuk bantalan lengan
• Gonad shield
•Peralatan kegawat daruratan (tabung O2, alat suction,
dan lain-lain)
• Spuit, Needle
• Media kontras iodipamide (biligrafin forte) 50% atau
biligrafin 30%
38. Media kontras biasanya diinjeksi melalui vena
cubiti yang selanjutnya melalui jantung dan
diedarkan melalui arterial circulation. Media
kontras tiba di liver melalui arteri hepatika
dan vena porta, media kontras akan
mengalami perubahan biokimia dan
disekresikan oleh bile dan ditampung di gall
bladder.
39. Radiograf dibuat dengan interval 10 menit
sampai didapat gambaran yang optimal.
Opacity maximal biasanya pada 30-40 menit
post injeksi.
Pada kasus-kasus tertentu, pemeriksaan bisa
dilakukan hingga 2 jam post injeksi (gall
bladder terisi penuh).
Radiograf kembali diambil 10-20 menit
setelah fatty meal dilakukan.
40. 1. PA(scout)
Untuk mengetahui menentukan posisi dan FE.
Posisi Pasien
Prone
Posisi Obyek
•Kepala diberi bantal.
• Kedua tangan di samping kepala.
• Tungkai bawah lurus dengan suport pada ankle.
•Setengah bagian kanan tubuh berada pada
pertengahan kaset (sthenik) dan gallblader lebih
horizontal, 5 cm lebih tinggi dan lateral untuk
hypersthenik, untuk asthenic gallblader vertikal
dan 5 cm lebih rendah dan dekat midline.
• Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis.
41. Central Ray
Vertikal/tegak lurus
Central Point
Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari
margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan
dari MSP
FFD
100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
2. Injeksi
Informasikan pada pasien, kemungkinan
adanya hot flush saat media kontras
diinjeksikan
42. 3. Post injeksi (AP Oblique (RPO))
Posisi Pasien
Supine
Posisi Obyek
•Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh
menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri
tubuh menyudut 10-200 dengan meja
pemeriksaan.
• Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
Central Ray
Vertikal/tegak lurus
Central Point
Sekitar 2 inchi superior dari prone oblique
(sekitar 7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3
dan 2 inchi superior).
FFD 100 cm
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi
43.
44.
45. Pemeriksaan T-tube Cholangiografi: pemeriksaan
radiologis traktus billiari lewat pipa berbentuk
huruf T yang dimasukkan melalui duktus
koledokus.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
menunjukkan ukuran dan kejelasan (patency)
duktus-duktus, keadaan spingter ampula
hepatopankreatikus, dan untuk mengetahui
adanya sisa-sisa atau batu-batu yang tidak
terdeteksi sebelumnya atau kondisi patologis
yang lain
46. Persiapan Pasien
1. Tabung drainase diklem dengan korentang
sehari sebelum pemeriksaan untuk
membiarkan tabung penuh dengan empedu,
sebagai tindakan pencegahan masuknya
gelembung-gelembung udara ke duktus-
duktus, yang seolah-olah seperti batu
kolesterol.
2. Tidak diperlukan makanan pendahuluan
(pasien puasa).
3. Jika diperlukan pemberian enema (lavement)
diatur kurang lebih satu jam sebelum
pemeriksaan
47. Persiapan Alat
1. Pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan
fluoroskopi dan penguat gambar (Image
Intensifier) yang dihubungkan dengan televisi
monitor.
2. Pipa berbentuk huruf T (T-tube)
3. Spuit.
4. Bengkok.
5. Baju pasien.
6. Marker.
7. Media kontras.
8. Obat-obat emergensi untuk mengatasi alergi
dan syok
48. 1. Terbuat dari bahan halus, fleksibel,
tidak mengandung racun, kegunaan
dalam waktu panjang.
2. Silikon yang lembut akan mengurangi
pergeseran pada permukaan organ.
3. Terlihat garis radioopaque sepanjang
tube.
4. Panjang: 20x60 cm
5. Size:fg: 10, 12, 14, 16 & 18
6. Batas dalam dari kotak 50 pcs
7. Penggunaan dalam keadaan steril.
T-TUBE
49. Media kontras yang digunakan untuk
pemeriksaan T-tube Cholangiografi adalah
yang larut dalam air, media kontras organik.
Kepadatan (densitas) media kontras yang
direkomendasikan tidak dari 25-30%, karena
batu-batu kecil mungkin tidak terdeteksi
pada konsentrasi tinggi misal Iopamiro 300
Media kontras yang digunakan adalah
Ultravist yang sudah dicampur aquabides
dengan perbandingan 1:1 sebanyak 20 cc
50. Foto Pendahuluan
pemotretan di daerah abdomen kuadran
kanan atas sebelum dilakukan pemasukan
media kontras, adapun tujuan dari
pemotretan foto pendahuluan ini adalah
melihat persiapan penderita, menilai
kelainan-kelainan anatomi dari organ traktus
biliaris, dan menentukan pemakaian proyeksi
dan faktor eksposi selanjutnya
51. Posisi pasien : Berbaring terlentang dengan kedua tangan
berada di atas dada dan di bawah kedua lutut diberi
ganjalan. MSP tubuh diatur pada pertengahan meja atau
grid.
Posisi objek : Abdomen diatur pada pertengahan kaset
dengan batas atas prossesus xipoideus dan batas bawah
simpisis pubis.
Arah sinar : Vertikal tegak lurus pada pertengahan grid
setinggi pertengahan kedua krista illiaka.
Eksposi : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas
Kaset: Ukuran 35 x 43 cm
Kriteria : Tampak batas atas vertebra thorakalis XI dan batas
bawah simpisis pubis, kolumna vertebra pada pertengahan
radiograf, dinding bagian abdomen bagian lateral dan lemak
properitonial, muskulus psoas, batas bawah hati, dan kedua
ginjal, serta beberapa tulang iga bawah
52.
53. Setelah dilakukan plane foto, kemudian
radiolog menyiapkan spuit 20 cc yang telah
berisi media kontras (iopamiro) dengan
memposisikan pasien tidur terlentang.
Kontras dimasukkan sedikit demi sedikit
(40cc-50cc) sambil diikuti dengan fluoroskopi
dan radiografer melihat pada TV monitor
apakah media kontras sudah masuk apa
belum dan apakah kateternya masih
terpasang dengan baik apa tidak sambil
mengambil gambaran sesuai dengan
kebutuhan.
54. PROYEKSI (OBLIK KANAN AP)
Tujuan dilakukan proyeksi ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pemasukan media kontras pada duktus-duktus
sampai masuk ke duodenum.
Posisi pasien : Pasien diatur dalam posisi tidur terlentang,
proyesikan 350–450 RPO dengan ganjalan bantal di kepala.
Posisi obyek : Lengan ditekuk dan letakan di depan
kepala, lengan satunya diletakkan ke bawah di samping
tubuh. Lutut ditekuk untuk menahan posisi ini. MSP tubuh
diatur pada pertengahan meja.
Arah sinar : Vertikal tegak lurus menuju pertengahan
kaset Setinggi krista iliaka 1 inchi ke sisi yang terangkat
dari MSP.
FFD minimum 40 inchi (100 cm)
55. Pemasukan media kontras dengan cara dua kali
pemasukkan media kontras dengan menggunakan
spuit ukuran 20cc, pada pertengahan
pemeriksaan kadang kateter yang telah
terpasang pada pasien di klem. Gunanya untuk
cairan media kontrasnya tidak balik atau agar
cairan empedu tidak keluar.
Setelah media kontras masuk semua, jika kondisi
masih kurang menampakkan klinisnya atau
bentuk empedu masih superposisi dengan tulang
belakang maka posisi pasien di oblikkan dengan
proyeksi RPO dan dilanjutkan dengan proyeksi
LPO jika masih kurang menegakkan diagnosa.
56. Kaset: Ukuran 24x30 cm
Kriteria : Tampak duktus hepatikus kanan, duktus
hepatikus komunis, T-tube, duktus koledokus, duktus
pankreatikus, media kontras di dalam duodenum
57. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah proyeksi
lateral kanan dengan tujuan untuk memperlihatkan
cabang anatomi duktus-duktus hepatikus, juga untuk
mendeteksi ketidak normalan yang tidak bisa
ditunjukkan dengan posisi lain.
Posisi pasien : Pasien diatur dalam posisi miring ke
kanan kedua tangan sebagai bantalan kepala dan
kedua paha serta lutut ditekuk.
Posisi obyek :Kwadran atas abdomen diatur agar
masuk lapangan penyinaran.
Arah sinar : Vertikal tegak lurus menuju
pertengahan kaset atau grid.
Kaset
Kriteria
: Ukuran 24 x 30 cm
: Tampak lokasi T-tube secara antero
posterior dan tampak ampula hepato pankreatikus
58. Endoscopic Retrograde Choledoco
Pancreatography (ERCP) adalah pemeriksaan
radiografi pada pankreas dan sistem billiary
dengan bantuan media kontras positif dan
menggunakan peralatan fiber optik endoskopi
untuk menegakkan diagnosa. Atau suatu
teknik yang mengkombinasikan endoskopi
dan flouroscopy untuk mendiagnosa dan
menangani masalah yang berkaitan dengan
duktus biliaris dan duktus pankreatikus.
59. Ikterus obstruktif
Oral dan intravena cholecystography gagal
Pancreatic disease
Jaundice obstruktif
Batu empedu
Tumor saluran empedu
Bile Duct
Injury (TraumaTerapeutik/Iatrogenik)
Disfungsi (Sphincter of Oddi)
Tumor pankreas
61. Pesawat x-ray dan fluoroscopy C-arm
Baju pasien
Peralatan proteksi diri seperti : gonad shield,
lead apron dan thyroid shield
Kaset dan film sesuai ukuran
Anastesi
Media kontras
Obat-obatan dan peralatan emergency
Fiber optic endoscope
Pemeriksaan dilalukan dengan bantuan
fluoroscopy dan TV monitor
62. Fiber optic endoscope, yakni satu bendel glass
fibre disatukan dan xenon light illuminator.
Ditengah alat ini ada saluran untuk masuk
kateter untuk memasukan kontras media
Pemeriksaan dilalukan dengan bantuan
fluoroscopy dan TV monitor
63. 1. PASIEN PUASA 5-6JAM SEBELUM PEMERIKSAAN
DIMULAI
2. Pasien diminta menginformasikan tentang obat-
obatan yang dikonsumsi
3. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan 1-2 hari
sebelumnya
4. Bila diperlukan, pasien dapat diberikan antibiotik
5. Inform consent
6. Plan foto abdomen
7. Premidikasi : Ameltocaine lozenge 30 mg
8. Kontras media :
Untuk panceatic duct --> Angiografin 65% atau
sejenisnya
Untuk billiary duct --> Conray 280 atau sejenisnya
64. Pasien miring disisi kiri pada meja
pemeriksaan
Endoskop dimasukan melalui mulut ke dalam
osophagus selanjutnya melewati gaster
melalui duodenum
Endoskopi diposisikan pada bagian tengah
duodenum dan papilla Vateri
Poly kateter diisi kontras media ( berada
dipertengahan endoskopi)
Biasanya pancreatic duct diisi kontras media
selanjutnya billiary duct
Dibuat spot foto dipandu dengan fluoroscopy
65.
66. Pasien dimonitor hingga efek dari obat-
obatan hilang
Setelah pemeriksaan : pasien mungkin akan
mengalami perasaan tidak nyaman pada
tenggorokan, kembung & nausea (udara yg
masuk).
Komplikasi yg mungkin muncul : pancreatitis,
perforasi, pendarahan ataupun reaksi alergi
akibat sedative.
Informasikan pada pasien untuk melaporkan
apabila muncul fever, nyeri yang hebat
ataupun pendarahan.
67. PERCUTANEOUS TRANSHEPATIC CHOLANGIOGRAPHY
(PTC) ADALAH TEKNIK PEMERIKSAAN LAIN DARI
CHOLANGIOGRAPHY UNTUK MEMPERLIHATKAN
SALURAN EMPEDU SEBAGAI TINDAKAN
PREOPERASI
68. PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien rawat inap di suatu rumah sakit.
2. Pada malam hari sebelum pemeriksaan, pasien hanya
diperbolehkan minum air putih saja. Tidak diperbolehkan
mengkonsumsi makanan yang padat (keras) setelah tengah
malam.
3. Puasa 4 jam sebelum pemeriksaan.
4. Jika pasien mempunyai riwayat diabetes dan telah diberi
insulin (hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pulau
Langerhans, kelenjar asam lambung), berilah penjelasan
kepada dokter tentang perubahan dosis insulin untuk tiap
harinya selama proses pemeriksaan.
5. Sebelum prosedur dilakukan, antibiotik akan disuntikkan
melalui Intra Vena (IV) untuk mencegah infeksi. Selain itu,
selang Intra Vena juga digunakan untuk memberikan obat-
obatan lain dan cairan selama prosedur.
6. Setelah selesai melakukan prosedur pengaliran cairan
empedu, pasien akan melakukan tes darah
69. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
alat dan bahan steril dan non steril. Alat dan
bahan steril, antara lain jarum Chiba ukuran 23 F
gauge, guide wire, bengkok, alat bedah, duk
steril, spuit 5 ml dan 50 ml, hand scoen dan baju
steril. Sedangkan alat dan bahan non steril,
meliputi pesawat sinar-X dan fluoroskopi, media
kontras (Iopamiro 40-60 ml) alkohol, iodium,
lidocain atau obat anastesi lain, apron, kaset
dan film ukuran 24 x 30 cm sebanyak 4 buah dan
30 x 40 cm sebanyak 1 buah.
70. Menurut Bontrager (2001), daerah tempat
penusukan jarum yaitu di daerah intercostal
VII dan VIII, pada garis mid axilla kanan,
setinggi vertebrae thoracal ke 12, atau
dibawah arkus aorta pada kuadran kanan
atas abdomen menembus hati ke arah cranio
lateral. Pada penusukkan dari arah lateral,
jarum diarahkan 30º kearah kranial pada
bidang horizontal, dengan arah kira-kira ke
percabangan duktus billiaris intra hepatika,
yaitu daerah yang mengandung cabang-
cabang besar duktus billiaris.
71. Setelah daerah yang dipilih untuk tempat
penusukkan ditentukan, kemudian daerah tersebut
disterilkan dengan iodium dan alkohol, kemudian
dipasang duk dan dilakukan anastesi lokal dengan
procain 1% atau xilocain 1%. Sebelum jarum
ditusukan, ditentukan terlebih dahulu bentuk dan
besarnya hati serta letak diaphragma. Ini
dilakukan untuk melakukan arah jarum, kemudian
jarum dan stylet ditusukkan pada daerah yang
dipilih dan telah dilakukan anastesi sebelumnya,
saat penusukkan pasien diminta untuk tahan
nafas. Penusukan jarum diikuti dengan
fluoroskopi.
Apabila duktus biliaris tidak dapat tertusuk pada
percobaan yang pertama, maka dibuat lagi
tusukan dengan mengarahkan jarum sedikit ke
arah posterior. Bila tidak berhasil lagi, dapat
dibuat tusukan ke arah anterior. Tusukan dapat
dilakukan maksimal 6 kali
72. Sebelum prosedur dilakukan, pemeriksaan akan
dimulai dari Intra Vena. Dokter spesialis
intervensi radiologi akan melakukan anestesi
lokal pada area tertentu. Pengaliran cairan
empedu mempunyai 3 (tiga) langkah pokok, yaitu
1. Penyuntikan sebuah jarum memasuki saluran
empedu.
2. Pemasukan sebuah guide wire lebih jauh
mamasuki saluran.
3. Pemasangan sebuah kateter pengaliran
(drainage catheter) hingga ujung kawat
(guide wire).
73. Radiograf post PTC menunjukkan kawat
basket (tanda panah) menyimpan batu
disekitarnya
Radiograf PTC dengan kateter drainase pada tempatnya
74. Metode pemasukan media kontras, pasien tidur supine dan
area penusukan jarum, jaringan dalam dan liver dianastesi
lokal lalu tunggu selama beberapa waktu agar anestesi
bereaksi. Dibawah layar fluoroskopi, jarum Chiba ditusukan ke
hati dengan tahan nafas, saat posisi sudah benar pasien
diperbolehkan bernafas lembut dengan teratur.
Spuit dilepas dari jarum dan spuit yang berisi kontras dipasang,
media kontras disuntikan dibawah layar flouroskopi. Media
kontras yang biasanya dipakai adalah methyl glukamine 30
atau urografin 60, kurang lebih sebanyak 30-40 cc. Dengan
bantuan fluoroskopi atau TV monitor jarum pelan–pelan ditarik
keluar beberapa mili meter, pada setiap penarikan
disemprotkan 1 – 2 ml media kontras sampai kontras habis.
Setelah jarum dimasukkan, diperiksa juga apakah ada cairan
empedu yang keluar. Ini menandakan bahwa jarum telah
menusuk jaringan hati atau masuk duktus biliaris.
75. Tindakan untuk mengatasi reaksi terhadap media kontras adalah :
1. Memasang oksigen untuk mengatasi keadaan shock, pasien sesak
nafas.
2. Memberikan obat anti alergi baik intra muskuler atau intra vena
menurut petunjuk dokter.
78. istirahat total selama 12 jam
selalu diawasi keadaan umumnya, tekanan
darah, denyut nadi dan suhu badan.
perhatikan tanda – tanda timbulnya rasa sakit
disekitar perut dan terjadinya kenaikan suhu
badan
pemberian obat – obatan antibiotik