SlideShare a Scribd company logo
1 of 79
 Sistem biliaris merupakan suatu saluran yang
mengalirkan empedu dari hepar ke dalam
duodenum.
 Berdasarkan lokasinya terbagi menjadi
intrahepatik dan ekstrahepatik.
 Saluran Biliaris intrahepatik terdiri atas
kanalikuli biliaris dan duktuli biliaris.
 Saluran Biliaris ekstrahepatik terdiri atas
duktus hepatikus kiri dan kanan, duktus
hepatikus komunis, duktus sistikus, dan duktus
koledokus serta vesica fellea
 Terdiri dari :
 Ductus hepaticus
kanan & kiri.
 Ductus hepaticus
komunis
 Ductus choledochus.
 Vesica fellea.
 Ductus cysticus.
 Keluar dari hepar pada
porta hepatis.
 Ductus kanan-kiri bersatu
 ductus hepaticus
communis
 Panjang 4 cm.
 Pinggir kanan bersatu
dengan ductus cysticus
(dari vesica fellea)
 Ductus
choledochus
 Bentuk huruf “S”
 Panjang 4 cm.
 Menghubungkan collum vesica fellea dgn
ductus hepaticus communis  membentuk
ductus choledochus.
 Panjang 8 cm.
 Bersatu dengan ductus
pancreaticus
 Bermuara pada ampulla
vateri (dinding duodenum).
 Bagian distal ductus
choledochus & ampulla
dikelilingi M. sphincter oddi
 Terdiri dr :
 Fundus.
 Corpus.
 Collum  berlanjut
sbg. ductus cysticus
 FPA
 Kolesistografi oral dan IV
 Kolangiografi T-tube
 Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP)
 Percutaneous Hepatic Cholangiography (PTC)
 USG
 Radionuklida (Ked. Nuklir)
 CT Scan
 MRI
 Obstruksi Jaundice
 Kelainan kongenital
 Fistel
 Radang saluran empedu/cholangitis
 Cholesterolosis/disebabkan oleh penimbunan
kolesterol dalam epitel kandung empedu
 Cholelitiasis/batu KE
 Tumor (adenokarsinoma) menyebabkan ikterus
obstruktif (cholestasis)
 Ikterus : perubahan warna kulit dan mukosa
menjadi kuning akibat peningkatan kadar
bilirubin serum yang abnormal.
 Alergi terhadap media kontras.
 Keadaan umum penderita yang jelek
 Saat ini sudah sangat jarang dilakukan
 digantikan oleh imaging lain (ERCP,
USG, CT, MRI)
 Mungkin gagal bila kadar bilirubin serum >
34  mol/L
 Indikasi :
 Imaging pada patologi VF bila tidak
tersedia alat USG atau bila USG gagal
menampakkan VF
PENGERTIAN :
 Adalah pemeriksaan secara radiologi
kandung empedu danductus ductusnya.
Dengan menggunakan media kontras yang
dimasukkan lewat mulut.
 Tujua dari pemeriksaan ini adalah untuk
menggambarkan anatomi, fisiologi dan
patologi dari kandung empedu dan ductus
ductusnya
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
Indikasi
 Colelitiasis (batu empedu)
 Colecytitis (radang empedu)
 Penyumbatan pada ductus-ductus
 Kelainan fungsi kandung empedu
Kontra Indikasi
 Alergi terhadap media kontras
 PESAWAT SINAR-
X
 Kaset dan film 24 x 30 cm
 Grid/lysolm
 Gonad shield
 Marker
 Time marker
 Tempat mengaduk kontras
 Sendok, Gelas
 Media kontras
1. Biloptin(kapssul/granula/liquid)
2. Solubiloptin (podwer sachet)
3. Telepaque (tablet/podwer/liquid)
4. Biliodyl (tablet)
5. Orabilix
MEDIA KONTRAS
Dipergunakan media kontras senyawa
iodium
Mersifat fat saluble (larut dalam lemak)
Dapat diberikan dengan single dosis
sekaligus 12 tablet atau dengan
metode fraksi (6 tablet sebelum
diperiksa dan 6 tablet sebelum
pemeriksaan
 Derivat dari asam tri-iodobenzoat
 Oral : Telepaque (Asam iopanoat),
Biloptin (Na-iopodate)  6 capsul
@500 mg
 Larut lemak dan air
 Diserap usus dan masuk VF
melalui sistem porta hepar 
diambil oleh sel hepar  ekskresi
ke dalam VF (maksimal dalam 12
jam)  dibuang bersama feses
 IV : Biliscopin (Meglumine iotroxat)
 Masuk melalui A. hepatica ke
hepar
 Tahap I : persiapan
 Tahap II : preliminary film
 Tahap III : kolesistografi
PERSIAPAN PASIEN
 24 jam sebelum pemeriksaan
pasien diet makanan berlemak
dan berserat
 12 jam sebelum pemeriksaan
minum obat kontras 6 tablet
 8 jam sebelum pemeriksaan
minum obat pencahar
 Sebelum pemeriksaan pasien
minum obat kontras lagi sebanyak
6 tablet
7. Central Point
Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin
terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
TEKNIK PEMERIKSAAN
 Proyeksi PA (abdomen kanan atas)
(untuk melihat gambaran kandung empedu secara
umum.
1. Posisi pasien : Prone diatas meja pemeriksaan.
2. Posisi Objek : MSP tubuh pada pertengahan
kaset, batas bawah SIAS, Batas samping kanan
tepi tubuh, batas atas dan kiri mrnyesuaikan.
3. CP :
4. CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
5. Menggunakan kaset ukuran 24x 30
Central Point
Kurang lebih 7,5 cm kearah kanan dari Lumbal ke-3
LANJUTAN
FOTO LAO
(untuk melihat gambaran kandung empedu dan
ductus-ductusnya
1. Posisi Pasien : Prone diatas meja pemeriksaan
2. Posisi objek : menentukan batas abawah SIAS,
Batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan
kiri menyesuaikan.
3. CP : Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari
margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP)
4. CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Setengah bagian kanan abdomen
FOTO RLD
(untuk melihat gambaran kandung empedu dan
ductus-ductusnya)
1. Posisi Pasien : recumben diatas meja
pemeriksaan
2. Posisi Object : menentukan batas bawah SIAS,
batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan
kiri menyesuaikan.
3. CP : Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari
margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP
4. CR : Horizontal tegak lurus
5. Kaset : 24 x 30
 Posisi Pasien Supine
 Posisi Obyek
•Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh
menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri
tubuh menyudut 10-200 dengan meja pemeriksaan.
• Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
 Central Ray
Vertikal/tegak lurus
 Central Point
Sekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar
7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3 dan 2 inchi
superior).
 FFD 100 cm
 Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
Central Point
Antara lumbal ke-1–5 (sekitar lumbal ke-3)
LANJUTAN
 Jika gambaran kandung empedu terlihat (terisi
kontras). Pasien diberikan makanan yang berupa
lemak,(susu,roti mentega dan telur)
 2 jam sesudah makan dibuat foto dengan posisi
yang sama (PA, LAO, dan RLD)
 Berikutnya dibuat spot foto sampai dengan4 jam
dengan selang waktu setengah jam
 Foto ini bertujua untuk melihat pengosongan
kandung empedu
Foto AFM (After Fatty Meal) :
Prone 20 derajat LAO
30 menit pasca makan / minum
yang berlemak  fungsi
pengosongan VF dan melihat batu
kecil
 Jika gambaran kandung empedu tidak terlihat
maka fotodihentikan.
 Indikasi terjadinya sumbatan pada ductus.
 Gangguan saluran cerna ringan (mual,
muntah, diare)
 Reaksi alergi pada kulit (urtikaria, gatal,
kemerahan)
 Hati-hati pada pasien gout (asam urat tinggi)
 memicu serangan akut
 PENGERTIAN
pemeriksaaan radiografi pada traktus biliaris dengan
memasukkan media kontras positif secara intravena.
 IVC jarang dilakukan karena angka kejadian reaksi media
kontras cukup tinggi dan adanya prosedur/modalitas lainnya.
 INDIKASI
•Untuk evaluasi duktus biliaris pada pasien dengan
cholecystectomi.
•Untuk evaluasi duktus biliaris pada non-cholecystectomi
pasien.
• Pada kasus dimana biliary tract tidak nampak pada
pemeriksaan OCG.
•Pada kasus dimana karena vomiting dan diarrhea, pasien
tidak mampu menerima pemasukan media kontras secara
oral.
 KONTRA INDIKASI
•Pasien dengan liver desease.
• Non-intact duktus biliaris.
• Pasien dengan peningkatan bilirubin (lebih dari 2
mg/dl).
•Untuk pasien dengan obstructive jaundice dan post
cholecystectomy.
 PERSIAPANALAT
•Pesawat sinar-x
• Kaset dan film 24 x 30, Grid/lysolm, Marker
• Kapas alkohol atau wipes.
• Handuk atau spon untuk bantalan lengan
• Gonad shield
•Peralatan kegawat daruratan (tabung O2, alat suction,
dan lain-lain)
• Spuit, Needle
• Media kontras iodipamide (biligrafin forte) 50% atau
biligrafin 30%
 Media kontras biasanya diinjeksi melalui vena
cubiti yang selanjutnya melalui jantung dan
diedarkan melalui arterial circulation. Media
kontras tiba di liver melalui arteri hepatika
dan vena porta, media kontras akan
mengalami perubahan biokimia dan
disekresikan oleh bile dan ditampung di gall
bladder.
 Radiograf dibuat dengan interval 10 menit
sampai didapat gambaran yang optimal.
Opacity maximal biasanya pada 30-40 menit
post injeksi.
Pada kasus-kasus tertentu, pemeriksaan bisa
dilakukan hingga 2 jam post injeksi (gall
bladder terisi penuh).
Radiograf kembali diambil 10-20 menit
setelah fatty meal dilakukan.
1. PA(scout)
Untuk mengetahui menentukan posisi dan FE.
 Posisi Pasien
Prone
 Posisi Obyek
•Kepala diberi bantal.
• Kedua tangan di samping kepala.
• Tungkai bawah lurus dengan suport pada ankle.
•Setengah bagian kanan tubuh berada pada
pertengahan kaset (sthenik) dan gallblader lebih
horizontal, 5 cm lebih tinggi dan lateral untuk
hypersthenik, untuk asthenic gallblader vertikal
dan 5 cm lebih rendah dan dekat midline.
• Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis.
 Central Ray
Vertikal/tegak lurus
 Central Point
Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari
margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan
dari MSP
 FFD
100 cm
 Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
2. Injeksi
Informasikan pada pasien, kemungkinan
adanya hot flush saat media kontras
diinjeksikan
3. Post injeksi (AP Oblique (RPO))
 Posisi Pasien
Supine
 Posisi Obyek
•Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh
menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri
tubuh menyudut 10-200 dengan meja
pemeriksaan.
• Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
 Central Ray
Vertikal/tegak lurus
 Central Point
Sekitar 2 inchi superior dari prone oblique
(sekitar 7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3
dan 2 inchi superior).
 FFD 100 cm
 Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi
 Pemeriksaan T-tube Cholangiografi: pemeriksaan
radiologis traktus billiari lewat pipa berbentuk
huruf T yang dimasukkan melalui duktus
koledokus.
 Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
menunjukkan ukuran dan kejelasan (patency)
duktus-duktus, keadaan spingter ampula
hepatopankreatikus, dan untuk mengetahui
adanya sisa-sisa atau batu-batu yang tidak
terdeteksi sebelumnya atau kondisi patologis
yang lain
 Persiapan Pasien
1. Tabung drainase diklem dengan korentang
sehari sebelum pemeriksaan untuk
membiarkan tabung penuh dengan empedu,
sebagai tindakan pencegahan masuknya
gelembung-gelembung udara ke duktus-
duktus, yang seolah-olah seperti batu
kolesterol.
2. Tidak diperlukan makanan pendahuluan
(pasien puasa).
3. Jika diperlukan pemberian enema (lavement)
diatur kurang lebih satu jam sebelum
pemeriksaan
 Persiapan Alat
1. Pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan
fluoroskopi dan penguat gambar (Image
Intensifier) yang dihubungkan dengan televisi
monitor.
2. Pipa berbentuk huruf T (T-tube)
3. Spuit.
4. Bengkok.
5. Baju pasien.
6. Marker.
7. Media kontras.
8. Obat-obat emergensi untuk mengatasi alergi
dan syok
1. Terbuat dari bahan halus, fleksibel,
tidak mengandung racun, kegunaan
dalam waktu panjang.
2. Silikon yang lembut akan mengurangi
pergeseran pada permukaan organ.
3. Terlihat garis radioopaque sepanjang
tube.
4. Panjang: 20x60 cm
5. Size:fg: 10, 12, 14, 16 & 18
6. Batas dalam dari kotak 50 pcs
7. Penggunaan dalam keadaan steril.
T-TUBE
 Media kontras yang digunakan untuk
pemeriksaan T-tube Cholangiografi adalah
yang larut dalam air, media kontras organik.
Kepadatan (densitas) media kontras yang
direkomendasikan tidak dari 25-30%, karena
batu-batu kecil mungkin tidak terdeteksi
pada konsentrasi tinggi misal Iopamiro 300
 Media kontras yang digunakan adalah
Ultravist yang sudah dicampur aquabides
dengan perbandingan 1:1 sebanyak 20 cc
 Foto Pendahuluan
pemotretan di daerah abdomen kuadran
kanan atas sebelum dilakukan pemasukan
media kontras, adapun tujuan dari
pemotretan foto pendahuluan ini adalah
melihat persiapan penderita, menilai
kelainan-kelainan anatomi dari organ traktus
biliaris, dan menentukan pemakaian proyeksi
dan faktor eksposi selanjutnya
 Posisi pasien : Berbaring terlentang dengan kedua tangan
berada di atas dada dan di bawah kedua lutut diberi
ganjalan. MSP tubuh diatur pada pertengahan meja atau
grid.
 Posisi objek : Abdomen diatur pada pertengahan kaset
dengan batas atas prossesus xipoideus dan batas bawah
simpisis pubis.
 Arah sinar : Vertikal tegak lurus pada pertengahan grid
setinggi pertengahan kedua krista illiaka.
 Eksposi : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas
 Kaset: Ukuran 35 x 43 cm
 Kriteria : Tampak batas atas vertebra thorakalis XI dan batas
bawah simpisis pubis, kolumna vertebra pada pertengahan
radiograf, dinding bagian abdomen bagian lateral dan lemak
properitonial, muskulus psoas, batas bawah hati, dan kedua
ginjal, serta beberapa tulang iga bawah
 Setelah dilakukan plane foto, kemudian
radiolog menyiapkan spuit 20 cc yang telah
berisi media kontras (iopamiro) dengan
memposisikan pasien tidur terlentang.
Kontras dimasukkan sedikit demi sedikit
(40cc-50cc) sambil diikuti dengan fluoroskopi
dan radiografer melihat pada TV monitor
apakah media kontras sudah masuk apa
belum dan apakah kateternya masih
terpasang dengan baik apa tidak sambil
mengambil gambaran sesuai dengan
kebutuhan.
 PROYEKSI (OBLIK KANAN AP)
Tujuan dilakukan proyeksi ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pemasukan media kontras pada duktus-duktus
sampai masuk ke duodenum.
Posisi pasien : Pasien diatur dalam posisi tidur terlentang,
proyesikan 350–450 RPO dengan ganjalan bantal di kepala.
Posisi obyek : Lengan ditekuk dan letakan di depan
kepala, lengan satunya diletakkan ke bawah di samping
tubuh. Lutut ditekuk untuk menahan posisi ini. MSP tubuh
diatur pada pertengahan meja.
Arah sinar : Vertikal tegak lurus menuju pertengahan
kaset Setinggi krista iliaka 1 inchi ke sisi yang terangkat
dari MSP.
FFD minimum 40 inchi (100 cm)
 Pemasukan media kontras dengan cara dua kali
pemasukkan media kontras dengan menggunakan
spuit ukuran 20cc, pada pertengahan
pemeriksaan kadang kateter yang telah
terpasang pada pasien di klem. Gunanya untuk
cairan media kontrasnya tidak balik atau agar
cairan empedu tidak keluar.
 Setelah media kontras masuk semua, jika kondisi
masih kurang menampakkan klinisnya atau
bentuk empedu masih superposisi dengan tulang
belakang maka posisi pasien di oblikkan dengan
proyeksi RPO dan dilanjutkan dengan proyeksi
LPO jika masih kurang menegakkan diagnosa.
Kaset: Ukuran 24x30 cm
Kriteria : Tampak duktus hepatikus kanan, duktus
hepatikus komunis, T-tube, duktus koledokus, duktus
pankreatikus, media kontras di dalam duodenum
 Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah proyeksi
lateral kanan dengan tujuan untuk memperlihatkan
cabang anatomi duktus-duktus hepatikus, juga untuk
mendeteksi ketidak normalan yang tidak bisa
ditunjukkan dengan posisi lain.
 Posisi pasien : Pasien diatur dalam posisi miring ke
kanan kedua tangan sebagai bantalan kepala dan
kedua paha serta lutut ditekuk.
 Posisi obyek :Kwadran atas abdomen diatur agar
masuk lapangan penyinaran.
 Arah sinar : Vertikal tegak lurus menuju
pertengahan kaset atau grid.
 Kaset
 Kriteria
: Ukuran 24 x 30 cm
: Tampak lokasi T-tube secara antero
posterior dan tampak ampula hepato pankreatikus
 Endoscopic Retrograde Choledoco
Pancreatography (ERCP) adalah pemeriksaan
radiografi pada pankreas dan sistem billiary
dengan bantuan media kontras positif dan
menggunakan peralatan fiber optik endoskopi
untuk menegakkan diagnosa. Atau suatu
teknik yang mengkombinasikan endoskopi
dan flouroscopy untuk mendiagnosa dan
menangani masalah yang berkaitan dengan
duktus biliaris dan duktus pankreatikus.
 Ikterus obstruktif
 Oral dan intravena cholecystography gagal
 Pancreatic disease
 Jaundice obstruktif
 Batu empedu
 Tumor saluran empedu
 Bile Duct
Injury (TraumaTerapeutik/Iatrogenik)
 Disfungsi (Sphincter of Oddi)
 Tumor pankreas
 Infark Miokard
 Anafilaksis
 Penyakit kardiopulmonal
 Pyloric Stenosis
 Acute pancreatitis
 Glaucoma
 Pseudocyst
 Pesawat x-ray dan fluoroscopy C-arm
 Baju pasien
 Peralatan proteksi diri seperti : gonad shield,
lead apron dan thyroid shield
 Kaset dan film sesuai ukuran
 Anastesi
 Media kontras
 Obat-obatan dan peralatan emergency
 Fiber optic endoscope
 Pemeriksaan dilalukan dengan bantuan
fluoroscopy dan TV monitor
 Fiber optic endoscope, yakni satu bendel glass
fibre disatukan dan xenon light illuminator.
Ditengah alat ini ada saluran untuk masuk
kateter untuk memasukan kontras media
 Pemeriksaan dilalukan dengan bantuan
fluoroscopy dan TV monitor
1. PASIEN PUASA 5-6JAM SEBELUM PEMERIKSAAN
DIMULAI
2. Pasien diminta menginformasikan tentang obat-
obatan yang dikonsumsi
3. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan 1-2 hari
sebelumnya
4. Bila diperlukan, pasien dapat diberikan antibiotik
5. Inform consent
6. Plan foto abdomen
7. Premidikasi : Ameltocaine lozenge 30 mg
8. Kontras media :
 Untuk panceatic duct --> Angiografin 65% atau
sejenisnya
 Untuk billiary duct --> Conray 280 atau sejenisnya
 Pasien miring disisi kiri pada meja
pemeriksaan
 Endoskop dimasukan melalui mulut ke dalam
osophagus selanjutnya melewati gaster
melalui duodenum
 Endoskopi diposisikan pada bagian tengah
duodenum dan papilla Vateri
 Poly kateter diisi kontras media ( berada
dipertengahan endoskopi)
 Biasanya pancreatic duct diisi kontras media
selanjutnya billiary duct
 Dibuat spot foto dipandu dengan fluoroscopy
 Pasien dimonitor hingga efek dari obat-
obatan hilang
 Setelah pemeriksaan : pasien mungkin akan
mengalami perasaan tidak nyaman pada
tenggorokan, kembung & nausea (udara yg
masuk).
 Komplikasi yg mungkin muncul : pancreatitis,
perforasi, pendarahan ataupun reaksi alergi
akibat sedative.
 Informasikan pada pasien untuk melaporkan
apabila muncul fever, nyeri yang hebat
ataupun pendarahan.
 PERCUTANEOUS TRANSHEPATIC CHOLANGIOGRAPHY
(PTC) ADALAH TEKNIK PEMERIKSAAN LAIN DARI
CHOLANGIOGRAPHY UNTUK MEMPERLIHATKAN
SALURAN EMPEDU SEBAGAI TINDAKAN
PREOPERASI
 PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien rawat inap di suatu rumah sakit.
2. Pada malam hari sebelum pemeriksaan, pasien hanya
diperbolehkan minum air putih saja. Tidak diperbolehkan
mengkonsumsi makanan yang padat (keras) setelah tengah
malam.
3. Puasa 4 jam sebelum pemeriksaan.
4. Jika pasien mempunyai riwayat diabetes dan telah diberi
insulin (hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pulau
Langerhans, kelenjar asam lambung), berilah penjelasan
kepada dokter tentang perubahan dosis insulin untuk tiap
harinya selama proses pemeriksaan.
5. Sebelum prosedur dilakukan, antibiotik akan disuntikkan
melalui Intra Vena (IV) untuk mencegah infeksi. Selain itu,
selang Intra Vena juga digunakan untuk memberikan obat-
obatan lain dan cairan selama prosedur.
6. Setelah selesai melakukan prosedur pengaliran cairan
empedu, pasien akan melakukan tes darah
 PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
alat dan bahan steril dan non steril. Alat dan
bahan steril, antara lain jarum Chiba ukuran 23 F
gauge, guide wire, bengkok, alat bedah, duk
steril, spuit 5 ml dan 50 ml, hand scoen dan baju
steril. Sedangkan alat dan bahan non steril,
meliputi pesawat sinar-X dan fluoroskopi, media
kontras (Iopamiro 40-60 ml) alkohol, iodium,
lidocain atau obat anastesi lain, apron, kaset
dan film ukuran 24 x 30 cm sebanyak 4 buah dan
30 x 40 cm sebanyak 1 buah.
 Menurut Bontrager (2001), daerah tempat
penusukan jarum yaitu di daerah intercostal
VII dan VIII, pada garis mid axilla kanan,
setinggi vertebrae thoracal ke 12, atau
dibawah arkus aorta pada kuadran kanan
atas abdomen menembus hati ke arah cranio
lateral. Pada penusukkan dari arah lateral,
jarum diarahkan 30º kearah kranial pada
bidang horizontal, dengan arah kira-kira ke
percabangan duktus billiaris intra hepatika,
yaitu daerah yang mengandung cabang-
cabang besar duktus billiaris.
 Setelah daerah yang dipilih untuk tempat
penusukkan ditentukan, kemudian daerah tersebut
disterilkan dengan iodium dan alkohol, kemudian
dipasang duk dan dilakukan anastesi lokal dengan
procain 1% atau xilocain 1%. Sebelum jarum
ditusukan, ditentukan terlebih dahulu bentuk dan
besarnya hati serta letak diaphragma. Ini
dilakukan untuk melakukan arah jarum, kemudian
jarum dan stylet ditusukkan pada daerah yang
dipilih dan telah dilakukan anastesi sebelumnya,
saat penusukkan pasien diminta untuk tahan
nafas. Penusukan jarum diikuti dengan
fluoroskopi.
 Apabila duktus biliaris tidak dapat tertusuk pada
percobaan yang pertama, maka dibuat lagi
tusukan dengan mengarahkan jarum sedikit ke
arah posterior. Bila tidak berhasil lagi, dapat
dibuat tusukan ke arah anterior. Tusukan dapat
dilakukan maksimal 6 kali
 Sebelum prosedur dilakukan, pemeriksaan akan
dimulai dari Intra Vena. Dokter spesialis
intervensi radiologi akan melakukan anestesi
lokal pada area tertentu. Pengaliran cairan
empedu mempunyai 3 (tiga) langkah pokok, yaitu
1. Penyuntikan sebuah jarum memasuki saluran
empedu.
2. Pemasukan sebuah guide wire lebih jauh
mamasuki saluran.
3. Pemasangan sebuah kateter pengaliran
(drainage catheter) hingga ujung kawat
(guide wire).
Radiograf post PTC menunjukkan kawat
basket (tanda panah) menyimpan batu
disekitarnya
Radiograf PTC dengan kateter drainase pada tempatnya
 Metode pemasukan media kontras, pasien tidur supine dan
area penusukan jarum, jaringan dalam dan liver dianastesi
lokal lalu tunggu selama beberapa waktu agar anestesi
bereaksi. Dibawah layar fluoroskopi, jarum Chiba ditusukan ke
hati dengan tahan nafas, saat posisi sudah benar pasien
diperbolehkan bernafas lembut dengan teratur.
 Spuit dilepas dari jarum dan spuit yang berisi kontras dipasang,
media kontras disuntikan dibawah layar flouroskopi. Media
kontras yang biasanya dipakai adalah methyl glukamine 30
atau urografin 60, kurang lebih sebanyak 30-40 cc. Dengan
bantuan fluoroskopi atau TV monitor jarum pelan–pelan ditarik
keluar beberapa mili meter, pada setiap penarikan
disemprotkan 1 – 2 ml media kontras sampai kontras habis.
 Setelah jarum dimasukkan, diperiksa juga apakah ada cairan
empedu yang keluar. Ini menandakan bahwa jarum telah
menusuk jaringan hati atau masuk duktus biliaris.
Tindakan untuk mengatasi reaksi terhadap media kontras adalah :
1. Memasang oksigen untuk mengatasi keadaan shock, pasien sesak
nafas.
2. Memberikan obat anti alergi baik intra muskuler atau intra vena
menurut petunjuk dokter.
Hasil radiograf dari
pemasukan media
kontras yang pertama
Radiograf kedua
telah dipasang guidewire
 istirahat total selama 12 jam
 selalu diawasi keadaan umumnya, tekanan
darah, denyut nadi dan suhu badan.
 perhatikan tanda – tanda timbulnya rasa sakit
disekitar perut dan terjadinya kenaikan suhu
badan
 pemberian obat – obatan antibiotik
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari

More Related Content

What's hot

Teknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicTeknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughNona Zesifa
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontrasIch Bin Fandy
 
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyTeknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyIch Bin Fandy
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)Seascape Surveys
 
Angiografi.
Angiografi.Angiografi.
Angiografi.jaaaw9
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografippt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf LopografiNona Zesifa
 
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Putri Nugraheni
 
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomenTeknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomenEva Sonatalia
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisMartin Pa Docc
 
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1NajMah Usman
 

What's hot (20)

Appendicografi
AppendicografiAppendicografi
Appendicografi
 
Teknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicTeknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 Panoramic
 
Faktor Geometrik
Faktor GeometrikFaktor Geometrik
Faktor Geometrik
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontras
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyTeknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 
Radioanatomi (presentasi)
Radioanatomi (presentasi)Radioanatomi (presentasi)
Radioanatomi (presentasi)
 
Ivp
Ivp Ivp
Ivp
 
Mammografi
MammografiMammografi
Mammografi
 
Angiografi.
Angiografi.Angiografi.
Angiografi.
 
THORAX.pptx
THORAX.pptxTHORAX.pptx
THORAX.pptx
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografippt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
 
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
 
Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomenTeknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr cruris
 
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
 

Viewers also liked

Teknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Teknik pemeriksaan colecystografy intra venaTeknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Teknik pemeriksaan colecystografy intra venaIch Bin Fandy
 
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaananatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaanKampus-Sakinah
 
T tabung cholangiogram
T tabung cholangiogramT tabung cholangiogram
T tabung cholangiogramDwi Adhianto
 
Benda asing paralaks
Benda asing paralaksBenda asing paralaks
Benda asing paralaksIch Bin Fandy
 
Benda asing triangulasai
Benda asing triangulasaiBenda asing triangulasai
Benda asing triangulasaiIch Bin Fandy
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasiUlfa Pradipta
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikSulistia Rini
 
Anatomi sistem pencernaan manusia
Anatomi sistem pencernaan manusiaAnatomi sistem pencernaan manusia
Anatomi sistem pencernaan manusiaendang_ruslan
 

Viewers also liked (8)

Teknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Teknik pemeriksaan colecystografy intra venaTeknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Teknik pemeriksaan colecystografy intra vena
 
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaananatomi dan fisiologi sistem pencernaan
anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
 
T tabung cholangiogram
T tabung cholangiogramT tabung cholangiogram
T tabung cholangiogram
 
Benda asing paralaks
Benda asing paralaksBenda asing paralaks
Benda asing paralaks
 
Benda asing triangulasai
Benda asing triangulasaiBenda asing triangulasai
Benda asing triangulasai
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasi
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
 
Anatomi sistem pencernaan manusia
Anatomi sistem pencernaan manusiaAnatomi sistem pencernaan manusia
Anatomi sistem pencernaan manusia
 

Similar to Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari

Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Annisa Ratya
 
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Yolly Finolla
 
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxKLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxangelmanurip
 
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd bandRedi Eka Suryani
 
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxPPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxRosihanBahtiar
 
PROSEDUR GI - UG.ppt
PROSEDUR GI - UG.pptPROSEDUR GI - UG.ppt
PROSEDUR GI - UG.pptBtariMagistra
 
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptxPKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptxssuser990fc51
 
Pemeriksaan fisik pencernaan
Pemeriksaan fisik pencernaanPemeriksaan fisik pencernaan
Pemeriksaan fisik pencernaanMuhammad Munandar
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTANindi Yulianti
 
Prediksi bio kelas xi ipa smt 2 2015
Prediksi bio  kelas xi ipa smt 2   2015Prediksi bio  kelas xi ipa smt 2   2015
Prediksi bio kelas xi ipa smt 2 2015Hana Kamilah
 
PPT KOLELITIASIS.ppt
PPT KOLELITIASIS.pptPPT KOLELITIASIS.ppt
PPT KOLELITIASIS.pptgemala1
 
Askep.ppt
Askep.pptAskep.ppt
Askep.pptAnggaN7
 
Embriologi usus depan dan kelainan usus depan
Embriologi usus depan dan kelainan usus depanEmbriologi usus depan dan kelainan usus depan
Embriologi usus depan dan kelainan usus depanF.x. Alexander
 

Similar to Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari (20)

BILARY.ppt
BILARY.pptBILARY.ppt
BILARY.ppt
 
Modul 3 cetak
Modul 3 cetakModul 3 cetak
Modul 3 cetak
 
Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2
 
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
 
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxKLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
 
50208457.pdf
50208457.pdf50208457.pdf
50208457.pdf
 
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd band
 
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxPPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
 
PROSEDUR GI - UG.ppt
PROSEDUR GI - UG.pptPROSEDUR GI - UG.ppt
PROSEDUR GI - UG.ppt
 
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptxPKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
 
Pemeriksaan fisik pencernaan
Pemeriksaan fisik pencernaanPemeriksaan fisik pencernaan
Pemeriksaan fisik pencernaan
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
Askep atresia ani
Askep atresia aniAskep atresia ani
Askep atresia ani
 
Askep atresia ani
Askep atresia aniAskep atresia ani
Askep atresia ani
 
Askep atresia ani
Askep atresia aniAskep atresia ani
Askep atresia ani
 
Prediksi bio kelas xi ipa smt 2 2015
Prediksi bio  kelas xi ipa smt 2   2015Prediksi bio  kelas xi ipa smt 2   2015
Prediksi bio kelas xi ipa smt 2 2015
 
PPT KOLELITIASIS.ppt
PPT KOLELITIASIS.pptPPT KOLELITIASIS.ppt
PPT KOLELITIASIS.ppt
 
Askep.ppt
Askep.pptAskep.ppt
Askep.ppt
 
Embriologi usus depan dan kelainan usus depan
Embriologi usus depan dan kelainan usus depanEmbriologi usus depan dan kelainan usus depan
Embriologi usus depan dan kelainan usus depan
 
Trauma abdomen
Trauma abdomenTrauma abdomen
Trauma abdomen
 

More from Nona Zesifa

PPT Variabel dan hipotesis
PPT Variabel dan hipotesisPPT Variabel dan hipotesis
PPT Variabel dan hipotesisNona Zesifa
 
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifPPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifNona Zesifa
 
PPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatifPPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatifNona Zesifa
 
PPT Langkah - langkah Penelitian
PPT Langkah - langkah PenelitianPPT Langkah - langkah Penelitian
PPT Langkah - langkah PenelitianNona Zesifa
 
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriPPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriNona Zesifa
 
ppt teknik scanning Renogram
ppt teknik scanning Renogramppt teknik scanning Renogram
ppt teknik scanning RenogramNona Zesifa
 
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up take
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up takePpt teknik pemeriksaan tiroid up take
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up takeNona Zesifa
 
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hatiPpt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hatiNona Zesifa
 
Ppt ct scan abdomen pada klinis kanker pankreas
Ppt ct scan abdomen pada  klinis kanker pankreasPpt ct scan abdomen pada  klinis kanker pankreas
Ppt ct scan abdomen pada klinis kanker pankreasNona Zesifa
 
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaPpt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaNona Zesifa
 
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruPpt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruNona Zesifa
 
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverNona Zesifa
 
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor heparppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor heparNona Zesifa
 
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienumppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus AlienumNona Zesifa
 
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRIppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRINona Zesifa
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)Nona Zesifa
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyxppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyxNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacralppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan LumbosacralNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loopppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loopNona Zesifa
 

More from Nona Zesifa (20)

PPT Variabel dan hipotesis
PPT Variabel dan hipotesisPPT Variabel dan hipotesis
PPT Variabel dan hipotesis
 
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifPPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
 
PPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatifPPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatif
 
PPT Langkah - langkah Penelitian
PPT Langkah - langkah PenelitianPPT Langkah - langkah Penelitian
PPT Langkah - langkah Penelitian
 
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriPPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
 
ppt teknik scanning Renogram
ppt teknik scanning Renogramppt teknik scanning Renogram
ppt teknik scanning Renogram
 
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up take
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up takePpt teknik pemeriksaan tiroid up take
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up take
 
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hatiPpt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
 
Ppt ct scan abdomen pada klinis kanker pankreas
Ppt ct scan abdomen pada  klinis kanker pankreasPpt ct scan abdomen pada  klinis kanker pankreas
Ppt ct scan abdomen pada klinis kanker pankreas
 
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaPpt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
 
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruPpt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
 
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
 
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor heparppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
 
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienumppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
 
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRIppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyxppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacralppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loopppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
 

Recently uploaded

Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxDwiDamayantiJonathan1
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxgunadarmabarra
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxalfareese93
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxwijayanti1974
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdfnendaayuwandari
 
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023AthoinNashir
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitPutriKemala3
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxIrfanNersMaulana
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3NadhifahRahmawati
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxcheatingw995
 
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxPengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxNadhifahRahmawati
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTRiskaViandini1
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxseptimanzebua
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungHalo Docter
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxSimon Samsudin
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 

Recently uploaded (20)

Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
 
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxPengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 

Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari

  • 1.
  • 2.
  • 3.  Sistem biliaris merupakan suatu saluran yang mengalirkan empedu dari hepar ke dalam duodenum.  Berdasarkan lokasinya terbagi menjadi intrahepatik dan ekstrahepatik.  Saluran Biliaris intrahepatik terdiri atas kanalikuli biliaris dan duktuli biliaris.  Saluran Biliaris ekstrahepatik terdiri atas duktus hepatikus kiri dan kanan, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, dan duktus koledokus serta vesica fellea
  • 4.  Terdiri dari :  Ductus hepaticus kanan & kiri.  Ductus hepaticus komunis  Ductus choledochus.  Vesica fellea.  Ductus cysticus.
  • 5.  Keluar dari hepar pada porta hepatis.  Ductus kanan-kiri bersatu  ductus hepaticus communis  Panjang 4 cm.  Pinggir kanan bersatu dengan ductus cysticus (dari vesica fellea)  Ductus choledochus
  • 6.  Bentuk huruf “S”  Panjang 4 cm.  Menghubungkan collum vesica fellea dgn ductus hepaticus communis  membentuk ductus choledochus.
  • 7.  Panjang 8 cm.  Bersatu dengan ductus pancreaticus  Bermuara pada ampulla vateri (dinding duodenum).  Bagian distal ductus choledochus & ampulla dikelilingi M. sphincter oddi
  • 8.  Terdiri dr :  Fundus.  Corpus.  Collum  berlanjut sbg. ductus cysticus
  • 9.  FPA  Kolesistografi oral dan IV  Kolangiografi T-tube  Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)  Percutaneous Hepatic Cholangiography (PTC)  USG  Radionuklida (Ked. Nuklir)  CT Scan  MRI
  • 10.  Obstruksi Jaundice  Kelainan kongenital  Fistel  Radang saluran empedu/cholangitis  Cholesterolosis/disebabkan oleh penimbunan kolesterol dalam epitel kandung empedu  Cholelitiasis/batu KE  Tumor (adenokarsinoma) menyebabkan ikterus obstruktif (cholestasis)  Ikterus : perubahan warna kulit dan mukosa menjadi kuning akibat peningkatan kadar bilirubin serum yang abnormal.
  • 11.  Alergi terhadap media kontras.  Keadaan umum penderita yang jelek
  • 12.  Saat ini sudah sangat jarang dilakukan  digantikan oleh imaging lain (ERCP, USG, CT, MRI)  Mungkin gagal bila kadar bilirubin serum > 34  mol/L  Indikasi :  Imaging pada patologi VF bila tidak tersedia alat USG atau bila USG gagal menampakkan VF
  • 13. PENGERTIAN :  Adalah pemeriksaan secara radiologi kandung empedu danductus ductusnya. Dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan lewat mulut.  Tujua dari pemeriksaan ini adalah untuk menggambarkan anatomi, fisiologi dan patologi dari kandung empedu dan ductus ductusnya
  • 14. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI Indikasi  Colelitiasis (batu empedu)  Colecytitis (radang empedu)  Penyumbatan pada ductus-ductus  Kelainan fungsi kandung empedu Kontra Indikasi  Alergi terhadap media kontras
  • 15.  PESAWAT SINAR- X  Kaset dan film 24 x 30 cm  Grid/lysolm  Gonad shield  Marker  Time marker  Tempat mengaduk kontras  Sendok, Gelas  Media kontras 1. Biloptin(kapssul/granula/liquid) 2. Solubiloptin (podwer sachet) 3. Telepaque (tablet/podwer/liquid) 4. Biliodyl (tablet) 5. Orabilix
  • 16. MEDIA KONTRAS Dipergunakan media kontras senyawa iodium Mersifat fat saluble (larut dalam lemak) Dapat diberikan dengan single dosis sekaligus 12 tablet atau dengan metode fraksi (6 tablet sebelum diperiksa dan 6 tablet sebelum pemeriksaan
  • 17.  Derivat dari asam tri-iodobenzoat  Oral : Telepaque (Asam iopanoat), Biloptin (Na-iopodate)  6 capsul @500 mg  Larut lemak dan air  Diserap usus dan masuk VF melalui sistem porta hepar  diambil oleh sel hepar  ekskresi ke dalam VF (maksimal dalam 12 jam)  dibuang bersama feses  IV : Biliscopin (Meglumine iotroxat)  Masuk melalui A. hepatica ke hepar
  • 18.  Tahap I : persiapan  Tahap II : preliminary film  Tahap III : kolesistografi
  • 19. PERSIAPAN PASIEN  24 jam sebelum pemeriksaan pasien diet makanan berlemak dan berserat  12 jam sebelum pemeriksaan minum obat kontras 6 tablet  8 jam sebelum pemeriksaan minum obat pencahar  Sebelum pemeriksaan pasien minum obat kontras lagi sebanyak 6 tablet
  • 20. 7. Central Point Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP TEKNIK PEMERIKSAAN  Proyeksi PA (abdomen kanan atas) (untuk melihat gambaran kandung empedu secara umum. 1. Posisi pasien : Prone diatas meja pemeriksaan. 2. Posisi Objek : MSP tubuh pada pertengahan kaset, batas bawah SIAS, Batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan kiri mrnyesuaikan. 3. CP : 4. CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset. 5. Menggunakan kaset ukuran 24x 30
  • 21.
  • 22.
  • 23. Central Point Kurang lebih 7,5 cm kearah kanan dari Lumbal ke-3 LANJUTAN FOTO LAO (untuk melihat gambaran kandung empedu dan ductus-ductusnya 1. Posisi Pasien : Prone diatas meja pemeriksaan 2. Posisi objek : menentukan batas abawah SIAS, Batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan kiri menyesuaikan. 3. CP : Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP) 4. CR : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
  • 24.
  • 25. Central Point Setengah bagian kanan abdomen FOTO RLD (untuk melihat gambaran kandung empedu dan ductus-ductusnya) 1. Posisi Pasien : recumben diatas meja pemeriksaan 2. Posisi Object : menentukan batas bawah SIAS, batas samping kanan tepi tubuh, batas atas dan kiri menyesuaikan. 3. CP : Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP 4. CR : Horizontal tegak lurus 5. Kaset : 24 x 30
  • 26.
  • 27.  Posisi Pasien Supine  Posisi Obyek •Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri tubuh menyudut 10-200 dengan meja pemeriksaan. • Kedua lengan difleksikan di atas kepala.  Central Ray Vertikal/tegak lurus  Central Point Sekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar 7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3 dan 2 inchi superior).  FFD 100 cm  Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
  • 28.
  • 29. Central Point Antara lumbal ke-1–5 (sekitar lumbal ke-3)
  • 30. LANJUTAN  Jika gambaran kandung empedu terlihat (terisi kontras). Pasien diberikan makanan yang berupa lemak,(susu,roti mentega dan telur)  2 jam sesudah makan dibuat foto dengan posisi yang sama (PA, LAO, dan RLD)  Berikutnya dibuat spot foto sampai dengan4 jam dengan selang waktu setengah jam  Foto ini bertujua untuk melihat pengosongan kandung empedu
  • 31. Foto AFM (After Fatty Meal) : Prone 20 derajat LAO 30 menit pasca makan / minum yang berlemak  fungsi pengosongan VF dan melihat batu kecil
  • 32.
  • 33.  Jika gambaran kandung empedu tidak terlihat maka fotodihentikan.  Indikasi terjadinya sumbatan pada ductus.
  • 34.
  • 35.  Gangguan saluran cerna ringan (mual, muntah, diare)  Reaksi alergi pada kulit (urtikaria, gatal, kemerahan)  Hati-hati pada pasien gout (asam urat tinggi)  memicu serangan akut
  • 36.  PENGERTIAN pemeriksaaan radiografi pada traktus biliaris dengan memasukkan media kontras positif secara intravena.  IVC jarang dilakukan karena angka kejadian reaksi media kontras cukup tinggi dan adanya prosedur/modalitas lainnya.  INDIKASI •Untuk evaluasi duktus biliaris pada pasien dengan cholecystectomi. •Untuk evaluasi duktus biliaris pada non-cholecystectomi pasien. • Pada kasus dimana biliary tract tidak nampak pada pemeriksaan OCG. •Pada kasus dimana karena vomiting dan diarrhea, pasien tidak mampu menerima pemasukan media kontras secara oral.
  • 37.  KONTRA INDIKASI •Pasien dengan liver desease. • Non-intact duktus biliaris. • Pasien dengan peningkatan bilirubin (lebih dari 2 mg/dl). •Untuk pasien dengan obstructive jaundice dan post cholecystectomy.  PERSIAPANALAT •Pesawat sinar-x • Kaset dan film 24 x 30, Grid/lysolm, Marker • Kapas alkohol atau wipes. • Handuk atau spon untuk bantalan lengan • Gonad shield •Peralatan kegawat daruratan (tabung O2, alat suction, dan lain-lain) • Spuit, Needle • Media kontras iodipamide (biligrafin forte) 50% atau biligrafin 30%
  • 38.  Media kontras biasanya diinjeksi melalui vena cubiti yang selanjutnya melalui jantung dan diedarkan melalui arterial circulation. Media kontras tiba di liver melalui arteri hepatika dan vena porta, media kontras akan mengalami perubahan biokimia dan disekresikan oleh bile dan ditampung di gall bladder.
  • 39.  Radiograf dibuat dengan interval 10 menit sampai didapat gambaran yang optimal. Opacity maximal biasanya pada 30-40 menit post injeksi. Pada kasus-kasus tertentu, pemeriksaan bisa dilakukan hingga 2 jam post injeksi (gall bladder terisi penuh). Radiograf kembali diambil 10-20 menit setelah fatty meal dilakukan.
  • 40. 1. PA(scout) Untuk mengetahui menentukan posisi dan FE.  Posisi Pasien Prone  Posisi Obyek •Kepala diberi bantal. • Kedua tangan di samping kepala. • Tungkai bawah lurus dengan suport pada ankle. •Setengah bagian kanan tubuh berada pada pertengahan kaset (sthenik) dan gallblader lebih horizontal, 5 cm lebih tinggi dan lateral untuk hypersthenik, untuk asthenic gallblader vertikal dan 5 cm lebih rendah dan dekat midline. • Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis.
  • 41.  Central Ray Vertikal/tegak lurus  Central Point Setinggi Lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5 cm ke kanan dari MSP  FFD 100 cm  Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi. 2. Injeksi Informasikan pada pasien, kemungkinan adanya hot flush saat media kontras diinjeksikan
  • 42. 3. Post injeksi (AP Oblique (RPO))  Posisi Pasien Supine  Posisi Obyek •Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh menempel di meja pemeriksaan dan bagian kiri tubuh menyudut 10-200 dengan meja pemeriksaan. • Kedua lengan difleksikan di atas kepala.  Central Ray Vertikal/tegak lurus  Central Point Sekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar 7,5 cm kearah kanan dari lumbal ke-3 dan 2 inchi superior).  FFD 100 cm  Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi
  • 43.
  • 44.
  • 45.  Pemeriksaan T-tube Cholangiografi: pemeriksaan radiologis traktus billiari lewat pipa berbentuk huruf T yang dimasukkan melalui duktus koledokus.  Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menunjukkan ukuran dan kejelasan (patency) duktus-duktus, keadaan spingter ampula hepatopankreatikus, dan untuk mengetahui adanya sisa-sisa atau batu-batu yang tidak terdeteksi sebelumnya atau kondisi patologis yang lain
  • 46.  Persiapan Pasien 1. Tabung drainase diklem dengan korentang sehari sebelum pemeriksaan untuk membiarkan tabung penuh dengan empedu, sebagai tindakan pencegahan masuknya gelembung-gelembung udara ke duktus- duktus, yang seolah-olah seperti batu kolesterol. 2. Tidak diperlukan makanan pendahuluan (pasien puasa). 3. Jika diperlukan pemberian enema (lavement) diatur kurang lebih satu jam sebelum pemeriksaan
  • 47.  Persiapan Alat 1. Pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan fluoroskopi dan penguat gambar (Image Intensifier) yang dihubungkan dengan televisi monitor. 2. Pipa berbentuk huruf T (T-tube) 3. Spuit. 4. Bengkok. 5. Baju pasien. 6. Marker. 7. Media kontras. 8. Obat-obat emergensi untuk mengatasi alergi dan syok
  • 48. 1. Terbuat dari bahan halus, fleksibel, tidak mengandung racun, kegunaan dalam waktu panjang. 2. Silikon yang lembut akan mengurangi pergeseran pada permukaan organ. 3. Terlihat garis radioopaque sepanjang tube. 4. Panjang: 20x60 cm 5. Size:fg: 10, 12, 14, 16 & 18 6. Batas dalam dari kotak 50 pcs 7. Penggunaan dalam keadaan steril. T-TUBE
  • 49.  Media kontras yang digunakan untuk pemeriksaan T-tube Cholangiografi adalah yang larut dalam air, media kontras organik. Kepadatan (densitas) media kontras yang direkomendasikan tidak dari 25-30%, karena batu-batu kecil mungkin tidak terdeteksi pada konsentrasi tinggi misal Iopamiro 300  Media kontras yang digunakan adalah Ultravist yang sudah dicampur aquabides dengan perbandingan 1:1 sebanyak 20 cc
  • 50.  Foto Pendahuluan pemotretan di daerah abdomen kuadran kanan atas sebelum dilakukan pemasukan media kontras, adapun tujuan dari pemotretan foto pendahuluan ini adalah melihat persiapan penderita, menilai kelainan-kelainan anatomi dari organ traktus biliaris, dan menentukan pemakaian proyeksi dan faktor eksposi selanjutnya
  • 51.  Posisi pasien : Berbaring terlentang dengan kedua tangan berada di atas dada dan di bawah kedua lutut diberi ganjalan. MSP tubuh diatur pada pertengahan meja atau grid.  Posisi objek : Abdomen diatur pada pertengahan kaset dengan batas atas prossesus xipoideus dan batas bawah simpisis pubis.  Arah sinar : Vertikal tegak lurus pada pertengahan grid setinggi pertengahan kedua krista illiaka.  Eksposi : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas  Kaset: Ukuran 35 x 43 cm  Kriteria : Tampak batas atas vertebra thorakalis XI dan batas bawah simpisis pubis, kolumna vertebra pada pertengahan radiograf, dinding bagian abdomen bagian lateral dan lemak properitonial, muskulus psoas, batas bawah hati, dan kedua ginjal, serta beberapa tulang iga bawah
  • 52.
  • 53.  Setelah dilakukan plane foto, kemudian radiolog menyiapkan spuit 20 cc yang telah berisi media kontras (iopamiro) dengan memposisikan pasien tidur terlentang. Kontras dimasukkan sedikit demi sedikit (40cc-50cc) sambil diikuti dengan fluoroskopi dan radiografer melihat pada TV monitor apakah media kontras sudah masuk apa belum dan apakah kateternya masih terpasang dengan baik apa tidak sambil mengambil gambaran sesuai dengan kebutuhan.
  • 54.  PROYEKSI (OBLIK KANAN AP) Tujuan dilakukan proyeksi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemasukan media kontras pada duktus-duktus sampai masuk ke duodenum. Posisi pasien : Pasien diatur dalam posisi tidur terlentang, proyesikan 350–450 RPO dengan ganjalan bantal di kepala. Posisi obyek : Lengan ditekuk dan letakan di depan kepala, lengan satunya diletakkan ke bawah di samping tubuh. Lutut ditekuk untuk menahan posisi ini. MSP tubuh diatur pada pertengahan meja. Arah sinar : Vertikal tegak lurus menuju pertengahan kaset Setinggi krista iliaka 1 inchi ke sisi yang terangkat dari MSP. FFD minimum 40 inchi (100 cm)
  • 55.  Pemasukan media kontras dengan cara dua kali pemasukkan media kontras dengan menggunakan spuit ukuran 20cc, pada pertengahan pemeriksaan kadang kateter yang telah terpasang pada pasien di klem. Gunanya untuk cairan media kontrasnya tidak balik atau agar cairan empedu tidak keluar.  Setelah media kontras masuk semua, jika kondisi masih kurang menampakkan klinisnya atau bentuk empedu masih superposisi dengan tulang belakang maka posisi pasien di oblikkan dengan proyeksi RPO dan dilanjutkan dengan proyeksi LPO jika masih kurang menegakkan diagnosa.
  • 56. Kaset: Ukuran 24x30 cm Kriteria : Tampak duktus hepatikus kanan, duktus hepatikus komunis, T-tube, duktus koledokus, duktus pankreatikus, media kontras di dalam duodenum
  • 57.  Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah proyeksi lateral kanan dengan tujuan untuk memperlihatkan cabang anatomi duktus-duktus hepatikus, juga untuk mendeteksi ketidak normalan yang tidak bisa ditunjukkan dengan posisi lain.  Posisi pasien : Pasien diatur dalam posisi miring ke kanan kedua tangan sebagai bantalan kepala dan kedua paha serta lutut ditekuk.  Posisi obyek :Kwadran atas abdomen diatur agar masuk lapangan penyinaran.  Arah sinar : Vertikal tegak lurus menuju pertengahan kaset atau grid.  Kaset  Kriteria : Ukuran 24 x 30 cm : Tampak lokasi T-tube secara antero posterior dan tampak ampula hepato pankreatikus
  • 58.  Endoscopic Retrograde Choledoco Pancreatography (ERCP) adalah pemeriksaan radiografi pada pankreas dan sistem billiary dengan bantuan media kontras positif dan menggunakan peralatan fiber optik endoskopi untuk menegakkan diagnosa. Atau suatu teknik yang mengkombinasikan endoskopi dan flouroscopy untuk mendiagnosa dan menangani masalah yang berkaitan dengan duktus biliaris dan duktus pankreatikus.
  • 59.  Ikterus obstruktif  Oral dan intravena cholecystography gagal  Pancreatic disease  Jaundice obstruktif  Batu empedu  Tumor saluran empedu  Bile Duct Injury (TraumaTerapeutik/Iatrogenik)  Disfungsi (Sphincter of Oddi)  Tumor pankreas
  • 60.  Infark Miokard  Anafilaksis  Penyakit kardiopulmonal  Pyloric Stenosis  Acute pancreatitis  Glaucoma  Pseudocyst
  • 61.  Pesawat x-ray dan fluoroscopy C-arm  Baju pasien  Peralatan proteksi diri seperti : gonad shield, lead apron dan thyroid shield  Kaset dan film sesuai ukuran  Anastesi  Media kontras  Obat-obatan dan peralatan emergency  Fiber optic endoscope  Pemeriksaan dilalukan dengan bantuan fluoroscopy dan TV monitor
  • 62.  Fiber optic endoscope, yakni satu bendel glass fibre disatukan dan xenon light illuminator. Ditengah alat ini ada saluran untuk masuk kateter untuk memasukan kontras media  Pemeriksaan dilalukan dengan bantuan fluoroscopy dan TV monitor
  • 63. 1. PASIEN PUASA 5-6JAM SEBELUM PEMERIKSAAN DIMULAI 2. Pasien diminta menginformasikan tentang obat- obatan yang dikonsumsi 3. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan 1-2 hari sebelumnya 4. Bila diperlukan, pasien dapat diberikan antibiotik 5. Inform consent 6. Plan foto abdomen 7. Premidikasi : Ameltocaine lozenge 30 mg 8. Kontras media :  Untuk panceatic duct --> Angiografin 65% atau sejenisnya  Untuk billiary duct --> Conray 280 atau sejenisnya
  • 64.  Pasien miring disisi kiri pada meja pemeriksaan  Endoskop dimasukan melalui mulut ke dalam osophagus selanjutnya melewati gaster melalui duodenum  Endoskopi diposisikan pada bagian tengah duodenum dan papilla Vateri  Poly kateter diisi kontras media ( berada dipertengahan endoskopi)  Biasanya pancreatic duct diisi kontras media selanjutnya billiary duct  Dibuat spot foto dipandu dengan fluoroscopy
  • 65.
  • 66.  Pasien dimonitor hingga efek dari obat- obatan hilang  Setelah pemeriksaan : pasien mungkin akan mengalami perasaan tidak nyaman pada tenggorokan, kembung & nausea (udara yg masuk).  Komplikasi yg mungkin muncul : pancreatitis, perforasi, pendarahan ataupun reaksi alergi akibat sedative.  Informasikan pada pasien untuk melaporkan apabila muncul fever, nyeri yang hebat ataupun pendarahan.
  • 67.  PERCUTANEOUS TRANSHEPATIC CHOLANGIOGRAPHY (PTC) ADALAH TEKNIK PEMERIKSAAN LAIN DARI CHOLANGIOGRAPHY UNTUK MEMPERLIHATKAN SALURAN EMPEDU SEBAGAI TINDAKAN PREOPERASI
  • 68.  PERSIAPAN PASIEN 1. Pasien rawat inap di suatu rumah sakit. 2. Pada malam hari sebelum pemeriksaan, pasien hanya diperbolehkan minum air putih saja. Tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan yang padat (keras) setelah tengah malam. 3. Puasa 4 jam sebelum pemeriksaan. 4. Jika pasien mempunyai riwayat diabetes dan telah diberi insulin (hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pulau Langerhans, kelenjar asam lambung), berilah penjelasan kepada dokter tentang perubahan dosis insulin untuk tiap harinya selama proses pemeriksaan. 5. Sebelum prosedur dilakukan, antibiotik akan disuntikkan melalui Intra Vena (IV) untuk mencegah infeksi. Selain itu, selang Intra Vena juga digunakan untuk memberikan obat- obatan lain dan cairan selama prosedur. 6. Setelah selesai melakukan prosedur pengaliran cairan empedu, pasien akan melakukan tes darah
  • 69.  PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN alat dan bahan steril dan non steril. Alat dan bahan steril, antara lain jarum Chiba ukuran 23 F gauge, guide wire, bengkok, alat bedah, duk steril, spuit 5 ml dan 50 ml, hand scoen dan baju steril. Sedangkan alat dan bahan non steril, meliputi pesawat sinar-X dan fluoroskopi, media kontras (Iopamiro 40-60 ml) alkohol, iodium, lidocain atau obat anastesi lain, apron, kaset dan film ukuran 24 x 30 cm sebanyak 4 buah dan 30 x 40 cm sebanyak 1 buah.
  • 70.  Menurut Bontrager (2001), daerah tempat penusukan jarum yaitu di daerah intercostal VII dan VIII, pada garis mid axilla kanan, setinggi vertebrae thoracal ke 12, atau dibawah arkus aorta pada kuadran kanan atas abdomen menembus hati ke arah cranio lateral. Pada penusukkan dari arah lateral, jarum diarahkan 30º kearah kranial pada bidang horizontal, dengan arah kira-kira ke percabangan duktus billiaris intra hepatika, yaitu daerah yang mengandung cabang- cabang besar duktus billiaris.
  • 71.  Setelah daerah yang dipilih untuk tempat penusukkan ditentukan, kemudian daerah tersebut disterilkan dengan iodium dan alkohol, kemudian dipasang duk dan dilakukan anastesi lokal dengan procain 1% atau xilocain 1%. Sebelum jarum ditusukan, ditentukan terlebih dahulu bentuk dan besarnya hati serta letak diaphragma. Ini dilakukan untuk melakukan arah jarum, kemudian jarum dan stylet ditusukkan pada daerah yang dipilih dan telah dilakukan anastesi sebelumnya, saat penusukkan pasien diminta untuk tahan nafas. Penusukan jarum diikuti dengan fluoroskopi.  Apabila duktus biliaris tidak dapat tertusuk pada percobaan yang pertama, maka dibuat lagi tusukan dengan mengarahkan jarum sedikit ke arah posterior. Bila tidak berhasil lagi, dapat dibuat tusukan ke arah anterior. Tusukan dapat dilakukan maksimal 6 kali
  • 72.  Sebelum prosedur dilakukan, pemeriksaan akan dimulai dari Intra Vena. Dokter spesialis intervensi radiologi akan melakukan anestesi lokal pada area tertentu. Pengaliran cairan empedu mempunyai 3 (tiga) langkah pokok, yaitu 1. Penyuntikan sebuah jarum memasuki saluran empedu. 2. Pemasukan sebuah guide wire lebih jauh mamasuki saluran. 3. Pemasangan sebuah kateter pengaliran (drainage catheter) hingga ujung kawat (guide wire).
  • 73. Radiograf post PTC menunjukkan kawat basket (tanda panah) menyimpan batu disekitarnya Radiograf PTC dengan kateter drainase pada tempatnya
  • 74.  Metode pemasukan media kontras, pasien tidur supine dan area penusukan jarum, jaringan dalam dan liver dianastesi lokal lalu tunggu selama beberapa waktu agar anestesi bereaksi. Dibawah layar fluoroskopi, jarum Chiba ditusukan ke hati dengan tahan nafas, saat posisi sudah benar pasien diperbolehkan bernafas lembut dengan teratur.  Spuit dilepas dari jarum dan spuit yang berisi kontras dipasang, media kontras disuntikan dibawah layar flouroskopi. Media kontras yang biasanya dipakai adalah methyl glukamine 30 atau urografin 60, kurang lebih sebanyak 30-40 cc. Dengan bantuan fluoroskopi atau TV monitor jarum pelan–pelan ditarik keluar beberapa mili meter, pada setiap penarikan disemprotkan 1 – 2 ml media kontras sampai kontras habis.  Setelah jarum dimasukkan, diperiksa juga apakah ada cairan empedu yang keluar. Ini menandakan bahwa jarum telah menusuk jaringan hati atau masuk duktus biliaris.
  • 75. Tindakan untuk mengatasi reaksi terhadap media kontras adalah : 1. Memasang oksigen untuk mengatasi keadaan shock, pasien sesak nafas. 2. Memberikan obat anti alergi baik intra muskuler atau intra vena menurut petunjuk dokter.
  • 76. Hasil radiograf dari pemasukan media kontras yang pertama Radiograf kedua telah dipasang guidewire
  • 77.
  • 78.  istirahat total selama 12 jam  selalu diawasi keadaan umumnya, tekanan darah, denyut nadi dan suhu badan.  perhatikan tanda – tanda timbulnya rasa sakit disekitar perut dan terjadinya kenaikan suhu badan  pemberian obat – obatan antibiotik