2. PENGERTIAAN
Colon In Loop merupakan suatu
pemeriksaan radiografi kolon menggunakan
kontras (Barium Sulfat) yang dimasukkan
secara anal.
Bisa berupa pemeriksaan single contrast
bila kontras yang digunakan hanya barium,
bisa juga double contrast bila udara juga
dipompakan ke dalam kolon. Pemeriksaan ini
termasuk barium enema dan memerlukan
persiapan pasien.
5. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PATOLOGI
COLON MANUSIA
Indikasi
1. Colitis
2. Megakolon congenital atau
Hirschsprung’s Disease
3. Ileus Obstruktif
4. Invaginasi
5. Atresia Ani
Kontra Indikasi
1. Perforasi
2. Obstruksi
3. Diare Akut
6. Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop
Persiapan pasien
1. Mengubah pola makanan pasien
2. Minum sebanyak-banyaknya
3. Pemberian obat pencahar
7. Persiapan Alat dan Bahan
• Persiapan Alat
1. Pesawat X-ray siap pakai
2. Kaset dan film sesuai
dengan kebutuhan
3. Marker
4. Standar irigator dan
irigator set lengkap
dengan kanula rectal
5. Vaselin dan jelly
6. Sarung tangan
7. Penjepit atau klem
8. Kain kassa
9. bengkok
• Persiapan Bahan
1. Media kontras, yang sering
dipakai adalah larutan barium
dengan konsentrasi antara 70 –
80 W/V %. Banyaknya larutan
tergantung pada panjang
pendeknya kolon, kurang lebih
600 – 800 ml.
2. Air hangat untuk membuat
larutan barium
3. Vaselin atau jelly, yang
digunakan untuk menghilangi
rasa sakit saat kanula
dimasukkan kedalam anus.
10. 1. Metode kontras tunggal
Barium dimasukkan lewat anus sampai
mengisi daerah sekum. Untuk keperluan
informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan
ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf
full filling. Pasien diminta untuk buang air
besar, kemudian dibuat radiograf post
evakuasi posisi antero posterior.
11. 2. Metode kontras ganda
a. kontras ganda satu tingkat
Pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan
media kontras berupa campuran antara BaSO4 dan
udara.
Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan
udara untuk mendorong barium melapisi kolon.
Selanjutnya dibuat foto full filling.
12. b. Kontras ganda dua tingkat
Tahap Pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke
dalam lumen kolon, sampai mencapai pertengahan
kolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat
diisi dengan mengubah posisi penderita.
Tahap Pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar
larutan BaSo4 mengisi mukosa kolon.
Tahap Pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu
dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali.
13. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke
lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh
berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat
menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal
yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap,
bradikardi, keringat dingin dan pusing.
Tahap Pemotretan
Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah
mengembang sempurna.
14. 3. Pemeriksaan Radiografi
Proyeksi AP
1. Posisi Pasien
Pasien berbaring di atas meja
pemeriksaan bahu diatur sejajar
dengan jarak yang sama pada
permukaan meja pemeriksaan. Kedua
tungkai lurus.
2. Posisi Objek
MSP di pertengahan meja, SIAS
berjarak sama dengan permukaan
meja. Kaset dengan ukuran yang sesuai
diletakkan di bawah grid. Batas bawah
simpisis pubis.
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : pada MSP tubuh setinggi iliac
crests
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
15. Tujuan : untuk memperlihatkan fleksura
linealis dan fleksura hepatika.
Kriteria Radiograf : seluruh kolon nampak, termasuk
splenic flexure dan rectum
Single contras Double contas
16. Proyeksi PA
1. Posisi Pasien
Pasien prone di atas meja
pemeriksaan.
2. Posisi Objek
MSP di pertengahan meja, SIAS
berjarak sama dengan
permukaan meja. Kaset dengan
ukuran yang sesuai diletakkan
di bawah grid. Batas bawah
simpisis pubis.
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : pada MSP tubuh
setinggi iliac creasts
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
17. Tujuan : untuk memperlihatkan fleksura linealis dan
fleksura hepatika
Kriteria Radiograf : menampakan flexures, colon ascending,
colon descending, dan rectum
Single contras
Double contras
18. Proyeksi PA Axial
1. Posisi Pasien
Pasien prone di atas meja
pemeriksaan.
2. Posisi Objek
MSP di pertengahan meja, SIAS
berjarak sama dengan
permukaan meja. Kaset dengan
ukuran yang sesuai diletakkan
di bawah grid. Batas bawah
simpisis pubis.
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : 30 – 40 derajat caudad
CP : pada MSP tubuh
setinggi iliac creasts
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
19. Tujuan : untuk melihat rectum
Kriteria Radiograf : rectosigmoid tidak superposisi dibandingkan
dengan gambaran radiograf
20. Proyeksi RAO
1. Posisi Pasien
Pasien prone di atas meja
pemeriksaan. Tubuh
dirotasikan 35 – 45 derajat
terhadap meja.
2. Posisi Objek
batas atas : proc. Xypoideus,
batas bawah : simp. pubis.
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : 1 – 2 inch ke kiri dari
titik tengah kedua krista iliaka
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
21. Tujuan : untuk memperlihatkan ileosaekal
Kriteria Radiograf :
seluruh kolon, fleksura hepatica sedikit superposisi dibanding PA,
colon ascending, sigmoid dan sekum
22. Proyeksi RPO
1. Posisi Pasien
pasien tidur diatas meja
pemeriksaan
2. Posisi Objek
Pasien dirotasikan 35 – 45
derajat menuju right dan left
posterion oblique
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : setinggi iliac crest dan
sekitar 2,5 cm lateral
menuju garis MSP
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
23. Tujuan : untuk memperlihatkan fleksura linealis
Kriteria radiograf :
menampakan keseluruhan colon, left colic flexure dan colon
desending
Single contras Double contras
24. Proyeksi LPO
1. Posisi Pasien
pasien tidur diatas meja
pemeriksaan
2. Posisi Objek
Pasien dirotasikan 35 – 45
derajat menuju left dan right
posterion oblique
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : setinggi iliac crest dan
sekitar 2,5 cm lateral
menuju garis MSP
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
25. Tujuan :
untuk memperlihatkan fleksura hepatica.
Kriteria Radiograf :
menampakan keseluruha colon, colon ascending, sekum, colon
sigmoid, dan right colic flexure less superimposed.
Single contras Double contras
26. Proyeksi LAO
1. Posisi Pasien
tidur tengkurap diatas meja
pemeriksaan, tubuh
dirotasikan ke kiri 35 – 45
derajat terhadap meja, tangan
kiri lurus disamping tubuh,
tangan kanan didepan kepala
dan kaki kiri lurus, kaki kanan
ditekuk
2. Posisi Objek
obyek diatur diatas meja,
Batas atas : Proc. Xypoideus,
Batas bawah: Simp.pubis
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari
titik tengah kedua Krista
iliaka
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
27. Tujuan : untuk memperlihatkan ileosaekal
Kriteria Radiograf :
seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi di
banding PA, colon ascenden
28. Proyeksi Lateral
1. Posisi Pasien
Pasien berbaring miring
keseblah kanan atau kiri.
2. Posisi Objek
Fleksikan kaki pasien agar
nyaman, dan tubuh 5 cm
kedepan dari pertengahan
kaset sehingga MSP berada di
pertengahan kaset
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : 5-7 cm kearah superior
dari batas atas Krista
iliaka
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
29. Tujuan : untuk memperlihatkan rectum
Kriteria radiograf : menampakan rectosigmoid
Double contras
30. Proyeksi LLD
1. Posisi Pasien
Pasien berbaring miring
keseblah kiri.
2. Posisi Objek
Fleksikan kaki pasien agar
nyaman, dan atur sampai MCP
berada di pertengahan kaset
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : horizontal tegak lurus
CP : berada di MSP tubuh
setinggi iliac creasts
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
31. Tujuan :
untuk memperlihatkan air fluid level
Kriteria Radiograf :
Menunjukkan bagian atas sisi lateral
dari kolon asenden naik dan bagian
tengah dari kolon desenden saat
terisi udara.
32. Tujuan Pemeriksaan
• Posisi AP untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica
• Posisi lateral untuk melihat rectum
• Posisi AP dg penyudutan 15 – 25 derajat chepalad untuk melihat
rectum
• RPO dg penyudutan 15 – 25 untuk melihat fleksura lienalis
• Right Lateral untuk melihat rectum
• Prone untuk melihat fleksura lienalis dan fleksura hepatica
• PA dengan penyudutan 15 – 25 derajat untuk melihat rectum
• LPO dengan sudut 15 – 25 derajat untuk melihat fleksura hepatica
• AP dengan oblique 2 – 3 derajat untuk melihat daerah ileosaekal
• AP dg sinar horizontal untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica.