SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
 Scanning renogram merupakan pemeriksaan
dalam bidang kedokteran nuklir dengan
menggunakan radiofarmaka beserta
tracer/perunut untuk mengevaluasi fungsi
fisiologis dari tractus urinarius dan
menegakkan diagnosa.
1. Renografi Konvensional
2. Renografi Diuretik
3. Renografi Kaptopril
4. Renografi Pediatrik
Radiofarmaka : Tc- 99m
Tracer bergantung dengan organ yang akan
dievaluasi
RADIOFARMAKA
GLOMERULAR AGEN
TUBULAR AGEN
a. Glomerular Agent
Yang termasuk golongan radiofarmaka
glomerular agent adalah 99mTc-
diethylenetetraaminepenta acetic acid ( DTPA )
dan 51Cr- ethylenediaminetetraacetic acid (
EDTA ).
b. Tubular Agent
Yang termasuk dalam golongan radiofarmaka
tubular agent adalah Iodine-131
orthoiodohippurate (131I-OIH) namun sekarang
sudah banyak digantikan dengan 99mTc-MAG3 (
mercaptoacetyltriglycine ).
Disebut juga pemeriksaan radionuklida ginjal
dinamik, dengan prinsip pemeriksaan dengan
menilai penangkapan radionuklida oleh ginjal
yang dialirkan melalui nephron dan
dieksresikan ke dalam pelvis ginjal dan
kemudian melalui ureter sampai dengan
kandung kemih. Kurva hasil pemeriksaannya
menunjukkan perubahan aktivitas ginjal
terhadap waktu yang menggambarkan
fisiologis ginjal seperti fungsi penangkapan,
waktu transit dan efisiensi outflow
 Indikasi
◦ Obstruktif Uropati
◦ Transplantasi Ginjal
◦ Kelainan kongenital pada ginjal
◦ Evaluasi trauma saluran kemih
◦ Gagal ginjal akut dan kronis
◦ Uji saring hipertensi renovaskular
 Peralatan
◦ Kamera gamma dengan kolimator jenis general –
purpose atau high sensitivity
◦ Matriks 64 x 64 pixels
◦ Akusisi frame 10 – 20 detik
◦ Lama pemeriksaan 30 – 40 menit
 Radiofarmaka
◦ Tc– 99m MAG3 dengan dosis 2,5 mCi
◦ Tc– 99m DTPA dengan dosis5 mCi
◦ Tc– 99m EC dengan dosis2,5 mCi
◦ I– 123 Hippuran dengan dosis2 mCi
 Persiapan Pasien
◦ Menjaga status hidrasi pasien selama pemeriksaan.
◦ Penderita dewasa : minum 400 ml air 20-30 menit
sebelum pemeriksaan.
◦ Penderita anak-anak : diberikan volume cairan
sesuai dengan berat badan.
◦ Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram
bersamaan dengan pemeriksaan IVP.
◦ Penderita harus mengosongkan vesika urinaria
sebelum pemeriksaan.
◦ Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran,
penderita sebelumnya diberikan larutan lugol 10
tetes untuk memblok jaringan tiroid agar tidak
menangkap I-131.
 Prosedur Pemeriksaan
◦ Pasien supine atau tidur terlentang dengan kamera
gamma berada di posterior atau punggung pasien.
◦ Duduk atau setengah duduk agar lebih fisiologis.
◦ Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti
secara bolus.
◦ Deteksi ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal
dan kandung kemih berada dalam lapang pandang
pencitraan
• Pemrosesan Data
◦ Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI
pada kedua ginjal serta di bawah kedua ginjal untuk
substraksi latar belakang untuk membuat kurva
aktivitas vs waktu
◦ Fase Initial
 Terjadi peningkatan secara cepat segera setelah
penyuntikan radiofarmaka yang menunjukkan
kecepatan injeksi dan aliran darah vaskular ke dalam
ginjal.
 Menunjukkan teknik penyuntikan radiofarmaka,
apakah bolus atau tidak.
 Terjadi kurang dari 2 menit.
◦ Fase Sekresi
 Menunjukkan kenaikan yang lebih lamban dan meningkat
secara bertahap.
 Fase ini berkaitan dengan proses penangkapan radiofarmaka
oleh dan di dalam ginjal melalui proses difusi lewat sel-sel
tubuli ke dalam lumen tubulus.
 Dalam keadaan normal fase ini mencapai puncak dalam
waktu 2 – 5 menit.
◦ Fase Ekskresi
 Tampak kurva menurun dengan cepat setelah mencapai
puncak kurva yang menunjukkan keseimbangan antara
radioaktivitas yang masuk dan meninggalkan ginjal.
 Menggambarkan pola urodinamik dari ginjal dan pola
eliminasi melalui sistem pelvikalises menuju ke ureter dan
vesika urinaria, sehingga fase ini sangat sensitif untuk
kelainan pada saluran kemih.
Fase Penilaian Kurva Abnormal
- Jika ginjal tidak berfungsi maka penangkapan
radioaktivitas akan minimum atau tidak ada sama
sekali.
◦ Kurva akan berjalan datar/tidak beraturan karena
pada kurva tersebut hanya menggambarkan
aktivitas background saja.
◦ Pada kasus obstruksi total, vesika urinaria tidak
tampak. Fase kedua akan tampak naik terus dan
tidak terlihat adanya fase ketiga.
Parameter Tambahan Pada Penilaian Hasil
Renogram
◦ Waktu Transit Seluruh Ginjal (Whole Kidney Transit
Time/WKTT) Adalah waktu total yang dibutuhkan
radiofarmaka untuk transit melalui parenkim ginjal dan
pelvis atau jumlah antara waktu transit parenkim rata-
rata (Mean Parenchyma Transit Time/MPTT) dan Waktu
transit pelvis (Pelvic Transit Time/PvTT). Nilai normal
MPTT adalah 100 – 200 detik.
◦ Indeks Waktu Transit Parenkim (Parenchymal Transit
Time Index / PTTI) dan Indeks Waktu Transit Seluruh
Ginjal (Whole Kidney Transit Time Index / WKTTI). PTTI
adalah MPTT dikurangi Waktu Transit Minimum (MinTT),
nilai normal PTTI adalah 10 – 156 detik. WKTTI adalah
WKTT dikurangi MinTT, nilai normal WKTTI adalah 20 –
170 detik.
HASIL DAN GRAFIK RENOGRAFI KONVENSIONAL
Merupakan salah satu metode pemeriksaan kedokteran nuklir pada pasien
dengan dilatasi saluran kemih bagian atas dan follow up pasien dengan
hidronephrosis.
Prinsip Pemeriksaan
◦ Menggunakan furosemide karena efeknya bersifat diuretik yang
menghambat reabsorpsi garam dan air di limb asenden ansa henle.
◦ Sifat diuretik tergantung pada fungsi ginjal.
Furosemide Adalah golongan obat loop diuretics. Durasi kerja dari
furosemide 2 – 3 jam.
◦ Fungsi dari furosemide:
 Menghambat secara selektif reabsorpsi dari NaCl pada tubulus kontortus
asenden ansa henle.
 Menghambat sistem trasport Na+/K+/2Cl- pada membran lumen di tubulus
kontortus desenden ansa henle.
 Meningkatkan aliran darah ke ginjal dan menyebabkan redistribusi dari aliran
darah di dalam korteks ginjal.
 Meningkatkan jumlah volume urin dan meningkatkan kadar potasium pada
pasien dengan gagal ginjal akut.
Kontra Indikasi Furosemide
 Alergi furosemide
 Sirosis hepatik
 Gagal ginjal borderline
 Gagal jantung kongesif
Dosis Furosemide
Menurut Society of Nuclear Medicine & European Nuclear
Medicine Association adalah 1 mg/kg berat badan. Dosis
maksimum untuk anak – anak 20 mg dan dewasa 40 mg.
Indikasi
◦ Mengetahui lebih lanjut tingkat obstruksi apakah total
atau parsial
◦ Hidronephrosis
◦ Hidroureteronephrosis
 Persiapan Pasien
◦ Penderita dewasa minum 400 ml air 20-30 menit
sebelum pemeriksaan.
◦ Penderita anak-anak diberikan volume cairan sesuai
dengan berat badan.
◦ Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram
bersamaan dengan pemeriksaan IVP.
◦ Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum
pemeriksaan.
◦ Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita
sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk
memblok jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131.
◦ Sebelum pemeriksaan hendaknya pasien dilakukan USG
dengan tujuan melihat hidronephrosis bilateral atau
unilateral, dilatasi dari ureter, dan duplikasi ginjal.
◦ Disarankan sebaiknya pasien dalam status cukup
terhidrasi dengan volume urine yang cukup (tahan
miksi).
 Radiofarmaka
◦ Tc– 99m MAG3 dengan dosis 2,5 mCi
◦ Tc– 99m DTPA dengan dosis 5 mCi
◦ Tc– 99m EC dengan dosis 2,5 mCi
◦ I– 123 Hippuran dengan dosis 2 mCi
 Protokol Pemilihan Waktu Penyuntikan Diuretik
Radiofarmaka + 20 (F+20)
Volume pelvis ginjal penuh pada 20 menit setelah radiofarmaka
disuntikkan (furosemide diberikan 20 menit setelah
radiofarmaka).
Radiofarmaka – 15 (F – 15)
Furosemide diberikan 15 menit sebelum radiofarmaka
disuntikkan. Pada menit 15 – 18 setelah penyuntikkan furosemide
volume urin tinggi, sehingga akan didapat nilai urine yang
maksimal pada saat penyuntikkan radiofarmaka.
Radiofarmaka + 0 (F – 0)
Furosemide disuntikkan secara intravena segera setelah
penyuntikkan radiofarmaka. Hasilnya tidak berbeda jauh dengan F
– 15. Dapat mengurangi frekuensi gangguan pada saat pencitraan
oleh pasien yang disebabkan keinginan pasien untuk miksi.
Metode ini nyaman digunakan pada pasien bayi dan anak-anak,
karena tidak perlu melakukan penyuntikkan sebanyak 2 kali.
 Peralatan
◦ Kamera gamma, dengan kolimator LEHR untuk Tc– 99m MAG3
dan medium energy collimator untuk I-131 Hippuran
◦ Energy setting untuk low energy pada puncak 140 keV dan
medium energy pada puncak 364 keV
◦ Window width setting : 20 %
◦ Teknik pencitraan dinamik
◦ Matrix 128 x 128 pixels
◦ Protokol akusisi : Frame / time I = 6 frame / 10 detik selama 1
menit
◦ Protokol akusisi : Frame / time II = 25 frame / 1 menit selama 25
menit
 Prosedur Pemeriksaan
◦ Posisi pasien supine atau tidur terlentang.
◦ Detektor ditempatkan sedemikian rupa sehingga ginjal dan vesica
urinaria berada dalam lapang pandang pencitraan dari proyeksi
posterior.
◦ Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus
◦ Berikan radiofarmaka dan furosemide sesuai dengan protokol
pemilihan waktu penyuntikkan yang digunakan.
◦ Total waktu pemeriksaan adalah protokol pemilihan waktu
penyuntikan yang dipilih ditambah 10 menit.
 Pemrosesan Data
Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat
ROI pada kedua ginjal serta dibawah kedua ginjal
untuk substraksi latar belakang yang kemudian
didapatkan kurva aktivitas terhadap waktu.
 Evaluasi Kurva Renogram Diuretik Terhadap
Respon Furosemide
◦ Pemberian furosemide tidak merubah bentuk kurva
obstruksi (fase III naik terus), gambaran demikian
dikenal sebagai gambaran obstruksi total.
◦ Pemberian furosemide menyebabkan perubahan kurva
renogram dengan cepat dan eksresinya menjadi sangat
efektif. Gambaran ini ditemukan pada hidronephrosis
non obstruksi atau dilatasi hipotonik
◦ Pengaruh furosemide pada kurva obstruksi hanya
bersifat parsial, tidak cepat dan eksresinya lambat.
Gambaran demikian menunjukkan adanya obstruksi atau
subtotal.
 Parameter Kuantitatif
Adalah parameter-parameter yang digunakan
untuk menilai respon ginjal terhadap pemberian
furosemide.
 Jenis-Jenis Parameter Kuantitatif
 Time of peak (waktu puncak)
 Peak of half (waktu untuk mengeksresikan 50% dari
radiofarmaka)
 Output efisiensi
 Efisiensi ekskresi pelvis ginjal
 Indeks waktu transit parenkim
 Aktivitas residu terkoreksi
 Catatan
Pemeriksaan tidak dapat menilai respon diuretik secara
akurat jika fungsi ginjal berkurang secara bermakna. Hasil
pencitraan juga tidak dapat dinilai bila perunut banyak
terkumpul di pelvis ginjal.
 Pengertian
Modifikasi dari renografi konvensional yang
dapat membantu para klinisi dalam menegakkan
diagnosa yang berhubungan dengan transplantasi
ginjal.
 Indikasi
◦ Follow up pasien pasca operasi transplantasi ginjal
◦ Mendeteksi terjadinya resiko komplikasi pada pasien
◦ Menilai fungsi ginjal pada calon donor yang sehat
(memastikan bahwa ginjal yang akan didonorkan adalah
ginjal yang baik dan tidak akan membahayakan bagi
pasien penerimanya)
 Peralatan
◦ Kamera gamma dengan kolimator jenis general –
purpose atau high sensitivity
◦ Matriks 64 x 64 pixels
◦ Akusisi frame 10 – 20 detik
◦ Lama pemeriksaan 30 – 40 menit
 Radiofarmaka
◦ Tc– 99m MAG3 dengan dosis 2,5 mCi
◦ Tc– 99m DTPA dengan dosis 5 mCi
 I– 123 Hippuran dengan dosis 2 mCi
 Persiapan Pasien
◦ Menjaga status hidrasi pasien selama pemeriksaan.
◦ Penderita dewasa : minum 400 ml air 20-30 menit sebelum
pemeriksaan.
◦ Penderita anak-anak : diberikan volume cairan sesuai dengan berat
badan.
◦ Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan
dengan pemeriksaan IVP.
◦ Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum
pemeriksaan.
◦ Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita
sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk memblok
jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131.
 Prosedur Pemeeriksaan
◦ Pasien supine atau tidur terlentang dan kamera gamma berada di
anterior fossa illiaka di daerah abdomen bagian bawah dan pelvis.
◦ Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus.
◦ Citra diambil pada interval 1 detik setelah radiofarmaka
disuntikkan selama 60 detik.
 Parameter Penilaian
◦ Bladder Appearance Time
◦ Rasio ginjal-vesika urinaria
◦ Waktu puncak renografi
◦ Indeks akskresi
◦ Indeks perfusi
◦ Rasio ginjal aorta
 Metode Penilaian Fungsi Ginjal Dan Perfusi Ginjal
◦ Indeks Perfusi
 Menghitung indeks perfusi ROI dibuat pada ginjal dan arteri
illiaka yang kemudian dibuat kurva aktivitas terhadap waktu.
 Jika tidak ada aliran darah ke ginjal yang ditransplantasi
maka nilai indeks perfusi akan meningkat.
◦ Rasio Ginjal-Aorta
 Menggunakan kurva aktivitas terhadap waktu dari ginjal dan
aorta.
 Nilai rasio akan menurun bila tidak ada perfusi ke ginjal.
 Pengertian
Modifikasi dari renografi konvensional yang dapat membantu
para klinisi dalam menegakkan diagnosa yang yang dilakukan
pada anak-anak.
 Indikasi
Mendiagnosa awal dari follow up dari penyakit
genitor-urinary pada anak-anak seperi infeksi saluran kemih
(ISK), hidronephrosis neonatal, dan reflux vesikoureteral.
 Kontra Indikasi
◦ Parameter fungsi ginjal seperti GFR dan aliran plasma ginjalnya
rendah.
◦ Perkembangan tubulus ginjal kurang sempurna dibanding dengan
glomerulus.
 Radiofarmaka
Tc– 99m MAG3 pada usia 2-4 minggu setelah
lahir. Dosis yang digunakan menggunakan
parameter skala atau tergantung pada berat badan
bayi dan luas permukaan tubuh.
 Persiapan Alat
◦ Kamera gamma dengan kolimator jenis general –
purpose atau high sensitivity
◦ Matriks 64 x 64 pixels
◦ Akusisi frame 10 – 20 detik
◦ Lama pemeriksaan 30 – 40 menit
 Persiapan Pasien
◦ Menjaga status hidrasi pasien selama pemeriksaan.
◦ Penderita diberikan volume cairan sesuai dengan berat badan.
◦ Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan
dengan pemeriksaan IVP.
◦ Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum
pemeriksaan.
◦ Pasien telah dipasang kateter sebelum dilakukan renografi.
◦ Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita
sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk memblok
jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131.
 Prosedur Pemeeriksaan
◦ Pasien supine atau tidur terlentang dengan kamera gamma berada
di posterior atau punggung pasien.
◦ Duduk atau setengah duduk agar lebih fisiologis.
◦ Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus.
◦ Deteksi ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan kandung
kemih berada dalam lapang pandang pencitraan.
 Fase Penilaian Kurva Normal
◦ Fase Initial
 Terjadi peningkatan secara cepat segera setelah penyuntikan
radiofarmaka yang menunjukkan kecepatan injeksi dan aliran
darah vaskular ke dalam ginjal.
 Menunjukkan teknik penyuntikan radiofarmaka, apakah
bolus atau tidak.
 Terjadi kurang dari 2 menit.
◦ Fase Sekresi
 Menunjukkan kenaikan yang lebih lamban dan meningkat
secara bertahap
 Fase ini berkaitan dengan proses penangkapan radiofarmaka
oleh dan di dalam ginjal melalui proses difusi lewat sel-sel
tubuli ke dalam lumen tubulus
 Dalam keadaan normal fase ini mencapai puncak dalam
waktu 2 – 5 menit
◦ Fase Ekskresi
 Tampak kurva menurun dengan cepat setelah
mencapai puncak kurva yang menunjukkan
keseimbangan antara radioaktivitas yang masuk dan
meninggalkan ginjal.
 Menggambarkan pola urodinamik dari ginjal dan pola
eliminasi melalui sistem pelvikalises menuju ke ureter
dan vesika urinaria, sehingga fase ini sangat sensitif
untuk kelainan pada saluran kemih

More Related Content

What's hot

ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenumppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag DuodenumNona Zesifa
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Nona Zesifa
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricNona Zesifa
 
Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiAmalia Annisa
 
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hatiPpt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hatiNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografippt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf AppendicografiNona Zesifa
 
Radiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiRadiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiNona Zesifa
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)Seascape Surveys
 
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Novita Anggia
 
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up take
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up takePpt teknik pemeriksaan tiroid up take
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up takeNona Zesifa
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaTeknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaNona Zesifa
 
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyTeknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyIch Bin Fandy
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografippt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf LopografiNona Zesifa
 
Definisi QA dan QC Radiologi
Definisi QA dan QC RadiologiDefinisi QA dan QC Radiologi
Definisi QA dan QC Radiologiagung_smg
 
Teknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicTeknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicNona Zesifa
 
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptxPKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptxssuser990fc51
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)Nona Zesifa
 

What's hot (20)

ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenumppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 Pediatric
 
Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografi
 
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hatiPpt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
Ppt ct scan abdomen pada kasus tumor hati
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografippt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
 
Radiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiRadiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 Substraksi
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
 
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up take
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up takePpt teknik pemeriksaan tiroid up take
Ppt teknik pemeriksaan tiroid up take
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaTeknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
 
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyTeknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografippt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Definisi QA dan QC Radiologi
Definisi QA dan QC RadiologiDefinisi QA dan QC Radiologi
Definisi QA dan QC Radiologi
 
Teknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicTeknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 Panoramic
 
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptxPKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
PKL II TEKNIK PEMERIKSAAN OMD KLINIS GERD.pptx
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
 

Similar to ppt teknik scanning Renogram

Anestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopyAnestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopyNur Hajriya
 
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxPPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxRosihanBahtiar
 
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024JamesBond59524
 
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptxFARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptxIryaIryani02
 
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...bianestesi
 
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptx
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptxKonsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptx
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptxMichael Salim
 
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverNona Zesifa
 
Ketrampilan dasar Kebidanan pemeriksaan diagnostik
Ketrampilan dasar Kebidanan pemeriksaan diagnostikKetrampilan dasar Kebidanan pemeriksaan diagnostik
Ketrampilan dasar Kebidanan pemeriksaan diagnostikSisko Sipir
 
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Yolly Finolla
 
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptxDiskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptxYuyunRasulong1
 
MANAJEMEN ANESTESI PADA KASUS PASIEN PREEKLAMSIA DENGAN PERDARAHAN INTRASEREB...
MANAJEMEN ANESTESI PADA KASUS PASIEN PREEKLAMSIA DENGAN PERDARAHAN INTRASEREB...MANAJEMEN ANESTESI PADA KASUS PASIEN PREEKLAMSIA DENGAN PERDARAHAN INTRASEREB...
MANAJEMEN ANESTESI PADA KASUS PASIEN PREEKLAMSIA DENGAN PERDARAHAN INTRASEREB...assica1
 
Scintimammography
ScintimammographyScintimammography
Scintimammographymila amalia
 
Hemodialisa ak
Hemodialisa akHemodialisa ak
Hemodialisa akRofi Irman
 
31. CPPT IABP ASEP DIKAT 2022 pebruari.pptx
31. CPPT IABP ASEP DIKAT  2022 pebruari.pptx31. CPPT IABP ASEP DIKAT  2022 pebruari.pptx
31. CPPT IABP ASEP DIKAT 2022 pebruari.pptxKristinBerutu1
 
TURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDURETURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDUREEko indra
 
Syndrome resection transuretral (tur syndrom)
Syndrome resection transuretral (tur syndrom)Syndrome resection transuretral (tur syndrom)
Syndrome resection transuretral (tur syndrom)Ners Syamsi
 

Similar to ppt teknik scanning Renogram (20)

Anestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopyAnestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopy
 
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptxPPT FAISOL ROHMAN.pptx
PPT FAISOL ROHMAN.pptx
 
Post Op TURP
Post Op TURPPost Op TURP
Post Op TURP
 
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
 
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptxFARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
 
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
 
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptx
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptxKonsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptx
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptx
 
Fisiologi ginjal
Fisiologi ginjalFisiologi ginjal
Fisiologi ginjal
 
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
 
Ckd
CkdCkd
Ckd
 
Ketrampilan dasar Kebidanan pemeriksaan diagnostik
Ketrampilan dasar Kebidanan pemeriksaan diagnostikKetrampilan dasar Kebidanan pemeriksaan diagnostik
Ketrampilan dasar Kebidanan pemeriksaan diagnostik
 
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
 
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptxDiskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
 
MANAJEMEN ANESTESI PADA KASUS PASIEN PREEKLAMSIA DENGAN PERDARAHAN INTRASEREB...
MANAJEMEN ANESTESI PADA KASUS PASIEN PREEKLAMSIA DENGAN PERDARAHAN INTRASEREB...MANAJEMEN ANESTESI PADA KASUS PASIEN PREEKLAMSIA DENGAN PERDARAHAN INTRASEREB...
MANAJEMEN ANESTESI PADA KASUS PASIEN PREEKLAMSIA DENGAN PERDARAHAN INTRASEREB...
 
Scintimammography
ScintimammographyScintimammography
Scintimammography
 
Hemodialisa ak
Hemodialisa akHemodialisa ak
Hemodialisa ak
 
31. CPPT IABP ASEP DIKAT 2022 pebruari.pptx
31. CPPT IABP ASEP DIKAT  2022 pebruari.pptx31. CPPT IABP ASEP DIKAT  2022 pebruari.pptx
31. CPPT IABP ASEP DIKAT 2022 pebruari.pptx
 
Askep bph
Askep bphAskep bph
Askep bph
 
TURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDURETURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDURE
 
Syndrome resection transuretral (tur syndrom)
Syndrome resection transuretral (tur syndrom)Syndrome resection transuretral (tur syndrom)
Syndrome resection transuretral (tur syndrom)
 

More from Nona Zesifa

PPT Variabel dan hipotesis
PPT Variabel dan hipotesisPPT Variabel dan hipotesis
PPT Variabel dan hipotesisNona Zesifa
 
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifPPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifNona Zesifa
 
PPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatifPPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatifNona Zesifa
 
PPT Langkah - langkah Penelitian
PPT Langkah - langkah PenelitianPPT Langkah - langkah Penelitian
PPT Langkah - langkah PenelitianNona Zesifa
 
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriPPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriNona Zesifa
 
Ppt ct scan abdomen pada klinis kanker pankreas
Ppt ct scan abdomen pada  klinis kanker pankreasPpt ct scan abdomen pada  klinis kanker pankreas
Ppt ct scan abdomen pada klinis kanker pankreasNona Zesifa
 
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaPpt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaNona Zesifa
 
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruPpt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruNona Zesifa
 
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor heparppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor heparNona Zesifa
 
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienumppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus AlienumNona Zesifa
 
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRIppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRINona Zesifa
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyxppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyxNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacralppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan LumbosacralNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loopppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loopNona Zesifa
 
ppt quality control akurasi dan repro timer
ppt quality control akurasi dan repro timerppt quality control akurasi dan repro timer
ppt quality control akurasi dan repro timerNona Zesifa
 
Ppt quality control akurasi dan repro kv
Ppt quality control akurasi dan repro kvPpt quality control akurasi dan repro kv
Ppt quality control akurasi dan repro kvNona Zesifa
 

More from Nona Zesifa (17)

PPT Variabel dan hipotesis
PPT Variabel dan hipotesisPPT Variabel dan hipotesis
PPT Variabel dan hipotesis
 
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatifPPT Rancangan penelitian kuantitatif
PPT Rancangan penelitian kuantitatif
 
PPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatifPPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatif
 
PPT Langkah - langkah Penelitian
PPT Langkah - langkah PenelitianPPT Langkah - langkah Penelitian
PPT Langkah - langkah Penelitian
 
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriPPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
 
Ppt ct scan abdomen pada klinis kanker pankreas
Ppt ct scan abdomen pada  klinis kanker pankreasPpt ct scan abdomen pada  klinis kanker pankreas
Ppt ct scan abdomen pada klinis kanker pankreas
 
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaPpt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
 
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruPpt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
 
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor heparppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
ppt Ct scan thorax pada klinis tumor hepar
 
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienumppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
 
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRIppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
ppt Pengolahan citra digital pada modalitas MRI
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyxppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Sacrum dan coccyx
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacralppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lumbal dan Lumbosacral
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loopppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
ppt kritisi dan evaluasi radiograf colon in loop
 
ppt quality control akurasi dan repro timer
ppt quality control akurasi dan repro timerppt quality control akurasi dan repro timer
ppt quality control akurasi dan repro timer
 
Ppt quality control akurasi dan repro kv
Ppt quality control akurasi dan repro kvPpt quality control akurasi dan repro kv
Ppt quality control akurasi dan repro kv
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 

Recently uploaded (20)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 

ppt teknik scanning Renogram

  • 1.
  • 2.  Scanning renogram merupakan pemeriksaan dalam bidang kedokteran nuklir dengan menggunakan radiofarmaka beserta tracer/perunut untuk mengevaluasi fungsi fisiologis dari tractus urinarius dan menegakkan diagnosa.
  • 3. 1. Renografi Konvensional 2. Renografi Diuretik 3. Renografi Kaptopril 4. Renografi Pediatrik
  • 4. Radiofarmaka : Tc- 99m Tracer bergantung dengan organ yang akan dievaluasi RADIOFARMAKA GLOMERULAR AGEN TUBULAR AGEN
  • 5. a. Glomerular Agent Yang termasuk golongan radiofarmaka glomerular agent adalah 99mTc- diethylenetetraaminepenta acetic acid ( DTPA ) dan 51Cr- ethylenediaminetetraacetic acid ( EDTA ). b. Tubular Agent Yang termasuk dalam golongan radiofarmaka tubular agent adalah Iodine-131 orthoiodohippurate (131I-OIH) namun sekarang sudah banyak digantikan dengan 99mTc-MAG3 ( mercaptoacetyltriglycine ).
  • 6. Disebut juga pemeriksaan radionuklida ginjal dinamik, dengan prinsip pemeriksaan dengan menilai penangkapan radionuklida oleh ginjal yang dialirkan melalui nephron dan dieksresikan ke dalam pelvis ginjal dan kemudian melalui ureter sampai dengan kandung kemih. Kurva hasil pemeriksaannya menunjukkan perubahan aktivitas ginjal terhadap waktu yang menggambarkan fisiologis ginjal seperti fungsi penangkapan, waktu transit dan efisiensi outflow
  • 7.  Indikasi ◦ Obstruktif Uropati ◦ Transplantasi Ginjal ◦ Kelainan kongenital pada ginjal ◦ Evaluasi trauma saluran kemih ◦ Gagal ginjal akut dan kronis ◦ Uji saring hipertensi renovaskular  Peralatan ◦ Kamera gamma dengan kolimator jenis general – purpose atau high sensitivity ◦ Matriks 64 x 64 pixels ◦ Akusisi frame 10 – 20 detik ◦ Lama pemeriksaan 30 – 40 menit  Radiofarmaka ◦ Tc– 99m MAG3 dengan dosis 2,5 mCi ◦ Tc– 99m DTPA dengan dosis5 mCi ◦ Tc– 99m EC dengan dosis2,5 mCi ◦ I– 123 Hippuran dengan dosis2 mCi
  • 8.  Persiapan Pasien ◦ Menjaga status hidrasi pasien selama pemeriksaan. ◦ Penderita dewasa : minum 400 ml air 20-30 menit sebelum pemeriksaan. ◦ Penderita anak-anak : diberikan volume cairan sesuai dengan berat badan. ◦ Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan dengan pemeriksaan IVP. ◦ Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum pemeriksaan. ◦ Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk memblok jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131.
  • 9.  Prosedur Pemeriksaan ◦ Pasien supine atau tidur terlentang dengan kamera gamma berada di posterior atau punggung pasien. ◦ Duduk atau setengah duduk agar lebih fisiologis. ◦ Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus. ◦ Deteksi ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan kandung kemih berada dalam lapang pandang pencitraan • Pemrosesan Data ◦ Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI pada kedua ginjal serta di bawah kedua ginjal untuk substraksi latar belakang untuk membuat kurva aktivitas vs waktu
  • 10. ◦ Fase Initial  Terjadi peningkatan secara cepat segera setelah penyuntikan radiofarmaka yang menunjukkan kecepatan injeksi dan aliran darah vaskular ke dalam ginjal.  Menunjukkan teknik penyuntikan radiofarmaka, apakah bolus atau tidak.  Terjadi kurang dari 2 menit.
  • 11. ◦ Fase Sekresi  Menunjukkan kenaikan yang lebih lamban dan meningkat secara bertahap.  Fase ini berkaitan dengan proses penangkapan radiofarmaka oleh dan di dalam ginjal melalui proses difusi lewat sel-sel tubuli ke dalam lumen tubulus.  Dalam keadaan normal fase ini mencapai puncak dalam waktu 2 – 5 menit. ◦ Fase Ekskresi  Tampak kurva menurun dengan cepat setelah mencapai puncak kurva yang menunjukkan keseimbangan antara radioaktivitas yang masuk dan meninggalkan ginjal.  Menggambarkan pola urodinamik dari ginjal dan pola eliminasi melalui sistem pelvikalises menuju ke ureter dan vesika urinaria, sehingga fase ini sangat sensitif untuk kelainan pada saluran kemih.
  • 12.
  • 13. Fase Penilaian Kurva Abnormal - Jika ginjal tidak berfungsi maka penangkapan radioaktivitas akan minimum atau tidak ada sama sekali. ◦ Kurva akan berjalan datar/tidak beraturan karena pada kurva tersebut hanya menggambarkan aktivitas background saja. ◦ Pada kasus obstruksi total, vesika urinaria tidak tampak. Fase kedua akan tampak naik terus dan tidak terlihat adanya fase ketiga.
  • 14. Parameter Tambahan Pada Penilaian Hasil Renogram ◦ Waktu Transit Seluruh Ginjal (Whole Kidney Transit Time/WKTT) Adalah waktu total yang dibutuhkan radiofarmaka untuk transit melalui parenkim ginjal dan pelvis atau jumlah antara waktu transit parenkim rata- rata (Mean Parenchyma Transit Time/MPTT) dan Waktu transit pelvis (Pelvic Transit Time/PvTT). Nilai normal MPTT adalah 100 – 200 detik. ◦ Indeks Waktu Transit Parenkim (Parenchymal Transit Time Index / PTTI) dan Indeks Waktu Transit Seluruh Ginjal (Whole Kidney Transit Time Index / WKTTI). PTTI adalah MPTT dikurangi Waktu Transit Minimum (MinTT), nilai normal PTTI adalah 10 – 156 detik. WKTTI adalah WKTT dikurangi MinTT, nilai normal WKTTI adalah 20 – 170 detik.
  • 15. HASIL DAN GRAFIK RENOGRAFI KONVENSIONAL
  • 16. Merupakan salah satu metode pemeriksaan kedokteran nuklir pada pasien dengan dilatasi saluran kemih bagian atas dan follow up pasien dengan hidronephrosis. Prinsip Pemeriksaan ◦ Menggunakan furosemide karena efeknya bersifat diuretik yang menghambat reabsorpsi garam dan air di limb asenden ansa henle. ◦ Sifat diuretik tergantung pada fungsi ginjal. Furosemide Adalah golongan obat loop diuretics. Durasi kerja dari furosemide 2 – 3 jam. ◦ Fungsi dari furosemide:  Menghambat secara selektif reabsorpsi dari NaCl pada tubulus kontortus asenden ansa henle.  Menghambat sistem trasport Na+/K+/2Cl- pada membran lumen di tubulus kontortus desenden ansa henle.  Meningkatkan aliran darah ke ginjal dan menyebabkan redistribusi dari aliran darah di dalam korteks ginjal.  Meningkatkan jumlah volume urin dan meningkatkan kadar potasium pada pasien dengan gagal ginjal akut.
  • 17. Kontra Indikasi Furosemide  Alergi furosemide  Sirosis hepatik  Gagal ginjal borderline  Gagal jantung kongesif Dosis Furosemide Menurut Society of Nuclear Medicine & European Nuclear Medicine Association adalah 1 mg/kg berat badan. Dosis maksimum untuk anak – anak 20 mg dan dewasa 40 mg. Indikasi ◦ Mengetahui lebih lanjut tingkat obstruksi apakah total atau parsial ◦ Hidronephrosis ◦ Hidroureteronephrosis
  • 18.  Persiapan Pasien ◦ Penderita dewasa minum 400 ml air 20-30 menit sebelum pemeriksaan. ◦ Penderita anak-anak diberikan volume cairan sesuai dengan berat badan. ◦ Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan dengan pemeriksaan IVP. ◦ Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum pemeriksaan. ◦ Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk memblok jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131. ◦ Sebelum pemeriksaan hendaknya pasien dilakukan USG dengan tujuan melihat hidronephrosis bilateral atau unilateral, dilatasi dari ureter, dan duplikasi ginjal. ◦ Disarankan sebaiknya pasien dalam status cukup terhidrasi dengan volume urine yang cukup (tahan miksi).
  • 19.  Radiofarmaka ◦ Tc– 99m MAG3 dengan dosis 2,5 mCi ◦ Tc– 99m DTPA dengan dosis 5 mCi ◦ Tc– 99m EC dengan dosis 2,5 mCi ◦ I– 123 Hippuran dengan dosis 2 mCi  Protokol Pemilihan Waktu Penyuntikan Diuretik Radiofarmaka + 20 (F+20) Volume pelvis ginjal penuh pada 20 menit setelah radiofarmaka disuntikkan (furosemide diberikan 20 menit setelah radiofarmaka). Radiofarmaka – 15 (F – 15) Furosemide diberikan 15 menit sebelum radiofarmaka disuntikkan. Pada menit 15 – 18 setelah penyuntikkan furosemide volume urin tinggi, sehingga akan didapat nilai urine yang maksimal pada saat penyuntikkan radiofarmaka. Radiofarmaka + 0 (F – 0) Furosemide disuntikkan secara intravena segera setelah penyuntikkan radiofarmaka. Hasilnya tidak berbeda jauh dengan F – 15. Dapat mengurangi frekuensi gangguan pada saat pencitraan oleh pasien yang disebabkan keinginan pasien untuk miksi. Metode ini nyaman digunakan pada pasien bayi dan anak-anak, karena tidak perlu melakukan penyuntikkan sebanyak 2 kali.
  • 20.  Peralatan ◦ Kamera gamma, dengan kolimator LEHR untuk Tc– 99m MAG3 dan medium energy collimator untuk I-131 Hippuran ◦ Energy setting untuk low energy pada puncak 140 keV dan medium energy pada puncak 364 keV ◦ Window width setting : 20 % ◦ Teknik pencitraan dinamik ◦ Matrix 128 x 128 pixels ◦ Protokol akusisi : Frame / time I = 6 frame / 10 detik selama 1 menit ◦ Protokol akusisi : Frame / time II = 25 frame / 1 menit selama 25 menit  Prosedur Pemeriksaan ◦ Posisi pasien supine atau tidur terlentang. ◦ Detektor ditempatkan sedemikian rupa sehingga ginjal dan vesica urinaria berada dalam lapang pandang pencitraan dari proyeksi posterior. ◦ Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus ◦ Berikan radiofarmaka dan furosemide sesuai dengan protokol pemilihan waktu penyuntikkan yang digunakan. ◦ Total waktu pemeriksaan adalah protokol pemilihan waktu penyuntikan yang dipilih ditambah 10 menit.
  • 21.  Pemrosesan Data Seluruh data kasar digabung, kemudian dibuat ROI pada kedua ginjal serta dibawah kedua ginjal untuk substraksi latar belakang yang kemudian didapatkan kurva aktivitas terhadap waktu.  Evaluasi Kurva Renogram Diuretik Terhadap Respon Furosemide ◦ Pemberian furosemide tidak merubah bentuk kurva obstruksi (fase III naik terus), gambaran demikian dikenal sebagai gambaran obstruksi total. ◦ Pemberian furosemide menyebabkan perubahan kurva renogram dengan cepat dan eksresinya menjadi sangat efektif. Gambaran ini ditemukan pada hidronephrosis non obstruksi atau dilatasi hipotonik ◦ Pengaruh furosemide pada kurva obstruksi hanya bersifat parsial, tidak cepat dan eksresinya lambat. Gambaran demikian menunjukkan adanya obstruksi atau subtotal.
  • 22.  Parameter Kuantitatif Adalah parameter-parameter yang digunakan untuk menilai respon ginjal terhadap pemberian furosemide.  Jenis-Jenis Parameter Kuantitatif  Time of peak (waktu puncak)  Peak of half (waktu untuk mengeksresikan 50% dari radiofarmaka)  Output efisiensi  Efisiensi ekskresi pelvis ginjal  Indeks waktu transit parenkim  Aktivitas residu terkoreksi
  • 23.  Catatan Pemeriksaan tidak dapat menilai respon diuretik secara akurat jika fungsi ginjal berkurang secara bermakna. Hasil pencitraan juga tidak dapat dinilai bila perunut banyak terkumpul di pelvis ginjal.
  • 24.  Pengertian Modifikasi dari renografi konvensional yang dapat membantu para klinisi dalam menegakkan diagnosa yang berhubungan dengan transplantasi ginjal.  Indikasi ◦ Follow up pasien pasca operasi transplantasi ginjal ◦ Mendeteksi terjadinya resiko komplikasi pada pasien ◦ Menilai fungsi ginjal pada calon donor yang sehat (memastikan bahwa ginjal yang akan didonorkan adalah ginjal yang baik dan tidak akan membahayakan bagi pasien penerimanya)
  • 25.  Peralatan ◦ Kamera gamma dengan kolimator jenis general – purpose atau high sensitivity ◦ Matriks 64 x 64 pixels ◦ Akusisi frame 10 – 20 detik ◦ Lama pemeriksaan 30 – 40 menit  Radiofarmaka ◦ Tc– 99m MAG3 dengan dosis 2,5 mCi ◦ Tc– 99m DTPA dengan dosis 5 mCi  I– 123 Hippuran dengan dosis 2 mCi
  • 26.  Persiapan Pasien ◦ Menjaga status hidrasi pasien selama pemeriksaan. ◦ Penderita dewasa : minum 400 ml air 20-30 menit sebelum pemeriksaan. ◦ Penderita anak-anak : diberikan volume cairan sesuai dengan berat badan. ◦ Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan dengan pemeriksaan IVP. ◦ Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum pemeriksaan. ◦ Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk memblok jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131.  Prosedur Pemeeriksaan ◦ Pasien supine atau tidur terlentang dan kamera gamma berada di anterior fossa illiaka di daerah abdomen bagian bawah dan pelvis. ◦ Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus. ◦ Citra diambil pada interval 1 detik setelah radiofarmaka disuntikkan selama 60 detik.
  • 27.  Parameter Penilaian ◦ Bladder Appearance Time ◦ Rasio ginjal-vesika urinaria ◦ Waktu puncak renografi ◦ Indeks akskresi ◦ Indeks perfusi ◦ Rasio ginjal aorta  Metode Penilaian Fungsi Ginjal Dan Perfusi Ginjal ◦ Indeks Perfusi  Menghitung indeks perfusi ROI dibuat pada ginjal dan arteri illiaka yang kemudian dibuat kurva aktivitas terhadap waktu.  Jika tidak ada aliran darah ke ginjal yang ditransplantasi maka nilai indeks perfusi akan meningkat. ◦ Rasio Ginjal-Aorta  Menggunakan kurva aktivitas terhadap waktu dari ginjal dan aorta.  Nilai rasio akan menurun bila tidak ada perfusi ke ginjal.
  • 28.  Pengertian Modifikasi dari renografi konvensional yang dapat membantu para klinisi dalam menegakkan diagnosa yang yang dilakukan pada anak-anak.  Indikasi Mendiagnosa awal dari follow up dari penyakit genitor-urinary pada anak-anak seperi infeksi saluran kemih (ISK), hidronephrosis neonatal, dan reflux vesikoureteral.  Kontra Indikasi ◦ Parameter fungsi ginjal seperti GFR dan aliran plasma ginjalnya rendah. ◦ Perkembangan tubulus ginjal kurang sempurna dibanding dengan glomerulus.
  • 29.  Radiofarmaka Tc– 99m MAG3 pada usia 2-4 minggu setelah lahir. Dosis yang digunakan menggunakan parameter skala atau tergantung pada berat badan bayi dan luas permukaan tubuh.  Persiapan Alat ◦ Kamera gamma dengan kolimator jenis general – purpose atau high sensitivity ◦ Matriks 64 x 64 pixels ◦ Akusisi frame 10 – 20 detik ◦ Lama pemeriksaan 30 – 40 menit
  • 30.  Persiapan Pasien ◦ Menjaga status hidrasi pasien selama pemeriksaan. ◦ Penderita diberikan volume cairan sesuai dengan berat badan. ◦ Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan renogram bersamaan dengan pemeriksaan IVP. ◦ Penderita harus mengosongkan vesika urinaria sebelum pemeriksaan. ◦ Pasien telah dipasang kateter sebelum dilakukan renografi. ◦ Pada pemakaian radiofarmaka I-131 Hippuran, penderita sebelumnya diberikan larutan lugol 10 tetes untuk memblok jaringan tiroid agar tidak menangkap I-131.  Prosedur Pemeeriksaan ◦ Pasien supine atau tidur terlentang dengan kamera gamma berada di posterior atau punggung pasien. ◦ Duduk atau setengah duduk agar lebih fisiologis. ◦ Radiofarmaka disuntikkan pada vena mediana kubiti secara bolus. ◦ Deteksi ditempatkan sedemikian rupa hingga ginjal dan kandung kemih berada dalam lapang pandang pencitraan.
  • 31.  Fase Penilaian Kurva Normal ◦ Fase Initial  Terjadi peningkatan secara cepat segera setelah penyuntikan radiofarmaka yang menunjukkan kecepatan injeksi dan aliran darah vaskular ke dalam ginjal.  Menunjukkan teknik penyuntikan radiofarmaka, apakah bolus atau tidak.  Terjadi kurang dari 2 menit. ◦ Fase Sekresi  Menunjukkan kenaikan yang lebih lamban dan meningkat secara bertahap  Fase ini berkaitan dengan proses penangkapan radiofarmaka oleh dan di dalam ginjal melalui proses difusi lewat sel-sel tubuli ke dalam lumen tubulus  Dalam keadaan normal fase ini mencapai puncak dalam waktu 2 – 5 menit
  • 32. ◦ Fase Ekskresi  Tampak kurva menurun dengan cepat setelah mencapai puncak kurva yang menunjukkan keseimbangan antara radioaktivitas yang masuk dan meninggalkan ginjal.  Menggambarkan pola urodinamik dari ginjal dan pola eliminasi melalui sistem pelvikalises menuju ke ureter dan vesika urinaria, sehingga fase ini sangat sensitif untuk kelainan pada saluran kemih