SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
ANGIOGRAFI
Dosen :
Agus Komarudin, ST.MT
Disusun oleh :
M Reyhand
M Aldi Wardana
M Ridho Ramadhan
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH.SWT karna berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyusun makalah ini. Terima kasih pula kami haturkan kepada dosen
kami Yth bapak Agus Komarudin St.Mt karena telah membimbing kami dalam terciptanya
makalah ini
Makalah ini berisikan tentang ilmu yang menyangkut angiografidari segiteknik angiografi
terdahulu maupun yang modern, serta membahas tentang ragam cara pemeriksaaan angiografi.
Kami berharap makalah ini dapat membantu rekan-rekan yang ingin mempelajari teknik
angiografi baik dari segi pendidikan maupun profesi.
Akhir kata, kami jajaran tim penulis menyampaikan trimakasih kepada pihak-pihak yang
telah turut membantu terciptanya makalah ini, semoga ALLAH meridhoi kita semua dan semoga
ilmu yg tersampaikan bermanfaat.
Jakarta, 4 Mei 2017
DAFTAR ISI
JUDUL.........................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1. SEKILAS TENTANG ANGIOGRAFI .............................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
2.1. Prinsip Dasar Angiografi..........................................................................
2.2. Teknik Angiografi ....................................................................................
2.3. Pesawat Yang Digunakan DalamAngiografi ...........................................
2.4. Bahan Kontras .........................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..............................................................................................
3.2. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Sekilas Tentang Angiografi
Angiography atau arteriografi adalah teknik pencitraan medis yang digunakan untuk
memvisualisasikan dalam, atau lumen, pembuluh darah dan organ-organ tubuh, dengan minat
khusus dalamarteri, vena, dan bilik jantung. Ini secara tradisional dilakukan dengan
menyuntikkan zat kontras radioopak ke dalam pembuluh darah dan pencitraan menggunakan
teknik X-ray berbasis seperti fluoroskopi.
Kata itu sendiri berasal dari kata Yunani ἀνγεῖον angeion, "kapal", dan graphein γράφειν,
"menulis" atau "catatan". Film atau gambar dari pembuluh darah disebut angiograph, atau
lebih umum, angiogram. Meskipun kata itu sendiri bisa menggambarkan kedua sebuah
arteriogram dan venogram, dalam penggunaan sehari-hari, istilah angiogramdan arteriogram
sering digunakan secara sinonim, sedangkan venogram istilah digunakan lebih tepat. [1]
The angiography Istilah ketat didefinisikan sebagai berdasarkan radiografi projectional;
Namun, istilah telah diterapkan untuk teknik pencitraan pembuluh darah baru seperti CT
angiografi dan MR angiografi. The angiography Istilah isotop juga telah digunakan, meskipun hal
ini lebih tepat disebut sebagai perfusi isotop scanning.
Teknik ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1927 oleh dokter Portugis dan ahli saraf Egas
Moniz di University of Lisbon untuk memberikan kontras x-ray angiografi serebral untuk
mendiagnosa beberapa macam penyakit saraf, seperti tumor, penyakit arteri dan malformasi
arteriovenous. Egas Moniz diakui sebagai pelopor dalam bidang ini. Moniz melakukan
angiogram serebral pertama di Lisbon pada tahun 1927, dan Reynaldo Cid dos Santos
melakukan aortogram pertama di kota yang sama pada tahun 1929. Bahkan, banyak teknik
angiografi saat ini dikembangkan oleh Portugis di University of Lisbon. Misalnya, pada tahun
1932, Lopo de Carvalho melakukan angiogram paru pertama melalui pungsi vena dari anggota
superior, pada tahun 1948 yang cavogram pertama dilakukan oleh Sousa Pereira. teknik akses
radial untuk angiografi dapat ditelusuri kembali ke tahun 1953, di mana Eduardo Pereira
pertama cannulated arteri radial untuk melakukan angiogram koroner. Dengan
diperkenalkannya teknik Seldinger pada tahun 1953, prosedur menjadi nyata lebih aman
karena tidak ada perangkat pengantar yang tajam diperlukan untuk tetap di dalam lumen
pembuluh darah.
Teknik
Tergantung pada jenis angiogram, akses ke pembuluh darah yang diperoleh paling umum
melalui arteri femoral, untuk melihat sisi kiri jantung dan pada sistemarteri; atau jugularis atau
femoralis vena, untuk melihat sisi kanan jantung dan pada sistemvena. Menggunakan sistem
kabel panduan dan kateter, jenis zat kontras (yang muncul dengan menyerap x-ray),
ditambahkan ke darah untuk membuatnya terlihat pada gambar x-ray.
Gambar X-ray diambil dapat berupa gambar
diam, ditampilkan pada intensifier gambar
atau film, atau gambar gerak. Untuk semua
struktur kecuali hati, gambar biasanya diambil
dengan menggunakan teknik yang disebut
pengurangan angiography digital atau DSA.
Gambar dalam hal ini biasanya diambil di 2-3
frame per detik, yang memungkinkan ahli
radiologi intervensional untuk mengevaluasi
aliran darah melalui pembuluh atau
pembuluh. Teknik ini "mengurangi" tulang
dan organ lainnya sehingga hanya kapal yang
penuh dengan zat kontras dapat dilihat.
Gambar jantung yang diambil pada 15-30
frame per detik, tidak menggunakan teknik pengurangan. Karena DSA membutuhkan pasien
untuk tetap diam, tidak dapat digunakan pada jantung. Kedua teknik ini memungkinkan ahli
radiologi intervensi atau ahli jantung untuk melihat stenosis (penyumbatan atau narrowings) di
dalam kapal yang dapat menghambat aliran darah dan menyebabkan rasa sakit.
angiografi koroner
Artikel utama: Angiografi koroner
Salah satu angiogram yang paling umum dilakukan adalah untuk memvisualisasikan darah di
arteri koroner. A, tipis, tabung fleksibel panjang yang disebut kateter digunakan untuk
mengelola agen kontras X-ray di area yang diinginkan untuk divisualisasikan. kateter berulir ke
dalam arteri di lengan bawah, dan ujung maju melalui sistemarteri ke arteri koroner utama. X-
ray gambar dari distribusi radiocontrast transient dalam darah yang mengalir di dalamarteri
koroner memungkinkan visualisasi dari ukuran bukaan arteri. Ada atau tidak adanya
aterosklerosis atau ateroma dalam dinding-dinding arteri tidak dapat ditentukan dengan jelas.
Lihat kateterisasi koroner untuk detail lebih lanjut.
Untuk mendeteksi penyakit arteri koroner, Computed Tomography (CT) Scan adalah lebih
baik dari Magnetic Resonance Imaging (MRI). Sensitivitas dan spesifisitas antara CT dan MRI
adalah (97,2 persen dan 87,4 persen) dan (87,1 persen dan 70,3 persen), masing-masing. Oleh
karena itu, CT (terutama multislice CT) adalah lebih diterima, lebih banyak tersedia, lebih
disukai oleh pasien, dan lebih ekonomis. Selain itu, CT membutuhkan waktu nafas-hold lebih
pendek dari MRI. [2]
Sebuah fluorescein angiography adalah prosedur medis di mana pewarna fluorescent
disuntikkan ke dalam aliran darah. pewarna menyoroti pembuluh darah di belakang mata
sehingga mereka bisa difoto. Tes ini sering digunakan untuk mengelola gangguan mata.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I Prinsip Dasar Angiografi
Angiografi pada dasarnya adalah metode pemeriksaan dengan memasukan bahan kontras
untuk melihat penyumbatan yang terjadi di dalam pembuluh darah baik dari pembuluh darah
besar maupun pembuluh darah kecil. Bahan kontras tersebut dimasukan kedalam tubuh pasien
dan nantinya akan terlihat pada alat radiologi seperti, Ct-Scan, X-ray, Mri dll. Angiografi sangat
membantu tim medis dalammelakukan diagnosa baik pada saat operasi maupun pada saat
diagnosa pasien untuk mendapatkan lokasi yang akurat terhadap penyumbatan yang terjadi di
dalam tubuh pasien
II.II Tekinik Angiografi
Teknikangiografi saatini bisadibagi menjadi 2,yakni teknikangiografimodernmaupunteknik
angiografi cara lama
A.TeknikAngiografi CaraLama
Automatic Film Changer (AOT) atau pesawat Cine Camera
Pengunaan Automatic Film Changer ini termasuk ke dalam pelaksanaan pemotretan
Langsung (Direct Radiography) sedangkan penggunaan Cine Camera termasuk ke dalam
pelaksanaan dalam pelaksaan pemotretan tidak langsung (Indirect Radiograpy).
Dengan demikian pesawat Angiography dapat dibedakan dalam dua penggunaan yaitu:
Pesawat Angiography yang menggunakan Cine Camera
Pesawat Angiography yang menggunakan AOT
Automatic Film Changer (AOT)
Pesawat Angiography yang menggunakan Automatic Film Changer terdiri dari 2 bagian
yaitu:
1. AOT
2. PDA ( Program Direct Angiography)
Dalampengoprasiannya kedua bagian tersebut saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya.
a. AOT
Adalah suatu alat yang berfungsi untuk menjadikan pergantian film secara otomatis dan
dilengkapi dengan, Exposure area, Receiving Kaset dan loading magazine (tempat film). Khusus
untuk exposure, Aot mampu melakukan pergantian pada program examination, misalnya 2
exposure per-detik, 3 exposure per-detik, 4 exposure per-detik dan 6 exposure per-detik dengan
ukuran film 35 X 35 Cm.
Prinsip kerja dari AOT Film Changer:
Pada saat ready motor akan berputar, dan pada saat exposure maka motor akan
menggerakkan poros dari screw driver, bergeraknya screw driver akan menggerakkan feeding
kearah depan sehingga
masuk ke lubang yang ada pada loading magazine dan meloncatkan film keatas satu
persatu. Filmyang naik keatas dari loading magazine akan terjepit oleh roller,kemudian filmakan
mengikuti roller sehingga hingga sampai ke eksposure area dan menyentuh mikroswitch.
Kemudian film akan berhenti dan saat itu intensifying screen akan menekan rapat dan terjadi
exposure, kemudian film akan berjalan kembali dengan roller. Akhirnya seluruh filmyang sudah
diexpose mengumpul di receiving kaset.
Bagian atau komponen yang terdapat pada AOT yaitu:
1. Motor
2. Loading magazine
3. Pintu atas magazine
4. Pintu samping magazine
5. Tungkil pendok film
6. Roda dan silinder masukkan
7. Tempat exposure dengan intensifying screen
8. Operating table
9. Exposure release
10. Roda dan silinder keluaran
11. Receiving kaset
12. Servo Potensiometer
13. Film Sensor
14. Tongkat Magnetik
AOT terdiri dari :
1. Loading magazine
Loading magazine merupakan wadah untuk menempatkan film sebelum
expose dilakukan.
2. Receiving kaset
Receiving kaset merupakan wadah untuk menempatkan filmyang telah selesai
diexpose.
3. Image Intensifier Berfungsi untuk membantu memperjelas bayangan pada
film.
4. Grid Berfungsi untuk menghilangkan radiasi hambur.
5. Penomoran dan Pengidentifikasian Film
Nomor dan identitas pasien tersebut pada filmdibuat dengan menggunakan lampu sedngkan
lebar kolom diatur dengan kolimator.
b. PDA (Program Direct Angiography)
Dalampelaksanaan Angiography, dibutuhkan suatu sinkronisasi kerja antar peralatan
pendukungnya. Tentunya untuk mencapai sinkronisasikerja tersebut dibutuhkan suatu teknik
pemprograman tersendiri. Masing-masing peralatan mempunyai program tersendiri dan
kesemuanya itu diatur oleh Program Direct Angiography (PDA).
Program-program yang dapat dikendalikan untuk pelaksanaan angiography oleh PDA
Program pergerakan untuk meja pasien.
Program pemberian zat kontras melalui injector.
Program untuk single exposure.
Program untuk series exposure.
Program Stop.
Cine Camera
Cine Camera atau Cinematography menghendaki adanya kecepatan yang tinggi pada
saat exposure. Skala yang dipergunakkan pada saat ini adalah frame perdetik, dan nilai
minimum yang dipergunakan saat exposure adalah + 16 Frame/detik.
Cine Camera termasuk dalam Indirect Radiography dan kualitas gambar pada film
yang menggunakkan Cine Camera tergantung dari mutu gambar yang dihasilkan oleh image
intensifier. Penggunaan Cine Camera pada pesawat rontgen biasa dikenal dengan nama CAT
LAB (CATHETER LABORATORIUM).
Cat Lab terdiri dari :
1. X – ray Generator untuk Control Table.
2. Pasien Table
3. ECG monitor
4. Video medic
5. Image Intensifier
6. Ketika X- ray tube bekerja, sinar x akan menembus pasien dan diterima oleh Image
Intensifier yang kemudian diubah menjadi cahaya tampak. Melalui lensa optic sinar ini
diteruskan menuju camera untuk direkam.
Cath lab Angiography adalah tindakan/prosedur diagnostikinvasifmenggunakan sinar
x (x-ray) untuk menggambarkan pembuluh darah diberbagai bagian tubuh termasuk jantung,
otak dan ginjal untuk melihat apakah ada penyakit, penyempitan, pelebaran atau
penyumbatan pada pembuluh darah.
Keuntungan dari Cath Lab Angiography :
Kateter angiography dapat menampilkan gambar pembuluh darah secara detil, jelas dan
akurat. Sangat membantu dalam tindakan prosedur operasi atau Percutaneous
Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA).
Tidak seperti CT Angiography atau MR Angiography, menggunakan kateter yang
memungkinkan untuk mengkombinasikan diagnosa dan tindakan dalam satu prosedur,
misalnya : menemukan daerah penyempitan arteri diikuti dengan angioplasty dan
penempatan stent.
Kateter angiography dapat menampilkan gambaran pembuluh darah secara detil yang tidak
bisa dihasilkan oleh prosedur noninvasive.
Injector Simtrac
Simtrac alat yang digunakan sebagai pengatur penyuntikan larutan kontras tadi.
Dengan Simtrac, jumlah atau dosis larutan kontras yang dimasukkan ke dalam tubuh
manusia dapat diatur, selain itu kecepatan alirnya dapat diatur.
II.III Pesawat Yang Digunakan Untuk Angiografi (Teknik Angiografi Modern)
Dimasa sekarang ini pengunaan teknik angiografi cara lama sudah tidak digunakan lagi
seiring dengan kemajuan teknologi alat-alat medik seperti C-arm, Mri, Ct-scan masing
masing alat medik berperan dalam setiap pemeriksaan tertentu seperti c-arm misalnya,
pemeriksaan angiografi pada c-arm bertujuan unntuk mengetahui letaak persisnya bagian
yang akan dioprasi, pemeriksaan dilakukan di ruang oprasi. Untuk mengetahui lebih lanjut
mari kita bahas satu per satu.
a.Pemeriksaan Angiografi Menggunakan C-Arm
Pada Pesawat C-Arm proses angiography menggunakan metode injeksi, single tank
diarahkan ke lokasi pemeriksaan beberapa saat setelah bahan kontras diberikan ke tubuh
pasien, bahan kontras yang telah diberikan tadi masuk melalui pembulu darah mengikuti
laju aliran darah lalu bahan kontras tersebut akan sampai ke lokasi tempat dimana terjadi
masalah. Sementara itu laju aliran bahan kontras akan terlihat di display monitor, yang
nantinya akan menunjukan dimana letak permasalahan yang terjadi.
Sebelum pemberian bahan kontras, pasien
diberikan anastesi lokal untuk membantu
menghilankgan rasa sakit ketika bahan
kontras di masukan ke tubuh pasien. Mula
mula pasien diberikan anastesi untuk
menghilangkan rasa sakit, lalu bersamaan
dengan itu petugas medis terkait
menyiapkan kateter sebagai media untuk
memasukan bahan kontras ke dalamtubuh
pasien. Nyalakan alat c-arm, lalu setelah
semuanya siap kateter dimasukan ke dalam
tubuh pasien setelah pada posisi masukan bahan kontras tersebut ke dalam kateter
sehingga bahan kontras dapat masuk ke tubuh pasien, aliran bahan kontras tersebut akan
terlihat di monitor sehingga menunjukan letak yg terjadi penyumbatan setelah
pemerikasaan selesai kateter dapat di cabut. Dalamhal pemeriksaan lama waktu bahan
kontras bertahan adalah 1 menit tergantung seberapa kuat bahan kontraas tersebut. Jika
sudah hilang, bahan kontras akan dimasukan kembali.
b.Pemeriksaan Angiografi Menggunakan MRI
Pada Pesawat MRi proses angiography menggunakan
metode Injeksi, Pasien diwajibkan memakai baju pasien
dan melepas hal hal yg bersifat logam, lalu pasien
dibaringkan dipasien table dan diberikan bahan kontras,
bahan kontras tersebut akan masuk melalu pembuluh
darah yang kemudian menuju ke lokasi terjadi masalah di
dalam tubuh pasien.bersamaan dengan itu, laju bahan kontras akan terlihat pada display.
Khusu pada MRI bahankontras yang diberikan adalah Gadodiamid karena MRI memanfaat
kan magnetisasi untuk pemeriksaanya makan bahankontraas yg digunakan juga harus bisa
bereaksi terhadap magnetisasi yg di keluarkan oleh MRI oleh karnaa itu bahan kontras yg
dimasukan berbedaa dengan yg lain.
c.Pemeriksaan Angiografi Menggunakan Ct-Scan
Pada Pesawat CT-Scan proses
angiography menggunakan metode Injeksi,
Sebelum Proses scaning pasien di berikan bahan
kontras melalui pembuluh darah, lalu setelah
proses persiapan selesai pasien dimasukan ke
gantry untuk proses scaning. Bersamaan dengan itu laju bahan kontras di dalam pembuluh
darah tadi akan terlihat pada display. Pemeriksaan ini lebih nyaman dilakukan karena tidak
perlu kateter untuk memasukan bahan kontras.
II.IV Bahan Kontras
Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi
(visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi
sinar-X (Bahan kontras positif) dan menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras
negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam
pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada
sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang menyerap bahan kontras
tersebut. Pemberian bahan kontras ke tubuh pasien menggunkan beberapa caraa yaitu:
1. Sistem injektor dengan menggunakan suntikan
2.Sistem oral, atau diminumkan
3.Sistem dihirup melalui pernafasaan
Hipersensitivitas
Reaksi anafilaksis terhadap media kontras teriodinasi umumnya terjadi pada senyawa ionik
yang memiliki sifat osmolalitas tinggi. Risiko hipersensitivitas meningkat pada pasien dengan
riwayat asma atau alergi, hipersensitif terhadap obat, supresi adrenal, penyakit jantung,
reaksi terdahulu terhadap media kontras, dan penggunaan antagonis beta-adrenoseptor
(beta bloker). Media kontras non-ionik lebih disarankan untuk pasien kelompok ini.
Penggunaan beta bloker sebaiknya dihentikan jika memungkinkan.
Media Kontras Sinar X teriodinasi
Amidotrizoat (meglumin amidotrizoat dan natrium amidotrizoat) merupakan senyawa
organik monomer ionik teriodinasi. Meskipun kedua bentuk garam digunakan secara tunggal
dalam radiografi diagnostik (termasuk CT scan), campuran keduanya sering dipilih karena
dapat meminimalkan efek samping dan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan.
Amidotrizoat digunakan secara luas termasuk dalam urografi, pemeriksaan kantong empedu,
saluran empedu dan limpa. Risiko terjadinya efek samping cukup tinggi karena mempunyai
osmolalitas tinggi.Osmolalitas untuk radiodensitas tergantung dari konsentrasi iodium, dapat
dikurangi menggunakan medium dimer ionik seperti meglumin iotroksat yang mengandung
dua atom iodium dalam molekul atau menggunakan medium non-ionik seperti ioheksol.
Media kontras dengan osmolalitas rendah seperti ioheksol memiliki efek samping yang relatif
lebih sedikit, namun harganya mahal. Ioheksol digunakan dalamprosedur diagnostik dengan
cakupan yang luas termasuk dalam urografi, angiografi dan artografi dan CT scan. Meglumin
iotroksat diekskresikan ke empedu setelah melalui intravena dan digunakan dalam
kolesistografi dan kolangiografi.
Media Kontras Sinar X tidak teriodinasi
Bariumsulfat merupakan garamlogamyang digunakan untuk memindai saluran pencernaan.
Zat ini tidak diabsorsi dalam tubuh dan tidak mengganggu sekresi usus atau perut atau hasil
pembacaan radiografi. Barium sulfat dapat digunakan dalam teknik kontras tunggal atau
ganda atau dalam CT scan. Pada pemeriksaan kontras ganda, gas dimasukkan ke dalam
saluran cerna dengan menggunakan suspensi barium sulfat yang mengandung karbon
dioksida atau dengan menggunakan sediaan yang dapat menghasilkan gas dengan basis
natrium bikarbonat. Udara yang dimasukkan melalui tabung gastrointestinal, juga dapat
digunakan sebagai alternatif karbon dioksida agar tercapai efek kontras ganda.
Monografi:
GADODIAMID
Indikasi:
Media kontras untuk Magnetic ResonanceImaging (MRI) kranial (tulang tengkorak) dan spinal
(tulang belakang) serta MRI tubuh setelah pemberian secara injeksi intravena
Peringatan:
Riwayat asma atau penyakit pernapasan lain yang disebabkn alergi; gangguan fungsi ginjal
berat akut dan kronik (GFR < 30ml/mnt/1,732m2) atau penurunan fungsi ginjal akut terkait
sindrom hepato-renal atau pada periode praoperasi transplantasi hati; Mengakibatkan
perubahan sementara kadar besi dalam darah; mempengaruhi pengukuran kadar kalsium
dalam darah; kehamilan; hentikan menyusui setidaknya sampai 24 jam setelah pemberian
obat.
Kontraindikasi:
Riwayat hipersensitif
Efek Samping:
Ketidaknyamanan karena rasa hangat, dingin, sensasi tekanan atau nyeri pada bagian yang
diinjeksi. Pusing, mual, sakit kepala dan sensasi aneh pada indera perasa dan penciuman.
Muntah, mengantuk, paraesthesia, gangguan penglihatan, diare, cemas, dispnea, nyeri dada,
takikardi, gemetar, artralgia atau gejala yang mirip alergi seperti urtikaria, gatal atau iritasi
pada tenggorokan. Reaksi anafilaksis. Kejang.
Dosis:
Sistem saraf pusat : Dewasa dan anak : 0,1 mmol/kgbb untuk berat badan sampai 100 kg.
Berat badan diatas 100 kg diberikan 10 mmol. Hanya pada pasien dewasa: jika dicurigai
mengalami metastasis otak, 0,3 mmol/kgbb untuk berat badan sampai 100 kg. Berat badan
di atas 100 kg diberikan 30 mmol.
Seluruh tubuh: Dewasa: 0,1 mmol/kgbb atau 0,3 mmol/kgbb untuk berat badan sampai 100
kg. Berat badan diatas 100 kg diberikan 10 mmol atau 30 mmol. Anak mulai usia 6 bulan: 0,1
mmol/kgbb.
GADOKSETIK, DINATRIUM-ASAM
Indikasi:
media kontras berbasis gadolinium yang digunakan untuk T1-weighted Magnetic Resonance
Imaging (MRI) organ hati.
Peringatan:
dilaporkan reaksi anafilaktik, obat dan alat yang diperlukan untuk mengatasi reaksi tersebut
(ventilator oksigen, selang endotrakeal) harus berada dekat dengan proses pemeriksaan dan
hentikan injeksi media kontras jika terjadi; gnngguan jantung berat; Hanya digunakan pada
wanita hamil jika jelas diperlukan; Hentikan menyusui sampai dengan 24 jam setelah
penggunaan gadobutrol.
Interaksi:
obat bersifat anionik, seperti rifampisin, dapat berkompetisi dengan media kontras hepatik
dalam proses ekskresi melalui empedu, dan ekskresi bilier. Rifampisin memblok uptake
hepatik gadoksetik sehingga mengurangi efek kontras hepatic; Kenaikan kadar bilirubin atau
feritin dapat mengurangi efek kontras hepatik gadoksetik; memberikan hasil positif palsu
pada pengukuran kadar besi dalam serum dengan metode kompleksometrik jika dilakukan
dalamwaktu 24 jamsetelah penggunaan gadoksetik karena adanya senyawa kompleks bebas
yang terdapat dalam larutan media kontras.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap zat aktif atau bahan eksipien/pengisi.
Efek Samping:
tidak sering (≥1/1000, <1/100): sakit kepala, pusing, parestesia, gangguan pengecapan,
parosmia, vasodilatasi, hipertensi, dispnea, muntah, mual, ruam, pruritus, nyeri di lokasi
penyuntikan; jarang (<1/1000): vertigo, palpitasi pada bundle branch block, mulut kering,
peningkatan saliva,menggigil,nyeripunggung, nyeri, nyeri dada, malaise,astenia,reaksipada
lokasi penyuntikan, bengkak pada lokasi penyuntikan.
Dosis:
dewasa: injeksi bolus intravena 0,1 ml/kg bb (ekuivalen dengan 25 µmol/kg bb). Kecepatan
pemberian 2 ml/detik, melalui large-bore needle atau indwelling catheter (ukuran 18-20
gauge). Tidak direkomendasikan pada anak usia dibawah 18 tahun. Pasien sebaiknya puasa
dan makanan dikeluarkan dari tubuhnya, 2 jam sebelum pelaksanaan MRI. Tidak boleh
diberikan secara intramuskular.
GADOBUTROL
Indikasi:
media kontras pada pencitraan resonansi magnetic (Magnetic Resonance Imaging, MRI)
kranial dan spinal; MRI hati atau ginjal untuk mengidentifikasi sel ganas atau sel jinak pada
pasien yang diduga atau terbukti mempunyai lesi fokal; media kontras (Contrast
enhancement) pada Magnetic Resonance Angiography (CE-MRA). Digunakan pada pasien di
atas usia 7 tahun.
Peringatan:
dilaporkan reaksi anafilaktik, obat dan alat yang diperlukan untuk mengatasi reaksi tersebut
(ventilator oksigen, selang endotrakeal) harus berada dekat dengan proses pemeriksaan;
Dapat menyebabkan torsade de pointes, hati-hati pada pasien dengan riwayat atau riwayat
keluarga sindroma perpanjangan QT kongenital; aritmia atau mengkonsumsi obat penyebab
perpanjangan repolarisasi jantung (mis. Antiaritmia klas III, seperti amiodaron, sotalol);
Hanya digunakan pada wanita hamil jika jelas diperlukan; Hentikan menyusui sampai
dengan 24 jam setelah penggunaan gadobutrol.
Kontraindikasi:
hipokalemia yang tidak dapat pulih; penyakit jantung berat.
Efek Samping:
tidak umum: sakit kepala, pusing, disgesia, parestesia, vasodilatasi, mual, nyeri atau reaksi
lain pada lokasi penyuntikan. Jarang: reaksi anafilaktik, parosmia, hipotensi, dispnea,
muntah, urtikaria, ruam.
Dosis:
Dewasa: Dosis bergantung pada indikasi, namun dosis laziminjeksi bolus intravena: 0,1
mmol per kg bb (ekuivalen dengan 1 ml per kg bb). Maksimal, 0,3 ml per kg bb.
 MRI kranial dan spinal: Dosis lazim 0,1 mmol gadobutrol/kg bb. Namun jika
diperlukan pencitraan yang lebih akurat dimana angka, ukuran atau pelebaran lesi
mungkin mempengaruhi penatalaksanaan terapi, pemberian injeksi lanjutan 0,1 – 0,2
mmol/ kg bb pada durasi 30 menit setelah injeksi pertama dapat meningkatkan
ketajaman hasil pemeriksaan; Untuk mengeluarkan dugaan adanya metastasis atau
tumor kambuhan, pemberian injeksi 0,3 mmol/ kg bb dapat memberikan ketajaman
hasil pemeriksaan yang lebih baik; Untuk studi perfusi otak, 0,3 mmol/kg bb dengan
kecepatan 3-5 ml/detik, disarankan menggunakan alat injektor. Disarankan
menerapkan T2* sequences jika digunakan dalam kombinasi untuk deteksi lesi massa
dan untuk deteksi iskemia lokal tanpa dugaan adanya lesi massa.
 CE-MRA: Pencitraan satu area: 7,5 ml untuk berat badan kurang dari 75 kg, dan 10
ml untuk berat badan 75 kg atau lebih (0,1-0,15 mmol/kg bb); Pencitraan pada lebih
dari satu area: 15 ml untuk berat badan kurang dari 75 kg, dan 20 ml untuk berat
badan 75 kg atau lebih (0,2-0,3 mmol/kg bb).
Anak di atas 7 tahun: 0,1 mmol/ kg bb (ekuivalen dengan 0,1 ml per kg bb) untuk semua
indikasi. Tidak dianjurkan untuk pasien anak di bawah usia 7 tahun. Penggunaan secara
intravaskular sedapat mungkin dilakukan pada pasien dalam keadaan berbaring. Setelah
diberikan, pasien tetap dimonitor selama setidaknya 30 menit. Pasien sebaiknya puasa dan
makanan dikeluarkan dari tubuhnya, 2 jam sebelum pelaksanaan MRI/MRA.
IOHEKSOL
Indikasi:
Media kontras sinar x untuk kardioangiografi, arteriografi, urografi, flebografi, Computed
Tomography (CT) enhancement. Mielografilumbar, toraks, dan serviks,serta CTbasalcisterna
yang diikuti injeksi subaraknoid. Artrografi, Endoscopic Retograde Pancreatography (ERP),
Endoscopic Retograde Cholangipancreatography (ERCP), herniografi, histerosalpingografi
(HSG), sialografi, dan penelitian terkait saluran percernaan.
Peringatan:
Riwayat alergi, asma, penyakit jantung berat, hipertensi pulmonal, patologi serebral akut,
tumor, riwayat epilepsi, alkohol dan ketergantungan obat: meningkatkan risiko kejang dan
reaksi neurologi, riwayat kehilangan pendengaran sementara atau tuli setelah mielografi,
gangguan fungsi ginjal, diabetes melitus, paraproteinemia (mielomatosis dan Waldenstrom
makroglobulinemia), miestenia grafis, paeokromositoma, hipertiroidisme, multinodular
goiter, mengemudi, kehamilan, dan menyusui. Kateterisasi pembuluh darah: perhatikan
teknik angiografi dan bilas kateter sesering mungkin untuk meminimalkan risiko trombosis
dan emboli, hidrasi harus terjamin sebelum dan sesudah penggunaan media kontras
terutama untuk pasien dengan multiple mieloma, diabetes melitus, anak, dan lansia. Pasien
homosistinuria dan emfisema pulmonal kronik: meningkatkan risiko trombosis dan emboli.
Gangguan pada pemeriksaan laboratorium untuk bilirubin, protein, atau unsur anorganik.
Interaksi:
Metformin: risiko gangguan fungsi ginjal sementara dan pengendapan asidosis laktat.
Interleukin 2 (riwayat penggunaan 2 minggu sebelumnya): meningkatkan risiko reaksi alergi
yang tertunda (gejala seperti flu atau reaksi kulit). Beta bloker: meningkatkan risiko gejala
reaksi anafilaksis yang tidak spesifik dan disalahartikan sebagai reaksi vagal.
Kontraindikasi:
Tirotoksikosis, hipersensitivitas, pengguna intratekal kortikosteroid, mielografi pada
penderita infeksi sistemik atau lokal.
Efek Samping:
Sangat umum: gangguan pengecapan (rasa logam) sementara, nyeri, rasa panas. Umum:
peningkatan sementara S-kreatinin, sakit kepala, mual, muntah, pusing, paraestesia, nyeri
radikuler, peningkatan nilai amilase, nyeri sementara pada abdomen bagian bawah, nyeri
setelah pemeriksaan. Jarang: sesak napas, ruam, eritema, urtikaria, pruritus, dan angiodema,
demam, rigor, reaksi anafilaksis, pankreatitis nekrotik, artritis. Sangat jarang: udem laring,
bronkospasme atau udem paru, hipotensi, bradikardi, sindroma Stevens-Johnson, nekrolisis
epidermal toksis, iodisme, gondok, gagal ginjal, kejang, gangguan motorik dan sensorik
sementara, bingung, kebutaan kortikal sementara, gagal jantung, aritmia, depresi atau tanda
dari iskemik, tromboflebitis post flebografi, trombosis, kemerahan, kram, nyeri tungkai
bawah, iritasi meningeal, gangguan fungsi serebral sementara. Tidak diketahui frekuensinya:
diare, spasme arteri, artralgia, laringospasme, udem paru non kardiogenik, batuk,
tirotoksikosis, kemerahan, reaksi pada tempat penyuntikan, nyeri leher.
Dosis:
dosis sangat tergantung pada jenis pemeriksaan, usia, berat badan, cardiac output, dan
kondisi umum pasien serta teknik yang digunakan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Hidrasi harus dipastikan sebelum dan setelah pemberian media kontras.
No
Petunjuk untukpenggunaan intravena
Indikasi Konsentrasi Volume Keterangan
1 Urografi
Dewasa 300 mg I/mL atau
350 mg I/mL
40 – 80 mL 80 mL dapat
ditingkatkan untuk
kasus tertentu
Anak dengan BB <
7 kg
300 mg I/mL 3 mL/kg
Anak dengan BB >
7 kg
300 mg I/mL 2 mL/kg (maks. 40 mL)
2 Flebografi (kaki) 300 mg I/mL 20 – 100 mL/kaki
3 Angiografi
substraksi digital
300 mg I/mL atau
350 mg I/mL
20 – 60 mL/inj
4 CT enhancement
Dewasa 300 mg I/mL atau
350 mg I/mL
100 – 200 mL
100 – 150 mL
Jumlah iodin
biasanya 30 – 60 g
Anak 300 mg I/mL 1-3 mL/kgBB sampai
dengan 40 mL
Pada beberapa kasus
dapat diberikan hingga
100 mL
Petunjuk untukpenggunaan intra-arteri
1 Arteriografi
Arch aortografi 300 mg I/mL 30-40 mL/inj Volume tergantung
pada tempat
penyuntikan
Serebral selektif 300 mg I/mL 5-10 mL/inj
Aortografi 350 mg I/mL 40-60 mL/inj
Femoral 300 mg I/mL atau
350 mg I/mL
30-50 mL/inj
Variasi 300 mg I/mL Tergantung jenis
pemeriksaan
2 Kardioangiografi
Dewasa
- Injeksi pada
ventrikal kiri dan
ujung aorta
- Arteriografi
selektif koronari
350 mg I/mL
350 mg I/mL
30-60 mL/inj
4-8 mL/inj tergantung
pada usia dan berat
badan dan patologi
(maks. 8 mL/kg)
Anak 300 mg I/mL atau 4-8 mL/inj tergantung
pada usia dan berat
350 mg I/mL badan dan patologi
(maks. 8 mL/kg)
3 Angiografi
substraksi digital
300 mg I/mL 1 – 15 mL/inj Tergantung pada
tempat
penyuntikan biasanya
dosis besar hingga 30
mL dapat diberikan
Petunjuk untukpenggunaan intratekal
1 Mielografi serviks
(injeksi lumbar)
300 mg I/mL 7 – 10 mL
2 Mielografi serviks
(injeksi rusuk
serviks)
300 mg I/mL 6 – 8 mL
Untuk meminimalisir kemungkinan efek samping maka dosis maksimal: 3 g iodin
Petunjuk untukrongga tubuh
1 Artrografi 300 mg I/mL atau
350 mg I/mL
5 – 15 mL
5 – 10 mL
2 Histerol-pingografi 300 mg I/mL 15 – 25 mL
3 Sialografi 300 mg I/mL 0,5 – 2 mL
4 Penelitian saluran
pencernaan
Oral
Dewasa
Bahan Kontrasmerupakansenyawa-senyawayangdigunakanuntukmeningkatkanvisualisasi
(visibility) struktur-strukturinternal padasebuahpencitraandiagnostic medik.
Bahan kontrasdipakai padapencitraandengansinar-Xuntukmeningkatkandayaattenuasisinar-X
(Bahankontraspositif) yangakandibahaslebihluasdisini ataumenurunkandayaattenuasisinar-X
(bahankontrasnegative denganbahandasarudara atau gas).Selainitubahankontrasjuga
digunakandalampemeriksaanMRI(MagneticResonance Imaging),namunmetode initidak
didasarkanpadasinar-Xtetapi mengubahsifat-sifatmagneticdari inti hidrogenyangmenyerap
bahan kontrastersebut.BahankontrasMRI dengansifatdemikianadalahGadolinium.
BAB III
Penutup
III.I Kesimpulan
Angiografi merupakan teknik dalamdunia medis untuk membantu mendiagnosa
letak penyumbatan yg terjadi di dalam tubuh pasien, memanaatkan bahan kontras sebagai
media untuk pencitraan gambar dan perangkat radiologi untuk melihat peredaran bahan
kontras di dalam tubuh pasien, ada beberapa metode pemasukan bahan kontras ke dalam
tubuh pasien metode injeksi,metode oral dan metode hirup. Beberapa teknik angiografi
lama yakni AOT dan Cine camera, lalu di masa kini pemeriksaan angiografi menggunakan
mesin mesin modern seperti C-Arm, Ct-Scan, MRI.
Ada beberapa jenis bahan kontras yang dibagi bedasarkan sifatnya dan fungsinya
serta ada bahan kontras yang memiliki efek samping dll. Beberapa bahan kontraas hanya
bisa digunakan pada alat tertentu dan beberapa alat tidak bisa menggunakan bahn kontras
tertentu.
III.II Saran
Teknik angiografi pada C-Arm masih memerlukan penelitian lebih lanjut tentang
dosis yang diberikan pada pasien, lalu dapatkah kita memasukan bahan kontras tanpa
membius pasien tersebut. Dengan kata lain tanpa menggunakan kateter pada pemeriksaan
C-Arm, untuk lebih mengefektifitasakan kinerja medis.
Daftar Pustaka
1. http://djokosoeprijanto.blogspot.co.id/2013/04/angiografi.html
2. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-17-media-kontras
3. http://ardyanpradanaoo7.blogspot.co.id/2011/04/tugas-tentang-angiografi.html
4. https://no.wikipedia.org/wiki/Angiografi
5. https://www.1177.se/Fakta-och-rad/Undersokningar/Angiografi/
6. http://ivanovitsag.gmxhome.de/html/Angiografi.htm
7. http://simphealth.com/id/pages/1650464
8. http://tidsskriftet.no/2008/10/oversiktsartikkel/koronar-ct-angiografi
9. https://www.craimaging.com/procedures/mrimra/

More Related Content

What's hot

Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem BiliariTeknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem BiliariNona Zesifa
 
Teknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicTeknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicNona Zesifa
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiNona Zesifa
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiWira Kusuma
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografiNona Zesifa
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)Nona Zesifa
 
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverNona Zesifa
 
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyTeknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyIch Bin Fandy
 
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Novita Anggia
 
Teknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiTeknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografippt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf AppendicografiNona Zesifa
 
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaPpt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaNona Zesifa
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)Seascape Surveys
 
Radiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiRadiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalNona Zesifa
 
Prosessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografiProsessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografiAmalia Annisa
 
Prinsip dasar usg
Prinsip dasar usg Prinsip dasar usg
Prinsip dasar usg Sry Surniaty
 

What's hot (20)

Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem BiliariTeknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
 
Teknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 PanoramicTeknik Radiografi 2 Panoramic
Teknik Radiografi 2 Panoramic
 
MRI
MRIMRI
MRI
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografi
 
Ivp
Ivp Ivp
Ivp
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
 
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
 
Appendicografi
AppendicografiAppendicografi
Appendicografi
 
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystographyTeknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
Teknik pemeriksaan radiografi oral colecystography
 
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)Radiofotografi  ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
Radiofotografi ii ( ATRO NUSANTARA JAKARTA)
 
Teknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiTeknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 Tomografi
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografippt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Appendicografi
 
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asmaPpt ct scan thorax pada kasus asma
Ppt ct scan thorax pada kasus asma
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 
Radiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiRadiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 Substraksi
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
 
Prosessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografiProsessing otomatis radiografi
Prosessing otomatis radiografi
 
Prinsip dasar usg
Prinsip dasar usg Prinsip dasar usg
Prinsip dasar usg
 

Similar to ANGIOGRAFI

Pr pemeriksaan aliran darah otak
Pr pemeriksaan aliran darah otakPr pemeriksaan aliran darah otak
Pr pemeriksaan aliran darah otakshintasissy
 
Radiologi_Fahrianyah Maulana Sudirman_1906297056.docx
Radiologi_Fahrianyah Maulana Sudirman_1906297056.docxRadiologi_Fahrianyah Maulana Sudirman_1906297056.docx
Radiologi_Fahrianyah Maulana Sudirman_1906297056.docxFahriansyahMaulanaSu
 
KEL 3. Teknik CT SCAN Dasar.pptx
KEL 3. Teknik CT SCAN Dasar.pptxKEL 3. Teknik CT SCAN Dasar.pptx
KEL 3. Teknik CT SCAN Dasar.pptxRahmidwiLestari2
 
Ct scan kimnal presentation
Ct scan kimnal presentationCt scan kimnal presentation
Ct scan kimnal presentationKoko Ekayana
 
Makalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisiMakalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisip1337430216043
 
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptxPENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptxajeng155930
 
PPT RADIOGNOSTIK.pptxuhhdhdjrjrjjrjrjrjrrjjr
PPT RADIOGNOSTIK.pptxuhhdhdjrjrjjrjrjrjrrjjrPPT RADIOGNOSTIK.pptxuhhdhdjrjrjjrjrjrjrrjjr
PPT RADIOGNOSTIK.pptxuhhdhdjrjrjjrjrjrjrrjjrSusiSusanti660352
 
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruPpt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruNona Zesifa
 
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptxSejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptxArif Fahmi
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)
Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)
Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)AliviaElena1
 
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienumppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus AlienumNona Zesifa
 
Pad jurnal reading pra
Pad jurnal reading pra Pad jurnal reading pra
Pad jurnal reading pra agussukarna2
 
Emergency escharotomy
Emergency escharotomyEmergency escharotomy
Emergency escharotomyFredy Samosir
 

Similar to ANGIOGRAFI (20)

efu.pptx
 efu.pptx efu.pptx
efu.pptx
 
Termin 5
Termin 5Termin 5
Termin 5
 
Pr pemeriksaan aliran darah otak
Pr pemeriksaan aliran darah otakPr pemeriksaan aliran darah otak
Pr pemeriksaan aliran darah otak
 
Radiologi_Fahrianyah Maulana Sudirman_1906297056.docx
Radiologi_Fahrianyah Maulana Sudirman_1906297056.docxRadiologi_Fahrianyah Maulana Sudirman_1906297056.docx
Radiologi_Fahrianyah Maulana Sudirman_1906297056.docx
 
KEL 3. Teknik CT SCAN Dasar.pptx
KEL 3. Teknik CT SCAN Dasar.pptxKEL 3. Teknik CT SCAN Dasar.pptx
KEL 3. Teknik CT SCAN Dasar.pptx
 
Ct scan kimnal presentation
Ct scan kimnal presentationCt scan kimnal presentation
Ct scan kimnal presentation
 
Makalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisiMakalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisi
 
Makalah Aplikasi Fiber Optic
Makalah Aplikasi Fiber OpticMakalah Aplikasi Fiber Optic
Makalah Aplikasi Fiber Optic
 
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptxPENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
PENGANTAR USG DASAR_RAD POLTEKMU_DWI AJENG RISQY HASANAH SYAM.pptx
 
PPT RADIOGNOSTIK.pptxuhhdhdjrjrjjrjrjrjrrjjr
PPT RADIOGNOSTIK.pptxuhhdhdjrjrjjrjrjrjrrjjrPPT RADIOGNOSTIK.pptxuhhdhdjrjrjjrjrjrjrrjjr
PPT RADIOGNOSTIK.pptxuhhdhdjrjrjjrjrjrjrrjjr
 
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paruPpt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
Ppt ct-scan thorax pada kasus biopsi tumor paru
 
Makalah c arm
Makalah c armMakalah c arm
Makalah c arm
 
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptxSejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
Sejarah dan Perkembangan USG (1).pptx
 
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi (Laporan Pendahuluan)
 
Ct scan
Ct scanCt scan
Ct scan
 
Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)
Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)
Makalah pencitraan diagnosa mutakhir ( kelompok 3 )(1)
 
CT SCAN KLP 1.pptx
CT SCAN KLP 1.pptxCT SCAN KLP 1.pptx
CT SCAN KLP 1.pptx
 
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienumppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
ppt aplikasi klinis Ct-scan thorax pada kasus Corpus Alienum
 
Pad jurnal reading pra
Pad jurnal reading pra Pad jurnal reading pra
Pad jurnal reading pra
 
Emergency escharotomy
Emergency escharotomyEmergency escharotomy
Emergency escharotomy
 

Recently uploaded

Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 

Recently uploaded (20)

Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 

ANGIOGRAFI

  • 1. ANGIOGRAFI Dosen : Agus Komarudin, ST.MT Disusun oleh : M Reyhand M Aldi Wardana M Ridho Ramadhan POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
  • 2. KATA PENGANTAR Alhamdulillah,Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH.SWT karna berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyusun makalah ini. Terima kasih pula kami haturkan kepada dosen kami Yth bapak Agus Komarudin St.Mt karena telah membimbing kami dalam terciptanya makalah ini Makalah ini berisikan tentang ilmu yang menyangkut angiografidari segiteknik angiografi terdahulu maupun yang modern, serta membahas tentang ragam cara pemeriksaaan angiografi. Kami berharap makalah ini dapat membantu rekan-rekan yang ingin mempelajari teknik angiografi baik dari segi pendidikan maupun profesi. Akhir kata, kami jajaran tim penulis menyampaikan trimakasih kepada pihak-pihak yang telah turut membantu terciptanya makalah ini, semoga ALLAH meridhoi kita semua dan semoga ilmu yg tersampaikan bermanfaat. Jakarta, 4 Mei 2017
  • 3. DAFTAR ISI JUDUL......................................................................................................................... KATA PENGANTAR...................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1.1. SEKILAS TENTANG ANGIOGRAFI ............................................................. BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2.1. Prinsip Dasar Angiografi.......................................................................... 2.2. Teknik Angiografi .................................................................................... 2.3. Pesawat Yang Digunakan DalamAngiografi ........................................... 2.4. Bahan Kontras ......................................................................................... BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 3.2. Saran........................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
  • 4. BAB I PENDAHULUAN I.I Sekilas Tentang Angiografi Angiography atau arteriografi adalah teknik pencitraan medis yang digunakan untuk memvisualisasikan dalam, atau lumen, pembuluh darah dan organ-organ tubuh, dengan minat khusus dalamarteri, vena, dan bilik jantung. Ini secara tradisional dilakukan dengan menyuntikkan zat kontras radioopak ke dalam pembuluh darah dan pencitraan menggunakan teknik X-ray berbasis seperti fluoroskopi. Kata itu sendiri berasal dari kata Yunani ἀνγεῖον angeion, "kapal", dan graphein γράφειν, "menulis" atau "catatan". Film atau gambar dari pembuluh darah disebut angiograph, atau lebih umum, angiogram. Meskipun kata itu sendiri bisa menggambarkan kedua sebuah arteriogram dan venogram, dalam penggunaan sehari-hari, istilah angiogramdan arteriogram sering digunakan secara sinonim, sedangkan venogram istilah digunakan lebih tepat. [1] The angiography Istilah ketat didefinisikan sebagai berdasarkan radiografi projectional; Namun, istilah telah diterapkan untuk teknik pencitraan pembuluh darah baru seperti CT angiografi dan MR angiografi. The angiography Istilah isotop juga telah digunakan, meskipun hal ini lebih tepat disebut sebagai perfusi isotop scanning. Teknik ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1927 oleh dokter Portugis dan ahli saraf Egas Moniz di University of Lisbon untuk memberikan kontras x-ray angiografi serebral untuk mendiagnosa beberapa macam penyakit saraf, seperti tumor, penyakit arteri dan malformasi arteriovenous. Egas Moniz diakui sebagai pelopor dalam bidang ini. Moniz melakukan angiogram serebral pertama di Lisbon pada tahun 1927, dan Reynaldo Cid dos Santos melakukan aortogram pertama di kota yang sama pada tahun 1929. Bahkan, banyak teknik angiografi saat ini dikembangkan oleh Portugis di University of Lisbon. Misalnya, pada tahun 1932, Lopo de Carvalho melakukan angiogram paru pertama melalui pungsi vena dari anggota superior, pada tahun 1948 yang cavogram pertama dilakukan oleh Sousa Pereira. teknik akses radial untuk angiografi dapat ditelusuri kembali ke tahun 1953, di mana Eduardo Pereira pertama cannulated arteri radial untuk melakukan angiogram koroner. Dengan diperkenalkannya teknik Seldinger pada tahun 1953, prosedur menjadi nyata lebih aman karena tidak ada perangkat pengantar yang tajam diperlukan untuk tetap di dalam lumen pembuluh darah. Teknik Tergantung pada jenis angiogram, akses ke pembuluh darah yang diperoleh paling umum melalui arteri femoral, untuk melihat sisi kiri jantung dan pada sistemarteri; atau jugularis atau
  • 5. femoralis vena, untuk melihat sisi kanan jantung dan pada sistemvena. Menggunakan sistem kabel panduan dan kateter, jenis zat kontras (yang muncul dengan menyerap x-ray), ditambahkan ke darah untuk membuatnya terlihat pada gambar x-ray. Gambar X-ray diambil dapat berupa gambar diam, ditampilkan pada intensifier gambar atau film, atau gambar gerak. Untuk semua struktur kecuali hati, gambar biasanya diambil dengan menggunakan teknik yang disebut pengurangan angiography digital atau DSA. Gambar dalam hal ini biasanya diambil di 2-3 frame per detik, yang memungkinkan ahli radiologi intervensional untuk mengevaluasi aliran darah melalui pembuluh atau pembuluh. Teknik ini "mengurangi" tulang dan organ lainnya sehingga hanya kapal yang penuh dengan zat kontras dapat dilihat. Gambar jantung yang diambil pada 15-30 frame per detik, tidak menggunakan teknik pengurangan. Karena DSA membutuhkan pasien untuk tetap diam, tidak dapat digunakan pada jantung. Kedua teknik ini memungkinkan ahli radiologi intervensi atau ahli jantung untuk melihat stenosis (penyumbatan atau narrowings) di dalam kapal yang dapat menghambat aliran darah dan menyebabkan rasa sakit. angiografi koroner Artikel utama: Angiografi koroner Salah satu angiogram yang paling umum dilakukan adalah untuk memvisualisasikan darah di arteri koroner. A, tipis, tabung fleksibel panjang yang disebut kateter digunakan untuk mengelola agen kontras X-ray di area yang diinginkan untuk divisualisasikan. kateter berulir ke dalam arteri di lengan bawah, dan ujung maju melalui sistemarteri ke arteri koroner utama. X- ray gambar dari distribusi radiocontrast transient dalam darah yang mengalir di dalamarteri koroner memungkinkan visualisasi dari ukuran bukaan arteri. Ada atau tidak adanya aterosklerosis atau ateroma dalam dinding-dinding arteri tidak dapat ditentukan dengan jelas. Lihat kateterisasi koroner untuk detail lebih lanjut. Untuk mendeteksi penyakit arteri koroner, Computed Tomography (CT) Scan adalah lebih baik dari Magnetic Resonance Imaging (MRI). Sensitivitas dan spesifisitas antara CT dan MRI adalah (97,2 persen dan 87,4 persen) dan (87,1 persen dan 70,3 persen), masing-masing. Oleh karena itu, CT (terutama multislice CT) adalah lebih diterima, lebih banyak tersedia, lebih disukai oleh pasien, dan lebih ekonomis. Selain itu, CT membutuhkan waktu nafas-hold lebih pendek dari MRI. [2]
  • 6. Sebuah fluorescein angiography adalah prosedur medis di mana pewarna fluorescent disuntikkan ke dalam aliran darah. pewarna menyoroti pembuluh darah di belakang mata sehingga mereka bisa difoto. Tes ini sering digunakan untuk mengelola gangguan mata. BAB II PEMBAHASAN II.I Prinsip Dasar Angiografi Angiografi pada dasarnya adalah metode pemeriksaan dengan memasukan bahan kontras untuk melihat penyumbatan yang terjadi di dalam pembuluh darah baik dari pembuluh darah besar maupun pembuluh darah kecil. Bahan kontras tersebut dimasukan kedalam tubuh pasien dan nantinya akan terlihat pada alat radiologi seperti, Ct-Scan, X-ray, Mri dll. Angiografi sangat membantu tim medis dalammelakukan diagnosa baik pada saat operasi maupun pada saat diagnosa pasien untuk mendapatkan lokasi yang akurat terhadap penyumbatan yang terjadi di dalam tubuh pasien II.II Tekinik Angiografi Teknikangiografi saatini bisadibagi menjadi 2,yakni teknikangiografimodernmaupunteknik angiografi cara lama A.TeknikAngiografi CaraLama Automatic Film Changer (AOT) atau pesawat Cine Camera Pengunaan Automatic Film Changer ini termasuk ke dalam pelaksanaan pemotretan Langsung (Direct Radiography) sedangkan penggunaan Cine Camera termasuk ke dalam pelaksanaan dalam pelaksaan pemotretan tidak langsung (Indirect Radiograpy). Dengan demikian pesawat Angiography dapat dibedakan dalam dua penggunaan yaitu: Pesawat Angiography yang menggunakan Cine Camera Pesawat Angiography yang menggunakan AOT
  • 7. Automatic Film Changer (AOT) Pesawat Angiography yang menggunakan Automatic Film Changer terdiri dari 2 bagian yaitu: 1. AOT 2. PDA ( Program Direct Angiography) Dalampengoprasiannya kedua bagian tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. a. AOT Adalah suatu alat yang berfungsi untuk menjadikan pergantian film secara otomatis dan dilengkapi dengan, Exposure area, Receiving Kaset dan loading magazine (tempat film). Khusus untuk exposure, Aot mampu melakukan pergantian pada program examination, misalnya 2 exposure per-detik, 3 exposure per-detik, 4 exposure per-detik dan 6 exposure per-detik dengan ukuran film 35 X 35 Cm. Prinsip kerja dari AOT Film Changer: Pada saat ready motor akan berputar, dan pada saat exposure maka motor akan menggerakkan poros dari screw driver, bergeraknya screw driver akan menggerakkan feeding kearah depan sehingga masuk ke lubang yang ada pada loading magazine dan meloncatkan film keatas satu persatu. Filmyang naik keatas dari loading magazine akan terjepit oleh roller,kemudian filmakan mengikuti roller sehingga hingga sampai ke eksposure area dan menyentuh mikroswitch. Kemudian film akan berhenti dan saat itu intensifying screen akan menekan rapat dan terjadi exposure, kemudian film akan berjalan kembali dengan roller. Akhirnya seluruh filmyang sudah diexpose mengumpul di receiving kaset.
  • 8. Bagian atau komponen yang terdapat pada AOT yaitu: 1. Motor 2. Loading magazine 3. Pintu atas magazine 4. Pintu samping magazine 5. Tungkil pendok film 6. Roda dan silinder masukkan 7. Tempat exposure dengan intensifying screen 8. Operating table 9. Exposure release 10. Roda dan silinder keluaran 11. Receiving kaset 12. Servo Potensiometer 13. Film Sensor 14. Tongkat Magnetik
  • 9. AOT terdiri dari : 1. Loading magazine Loading magazine merupakan wadah untuk menempatkan film sebelum expose dilakukan. 2. Receiving kaset Receiving kaset merupakan wadah untuk menempatkan filmyang telah selesai diexpose. 3. Image Intensifier Berfungsi untuk membantu memperjelas bayangan pada film. 4. Grid Berfungsi untuk menghilangkan radiasi hambur. 5. Penomoran dan Pengidentifikasian Film Nomor dan identitas pasien tersebut pada filmdibuat dengan menggunakan lampu sedngkan lebar kolom diatur dengan kolimator. b. PDA (Program Direct Angiography) Dalampelaksanaan Angiography, dibutuhkan suatu sinkronisasi kerja antar peralatan pendukungnya. Tentunya untuk mencapai sinkronisasikerja tersebut dibutuhkan suatu teknik pemprograman tersendiri. Masing-masing peralatan mempunyai program tersendiri dan kesemuanya itu diatur oleh Program Direct Angiography (PDA). Program-program yang dapat dikendalikan untuk pelaksanaan angiography oleh PDA Program pergerakan untuk meja pasien. Program pemberian zat kontras melalui injector. Program untuk single exposure. Program untuk series exposure. Program Stop.
  • 10. Cine Camera Cine Camera atau Cinematography menghendaki adanya kecepatan yang tinggi pada saat exposure. Skala yang dipergunakkan pada saat ini adalah frame perdetik, dan nilai minimum yang dipergunakan saat exposure adalah + 16 Frame/detik. Cine Camera termasuk dalam Indirect Radiography dan kualitas gambar pada film yang menggunakkan Cine Camera tergantung dari mutu gambar yang dihasilkan oleh image intensifier. Penggunaan Cine Camera pada pesawat rontgen biasa dikenal dengan nama CAT LAB (CATHETER LABORATORIUM). Cat Lab terdiri dari : 1. X – ray Generator untuk Control Table. 2. Pasien Table 3. ECG monitor 4. Video medic 5. Image Intensifier 6. Ketika X- ray tube bekerja, sinar x akan menembus pasien dan diterima oleh Image Intensifier yang kemudian diubah menjadi cahaya tampak. Melalui lensa optic sinar ini diteruskan menuju camera untuk direkam. Cath lab Angiography adalah tindakan/prosedur diagnostikinvasifmenggunakan sinar x (x-ray) untuk menggambarkan pembuluh darah diberbagai bagian tubuh termasuk jantung, otak dan ginjal untuk melihat apakah ada penyakit, penyempitan, pelebaran atau penyumbatan pada pembuluh darah. Keuntungan dari Cath Lab Angiography : Kateter angiography dapat menampilkan gambar pembuluh darah secara detil, jelas dan akurat. Sangat membantu dalam tindakan prosedur operasi atau Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA).
  • 11. Tidak seperti CT Angiography atau MR Angiography, menggunakan kateter yang memungkinkan untuk mengkombinasikan diagnosa dan tindakan dalam satu prosedur, misalnya : menemukan daerah penyempitan arteri diikuti dengan angioplasty dan penempatan stent. Kateter angiography dapat menampilkan gambaran pembuluh darah secara detil yang tidak bisa dihasilkan oleh prosedur noninvasive. Injector Simtrac Simtrac alat yang digunakan sebagai pengatur penyuntikan larutan kontras tadi. Dengan Simtrac, jumlah atau dosis larutan kontras yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia dapat diatur, selain itu kecepatan alirnya dapat diatur. II.III Pesawat Yang Digunakan Untuk Angiografi (Teknik Angiografi Modern) Dimasa sekarang ini pengunaan teknik angiografi cara lama sudah tidak digunakan lagi seiring dengan kemajuan teknologi alat-alat medik seperti C-arm, Mri, Ct-scan masing masing alat medik berperan dalam setiap pemeriksaan tertentu seperti c-arm misalnya, pemeriksaan angiografi pada c-arm bertujuan unntuk mengetahui letaak persisnya bagian yang akan dioprasi, pemeriksaan dilakukan di ruang oprasi. Untuk mengetahui lebih lanjut mari kita bahas satu per satu. a.Pemeriksaan Angiografi Menggunakan C-Arm Pada Pesawat C-Arm proses angiography menggunakan metode injeksi, single tank diarahkan ke lokasi pemeriksaan beberapa saat setelah bahan kontras diberikan ke tubuh pasien, bahan kontras yang telah diberikan tadi masuk melalui pembulu darah mengikuti laju aliran darah lalu bahan kontras tersebut akan sampai ke lokasi tempat dimana terjadi masalah. Sementara itu laju aliran bahan kontras akan terlihat di display monitor, yang nantinya akan menunjukan dimana letak permasalahan yang terjadi.
  • 12. Sebelum pemberian bahan kontras, pasien diberikan anastesi lokal untuk membantu menghilankgan rasa sakit ketika bahan kontras di masukan ke tubuh pasien. Mula mula pasien diberikan anastesi untuk menghilangkan rasa sakit, lalu bersamaan dengan itu petugas medis terkait menyiapkan kateter sebagai media untuk memasukan bahan kontras ke dalamtubuh pasien. Nyalakan alat c-arm, lalu setelah semuanya siap kateter dimasukan ke dalam tubuh pasien setelah pada posisi masukan bahan kontras tersebut ke dalam kateter sehingga bahan kontras dapat masuk ke tubuh pasien, aliran bahan kontras tersebut akan terlihat di monitor sehingga menunjukan letak yg terjadi penyumbatan setelah pemerikasaan selesai kateter dapat di cabut. Dalamhal pemeriksaan lama waktu bahan kontras bertahan adalah 1 menit tergantung seberapa kuat bahan kontraas tersebut. Jika sudah hilang, bahan kontras akan dimasukan kembali. b.Pemeriksaan Angiografi Menggunakan MRI Pada Pesawat MRi proses angiography menggunakan metode Injeksi, Pasien diwajibkan memakai baju pasien dan melepas hal hal yg bersifat logam, lalu pasien dibaringkan dipasien table dan diberikan bahan kontras, bahan kontras tersebut akan masuk melalu pembuluh darah yang kemudian menuju ke lokasi terjadi masalah di dalam tubuh pasien.bersamaan dengan itu, laju bahan kontras akan terlihat pada display. Khusu pada MRI bahankontras yang diberikan adalah Gadodiamid karena MRI memanfaat kan magnetisasi untuk pemeriksaanya makan bahankontraas yg digunakan juga harus bisa bereaksi terhadap magnetisasi yg di keluarkan oleh MRI oleh karnaa itu bahan kontras yg dimasukan berbedaa dengan yg lain.
  • 13. c.Pemeriksaan Angiografi Menggunakan Ct-Scan Pada Pesawat CT-Scan proses angiography menggunakan metode Injeksi, Sebelum Proses scaning pasien di berikan bahan kontras melalui pembuluh darah, lalu setelah proses persiapan selesai pasien dimasukan ke gantry untuk proses scaning. Bersamaan dengan itu laju bahan kontras di dalam pembuluh darah tadi akan terlihat pada display. Pemeriksaan ini lebih nyaman dilakukan karena tidak perlu kateter untuk memasukan bahan kontras. II.IV Bahan Kontras Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif) dan menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang menyerap bahan kontras tersebut. Pemberian bahan kontras ke tubuh pasien menggunkan beberapa caraa yaitu: 1. Sistem injektor dengan menggunakan suntikan 2.Sistem oral, atau diminumkan 3.Sistem dihirup melalui pernafasaan Hipersensitivitas Reaksi anafilaksis terhadap media kontras teriodinasi umumnya terjadi pada senyawa ionik yang memiliki sifat osmolalitas tinggi. Risiko hipersensitivitas meningkat pada pasien dengan riwayat asma atau alergi, hipersensitif terhadap obat, supresi adrenal, penyakit jantung, reaksi terdahulu terhadap media kontras, dan penggunaan antagonis beta-adrenoseptor (beta bloker). Media kontras non-ionik lebih disarankan untuk pasien kelompok ini. Penggunaan beta bloker sebaiknya dihentikan jika memungkinkan.
  • 14. Media Kontras Sinar X teriodinasi Amidotrizoat (meglumin amidotrizoat dan natrium amidotrizoat) merupakan senyawa organik monomer ionik teriodinasi. Meskipun kedua bentuk garam digunakan secara tunggal dalam radiografi diagnostik (termasuk CT scan), campuran keduanya sering dipilih karena dapat meminimalkan efek samping dan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. Amidotrizoat digunakan secara luas termasuk dalam urografi, pemeriksaan kantong empedu, saluran empedu dan limpa. Risiko terjadinya efek samping cukup tinggi karena mempunyai osmolalitas tinggi.Osmolalitas untuk radiodensitas tergantung dari konsentrasi iodium, dapat dikurangi menggunakan medium dimer ionik seperti meglumin iotroksat yang mengandung dua atom iodium dalam molekul atau menggunakan medium non-ionik seperti ioheksol. Media kontras dengan osmolalitas rendah seperti ioheksol memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit, namun harganya mahal. Ioheksol digunakan dalamprosedur diagnostik dengan cakupan yang luas termasuk dalam urografi, angiografi dan artografi dan CT scan. Meglumin iotroksat diekskresikan ke empedu setelah melalui intravena dan digunakan dalam kolesistografi dan kolangiografi. Media Kontras Sinar X tidak teriodinasi Bariumsulfat merupakan garamlogamyang digunakan untuk memindai saluran pencernaan. Zat ini tidak diabsorsi dalam tubuh dan tidak mengganggu sekresi usus atau perut atau hasil pembacaan radiografi. Barium sulfat dapat digunakan dalam teknik kontras tunggal atau ganda atau dalam CT scan. Pada pemeriksaan kontras ganda, gas dimasukkan ke dalam saluran cerna dengan menggunakan suspensi barium sulfat yang mengandung karbon dioksida atau dengan menggunakan sediaan yang dapat menghasilkan gas dengan basis natrium bikarbonat. Udara yang dimasukkan melalui tabung gastrointestinal, juga dapat digunakan sebagai alternatif karbon dioksida agar tercapai efek kontras ganda. Monografi: GADODIAMID Indikasi: Media kontras untuk Magnetic ResonanceImaging (MRI) kranial (tulang tengkorak) dan spinal (tulang belakang) serta MRI tubuh setelah pemberian secara injeksi intravena Peringatan: Riwayat asma atau penyakit pernapasan lain yang disebabkn alergi; gangguan fungsi ginjal berat akut dan kronik (GFR < 30ml/mnt/1,732m2) atau penurunan fungsi ginjal akut terkait sindrom hepato-renal atau pada periode praoperasi transplantasi hati; Mengakibatkan perubahan sementara kadar besi dalam darah; mempengaruhi pengukuran kadar kalsium dalam darah; kehamilan; hentikan menyusui setidaknya sampai 24 jam setelah pemberian obat.
  • 15. Kontraindikasi: Riwayat hipersensitif Efek Samping: Ketidaknyamanan karena rasa hangat, dingin, sensasi tekanan atau nyeri pada bagian yang diinjeksi. Pusing, mual, sakit kepala dan sensasi aneh pada indera perasa dan penciuman. Muntah, mengantuk, paraesthesia, gangguan penglihatan, diare, cemas, dispnea, nyeri dada, takikardi, gemetar, artralgia atau gejala yang mirip alergi seperti urtikaria, gatal atau iritasi pada tenggorokan. Reaksi anafilaksis. Kejang. Dosis: Sistem saraf pusat : Dewasa dan anak : 0,1 mmol/kgbb untuk berat badan sampai 100 kg. Berat badan diatas 100 kg diberikan 10 mmol. Hanya pada pasien dewasa: jika dicurigai mengalami metastasis otak, 0,3 mmol/kgbb untuk berat badan sampai 100 kg. Berat badan di atas 100 kg diberikan 30 mmol. Seluruh tubuh: Dewasa: 0,1 mmol/kgbb atau 0,3 mmol/kgbb untuk berat badan sampai 100 kg. Berat badan diatas 100 kg diberikan 10 mmol atau 30 mmol. Anak mulai usia 6 bulan: 0,1 mmol/kgbb. GADOKSETIK, DINATRIUM-ASAM Indikasi: media kontras berbasis gadolinium yang digunakan untuk T1-weighted Magnetic Resonance Imaging (MRI) organ hati. Peringatan: dilaporkan reaksi anafilaktik, obat dan alat yang diperlukan untuk mengatasi reaksi tersebut (ventilator oksigen, selang endotrakeal) harus berada dekat dengan proses pemeriksaan dan hentikan injeksi media kontras jika terjadi; gnngguan jantung berat; Hanya digunakan pada wanita hamil jika jelas diperlukan; Hentikan menyusui sampai dengan 24 jam setelah penggunaan gadobutrol. Interaksi: obat bersifat anionik, seperti rifampisin, dapat berkompetisi dengan media kontras hepatik dalam proses ekskresi melalui empedu, dan ekskresi bilier. Rifampisin memblok uptake hepatik gadoksetik sehingga mengurangi efek kontras hepatic; Kenaikan kadar bilirubin atau feritin dapat mengurangi efek kontras hepatik gadoksetik; memberikan hasil positif palsu pada pengukuran kadar besi dalam serum dengan metode kompleksometrik jika dilakukan dalamwaktu 24 jamsetelah penggunaan gadoksetik karena adanya senyawa kompleks bebas yang terdapat dalam larutan media kontras.
  • 16. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap zat aktif atau bahan eksipien/pengisi. Efek Samping: tidak sering (≥1/1000, <1/100): sakit kepala, pusing, parestesia, gangguan pengecapan, parosmia, vasodilatasi, hipertensi, dispnea, muntah, mual, ruam, pruritus, nyeri di lokasi penyuntikan; jarang (<1/1000): vertigo, palpitasi pada bundle branch block, mulut kering, peningkatan saliva,menggigil,nyeripunggung, nyeri, nyeri dada, malaise,astenia,reaksipada lokasi penyuntikan, bengkak pada lokasi penyuntikan. Dosis: dewasa: injeksi bolus intravena 0,1 ml/kg bb (ekuivalen dengan 25 µmol/kg bb). Kecepatan pemberian 2 ml/detik, melalui large-bore needle atau indwelling catheter (ukuran 18-20 gauge). Tidak direkomendasikan pada anak usia dibawah 18 tahun. Pasien sebaiknya puasa dan makanan dikeluarkan dari tubuhnya, 2 jam sebelum pelaksanaan MRI. Tidak boleh diberikan secara intramuskular. GADOBUTROL Indikasi: media kontras pada pencitraan resonansi magnetic (Magnetic Resonance Imaging, MRI) kranial dan spinal; MRI hati atau ginjal untuk mengidentifikasi sel ganas atau sel jinak pada pasien yang diduga atau terbukti mempunyai lesi fokal; media kontras (Contrast enhancement) pada Magnetic Resonance Angiography (CE-MRA). Digunakan pada pasien di atas usia 7 tahun. Peringatan: dilaporkan reaksi anafilaktik, obat dan alat yang diperlukan untuk mengatasi reaksi tersebut (ventilator oksigen, selang endotrakeal) harus berada dekat dengan proses pemeriksaan; Dapat menyebabkan torsade de pointes, hati-hati pada pasien dengan riwayat atau riwayat keluarga sindroma perpanjangan QT kongenital; aritmia atau mengkonsumsi obat penyebab perpanjangan repolarisasi jantung (mis. Antiaritmia klas III, seperti amiodaron, sotalol); Hanya digunakan pada wanita hamil jika jelas diperlukan; Hentikan menyusui sampai dengan 24 jam setelah penggunaan gadobutrol.
  • 17. Kontraindikasi: hipokalemia yang tidak dapat pulih; penyakit jantung berat. Efek Samping: tidak umum: sakit kepala, pusing, disgesia, parestesia, vasodilatasi, mual, nyeri atau reaksi lain pada lokasi penyuntikan. Jarang: reaksi anafilaktik, parosmia, hipotensi, dispnea, muntah, urtikaria, ruam. Dosis: Dewasa: Dosis bergantung pada indikasi, namun dosis laziminjeksi bolus intravena: 0,1 mmol per kg bb (ekuivalen dengan 1 ml per kg bb). Maksimal, 0,3 ml per kg bb.  MRI kranial dan spinal: Dosis lazim 0,1 mmol gadobutrol/kg bb. Namun jika diperlukan pencitraan yang lebih akurat dimana angka, ukuran atau pelebaran lesi mungkin mempengaruhi penatalaksanaan terapi, pemberian injeksi lanjutan 0,1 – 0,2 mmol/ kg bb pada durasi 30 menit setelah injeksi pertama dapat meningkatkan ketajaman hasil pemeriksaan; Untuk mengeluarkan dugaan adanya metastasis atau tumor kambuhan, pemberian injeksi 0,3 mmol/ kg bb dapat memberikan ketajaman hasil pemeriksaan yang lebih baik; Untuk studi perfusi otak, 0,3 mmol/kg bb dengan kecepatan 3-5 ml/detik, disarankan menggunakan alat injektor. Disarankan menerapkan T2* sequences jika digunakan dalam kombinasi untuk deteksi lesi massa dan untuk deteksi iskemia lokal tanpa dugaan adanya lesi massa.  CE-MRA: Pencitraan satu area: 7,5 ml untuk berat badan kurang dari 75 kg, dan 10 ml untuk berat badan 75 kg atau lebih (0,1-0,15 mmol/kg bb); Pencitraan pada lebih dari satu area: 15 ml untuk berat badan kurang dari 75 kg, dan 20 ml untuk berat badan 75 kg atau lebih (0,2-0,3 mmol/kg bb). Anak di atas 7 tahun: 0,1 mmol/ kg bb (ekuivalen dengan 0,1 ml per kg bb) untuk semua indikasi. Tidak dianjurkan untuk pasien anak di bawah usia 7 tahun. Penggunaan secara intravaskular sedapat mungkin dilakukan pada pasien dalam keadaan berbaring. Setelah diberikan, pasien tetap dimonitor selama setidaknya 30 menit. Pasien sebaiknya puasa dan makanan dikeluarkan dari tubuhnya, 2 jam sebelum pelaksanaan MRI/MRA. IOHEKSOL Indikasi: Media kontras sinar x untuk kardioangiografi, arteriografi, urografi, flebografi, Computed Tomography (CT) enhancement. Mielografilumbar, toraks, dan serviks,serta CTbasalcisterna yang diikuti injeksi subaraknoid. Artrografi, Endoscopic Retograde Pancreatography (ERP), Endoscopic Retograde Cholangipancreatography (ERCP), herniografi, histerosalpingografi (HSG), sialografi, dan penelitian terkait saluran percernaan.
  • 18. Peringatan: Riwayat alergi, asma, penyakit jantung berat, hipertensi pulmonal, patologi serebral akut, tumor, riwayat epilepsi, alkohol dan ketergantungan obat: meningkatkan risiko kejang dan reaksi neurologi, riwayat kehilangan pendengaran sementara atau tuli setelah mielografi, gangguan fungsi ginjal, diabetes melitus, paraproteinemia (mielomatosis dan Waldenstrom makroglobulinemia), miestenia grafis, paeokromositoma, hipertiroidisme, multinodular goiter, mengemudi, kehamilan, dan menyusui. Kateterisasi pembuluh darah: perhatikan teknik angiografi dan bilas kateter sesering mungkin untuk meminimalkan risiko trombosis dan emboli, hidrasi harus terjamin sebelum dan sesudah penggunaan media kontras terutama untuk pasien dengan multiple mieloma, diabetes melitus, anak, dan lansia. Pasien homosistinuria dan emfisema pulmonal kronik: meningkatkan risiko trombosis dan emboli. Gangguan pada pemeriksaan laboratorium untuk bilirubin, protein, atau unsur anorganik. Interaksi: Metformin: risiko gangguan fungsi ginjal sementara dan pengendapan asidosis laktat. Interleukin 2 (riwayat penggunaan 2 minggu sebelumnya): meningkatkan risiko reaksi alergi yang tertunda (gejala seperti flu atau reaksi kulit). Beta bloker: meningkatkan risiko gejala reaksi anafilaksis yang tidak spesifik dan disalahartikan sebagai reaksi vagal. Kontraindikasi: Tirotoksikosis, hipersensitivitas, pengguna intratekal kortikosteroid, mielografi pada penderita infeksi sistemik atau lokal. Efek Samping: Sangat umum: gangguan pengecapan (rasa logam) sementara, nyeri, rasa panas. Umum: peningkatan sementara S-kreatinin, sakit kepala, mual, muntah, pusing, paraestesia, nyeri radikuler, peningkatan nilai amilase, nyeri sementara pada abdomen bagian bawah, nyeri setelah pemeriksaan. Jarang: sesak napas, ruam, eritema, urtikaria, pruritus, dan angiodema, demam, rigor, reaksi anafilaksis, pankreatitis nekrotik, artritis. Sangat jarang: udem laring, bronkospasme atau udem paru, hipotensi, bradikardi, sindroma Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksis, iodisme, gondok, gagal ginjal, kejang, gangguan motorik dan sensorik sementara, bingung, kebutaan kortikal sementara, gagal jantung, aritmia, depresi atau tanda dari iskemik, tromboflebitis post flebografi, trombosis, kemerahan, kram, nyeri tungkai bawah, iritasi meningeal, gangguan fungsi serebral sementara. Tidak diketahui frekuensinya: diare, spasme arteri, artralgia, laringospasme, udem paru non kardiogenik, batuk, tirotoksikosis, kemerahan, reaksi pada tempat penyuntikan, nyeri leher. Dosis: dosis sangat tergantung pada jenis pemeriksaan, usia, berat badan, cardiac output, dan kondisi umum pasien serta teknik yang digunakan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Hidrasi harus dipastikan sebelum dan setelah pemberian media kontras.
  • 19. No Petunjuk untukpenggunaan intravena Indikasi Konsentrasi Volume Keterangan 1 Urografi Dewasa 300 mg I/mL atau 350 mg I/mL 40 – 80 mL 80 mL dapat ditingkatkan untuk kasus tertentu Anak dengan BB < 7 kg 300 mg I/mL 3 mL/kg Anak dengan BB > 7 kg 300 mg I/mL 2 mL/kg (maks. 40 mL) 2 Flebografi (kaki) 300 mg I/mL 20 – 100 mL/kaki 3 Angiografi substraksi digital 300 mg I/mL atau 350 mg I/mL 20 – 60 mL/inj 4 CT enhancement Dewasa 300 mg I/mL atau 350 mg I/mL 100 – 200 mL 100 – 150 mL Jumlah iodin biasanya 30 – 60 g Anak 300 mg I/mL 1-3 mL/kgBB sampai dengan 40 mL Pada beberapa kasus dapat diberikan hingga 100 mL Petunjuk untukpenggunaan intra-arteri 1 Arteriografi Arch aortografi 300 mg I/mL 30-40 mL/inj Volume tergantung pada tempat penyuntikan Serebral selektif 300 mg I/mL 5-10 mL/inj Aortografi 350 mg I/mL 40-60 mL/inj Femoral 300 mg I/mL atau 350 mg I/mL 30-50 mL/inj Variasi 300 mg I/mL Tergantung jenis pemeriksaan 2 Kardioangiografi Dewasa - Injeksi pada ventrikal kiri dan ujung aorta - Arteriografi selektif koronari 350 mg I/mL 350 mg I/mL 30-60 mL/inj 4-8 mL/inj tergantung pada usia dan berat badan dan patologi (maks. 8 mL/kg) Anak 300 mg I/mL atau 4-8 mL/inj tergantung pada usia dan berat
  • 20. 350 mg I/mL badan dan patologi (maks. 8 mL/kg) 3 Angiografi substraksi digital 300 mg I/mL 1 – 15 mL/inj Tergantung pada tempat penyuntikan biasanya dosis besar hingga 30 mL dapat diberikan Petunjuk untukpenggunaan intratekal 1 Mielografi serviks (injeksi lumbar) 300 mg I/mL 7 – 10 mL 2 Mielografi serviks (injeksi rusuk serviks) 300 mg I/mL 6 – 8 mL Untuk meminimalisir kemungkinan efek samping maka dosis maksimal: 3 g iodin Petunjuk untukrongga tubuh 1 Artrografi 300 mg I/mL atau 350 mg I/mL 5 – 15 mL 5 – 10 mL 2 Histerol-pingografi 300 mg I/mL 15 – 25 mL 3 Sialografi 300 mg I/mL 0,5 – 2 mL 4 Penelitian saluran pencernaan Oral Dewasa Bahan Kontrasmerupakansenyawa-senyawayangdigunakanuntukmeningkatkanvisualisasi (visibility) struktur-strukturinternal padasebuahpencitraandiagnostic medik. Bahan kontrasdipakai padapencitraandengansinar-Xuntukmeningkatkandayaattenuasisinar-X (Bahankontraspositif) yangakandibahaslebihluasdisini ataumenurunkandayaattenuasisinar-X (bahankontrasnegative denganbahandasarudara atau gas).Selainitubahankontrasjuga digunakandalampemeriksaanMRI(MagneticResonance Imaging),namunmetode initidak didasarkanpadasinar-Xtetapi mengubahsifat-sifatmagneticdari inti hidrogenyangmenyerap bahan kontrastersebut.BahankontrasMRI dengansifatdemikianadalahGadolinium.
  • 21. BAB III Penutup III.I Kesimpulan Angiografi merupakan teknik dalamdunia medis untuk membantu mendiagnosa letak penyumbatan yg terjadi di dalam tubuh pasien, memanaatkan bahan kontras sebagai media untuk pencitraan gambar dan perangkat radiologi untuk melihat peredaran bahan kontras di dalam tubuh pasien, ada beberapa metode pemasukan bahan kontras ke dalam tubuh pasien metode injeksi,metode oral dan metode hirup. Beberapa teknik angiografi lama yakni AOT dan Cine camera, lalu di masa kini pemeriksaan angiografi menggunakan mesin mesin modern seperti C-Arm, Ct-Scan, MRI. Ada beberapa jenis bahan kontras yang dibagi bedasarkan sifatnya dan fungsinya serta ada bahan kontras yang memiliki efek samping dll. Beberapa bahan kontraas hanya bisa digunakan pada alat tertentu dan beberapa alat tidak bisa menggunakan bahn kontras tertentu. III.II Saran Teknik angiografi pada C-Arm masih memerlukan penelitian lebih lanjut tentang dosis yang diberikan pada pasien, lalu dapatkah kita memasukan bahan kontras tanpa membius pasien tersebut. Dengan kata lain tanpa menggunakan kateter pada pemeriksaan C-Arm, untuk lebih mengefektifitasakan kinerja medis.
  • 22. Daftar Pustaka 1. http://djokosoeprijanto.blogspot.co.id/2013/04/angiografi.html 2. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-17-media-kontras 3. http://ardyanpradanaoo7.blogspot.co.id/2011/04/tugas-tentang-angiografi.html 4. https://no.wikipedia.org/wiki/Angiografi 5. https://www.1177.se/Fakta-och-rad/Undersokningar/Angiografi/ 6. http://ivanovitsag.gmxhome.de/html/Angiografi.htm 7. http://simphealth.com/id/pages/1650464 8. http://tidsskriftet.no/2008/10/oversiktsartikkel/koronar-ct-angiografi 9. https://www.craimaging.com/procedures/mrimra/