SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
Penilaian risiko masuknya
Bovine Genital Campylobacteriosis (BGC)
melalui sapi pejantan dari Australia
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Keswan, Kesmavet dan Karantina Hewan
Agenda BIB Lembang: Kajian Teknis Penyakit Camphylobacter
Rabu, 23 Desember 2020
Bovine genital Campylobacteriosis (BGC)
• Bovine genital Campylobacteriosis (BGC) atau Bovine venereal
Camphylobacteriosis (BVC) adalah penyakit kelamin pada sapi.
• C. fetus subspesies Venerealis (Cfv) dan C. jejuni adalah spesies
paling penting yang terkait dengan fertilitas yang rendah dan abortus
pada sapi.
• Organisme ini ditemukan di seluruh dunia dan menyebabkan kerugian
ekonomi yang signifikan di daerah endemik dimana manajemen
reproduksi yang tepat belum diterapkan.
• Prevalensi BGC lebih tinggi pada sapi jantan yang lebih tua. Organisme
berkembang diri pada prepusium dari sapi jantan tetapi tidak menganggu
kualitas semen atau kemampuan pembibitan.
Agen penyebab BGC
• BGC adalah penyebab utama kerugian ekonomi bagi industri ternak di
berbagai belahan dunia.
• C. fetus subspesies venerealis (Cfv) sebagai agen penyebab utama
beradaptasi sangat baik dengan saluran genital sapi dan ditularkan oleh sapi
jantan ‘carrier’.
• Namun, infertilitas dan abortus dapat juga disebabkan oleh patogen intestinal
C. fetus subsp. fetus (Cff) dan C. jejuni, yang tidak ditularkan secara seksual.
• BGC yang disebabkan oleh Cfv yang dikaitkan dengan fertilitas yang
rendah, kematian embrio dan abortus, layanan perkawinan yang
berulang, penurunan tingkat kebuntingan dan jarak beranak yang
diperpanjang, memiliki prevalensi tertinggi di negara-negara berkembang
dimana kawin alam dipraktikkan secara luas.
BGC menurut OIE
• BGC terdaftar oleh World Organization for Animal Health
(OIE) karena dianggap memiliki implikasi sosio-ekonomi
dan kesehatan masyarakat.
• Beberapa negara telah berhasil memberantas BGC,
sedangkan di banyak negara BGC masih endemik.
• Insidensi BGC tertinggi di negara-negara berpendapatan
rendah dan menengah dimana pengembangbiakan sapi
secara alami dipraktikkan secara luas, dibandingkan
dengan negara-negara berpendapatan tinggi dimana sapi
dikembangbiakan melalui inseminasi buatan (IB)
(Mshelia et al., 2010).
Peta distribusi global BGC (OIE)
Jan – Jul 2019
Rekomendasi OIE untuk importasi
sapi betina bibit
Artikel 11.3.2.
Otoritas Veteriner dari negara pengimpor memerlukan penyajian sertifikat
kesehatan hewan internasional yang membuktikan bahwa:
1. hewan adalah sapi dara; atau
2. hewan dipelihara dalam kelompok dimana dinyatakan tidak ada kasus
bovine genital campylobacteriosis; dan/atau
3. untuk yang telah dikawinkan, kultur mukus vagina untuk keberadaan
agen penyebab bovine genital campylobacteriosis terbukti negatif.
Rekomendasi OIE untuk importasi
sapi jantan untuk bibit
Artikel 11.3.3.
1. hewan tersebut:
a. belum pernah digunakan untuk kawin alam; atau
b. hanya dikawinkan dengan sapi dara; atau
c. dipelihara di peternakan dimana dinyatakan tidak ada kasus bovine
genital campylobacteriosis;
2. semen dan kultur sampel preputial dan/atau uji terkait untuk keberadaan
agen penyebab bovine genital campylobacteriosis adalah negatif.
Karakteristik penyakit BGC
• Karakteristik penyakit ini menyebabkan infertilitas pada sapi betina dengan
peningkatan jumlah layanan yang diperlukan untuk pembuahan (service per
conception).
• Abortus yang terjadi pada kebuntingan tua juga sesekali terlihat.
• Sebagian besar kasus atau wabah terjadi setelah introduksi sapi jantan atau
sapi betina yang terinfeksi ke dalam kelompok sapi bibit yang rentan.
• Seringkali penyakit ini tetap tidak terdeteksi sampai ketika pemilik ternak
menyadari bahwa sejumlah sapi betina yang dimilikinya menunjukkan
estrus.
• Diagnosis tentatif dapat dibuat dengan melakukan studi sejarah kelompok
sapi dan sering harus dikonfirmasi secara laboratorium.
Patogenesis BGC pada sapi betina
Organisme berkembang biak dalam serviks
Mencapai tanduk uterus dan saluran telur
Merusak silia dari lapisan epitel saluran telur
Mengganggu fertilisasi
Risiko sapi pejantan ‘carrier’
• BGC ditularkan terutama sekali oleh kawin alam.
• Organisme yang diintroduksi ke dalam area serviks vagina pada saat
estrus tidak berkembang biak di uterus sampai fase progestasional.
• Kemudian bakteri menyebar ke uterus dan saluran telur yang
mengakibatkan endometritis dan radang saluran telur (salpingitis).
• Metoda diagnostik molekuler telah diangap sebagai metoda yang paling
menjanjikan untuk sub spesiasi C. fetus.
• Keberadaan C. fetus pada sapi jantan komunal yang lebih tua adalah
‘carrier’ penyakit bagi sapi betina muda dan dewasa.
Risiko penularan C. fetus
• C. fetus ditularkan melalui alat kelamin dan juga dapat mengkontaminasi
peralatan, alas kandang, atau inseminasi buatan menggunakan semen
yang terkontaminasi.
• Setiap sapi jantan bervariasi dalam kepekaannya terhadap infeksi;
beberapa menjadi ‘carrier’ yang permanen, sementara yang lain
nampaknya resisten terhadap infeksi.
• Faktor utama yang terkait dengan variabilitas ini nampaknya terkait
dengan kedalaman preputium dan epitel kriptus penis.
• C. fetus ditularkan utamanya melalui kawin alam, tetapi infeksi dapat juga
menyebar selama inseminasi buatan (IB) menggunakan semen dari
pejantan yang terinfeksi atau melalui peralatan yang terkontaminasi
(Modolo JR et al., 2000).
Penyebaran infeksi C. fetus
• Penyebaran organisme ini ke sapi jantan terutama melalui cara kopulasi dengan
sapi betina yang terinfeksi meskipun penyebaran langsung dari sapi jantan ke
sapi jantan dimungkinkan.
• Sapi jantan muda di bawah umur 5 tahun sulit untuk terinfeksi (Samuelson JD
dan Winter JA, 1966); namun sejumlah pekerja menemukan bahwa baik sapi
jantan muda dan yang lebih tua dapat tetap menjadi ‘carrier’ hingga 18 minggu
pasca infeksi.
• Sapi jantan cenderung mempertahankan infeksi lebih permanen daripada sapi
jantan yang lebih muda mungkin karena peningkatan jumlah dan besaran dari
kriptus di epitelium penis (Samuelson JD dan Winter JA, 1966).
• Konsentrasi terbesar dari C. fetus adalah di formiks dari preputium dan pada
penis. Lumina dari kriptus epitelial membawa konsentrasi tertinggi organisme C.
fetus, menunjukkan bahwa ini adalah lokasi utama proliferasi.
Penularan BGC oleh sapi jantan
• C. fetus subspesies venerealis, penyebab utama BGC ditularkan selama
koitus ke sapi betina dewasa yang rentan oleh sapi pejantan ‘carrier’
yang asimptomatik.
• Bakteri bertahan hidup di kriptus kelenjar preputium dan pejantan dapat
tetap terinfeksi tanpa batas waktu.
• Pada sapi jantan, infeksi tidak disertai baik dengan lesi patologis atau
modifikasi dalam karakteristik semen (Clark BL, 1971).
• Insiden infeksi lebih tinggi di antara sapi jantan di atas 5 tahun, dan ini
dapat dikaitkan dengan kriptus epitelial yang lebih dalam di preputium
dan penis dari sapi jantan yang lebih tua yang memungkinkan patogen
bertahan hidup dan tumbuh lebih mudah.
BGC pada sapi jantan
• Pada sapi jantan muda (<3-4 tahun), dimana kriptus belum berkembang,
infeksi cenderung bersifat sementara, dengan penularan tampaknya
bergantung pada kontak seksual dengan sapi yang tidak terinfeksi dalam
hitungan menit hingga beberapa hari setelah pengembangbiakan awal
sapi yang terinfeksi.
• Penghilangan infeksi secara spontan pada sapi jantan yang lebih muda ini
nampaknya tidak terkait dengan respon kekebalan apapun, sehingga
reinfeksi dapat dengan mudah terjadi.
• Pada sapi jantan berumur >3–4 tahun, kriptus yang lebih dalam dapat
memberikan lingkungan mikroaerofilik yang tepat untuk terbentuknya
infeksi kronis.
Penularan BGC ke sapi betina
• C. fetus ditularkan ke sapi betina melalui kawin alam atau inseminasi
buatan dan menyebabkan vaginitis, serviksitis, endometritis dan
salpingitis.
• Infertilitas dapat berlangsung setidaknya selama 10 bulan.
• Persistensi infeksi C. fetus pada saluran genital sapi dapat disebabkan
oleh perubahan yang berlangsung berturut-turut (atau berselang) dalam
antigen superfisial dari organisme tersebut (Corbei LB et al., 1975).
• Kejadian ‘antigenic shifts’ secara in vivo dikaitkan dengan penataan
ulang genomik dari gen homolog sapA (Garcia MM et al., 1995).
Diagnosis BGC
• Campylobacter spp. dapat dideteksi dengan uji antibodi fluoresen pada cucian
selubung penis dari sapi jantan atau mukus serviks-vagina dari sapi betina.
• Isolasi dan identifikasi C. fetus subspesies venerealis dari preputial atau mucus
vaginal adlah uji konfirmasi.
• Spesimen mukus harus ditempatkan pada medium transpor khusus (Amies
Medium/Cary Blair medium).
• Mukus vaginal uji aglutinasi mendeteksi sekitar 50% sapi betina yang terinfeksi
dan infertil dengan berbasis kelompok ternak.
• ELISA dapat digunakan untuk mendemonstrasikan antibodi IgA pada mukus
vaginal setelah kejadian abortus.
• PCR telah dikembangkan sebagai suatu uji skrining cepat untuk deteksi C. fetus
subspecies venerealis pada semen sapi jantan.
Persistensi BGC di populasi ternak sapi
• Durasi periode infeksi pada sapi
- Infeksi BGC pada sapi betina biasanya membatasi diri dan sebagian besar
sapi betina biasanya mendapatkan kembali fertilitas dalam 5 bulan setelah
eliminasi infeksi dari uterus (Timoney et al., 1988). Namun, dalam sebuah
penelitian eksperimental, infeksi bertahan pada sapi selama beberapa bulan,
mungkin lebih dari setahun (Cipolla et al., 1994).
- Sapi jantan bisa menjadi ‘carrier’ patogen seumur hidup (Blaser et al., 2008).
• Adanya dan durasi periode infeksi laten
- Untuk sapi jantan, periode infeksi laten Cfv penyebab BGC adalah dari saat
infeksi karena mereka dapat bertindak sebagai vektor untuk menularkan Cfv
ke hewan berikutnya.
- Untuk sapi betina, periode ini tidak diketahui.
Sumber: EFSA (2017).
Persistensi BGC di populasi ternak sapi
• Adanya dan durasi patogen pada ‘carrier’ yang sehat
- Diperkirakan bahwa hingga 10% hewan yang terinfeksi tetap menjadi ‘carrier’
Cfv penyebab BCG seumur hidup (Besi et al., 2004), sedangkan sapi betina
dapat menjadi ‘carrier’ vaginal permanen (Dekeyser, 1984) dan sapi jantan
yang lebih tua dapat menjadi ‘carrier’ seumur hidup di kriptus preputium
(Garcıa et al., 1983).
Sumber: EFSA (2017).
Rute penularan BGC antara hewan
• Jenis rute penularan dari hewan ke hewan (horizontal, vertikal)
- Rute penularan Cfv dari hewan ke hewan adalah melalui alat kelamin terutama
dari sapi jantan asimptomatik yang menyebarkan infeksi.
- Sapi betina terinfeksi melalui kawin alam atau IB dengan semen yang
terkontaminasi.
- Sapi jantan dapat terinfeksi dengan melayani sapi yang terinfeksi dan
penularan dapat terjadi di antara sapi jantan selama menaiki betina (mounting).
- Penularan vertikal belum pernah dilaporkan.
• Jenis rute penularan antara hewan dan manusia (langsng, tidak langsung,
termasuk ditularkan lewat makanan (food-borne)
• Tidak berlaku – manusia tidak rentan terhadap Cfv.
Sumber: EFSA (2017).
Kecepatan penularan BGC antar hewan
• Kecepatan penularan – Insiden antara hewan, dan jika relevan, antara
hewan dan manusia
• Penularan Cfv antara hewan dalam suatu kelompok ternak bergantung pada
keberadaan 'vektor’; sapi jantan yang terinfeksi yang menyebarkan infeksi di
antara hewan, karena BGC adalah infeksi yang ditularkan melalui alat
kelamin. Namun, tidak ada perkiraan kuantitatif yang ada dalam bibliografi.
• Kecepatan penularan – Tingkat penularan (beta) (dari R0 dan periode
infeksi) antara hewan, dan jika relevan antara hewan dan manusia
• Tidak ada data yang tersedia tentang tingkat penularan BGC antara hewan.
Sumber: EFSA (2017).
Kesimpulan
• Rute penularan Cfv dari hewan ke hewan terutama melalui sapi jantan
yang menyebarkan infeksi.
• Untuk sapi jantan, periode infeksi laten Cfv penyebab BGC adalah dari
saat infeksi karena mereka dapat bertindak sebagai vektor untuk
menularkan Cfv ke hewan berikutnya.
• Risiko impor sapi jantan dari Australia yang diuji positif terhadap Cfv
untuk dimasukkan ke dalam kelompok ternak bibit sangat tinggi, karena
probabilitas infeksi berulang (reinfection) sangat mungkin terjadi dan
berpotensi menjadi ‘carrier’ yang asimptomatik dan bahkan mungkin
dapat berlangsung seumur hidup.
DETEKSI DAN DIAGNOSIS BGC

More Related Content

What's hot

Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Tata Naipospos
 
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi  - Kementan, Tangerang, 14...Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi  - Kementan, Tangerang, 14...
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...Tata Naipospos
 
Rencana Pemasukan Bibit dan Bakalan Sapi Potong serta Daging Sapi dari Mexico...
Rencana Pemasukan Bibit dan Bakalan Sapi Potong serta Daging Sapi dari Mexico...Rencana Pemasukan Bibit dan Bakalan Sapi Potong serta Daging Sapi dari Mexico...
Rencana Pemasukan Bibit dan Bakalan Sapi Potong serta Daging Sapi dari Mexico...Tata Naipospos
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...Tata Naipospos
 
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...Tata Naipospos
 
Dokumentasi dan Kategorisasi Penggunaan Antimikroba di Sektor Peternakan - CI...
Dokumentasi dan Kategorisasi Penggunaan Antimikroba di Sektor Peternakan - CI...Dokumentasi dan Kategorisasi Penggunaan Antimikroba di Sektor Peternakan - CI...
Dokumentasi dan Kategorisasi Penggunaan Antimikroba di Sektor Peternakan - CI...Tata Naipospos
 
Analisis Risiko Pembukaan Kembali Importasi MBM Dari Canada - Ditkeswan, Jaka...
Analisis Risiko Pembukaan Kembali Importasi MBM Dari Canada - Ditkeswan, Jaka...Analisis Risiko Pembukaan Kembali Importasi MBM Dari Canada - Ditkeswan, Jaka...
Analisis Risiko Pembukaan Kembali Importasi MBM Dari Canada - Ditkeswan, Jaka...Tata Naipospos
 
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...Tata Naipospos
 
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...Tata Naipospos
 
Kajian Awal Terhadap Aspek Keamanan Vaksinasi Avian Influenza - CIVAS, Presen...
Kajian Awal Terhadap Aspek Keamanan Vaksinasi Avian Influenza - CIVAS, Presen...Kajian Awal Terhadap Aspek Keamanan Vaksinasi Avian Influenza - CIVAS, Presen...
Kajian Awal Terhadap Aspek Keamanan Vaksinasi Avian Influenza - CIVAS, Presen...Tata Naipospos
 
Virus Highly Pathogenic Influenza A - Ditkeswan - Jakarta, 5 April 2017
Virus Highly Pathogenic Influenza A - Ditkeswan - Jakarta, 5 April 2017Virus Highly Pathogenic Influenza A - Ditkeswan - Jakarta, 5 April 2017
Virus Highly Pathogenic Influenza A - Ditkeswan - Jakarta, 5 April 2017Tata Naipospos
 
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...Tata Naipospos
 
Zona Bebas PMK di Brazil - Jakarta, Februari 2018
Zona Bebas PMK di Brazil - Jakarta, Februari 2018Zona Bebas PMK di Brazil - Jakarta, Februari 2018
Zona Bebas PMK di Brazil - Jakarta, Februari 2018Tata Naipospos
 
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...Tata Naipospos
 
Tinjauan Rencana Pemasukan Daging Sapi Dari Brazil Ke Indonesia - Jakarta, Ma...
Tinjauan Rencana Pemasukan Daging Sapi Dari Brazil Ke Indonesia - Jakarta, Ma...Tinjauan Rencana Pemasukan Daging Sapi Dari Brazil Ke Indonesia - Jakarta, Ma...
Tinjauan Rencana Pemasukan Daging Sapi Dari Brazil Ke Indonesia - Jakarta, Ma...Tata Naipospos
 
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...Tata Naipospos
 
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...Tata Naipospos
 
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021Tata Naipospos
 
Arah Pengendalian Avian Influenza di Indonesia - CEVA Animal Health Indonesia...
Arah Pengendalian Avian Influenza di Indonesia - CEVA Animal Health Indonesia...Arah Pengendalian Avian Influenza di Indonesia - CEVA Animal Health Indonesia...
Arah Pengendalian Avian Influenza di Indonesia - CEVA Animal Health Indonesia...Tata Naipospos
 
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
Menyikapi Pemasukan Ternak/Produk Hewan Berbasis Zona - Puslitbangnak, Bogor,...
 
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi  - Kementan, Tangerang, 14...Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi  - Kementan, Tangerang, 14...
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...
 
Rencana Pemasukan Bibit dan Bakalan Sapi Potong serta Daging Sapi dari Mexico...
Rencana Pemasukan Bibit dan Bakalan Sapi Potong serta Daging Sapi dari Mexico...Rencana Pemasukan Bibit dan Bakalan Sapi Potong serta Daging Sapi dari Mexico...
Rencana Pemasukan Bibit dan Bakalan Sapi Potong serta Daging Sapi dari Mexico...
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
 
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
Pembahasan Rencana Importasi Daging Kerbau Dari India (Nov 2015 - Jan 2016) -...
 
Dokumentasi dan Kategorisasi Penggunaan Antimikroba di Sektor Peternakan - CI...
Dokumentasi dan Kategorisasi Penggunaan Antimikroba di Sektor Peternakan - CI...Dokumentasi dan Kategorisasi Penggunaan Antimikroba di Sektor Peternakan - CI...
Dokumentasi dan Kategorisasi Penggunaan Antimikroba di Sektor Peternakan - CI...
 
Analisis Risiko Pembukaan Kembali Importasi MBM Dari Canada - Ditkeswan, Jaka...
Analisis Risiko Pembukaan Kembali Importasi MBM Dari Canada - Ditkeswan, Jaka...Analisis Risiko Pembukaan Kembali Importasi MBM Dari Canada - Ditkeswan, Jaka...
Analisis Risiko Pembukaan Kembali Importasi MBM Dari Canada - Ditkeswan, Jaka...
 
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
Potensi Risiko BSE Terkait Pemasukan Bahan Pakan Asal Hewan - Ditkeswan, 12 O...
 
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
Simulasi Pencegahan dan Penyebaran ASF di Provinsi Sulut - BARANTAN, Menado,1...
 
Kajian Awal Terhadap Aspek Keamanan Vaksinasi Avian Influenza - CIVAS, Presen...
Kajian Awal Terhadap Aspek Keamanan Vaksinasi Avian Influenza - CIVAS, Presen...Kajian Awal Terhadap Aspek Keamanan Vaksinasi Avian Influenza - CIVAS, Presen...
Kajian Awal Terhadap Aspek Keamanan Vaksinasi Avian Influenza - CIVAS, Presen...
 
Virus Highly Pathogenic Influenza A - Ditkeswan - Jakarta, 5 April 2017
Virus Highly Pathogenic Influenza A - Ditkeswan - Jakarta, 5 April 2017Virus Highly Pathogenic Influenza A - Ditkeswan - Jakarta, 5 April 2017
Virus Highly Pathogenic Influenza A - Ditkeswan - Jakarta, 5 April 2017
 
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
 
Zona Bebas PMK di Brazil - Jakarta, Februari 2018
Zona Bebas PMK di Brazil - Jakarta, Februari 2018Zona Bebas PMK di Brazil - Jakarta, Februari 2018
Zona Bebas PMK di Brazil - Jakarta, Februari 2018
 
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
Masterplan Pemberantasan Brucellosis di Indonesia - Ditkeswan-AIPEID, Jakarta...
 
Tinjauan Rencana Pemasukan Daging Sapi Dari Brazil Ke Indonesia - Jakarta, Ma...
Tinjauan Rencana Pemasukan Daging Sapi Dari Brazil Ke Indonesia - Jakarta, Ma...Tinjauan Rencana Pemasukan Daging Sapi Dari Brazil Ke Indonesia - Jakarta, Ma...
Tinjauan Rencana Pemasukan Daging Sapi Dari Brazil Ke Indonesia - Jakarta, Ma...
 
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
Opsi Pengendalian dan Manajemen Risiko African Swine Fever - Ditkeswan, Denpa...
 
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
Bahan Penyusunan Masterplan Pengendalian & Pemberantasan Classical Swine Feve...
 
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Penyakit Hewan - Ditkeswan-AIHSP, 4 Juni 2021
 
Arah Pengendalian Avian Influenza di Indonesia - CEVA Animal Health Indonesia...
Arah Pengendalian Avian Influenza di Indonesia - CEVA Animal Health Indonesia...Arah Pengendalian Avian Influenza di Indonesia - CEVA Animal Health Indonesia...
Arah Pengendalian Avian Influenza di Indonesia - CEVA Animal Health Indonesia...
 
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
 

Similar to DETEKSI DAN DIAGNOSIS BGC

Bioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanBioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanazam sultan
 
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanBioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanmuhammad fatihakan
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Tata Naipospos
 
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi BiologiBioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologiherawati847
 
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanPeranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanTrias Nurwana
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfWahyudi748919
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfWahyudi748919
 
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Maulida Ratri
 
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...Tata Naipospos
 
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...Tata Naipospos
 
Vaginosis bakterialis pada kehamilan
Vaginosis bakterialis pada kehamilanVaginosis bakterialis pada kehamilan
Vaginosis bakterialis pada kehamilanMilka Betaubun
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi BuatanRizza Muh
 
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsihRifqi Cahyo
 
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantapBIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantapMRashyaQubillah
 
Teknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi HewanTeknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi HewanRiris Ros Lina
 
Juknis sertifikasi
Juknis sertifikasiJuknis sertifikasi
Juknis sertifikasiBPA_ADMIN
 

Similar to DETEKSI DAN DIAGNOSIS BGC (20)

Brusella sp
Brusella spBrusella sp
Brusella sp
 
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanBioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
 
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakanBioteknologi dalam bidang pertenakan
Bioteknologi dalam bidang pertenakan
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
 
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi BiologiBioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
Bioteknologi Peternakan Salah satu Materi Biologi
 
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang PeternakanPeranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
Peranan Bioteknologi Terhadap Bidang Peternakan
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
 
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdfInfeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
Infeksi_Cytomegalovirus_Kongenital.pdf
 
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
 
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
Faktor Risiko Pulau Karantina - Pusat KH dan Kehani, BARANTAN, Bogor, 26 Sept...
 
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
 
Vaginosis bakterialis pada kehamilan
Vaginosis bakterialis pada kehamilanVaginosis bakterialis pada kehamilan
Vaginosis bakterialis pada kehamilan
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi Buatan
 
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
2013 mirnawati-soedarwanto-surachmi-setiyaningsih
 
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantapBIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
BIOTEKNOLOGI KELAS 11 monggo di coba mantap
 
Hewan Transgenik
Hewan Transgenik Hewan Transgenik
Hewan Transgenik
 
Laporan skenario Onkogenesis
Laporan skenario OnkogenesisLaporan skenario Onkogenesis
Laporan skenario Onkogenesis
 
Teknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi HewanTeknologi Reproduksi Hewan
Teknologi Reproduksi Hewan
 
Juknis sertifikasi
Juknis sertifikasiJuknis sertifikasi
Juknis sertifikasi
 
Lap ndv adz
Lap ndv adzLap ndv adz
Lap ndv adz
 

More from Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 

DETEKSI DAN DIAGNOSIS BGC

  • 1. Penilaian risiko masuknya Bovine Genital Campylobacteriosis (BGC) melalui sapi pejantan dari Australia Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD Komisi Ahli Keswan, Kesmavet dan Karantina Hewan Agenda BIB Lembang: Kajian Teknis Penyakit Camphylobacter Rabu, 23 Desember 2020
  • 2. Bovine genital Campylobacteriosis (BGC) • Bovine genital Campylobacteriosis (BGC) atau Bovine venereal Camphylobacteriosis (BVC) adalah penyakit kelamin pada sapi. • C. fetus subspesies Venerealis (Cfv) dan C. jejuni adalah spesies paling penting yang terkait dengan fertilitas yang rendah dan abortus pada sapi. • Organisme ini ditemukan di seluruh dunia dan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan di daerah endemik dimana manajemen reproduksi yang tepat belum diterapkan. • Prevalensi BGC lebih tinggi pada sapi jantan yang lebih tua. Organisme berkembang diri pada prepusium dari sapi jantan tetapi tidak menganggu kualitas semen atau kemampuan pembibitan.
  • 3. Agen penyebab BGC • BGC adalah penyebab utama kerugian ekonomi bagi industri ternak di berbagai belahan dunia. • C. fetus subspesies venerealis (Cfv) sebagai agen penyebab utama beradaptasi sangat baik dengan saluran genital sapi dan ditularkan oleh sapi jantan ‘carrier’. • Namun, infertilitas dan abortus dapat juga disebabkan oleh patogen intestinal C. fetus subsp. fetus (Cff) dan C. jejuni, yang tidak ditularkan secara seksual. • BGC yang disebabkan oleh Cfv yang dikaitkan dengan fertilitas yang rendah, kematian embrio dan abortus, layanan perkawinan yang berulang, penurunan tingkat kebuntingan dan jarak beranak yang diperpanjang, memiliki prevalensi tertinggi di negara-negara berkembang dimana kawin alam dipraktikkan secara luas.
  • 4. BGC menurut OIE • BGC terdaftar oleh World Organization for Animal Health (OIE) karena dianggap memiliki implikasi sosio-ekonomi dan kesehatan masyarakat. • Beberapa negara telah berhasil memberantas BGC, sedangkan di banyak negara BGC masih endemik. • Insidensi BGC tertinggi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah dimana pengembangbiakan sapi secara alami dipraktikkan secara luas, dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi dimana sapi dikembangbiakan melalui inseminasi buatan (IB) (Mshelia et al., 2010).
  • 5. Peta distribusi global BGC (OIE) Jan – Jul 2019
  • 6. Rekomendasi OIE untuk importasi sapi betina bibit Artikel 11.3.2. Otoritas Veteriner dari negara pengimpor memerlukan penyajian sertifikat kesehatan hewan internasional yang membuktikan bahwa: 1. hewan adalah sapi dara; atau 2. hewan dipelihara dalam kelompok dimana dinyatakan tidak ada kasus bovine genital campylobacteriosis; dan/atau 3. untuk yang telah dikawinkan, kultur mukus vagina untuk keberadaan agen penyebab bovine genital campylobacteriosis terbukti negatif.
  • 7. Rekomendasi OIE untuk importasi sapi jantan untuk bibit Artikel 11.3.3. 1. hewan tersebut: a. belum pernah digunakan untuk kawin alam; atau b. hanya dikawinkan dengan sapi dara; atau c. dipelihara di peternakan dimana dinyatakan tidak ada kasus bovine genital campylobacteriosis; 2. semen dan kultur sampel preputial dan/atau uji terkait untuk keberadaan agen penyebab bovine genital campylobacteriosis adalah negatif.
  • 8. Karakteristik penyakit BGC • Karakteristik penyakit ini menyebabkan infertilitas pada sapi betina dengan peningkatan jumlah layanan yang diperlukan untuk pembuahan (service per conception). • Abortus yang terjadi pada kebuntingan tua juga sesekali terlihat. • Sebagian besar kasus atau wabah terjadi setelah introduksi sapi jantan atau sapi betina yang terinfeksi ke dalam kelompok sapi bibit yang rentan. • Seringkali penyakit ini tetap tidak terdeteksi sampai ketika pemilik ternak menyadari bahwa sejumlah sapi betina yang dimilikinya menunjukkan estrus. • Diagnosis tentatif dapat dibuat dengan melakukan studi sejarah kelompok sapi dan sering harus dikonfirmasi secara laboratorium.
  • 9. Patogenesis BGC pada sapi betina Organisme berkembang biak dalam serviks Mencapai tanduk uterus dan saluran telur Merusak silia dari lapisan epitel saluran telur Mengganggu fertilisasi
  • 10. Risiko sapi pejantan ‘carrier’ • BGC ditularkan terutama sekali oleh kawin alam. • Organisme yang diintroduksi ke dalam area serviks vagina pada saat estrus tidak berkembang biak di uterus sampai fase progestasional. • Kemudian bakteri menyebar ke uterus dan saluran telur yang mengakibatkan endometritis dan radang saluran telur (salpingitis). • Metoda diagnostik molekuler telah diangap sebagai metoda yang paling menjanjikan untuk sub spesiasi C. fetus. • Keberadaan C. fetus pada sapi jantan komunal yang lebih tua adalah ‘carrier’ penyakit bagi sapi betina muda dan dewasa.
  • 11. Risiko penularan C. fetus • C. fetus ditularkan melalui alat kelamin dan juga dapat mengkontaminasi peralatan, alas kandang, atau inseminasi buatan menggunakan semen yang terkontaminasi. • Setiap sapi jantan bervariasi dalam kepekaannya terhadap infeksi; beberapa menjadi ‘carrier’ yang permanen, sementara yang lain nampaknya resisten terhadap infeksi. • Faktor utama yang terkait dengan variabilitas ini nampaknya terkait dengan kedalaman preputium dan epitel kriptus penis. • C. fetus ditularkan utamanya melalui kawin alam, tetapi infeksi dapat juga menyebar selama inseminasi buatan (IB) menggunakan semen dari pejantan yang terinfeksi atau melalui peralatan yang terkontaminasi (Modolo JR et al., 2000).
  • 12. Penyebaran infeksi C. fetus • Penyebaran organisme ini ke sapi jantan terutama melalui cara kopulasi dengan sapi betina yang terinfeksi meskipun penyebaran langsung dari sapi jantan ke sapi jantan dimungkinkan. • Sapi jantan muda di bawah umur 5 tahun sulit untuk terinfeksi (Samuelson JD dan Winter JA, 1966); namun sejumlah pekerja menemukan bahwa baik sapi jantan muda dan yang lebih tua dapat tetap menjadi ‘carrier’ hingga 18 minggu pasca infeksi. • Sapi jantan cenderung mempertahankan infeksi lebih permanen daripada sapi jantan yang lebih muda mungkin karena peningkatan jumlah dan besaran dari kriptus di epitelium penis (Samuelson JD dan Winter JA, 1966). • Konsentrasi terbesar dari C. fetus adalah di formiks dari preputium dan pada penis. Lumina dari kriptus epitelial membawa konsentrasi tertinggi organisme C. fetus, menunjukkan bahwa ini adalah lokasi utama proliferasi.
  • 13. Penularan BGC oleh sapi jantan • C. fetus subspesies venerealis, penyebab utama BGC ditularkan selama koitus ke sapi betina dewasa yang rentan oleh sapi pejantan ‘carrier’ yang asimptomatik. • Bakteri bertahan hidup di kriptus kelenjar preputium dan pejantan dapat tetap terinfeksi tanpa batas waktu. • Pada sapi jantan, infeksi tidak disertai baik dengan lesi patologis atau modifikasi dalam karakteristik semen (Clark BL, 1971). • Insiden infeksi lebih tinggi di antara sapi jantan di atas 5 tahun, dan ini dapat dikaitkan dengan kriptus epitelial yang lebih dalam di preputium dan penis dari sapi jantan yang lebih tua yang memungkinkan patogen bertahan hidup dan tumbuh lebih mudah.
  • 14. BGC pada sapi jantan • Pada sapi jantan muda (<3-4 tahun), dimana kriptus belum berkembang, infeksi cenderung bersifat sementara, dengan penularan tampaknya bergantung pada kontak seksual dengan sapi yang tidak terinfeksi dalam hitungan menit hingga beberapa hari setelah pengembangbiakan awal sapi yang terinfeksi. • Penghilangan infeksi secara spontan pada sapi jantan yang lebih muda ini nampaknya tidak terkait dengan respon kekebalan apapun, sehingga reinfeksi dapat dengan mudah terjadi. • Pada sapi jantan berumur >3–4 tahun, kriptus yang lebih dalam dapat memberikan lingkungan mikroaerofilik yang tepat untuk terbentuknya infeksi kronis.
  • 15. Penularan BGC ke sapi betina • C. fetus ditularkan ke sapi betina melalui kawin alam atau inseminasi buatan dan menyebabkan vaginitis, serviksitis, endometritis dan salpingitis. • Infertilitas dapat berlangsung setidaknya selama 10 bulan. • Persistensi infeksi C. fetus pada saluran genital sapi dapat disebabkan oleh perubahan yang berlangsung berturut-turut (atau berselang) dalam antigen superfisial dari organisme tersebut (Corbei LB et al., 1975). • Kejadian ‘antigenic shifts’ secara in vivo dikaitkan dengan penataan ulang genomik dari gen homolog sapA (Garcia MM et al., 1995).
  • 16. Diagnosis BGC • Campylobacter spp. dapat dideteksi dengan uji antibodi fluoresen pada cucian selubung penis dari sapi jantan atau mukus serviks-vagina dari sapi betina. • Isolasi dan identifikasi C. fetus subspesies venerealis dari preputial atau mucus vaginal adlah uji konfirmasi. • Spesimen mukus harus ditempatkan pada medium transpor khusus (Amies Medium/Cary Blair medium). • Mukus vaginal uji aglutinasi mendeteksi sekitar 50% sapi betina yang terinfeksi dan infertil dengan berbasis kelompok ternak. • ELISA dapat digunakan untuk mendemonstrasikan antibodi IgA pada mukus vaginal setelah kejadian abortus. • PCR telah dikembangkan sebagai suatu uji skrining cepat untuk deteksi C. fetus subspecies venerealis pada semen sapi jantan.
  • 17. Persistensi BGC di populasi ternak sapi • Durasi periode infeksi pada sapi - Infeksi BGC pada sapi betina biasanya membatasi diri dan sebagian besar sapi betina biasanya mendapatkan kembali fertilitas dalam 5 bulan setelah eliminasi infeksi dari uterus (Timoney et al., 1988). Namun, dalam sebuah penelitian eksperimental, infeksi bertahan pada sapi selama beberapa bulan, mungkin lebih dari setahun (Cipolla et al., 1994). - Sapi jantan bisa menjadi ‘carrier’ patogen seumur hidup (Blaser et al., 2008). • Adanya dan durasi periode infeksi laten - Untuk sapi jantan, periode infeksi laten Cfv penyebab BGC adalah dari saat infeksi karena mereka dapat bertindak sebagai vektor untuk menularkan Cfv ke hewan berikutnya. - Untuk sapi betina, periode ini tidak diketahui. Sumber: EFSA (2017).
  • 18. Persistensi BGC di populasi ternak sapi • Adanya dan durasi patogen pada ‘carrier’ yang sehat - Diperkirakan bahwa hingga 10% hewan yang terinfeksi tetap menjadi ‘carrier’ Cfv penyebab BCG seumur hidup (Besi et al., 2004), sedangkan sapi betina dapat menjadi ‘carrier’ vaginal permanen (Dekeyser, 1984) dan sapi jantan yang lebih tua dapat menjadi ‘carrier’ seumur hidup di kriptus preputium (Garcıa et al., 1983). Sumber: EFSA (2017).
  • 19. Rute penularan BGC antara hewan • Jenis rute penularan dari hewan ke hewan (horizontal, vertikal) - Rute penularan Cfv dari hewan ke hewan adalah melalui alat kelamin terutama dari sapi jantan asimptomatik yang menyebarkan infeksi. - Sapi betina terinfeksi melalui kawin alam atau IB dengan semen yang terkontaminasi. - Sapi jantan dapat terinfeksi dengan melayani sapi yang terinfeksi dan penularan dapat terjadi di antara sapi jantan selama menaiki betina (mounting). - Penularan vertikal belum pernah dilaporkan. • Jenis rute penularan antara hewan dan manusia (langsng, tidak langsung, termasuk ditularkan lewat makanan (food-borne) • Tidak berlaku – manusia tidak rentan terhadap Cfv. Sumber: EFSA (2017).
  • 20. Kecepatan penularan BGC antar hewan • Kecepatan penularan – Insiden antara hewan, dan jika relevan, antara hewan dan manusia • Penularan Cfv antara hewan dalam suatu kelompok ternak bergantung pada keberadaan 'vektor’; sapi jantan yang terinfeksi yang menyebarkan infeksi di antara hewan, karena BGC adalah infeksi yang ditularkan melalui alat kelamin. Namun, tidak ada perkiraan kuantitatif yang ada dalam bibliografi. • Kecepatan penularan – Tingkat penularan (beta) (dari R0 dan periode infeksi) antara hewan, dan jika relevan antara hewan dan manusia • Tidak ada data yang tersedia tentang tingkat penularan BGC antara hewan. Sumber: EFSA (2017).
  • 21. Kesimpulan • Rute penularan Cfv dari hewan ke hewan terutama melalui sapi jantan yang menyebarkan infeksi. • Untuk sapi jantan, periode infeksi laten Cfv penyebab BGC adalah dari saat infeksi karena mereka dapat bertindak sebagai vektor untuk menularkan Cfv ke hewan berikutnya. • Risiko impor sapi jantan dari Australia yang diuji positif terhadap Cfv untuk dimasukkan ke dalam kelompok ternak bibit sangat tinggi, karena probabilitas infeksi berulang (reinfection) sangat mungkin terjadi dan berpotensi menjadi ‘carrier’ yang asimptomatik dan bahkan mungkin dapat berlangsung seumur hidup.