SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Brucella sp
Brucellosis adalah penyakit pada beberapa jenis hewan yang disebabkan oleh
Brucella sp. dan dapat menular pada manusia. Manusia merupakan hospes aksidental dan
tidak menularkan pada individu lain. Di Indonesia, brucellosis tersebar luas di Pulau Timor
(Nusa Tenggara Timur), Sulawesi. Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Pulau Bali sampai saat
ini masih tergolong sebagai daerah bebas brucellosis karena adanya larangan memasukkan
sapi jenis lain, berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk memurnikan sapi Bali. Kerugian
ekonomi pada peternakan akibat brucellosis sangat besar, terutama akibat terjadinya abortus.
Australia termasuk salah satu negara yang berhasil membebaskan diri dari brucellosis setelah
melakukan tindakan pemberantasan secara sistematik selama lebih dari 10 tahun.
 Penyebab Brucellosis
Penyebab brucellosis adalah bakteria berbentuk kokobasili, bersifat Gram negatif,
dari genus Brucella. Ada 5 (lima) jenis dari genus ini yang potensial menimbulkan penyakit
pada hewan dan manusia, yakni Br. abortus pada sapi, Br. suis pada babi, Br. canis pada
anjing, Br. ovis pada domba jantan, dan Br melitensis pada kambing dan domba. Sebenarnya,
ada lagi Br neotomae dengan tikus hutan sebagai reservoir, tetapi peran bakteri ini sebagai
zoonosis belum pernah dilaporkan.
Pada sapi bunting, bakteri Br abortus berkembang dengan pesat karena plasenta sapi
tersebut menghasilkan suatu zat disebut elythritol yang diperlukan untuk perkembangbiakan
Br abortus. Perkembangan bakteri ini menyebabkan plasentitis dan nekrose kotiledon yang
mengakibatkan abortus. Berbeda dengan Br. abortus patogen umumnya, Br. abortus strain 19
yang digunakan sebagai seed vaksin tidak memerlukan etythritol dalam proses
perkembangbiakan.
 Sumber Penular Brucellosis
Sumber penular yang potensial dari hewan kepada manusia adalah sapi. Pada sapi perah, susu
sapi dapat menularkan penyakit pada manusia jika tidak mengalami pasteurisasi. Membran
fetus dan cairan dari saluran reproduksi dapat menularkan penyakit kepada manusia secara
kontak. Di daerah Asia Kecil, kambing merupakan sumber penular Br. melitensis pada
manusia dan menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai Malta Fever. Br. cants
menimbulkan gangguan reproduksi serius pada anjing, tetapi penularan pada manusia jarang
terjadi.
 Penularan Brucellosis
Pada manusia, penularan terjadi karena kontak langsung dengan plasenta, fetus, atau
cairan/organ reproduksi sapi. Orang-orang yang berprolesi tertentu, misalnya dokter hewan,
inseminator, mantri hewan, petugas rumah pemotongan hewan, tukang perah susu,
mempunyai risiko tinggi tertular brucellosis jika mereka bekerja di daerah tertular. Bruceflu
sp. dapat menembus kulit, konjungtiva, dan saluran pencernaan. Penularan pada petugas di
laboratorium juga dapat terjadi.
Pada sapi penularan umumnya terjadi per Os. Sapi yang mengalami keguguran oleh
brucellosis mengeluarkan bakteri Br abortus dalam jumlah besar melalui membran fetus,
cairan reproduksi, urine, dan feces. Bahan-bahan tersebut akan mencemari rumput atau air
minum. Apabila sapi tersebut dipelihara secara ekstensif seperti di NTT, maka penularan
akan berlangsung cepat. Meskipun jarang, penularan dapat pula terjadi melalui penetrasi kulit
ketika sapi berbaring di atas jaringan tercemar di lapangan atau melewati konjungtiva.
Pada anjing jantan, penularan terjadi per os sewaktu menjilat, intra nasal sewaktu
mencium bagian genital anjing betina tertular, atau secara kontak dengan urine. Anjing betina
dapat tertular lewat perkawinan alami dengan anjing jantan. Bakteri penyebab brucellosis
umumnya cepat mati oleh sinar matahari secara langsung, namun di dalam jaringan yang
dikeluarkan sewaktu keguguran, Br. abortus dapat tahan hidup sampai 6 bulan apabila
terhindar dari sinar matahari.
 Gejala Klinik Brucellosis
 Hewan
Pada sapi, gejala klinik yang mencolok terjadi abortus, terutama pada usia
kebuntingan lanjut (7 — 8 bulan). Umumnya, sapi hanya mengalami
keguguran sekali saja pada kebuntingan yang berurutan. Meskipun demikian,
induk sapi yang mengalami keguguran tersebut masih dapat membawa Br.
abortus sampai 2 tahun. Sapi yang terinfeksi secara kronik dapat mengalami
higanna (pembesaran kantong persendian karena herisi cairan bening atau
librinopurulen). Pembcsaran kantong persendian karpus atau tarsus cukup
mencolok, schingga dapat dilihat dari jauh. Cairan higroma mengandung
banyak sekali bakteri Br. (“Jnius dan merupakan spcsimen yang baik untuk
isolasi Br abortus.
Pada babi, Br suis menimbulkan artritis, osteomielitis, bursitis, dan spondilitis.
Kadang-kadang ditemukan pula posterior paralisis yang disebabkan oleh
nekrosis discus intervcrtebrales. Pada babi jantan dapat ditemukan orchitis,
tetapi Br suis tidak ditemukan pada semen atau urine. Dibandingkan dengan
sapi, abortus relatif jarang terjadi pada babi. Anak babi yang lahir dari induk
tertular umumnya kecil, lemah, dan mati tidak lama setelah dilahirkan.
Pada anjing, Br. Canis merupakan penyebab utama sterilitas pada pejantan dan
abortus pada induk, terutama terjadi di kennel (pembiak) anjing di Amerika.
Fetus tertular in utero, kemudian terjadi abortus pada usia kebuntingan 45 —
59 hari. Anjing yang menderita brucellosis akut mengalami kebengkakan
kelenjar limfe prefemoralis dan submandibularis. Pada anjing jantan,
brucellosis menyebabkan orchitis sehingga testis terlihat membengkak
beberapa lama, kemudian diikuti dengan atrofi, testis terlihat mengecil karena
sel pembentuk spermatozoa mengalami kerusakan.
 Manusia
Pada manusia, masa inkubasi bervariasi dari 5 hari sampai beberapa bulan,
dengan rata-rata 2 minggu. Gejala yang mula-mula dirasakan adalah demam,
merasa kedinginan, dan berkeringat pada malam hari. Kelemahan tubuh dan
kelelahan merupakan gejala yang umum dirasakan. Demam umumnya bersifat
intermittent. Kesakitan umum, sakit kepala, nyeri otot leher, anoreksia,
konstipasi, gelisah, dan depresi mental sering dimanifestasi-kan. Terkadang
ditemukan pula batuk yang non-produktif dan pneurnonitis. Jarang ditemukan
orchitis atau osteomyelitis vertebralis pada penderita brucelosis.
Pemeriksaan fisik umumnya hanya ditemukan kelainan kecil atau tidak ada
kelainan sama sekali, namun dapat ditemukan splenomegali, hepatomegali, dan
limfadenopati. Umumnya, infeksi Br abortus lebih ringan dibandingkan dengan
infeksi Br. melitensis dan Br. suis. Kesembuhan terjadi dalam waktu 3 — 6
bulan. Pada beberapa kasus, kesembuhan baru terjadi setelah I tahun atau lebih.
Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai dapat memperpendek masa sakit
dan menghindari kambuh. Kematian akibat infeksi Br abortus tidak lazim
terjadi.
 Diagnosis Brucellosis
Pada hewan, ada beberapa tahapan pemeriksaan serologik yang digunakan. Untuk
screening, digunakan uji Rose Bengal atau rapid agglutination test. Uji ini mudah, murah, dan
cepat, tetapi spesifitasnya kurang tinggi. Serum yang positif terhadap uji Rose Bengal perlu
dilanjutkan dengan uji reaksi pengikatan komplemen (complemen fixation test) atau ELISA.
Untuk daerah bam, pengukuhan diagnosis harus dilanjutkan dengan isolasi Br. abortus.
Uji serum agglutinasi pada manusia sering ditemukan negatif palsu, meskipun
sebenarnya mempunyai titer yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini digunakan uji Coombs atau
anti-human globulin test, di samping uji serum agglutinasi dan uji pengikatan komplemen.
Isolasi Br abortus pada sapi dilakukan dengan mengirimkan cairan higroma, membran fetus,
susu, kelenjar limfe supramamaria dalam keadaan segar dan dingin ke laboratorium.
 Pencegahan dan Pengobatan Brucellosis
Pada orang, pengobatan dapat dilakukan dengan tetrasiklin yang di-berikan selama 2
— 4 minggu. Pada kondisi yang lebih parah, pengobatan dapat dikombinasikan dengan
streptomisin. Kekambuhan (relaps) dapat dikurangi dengan cara pengobatan ulangan. Pada
hewan, khususnya sapi, kasus brucellosis umumnya tidak berespon baik terhadap
pengobatan.
Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan didasarkan pada tinggi rendahnya
prevalensi penyakit di suatu daerah. Pada daerah dengan prevalensi kurang dari 2% dilakukan
tindakan pengujian dan pemotongan (test and slaughter), sedangkan daerah dengan prevalensi
2% atau lebih dilakukan vaksinasi menggunakan vaksin aktif abortus strain 19. Pada anjing,
pencegahan dilakukan dengan uji serologik agglutinasi cepat. Anjing yang bereaksi positif
tidak digunakan dalam program per-kembangbiakan.

More Related Content

Similar to Brucellosis Penyakit Zoonosis

Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.Google
 
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Tata Naipospos
 
Penyakit viral bag.7
Penyakit viral bag.7Penyakit viral bag.7
Penyakit viral bag.7tristyanto
 
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Maulida Ratri
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesMulkan Fadhli
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...Tata Naipospos
 
FOWL CHOLERA dan CORIZA
FOWL CHOLERA dan CORIZAFOWL CHOLERA dan CORIZA
FOWL CHOLERA dan CORIZANandaNandomo1
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptItangPurnama1
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptLukman Nurdiana
 
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptxTOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptxHannaHarahap
 
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptxTOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptxHannaHarahap
 

Similar to Brucellosis Penyakit Zoonosis (20)

brucellosis.pptx
brucellosis.pptxbrucellosis.pptx
brucellosis.pptx
 
Bovine Tuberculosis.pdf
Bovine Tuberculosis.pdfBovine Tuberculosis.pdf
Bovine Tuberculosis.pdf
 
Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.
 
Up3m E
Up3m EUp3m E
Up3m E
 
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
 
Penyakit viral bag.7
Penyakit viral bag.7Penyakit viral bag.7
Penyakit viral bag.7
 
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular ruminansia yang disebabkan ole...
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
 
Makalah Pullorum
Makalah PullorumMakalah Pullorum
Makalah Pullorum
 
FOWL CHOLERA dan CORIZA
FOWL CHOLERA dan CORIZAFOWL CHOLERA dan CORIZA
FOWL CHOLERA dan CORIZA
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.ppt
 
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptxTOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
 
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptxTOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
TOXOPLASMA GONDII NEW.pptx
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Thrichuris trichiura
Thrichuris trichiuraThrichuris trichiura
Thrichuris trichiura
 
3. helminthes
3. helminthes3. helminthes
3. helminthes
 
Cestoda patogen 2
Cestoda patogen 2Cestoda patogen 2
Cestoda patogen 2
 
@amiazmie
@amiazmie@amiazmie
@amiazmie
 

More from Muhammad Parwis Nasution (9)

Respon dan Pola Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap Faktor Mekanik
Respon dan Pola Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap Faktor MekanikRespon dan Pola Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap Faktor Mekanik
Respon dan Pola Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap Faktor Mekanik
 
Melioidosis
MelioidosisMelioidosis
Melioidosis
 
Melioidosis
MelioidosisMelioidosis
Melioidosis
 
Ppt the leader
Ppt the leaderPpt the leader
Ppt the leader
 
Clostridium Botulisme pada Unggas
Clostridium Botulisme pada UnggasClostridium Botulisme pada Unggas
Clostridium Botulisme pada Unggas
 
Clostridium sp
Clostridium spClostridium sp
Clostridium sp
 
Benzodiazepin
BenzodiazepinBenzodiazepin
Benzodiazepin
 
Benzodiazepin
Benzodiazepin Benzodiazepin
Benzodiazepin
 
Muhammad parwis
Muhammad parwisMuhammad parwis
Muhammad parwis
 

Recently uploaded

serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 

Recently uploaded (20)

serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 

Brucellosis Penyakit Zoonosis

  • 1. Brucella sp Brucellosis adalah penyakit pada beberapa jenis hewan yang disebabkan oleh Brucella sp. dan dapat menular pada manusia. Manusia merupakan hospes aksidental dan tidak menularkan pada individu lain. Di Indonesia, brucellosis tersebar luas di Pulau Timor (Nusa Tenggara Timur), Sulawesi. Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Pulau Bali sampai saat ini masih tergolong sebagai daerah bebas brucellosis karena adanya larangan memasukkan sapi jenis lain, berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk memurnikan sapi Bali. Kerugian ekonomi pada peternakan akibat brucellosis sangat besar, terutama akibat terjadinya abortus. Australia termasuk salah satu negara yang berhasil membebaskan diri dari brucellosis setelah melakukan tindakan pemberantasan secara sistematik selama lebih dari 10 tahun.  Penyebab Brucellosis Penyebab brucellosis adalah bakteria berbentuk kokobasili, bersifat Gram negatif, dari genus Brucella. Ada 5 (lima) jenis dari genus ini yang potensial menimbulkan penyakit pada hewan dan manusia, yakni Br. abortus pada sapi, Br. suis pada babi, Br. canis pada anjing, Br. ovis pada domba jantan, dan Br melitensis pada kambing dan domba. Sebenarnya, ada lagi Br neotomae dengan tikus hutan sebagai reservoir, tetapi peran bakteri ini sebagai zoonosis belum pernah dilaporkan. Pada sapi bunting, bakteri Br abortus berkembang dengan pesat karena plasenta sapi tersebut menghasilkan suatu zat disebut elythritol yang diperlukan untuk perkembangbiakan Br abortus. Perkembangan bakteri ini menyebabkan plasentitis dan nekrose kotiledon yang mengakibatkan abortus. Berbeda dengan Br. abortus patogen umumnya, Br. abortus strain 19 yang digunakan sebagai seed vaksin tidak memerlukan etythritol dalam proses perkembangbiakan.  Sumber Penular Brucellosis Sumber penular yang potensial dari hewan kepada manusia adalah sapi. Pada sapi perah, susu sapi dapat menularkan penyakit pada manusia jika tidak mengalami pasteurisasi. Membran fetus dan cairan dari saluran reproduksi dapat menularkan penyakit kepada manusia secara kontak. Di daerah Asia Kecil, kambing merupakan sumber penular Br. melitensis pada manusia dan menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai Malta Fever. Br. cants
  • 2. menimbulkan gangguan reproduksi serius pada anjing, tetapi penularan pada manusia jarang terjadi.  Penularan Brucellosis Pada manusia, penularan terjadi karena kontak langsung dengan plasenta, fetus, atau cairan/organ reproduksi sapi. Orang-orang yang berprolesi tertentu, misalnya dokter hewan, inseminator, mantri hewan, petugas rumah pemotongan hewan, tukang perah susu, mempunyai risiko tinggi tertular brucellosis jika mereka bekerja di daerah tertular. Bruceflu sp. dapat menembus kulit, konjungtiva, dan saluran pencernaan. Penularan pada petugas di laboratorium juga dapat terjadi. Pada sapi penularan umumnya terjadi per Os. Sapi yang mengalami keguguran oleh brucellosis mengeluarkan bakteri Br abortus dalam jumlah besar melalui membran fetus, cairan reproduksi, urine, dan feces. Bahan-bahan tersebut akan mencemari rumput atau air minum. Apabila sapi tersebut dipelihara secara ekstensif seperti di NTT, maka penularan akan berlangsung cepat. Meskipun jarang, penularan dapat pula terjadi melalui penetrasi kulit ketika sapi berbaring di atas jaringan tercemar di lapangan atau melewati konjungtiva. Pada anjing jantan, penularan terjadi per os sewaktu menjilat, intra nasal sewaktu mencium bagian genital anjing betina tertular, atau secara kontak dengan urine. Anjing betina dapat tertular lewat perkawinan alami dengan anjing jantan. Bakteri penyebab brucellosis umumnya cepat mati oleh sinar matahari secara langsung, namun di dalam jaringan yang dikeluarkan sewaktu keguguran, Br. abortus dapat tahan hidup sampai 6 bulan apabila terhindar dari sinar matahari.  Gejala Klinik Brucellosis  Hewan Pada sapi, gejala klinik yang mencolok terjadi abortus, terutama pada usia kebuntingan lanjut (7 — 8 bulan). Umumnya, sapi hanya mengalami keguguran sekali saja pada kebuntingan yang berurutan. Meskipun demikian, induk sapi yang mengalami keguguran tersebut masih dapat membawa Br. abortus sampai 2 tahun. Sapi yang terinfeksi secara kronik dapat mengalami higanna (pembesaran kantong persendian karena herisi cairan bening atau librinopurulen). Pembcsaran kantong persendian karpus atau tarsus cukup
  • 3. mencolok, schingga dapat dilihat dari jauh. Cairan higroma mengandung banyak sekali bakteri Br. (“Jnius dan merupakan spcsimen yang baik untuk isolasi Br abortus. Pada babi, Br suis menimbulkan artritis, osteomielitis, bursitis, dan spondilitis. Kadang-kadang ditemukan pula posterior paralisis yang disebabkan oleh nekrosis discus intervcrtebrales. Pada babi jantan dapat ditemukan orchitis, tetapi Br suis tidak ditemukan pada semen atau urine. Dibandingkan dengan sapi, abortus relatif jarang terjadi pada babi. Anak babi yang lahir dari induk tertular umumnya kecil, lemah, dan mati tidak lama setelah dilahirkan. Pada anjing, Br. Canis merupakan penyebab utama sterilitas pada pejantan dan abortus pada induk, terutama terjadi di kennel (pembiak) anjing di Amerika. Fetus tertular in utero, kemudian terjadi abortus pada usia kebuntingan 45 — 59 hari. Anjing yang menderita brucellosis akut mengalami kebengkakan kelenjar limfe prefemoralis dan submandibularis. Pada anjing jantan, brucellosis menyebabkan orchitis sehingga testis terlihat membengkak beberapa lama, kemudian diikuti dengan atrofi, testis terlihat mengecil karena sel pembentuk spermatozoa mengalami kerusakan.  Manusia Pada manusia, masa inkubasi bervariasi dari 5 hari sampai beberapa bulan, dengan rata-rata 2 minggu. Gejala yang mula-mula dirasakan adalah demam, merasa kedinginan, dan berkeringat pada malam hari. Kelemahan tubuh dan kelelahan merupakan gejala yang umum dirasakan. Demam umumnya bersifat intermittent. Kesakitan umum, sakit kepala, nyeri otot leher, anoreksia, konstipasi, gelisah, dan depresi mental sering dimanifestasi-kan. Terkadang ditemukan pula batuk yang non-produktif dan pneurnonitis. Jarang ditemukan orchitis atau osteomyelitis vertebralis pada penderita brucelosis. Pemeriksaan fisik umumnya hanya ditemukan kelainan kecil atau tidak ada kelainan sama sekali, namun dapat ditemukan splenomegali, hepatomegali, dan limfadenopati. Umumnya, infeksi Br abortus lebih ringan dibandingkan dengan infeksi Br. melitensis dan Br. suis. Kesembuhan terjadi dalam waktu 3 — 6 bulan. Pada beberapa kasus, kesembuhan baru terjadi setelah I tahun atau lebih.
  • 4. Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai dapat memperpendek masa sakit dan menghindari kambuh. Kematian akibat infeksi Br abortus tidak lazim terjadi.  Diagnosis Brucellosis Pada hewan, ada beberapa tahapan pemeriksaan serologik yang digunakan. Untuk screening, digunakan uji Rose Bengal atau rapid agglutination test. Uji ini mudah, murah, dan cepat, tetapi spesifitasnya kurang tinggi. Serum yang positif terhadap uji Rose Bengal perlu dilanjutkan dengan uji reaksi pengikatan komplemen (complemen fixation test) atau ELISA. Untuk daerah bam, pengukuhan diagnosis harus dilanjutkan dengan isolasi Br. abortus. Uji serum agglutinasi pada manusia sering ditemukan negatif palsu, meskipun sebenarnya mempunyai titer yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini digunakan uji Coombs atau anti-human globulin test, di samping uji serum agglutinasi dan uji pengikatan komplemen. Isolasi Br abortus pada sapi dilakukan dengan mengirimkan cairan higroma, membran fetus, susu, kelenjar limfe supramamaria dalam keadaan segar dan dingin ke laboratorium.  Pencegahan dan Pengobatan Brucellosis Pada orang, pengobatan dapat dilakukan dengan tetrasiklin yang di-berikan selama 2 — 4 minggu. Pada kondisi yang lebih parah, pengobatan dapat dikombinasikan dengan streptomisin. Kekambuhan (relaps) dapat dikurangi dengan cara pengobatan ulangan. Pada hewan, khususnya sapi, kasus brucellosis umumnya tidak berespon baik terhadap pengobatan. Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan didasarkan pada tinggi rendahnya prevalensi penyakit di suatu daerah. Pada daerah dengan prevalensi kurang dari 2% dilakukan tindakan pengujian dan pemotongan (test and slaughter), sedangkan daerah dengan prevalensi 2% atau lebih dilakukan vaksinasi menggunakan vaksin aktif abortus strain 19. Pada anjing, pencegahan dilakukan dengan uji serologik agglutinasi cepat. Anjing yang bereaksi positif tidak digunakan dalam program per-kembangbiakan.