Dokumen tersebut membahas tentang teknologi reproduksi pada hewan, termasuk hibridisasi, inseminasi buatan, dan kloning. Metode-metode tersebut digunakan untuk meningkatkan mutu genetik ternak dan memperbanyak bibit unggul.
4. Teknologi reproduksi adalah upaya manusia
untuk mengembangbiakan hewan ataupun
tumbuhan dengan beberapa cara yang
diharapkan bisa mengatasi masalah dalam
perkembangbiakan.
6. 1. Hibridisasi
Mengawinkan dua jenis hewan atau tumbuhan
yang berbeda varietas dan memiliki sifat-sifat
unggul. Selain itu juga bisa didapat dengan cara
inseminasi buatan (kawin suntik).
Tujuan :
-Menghasil hasil dengan mutu yang baik.
- Menghemat biaya
- Mempercepat Produksi
- Dapat Berumur Panjang
7. 1. Kawin Suntik (Inseminasi Buatan)
• Proses memasukan sperma hewan jantan pada hewan
betina dengan menggunakan alat tertentu, hal ini
bertujuan untuk dapat mengatasi kesulitan bertemunya
hewan jantan dengan betina karena faktor geografis
ataupun karena masa kawin yang tidak bersamaan.
Tujuan :
- Memperbaiki mutu genetika ternak;
- Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa
ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya
- Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul
secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama
- Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan
teratur
- Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
8. Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)
- Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
- Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
- Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
- Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam
jangka waktu yang lama;
- Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian
walaupun pejantan telah mati;
- Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena
fisik pejantan terlalu besar;
- Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang
ditularkan dengan hubungan kelamin.
Kerugian IB :
- Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat
maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan;
- Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang
digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan
diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;
- Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku
dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;
- Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila
pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui
suatu progeny test).
9. Teori Tentang IB
• Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan
secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan
(spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur
(oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoa.
Potensi terpendam yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber
informasi genetik, apalagi yang unggul dapat dimanfaatkan secara
efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez, 1993).
•
Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya
mencakup pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina,
tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan,
penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan
atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan
pengangkutan semen, inseminasi,pencatatan dan penentuan hasil
inseminasi pada hewan/ternak betina, bimbingan dan penyuluhan
pada peternak. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas
yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya
menjadi artificial breeding (perkawinan buatan). Tujuan dari IB itu
sendiri adalah sebagai satu alat yangampuh yang diciptakan manusia
untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak secara kuantitatif
dan kualitatif (Toelihere, 1985).
10. • Contoh :
Kawin suntik sapi betina lokal dengan sapi
jantan unggul berbadan gemuk dan besar dari
australia.
12. Kloning
proses untuk mengganti sel telur dengan sel somatis (sel
yang dapat membentuk organisme), dan diberi kejutan
listrik (hal diluar fungsinya yang mendukung) hingga sel
tersebut berkembang biak. Kemudian setelah berhasil
berubah menjadi embrio, maka embrio tersebut
ditanamkan pada rahim hewan betina. Dan anak yang
dihasilkan tersebut akan sangat mirip dengan induk yang
diambil inti somatisnya.
Tujuan :
Sumber ilmu pengetahuan
Mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
Mengatasi infertilitas
13. Sejarah Kloning
• Sejarah kloning muncul pertama kali pada tahun 1960
oleh Gurdon, percobaan Gurdon yang pertama kali
dilakukanya terhadap berudu, yaitu dengan menaruh
gen ke dalam sel berudu tersebut. Percobaan ini berhasil
melahirkan berudu baru namun berudu tersebut tidak
bisa tumbuh menjadi katak dewasa dan akhirnya mati
terurai oleh air.
• Pada tahun 1980 percobaan dilanjutkan oleh para
ilmuwan di Granada yang melakukan transfer nukleus
pada sapi ternak untuk memperbanyak produksi daging
pada sapi miliknya. Steen Willadsen memiliki reputasi
brilian untuk memasuki bidang baru yaitu pada tahun
1980, dia berhasil di pusat riset hewan Cambridge, ia
menerapkan teknik kloning gurdon pada katak
dipeternakan.
16. DAMPAK KLONING
• B. DAMPAK KLONING POSITIF KLONING
• Suatu teknik kloning, memberikan begitu banyak dampak
positif bagi kehidupan. Adapun dampak positif kloning,
yaitu:
Teknik kloning merupakan alternatif untuk melestarikan
hewan langka sehingga keberadaan hewan langka dapat
terus dipertahankan.
Teknik kloning berperan dalam menghasilkan sel,
jaringan, atau organ yang sesuai untuk pengobatan akibat
kelainan atau gangguan suatu fungsi organ.
Teknik kloning membantu menumbuhkan spesies baru
yang bebas penyakit keturunan.
Teknik kloning sangat berperan terhadap kemajuan
bidang sains.
17. C. DAMPAK NEGATIF KLONING
• Selain memiliki dampak positif seperti yang telah disebutkan
di atas, teknik kloning juga memiliki kerugian. Berikut ini
dampak negatif dari teknik kloning.
• Penyalahgunaan teknik kloning seperti menciptakan spesies
baru yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
• Individu yang dihasilkan dari teknik kloning sangat rentan
terhadap suatu penyakit dikarenakan teknik kloning
menghasilkan individu yang tidak memiliki sistem imunitas.
• Teknik kloning akan menyebabkan spesies yang dihasilkan
bersifat monoton, karena DNA maupun sifat dan fisik hasil
klonning persis sama dengan induknya.
• Individu yang dihasilkan dari teknik kloning cenderung
memiliki masa hidup yang sama dengan induknya, karena
sel-selnya diperoleh dari induknya.
• Teknik kloning mengacaukan hubungan antara individu baru
dengan sel induknya.