Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 26 November 2005
1. Avian Influenza Pada Unggas
dan Dampak Ekonomi
Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
National Seminar on Avian Influenza Epidemic in
Indonesia and Its Effect on Social Economic
Keluarga Alumni Universitas Atmajaya Yogyakarta (KAMAJAYA)
Jakarta International Expo–Kemayoran–Jakarta, 26 November 2005
2. T o p i k
Industri Perunggasan di Indonesia
Perkembangan Situasi Avian Influenza
Penanggulangan Avian Influenza
Dampak Ekonomi Avian Influenza
8. Industri Perunggasan Sebelum
Pengumuman Wabah Avian Influenza
(Agustus 2003 – Januari 2004)
Ancaman penyakit misterius, dengan gejala menciri
(pial dan jengger kebiruan, serta ada tanda kerokan
di kaki ayam)
Kematian ayam berjuta-juta ekor dan terus
meningkat tanpa mampu dikendalikan
Situasi lapangan sangat kacau, peternak dan pelaku
bisnis perunggasan tidak percaya terhadap
pengumuman dan saran pemerintah (vvND)
Pelaku industri mencari jalan sendiri-sendiri
Diagnosa
Biosekuriti
Autovaksin dan vaksin ilegal
9. Industri Perunggasan Setelah
Pengumuman Wabah Avian Influenza
(Januari 2004 – Juni 2004)
Pengumuman pemerintah tentang Avian Influenza
hampir bersamaan dengan negara-negara lain,
seperti Vietnam, Korea, Jepang, Thailand, dan
China
Pemerintah memutuskan untuk melakukan impor
vaksin dari China (Qilu Animal Health Laboratory)
Bencana baru bagi industri perunggasan adalah
ketakutan konsumen untuk makan daging ayam
dan penolakan ekspor
Berita di media cetak dan elektronik mempengaruhi
‘perceived image’ konsumen terhadap daging ayam
13. Daerah Tertular Avian Influenza
(23 propinsi, 149 kabupaten/kota)
Daerah tertular adalah daerah dimana dilaporkan terjadi kasus kematian unggas
yang disebabkan oleh avian influenza dengan diagnosa
klinis, patologi anatomi, epidemiologis, dan dikonfirmasi
secara laboratoris
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (Data Rekapitulasi Agustus 2003 s/d November 2005)
14. Data Kematian dan Penurunan
Produksi Telur umur 27 – 48 minggu
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7
Tanggal
Jumlah
ekor/butir
0
100
200
300
400
500
600
700
Jumlah
ekor
Populasi (ekor) Produksi telur Ayam mati (ekor)
Sumber: BPPV Regional V Banjarbaru (2004)
15. Virus H5NI pada Wabah Avian
Influenza 2003 – 2004
Virus H5N1 yang berhasil diisolasi dari manusia
dan unggas di Asia akhir tahun 2003 dan awal
tahun 2004 menunjukkan kecenderungan
mengarah pada penurunan patogenisitas pada
itik, akan tetapi tetap sangat patogen terhadap
ayam dan kemungkinan juga manusia
Analisa genetik dari virus-virus tersebut
terutama di Thailand, Vietnam, China dan
Indonesia mengindikasikan bahwa semuanya
termasuk dalam genotipe Z
16. Masalah yang mempersulit
pengendalian Avian Influenza
• Ayam kampung
(backyard flocks)
• Itik tegalan
(wandering ducks)
• Pasar burung (live
poultry markets)
• Ayam aduan
(fighting cocks)
17. Pasar ayam mungkin
menjadi sumber infeksi virus
LPAI yang persisten dan
virus mungkin saja dapat
ditularkan secara tidak
langsung ke flok ayam
18. Kabupaten Pasar
tradisional
Spesies unggas Jumlah
sampel
Positif
virus
H5N1
Positif
Antibodi
H5N1
Denpasar Sanglah Ayam kampung
Pedaging
10
10
0
0
2
3
Badung Badung Petelur
Itik
5
5
0
0
5
2
Kumbasari Ayam kampung
Pedaging
5
5
0
0
4
2
Tabanan Dauh Pala Ayam kampung
Pedaging
10
10
0
0
4
3
Karangasem Seraya Ayam kampung
Pedaging
Petelur
Itik
Entok
10
3
5
2
1
0
0
0
0
0
7
3
5
0
0
Buleleng Seririt Ayam kampung
Petelur
5
5
1
0
4
4
Anyar Pedaging
Itik
5
5
0
1
2
1
Jumlah 101 2 52 (51,5%)
Prevalensi Avian Influenza di
Pasar Ayam Tradisional di Bali
Sumber: A. A. Gde Putra dan K. Santhia (BPPV R-VI Denpasar) – Agustus 2005
19.
20. Kebijakan Vaksinasi
Patogenisitas
virus
Indeks
Kasus
Penyebaran
ke Industri
Kepadatan
Populasi Unggas
Kebijakan
HPAI/LPAI Ayam buras Tidak Tinggi/Rendah Stamping-out
HPAI/LPAI Ayam buras Ya Rendah Stamping-out
Tinggi Vaksinasi
HPAI/LPAI Industri Tidak Tinggi/Rendah Stamping-out
HPAI/LPAI Industri Ya Rendah Stamping-out
Tinggi Vaksinasi
Sumber: Ilaria Capua dan Stefano Marangon (2003)
21. Bagaimana Industri Menghadapi
Penyakit dan Pasar?
Menghadapi Penyakit :
Biosekuriti
Vaksinasi
Depopulasi
Re-stocking
Menghadapi Pasar :
Bersama-sama stakeholder membangun kembali
‘perceived image’ tentang keamanan mengkonsumsi
daging dan telur ayam
Kampanye gizi
22. Vaksin dan Vaksinasi
Vaksinasi dilakukan terhadap semua ayam yang
dipelihara pada wilayah tertular dan terancam
(pembibitan GP/PS dan peternakan ayam petelur)
Vaksin yang digunakan terdiri atas vaksin homolog
H5N1 yang berasal dari dalam negeri (Medion dan
Vaksindo) dan China (Qilu); serta vaksin heterolog
(H5N2) yang berasal dari Mexico (Intervet, Biomune,
Avimex, Bohringer)
Pada peternakan PS, vaksinasi bukan hanya ditujukan
untuk melindungi ayam dewasa, namun juga ditujukan
untuk pembentukan maternal antibody pada DOC
23. Monitoring Vaksinasi
Uji Haemagglutinasi Inhibition (HI) dilakukan secara
rutin pada pembibitan ayam (breeding farm) dan
peternakan komersial
Suplai antigen yang kontinyu dari Balitvet, Pusvetma
dan produsen vaksin lainnya sangat membantu dalam
monitoring
Uji sentinel (ayam sentinel) dilakukan pada peternakan
yang memakai vaksin homolog (H5N1), sedangkan uji
DIVA (differentiating infected and vaccinated animals)
diterapkan bagi yang memakai vaksin heterolog (H5N2,
H5N9)
24. Jumlah Kematian Unggas
Akibat Avian Influenza
41,000
128,176
714,444
1,530,929
1,720,742
2,399,299
236,388
6,996 8,030 4,909 2176010945 3777 14681 5931 28020
94655
44246
477080
133607
23262 256046812 02995
2,586,657
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Aug
'03
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
'04
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
'05
Feb
Mar
Apr
May
June
July
Aug
Sep
Sumber: Laporan Dinas Peternakan Propinsi (s/d bulan September 2005)
Kasus manusia
pertama
Vaksinasi
dimulai
Kampanye
vaksinasi massal
27. Ruang Lingkup Pengendalian
Avian Influenza di Indonesia
Lingkup pengendalian
(along the chain)
Ayam di peternakan
Ayam kampung
Itik, bebek dan entok
Burung puyuh
Pasar eceran
Pasar penampungan
Di luar lingkup
pengendalian
(outside the chain)
Burung rekreasi di
taman-taman
Burung peliharaan
Burung liar
Angsa dan itik liar
30. Dampak Ekonomi Langsung
Permintaan anak ayam umur sehari di daerah
tertular mengalami penurunan sebesar 58%
untuk ayam pedaging dan 40% untuk ayam
petelur
Permintaan pakan unggas di daerah tertular
mengalami penurunan sebesar 45%
Total kerugian langsung mencapai Rp 1,709
trilyun (dihitung dari jumlah ayam yang mati
sekitar 16,2 juta ekor)
Sumber: FAO Post Avian Influenza Rehabilitation Unit (PAIRU) – Februari 2005
31. Dampak Terhadap Tenaga Kerja
23% dari tenaga kerja tetap di industri
perunggasan dan peternakan komersial
kehilangan pekerjaan
Lebih dari 40% anggota keluarga tidak dapat
melanjutkan pekerjaan dengan unggas setelah
peternakan mereka tutup
Hasil survei menunjukkan bahwa pengeluaran
rumah tangga untuk pendidikan anak juga
mengalami pengurangan
Sumber: FAO Post Avian Influenza Rehabilitation Unit (PAIRU) – Februari 2005
32. Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Terhadap Ayam Pedaging Hidup
Harga untuk ayam pedaging hidup dari Rp
8.000/kg pada Januari 2004 mengalami
penurunan menjadi Rp 4.000/kg pada akhir
Februari 2004
Harga kembali naik ke tingkat harga sebelum
wabah Rp 8.000/kg pada Mei 2004
Sumber: FAO Post Avian Influenza Rehabilitation Unit (PAIRU) – Februari 2005
33. Dampak Ekonomi Tidak Langsung
Terhadap Anak Ayam Umur Sehari
Pada Januari – Februari 2004 terjadi penurunan
permintaan 21 juta ekor anak ayam umur sehari
per minggu untuk ayam pedaging, turun lagi
menjadi 14 juta ekor per minggu pada Maret 2004
Harga mengalami penurunan dari Rp 2.200/ekor
anak ayam umur sehari menjadi serendah-
rendahnya Rp 200/ekor
Dampak penurunan ini mempengaruhi produksi
telur tetas dan parent stock
Sumber: FAO Post Avian Influenza Rehabilitation Unit (PAIRU) – Februari 2005
34. Total Kerugian
Kerugian langsung dan tidak langsung
apabila dijumlahkan menjadi Rp 3,870
trilyun
Sumber: FAO Post Avian Influenza Rehabilitation Unit (PAIRU) – Februari 2005
35. Berhasilkan kita memberantas
Avian Influenza pada unggas?
Indonesia perlu waktu cukup lama untuk bebas
dari Avian Influenza
Stamping out perlu dilaksanakan secara integral
dengan vaksinasi
Mata rantai penularan ke manusia harus tetap
menjadi fokus penyidikan untuk menetapkan
sasaran pemberantasan
Jangka panjang perlu restrukturisasi sistem
produksi unggas menjadi lebih modern dan
peternakan campuran dengan penerapan
biosekuriti yang lebih baik