SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
OMA & OMSK
1. OMA & OMSK
KELOMPOK : 8
1. SINDY NOVITA
2. SUFIYATI
3. SURYANI
4. SYAFIRA ALMAYANI
2. DEFINISI OMA & OMSK
• OMA(otitis media akut) adalah peradangan akut dari sebgaian
atau seluruh mukoperiostiom telinga tengah , gangguan fungsi
tuba eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya
otitis media akut.
• OMSK (otitis media supuratif kronik) adalah infeksi kronik
telinga tengah yang disertai perforasi membrane timpani dan
keluar secret secara terus menerus atau hilang timbul biasanya
disertai gangguan pendengaran.
3. Anatomi Telinga
• Telinga Bagian Luar
• Telinga bagian luar terdiri dari dua bagian yaitu pinna (auricle) dan
lobang telinga sebelah luar.
• Telinga Bagian Tengah
• Terletak sebelah dalam membrane timpani ruang kecil berisi udara
terletak pada bagian tulang temporal yang berbentuk bunga karang
mengarah kebawah.
• Tulang telinga ada tiga buah yang bergerak yaitu malleus (palu),
incus (landasan) dan stapes (sanggurdi) disebut demikian karena
menurut bentuknya, palu mengenai gendangan pada satu sisi dan
kepada landasan disisi lain.
4. • Telinga dalam (labyrinth) berisi organ untuk pendengaran (cochlea) dan
organ untuk keseimbangan (canalis semi sirkularis dan vestibule).
5. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
• Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan
datar yang mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga
tengah. Lubang tersebut memungkinkan terjadinya drainase sekret yang
dihasilkan oleh mukosa telinga tengah dan memungkinkan terjadinya
keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan luar. Drainase yang
terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah. Udara,
tidak dapat ke luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam
sirkulasi yang menyebabkan tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika
tuba tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini menyebabkan bakteri masuk
ke ruang telinga tengah, tempat organisme cepat berproliferasi dan
menembus mukosa (Wong et al 2008, h.944)
6. • Manifestasi klinis otitis media
1. Otitis Media Akut dibagi menjadi 5 stadium yaitu stadium radang
eustachi ( salpingitis), stadium hiperemis (presupurasi), stadium supurasi,
stadium perforasi dan stadium resolusi.
2. otitis media sub akut, efusi 3 minggu - 3 bulan
3. otitis media kronik atau menetap, efusi lebih dari 3 bulan
• Pemeriksaan Penunjang
1. otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekauan membran timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas : dilakukan bila timpanosensitesis (aspirasi jarum
dari telinga melalui membran timpani
7. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses peradangan ditandai
dengan edema
3. Gangguan Citra Tubuh berhubugan dengan perubahan pada
penampilan tubuh (secret berbau)
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan pengobatan tidak tuntas
8. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan
tindakan suhu tubuh pada
klien berkurang dengan
kriteria hasil :
• Suhu tubuh klien
dalam keadaan normal
• Nadi dan respirasi rate
dalam rentang normal
• Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
pusing
1. Kaji tekanan darah,
nadi,suhu dan respirasi rate
2. Lakukan kompres hangat
pada klien di daerah lipat
paha dan aksila
3. Kolaborasi pemberian
antipiretik (obat penurun
panas)
4. Ajarkan klien mengenai
penanganan hipotermi yang
diperlukan
1. Untuk mengetahui
kemampuan kardiovaskuler,
frekuensi,irama dan
kedalaman pernapasan,
fungsi pernapasan dan niai
tekanan darah
2. Kompres hangat berguna
untuk melancarkan aliran
darah dan menurunkan
demam
3. Antipiretik menyebabkan
hipotalamus untuk
mengesampingkan
peningkatan interleukin yang
kerjanya menginduksi suhu
tubuh
4. Agar klien mengetahui
penanganan pertama yang
tepat bila terjadi hipotermia
9. Nyeri Akut berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan edema
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan
tindakan suhu tubuh
pada klien berkurang
dengan kriteria hasil :
• Mampu mengontrol
nyeri yang dialaminya
• Mampu mengenali
nyeri (Skala
Intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
1. Kaji nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, kualitas,dan
faktor presipitasi
2. Kolaborasi pemberian
analgetik (penghilang
rasa sakit)
1. Untuk mengetahui
nyeri yang dialami klien
agar mendapatkan terapi
yang tepat
2. Analgetik berguna
sebagai memblok atau
mengganggu
10. Gangguan Citra Tubuh berhubugan dengan perubahan
pada penampilan tubuh (secret berbau)
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan
tindakan pada klien
berkurang dengan
kriteria hasil :
• Body image positif
• Mempertahankan
interaksi sosial
1. Kaji secara verbal dan
non verbal respon klien
terhadap tubuhnya
2. Bantu klien untuk
menemukan penerimaan
diri
1. Untuk mengkaji
respon yang klien
rasakan
2. Untuk mengembalikan
harga diri klien dan
menumbuhkan rasa
percaya diri kembali
11. Resiko Infeksi berhubungan dengan pengobatan tidak tuntas
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan
suhu tubuh pada klien
berkurang dengan kriteria
hasil :
Klien terbebas dari tanda
dan gejala infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Monitor hitung
granulosit,WBC
Kolaborasi antibiotik
bila perlu
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Penurunan jumlah leukosit
merupakan tanda terjadinya
infeksi dalam tubuh, karena
kuman ataupun bakteri
pertama kali menyerang sel
darah putih
Antibiotik bekerja dengan
cara menghalangi proses
penting yang dilakukan
bakteri sehingga hasilnya
dapat membunuh bakteri,
atau menghentikannya
membelah diri
Agar klien dapat
mengetahui cara
menghindari infeksi dan
tidak terulang kembali
12. DAFTAR PUSTAKA
1. Tjkronegoro Arjatmo, Hendra Utama, 2000, Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan
Telinga Hidung tenggorokan, jakarta: fakultas kedokteran universitas indonesia
2. Huda Amin, Hardi Kusuma, 2016, Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus,Jogjakarta:
Mediaction Jogja
3. Karnaen R, Maria Olva,Skp,1996, Praktek Keperawatan Medikal Bedah,
Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran Bandung