SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Assalamu’alaikum wr.wb
Aa & Teteh
KONJUNGTIVITIS
Kelompok 3
Dini Anggun Hayati
Dwi Ayu Lestari
Fajrika Nur Adhani
Faturrohim
Pengertian
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis
dibedakan bentuk akut dan kronis. ( Sidarta, 2005 )
Definisi lain, konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva
akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin, 2001)
Jadi, berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas konjungtivitis
ialah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme alergi
dan iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri
seperti Konjungtivitis Gonococ. Virus, Chlamydia, alergi, toksik, dan
moluscum kontagiosum.
Anatomi dan Fisiologi
Konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata, serta
menutupi bagian depan sklera. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan
dari tarsus.
b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di
bawahnya.
c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan
forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan dibawahnya sehingga
bola mata mudah bergerak. Konjungtiva bulbi superior paling sering
mengalami infeksi dan menyebar kebawahnya.
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel
silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat
limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi
kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga
kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada
mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear
film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-
bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh
masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Pada konjungtivitis yang
akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa
pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak
mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada
kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Klasifikasi dan Etiologi
• Konjungtivitas akut
• Konjungtivitis akut bakterial
Konjungtivitis blenore, gonore, difteri, folikular, angular,
mukokataral, blefarokonjungtivitis.
• Konjungtivitis akut viral
Keratokonjungtivitis epidemik, demam faringo konjungtiva,
keratokonjungtivitis herpetik, keratokonjungtivitis new castle,
konjungtivitis hemoragik akut.
• Konjungtivitis akut alergik
Konjungtivitis vernal dan flikten.
• Konjungtivitis kronis
Trakoma
Manifestasi Klinis
• Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
kotoran
• Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan
berwarna putih
• Konjungtivitas karena virus mengeluarkan kotoran yang jernih maka akan
bersifat sangat mudah menular apalagi pada mata sebelahnya
• Mata berair
• Mata merah
• Mata bengkak
• Mata terasa sakit
• Panas
• Gatal
Komplikasi Konjungtivitis
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Be
berapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit da
ri blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adal
ah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yan
g dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret deng
an pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensit
vitas untuk perencanaan pengobatan. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore
dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret a
tau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarn
ai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringa
an dan diperiksa di bawah mikroskop.
Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit,
disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan
menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakan
nya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang
Meningokk test maltose (+). Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua
orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus
segera diobati. Dibuat dengan sediaan apus sekret konjungtiva dengan pewarnaan
biru metilen sehingga akan terlihat diplokok intraseluler (di dalam leukosit).
Cara pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan konjungtivitis secara umum adalah :
• Konjungtivitis bakterial diobati dengan tetes mata antibiotik ( polymyxin,
bacitracin, garamycin ) beberapa kali untuk 2-3 hari
• Pemakai lensa kontak harus melepas lensa kontaknya
• Konjungtivitis alergi diobati dengan antihistamin
Sebenarnya pengobatan konjungtivitis ini umumnya dengan cara mengobati
kausal dan tidak dibebat. Bila dibebat maka kuman akan berkembang biak
dengan cepat karena suhu mata yang biasanya lebih dingin akibat penguapan
akan sama dengan suhu badan.
Pencegahan
• Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya
bersih-bersih.
• Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit
• Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah
lain
• Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.
• Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
• Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
• Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan
tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
• Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau
sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
Diagnosa yang muncul pada kasus
konjungtivitis antara lain:
a. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
c. Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
d. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan
adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
e. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema
Intervensi
• Observasi reaksi nonverbal
• Lakukan pengkajian nyeri dan respon nyeri
• Ajarkan teknik distraksi dan teknik relaksasi
• Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik
Rasional
• Mengetahui kualitas nyeri
• Memudahkan intervensi selanjutnya
• Meningkatkan rasa nyaman klien
• Mempercepat proses penyembuhan
Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakitnya
Intervensi
• Identifikasi tingkat kecemasan
• Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
• Berikan obat penenang
Rasional
• Mengetahui tingkat kecemasan klien
• Meningkatkan tingkat kenyamanan
• Mengurangi tingkat kecemasan klien
Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan
Intervensi
• Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
• Lakukan kebersihan pada bagian kelopak mata
• Pertahankan tindakan septik dan aseptik
• Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional
• Mengetahui tanda awal dari suatu infeksi
• Meningkatkan kebersihan pada kelopak mata
• Mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial
• Meningkatkan proses penyembuhan
Diagnosa 4 : Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan
dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema)
Intervensi
• Kaji tingkat penerimaan klien.
• Ajak klien mendiskusikan keadaan.
• Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
Rasional
• Untuk mengetahui tingkat penerimaan klien
• Untuk mengetahui keputusan klien
• Untuk mengetahui perkembangan body image klien
Diagnosa 5 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan
penglihatan.
Intervensi
• Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
Amembungkuk.
• Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien
Ake tubuhnya.
• Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan
Akecelakaan.
• Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas
Rasional
• Menurunkan resiko jatuh (cedera).
• Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
• Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.
• Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
Daftar Pustaka
TERIMA KASIH 

More Related Content

What's hot

Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)Dina Zainuddin
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Ilmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriIlmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriEncepal Cere
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
Urtikaria
UrtikariaUrtikaria
UrtikariaKindal
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSyscha Lumempouw
 

What's hot (20)

Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva MigransCutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans
 
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
Ilmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriIlmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit Disentri
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Ppt campak
 
Urtikaria
UrtikariaUrtikaria
Urtikaria
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 

Viewers also liked (20)

Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Kelainan Refraksi
Kelainan RefraksiKelainan Refraksi
Kelainan Refraksi
 
Hipo & Hipertiroid
Hipo & HipertiroidHipo & Hipertiroid
Hipo & Hipertiroid
 
Anfis Payudara
Anfis PayudaraAnfis Payudara
Anfis Payudara
 
Perspektif Keperawatan Maternitas
Perspektif Keperawatan MaternitasPerspektif Keperawatan Maternitas
Perspektif Keperawatan Maternitas
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
 
Konsep Dasar Sectio Caesarea
Konsep Dasar Sectio CaesareaKonsep Dasar Sectio Caesarea
Konsep Dasar Sectio Caesarea
 
Anatomi Perkemihan
Anatomi Perkemihan Anatomi Perkemihan
Anatomi Perkemihan
 
Anatomi Sistem Reproduksi Pria
Anatomi Sistem Reproduksi PriaAnatomi Sistem Reproduksi Pria
Anatomi Sistem Reproduksi Pria
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Konsep Dasar Postpartum
Konsep Dasar PostpartumKonsep Dasar Postpartum
Konsep Dasar Postpartum
 
Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi RemajaKesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi Remaja
 
Kesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan Ibu dan AnakKesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan Ibu dan Anak
 
Program KIA di Indonesia 2017
Program KIA di Indonesia 2017Program KIA di Indonesia 2017
Program KIA di Indonesia 2017
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Konsep Dasar Kehamilan
Konsep Dasar KehamilanKonsep Dasar Kehamilan
Konsep Dasar Kehamilan
 
Miopi
Miopi Miopi
Miopi
 
Konsep Keperawatan Maternitas
Konsep Keperawatan Maternitas Konsep Keperawatan Maternitas
Konsep Keperawatan Maternitas
 

Similar to Konjungtivitis

Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisRizal_mz
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) pjj_kemenkes
 
Mata merah konjuktivitis
Mata merah  konjuktivitisMata merah  konjuktivitis
Mata merah konjuktivitisfaizalairul
 
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxTugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxSebastianNusantara
 
Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1DianaTinoring
 
Sop konjungtivitis
Sop konjungtivitisSop konjungtivitis
Sop konjungtivitisAndy Neon
 
31966449 asuhan-keperawatan-konjungtivitis
31966449 asuhan-keperawatan-konjungtivitis31966449 asuhan-keperawatan-konjungtivitis
31966449 asuhan-keperawatan-konjungtivitisfebriyanti parapat
 
Konjungtivitis kuliah.pptx
Konjungtivitis kuliah.pptxKonjungtivitis kuliah.pptx
Konjungtivitis kuliah.pptxssuser04a630
 
tanda,punca & cara mencegah penyakit berjangkit.
tanda,punca & cara mencegah penyakit berjangkit.tanda,punca & cara mencegah penyakit berjangkit.
tanda,punca & cara mencegah penyakit berjangkit.Ummu Nabil
 

Similar to Konjungtivitis (20)

Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitis
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
Mata merah konjuktivitis
Mata merah  konjuktivitisMata merah  konjuktivitis
Mata merah konjuktivitis
 
Konjungtiva
KonjungtivaKonjungtiva
Konjungtiva
 
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran  sindrom steven johnsonSatuan pembelajaran  sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
 
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docxTugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
Tugas jurnal-kesimpulan Hordeolum kel 3.docx
 
Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1
 
Sop konjungtivitis
Sop konjungtivitisSop konjungtivitis
Sop konjungtivitis
 
31966449 asuhan-keperawatan-konjungtivitis
31966449 asuhan-keperawatan-konjungtivitis31966449 asuhan-keperawatan-konjungtivitis
31966449 asuhan-keperawatan-konjungtivitis
 
G3 mata
G3 mataG3 mata
G3 mata
 
Konjungtivitis kuliah.pptx
Konjungtivitis kuliah.pptxKonjungtivitis kuliah.pptx
Konjungtivitis kuliah.pptx
 
tanda,punca & cara mencegah penyakit berjangkit.
tanda,punca & cara mencegah penyakit berjangkit.tanda,punca & cara mencegah penyakit berjangkit.
tanda,punca & cara mencegah penyakit berjangkit.
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 

More from Fransiska Oktafiani

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakFransiska Oktafiani
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Fransiska Oktafiani
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE Fransiska Oktafiani
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareFransiska Oktafiani
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Fransiska Oktafiani
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHFransiska Oktafiani
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockFransiska Oktafiani
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruFransiska Oktafiani
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Fransiska Oktafiani
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah Fransiska Oktafiani
 

More from Fransiska Oktafiani (20)

Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anakSatuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
Satuan acara penyuluhan dan leaflet diare pada anak
 
Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018Format asuhan keperawatan anak 2018
Format asuhan keperawatan anak 2018
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 17 BULAN (TODDLER) DENGAN DIARE
 
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareProposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan Diare
 
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah Berbasis Studi Kasus 2018
 
Sejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal IndonesiaSejarah Obat Herbal Indonesia
Sejarah Obat Herbal Indonesia
 
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAHDIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
DIAGNOSTIK INVASIF DAN INTERVENSI NON BEDAH
 
Drugs And Defibrillation
Drugs And DefibrillationDrugs And Defibrillation
Drugs And Defibrillation
 
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner AkutSindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
 
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) ShockDefibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
Defibrillation || DC (Dirrect Current) Shock
 
Ambulans Keperawatan
Ambulans KeperawatanAmbulans Keperawatan
Ambulans Keperawatan
 
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruCardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paru
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017proses keperawatan jiwa 2017
proses keperawatan jiwa 2017
 
konsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiahkonsep dasar karya tulis ilmiah
konsep dasar karya tulis ilmiah
 
Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017Konsep keperawatan keluarga 2017
Konsep keperawatan keluarga 2017
 
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 penyajian data hasil karya tulis ilmiah  penyajian data hasil karya tulis ilmiah
penyajian data hasil karya tulis ilmiah
 
Skenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kaderSkenario penyegaran kader
Skenario penyegaran kader
 
Bagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTIBagian inti BABI KTI
Bagian inti BABI KTI
 

Recently uploaded

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 

Recently uploaded (19)

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 

Konjungtivitis

  • 1. Assalamu’alaikum wr.wb Aa & Teteh KONJUNGTIVITIS Kelompok 3 Dini Anggun Hayati Dwi Ayu Lestari Fajrika Nur Adhani Faturrohim
  • 2. Pengertian Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis. ( Sidarta, 2005 ) Definisi lain, konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin, 2001) Jadi, berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas konjungtivitis ialah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme alergi dan iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti Konjungtivitis Gonococ. Virus, Chlamydia, alergi, toksik, dan moluscum kontagiosum.
  • 3.
  • 4. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata, serta menutupi bagian depan sklera. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu: a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus. b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya. c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak. Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi dan menyebar kebawahnya. Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
  • 5. Patofisiologi Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan- bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas. Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
  • 6.
  • 7. Klasifikasi dan Etiologi • Konjungtivitas akut • Konjungtivitis akut bakterial Konjungtivitis blenore, gonore, difteri, folikular, angular, mukokataral, blefarokonjungtivitis. • Konjungtivitis akut viral Keratokonjungtivitis epidemik, demam faringo konjungtiva, keratokonjungtivitis herpetik, keratokonjungtivitis new castle, konjungtivitis hemoragik akut. • Konjungtivitis akut alergik Konjungtivitis vernal dan flikten. • Konjungtivitis kronis Trakoma
  • 8. Manifestasi Klinis • Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran • Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih • Konjungtivitas karena virus mengeluarkan kotoran yang jernih maka akan bersifat sangat mudah menular apalagi pada mata sebelahnya • Mata berair • Mata merah • Mata bengkak • Mata terasa sakit • Panas • Gatal
  • 9. Komplikasi Konjungtivitis Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Be berapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya: 1. glaukoma 2. katarak 3. ablasi retina 4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit da ri blefaritis seperti ekstropin, trikiasis 5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea 6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adal ah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yan g dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta 7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan
  • 10. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret deng an pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensit vitas untuk perencanaan pengobatan. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret a tau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarn ai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringa an dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakan nya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang Meningokk test maltose (+). Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati. Dibuat dengan sediaan apus sekret konjungtiva dengan pewarnaan biru metilen sehingga akan terlihat diplokok intraseluler (di dalam leukosit).
  • 11. Cara pengobatan dan Pencegahan Pengobatan konjungtivitis secara umum adalah : • Konjungtivitis bakterial diobati dengan tetes mata antibiotik ( polymyxin, bacitracin, garamycin ) beberapa kali untuk 2-3 hari • Pemakai lensa kontak harus melepas lensa kontaknya • Konjungtivitis alergi diobati dengan antihistamin Sebenarnya pengobatan konjungtivitis ini umumnya dengan cara mengobati kausal dan tidak dibebat. Bila dibebat maka kuman akan berkembang biak dengan cepat karena suhu mata yang biasanya lebih dingin akibat penguapan akan sama dengan suhu badan.
  • 12. Pencegahan • Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih. • Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit • Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain • Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya. • Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari. • Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain. • Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata. • Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
  • 13. Diagnosa yang muncul pada kasus konjungtivitis antara lain: a. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya c. Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan. d. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema). e. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
  • 14. Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema Intervensi • Observasi reaksi nonverbal • Lakukan pengkajian nyeri dan respon nyeri • Ajarkan teknik distraksi dan teknik relaksasi • Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik Rasional • Mengetahui kualitas nyeri • Memudahkan intervensi selanjutnya • Meningkatkan rasa nyaman klien • Mempercepat proses penyembuhan Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya Intervensi • Identifikasi tingkat kecemasan • Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi • Berikan obat penenang Rasional • Mengetahui tingkat kecemasan klien • Meningkatkan tingkat kenyamanan • Mengurangi tingkat kecemasan klien
  • 15. Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan Intervensi • Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal • Lakukan kebersihan pada bagian kelopak mata • Pertahankan tindakan septik dan aseptik • Kolaborasi dalam pemberian obat Rasional • Mengetahui tanda awal dari suatu infeksi • Meningkatkan kebersihan pada kelopak mata • Mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial • Meningkatkan proses penyembuhan Diagnosa 4 : Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema) Intervensi • Kaji tingkat penerimaan klien. • Ajak klien mendiskusikan keadaan. • Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
  • 16. Rasional • Untuk mengetahui tingkat penerimaan klien • Untuk mengetahui keputusan klien • Untuk mengetahui perkembangan body image klien Diagnosa 5 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan. Intervensi • Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, Amembungkuk. • Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien Ake tubuhnya. • Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan Akecelakaan. • Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas Rasional • Menurunkan resiko jatuh (cedera). • Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian. • Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien. • Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.