1. Assalamu’alaikum wr.wb
Aa & Teteh
KONJUNGTIVITIS
Kelompok 3
Dini Anggun Hayati
Dwi Ayu Lestari
Fajrika Nur Adhani
Faturrohim
2. Pengertian
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis
dibedakan bentuk akut dan kronis. ( Sidarta, 2005 )
Definisi lain, konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva
akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin, 2001)
Jadi, berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas konjungtivitis
ialah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme alergi
dan iritasi bahan-bahan kimia. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri
seperti Konjungtivitis Gonococ. Virus, Chlamydia, alergi, toksik, dan
moluscum kontagiosum.
3.
4. Anatomi dan Fisiologi
Konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata, serta
menutupi bagian depan sklera. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan
dari tarsus.
b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di
bawahnya.
c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan
forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan dibawahnya sehingga
bola mata mudah bergerak. Konjungtiva bulbi superior paling sering
mengalami infeksi dan menyebar kebawahnya.
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel
silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat
limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi
kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
5. Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga
kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada
mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear
film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-
bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh
masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Pada konjungtivitis yang
akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa
pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak
mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada
kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
8. Manifestasi Klinis
• Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
kotoran
• Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan
berwarna putih
• Konjungtivitas karena virus mengeluarkan kotoran yang jernih maka akan
bersifat sangat mudah menular apalagi pada mata sebelahnya
• Mata berair
• Mata merah
• Mata bengkak
• Mata terasa sakit
• Panas
• Gatal
9. Komplikasi Konjungtivitis
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Be
berapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit da
ri blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adal
ah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yan
g dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan
10. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret deng
an pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensit
vitas untuk perencanaan pengobatan. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore
dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret a
tau kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarn
ai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringa
an dan diperiksa di bawah mikroskop.
Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit,
disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan
menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakan
nya dilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang
Meningokk test maltose (+). Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua
orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus
segera diobati. Dibuat dengan sediaan apus sekret konjungtiva dengan pewarnaan
biru metilen sehingga akan terlihat diplokok intraseluler (di dalam leukosit).
11. Cara pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan konjungtivitis secara umum adalah :
• Konjungtivitis bakterial diobati dengan tetes mata antibiotik ( polymyxin,
bacitracin, garamycin ) beberapa kali untuk 2-3 hari
• Pemakai lensa kontak harus melepas lensa kontaknya
• Konjungtivitis alergi diobati dengan antihistamin
Sebenarnya pengobatan konjungtivitis ini umumnya dengan cara mengobati
kausal dan tidak dibebat. Bila dibebat maka kuman akan berkembang biak
dengan cepat karena suhu mata yang biasanya lebih dingin akibat penguapan
akan sama dengan suhu badan.
12. Pencegahan
• Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya
bersih-bersih.
• Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit
• Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah
lain
• Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.
• Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
• Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
• Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan
tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
• Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau
sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
13. Diagnosa yang muncul pada kasus
konjungtivitis antara lain:
a. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
c. Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
d. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan
adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
e. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
14. Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema
Intervensi
• Observasi reaksi nonverbal
• Lakukan pengkajian nyeri dan respon nyeri
• Ajarkan teknik distraksi dan teknik relaksasi
• Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik
Rasional
• Mengetahui kualitas nyeri
• Memudahkan intervensi selanjutnya
• Meningkatkan rasa nyaman klien
• Mempercepat proses penyembuhan
Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakitnya
Intervensi
• Identifikasi tingkat kecemasan
• Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
• Berikan obat penenang
Rasional
• Mengetahui tingkat kecemasan klien
• Meningkatkan tingkat kenyamanan
• Mengurangi tingkat kecemasan klien
15. Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan
Intervensi
• Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
• Lakukan kebersihan pada bagian kelopak mata
• Pertahankan tindakan septik dan aseptik
• Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional
• Mengetahui tanda awal dari suatu infeksi
• Meningkatkan kebersihan pada kelopak mata
• Mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial
• Meningkatkan proses penyembuhan
Diagnosa 4 : Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan
dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema)
Intervensi
• Kaji tingkat penerimaan klien.
• Ajak klien mendiskusikan keadaan.
• Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
16. Rasional
• Untuk mengetahui tingkat penerimaan klien
• Untuk mengetahui keputusan klien
• Untuk mengetahui perkembangan body image klien
Diagnosa 5 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan
penglihatan.
Intervensi
• Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
Amembungkuk.
• Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien
Ake tubuhnya.
• Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan
Akecelakaan.
• Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas
Rasional
• Menurunkan resiko jatuh (cedera).
• Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
• Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.
• Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.