SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
LAPORAN KASUS BEDAH ANAK
SEORANG ANAK PEREMPUAN 7 BULAN DENGAN
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
DEKSTRA REPONIBILIS
Oleh:
Tenri Ashari Wanahari
(G99131087)
Residen Pembimbing Pembimbing
dr. Chrisna Budi Satriyo dr. Suwardi, Sp. B, Sp. BA
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2014
1
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. M
Tanggal lahir/Umur : 31 Agustus 2013/ 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki laki
Nama Ayah : Tn. N
Pekerjaan Ayah : Swasta
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Banjarsari Surakarta Jawa Tengah
Tanggal masuk : 26 April 2014
Tanggal pemeriksaan : 28 April 2014
No. RM : 01215303
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Benjolan keluar masuk di lipat paha kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan benjolan
pada lipat paha kanan pasien yang dapat hilang timbul. Benjolan sebesar
telur puyuh, awalnya kecil kemudian semakin lama dirasakan semakin
membesar. Benjolan timbul dengan gerakan aktif pasien, batuk, ataupun
menangis dan hilang saat tidur/istirahat. Bak 3- 4 kali sehari, BAK berdarah
(-), nyeri saat BAK (-), BAK menetes (-). BAB 1 - 2 kali sehari, BAB lendir
(-), BAB berdarah (-).
2
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Pneumonia : disangkal
2. Riwayat Kejang Demam : disangkal
3. Riwayat Diare : disangkal
4. Riwayat Asma : disangkal
5. Riwayat Campak : disangkal
6. Riwayat Alergi Obat/Makanan : disangkal
7. Riwayat Mondok : disangkal
D. Riwayat Kelahiran
Penderita dilahirkan per abdominal cukup bulan. Saat dilahirkan
penderita menangis kuat, dan gerak aktif. BBL: 3800 gram, panjang badan:
48 cm, lingkar kepala: 34 cm, lingkar dada: 36 cm, lingkar lengan: 11 cm.
Anus (+).
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
- Keadaan umum : tampak pucat
- Derajat kesadaran : compos mentis
- Derajat gizi : gizi kesan cukup
B. Tanda vital
- Hearth Rate : 90 x/menit
- Frekuensi Pernafasan : 24 x/ menit
- Suhu : 36,9 0
C
C. Kulit
Kulit sawo matang, kering (-), ujud kelainan kulit (-), hiperpigmentasi (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut kering (-), rambut warna hitam, sukar dicabut.
E. Wajah
Odema (-), wajah orang tua (-)
3
F. Mata
Cekung (-/-), Oedema palpebra (-/-), Odema periorbita (-/-), konjungtiva
anemis (+/+) , sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(2mm/2mm)
G. Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi (-/-)
H. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (+), kering (-), malammpati 1
I. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-)
J. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 - T1
K. Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, kaku kuduk (-), gerak bebas, deviasi trakhea (-), JVP tidak
meningkat
L. Toraks
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
M. Abdomen
Inspeksi : Dinding Perut sejajar Dinding Dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tak teraba
4
N. Genitourinaria
Penis normal, OUE di ujung glands penis
O. Skrotum
Testis dua buah
P. Inguinal
Status Lokalis
Regio inguinalis dekstra
Inspeksi : tampak adanya benjolan ukuran 2 cm x 1 cm x 1 cm
dapat keluar masuk, tanda peradangan (-), warna sama dengan jaringan
sekitar
Q. Ekstremitas
Akral dingin Oedem Anemis
IV. ASSESSMENT I
Hernia unguinalis lateralis dekstra reponibilis
V. PLAN I
Mondok bangsal
Cek darah rutin, pt/aptt, HbsAg, Golongan darah
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah 26 April 2014
Hemoglobin : 10,4 g/dl
Hematokrit : 32 %
Eritrosit : 4,22 .106
µL
Leukosit : 14,5 .103
µL
Trombosit : 396.103
µL
Golongan darah : A
PT : 12,7 detik
APTT : 35,2 detik
Albumin : 4,1 g/dl
- -
- -
- -
- -
- -
- -
5
HbsAg : non reaktif
Natrium : 131 mmol/L
Kalium : 4,7 mmol/L
Chlorida : 107 mmol/L
VII. ASSESSMENT II
Hernia unguinalis lateralis dekstra reponibilis
VIII. PLAN II
Herniotomy
Konsul bagian anastesi
6
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi hernia
Hernia didefinisikan sebagai penonjolan sebagian dari organ maupun jaringan
melewati pembukaan abnormal pada dinding sekitarnya. Hernia paling sering
terjadi pada dinding abdomen, tepatnya pada daerah yang aponeurosis dan
fasianya tidak dilindungi oleh otot. Bagian tersebut terutama pada region inguinal,
femoral, umbilical, linea alba, dan bagian bawa linea semilunaris.
Epidemiologi dan faktor risiko
Tiga dari empat kasus herniasi dinding abdomen terjadi pada inguinal, dengan
perbandingan hernia indirek dan direk 2:1. Herniasi juga lebih sering terjadi pada
bagian kanan dibandingkan bagian kiri. Terjadi pada pria 7 kali lebih sering
dibandingkan wanita. Hernia femoral lebih sering terjadi pada usia lanjut dan pada
pria yang telah dilakukan operasi hernia sebelumnya.
Faktor risiko terjadinya hernia inguinal dengan komplikasi lebih berat
diantaranya usia yang sangat muda, laki-laki, proses perjalanan penyakit yang
lebih cepat, dan hernia pada sisi kanan.
Gambar 5. Hernia dinding abdomen1
7
Etiologi
Hernia terjadi ketika terjadi keterlambatan penurupan prosesus vaginalis setelah
penurunan testis ke dalam skrotum selama perkembangan fetal. Penyebab
terjadinya hernia belum sepenuhnya dipahami, namun diketahui terdapat
perbedaan antara hernia pada anak dengan dewasa. Pada anak, penyebab tersering
adalah gangguan kongenital kelainan jaringan ikat (misalnya anak dengan
dislokasi panggul).
Anatomi
Seperti dijelaskan pada bagian embriologi, testis turun melalui kanalis
inguinalis. Kanalis inguinalis sendiri terbentuk dari aponeurosis m. oblikus
abdominis eksternus, m. oblikus abdominis internus dan m. transversus
abdominis. Pada bagian eksternal oleh aponeurosis m. oblikus abdominis
eksternus (Poupart’s ligamen); bagian cefal oleh ligamentum inguinale propria
yang merupakan gabungan ligamen m.oblikus abdominis internus dan m.
transversus abdominis; pada bagian posterior dibentuk oleh fasia transversalis dan
aponeurosis m.transversus abdominis. Pada bagian superfisial, keluar korda
spermatis, pada cincin inguinal eksternal yang berbentuk oval di sebelah lateral
tuberkulum pubic.
Gambar 8. Potongan parasagittal kanalis inguinalis “Nyhus’s classic”
8
Kanalis inguinalis sendiri merupakan kanal sepanjang 4 cm yang terletak
2-4 cm bagian cefal dari ligamen inguinal. Kanalis ini menghubungkan cincin
inguinal internal dengan cincin inguinal eksternal yang berisi korda spermatikus
dan ligamen melingkar dari uterus. Korda spermatikus terdiri dari serat
m.cremaster, pembuluh limfe, dan prosesus vaginalis. M.cremaster sendiri
merupakan perpenjangan m.oblikus internal.
Pada perbatasan dinding kanal inguinal terdapat daerah segitiga
Hesselbach, dengan batas superolateral a.vasa epigastrica inferior, batas medial
m.rectus abdominis, dan bagian inferior ligamen inguinal.
Selain itu terdapat pula kanal femoral, dengan batas anterior traktus
illiopubic, batas posterior ligamen cooper, batas lateral v. femoral. Segitiga
femoral terletak dengan apeks tuberkulum pubic. Bagian ini merupakan lokasi
terbentuknya hernia femoralis, di sebelah medial pembuluh darah femoral.
Klasifikasi hernia
Hernia dapat digolongkan melalui beberapa pembagian, diantaranya:
 Reducible vs irreducible. Hernia reducible dimana isi hernia dapat dikembalikan
ke posisi seharusnya, sedangkan irreducible atau inkarserata jika tidak dapat
dikembalikan.
 Hernia eksternal vs hernia internal. Hernia eksternal meliputi seluruh lapisan
dinding abdomen, sedangkan hernia internal dimana bagian usus yang menonjol
hanya pada defek di rongga peritoneum. Kasus khusus dimana kantung hernia
berada di dalam lapisan muskuloaponeurotik disebut hernia interparietal.
Hernia inguinal dapat dibagi menjadi hernia indirek dan hernia direk. Pada hernia
indirek kantung hernia melalui kanalis inguinal (melalui cincin inguinal internal
secara oblik ke cincin inguinal eksternal, menuju skrotum); sedangkan pada
hernia direk, kantung hernia menonjol keluar melalui bagian medial cincin
inguinal internal dan di bagian inferior pembuluh darah epigastrik (tepatnya pada
segitiga hesselbach). Dua dari tiga kasus hernia inguinal merupakan hernia
indirek.
9
Gambar 9. Lokasi hernia indirek vs direk, gambaran dari struktur preperitoneal
sisi inguinal kanan
Komplikasi
Hernia inguinal perlu mendapat perhatian, dan tidak dapat ditunda terlalu lama
karena dapat menyebabkan komplikasi serius, berupa inkarserata, obstruksi usus,
dan strangulasi.
Inkarserata didefinisikan sebagai hernia yang tidak dapat direduksi, hal ini
terjadi karena ukuran leher hernia relative dengan peningkatan ukuran usus yang
melewatinya, maupun akibat terjadinya adesi dengan kantung hernia. Inkarserata
bukan sebuah kondisi emergency, karena tidak membahayakan nyawa. Gejala
yang ditunjukan mirip dengan gejala obstruksi, yakni muntah warna hijau, rasa
penuh, dan konstipasi.
Strangulasi dapat menyebabkan iskemia pada usus, dan terjadi nekrosis
(gangrene) yang dapat menyebabkan sepsis dan membahayakan jiwa. Maka dari
itu, tindakan pembedahan segera dibutuhkan setelah resusitasi cairan, antibiotik
10
dan dekompresi. Strangulasi lebih sering terjadi pada hernia yang lebih besar
dengan lubang yang lebih kecil, dengan angka 1-3%. Gejala terjadinya strangulasi
berupa gejala obstruksi yang khas dengan hernia yang tegang, dengan kuliat
permukaan yang merah hingga kebiruan, serta kehilangan bising uysus pada
bagian tersebut. Klinis pasien tampak sakit berat, dehidrasi dan demam disertai
leukositosis, dan asidosis metabolik.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Pasien dengan hernia memiliki variasi gejala dari asimtomatik hingga nyeri
hebat pada daerah kelamin. Pada pasien yang asimtomatik, biasanya diketahui
memiliki hernia ketika melakukan pemeriksaan fisik rutin atau pun karena
keingintahuan akan benjolan pada daerah kelamin yang tidak terasa sakit.
Deskripsi gejala yang timbul pada pasien dengan hernia dapat berupa rasa
berat atau tertarik pada daerah kelamin yang semakin memberat seiring
berjalannya hari, muncul secara intermiten dan menjalar ke testis; keluhan nyeri
tajam dapat dirasakan local atau difus namun jarang.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara terbaik dalam menyingkirkan diagnosis-
diagnosis banding benjolan pada daerah kelamin, serta menentukan ada atau
tidaknya hernia inguinalis. Diagnosis dapat ditegakan hanya dengan inspeksi
adanya tonjolan pada daerah inguinal, namun pada hernia yang tidak kasat mat,
diperlukan pemeriksaan lanjutan pada kanalis inguinalis. Berikut akan dijelaskan
lebih lanjut mengenai pemeriksaan fisik pada organ skrotum dan pemeriksaan
terhadap hernia itu sendiri.
Skrotum
Inspeksi pada pemeriksaan skrotum meliputi inspeksi pada kulit bagian
anterior maupun posterior, dan kontur dari skrotum itu sendiri.
Pada kasus dengan kecurigaan hernia, penting untuk memperhatikan kontur
dari skrotum untuk melihat kesimetrisan pada kedua sisi skrotum. Swelling dapat
mengindikasikan adanya hernia inguinalis, hidrokel, atau edema skrotalis.
11
Sedangkan pada undescended testicle (UDT) akan tampak salah satu sisi lebih
kecil dibandingkan sisi sebelahnya atau kedua sisi tampak lebih kecil
dibandingkan normal jika UDT terjadi di kedua testis. Keluhan swelling disertai
nyeri dan rasa hangat mengindikasikan adanya epididymitis akut, orchitis, torsio
dari spermatic cord, atau hernia inguinalis strangulate.
Palpasi dilakukan pada setiap testis dan epididymis untuk menentukan ukuran
dan bentuk, ada atau tidaknya nodul, serta nyeri ketika dilakukan penekanan.
Adanya nodul yang tidak disertai nyeri pada pasien usia 15 hingga 35 tahun dapat
dipikirkan merupakan tumor jinak testis. Palpasi pada spermatic cord untuk
menyingkirkan dugaan adanya varikokel maupun hidrokel, dan palpasi pada vas
deferens untuk menyingkirkan dugaan infeksi kronik yang menyebabkan
penebalan pada vas deferens.
Pemeriksaan transiluminasi dapat dilakukan dengan memberikan cahaya dari
bagian posterior skrotum dan melewati bagian yang mengalami swelling. Pada
kasus hidrokel akan tampak pendaran cahaya yang diteruskan oleh cairan di
dalam skrotum yang tidak ditemukan pada testis normal ataupun kasus hernia.
Hernia
Hernia dapat terjadi baik pada bagian femoral maupun inguinal, sehingga pada
inspeksi, bagian-bagian tersebut perlu diperhatikan lebih teliti, dan untuk
meyakinkan bahwa pasien benar memiliki hernia, pasien diminta mengedan untuk
menambah tekanan intraabdominal yang memastikan diagnosis hernia pada
pasien.
Gambar 10. Presensi Hernia pada Daerah Kelamin
12
Palpasi hernia inguinalis dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk tangan
sesuai sisi yang diperiksa. Lakukan invaginasi kulit skrotum hingga menyentuh
bagian kanalis inguinalis eksternal yang jika terjadi pelebaran cincin kanalis, jari
telunjuk akan dapat memasuki kanalis tersebut. massa hernia akan menyentuh jari
ketika pasien batuk atau mengedan ketika tengah dilakukan pemeriksaan. Pada
hernia indirek, ujung jari akan dapat menahan sehingga tidak terjadi penonjolan
hernia, sedangkan pada hernia direk tidak berpengaruh terhadap maneuver ini.
Gambar 11. Teknik Pemeriksaan Hernia Inguinalis
Pada kecurigaan adanya hernia skrotalis sebagai etiologi dari timbulnya
benjolan di skrotum, dilakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan posisi
berbaring dan berdiri. Pemeriksaan dengan posisi berdiri, dilakukan sebagaimana
pemeriksaan hernia inguinalis, sedangkan pemeriksaan pada posisi berbaring
dilakukan untuk melihat apakah benjolan menetap ketika berbaring atau
menghilang. Hilangnya berjolan skrotum ketika berbaring mengindikasikan
bahwa benjolan merupakan hernia.
Lakukan pula perabaan pada benjolan skrotum dan coba cari bagian atas dari
benjolan; pemeriksaan ini dapat membedakan benjolan berasal dari hernia atau
merupakan suatu hidrokel. Pada hernia, bagian atas benjolan tidak dapat
ditemukan dengan perabaan, namun dapat pada hidrokel.
13
Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk menemukan adanya suara usus pada
kasus hernia, namun tidak pada hidrokel.
GAMBAR 12. PERBANDINGAN HERNIA SKROTALIS DAN HIDROKEL
Setelah dipastikan benjolan merupakan sebuah hernia, lakukan penekanan
dengan menggunakan jari terhadap benjolan sebagai upaya mengembalikan massa
ke rongga abdomen. Pada hernia inkarserata, massa tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga abdomen, sedangkan pada hernia strangulate terjadi compromised
terhadap supply darah pada bagian organ yang terjebak dan ditandai dengan
adanya tenderness, mual, muntah, dan hal ini membutuhkan tatalaksana bedah.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam membantu menegakkan
diagnosis adalah USG. USG diketahui memiliki derajat sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi adanya hernia direk, indirek, dan
femoral. CT scan dari abdomen dan pelvis dapat dilakukan untuk mendiagnosis
bentuk hernia lain atau pun massa di daerah kelamin yang atipikal.
Tatalaksana
Mayoritas surgeon berpendapat bahwa tatalaksana hernia yang paling baik
adalah dengan operasi. Hal ini dikatakan karena kecenderungan hernia pada
bagian kelamin akan menghasilkan pembesaran daerah yang mengalami hernia
14
secara progresif dan akan menimbulkan kelemahan otot yang akan berpotensi
menjadi hernia inkarserata ataupun strangulate.
Teknik operatif laparoskopik herniorafi banyak digunakan sebagai
tatalaksana untuk hernia inguinalis berdasarkan pada kelebihannya yaitu lebih
minimalnya rasa tidak nyaman atau nyeri setelah dilakukan tindakan operatif,
waktu penyembuhan yang dibutuhkan lebih singkat sehingga akan lebih cepat
kembali menjalankan aktivitas seperti biasa, kemampuan untuk menatalaksana
hernia bilateral lebih baik dibandingkan dengan metode lain, dapat dilakukan
simultan dengan laparoskopi diagnostik, paling mudah untuk melakukan ligasi
pada kantung hernia, dan fungsi kosmetik lebih baik dibandingkan dengan metode
lain.
Namun, perlu diperhatikan komplikasi-komplikasi yang masih dapat terjadi
pada penggunaan metode laparoskopi ini, antara lain adanya kemungkinan
perforasi usus atau cedera vascular, adanya potensi timbulnya perlengketan pada
daerah peritoneum yang renggang, atau pada lokasi ditempatkannya alat prostetik,
dan dibutuhkannya anestesi umum dalam melakukan tindakan ini.
Saat ini, terdapat 3 indikasi utama dilakukannya laparoskopi herniorafi, yaitu
:
1. hernia rekuren setelah dilakukannya open repair
2. hernia bilateral
3. adanya hernia inguinalis pada pasien yang membutuhkan laparoskopi untuk
prosedur lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mantu Nur Farid. Hernia Inguinalis pada Bayi dan Anak. Kuliah Bedah
Anak.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999. Hal 17-304.
Sabiston, Devid C; Buku Ajar Bedah : Sabiston’s Essential Surgey, Alih Bahasa
Petrus Andrianto, Timah I. S; editor, Jonatan Oswan - Jakarta : EGC, 1995,
hal228 - 231.
Schrock, Theodore R, Ilmu Bedah; Handbook of Surgey, Penerjemah
Med.Ajidharma dkk, Ed. 7 Jakarta, EGC, 1991, hal 300 - 302.
Shochat Stephen. Hernia Inguinalis. 2000. Dalam : Behrman, Kliegman,
Arvin(ed). Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol. 2 ed.15. Jakarta. Hal 1372-
1375.
Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
PenerbitBuku Kedokteran EGC. 2005. Hal 524-5322.

More Related Content

What's hot

trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaanAzis Aimaduddin
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisHerlan Boga
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitisPradasary
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPuteri Mentira
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratAris Rahmanda
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroidhomeworkping3
 
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)dr. Bobby Ahmad
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 

What's hot (20)

trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaan
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid193897174 case-bedah-hemoroid
193897174 case-bedah-hemoroid
 
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
kolestasis
kolestasiskolestasis
kolestasis
 

Viewers also liked

Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
 
240289728 refleksi-kasus
240289728 refleksi-kasus240289728 refleksi-kasus
240289728 refleksi-kasusharun9693
 
Laporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaLaporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaDuniaShare
 
Hernia Inguinalis Lateral
Hernia Inguinalis LateralHernia Inguinalis Lateral
Hernia Inguinalis Lateralmcrohman
 
Askep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisAskep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisf' yagami
 
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...Elvia Malbeni HarLen
 
60143857 askep-hernia
60143857 askep-hernia60143857 askep-hernia
60143857 askep-herniaYopi Fernando
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienSulistia Rini
 
Program team pengembang kurikulum sekolah 2014
Program team pengembang kurikulum sekolah 2014Program team pengembang kurikulum sekolah 2014
Program team pengembang kurikulum sekolah 2014Ad Izal
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Lampiran 2: SK Tim Pegembang Kurikulum
Lampiran 2: SK Tim Pegembang KurikulumLampiran 2: SK Tim Pegembang Kurikulum
Lampiran 2: SK Tim Pegembang KurikulumGie Hartanto
 
Inguinal hernia ppt
Inguinal hernia pptInguinal hernia ppt
Inguinal hernia pptViswa Kumar
 

Viewers also liked (20)

Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
 
askep Hernia
askep Herniaaskep Hernia
askep Hernia
 
240289728 refleksi-kasus
240289728 refleksi-kasus240289728 refleksi-kasus
240289728 refleksi-kasus
 
Laporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaLaporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan hernia
 
Hernia Inguinalis Lateral
Hernia Inguinalis LateralHernia Inguinalis Lateral
Hernia Inguinalis Lateral
 
Inguinal Hernia
Inguinal HerniaInguinal Hernia
Inguinal Hernia
 
Hernia
HerniaHernia
Hernia
 
Askep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalisAskep hernia inguinalis
Askep hernia inguinalis
 
5. asuhan keperawatan pada hernia
5. asuhan keperawatan pada hernia5. asuhan keperawatan pada hernia
5. asuhan keperawatan pada hernia
 
Askep tbc
Askep tbcAskep tbc
Askep tbc
 
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku penggunaan APD pada Mahasiswa Pendidikan...
 
60143857 askep-hernia
60143857 askep-hernia60143857 askep-hernia
60143857 askep-hernia
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
Program team pengembang kurikulum sekolah 2014
Program team pengembang kurikulum sekolah 2014Program team pengembang kurikulum sekolah 2014
Program team pengembang kurikulum sekolah 2014
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Lampiran 2: SK Tim Pegembang Kurikulum
Lampiran 2: SK Tim Pegembang KurikulumLampiran 2: SK Tim Pegembang Kurikulum
Lampiran 2: SK Tim Pegembang Kurikulum
 
Presentasi pendapatannasional
Presentasi pendapatannasionalPresentasi pendapatannasional
Presentasi pendapatannasional
 
Inguinal hernia ppt
Inguinal hernia pptInguinal hernia ppt
Inguinal hernia ppt
 
Hernia inguinal
Hernia inguinalHernia inguinal
Hernia inguinal
 
Hernia
HerniaHernia
Hernia
 

Similar to Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis

Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknbvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknCyntiaAndrina1
 
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfadoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfAuraAndini2
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergijelly hariyati
 
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptxTEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptxazwararifki1993
 
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)RianHasni
 
c_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
c_fisiologi_rektum_dan_anus.docc_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
c_fisiologi_rektum_dan_anus.docipung24
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-mediahomeworkping10
 
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan HipospadiaAsuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan HipospadiaFransiska Oktafiani
 
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptxTRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptxssuseraa2493
 
Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3FikriFadhilah
 
scribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptxscribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptxmarwanfebrian2
 

Similar to Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis (20)

Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknbvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
 
Hernia inguinalis-wnd
Hernia inguinalis-wndHernia inguinalis-wnd
Hernia inguinalis-wnd
 
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfadoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
 
Lapsus hidrocel
Lapsus hidrocelLapsus hidrocel
Lapsus hidrocel
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergi
 
Hernia modul.ppt
Hernia modul.pptHernia modul.ppt
Hernia modul.ppt
 
Askep Cedera kepala
Askep Cedera kepalaAskep Cedera kepala
Askep Cedera kepala
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptxTEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
 
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
 
c_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
c_fisiologi_rektum_dan_anus.docc_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
c_fisiologi_rektum_dan_anus.doc
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media
 
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan HipospadiaAsuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
 
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptxTRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
TRAUMA_NONTRAUMA_MEI_2020.pptx
 
ureterokel-dikonversi.pptx
ureterokel-dikonversi.pptxureterokel-dikonversi.pptx
ureterokel-dikonversi.pptx
 
BST HILS.pptx
BST HILS.pptxBST HILS.pptx
BST HILS.pptx
 
Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3Askep abses hepar kelompok 3
Askep abses hepar kelompok 3
 
scribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptxscribfree.com_head-to-toe.pptx
scribfree.com_head-to-toe.pptx
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 

More from Tenri Ashari Wanahari

32nd World Congress of Internal Medicine 2014
32nd World Congress of Internal Medicine 201432nd World Congress of Internal Medicine 2014
32nd World Congress of Internal Medicine 2014Tenri Ashari Wanahari
 
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...Tenri Ashari Wanahari
 
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERTenri Ashari Wanahari
 
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...Tenri Ashari Wanahari
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutTenri Ashari Wanahari
 
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisTenri Ashari Wanahari
 
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFKasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFTenri Ashari Wanahari
 
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Tenri Ashari Wanahari
 
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory BiologyCoursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory BiologyTenri Ashari Wanahari
 
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental ChangeEdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental ChangeTenri Ashari Wanahari
 
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...Tenri Ashari Wanahari
 
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?Tenri Ashari Wanahari
 
Coursera Certificate: Genes and The Human Condition
Coursera Certificate: Genes and The Human ConditionCoursera Certificate: Genes and The Human Condition
Coursera Certificate: Genes and The Human ConditionTenri Ashari Wanahari
 
Coursera Certificate: Introductory Human Physiology
Coursera Certificate: Introductory Human PhysiologyCoursera Certificate: Introductory Human Physiology
Coursera Certificate: Introductory Human PhysiologyTenri Ashari Wanahari
 
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive StatisticsEdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive StatisticsTenri Ashari Wanahari
 

More from Tenri Ashari Wanahari (20)

32nd World Congress of Internal Medicine 2014
32nd World Congress of Internal Medicine 201432nd World Congress of Internal Medicine 2014
32nd World Congress of Internal Medicine 2014
 
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
PEDOMAN OPERASIONAL PENILAIAN ANGKA KREDIT KENAIKAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN ...
 
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
Development of Dot-blot Hybridization Based on 522 bp Repetitive Sequence (R5...
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
 
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
 
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFKasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
 
Kasus Kecil Interna : Diare Kronik
Kasus Kecil Interna : Diare KronikKasus Kecil Interna : Diare Kronik
Kasus Kecil Interna : Diare Kronik
 
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
Makalah/Presentasi Kasus: Kepaniteraan Klinik Gigi & Mulut Universitas Sebela...
 
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory BiologyCoursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
Coursera Certificate: Preparation for Introductiory Biology
 
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental ChangeEdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
EdX Certificate: PH278x: Human Health and Global Environmental Change
 
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
Prospective development of rapid non-invasive Dengue virus detection method b...
 
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
Is Human Health Depends on the Health of Global Climate?
 
Coursera Certificate: Genes and The Human Condition
Coursera Certificate: Genes and The Human ConditionCoursera Certificate: Genes and The Human Condition
Coursera Certificate: Genes and The Human Condition
 
Coursera Certificate: Introductory Human Physiology
Coursera Certificate: Introductory Human PhysiologyCoursera Certificate: Introductory Human Physiology
Coursera Certificate: Introductory Human Physiology
 
Coursera Certificate: Calculus One
Coursera Certificate: Calculus OneCoursera Certificate: Calculus One
Coursera Certificate: Calculus One
 
INAMSC 2013
INAMSC 2013INAMSC 2013
INAMSC 2013
 
Coursera Certificate: Algebra
Coursera Certificate: AlgebraCoursera Certificate: Algebra
Coursera Certificate: Algebra
 
Coursera Certificate: Pre-Calculus
Coursera Certificate: Pre-CalculusCoursera Certificate: Pre-Calculus
Coursera Certificate: Pre-Calculus
 
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive StatisticsEdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
EdX Certificate: Stat2.1x Introduction to Statistics: Descriptive Statistics
 

Recently uploaded

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 

Recently uploaded (20)

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 

Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis

  • 1. LAPORAN KASUS BEDAH ANAK SEORANG ANAK PEREMPUAN 7 BULAN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEKSTRA REPONIBILIS Oleh: Tenri Ashari Wanahari (G99131087) Residen Pembimbing Pembimbing dr. Chrisna Budi Satriyo dr. Suwardi, Sp. B, Sp. BA KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2014
  • 2. 1 PRESENTASI KASUS I. IDENTITAS PENDERITA Nama : An. M Tanggal lahir/Umur : 31 Agustus 2013/ 7 bulan Jenis Kelamin : Laki laki Nama Ayah : Tn. N Pekerjaan Ayah : Swasta Agama : Islam Nama Ibu : Ny. S Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Alamat : Banjarsari Surakarta Jawa Tengah Tanggal masuk : 26 April 2014 Tanggal pemeriksaan : 28 April 2014 No. RM : 01215303 II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama Benjolan keluar masuk di lipat paha kanan B. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan benjolan pada lipat paha kanan pasien yang dapat hilang timbul. Benjolan sebesar telur puyuh, awalnya kecil kemudian semakin lama dirasakan semakin membesar. Benjolan timbul dengan gerakan aktif pasien, batuk, ataupun menangis dan hilang saat tidur/istirahat. Bak 3- 4 kali sehari, BAK berdarah (-), nyeri saat BAK (-), BAK menetes (-). BAB 1 - 2 kali sehari, BAB lendir (-), BAB berdarah (-).
  • 3. 2 C. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Riwayat Pneumonia : disangkal 2. Riwayat Kejang Demam : disangkal 3. Riwayat Diare : disangkal 4. Riwayat Asma : disangkal 5. Riwayat Campak : disangkal 6. Riwayat Alergi Obat/Makanan : disangkal 7. Riwayat Mondok : disangkal D. Riwayat Kelahiran Penderita dilahirkan per abdominal cukup bulan. Saat dilahirkan penderita menangis kuat, dan gerak aktif. BBL: 3800 gram, panjang badan: 48 cm, lingkar kepala: 34 cm, lingkar dada: 36 cm, lingkar lengan: 11 cm. Anus (+). III. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum - Keadaan umum : tampak pucat - Derajat kesadaran : compos mentis - Derajat gizi : gizi kesan cukup B. Tanda vital - Hearth Rate : 90 x/menit - Frekuensi Pernafasan : 24 x/ menit - Suhu : 36,9 0 C C. Kulit Kulit sawo matang, kering (-), ujud kelainan kulit (-), hiperpigmentasi (-) D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut kering (-), rambut warna hitam, sukar dicabut. E. Wajah Odema (-), wajah orang tua (-)
  • 4. 3 F. Mata Cekung (-/-), Oedema palpebra (-/-), Odema periorbita (-/-), konjungtiva anemis (+/+) , sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (2mm/2mm) G. Hidung Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi (-/-) H. Mulut Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (+), kering (-), malammpati 1 I. Telinga Daun telinga dalam batas normal, sekret (-) J. Tenggorok Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 - T1 K. Leher Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar, kaku kuduk (-), gerak bebas, deviasi trakhea (-), JVP tidak meningkat L. Toraks Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-) Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) Suara tambahan (-/-) M. Abdomen Inspeksi : Dinding Perut sejajar Dinding Dada Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi : Timpani Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tak teraba
  • 5. 4 N. Genitourinaria Penis normal, OUE di ujung glands penis O. Skrotum Testis dua buah P. Inguinal Status Lokalis Regio inguinalis dekstra Inspeksi : tampak adanya benjolan ukuran 2 cm x 1 cm x 1 cm dapat keluar masuk, tanda peradangan (-), warna sama dengan jaringan sekitar Q. Ekstremitas Akral dingin Oedem Anemis IV. ASSESSMENT I Hernia unguinalis lateralis dekstra reponibilis V. PLAN I Mondok bangsal Cek darah rutin, pt/aptt, HbsAg, Golongan darah VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium darah 26 April 2014 Hemoglobin : 10,4 g/dl Hematokrit : 32 % Eritrosit : 4,22 .106 µL Leukosit : 14,5 .103 µL Trombosit : 396.103 µL Golongan darah : A PT : 12,7 detik APTT : 35,2 detik Albumin : 4,1 g/dl - - - - - - - - - - - -
  • 6. 5 HbsAg : non reaktif Natrium : 131 mmol/L Kalium : 4,7 mmol/L Chlorida : 107 mmol/L VII. ASSESSMENT II Hernia unguinalis lateralis dekstra reponibilis VIII. PLAN II Herniotomy Konsul bagian anastesi
  • 7. 6 TINJAUAN PUSTAKA Definisi hernia Hernia didefinisikan sebagai penonjolan sebagian dari organ maupun jaringan melewati pembukaan abnormal pada dinding sekitarnya. Hernia paling sering terjadi pada dinding abdomen, tepatnya pada daerah yang aponeurosis dan fasianya tidak dilindungi oleh otot. Bagian tersebut terutama pada region inguinal, femoral, umbilical, linea alba, dan bagian bawa linea semilunaris. Epidemiologi dan faktor risiko Tiga dari empat kasus herniasi dinding abdomen terjadi pada inguinal, dengan perbandingan hernia indirek dan direk 2:1. Herniasi juga lebih sering terjadi pada bagian kanan dibandingkan bagian kiri. Terjadi pada pria 7 kali lebih sering dibandingkan wanita. Hernia femoral lebih sering terjadi pada usia lanjut dan pada pria yang telah dilakukan operasi hernia sebelumnya. Faktor risiko terjadinya hernia inguinal dengan komplikasi lebih berat diantaranya usia yang sangat muda, laki-laki, proses perjalanan penyakit yang lebih cepat, dan hernia pada sisi kanan. Gambar 5. Hernia dinding abdomen1
  • 8. 7 Etiologi Hernia terjadi ketika terjadi keterlambatan penurupan prosesus vaginalis setelah penurunan testis ke dalam skrotum selama perkembangan fetal. Penyebab terjadinya hernia belum sepenuhnya dipahami, namun diketahui terdapat perbedaan antara hernia pada anak dengan dewasa. Pada anak, penyebab tersering adalah gangguan kongenital kelainan jaringan ikat (misalnya anak dengan dislokasi panggul). Anatomi Seperti dijelaskan pada bagian embriologi, testis turun melalui kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis sendiri terbentuk dari aponeurosis m. oblikus abdominis eksternus, m. oblikus abdominis internus dan m. transversus abdominis. Pada bagian eksternal oleh aponeurosis m. oblikus abdominis eksternus (Poupart’s ligamen); bagian cefal oleh ligamentum inguinale propria yang merupakan gabungan ligamen m.oblikus abdominis internus dan m. transversus abdominis; pada bagian posterior dibentuk oleh fasia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis. Pada bagian superfisial, keluar korda spermatis, pada cincin inguinal eksternal yang berbentuk oval di sebelah lateral tuberkulum pubic. Gambar 8. Potongan parasagittal kanalis inguinalis “Nyhus’s classic”
  • 9. 8 Kanalis inguinalis sendiri merupakan kanal sepanjang 4 cm yang terletak 2-4 cm bagian cefal dari ligamen inguinal. Kanalis ini menghubungkan cincin inguinal internal dengan cincin inguinal eksternal yang berisi korda spermatikus dan ligamen melingkar dari uterus. Korda spermatikus terdiri dari serat m.cremaster, pembuluh limfe, dan prosesus vaginalis. M.cremaster sendiri merupakan perpenjangan m.oblikus internal. Pada perbatasan dinding kanal inguinal terdapat daerah segitiga Hesselbach, dengan batas superolateral a.vasa epigastrica inferior, batas medial m.rectus abdominis, dan bagian inferior ligamen inguinal. Selain itu terdapat pula kanal femoral, dengan batas anterior traktus illiopubic, batas posterior ligamen cooper, batas lateral v. femoral. Segitiga femoral terletak dengan apeks tuberkulum pubic. Bagian ini merupakan lokasi terbentuknya hernia femoralis, di sebelah medial pembuluh darah femoral. Klasifikasi hernia Hernia dapat digolongkan melalui beberapa pembagian, diantaranya:  Reducible vs irreducible. Hernia reducible dimana isi hernia dapat dikembalikan ke posisi seharusnya, sedangkan irreducible atau inkarserata jika tidak dapat dikembalikan.  Hernia eksternal vs hernia internal. Hernia eksternal meliputi seluruh lapisan dinding abdomen, sedangkan hernia internal dimana bagian usus yang menonjol hanya pada defek di rongga peritoneum. Kasus khusus dimana kantung hernia berada di dalam lapisan muskuloaponeurotik disebut hernia interparietal. Hernia inguinal dapat dibagi menjadi hernia indirek dan hernia direk. Pada hernia indirek kantung hernia melalui kanalis inguinal (melalui cincin inguinal internal secara oblik ke cincin inguinal eksternal, menuju skrotum); sedangkan pada hernia direk, kantung hernia menonjol keluar melalui bagian medial cincin inguinal internal dan di bagian inferior pembuluh darah epigastrik (tepatnya pada segitiga hesselbach). Dua dari tiga kasus hernia inguinal merupakan hernia indirek.
  • 10. 9 Gambar 9. Lokasi hernia indirek vs direk, gambaran dari struktur preperitoneal sisi inguinal kanan Komplikasi Hernia inguinal perlu mendapat perhatian, dan tidak dapat ditunda terlalu lama karena dapat menyebabkan komplikasi serius, berupa inkarserata, obstruksi usus, dan strangulasi. Inkarserata didefinisikan sebagai hernia yang tidak dapat direduksi, hal ini terjadi karena ukuran leher hernia relative dengan peningkatan ukuran usus yang melewatinya, maupun akibat terjadinya adesi dengan kantung hernia. Inkarserata bukan sebuah kondisi emergency, karena tidak membahayakan nyawa. Gejala yang ditunjukan mirip dengan gejala obstruksi, yakni muntah warna hijau, rasa penuh, dan konstipasi. Strangulasi dapat menyebabkan iskemia pada usus, dan terjadi nekrosis (gangrene) yang dapat menyebabkan sepsis dan membahayakan jiwa. Maka dari itu, tindakan pembedahan segera dibutuhkan setelah resusitasi cairan, antibiotik
  • 11. 10 dan dekompresi. Strangulasi lebih sering terjadi pada hernia yang lebih besar dengan lubang yang lebih kecil, dengan angka 1-3%. Gejala terjadinya strangulasi berupa gejala obstruksi yang khas dengan hernia yang tegang, dengan kuliat permukaan yang merah hingga kebiruan, serta kehilangan bising uysus pada bagian tersebut. Klinis pasien tampak sakit berat, dehidrasi dan demam disertai leukositosis, dan asidosis metabolik. Penegakan Diagnosis Anamnesis Pasien dengan hernia memiliki variasi gejala dari asimtomatik hingga nyeri hebat pada daerah kelamin. Pada pasien yang asimtomatik, biasanya diketahui memiliki hernia ketika melakukan pemeriksaan fisik rutin atau pun karena keingintahuan akan benjolan pada daerah kelamin yang tidak terasa sakit. Deskripsi gejala yang timbul pada pasien dengan hernia dapat berupa rasa berat atau tertarik pada daerah kelamin yang semakin memberat seiring berjalannya hari, muncul secara intermiten dan menjalar ke testis; keluhan nyeri tajam dapat dirasakan local atau difus namun jarang. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan cara terbaik dalam menyingkirkan diagnosis- diagnosis banding benjolan pada daerah kelamin, serta menentukan ada atau tidaknya hernia inguinalis. Diagnosis dapat ditegakan hanya dengan inspeksi adanya tonjolan pada daerah inguinal, namun pada hernia yang tidak kasat mat, diperlukan pemeriksaan lanjutan pada kanalis inguinalis. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pemeriksaan fisik pada organ skrotum dan pemeriksaan terhadap hernia itu sendiri. Skrotum Inspeksi pada pemeriksaan skrotum meliputi inspeksi pada kulit bagian anterior maupun posterior, dan kontur dari skrotum itu sendiri. Pada kasus dengan kecurigaan hernia, penting untuk memperhatikan kontur dari skrotum untuk melihat kesimetrisan pada kedua sisi skrotum. Swelling dapat mengindikasikan adanya hernia inguinalis, hidrokel, atau edema skrotalis.
  • 12. 11 Sedangkan pada undescended testicle (UDT) akan tampak salah satu sisi lebih kecil dibandingkan sisi sebelahnya atau kedua sisi tampak lebih kecil dibandingkan normal jika UDT terjadi di kedua testis. Keluhan swelling disertai nyeri dan rasa hangat mengindikasikan adanya epididymitis akut, orchitis, torsio dari spermatic cord, atau hernia inguinalis strangulate. Palpasi dilakukan pada setiap testis dan epididymis untuk menentukan ukuran dan bentuk, ada atau tidaknya nodul, serta nyeri ketika dilakukan penekanan. Adanya nodul yang tidak disertai nyeri pada pasien usia 15 hingga 35 tahun dapat dipikirkan merupakan tumor jinak testis. Palpasi pada spermatic cord untuk menyingkirkan dugaan adanya varikokel maupun hidrokel, dan palpasi pada vas deferens untuk menyingkirkan dugaan infeksi kronik yang menyebabkan penebalan pada vas deferens. Pemeriksaan transiluminasi dapat dilakukan dengan memberikan cahaya dari bagian posterior skrotum dan melewati bagian yang mengalami swelling. Pada kasus hidrokel akan tampak pendaran cahaya yang diteruskan oleh cairan di dalam skrotum yang tidak ditemukan pada testis normal ataupun kasus hernia. Hernia Hernia dapat terjadi baik pada bagian femoral maupun inguinal, sehingga pada inspeksi, bagian-bagian tersebut perlu diperhatikan lebih teliti, dan untuk meyakinkan bahwa pasien benar memiliki hernia, pasien diminta mengedan untuk menambah tekanan intraabdominal yang memastikan diagnosis hernia pada pasien. Gambar 10. Presensi Hernia pada Daerah Kelamin
  • 13. 12 Palpasi hernia inguinalis dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk tangan sesuai sisi yang diperiksa. Lakukan invaginasi kulit skrotum hingga menyentuh bagian kanalis inguinalis eksternal yang jika terjadi pelebaran cincin kanalis, jari telunjuk akan dapat memasuki kanalis tersebut. massa hernia akan menyentuh jari ketika pasien batuk atau mengedan ketika tengah dilakukan pemeriksaan. Pada hernia indirek, ujung jari akan dapat menahan sehingga tidak terjadi penonjolan hernia, sedangkan pada hernia direk tidak berpengaruh terhadap maneuver ini. Gambar 11. Teknik Pemeriksaan Hernia Inguinalis Pada kecurigaan adanya hernia skrotalis sebagai etiologi dari timbulnya benjolan di skrotum, dilakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan posisi berbaring dan berdiri. Pemeriksaan dengan posisi berdiri, dilakukan sebagaimana pemeriksaan hernia inguinalis, sedangkan pemeriksaan pada posisi berbaring dilakukan untuk melihat apakah benjolan menetap ketika berbaring atau menghilang. Hilangnya berjolan skrotum ketika berbaring mengindikasikan bahwa benjolan merupakan hernia. Lakukan pula perabaan pada benjolan skrotum dan coba cari bagian atas dari benjolan; pemeriksaan ini dapat membedakan benjolan berasal dari hernia atau merupakan suatu hidrokel. Pada hernia, bagian atas benjolan tidak dapat ditemukan dengan perabaan, namun dapat pada hidrokel.
  • 14. 13 Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk menemukan adanya suara usus pada kasus hernia, namun tidak pada hidrokel. GAMBAR 12. PERBANDINGAN HERNIA SKROTALIS DAN HIDROKEL Setelah dipastikan benjolan merupakan sebuah hernia, lakukan penekanan dengan menggunakan jari terhadap benjolan sebagai upaya mengembalikan massa ke rongga abdomen. Pada hernia inkarserata, massa tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga abdomen, sedangkan pada hernia strangulate terjadi compromised terhadap supply darah pada bagian organ yang terjebak dan ditandai dengan adanya tenderness, mual, muntah, dan hal ini membutuhkan tatalaksana bedah. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam membantu menegakkan diagnosis adalah USG. USG diketahui memiliki derajat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi adanya hernia direk, indirek, dan femoral. CT scan dari abdomen dan pelvis dapat dilakukan untuk mendiagnosis bentuk hernia lain atau pun massa di daerah kelamin yang atipikal. Tatalaksana Mayoritas surgeon berpendapat bahwa tatalaksana hernia yang paling baik adalah dengan operasi. Hal ini dikatakan karena kecenderungan hernia pada bagian kelamin akan menghasilkan pembesaran daerah yang mengalami hernia
  • 15. 14 secara progresif dan akan menimbulkan kelemahan otot yang akan berpotensi menjadi hernia inkarserata ataupun strangulate. Teknik operatif laparoskopik herniorafi banyak digunakan sebagai tatalaksana untuk hernia inguinalis berdasarkan pada kelebihannya yaitu lebih minimalnya rasa tidak nyaman atau nyeri setelah dilakukan tindakan operatif, waktu penyembuhan yang dibutuhkan lebih singkat sehingga akan lebih cepat kembali menjalankan aktivitas seperti biasa, kemampuan untuk menatalaksana hernia bilateral lebih baik dibandingkan dengan metode lain, dapat dilakukan simultan dengan laparoskopi diagnostik, paling mudah untuk melakukan ligasi pada kantung hernia, dan fungsi kosmetik lebih baik dibandingkan dengan metode lain. Namun, perlu diperhatikan komplikasi-komplikasi yang masih dapat terjadi pada penggunaan metode laparoskopi ini, antara lain adanya kemungkinan perforasi usus atau cedera vascular, adanya potensi timbulnya perlengketan pada daerah peritoneum yang renggang, atau pada lokasi ditempatkannya alat prostetik, dan dibutuhkannya anestesi umum dalam melakukan tindakan ini. Saat ini, terdapat 3 indikasi utama dilakukannya laparoskopi herniorafi, yaitu : 1. hernia rekuren setelah dilakukannya open repair 2. hernia bilateral 3. adanya hernia inguinalis pada pasien yang membutuhkan laparoskopi untuk prosedur lain.
  • 16. 15 DAFTAR PUSTAKA Mantu Nur Farid. Hernia Inguinalis pada Bayi dan Anak. Kuliah Bedah Anak.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999. Hal 17-304. Sabiston, Devid C; Buku Ajar Bedah : Sabiston’s Essential Surgey, Alih Bahasa Petrus Andrianto, Timah I. S; editor, Jonatan Oswan - Jakarta : EGC, 1995, hal228 - 231. Schrock, Theodore R, Ilmu Bedah; Handbook of Surgey, Penerjemah Med.Ajidharma dkk, Ed. 7 Jakarta, EGC, 1991, hal 300 - 302. Shochat Stephen. Hernia Inguinalis. 2000. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin(ed). Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol. 2 ed.15. Jakarta. Hal 1372- 1375. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC. 2005. Hal 524-5322.