3. Definisi
Otalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga. Otalgia adalah suatu
nyeri telinga, setiap penyakit yang mengenai daerah telinga
hampir semuanya terdapat gejala otalgia. Penyebab nyeri dalam
telinga itu sendiri dapat berasal dari telinga maupun diluar
telinga (Arnolds, 1984)
Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa
dilukiskan sebagai rasa terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa
bersifat ringan atau sangat hebat, atau konsisten dan
intermittent atau sementara. Pada keadaan terakhir, biasanya
sesuai ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang masuk (Petrus,
1986).
4. Etiologi
sakit telinga (otalgia) dapat dibagi menjadi 2 utama kategori:
primer dan
secondary
sakit telinga adalah entitas dimana asal nyeri timbul dari telinga itu
sendiri. dengan 50% dari kasus,bagaimanapun, sumber rasa sakit
tidak berada dalam telinga tapi, bukan, berasal dari sumber yang
jauh dari telinga yang disebut "disebut otalgia"
( Jaber, J. , Leonetti P., Lawrason A. , and Feustel P. Cervical spine
causes for referred otalgia. Otolaryngol Head Neck Surg 2008)
5. Otalgia Primer
a. Otitis Externa
b. Polikondritis
c. Otitis Media
d. Barotrauma
e. Mastoiditis Supuratif akut
f. Miringitis bulosa
6. Otalgia sekunder
a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus
(N.V)
PenyakitGigi
Iritasi Sinus Paranasal
Lesi di rongga mulut
Glandula salivatori
Iritasi Durameter
7. b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus
glossopharyngeal (N. IX)
d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
e. Nervus cervical
10. Secara singkat, sensation dari telinga dan dengan struktur berdekatan
sepanjang empat saraf kranial (V,VII, IX, dan X), pleksus servikal atas,
dan (Mungkin) serat simpatis servikal (1-5). Saraf ini memediasi otalgia
primer (nyeri telinga yang berasal di dalam telinga) (Gambar 1A dan B).
Disebut nyeri adalah pengalaman subjektif dari nyeri pada remote
struktur dari penyakit ini. Rasa sakit bersama-rute persarafan. Dengan
kata lain, nyeri (otalgia sekunder) adalah telinga dari struktur jauh
atau dari bagian luar telinga yang menerima persarafan sensorik dari
yang sama empat saraf kranial sebagai telinga itu sendiri: atas dan
traktat aerodigestive rendah, TMJs, gigi, saliva kelenjar, dan kelenjar
tiroid (2, 4, 5) (Gambar 1C).
(Jane L. Weissman, Departments of Radiology and Otolaryngology, University of Pittsburgh (Pa) Medical
Center)
12. (JOHN W. ELY, MD, MSPH; MARLAN R. HANSEN, MD; and ELIZABETH C. CLARK, MD, MPH, Diagnosis
of Ear Pain University of Iowa Carver College of Medicine, Iowa City, Iowa)
13. Manifestasi klinikSakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai dengan
gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab.
a. Bayi dan anak-anak
biasanya menjadi rewel,
sering menggaruk-garuk telinga atau menarik-narik telinga
bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran
Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga
yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang
timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-kadang
sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek.
b. Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan keluhan
selain nyeri adalah adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga,
gangguan pendengaran, pusing, vertigo dan
14. penatalaksanaan
A. Pengobatan akan diberikan sesuai dengan penyebab. Jika rasa nyeri pada
telinga disebabkan oleh:
1. Otitis Eksterna Akut (furunkel = bisul).
Beri tampon ichtiol biarkan selama 2 hari
Antibiotic ampisilin atau amoksilin
Analgetik
2. Otitis Eksterna Difus Akut
Antibiotic oral atau sistemik
Kompres dengan menggunakan rivano untuk mengurangi edema
liang telinga atau memasukkan tampon (kain kasa) dengan salep
antibiotic.
15. 3. Otitis Media Akut
Antibiotik dosis tinggi Penisilin IM atau Ampisilin, Amoksilin, dan
Eritromisin.
Dekongestan lokal dan sistemik.
Antipiretik
4. Mastoiditis Akut
Pembersihan liang telinga dengan kasa atau penghisap.
Obat tetes telinga.
Antibiotik dosis tinggi
Analgetik
Mastoidektomi
16. B. Pengambilan Serumen
Serumen dapat diambil dengan irigasi, pengisapan, atau
instrumentasi.Kecuali bila riwayat perforasi membrana
timpani atau terdapt imflamasi telinga luar ( otitis
eksterna), irigasi lembut merupakan prosedur yang
dapat diterima untuk mengambil serumen.
C. Penyemprotan Air ke dalam Telinga
D. Pemberian Minyak pada Serumen
17.
18. DEFINISI
Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah
dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat
dan singkat. Di mana peradanga terjadi pada
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah
(Djaafar et al, 2012).
19. ETIOLOGI
Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri
dan virus (Healy et al, 2003).
Bakteri
• Streptococcus pneumaniae (40%)
• Haemophilus influenza (25-30%)
• Moraxella catarrhalis (10-15%).
• Streptococcus grup A, dan Staphylococcus aureus (5% )
Virus
• Respiratory Syncytial Virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (30-
40%).
• parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus (10-15%).
20. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga
terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas,
termasuk nasofaring dan tuba Eustachius.
Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan
tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian
berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi
virus atau bakteridari nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba Eustachius.Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk
mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring.
Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi
proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam
telinga tengah.Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah
terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di
telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada
sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin
dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan
menyebabkan disfungsi tuba Eustachius.
Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi
dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan
imun terhadap infeksi bakteri.
21. Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi
lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani
dan tulangtulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas
terhadap getaran.
Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat
merobek membran timpani akibat tekanannya yang
meninggi
(Kerschner,
2007).
22. AKUT
OKLUSI
• terdapat sumbatan pada tuba eustachius yang ditandai gambaran retraksi membrane timpani
akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau
berwarna suram. Efusi mungkin telah terjadi akan tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit
dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi
PRE-
SUPURASI
• Pada stadium ini terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai
dengan membran timpani tampak hiperemis disertai edem pada mukosa dan adanya eksudat
sekret serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oklusi tuba berkepanjangan sehingga
terjadi invasi bakteri piogenik. Proses inflamasi yang terjadi menyebabkan membran timpani
menjadi kongesti. Biasanya pasien mengeluhkan otalgia, rasa penuh di telinga dan demam.
Pendengaran mungkin normal atau terjadi gangguan ringan yang tergantung dari cepatnya
proses hiperemis. Gejala berkisar 12 jam sampai 1 hari
23. SUPURATIF
• Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel epitel superfisial
serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran timpani tampak
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien akan merasa sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga yang bertambah hebat. Pasien merasa gelisah
dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai gangguan pendengaran konduktif.
PERFORASI
• Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah
ke liang telinga. Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotk dan tingginya
virulensi kuman.
RESOLUSI
• Pada stadium ini membran timpani berangsur menjadi normal, perforasi membran timpani
kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi.
(Djaafar et al, 2012).
24. DIAGNOSIS
1. Otoscope: diagnosis dengan melihat membrana
timpani.
2. Tympanometer adalah dengan mengukur
kelenturan membranan timpani . Dari tes ini akan
tergambarkan ada tidaknya akumulasi cairan di
telinga bagian tengah.
3. X-ray dan CT-scan ditujukan untuk mengkonfirmasi
adanya mastoiditis dan nekrosis tulang pada otitis
27. TERAPI POKOK
Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotika oral dan tetes
bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari bagi
pasien risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki riwayat
otitis ulangan ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien
risikotinggi. Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua
pilihan yaitu lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua
diindikasikan bila:
antibiotika pilihanpertama gagal
riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama
hipersensitivitas
Organisme resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang
dibuktikan dengan tes sensitifitas
adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan
antibiotika pilihan kedua.
28. TERAPI PENUNJANG
Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik
memberikan kenyamanan khususnya pada anak.
Terapi penunjanglain dengan menggunakan
dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid pada
otitis media akut tidak direkomendasikan, mengingat
tidak memberikan keuntungan namun justeru
meningkatkan risiko efek samping .
Dekongestan dan antihistamin hanya
direkomendasikan bila ada peran alergi yang dapat
berakibat kongesti pada saluran napas atas.
Sedangkan kortikosteroid oral mampu mengurangi
29.
30. Definisi
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus
paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak
dan dewasa yang biasanya didahului oleh infeksi saluran
napas atas.
31. KlasifikasiSinusitis dibedakan menjadi:
Sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari
baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang
dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang
hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14
hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret
yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39ºC) selama 3-4 hari.
Sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis
berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun
waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan.
Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih
dari 6 minggu.
32. Etiologi
Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret
hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau
jernih, dapat pula disertai bau, nyeri tekan pada wajah
di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi.
Tanda umum terdiri dari batuk, demam tinggi, sakit
kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan,
malaise.
34. Diagnosa
Penegakan diagnosis adalah melalui pemeriksaan
klinis THT, aspirasi sinus yang dilanjutkan dengan
kultur dan dijumpai lebih dari 104/ml koloni bakteri,
pemeriksaan x-ray dan CT scan (untuk kasus
kompleks). Sinusitis viral dibedakan dari sinusitis
bakteri bila gejala menetap lebih dari 10 hari atau
gejala memburuk setelah 5-7 hari. Selain itu sinusitis
virus menghasilkan demam menyerupai sinusitis
bakteri namun kualitas dan warna sekret hidung
jernih dan cair
35. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat sinusitis yang tidak
tertanganidengan baik adalah :
• Meningitis
• Septikemia
Sedangkan pada sinusitis kronik dapat terjadi kerusakan
mukosa sinus, sehingga memerlukan tindakan operatif
untuk menumbuhkan kembali mukosa yang sehat
37. Terapi TERAPI POKOK
Terapi pokok meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14 hari,
kecuali bila menggunakan azitromisin. Untuk gejala yang menetap setelah 10-
14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada kasus
yang kompleks diperlukan tindakan operasi.
TERAPI PENDUKUNG
Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan dekongestan.
Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh
alergi, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan
sekret. Pemakaian dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran
39. Nama lain : Clindamycin; Chlorlincocin; Clindamicina; Clindamycine; Clindamycinum; Zindaclin
: Cleocin
Rumus Kimia : C18H33ClN2O5S
Berat Molekul : 424.981 g/mol (Pubchem Open Chemistry)
40. Farmakologi clindamycin
Menghambat sintesis protein bakteri pada level 50s
ribosom. Sehingga, memperpanjang efek postantibiotc.
Juga mengurangi produksi toxin dan meningkatkan
opsonisasi mikrobial dan fagositosis bahkan pada
konsentrasi subinhibitor
(Current indication for the use of clindamycin)
41. Absorpsi
Bioavailabilitas : oral ( rapid; 90%)
Waktu puncak serum : selama 60 menit (per oral); 1-3 jam secara IM
Distribusi
Konsentrasi tinggi pada tulang dan urin
Tidak ada signifikan level pada CSF, bahkan dengan inflamasi meninges
Melewati plasenta; memasuki ASI
Vd : 2 L/kg
Metabolisme di hepar
Eliminasi
T1/2 : 2-3 jam (dewasa): 8,7 jam (premature neonatus); 3,6 jam (neonatus); 2 jam (anak-anak); 4 jam
(orang lanjut usia)
Ekskresi : urin (10%) sebagai obat aktif ; feses (4%) sebagai obat aktif
(sumber : Medscape Drug and Disease)
42. Indikasi Preoperative prophylaxis
Infeksi telinga bagian tengah
Infeksi intra-abdominal
Infeksi tulang atau persendian
pneumonia
Pharyngitis group A streptococcal
Servisitis Chlamydia trachomatis
Infeksi paru anaerob
Infeksi jaringan lunak dan tulang
Infeksi invasive group A Streptococcal
Perawatan infeksi kaki pada pasien diabetes
Aktivitas spectrum termasuk Staphylococcus, Streptococci dan Pneumococci,kebanyakan bakteri anaerobik (90% dari
Bacteroides fragilis), Chlamydia trachomatis dan beberapa protozoa
(Current indication for the use of clindamycin)
Digunakan sebelum dental prosedur atau operasi untuk mencegah infeksi (Medbroadcast)
Bacterioides fragilis (abces, endocarditis, bacteremia) clindamycin sebagai first line
Compylobacter jejuni (endocaditis, gastro-enteris) clindamycin sebagai second line
(Obat-obat penting Ed 6, 2007)
43. Keuntungannya :
Reabsorpsinya baik, sampai 90% pada lambung terisi
Masa paruhnya 3 jam
Khasiatnya 4x lebih kuat dibandingkan linkomisin
(Obat-obat penting Ed 6, 2007)
Kerugiannya :
- Colitis (lebih berat tetapi jarang)
- Harganya mahal
- Ruam
- Diare
- Spectrum terapi yang sempit (Current indication for the use of clindamycin)
44. Rumus kimia Metronidazole
Nama lain : flagyl, 2-Methyl-5-nitroimidazole-1-ethanol, novobidazol
Rumus kimia : C6H9N3O3
Berat molekul : 171,156 g/mol (Pubchem Open Chemistry)
45. Farmakologi Metronidazole
Menghambat sintesis asam nukleat dengan mengganggu DNA
menyebabkan hilangnya struktur helix DNA dan kerusakan
untaian DNA. Hal ini lebih jauh menyebabkan hambatan pada
sintesa protein dan kematian sel organisme (Drug Information
Handbook)
46. Indikasi Untuk pengobatan infeksi karena Trichomoniasis, amoebiasis dan giardiasis.
Infeksi bacterial anaerobik seperti spesies Bacteroides, fusobacteri dan Chlostridia
Hasil klinik yang baik juga pernah dilaporkan pada kasus vaginosis terhadap Gardnerella
vaginalis
(Metronidazole is Still Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)
47. Absorpsi
Bioavailabiliti : 80% absorpsi dari GI tract (per oral)
Protein buinding (<20%)
Peak serum time : 1-2 jam
Didistribusikan secara luas baik secara per oral maupun IV
Metabolisme : di hati,
Eliminasi :
T1/2 : 25-75 jam (neonatus); 8 jam (lainnya); T1/2 memanjang pada pasien dengan gangguan
hepar
Ekskresi
Urine (77%), feses (14%)
(sumber : Medscape Drug and Disease)
48. Kelebihan :
- Harganya murah
- Aktivitas yang baik terhadap bakteri patogenic anaerob
- Farmakokinetk dan farmakodinamik yang baik
- Efek merugikan yang kecil
Terserap dan terdistribusi dengan baik setelah pemakaian oral (Pharmacokinetics and
pharmacodynamics of the nitroimidazole antimicrobials)
- Digunakan sebagai kriteria standar untuk terapi infeksi anaerob (Metronidazole is Still Drug of
Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)
Kekurangan :
- Gak nemu
Sumber : (Metronidazole is Still Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)
49.
50. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang,
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan
dan keadaan lain (Katzung, 2011)
51. Indikasi kontraindikasi
Parasetamol merupakan pilihan
lini pertama bagi penanganan
demam dan nyeri sebagai
antipiretik dan analgetik.
Parasetamol digunakan bagi
nyeri yang ringan sampai
sedang.(Cranswick 2000)
Penderita gangguan fungsi hati
yang berat dan penderita
hipersensitif terhadap obat ini.
(Yulida 2009)
52. Farmakokinetika
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar
serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2
jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak
berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam
glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam
satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit
berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan
berikatan dengan sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002)
53.
54. Pseudoefedrin adalah salah satu alkaloid yang diperoleh
dari Epedra sp dan merupakan stereoisomer dari efedrin.
Pseudoefedrin HCl mempunyai rumus molekul =
C10H15NO.HCl; BM = 201,70;
pemerian : hablur putih atau serbuk putih, serbuk halus
putih atau hampir putih, bau khas lemah; kelarutan:
sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
agak sukar larut dalam kloroform; titik lebur : 182,50 –
182,50 ; pKa = 9,8 (Ditjen POM, 1995; Moffat, 2007).
55. indikasi kontraindikasi
Bantuan dari hidung atau
tabung kemacetan eustachius
(A to Z drug fact)
Hipersensitivitas untuk
amina simpatomimetik;
hipertensi berat; penyakit
arteri koroner; Terapi
inhibitor MAO; ibu
menyusui.
(A to Z drug fact)