SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
SKENARIO 3
Panca Indera 2
Otalgia
 Donnaryza arcintya A. 201310330311065
 Puspita sari 201310330311037
 Nur rohmat maulana S. 201310330311134
 Elgita meilia rizqi 201310330311095
 Kasnita 201310410311066
 Asfiyah 201310410311067
 Alfiyan iryanto 201310410311152
 Nursika vendilasari 201310410311282
 Nafiqotut T.K 201310410311292
 Lailatul khosi’ah 201310420311045
 Insani tegar belahaq 201310420311022
Definisi
 Otalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga. Otalgia adalah suatu
nyeri telinga, setiap penyakit yang mengenai daerah telinga
hampir semuanya terdapat gejala otalgia. Penyebab nyeri dalam
telinga itu sendiri dapat berasal dari telinga maupun diluar
telinga (Arnolds, 1984)
 Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa
dilukiskan sebagai rasa terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa
bersifat ringan atau sangat hebat, atau konsisten dan
intermittent atau sementara. Pada keadaan terakhir, biasanya
sesuai ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang masuk (Petrus,
1986).
Etiologi
sakit telinga (otalgia) dapat dibagi menjadi 2 utama kategori:
 primer dan
 secondary
sakit telinga adalah entitas dimana asal nyeri timbul dari telinga itu
sendiri. dengan 50% dari kasus,bagaimanapun, sumber rasa sakit
tidak berada dalam telinga tapi, bukan, berasal dari sumber yang
jauh dari telinga yang disebut "disebut otalgia"
( Jaber, J. , Leonetti P., Lawrason A. , and Feustel P. Cervical spine
causes for referred otalgia. Otolaryngol Head Neck Surg 2008)
Otalgia Primer
a. Otitis Externa
b. Polikondritis
c. Otitis Media
d. Barotrauma
e. Mastoiditis Supuratif akut
f. Miringitis bulosa
Otalgia sekunder
a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus
(N.V)
 PenyakitGigi
 Iritasi Sinus Paranasal
 Lesi di rongga mulut
 Glandula salivatori
 Iritasi Durameter
b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus
glossopharyngeal (N. IX)
d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
e. Nervus cervical
patofisiologi
(http://www.mejfm.com/journal/May2006/
managementotalgia.htm)
 Secara singkat, sensation dari telinga dan dengan struktur berdekatan
sepanjang empat saraf kranial (V,VII, IX, dan X), pleksus servikal atas,
dan (Mungkin) serat simpatis servikal (1-5). Saraf ini memediasi otalgia
primer (nyeri telinga yang berasal di dalam telinga) (Gambar 1A dan B).
 Disebut nyeri adalah pengalaman subjektif dari nyeri pada remote
struktur dari penyakit ini. Rasa sakit bersama-rute persarafan. Dengan
kata lain, nyeri (otalgia sekunder) adalah telinga dari struktur jauh
atau dari bagian luar telinga yang menerima persarafan sensorik dari
yang sama empat saraf kranial sebagai telinga itu sendiri: atas dan
traktat aerodigestive rendah, TMJs, gigi, saliva kelenjar, dan kelenjar
tiroid (2, 4, 5) (Gambar 1C).
(Jane L. Weissman, Departments of Radiology and Otolaryngology, University of Pittsburgh (Pa) Medical
Center)
Penyebab umum
(JOHN W. ELY, MD, MSPH; MARLAN R. HANSEN, MD; and ELIZABETH C. CLARK, MD, MPH, Diagnosis
of Ear Pain University of Iowa Carver College of Medicine, Iowa City, Iowa)
Manifestasi klinikSakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai dengan
gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab.
a. Bayi dan anak-anak
 biasanya menjadi rewel,
 sering menggaruk-garuk telinga atau menarik-narik telinga
 bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran
 Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga
yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang
timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-kadang
sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek.
b. Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan keluhan
 selain nyeri adalah adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga,
 gangguan pendengaran, pusing, vertigo dan
penatalaksanaan
A. Pengobatan akan diberikan sesuai dengan penyebab. Jika rasa nyeri pada
telinga disebabkan oleh:
1. Otitis Eksterna Akut (furunkel = bisul).
 Beri tampon ichtiol biarkan selama 2 hari
 Antibiotic ampisilin atau amoksilin
 Analgetik
2. Otitis Eksterna Difus Akut
 Antibiotic oral atau sistemik
 Kompres dengan menggunakan rivano untuk mengurangi edema
liang telinga atau memasukkan tampon (kain kasa) dengan salep
antibiotic.
3. Otitis Media Akut
 Antibiotik dosis tinggi Penisilin IM atau Ampisilin, Amoksilin, dan
Eritromisin.
 Dekongestan lokal dan sistemik.
 Antipiretik
4. Mastoiditis Akut
 Pembersihan liang telinga dengan kasa atau penghisap.
 Obat tetes telinga.
 Antibiotik dosis tinggi
 Analgetik
 Mastoidektomi
B. Pengambilan Serumen
Serumen dapat diambil dengan irigasi, pengisapan, atau
instrumentasi.Kecuali bila riwayat perforasi membrana
timpani atau terdapt imflamasi telinga luar ( otitis
eksterna), irigasi lembut merupakan prosedur yang
dapat diterima untuk mengambil serumen.
C. Penyemprotan Air ke dalam Telinga
D. Pemberian Minyak pada Serumen
DEFINISI
Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah
dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat
dan singkat. Di mana peradanga terjadi pada
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah
(Djaafar et al, 2012).
ETIOLOGI
 Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri
dan virus (Healy et al, 2003).
Bakteri
• Streptococcus pneumaniae (40%)
• Haemophilus influenza (25-30%)
• Moraxella catarrhalis (10-15%).
• Streptococcus grup A, dan Staphylococcus aureus (5% )
Virus
• Respiratory Syncytial Virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (30-
40%).
• parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus (10-15%).
PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga
terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas,
termasuk nasofaring dan tuba Eustachius.
Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan
tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian
berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi
virus atau bakteridari nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba Eustachius.Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk
mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring.
Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi
proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam
telinga tengah.Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah
terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di
telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada
sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin
dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan
menyebabkan disfungsi tuba Eustachius.
Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi
dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan
imun terhadap infeksi bakteri.
Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi
lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani
dan tulangtulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas
terhadap getaran.
Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat
merobek membran timpani akibat tekanannya yang
meninggi
(Kerschner,
2007).
AKUT
OKLUSI
• terdapat sumbatan pada tuba eustachius yang ditandai gambaran retraksi membrane timpani
akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau
berwarna suram. Efusi mungkin telah terjadi akan tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit
dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi
PRE-
SUPURASI
• Pada stadium ini terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai
dengan membran timpani tampak hiperemis disertai edem pada mukosa dan adanya eksudat
sekret serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oklusi tuba berkepanjangan sehingga
terjadi invasi bakteri piogenik. Proses inflamasi yang terjadi menyebabkan membran timpani
menjadi kongesti. Biasanya pasien mengeluhkan otalgia, rasa penuh di telinga dan demam.
Pendengaran mungkin normal atau terjadi gangguan ringan yang tergantung dari cepatnya
proses hiperemis. Gejala berkisar 12 jam sampai 1 hari
SUPURATIF
• Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel epitel superfisial
serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran timpani tampak
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien akan merasa sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga yang bertambah hebat. Pasien merasa gelisah
dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai gangguan pendengaran konduktif.
PERFORASI
• Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah
ke liang telinga. Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotk dan tingginya
virulensi kuman.
RESOLUSI
• Pada stadium ini membran timpani berangsur menjadi normal, perforasi membran timpani
kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi.
(Djaafar et al, 2012).
DIAGNOSIS
1. Otoscope: diagnosis dengan melihat membrana
timpani.
2. Tympanometer adalah dengan mengukur
kelenturan membranan timpani . Dari tes ini akan
tergambarkan ada tidaknya akumulasi cairan di
telinga bagian tengah.
3. X-ray dan CT-scan ditujukan untuk mengkonfirmasi
adanya mastoiditis dan nekrosis tulang pada otitis
KOMPLIKASI
Komplikasi otitis media meliputi:
Mastoiditis
Paralisis syaraf ke-7
Thrombosis sinus lateral
Meningitis
Abses otak
Labyrinthitis.
TERAPI
OUTCOME
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi nyeri,
eradikasi infeksi, dan mencegah komplikasi.
TERAPI POKOK
 Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotika oral dan tetes
bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari bagi
pasien risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki riwayat
otitis ulangan ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien
risikotinggi. Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua
pilihan yaitu lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua
diindikasikan bila:
 antibiotika pilihanpertama gagal
 riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama
 hipersensitivitas
 Organisme resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang
dibuktikan dengan tes sensitifitas
 adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan
antibiotika pilihan kedua.
TERAPI PENUNJANG
Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik
memberikan kenyamanan khususnya pada anak.
Terapi penunjanglain dengan menggunakan
dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid pada
otitis media akut tidak direkomendasikan, mengingat
tidak memberikan keuntungan namun justeru
meningkatkan risiko efek samping .
Dekongestan dan antihistamin hanya
direkomendasikan bila ada peran alergi yang dapat
berakibat kongesti pada saluran napas atas.
Sedangkan kortikosteroid oral mampu mengurangi
Definisi
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus
paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak
dan dewasa yang biasanya didahului oleh infeksi saluran
napas atas.
KlasifikasiSinusitis dibedakan menjadi:
 Sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari
baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang
dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang
hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14
hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret
yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39ºC) selama 3-4 hari.
 Sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis
berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun
waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan.
 Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih
dari 6 minggu.
Etiologi
 Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret
hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau
jernih, dapat pula disertai bau, nyeri tekan pada wajah
di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi.
 Tanda umum terdiri dari batuk, demam tinggi, sakit
kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan,
malaise.
Patofisiologi
Diagnosa
 Penegakan diagnosis adalah melalui pemeriksaan
klinis THT, aspirasi sinus yang dilanjutkan dengan
kultur dan dijumpai lebih dari 104/ml koloni bakteri,
pemeriksaan x-ray dan CT scan (untuk kasus
kompleks). Sinusitis viral dibedakan dari sinusitis
bakteri bila gejala menetap lebih dari 10 hari atau
gejala memburuk setelah 5-7 hari. Selain itu sinusitis
virus menghasilkan demam menyerupai sinusitis
bakteri namun kualitas dan warna sekret hidung
jernih dan cair
Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat sinusitis yang tidak
tertanganidengan baik adalah :
• Meningitis
• Septikemia
Sedangkan pada sinusitis kronik dapat terjadi kerusakan
mukosa sinus, sehingga memerlukan tindakan operatif
untuk menumbuhkan kembali mukosa yang sehat
Terapi
 Outcome
Membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret,
dan mengeradikasi kuman.
Terapi TERAPI POKOK
Terapi pokok meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14 hari,
kecuali bila menggunakan azitromisin. Untuk gejala yang menetap setelah 10-
14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada kasus
yang kompleks diperlukan tindakan operasi.
 TERAPI PENDUKUNG
Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan dekongestan.
Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh
alergi, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan
sekret. Pemakaian dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran
TERAPI FARMAKOLOGI
Nama lain : Clindamycin; Chlorlincocin; Clindamicina; Clindamycine; Clindamycinum; Zindaclin
: Cleocin
Rumus Kimia : C18H33ClN2O5S
Berat Molekul : 424.981 g/mol (Pubchem Open Chemistry)
Farmakologi clindamycin
Menghambat sintesis protein bakteri pada level 50s
ribosom. Sehingga, memperpanjang efek postantibiotc.
Juga mengurangi produksi toxin dan meningkatkan
opsonisasi mikrobial dan fagositosis bahkan pada
konsentrasi subinhibitor
(Current indication for the use of clindamycin)
Absorpsi
Bioavailabilitas : oral ( rapid; 90%)
Waktu puncak serum : selama 60 menit (per oral); 1-3 jam secara IM
Distribusi
Konsentrasi tinggi pada tulang dan urin
Tidak ada signifikan level pada CSF, bahkan dengan inflamasi meninges
Melewati plasenta; memasuki ASI
Vd : 2 L/kg
Metabolisme di hepar
Eliminasi
T1/2 : 2-3 jam (dewasa): 8,7 jam (premature neonatus); 3,6 jam (neonatus); 2 jam (anak-anak); 4 jam
(orang lanjut usia)
Ekskresi : urin (10%) sebagai obat aktif ; feses (4%) sebagai obat aktif
(sumber : Medscape Drug and Disease)
Indikasi Preoperative prophylaxis
 Infeksi telinga bagian tengah
 Infeksi intra-abdominal
 Infeksi tulang atau persendian
 pneumonia
 Pharyngitis group A streptococcal
 Servisitis Chlamydia trachomatis
 Infeksi paru anaerob
 Infeksi jaringan lunak dan tulang
 Infeksi invasive group A Streptococcal
 Perawatan infeksi kaki pada pasien diabetes
 Aktivitas spectrum termasuk Staphylococcus, Streptococci dan Pneumococci,kebanyakan bakteri anaerobik (90% dari
Bacteroides fragilis), Chlamydia trachomatis dan beberapa protozoa
(Current indication for the use of clindamycin)
 Digunakan sebelum dental prosedur atau operasi untuk mencegah infeksi (Medbroadcast)
 Bacterioides fragilis (abces, endocarditis, bacteremia)  clindamycin sebagai first line
 Compylobacter jejuni (endocaditis, gastro-enteris)  clindamycin sebagai second line
(Obat-obat penting Ed 6, 2007)
Keuntungannya :
 Reabsorpsinya baik, sampai 90% pada lambung terisi
 Masa paruhnya 3 jam
 Khasiatnya 4x lebih kuat dibandingkan linkomisin
(Obat-obat penting Ed 6, 2007)
Kerugiannya :
- Colitis (lebih berat tetapi jarang)
- Harganya mahal
- Ruam
- Diare
- Spectrum terapi yang sempit (Current indication for the use of clindamycin)
Rumus kimia Metronidazole
Nama lain : flagyl, 2-Methyl-5-nitroimidazole-1-ethanol, novobidazol
Rumus kimia : C6H9N3O3
Berat molekul : 171,156 g/mol (Pubchem Open Chemistry)
Farmakologi Metronidazole
Menghambat sintesis asam nukleat dengan mengganggu DNA
menyebabkan hilangnya struktur helix DNA dan kerusakan
untaian DNA. Hal ini lebih jauh menyebabkan hambatan pada
sintesa protein dan kematian sel organisme (Drug Information
Handbook)
Indikasi Untuk pengobatan infeksi karena Trichomoniasis, amoebiasis dan giardiasis.
 Infeksi bacterial anaerobik seperti spesies Bacteroides, fusobacteri dan Chlostridia
 Hasil klinik yang baik juga pernah dilaporkan pada kasus vaginosis terhadap Gardnerella
vaginalis
(Metronidazole is Still Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)
Absorpsi
Bioavailabiliti : 80% absorpsi dari GI tract (per oral)
Protein buinding (<20%)
Peak serum time : 1-2 jam
Didistribusikan secara luas baik secara per oral maupun IV
Metabolisme : di hati,
Eliminasi :
T1/2 : 25-75 jam (neonatus); 8 jam (lainnya); T1/2 memanjang pada pasien dengan gangguan
hepar
Ekskresi
Urine (77%), feses (14%)
(sumber : Medscape Drug and Disease)
 Kelebihan :
- Harganya murah
- Aktivitas yang baik terhadap bakteri patogenic anaerob
- Farmakokinetk dan farmakodinamik yang baik
- Efek merugikan yang kecil
 Terserap dan terdistribusi dengan baik setelah pemakaian oral (Pharmacokinetics and
pharmacodynamics of the nitroimidazole antimicrobials)
- Digunakan sebagai kriteria standar untuk terapi infeksi anaerob (Metronidazole is Still Drug of
Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)
 Kekurangan :
- Gak nemu
Sumber : (Metronidazole is Still Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang,
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan
dan keadaan lain (Katzung, 2011)
Indikasi kontraindikasi
Parasetamol merupakan pilihan
lini pertama bagi penanganan
demam dan nyeri sebagai
antipiretik dan analgetik.
Parasetamol digunakan bagi
nyeri yang ringan sampai
sedang.(Cranswick 2000)
Penderita gangguan fungsi hati
yang berat dan penderita
hipersensitif terhadap obat ini.
(Yulida 2009)
Farmakokinetika
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar
serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2
jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak
berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam
glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam
satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit
berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan
berikatan dengan sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002)
Pseudoefedrin adalah salah satu alkaloid yang diperoleh
dari Epedra sp dan merupakan stereoisomer dari efedrin.
Pseudoefedrin HCl mempunyai rumus molekul =
C10H15NO.HCl; BM = 201,70;
pemerian : hablur putih atau serbuk putih, serbuk halus
putih atau hampir putih, bau khas lemah; kelarutan:
sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
agak sukar larut dalam kloroform; titik lebur : 182,50 –
182,50 ; pKa = 9,8 (Ditjen POM, 1995; Moffat, 2007).
indikasi kontraindikasi
Bantuan dari hidung atau
tabung kemacetan eustachius
(A to Z drug fact)
Hipersensitivitas untuk
amina simpatomimetik;
hipertensi berat; penyakit
arteri koroner; Terapi
inhibitor MAO; ibu
menyusui.
(A to Z drug fact)

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
 
Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kita
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Isk
IskIsk
Isk
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
 
referrat gerd
 referrat gerd referrat gerd
referrat gerd
 
Manajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisManajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitis
 
Ppt pneumonia
Ppt pneumoniaPpt pneumonia
Ppt pneumonia
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Diare akut
Diare akutDiare akut
Diare akut
 
CBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotor
 
Insufisiensi Kelenjar Adrenal
Insufisiensi Kelenjar AdrenalInsufisiensi Kelenjar Adrenal
Insufisiensi Kelenjar Adrenal
 
Diare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non DehidrasiDiare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non Dehidrasi
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Uji chi square kel 1
Uji chi square kel 1Uji chi square kel 1
Uji chi square kel 1
 

Similar to IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)

Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahYohanita Tengku
 
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaAnatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaNova Mandasari
 
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptfdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptRandiDoank2
 
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxOtitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxjonathan9410
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)Riedha Poenya
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaranadrianto2013001
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 

Similar to IPE Pancaindra otalgia (skenario 3) (20)

Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
otitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptxotitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptx
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaAnatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
 
Askep serumen
Askep serumenAskep serumen
Askep serumen
 
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptfdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
 
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxOtitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaran
 
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNAAnis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNAPenumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
 

More from university of muhammadiyah malang (13)

Kelompok 06 home visit UMM
Kelompok 06 home visit  UMMKelompok 06 home visit  UMM
Kelompok 06 home visit UMM
 
Komunikasi interprofesional (IPE)
Komunikasi interprofesional (IPE) Komunikasi interprofesional (IPE)
Komunikasi interprofesional (IPE)
 
ipe pancaindra skenario 1
ipe pancaindra skenario 1ipe pancaindra skenario 1
ipe pancaindra skenario 1
 
IPE pancaindra dvt (Deep Vein Thrombosis) / skenario 2
IPE pancaindra dvt (Deep Vein Thrombosis) / skenario 2IPE pancaindra dvt (Deep Vein Thrombosis) / skenario 2
IPE pancaindra dvt (Deep Vein Thrombosis) / skenario 2
 
latihan soal farter 2 umm
latihan soal farter 2 ummlatihan soal farter 2 umm
latihan soal farter 2 umm
 
latihan soal uas farmasi klinik UMM
latihan soal uas farmasi klinik UMM latihan soal uas farmasi klinik UMM
latihan soal uas farmasi klinik UMM
 
Preskripsi alergi
Preskripsi  alergiPreskripsi  alergi
Preskripsi alergi
 
preskripsi ispa
preskripsi ispapreskripsi ispa
preskripsi ispa
 
preskripsi gastritis
preskripsi gastritis preskripsi gastritis
preskripsi gastritis
 
KIMOR 2 : asam karboksilat
KIMOR 2 : asam karboksilatKIMOR 2 : asam karboksilat
KIMOR 2 : asam karboksilat
 
Fenomena antarmuka
Fenomena antarmuka Fenomena antarmuka
Fenomena antarmuka
 
kimia Farmasi Analisis Spektroskopi
kimia Farmasi Analisis Spektroskopikimia Farmasi Analisis Spektroskopi
kimia Farmasi Analisis Spektroskopi
 
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Viskimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
 

Recently uploaded

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)

  • 2. Otalgia  Donnaryza arcintya A. 201310330311065  Puspita sari 201310330311037  Nur rohmat maulana S. 201310330311134  Elgita meilia rizqi 201310330311095  Kasnita 201310410311066  Asfiyah 201310410311067  Alfiyan iryanto 201310410311152  Nursika vendilasari 201310410311282  Nafiqotut T.K 201310410311292  Lailatul khosi’ah 201310420311045  Insani tegar belahaq 201310420311022
  • 3. Definisi  Otalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga. Otalgia adalah suatu nyeri telinga, setiap penyakit yang mengenai daerah telinga hampir semuanya terdapat gejala otalgia. Penyebab nyeri dalam telinga itu sendiri dapat berasal dari telinga maupun diluar telinga (Arnolds, 1984)  Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa dilukiskan sebagai rasa terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa bersifat ringan atau sangat hebat, atau konsisten dan intermittent atau sementara. Pada keadaan terakhir, biasanya sesuai ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang masuk (Petrus, 1986).
  • 4. Etiologi sakit telinga (otalgia) dapat dibagi menjadi 2 utama kategori:  primer dan  secondary sakit telinga adalah entitas dimana asal nyeri timbul dari telinga itu sendiri. dengan 50% dari kasus,bagaimanapun, sumber rasa sakit tidak berada dalam telinga tapi, bukan, berasal dari sumber yang jauh dari telinga yang disebut "disebut otalgia" ( Jaber, J. , Leonetti P., Lawrason A. , and Feustel P. Cervical spine causes for referred otalgia. Otolaryngol Head Neck Surg 2008)
  • 5. Otalgia Primer a. Otitis Externa b. Polikondritis c. Otitis Media d. Barotrauma e. Mastoiditis Supuratif akut f. Miringitis bulosa
  • 6. Otalgia sekunder a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)  PenyakitGigi  Iritasi Sinus Paranasal  Lesi di rongga mulut  Glandula salivatori  Iritasi Durameter
  • 7. b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX) d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X) e. Nervus cervical
  • 9.
  • 10.  Secara singkat, sensation dari telinga dan dengan struktur berdekatan sepanjang empat saraf kranial (V,VII, IX, dan X), pleksus servikal atas, dan (Mungkin) serat simpatis servikal (1-5). Saraf ini memediasi otalgia primer (nyeri telinga yang berasal di dalam telinga) (Gambar 1A dan B).  Disebut nyeri adalah pengalaman subjektif dari nyeri pada remote struktur dari penyakit ini. Rasa sakit bersama-rute persarafan. Dengan kata lain, nyeri (otalgia sekunder) adalah telinga dari struktur jauh atau dari bagian luar telinga yang menerima persarafan sensorik dari yang sama empat saraf kranial sebagai telinga itu sendiri: atas dan traktat aerodigestive rendah, TMJs, gigi, saliva kelenjar, dan kelenjar tiroid (2, 4, 5) (Gambar 1C). (Jane L. Weissman, Departments of Radiology and Otolaryngology, University of Pittsburgh (Pa) Medical Center)
  • 12. (JOHN W. ELY, MD, MSPH; MARLAN R. HANSEN, MD; and ELIZABETH C. CLARK, MD, MPH, Diagnosis of Ear Pain University of Iowa Carver College of Medicine, Iowa City, Iowa)
  • 13. Manifestasi klinikSakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab. a. Bayi dan anak-anak  biasanya menjadi rewel,  sering menggaruk-garuk telinga atau menarik-narik telinga  bila penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan pendengaran  Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek. b. Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan keluhan  selain nyeri adalah adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga,  gangguan pendengaran, pusing, vertigo dan
  • 14. penatalaksanaan A. Pengobatan akan diberikan sesuai dengan penyebab. Jika rasa nyeri pada telinga disebabkan oleh: 1. Otitis Eksterna Akut (furunkel = bisul).  Beri tampon ichtiol biarkan selama 2 hari  Antibiotic ampisilin atau amoksilin  Analgetik 2. Otitis Eksterna Difus Akut  Antibiotic oral atau sistemik  Kompres dengan menggunakan rivano untuk mengurangi edema liang telinga atau memasukkan tampon (kain kasa) dengan salep antibiotic.
  • 15. 3. Otitis Media Akut  Antibiotik dosis tinggi Penisilin IM atau Ampisilin, Amoksilin, dan Eritromisin.  Dekongestan lokal dan sistemik.  Antipiretik 4. Mastoiditis Akut  Pembersihan liang telinga dengan kasa atau penghisap.  Obat tetes telinga.  Antibiotik dosis tinggi  Analgetik  Mastoidektomi
  • 16. B. Pengambilan Serumen Serumen dapat diambil dengan irigasi, pengisapan, atau instrumentasi.Kecuali bila riwayat perforasi membrana timpani atau terdapt imflamasi telinga luar ( otitis eksterna), irigasi lembut merupakan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil serumen. C. Penyemprotan Air ke dalam Telinga D. Pemberian Minyak pada Serumen
  • 17.
  • 18. DEFINISI Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Di mana peradanga terjadi pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah (Djaafar et al, 2012).
  • 19. ETIOLOGI  Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus (Healy et al, 2003). Bakteri • Streptococcus pneumaniae (40%) • Haemophilus influenza (25-30%) • Moraxella catarrhalis (10-15%). • Streptococcus grup A, dan Staphylococcus aureus (5% ) Virus • Respiratory Syncytial Virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (30- 40%). • parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus (10-15%).
  • 20. PATOFISIOLOGI Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau bakteridari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius.Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah.Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imun terhadap infeksi bakteri.
  • 21. Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulangtulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi (Kerschner, 2007).
  • 22. AKUT OKLUSI • terdapat sumbatan pada tuba eustachius yang ditandai gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau berwarna suram. Efusi mungkin telah terjadi akan tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi PRE- SUPURASI • Pada stadium ini terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai dengan membran timpani tampak hiperemis disertai edem pada mukosa dan adanya eksudat sekret serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oklusi tuba berkepanjangan sehingga terjadi invasi bakteri piogenik. Proses inflamasi yang terjadi menyebabkan membran timpani menjadi kongesti. Biasanya pasien mengeluhkan otalgia, rasa penuh di telinga dan demam. Pendengaran mungkin normal atau terjadi gangguan ringan yang tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Gejala berkisar 12 jam sampai 1 hari
  • 23. SUPURATIF • Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien akan merasa sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga yang bertambah hebat. Pasien merasa gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai gangguan pendengaran konduktif. PERFORASI • Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga. Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotk dan tingginya virulensi kuman. RESOLUSI • Pada stadium ini membran timpani berangsur menjadi normal, perforasi membran timpani kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi. (Djaafar et al, 2012).
  • 24. DIAGNOSIS 1. Otoscope: diagnosis dengan melihat membrana timpani. 2. Tympanometer adalah dengan mengukur kelenturan membranan timpani . Dari tes ini akan tergambarkan ada tidaknya akumulasi cairan di telinga bagian tengah. 3. X-ray dan CT-scan ditujukan untuk mengkonfirmasi adanya mastoiditis dan nekrosis tulang pada otitis
  • 25. KOMPLIKASI Komplikasi otitis media meliputi: Mastoiditis Paralisis syaraf ke-7 Thrombosis sinus lateral Meningitis Abses otak Labyrinthitis.
  • 26. TERAPI OUTCOME Tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi nyeri, eradikasi infeksi, dan mencegah komplikasi.
  • 27. TERAPI POKOK  Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotika oral dan tetes bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari bagi pasien risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki riwayat otitis ulangan ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien risikotinggi. Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua diindikasikan bila:  antibiotika pilihanpertama gagal  riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama  hipersensitivitas  Organisme resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang dibuktikan dengan tes sensitifitas  adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua.
  • 28. TERAPI PENUNJANG Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik memberikan kenyamanan khususnya pada anak. Terapi penunjanglain dengan menggunakan dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid pada otitis media akut tidak direkomendasikan, mengingat tidak memberikan keuntungan namun justeru meningkatkan risiko efek samping . Dekongestan dan antihistamin hanya direkomendasikan bila ada peran alergi yang dapat berakibat kongesti pada saluran napas atas. Sedangkan kortikosteroid oral mampu mengurangi
  • 29.
  • 30. Definisi Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas.
  • 31. KlasifikasiSinusitis dibedakan menjadi:  Sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39ºC) selama 3-4 hari.  Sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan.  Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu.
  • 32. Etiologi  Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih, dapat pula disertai bau, nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi.  Tanda umum terdiri dari batuk, demam tinggi, sakit kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan, malaise.
  • 34. Diagnosa  Penegakan diagnosis adalah melalui pemeriksaan klinis THT, aspirasi sinus yang dilanjutkan dengan kultur dan dijumpai lebih dari 104/ml koloni bakteri, pemeriksaan x-ray dan CT scan (untuk kasus kompleks). Sinusitis viral dibedakan dari sinusitis bakteri bila gejala menetap lebih dari 10 hari atau gejala memburuk setelah 5-7 hari. Selain itu sinusitis virus menghasilkan demam menyerupai sinusitis bakteri namun kualitas dan warna sekret hidung jernih dan cair
  • 35. Komplikasi Komplikasi yang timbul akibat sinusitis yang tidak tertanganidengan baik adalah : • Meningitis • Septikemia Sedangkan pada sinusitis kronik dapat terjadi kerusakan mukosa sinus, sehingga memerlukan tindakan operatif untuk menumbuhkan kembali mukosa yang sehat
  • 36. Terapi  Outcome Membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret, dan mengeradikasi kuman.
  • 37. Terapi TERAPI POKOK Terapi pokok meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14 hari, kecuali bila menggunakan azitromisin. Untuk gejala yang menetap setelah 10- 14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada kasus yang kompleks diperlukan tindakan operasi.  TERAPI PENDUKUNG Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan dekongestan. Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh alergi, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan sekret. Pemakaian dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran
  • 39. Nama lain : Clindamycin; Chlorlincocin; Clindamicina; Clindamycine; Clindamycinum; Zindaclin : Cleocin Rumus Kimia : C18H33ClN2O5S Berat Molekul : 424.981 g/mol (Pubchem Open Chemistry)
  • 40. Farmakologi clindamycin Menghambat sintesis protein bakteri pada level 50s ribosom. Sehingga, memperpanjang efek postantibiotc. Juga mengurangi produksi toxin dan meningkatkan opsonisasi mikrobial dan fagositosis bahkan pada konsentrasi subinhibitor (Current indication for the use of clindamycin)
  • 41. Absorpsi Bioavailabilitas : oral ( rapid; 90%) Waktu puncak serum : selama 60 menit (per oral); 1-3 jam secara IM Distribusi Konsentrasi tinggi pada tulang dan urin Tidak ada signifikan level pada CSF, bahkan dengan inflamasi meninges Melewati plasenta; memasuki ASI Vd : 2 L/kg Metabolisme di hepar Eliminasi T1/2 : 2-3 jam (dewasa): 8,7 jam (premature neonatus); 3,6 jam (neonatus); 2 jam (anak-anak); 4 jam (orang lanjut usia) Ekskresi : urin (10%) sebagai obat aktif ; feses (4%) sebagai obat aktif (sumber : Medscape Drug and Disease)
  • 42. Indikasi Preoperative prophylaxis  Infeksi telinga bagian tengah  Infeksi intra-abdominal  Infeksi tulang atau persendian  pneumonia  Pharyngitis group A streptococcal  Servisitis Chlamydia trachomatis  Infeksi paru anaerob  Infeksi jaringan lunak dan tulang  Infeksi invasive group A Streptococcal  Perawatan infeksi kaki pada pasien diabetes  Aktivitas spectrum termasuk Staphylococcus, Streptococci dan Pneumococci,kebanyakan bakteri anaerobik (90% dari Bacteroides fragilis), Chlamydia trachomatis dan beberapa protozoa (Current indication for the use of clindamycin)  Digunakan sebelum dental prosedur atau operasi untuk mencegah infeksi (Medbroadcast)  Bacterioides fragilis (abces, endocarditis, bacteremia)  clindamycin sebagai first line  Compylobacter jejuni (endocaditis, gastro-enteris)  clindamycin sebagai second line (Obat-obat penting Ed 6, 2007)
  • 43. Keuntungannya :  Reabsorpsinya baik, sampai 90% pada lambung terisi  Masa paruhnya 3 jam  Khasiatnya 4x lebih kuat dibandingkan linkomisin (Obat-obat penting Ed 6, 2007) Kerugiannya : - Colitis (lebih berat tetapi jarang) - Harganya mahal - Ruam - Diare - Spectrum terapi yang sempit (Current indication for the use of clindamycin)
  • 44. Rumus kimia Metronidazole Nama lain : flagyl, 2-Methyl-5-nitroimidazole-1-ethanol, novobidazol Rumus kimia : C6H9N3O3 Berat molekul : 171,156 g/mol (Pubchem Open Chemistry)
  • 45. Farmakologi Metronidazole Menghambat sintesis asam nukleat dengan mengganggu DNA menyebabkan hilangnya struktur helix DNA dan kerusakan untaian DNA. Hal ini lebih jauh menyebabkan hambatan pada sintesa protein dan kematian sel organisme (Drug Information Handbook)
  • 46. Indikasi Untuk pengobatan infeksi karena Trichomoniasis, amoebiasis dan giardiasis.  Infeksi bacterial anaerobik seperti spesies Bacteroides, fusobacteri dan Chlostridia  Hasil klinik yang baik juga pernah dilaporkan pada kasus vaginosis terhadap Gardnerella vaginalis (Metronidazole is Still Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)
  • 47. Absorpsi Bioavailabiliti : 80% absorpsi dari GI tract (per oral) Protein buinding (<20%) Peak serum time : 1-2 jam Didistribusikan secara luas baik secara per oral maupun IV Metabolisme : di hati, Eliminasi : T1/2 : 25-75 jam (neonatus); 8 jam (lainnya); T1/2 memanjang pada pasien dengan gangguan hepar Ekskresi Urine (77%), feses (14%) (sumber : Medscape Drug and Disease)
  • 48.  Kelebihan : - Harganya murah - Aktivitas yang baik terhadap bakteri patogenic anaerob - Farmakokinetk dan farmakodinamik yang baik - Efek merugikan yang kecil  Terserap dan terdistribusi dengan baik setelah pemakaian oral (Pharmacokinetics and pharmacodynamics of the nitroimidazole antimicrobials) - Digunakan sebagai kriteria standar untuk terapi infeksi anaerob (Metronidazole is Still Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)  Kekurangan : - Gak nemu Sumber : (Metronidazole is Still Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infection,2010)
  • 49.
  • 50. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011)
  • 51. Indikasi kontraindikasi Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.(Cranswick 2000) Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini. (Yulida 2009)
  • 52. Farmakokinetika Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002)
  • 53.
  • 54. Pseudoefedrin adalah salah satu alkaloid yang diperoleh dari Epedra sp dan merupakan stereoisomer dari efedrin. Pseudoefedrin HCl mempunyai rumus molekul = C10H15NO.HCl; BM = 201,70; pemerian : hablur putih atau serbuk putih, serbuk halus putih atau hampir putih, bau khas lemah; kelarutan: sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam kloroform; titik lebur : 182,50 – 182,50 ; pKa = 9,8 (Ditjen POM, 1995; Moffat, 2007).
  • 55. indikasi kontraindikasi Bantuan dari hidung atau tabung kemacetan eustachius (A to Z drug fact) Hipersensitivitas untuk amina simpatomimetik; hipertensi berat; penyakit arteri koroner; Terapi inhibitor MAO; ibu menyusui. (A to Z drug fact)