SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB I
                                       PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
                Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga
      telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan komplikasi
      dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis,
      morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk
      ke telinga tengah.Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan invasi
      kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama adalah
      bakteri    piogenik    seperti   Streptococcus   hemolitikus,   Staphylococcus   aereus,
      Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza.
                OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infekasi saluran nafas atas
      sangat sering terjadi pada anak – anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak
      lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa. Dengan
      keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachii. Menurut Klein dan Howie
      frekuwensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi dan anak berumur 0-2 tahun.
      Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan 50 % dari kasus OMA ditemukan pada
      anak berumur 0 – 5 tahun dan frekwensi tertinggi pada umur 0-1 tahun.
                Gejala klinis dari OMA antara lain sakit telinga, demam, kadang disertai otore
      bila telah terjadi perforasi dari membran timpani. OMA dapat sembuh dengan atau
      tanpa disertai perforasi membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut menjadi otitis
      media kronik (OMK) dan otitis media dengan efusi (OME). Proses peradangan akut
      pada telinga tengah berjalan cepat dan sebagian dapat menimbulkan proses destruktif,
      tidak hanya mengenai mukoperiostium saja tetapi juga mengenai tulang-tulang
      sekitarnya karena telinga tengah hanya dibatasi tulang-tulang yang tipis. Adapun
      penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya tergantung pada keadaan penyakitnya sendiri
      dan terapi yang diberikan.Otitis media akut atau OMA dapat memberikan komplikasi
      seperti abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).
                Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA secara tepat dan akurat
      haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas
      maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari Otitis
      Media Akut.
1.2 Rumusan Masalah
      Tinjauan Teoritis Otitis media

                                                                                              1
Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Otitis media akut
      berdasarkan NANDA, NOC, dan NIC


1.3 Tujuan
   a. Tujuan Umum
      Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan
      keperawatan Otitis Media Akut.
   b. Tujuan Instruksional Khusus
    Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :
    1. Pengertian Otitis Media Akut.
    2. Etiologi Otitis Media Akut.
    3. Patofisiologi dan phatway Otitis Media Akut.
    4. Kompliksi Otitis Media Akut.
    5. Pemeriksaan penunjang Otitis Media Akut.
    6. Asuhan keperawatan Otitis Media Akut.




                                                                              2
BAB II

                                  Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi




             Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
   peroisteum telinga tengah. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)
             Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utamanya
   adalah masuknya bakteri pathogenic ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.
   (Brunner & Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3)
             OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran
   infeksi dari tenggorok (farinitis) OMA sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia
   Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).
             Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut
   atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya
   dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada
   nasofariong dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran
   bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang
   dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya
   sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan
   faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang
   infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin
   sering.
             Pembagian stadium otitis media akut:
   1. Stadium oklusi tuba eustachius




                                                                                        3
Terdapat gambaran retraksi embran timpani akibat tekanan negative di dalam
      telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat di
      deteksi.
   2. Stadium hiperemis (presupurasi)
      Tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh
      membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk
      mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
   3. Stadium supurasi
      Membrane timpani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada
      mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya
      eksudat purulen di kavum timpani.
   4. Stadium perforasi
      Terjadi karena pemberian antibiotic yang terlambat atau virulensi kuman yang
      tinggi, dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari
      telinga tengah ke telinga luar.
   5. Stadium resolusi
      Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.
      Bila terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan mongering. Bila daya tahan
      tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa
      pengobatan.
      (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)


2.2 Anatomi dan Fisiologi




          Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah
   syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu:
   telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.
   1. Telinga Luar


                                                                                        4
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
   dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan
   membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala
   kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
   tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada
   lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan
   perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus
   auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat
   dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
   membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5
   sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di
   mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit
   tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam
   kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi
   substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
   mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
   mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
2. Telinga Tengah
   Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
   Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
   membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
   telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian
   dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.
   Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh
   membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau
   struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
   mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran
   ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang
   lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke
   nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat
   kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau
   menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan
   tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
3. Telinga Dalam


                                                                                   5
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
       pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga
       kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya
       merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis
       bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan
       lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ
       yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh
       perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah
       siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan
       mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam
       lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya, Labirin membranosa terendam
       dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan
       cairan serebrospinal       dalam otak melalui     aquaduktus koklearis. Labirin
       membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus
       koklearis, dan organan Corti.
       (Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Pearce, C Evelyn. 2002)


2.3 Etiologi
           Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,
   staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli,
   streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa. (Kapita
   selekta kedokteran, 1999).
           Faktor Predisposisi:
           1. infeksi kronis adenoid
           2. tonsilitis
           3. rhinitis
           4. sinusitis
           5. batuk rejan
           6. morbili
           7. pada anak : kondisi tuba yang pendek, lebar, horizontal


2.4 Patofisiologi
           Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang
   tenggorokan / pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat
   bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut.
                                                                                       6
Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
       Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri
mereka sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan
jaringan sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir
dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga
dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya. (Kapita selekta kedokteran, 1999).




                                                                                    7
8
9
2.5 Manifestasi Klinis
           Gejala klinis otitis mediatergantung pada stadium penyakit dan umur pasien :
   1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.
   2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
   3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai
       39,50Derajat Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang
       sakit.
   4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
   5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih
       dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).
   6. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat.
   7. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak
       yang belum dapat bicara.
   8. Anoreksia (umum).
   9. Limfadenopati servikal anterior.
       (Kapita selekta kedokteran, 1999).
           Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:
   a. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
       menyempit.
   b. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat
       positif
   c. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
   d. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif


2.6 Pemeriksaan Penunjang
   1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.
   2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.
   3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi
       jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
   4. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
       telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon endang telinga
       terhadap perubahan tekanan udara.




                                                                                            10
2.7 Penatalaksanaan
   1. Penatalaksanaan medis
   a. Pemberian obat Antibiotik
     1) Tujuan
     Tujuan pemberian antibiotic, untuk melumpuhkan atau menghilangkan bakteri.
     2) Efek samping
     Jika diberikan secara kontinyu dan tidak teratur, akan menyebabkan resistensi
     bakteri, dan akan menimbulkan alergi baru jika antibiotik tidak cocok dengan
     tubuh.
     3) Indikasi
     Lebih banyak diberikan pada penderita peradangan yang disebabkan oleh bakteri.
     4) Kontra indikasi
      Berbahaya diberikan pada penderita bronchitis, asma dan aritmia.


   b) Pemberian obat Analgesik
     1) Tujuan
     Untuk menghilangkan nyeri.
     2) Efek samping
     Umumnya Asam Mefenamat dapat diberikan dengan baik pada dosis yang
     dianjurkan, Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah,
     diare, pada penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg
     atau lebih sehan dapat mengakibatkan agranulositosis dan hemolitik anemia.
     3) Indikasi
     Untuk menghilangkan segala macam nyeri dan ringan sampai sedang dalam kondisi
     akut dan kronis termasuk nyeri karena trauma.
     4) Kontraindikasi
     Pada penderita tukak lambung pendenta asma, penderita ginjal dan penderita yang
     hipersensitif.


   2. Penatalaksanaan keperawatan
          a.   Mengkaji nyeri.
          b. Mengkompres hangat.
          c.   Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien.
          d. Instruksikan kepada keluarga tentang komunikasi yang efektif.
          e.   Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis media.
                                                                                        11
2.8 Komplikasi
   Komplikasi yang terjadi pada otitis media :
   1. Komplikasi yang terjadi pada Otitis media adalah :
       a. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
       b. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
       c. Tuli.
       d. Peradangan pada selaput otak (meningitis).
       e. Abses otak.
       f. Ruptur membrane timpani.
   2. Tanda-tanda terjadi komplikasi :
       a. Sakit kepala.
       b. Tuli yang terjadi secara mendadak.
       c. Vertigo (perasaan berputar).
       d. Demam dan menggigil.


2.9 Pencegahan
   Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
     1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
     2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
     3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
     4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
     5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.




                                                                                     12
BAB III
                                 Kosep Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
a. Anamnesa
   Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di
   bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang
   yang dapat dihubungi.
b. Keluhan Utama
   Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan
   yang ia rasakan.
c. Riwayat Kesehatan Dulu
   menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
   menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini
   sebelumnya
e. Riwayat penyakit sekarang
   tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.
f. Pengkajian pola Fungsional Gordon
   1. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
          a. Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
              Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
              penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
          b. Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan
              trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO),
              antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson.
          c. Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui
              gaya hidup klien
   2. Pola Nutrisi – Metabolik
          a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
              dan malam )
          b. Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
              pantangan atau alergi
          c. Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
          d. Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-
              sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
                                                                                   13
3. Pola Eliminasi
       a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
       b. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
       c. Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
          bantu untuk miksi dan defekasi.
4. Pola Aktivitas – Latihan
       a. Perubahan       aktivitas   biasanya/hobi   sehubungan   dengan   gangguan
          penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam
          beraktivitas sehubungan dengan luas lapang pandangnya yang berkurang
          dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang dideritanya.
       b. Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya
          karena yang terganggu adalah pendengarannya.
       c. Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5. Pola Istirahat - Tidur
       a. Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
       b. Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
          berhubungan dengan gangguan pada telinganya
       c. Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau
          tidak?
6. Pola Kognitif - Persepsi
       a. Kaji status mental klien
       b. Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami
          sesuatu
       c. Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
          Identifikasi penyebab kecemasan klien
       d. Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik ke dalam
          telinga tengah yang normalnya adalah steril.
       e. Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran,
          tidak berpengaruh terhadap penglihatannya.
       f. Kaji apakah klien mengalami vertigo
       g. Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair.
          Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan
          sakit kepala.
7. Pola Persepsi Dan Konsep Diri


                                                                                  14
a. Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
              apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
           b. Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
              depresi atau takut
           c. Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
   8. Pola Peran Hubungan
           a. Tanyakan apa pekerjaan pasien
           b. Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
              pasangan, teman, dll.
           c. Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
              penyakit klien
   9. Pola Seksualitas/Reproduksi
           a. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
           b. Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
              dengan menopause
           c. Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
              kebutuhan seks
   10. Pola Koping-Toleransi Stres
           a. Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
              perawatan diri )
           b. Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
              kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat
              untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan
              orang-orang terdekat.
   11. Pola Keyakinan-Nilai
           a. Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
              beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang
              yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
g. Pemeriksaan Fisik
   1.   Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
   2. Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
   3. Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
   4. Kaji kemungkinan tuli
   5. Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system.


                                                                                       15
3.2 Asuhan Keperawatan berdasarkan NANDA, NOC dan NIC
     NANDA                           NIC                            NOC
1. Nyeri akut          · Tingkat kenyamanan        · Manajemen nyeri
Definisi : Serangan     Indikator:                 Aktivitas :
mendadak atau              Melaporkan                  Kaji tipe intensitas,
perlahan dari                 kondisi fisik yang           karakteristik dan lokasi
intensitas ringan             membaik                      nyeri
sampai berat yang          Melaporkan                  Kaji tingkatan skala nyeri
di antisipasi atau            kondisi psikologis           untuk menentukan dosis
diprediksi durasi             yang membaik                 analgesik
nyeri kurang dari 6        Mengekspresikan             Anjurkan istirahat ditempat
bulan                         kegembiraan                  tidur dalam ruangan yang
Batasan                       terhadap                     tenang
karakteristik:                lingkungan sekitar        Atur sikap fowler 300 atau
     peningkata           Mengekspresikan                dalam posisi nyaman.
        n tekanan             kepuasan dengan           Ajarkan klien teknik
        intra okuler          control nyeri                relaksasai dan nafas dalam
        (TIO) yang     ·Kontrol Nyeri                   Anjurkan klien
        ditandai        Indikator:                         menggunakan mekanism
        dengan             Mengenal factor                koping yang baik disaat
        mual dan              penyebab                     nyeri terjadi
        muntah.            Mengenal serangan           Hindari mual, muntah
     Adanya                  nyeri                        karena ini akan
        laporan            Mengenal gejala                meningkatkan TIO
        nyeri                 nyeri                     Alihkan perhatian pada
        secara             Melaporkan                     hal-hal yang
        verbal dan            control nyeri                menyenangkan
        non verbal     ·Tingkat Nyeri                   Hilangkan atau kurangi
     Nafsu             Indikator:                         sumber nyeri
        makan              Melaporkan nyeri       · Pemberian analgesik
        menurun            Frekuensi nyeri             Berikan analgesik sesuai
     Mual,                Ekspresi wajah                 order dokter.
        muntah                karena nyeri              Perhatikan resep obat,
                           Perubahan tanda-               nama pasien, dosis dan rute


                                                                                      16
tanda vital                   pemberian secara benar
                                                          sebelum pemberian obat.




2.Gangguan           · Kompensasi         Tingkah · Peningkatan Komunikasi: Defisit
persepsi sensori -   Laku Pendengaran              Pendengaran
perseptual           Indikator:                    Aktivitas:
pendengaran              Pantau gejala                 Janjikan untuk
                            kerusakan                     mempermudah
                            pendengaran                   pemeriksaan pendengaran
                         Menggunakan                     sebagaimana mestinya
                            layananan                   Memfasilitasi penggunaan
                            pendukung untuk               alat bantu sewajarnya
                            pendegaran yang             Beritahu pasien bahwa
                            lemah                         suara akan terdengar
                         Menghilangkan                   berbeda dengan memakai
                            gangguan                      alat bantu
                         Menggunakan                   Jaga kebersihan alat bantu
                            bahasa isarat               periksa secara rutin baterai
                         Membaca gerakan                 alat bantu
                            bibir                       Mendengar dengan penuh
                         Memperoleh alat                 perhatian
                            bantu pendengaran           Menahan diri dari berteriak
                         Mengingatkan                    pada pasien yang
                            yang lain untuk               mengalami gangguan
                            menggunakan                   komunikasi
                            teknik yang                 Memfasilitasi lokasi
                            menguntungkan                 penggunaan alat bantu
                            pendengaran                 Memfasilitasi letak telepon
                         Memakai alat                    bagi gangguan

                                                                                    17
bantu pendengaran           pendengaran sebagaimana
       (misal, lampu pada          mestinya
       telepon, alarm       ·Pembentukan kognisi
       kebakarab, bel       Aktivitas:
       pintu, TDD               Bantu pasien untuk
    Menggunakan alat              menerima kenyataan
       bantu dengar                bahwa statemen diri berada
       dengan benar                di tengah-tengah timbulnya
·Gambaran tubuh                    emosi
Indikator:                      Bantu pasien memahami
Gambaran internal                  akan ketidakmapuannya
    Pribadi                       untuk menggapai perilaku
    Sesuai antara                 yang diinginkan sering
       kenyataan, ideal,           disebabkan oleh statemen
       dan perilaku tubuh          diri yang tidak masuk akal
    Deskripsi pada             Tunjukkan bentuk-bentuk
       bagian tubuh yang           kelainan fungsi berpikir
       terkena dampak              (misal, pikiran yang
    Menyesuaikan diri             bertentangan, terlalu
       dengan berubahnya           banyak menggeneralisasi,
       penampilan pisik            penguatan, dan
    Menyesuaikan diri             personalisasi)
       dengan berubahnya        Bantu pasien mengenali
       fungsi tubuh                emosi yang menyakitkan
    Menyesuaikan diri             yang ia rasakan
       dengan                   Bantu pasien mengenal
       berubahnnya status          pemicu yang diterima
       kesehata                    (misal, situasi, kejadian,
    Kesediaan untuk               dan interaksi dengan orang
       menggunakan                 lain) yang membuat stress
       strategi untuk           Bantu pasien untuk
       meningkatkan                mengenal interpretasi
       penampilan dan              pribadi yang salah mengeni
       fungsi tubuh                faktor pemicu yang


                                                                18
diterima
 Bantu pasien untuk
   mengganti interpretasi
   yang salah dengan yang
   lebih realistis berdasarkan
   situasi yang membuat stres,
   kejadian, dan interaksi




                             19
BAB IV
                                 PENUTUP
4.1 Simpulan
   Otitis media akut (OMA) peradangan akut mukoperiosteum telinga tengah
   yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya OMA merupakan komplikasi
   dari infeksi saluran nafas atas.infeksi melalui tuba eustachii, selanjutnya masuk
   ke telingan tengah. Sebagian besar OMA terjadi pada anak, karena infeksi
   saluran nafas atas banyak pada anak, dan bentuk tuba eustachii pada anak lebih
   pendek, lebar, dan mendatar. Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya adalah
   terapi medikamentosa yang diberikan tergantung dari stadium penyakitnya.
   Prinsipnya adalah pemberian antibiotika dan parasentesis untuk menghindari
   perforasi spontan.
4.2 Saran
   Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
   meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
   yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca




                                                                                 20
DAFTAR PUSTAKA


Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC

NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC

Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapiu

http://jurnalkesehatanmu.blogspot.com/2009/12/otitis-media-akut-oma.html

http://farellyus-belajaryuk.blogspot.com/2009/09/diagnosis-dan-penatalaksanaan-otitis.html

http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-otitis-media-akut.html




                                                                                             21

More Related Content

What's hot

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) pjj_kemenkes
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutAriesta Mp
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Amee Hidayat
 
Patofisiologi sistem pernapasan
Patofisiologi sistem pernapasanPatofisiologi sistem pernapasan
Patofisiologi sistem pernapasanNona Zesifa
 
Askep gangguan pendengaran
Askep gangguan pendengaranAskep gangguan pendengaran
Askep gangguan pendengaranKANDA IZUL
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisSelvia Agueda
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergijelly hariyati
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCoassTHT
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasiwidipta
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiYabniel Lit Jingga
 

What's hot (20)

Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
Askep oma omk
Askep oma omkAskep oma omk
Askep oma omk
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
Patofisiologi sistem pernapasan
Patofisiologi sistem pernapasanPatofisiologi sistem pernapasan
Patofisiologi sistem pernapasan
 
Askep gangguan pendengaran
Askep gangguan pendengaranAskep gangguan pendengaran
Askep gangguan pendengaran
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergi
 
Tuberkulosis ppt
Tuberkulosis pptTuberkulosis ppt
Tuberkulosis ppt
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasi
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Faringitis
FaringitisFaringitis
Faringitis
 
Asuhan keperawatan pada pasien stomatitis
Asuhan keperawatan pada pasien stomatitisAsuhan keperawatan pada pasien stomatitis
Asuhan keperawatan pada pasien stomatitis
 

Viewers also liked (17)

Woc oma
Woc omaWoc oma
Woc oma
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Otitis media akut & kronik
Otitis media akut & kronikOtitis media akut & kronik
Otitis media akut & kronik
 
Otitis media akut
Otitis  media  akutOtitis  media  akut
Otitis media akut
 
Sap omsk
Sap omskSap omsk
Sap omsk
 
Peradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengahPeradangan telinga tengah
Peradangan telinga tengah
 
Makalah oma
Makalah omaMakalah oma
Makalah oma
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
asma
asmaasma
asma
 
Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
 
Child otitis media
Child   otitis mediaChild   otitis media
Child otitis media
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Otitis externa
Otitis externaOtitis externa
Otitis externa
 
Acute otitis media
Acute  otitis mediaAcute  otitis media
Acute otitis media
 
Otitis media
Otitis mediaOtitis media
Otitis media
 
Otitis Media
Otitis MediaOtitis Media
Otitis Media
 

Similar to oma (otitis media akut)

Otitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okOtitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okpaktotok
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 
Otitis media akuta
Otitis media akutaOtitis media akuta
Otitis media akutaade wahyuni
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) pjj_kemenkes
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptxOTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptxZulAme
 
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptfdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptRandiDoank2
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Thary's Phyup
 

Similar to oma (otitis media akut) (20)

Otitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okOtitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut ok
 
Ompa
OmpaOmpa
Ompa
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 
otitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptxotitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptx
 
Otitis media akuta
Otitis media akutaOtitis media akuta
Otitis media akuta
 
Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kita
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
Otitis 222222222222222222 AKPER PEMDA MUN
Otitis 222222222222222222 AKPER PEMDA MUNOtitis 222222222222222222 AKPER PEMDA MUN
Otitis 222222222222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA Askep pada otitis eksterna atau furunkel  AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada otitis eksterna atau furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
OMA OMSK
OMA OMSKOMA OMSK
OMA OMSK
 
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptxOTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
OTITIS_MEDIA_AKUT_OMA.pptx
 
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.pptfdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
fdokumen.com_otitis-media-5927fcffbc568.ppt
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 

More from Riedha Poenya

More from Riedha Poenya (9)

woc tumor pankreas
woc tumor pankreaswoc tumor pankreas
woc tumor pankreas
 
Woc gout
Woc goutWoc gout
Woc gout
 
Woc dermatitis
Woc dermatitisWoc dermatitis
Woc dermatitis
 
Woc ablasio retina
Woc ablasio retinaWoc ablasio retina
Woc ablasio retina
 
Dbd r i3
Dbd r i3Dbd r i3
Dbd r i3
 
Tumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaTumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedha
 
gout rie
gout riegout rie
gout rie
 
Dermatitis r i3
Dermatitis r i3Dermatitis r i3
Dermatitis r i3
 
ablasio retina
ablasio retinaablasio retina
ablasio retina
 

oma (otitis media akut)

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan komplikasi dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis, morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk ke telinga tengah.Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan invasi kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama adalah bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza. OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infekasi saluran nafas atas sangat sering terjadi pada anak – anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa. Dengan keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachii. Menurut Klein dan Howie frekuwensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi dan anak berumur 0-2 tahun. Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan 50 % dari kasus OMA ditemukan pada anak berumur 0 – 5 tahun dan frekwensi tertinggi pada umur 0-1 tahun. Gejala klinis dari OMA antara lain sakit telinga, demam, kadang disertai otore bila telah terjadi perforasi dari membran timpani. OMA dapat sembuh dengan atau tanpa disertai perforasi membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut menjadi otitis media kronik (OMK) dan otitis media dengan efusi (OME). Proses peradangan akut pada telinga tengah berjalan cepat dan sebagian dapat menimbulkan proses destruktif, tidak hanya mengenai mukoperiostium saja tetapi juga mengenai tulang-tulang sekitarnya karena telinga tengah hanya dibatasi tulang-tulang yang tipis. Adapun penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya tergantung pada keadaan penyakitnya sendiri dan terapi yang diberikan.Otitis media akut atau OMA dapat memberikan komplikasi seperti abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA secara tepat dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari Otitis Media Akut. 1.2 Rumusan Masalah Tinjauan Teoritis Otitis media 1
  • 2. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Otitis media akut berdasarkan NANDA, NOC, dan NIC 1.3 Tujuan a. Tujuan Umum Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan Otitis Media Akut. b. Tujuan Instruksional Khusus Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang : 1. Pengertian Otitis Media Akut. 2. Etiologi Otitis Media Akut. 3. Patofisiologi dan phatway Otitis Media Akut. 4. Kompliksi Otitis Media Akut. 5. Pemeriksaan penunjang Otitis Media Akut. 6. Asuhan keperawatan Otitis Media Akut. 2
  • 3. BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Definisi Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh peroisteum telinga tengah. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I) Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utamanya adalah masuknya bakteri pathogenic ke dalam telinga tengah yang normalnya steril. (Brunner & Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3) OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran infeksi dari tenggorok (farinitis) OMA sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas). Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering. Pembagian stadium otitis media akut: 1. Stadium oklusi tuba eustachius 3
  • 4. Terdapat gambaran retraksi embran timpani akibat tekanan negative di dalam telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat di deteksi. 2. Stadium hiperemis (presupurasi) Tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat. 3. Stadium supurasi Membrane timpani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani. 4. Stadium perforasi Terjadi karena pemberian antibiotic yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. 5. Stadium resolusi Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I) 2.2 Anatomi dan Fisiologi Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu: telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam. 1. Telinga Luar 4
  • 5. Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. 2. Telinga Tengah Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. 3. Telinga Dalam 5
  • 6. Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. (Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Pearce, C Evelyn. 2002) 2.3 Etiologi Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa. (Kapita selekta kedokteran, 1999). Faktor Predisposisi: 1. infeksi kronis adenoid 2. tonsilitis 3. rhinitis 4. sinusitis 5. batuk rejan 6. morbili 7. pada anak : kondisi tuba yang pendek, lebar, horizontal 2.4 Patofisiologi Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. 6
  • 7. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringan sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. (Kapita selekta kedokteran, 1999). 7
  • 8. 8
  • 9. 9
  • 10. 2.5 Manifestasi Klinis Gejala klinis otitis mediatergantung pada stadium penyakit dan umur pasien : 1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap. 2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara. 3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,50Derajat Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit. 4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol. 5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek). 6. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat. 7. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak yang belum dapat bicara. 8. Anoreksia (umum). 9. Limfadenopati servikal anterior. (Kapita selekta kedokteran, 1999). Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4: a. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit. b. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif c. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak d. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif 2.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar. 2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani. 3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani). 4. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon endang telinga terhadap perubahan tekanan udara. 10
  • 11. 2.7 Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis a. Pemberian obat Antibiotik 1) Tujuan Tujuan pemberian antibiotic, untuk melumpuhkan atau menghilangkan bakteri. 2) Efek samping Jika diberikan secara kontinyu dan tidak teratur, akan menyebabkan resistensi bakteri, dan akan menimbulkan alergi baru jika antibiotik tidak cocok dengan tubuh. 3) Indikasi Lebih banyak diberikan pada penderita peradangan yang disebabkan oleh bakteri. 4) Kontra indikasi Berbahaya diberikan pada penderita bronchitis, asma dan aritmia. b) Pemberian obat Analgesik 1) Tujuan Untuk menghilangkan nyeri. 2) Efek samping Umumnya Asam Mefenamat dapat diberikan dengan baik pada dosis yang dianjurkan, Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah, diare, pada penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehan dapat mengakibatkan agranulositosis dan hemolitik anemia. 3) Indikasi Untuk menghilangkan segala macam nyeri dan ringan sampai sedang dalam kondisi akut dan kronis termasuk nyeri karena trauma. 4) Kontraindikasi Pada penderita tukak lambung pendenta asma, penderita ginjal dan penderita yang hipersensitif. 2. Penatalaksanaan keperawatan a. Mengkaji nyeri. b. Mengkompres hangat. c. Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien. d. Instruksikan kepada keluarga tentang komunikasi yang efektif. e. Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis media. 11
  • 12. 2.8 Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada otitis media : 1. Komplikasi yang terjadi pada Otitis media adalah : a. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis) b. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler). c. Tuli. d. Peradangan pada selaput otak (meningitis). e. Abses otak. f. Ruptur membrane timpani. 2. Tanda-tanda terjadi komplikasi : a. Sakit kepala. b. Tuli yang terjadi secara mendadak. c. Vertigo (perasaan berputar). d. Demam dan menggigil. 2.9 Pencegahan Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah: 1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak. 2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan. 3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring. 4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok. 5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA. 12
  • 13. BAB III Kosep Asuhan Keperawatan 3.1 Pengkajian a. Anamnesa Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang yang dapat dihubungi. b. Keluhan Utama Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan yang ia rasakan. c. Riwayat Kesehatan Dulu menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya. d. Riwayat kesehatan keluarga menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya e. Riwayat penyakit sekarang tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini. f. Pengkajian pola Fungsional Gordon 1. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan a. Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien. b. Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson. c. Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien 2. Pola Nutrisi – Metabolik a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam ) b. Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi c. Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan d. Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur- sayuran yang mengandung vitamin antioksidant 13
  • 14. 3. Pola Eliminasi a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya b. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi c. Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi. 4. Pola Aktivitas – Latihan a. Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan dengan luas lapang pandangnya yang berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang dideritanya. b. Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah pendengarannya. c. Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas. 5. Pola Istirahat - Tidur a. Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien b. Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada telinganya c. Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak? 6. Pola Kognitif - Persepsi a. Kaji status mental klien b. Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu c. Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien d. Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. e. Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran, tidak berpengaruh terhadap penglihatannya. f. Kaji apakah klien mengalami vertigo g. Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala. 7. Pola Persepsi Dan Konsep Diri 14
  • 15. a. Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya b. Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut c. Apakah ada hal yang menjadi pikirannya 8. Pola Peran Hubungan a. Tanyakan apa pekerjaan pasien b. Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. c. Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien 9. Pola Seksualitas/Reproduksi a. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya b. Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause c. Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks 10. Pola Koping-Toleransi Stres a. Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri ) b. Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat. 11. Pola Keyakinan-Nilai a. Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif. g. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan 2. Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal 3. Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher 4. Kaji kemungkinan tuli 5. Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system. 15
  • 16. 3.2 Asuhan Keperawatan berdasarkan NANDA, NOC dan NIC NANDA NIC NOC 1. Nyeri akut · Tingkat kenyamanan · Manajemen nyeri Definisi : Serangan Indikator: Aktivitas : mendadak atau  Melaporkan  Kaji tipe intensitas, perlahan dari kondisi fisik yang karakteristik dan lokasi intensitas ringan membaik nyeri sampai berat yang  Melaporkan  Kaji tingkatan skala nyeri di antisipasi atau kondisi psikologis untuk menentukan dosis diprediksi durasi yang membaik analgesik nyeri kurang dari 6  Mengekspresikan  Anjurkan istirahat ditempat bulan kegembiraan tidur dalam ruangan yang Batasan terhadap tenang karakteristik: lingkungan sekitar  Atur sikap fowler 300 atau  peningkata  Mengekspresikan dalam posisi nyaman. n tekanan kepuasan dengan  Ajarkan klien teknik intra okuler control nyeri relaksasai dan nafas dalam (TIO) yang ·Kontrol Nyeri  Anjurkan klien ditandai Indikator: menggunakan mekanism dengan  Mengenal factor koping yang baik disaat mual dan penyebab nyeri terjadi muntah.  Mengenal serangan  Hindari mual, muntah  Adanya nyeri karena ini akan laporan  Mengenal gejala meningkatkan TIO nyeri nyeri  Alihkan perhatian pada secara  Melaporkan hal-hal yang verbal dan control nyeri menyenangkan non verbal ·Tingkat Nyeri  Hilangkan atau kurangi  Nafsu Indikator: sumber nyeri makan  Melaporkan nyeri · Pemberian analgesik menurun  Frekuensi nyeri  Berikan analgesik sesuai  Mual,  Ekspresi wajah order dokter. muntah karena nyeri  Perhatikan resep obat,  Perubahan tanda- nama pasien, dosis dan rute 16
  • 17. tanda vital pemberian secara benar sebelum pemberian obat. 2.Gangguan · Kompensasi Tingkah · Peningkatan Komunikasi: Defisit persepsi sensori - Laku Pendengaran Pendengaran perseptual Indikator: Aktivitas: pendengaran  Pantau gejala  Janjikan untuk kerusakan mempermudah pendengaran pemeriksaan pendengaran  Menggunakan sebagaimana mestinya layananan  Memfasilitasi penggunaan pendukung untuk alat bantu sewajarnya pendegaran yang  Beritahu pasien bahwa lemah suara akan terdengar  Menghilangkan berbeda dengan memakai gangguan alat bantu  Menggunakan  Jaga kebersihan alat bantu bahasa isarat  periksa secara rutin baterai  Membaca gerakan alat bantu bibir  Mendengar dengan penuh  Memperoleh alat perhatian bantu pendengaran  Menahan diri dari berteriak  Mengingatkan pada pasien yang yang lain untuk mengalami gangguan menggunakan komunikasi teknik yang  Memfasilitasi lokasi menguntungkan penggunaan alat bantu pendengaran  Memfasilitasi letak telepon  Memakai alat bagi gangguan 17
  • 18. bantu pendengaran pendengaran sebagaimana (misal, lampu pada mestinya telepon, alarm ·Pembentukan kognisi kebakarab, bel Aktivitas: pintu, TDD  Bantu pasien untuk  Menggunakan alat menerima kenyataan bantu dengar bahwa statemen diri berada dengan benar di tengah-tengah timbulnya ·Gambaran tubuh emosi Indikator:  Bantu pasien memahami Gambaran internal akan ketidakmapuannya  Pribadi untuk menggapai perilaku  Sesuai antara yang diinginkan sering kenyataan, ideal, disebabkan oleh statemen dan perilaku tubuh diri yang tidak masuk akal  Deskripsi pada  Tunjukkan bentuk-bentuk bagian tubuh yang kelainan fungsi berpikir terkena dampak (misal, pikiran yang  Menyesuaikan diri bertentangan, terlalu dengan berubahnya banyak menggeneralisasi, penampilan pisik penguatan, dan  Menyesuaikan diri personalisasi) dengan berubahnya  Bantu pasien mengenali fungsi tubuh emosi yang menyakitkan  Menyesuaikan diri yang ia rasakan dengan  Bantu pasien mengenal berubahnnya status pemicu yang diterima kesehata (misal, situasi, kejadian,  Kesediaan untuk dan interaksi dengan orang menggunakan lain) yang membuat stress strategi untuk  Bantu pasien untuk meningkatkan mengenal interpretasi penampilan dan pribadi yang salah mengeni fungsi tubuh faktor pemicu yang 18
  • 19. diterima  Bantu pasien untuk mengganti interpretasi yang salah dengan yang lebih realistis berdasarkan situasi yang membuat stres, kejadian, dan interaksi 19
  • 20. BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Otitis media akut (OMA) peradangan akut mukoperiosteum telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya OMA merupakan komplikasi dari infeksi saluran nafas atas.infeksi melalui tuba eustachii, selanjutnya masuk ke telingan tengah. Sebagian besar OMA terjadi pada anak, karena infeksi saluran nafas atas banyak pada anak, dan bentuk tuba eustachii pada anak lebih pendek, lebar, dan mendatar. Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya adalah terapi medikamentosa yang diberikan tergantung dari stadium penyakitnya. Prinsipnya adalah pemberian antibiotika dan parasentesis untuk menghindari perforasi spontan. 4.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca 20
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapiu http://jurnalkesehatanmu.blogspot.com/2009/12/otitis-media-akut-oma.html http://farellyus-belajaryuk.blogspot.com/2009/09/diagnosis-dan-penatalaksanaan-otitis.html http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-otitis-media-akut.html 21